Anda di halaman 1dari 10

Gempa Chili 1960

Gempa yang terjadi pukul 15.11 waktu setempat berkekuatan 9,5 skala
Richter -- lebih besar dari kekuatan gempa yang memicu tsunami di pesisir Aceh
dan Samudera Hindia pada 24 Desember 2004 yang sebesar 9,5 SR.Episentrum
atau pusat gempa berada di lepas pantai dekat Canete, sekitar 900 km sebelah
selatan Santiago, ibukota Chile. Lindu terjadi sebagai akibat subduksi lempeng
Nazca ke bawah lempeng Amerika Selatan.

Akibatnya sungguh luar biasa, kehancuran terjadi di mana-mana. Terutama di


Valdivia, di mana setengah bangunan yang ada di sana hancur lebur. Sehingga
gempa itu disebut '1960 Valdivia Earthquake (Terremoto de Valdivia)' atau 'Great
Chilean earthquake (Gran terremoto de Chile)'.Tak hanya itu, korban yang
selamat dari gempa harus menghadapi kejutan yang sama sekali tak dinanti:
tsunami.Sekitar 15 menit pascagempa, gelombang raksasa setinggi 25 meter
menghantam wilayah pesisir. "Ribuan orang tewas," demikian dikabarkan kala
itu, seperti dikutip dari situs CBS News

"Seperempat penduduk Chile, atau lebih dari 2 juta orang, menjadi tunawisma.
Seluruh kota porak poranda."

Diperkirakan jumlah korban tewas di Chile mencapai 1.655 orang. Gelombang


kejut akibat gempa di Chile juga dirasakan seluruh dunia, memicu tsunami
mematikan. Lalu, 15 jam kemudian, ombak raksasa menghantam Hilo dan Big
Island di Hawaii -- yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dari Chile. Akibatnya, 600
rumah rusak, 185 orang dinyatakan tewas atau hilang.

Tak berhenti sampai di situ. Sehari kemudian, tsunami setinggi lebih dari 5 meter
menerjang Jepang, menewaskan 138 orang. Ombak gergasi lalu memantul,
menyeberangi Samudera Pasifik, menuju Filipina -- menyebabkan 32 orang
tewas atau hilang -- kemudian ke pantai barat AS dan menciptakan kerusakan di
California.

Gempa Chile 1960 adalah yang terbesar yang pernah tercatat sepanjang sejarah,
meski bukan yang terburuk.
Kala itu, untuk kali pertamanya, kekuatan dan daya jangkau sebuah gempa bisa
dideteksi oleh sensor-sensor yang baru dipasang di sejumlah tempat di dunia --
yang sejatinya dimaksudkan untuk memonitor uji nuklir yang dilakukan oleh AS
dan Uni Soviet.

"Saat gempa besar terjadi, ia melepas energi yang cukup untuk membuat Bumi
berdering, hampir seperti lonceng. Itu yang terjadi setelah gempa Chile tahun
1960," kata Lucy Jones dari Badan Survei Geologi AS (USGS).

Gempa itu juga punya dampak lain. Membuat kota-kota rawan gempa, di Chile
hingga California memperkuat aturan pendirian bangunan dan menciptakan
sistem peringatan tsunami. Menjadi pelajaran berharga .Letak Chile di zona
kegempaan akibat tumbukan beberapa lempeng tektonik, membuat negeri itu
rawan gempa. Seperti yang terjadi pada 27 Februari 2010, lindu dengan kekuatan
8,8 skala Richter terjadi dan menewaskan 500 orang.

Bahkan NASA menyebut, bencana itu menggeser poros Bumi dan memperpendek
usia hari. Para ilmuwan memprediksi, gempa dahsyat masih mengancam Chile,
membangkitkan horor yang terjadi pada 1960 lalu.
Gempa dan Tsunami Jepang, Tohoku

Bencana alam dahsyat yang terjadi di timur laut Jepang pada tanggal 11 Maret
2011. Peristiwa tersebut dimulai dengan gempa bumi yang dahsyatGempa di
lepas timur laut pantai dari Honshu , pulau utama Jepang, yang menyebabkan
kerusakan luas di darat dan memprakarsai serangkaian besargelombang
tsunami yang menghancurkan banyak wilayah pesisir negara itu, terutama di
wilayah Tōhoku (timur laut Honshu). Tsunami juga memicu kecelakaan nuklir
besar di pembangkit listrik di sepanjang pantai.

Gempa bumi berkekuatan 9,0 melanda di 2:46 PM . (Perkiraan awal magnitudo


8,9 kemudian direvisi ke atas.) Pusat gempa terletak sekitar 80 mil (130 km) timur
kota Sendai , prefektur Miyagi , dan fokusnya terjadi pada kedalaman 18,6 mil
(sekitar 30 km) di bawah dasar Samudra Pasifik bagian barat . Gempa tersebut
disebabkan oleh pecahnya bentangan zona subduksi yang terkait dengan Palung
Jepang , yang memisahkanLempeng Eurasia dari subduksiLempeng Pasifik .
(Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa bagian dari Lempeng Eurasia ini
sebenarnya adalah fragmen dari Lempeng Amerika Utara disebutLempeng
mikro Okhotsk .) Bagian dari zona subduksi berukuran panjang sekitar 190 mil
(300 km) dengan lebar 95 mil (150 km) meluncur sejauh 164 kaki (50 meter) ke
timur-tenggara dan terdorong ke atas sekitar 33 kaki (10 meter).

Gempa 11 Maret terasa hingga Petropavlovsk-Kamchatsky , Rusia; Kao-hsiung ,


Taiwan; dan Beijing, Cina. Gempa tersebut didahului oleh beberapa gempa
pendahuluan, termasuk gempa berkekuatan 7,2 SR yang berpusat sekitar 25 mil
(40 km) dari pusat gempa utama. Ratusan gempa susulan, puluhan berkekuatan
6,0 atau lebih besar dan dua berkekuatan 7,0 atau lebih besar, terjadi dalam
beberapa hari dan minggu setelah gempa utama. (Hampir dua tahun kemudian,
pada tanggal 7 Desember 2012, gempa berkekuatan 7,3 skala Richter berasal dari
wilayah perbatasan lempeng yang sama.

Gempa tersebut tidak menimbulkan korban luka dan sedikit kerusakan.) Gempa
11 Maret 2011 merupakan yang terkuat yang pernah melanda wilayah tersebut
sejak awal pencatatan pada akhir abad ke-19, dan dianggap sebagai salah satu
gempa bumi paling kuat yang pernah tercatat. Kemudian dilaporkan bahwa
satelit yang mengorbit di tepi luar atmosfer bumi hari itu telah
terdeteksiinfrasonik (gelombang suara frekuensi sangat rendah) dari gempa.

Dorongan horizontal dan vertikal yang tiba-tiba dari Lempeng Pasifik, yang
perlahan-lahan bergerak maju di bawah Lempeng Eurasia di dekat Jepang,
menggeser air di atasnya dan melahirkan serangkaian gelombang tsunami yang
sangat merusak. Gelombang setinggi sekitar 33 kaki menggenangi pantai dan
membanjiri sebagian kotaSendai , termasuk bandara dan pedesaan sekitarnya.
Menurut beberapa laporan, satu gelombang menembus sekitar 10 km ke daratan
setelah menyebabkan Sungai Natori, yang memisahkan Sendai dari kota Natori
di selatan, meluap.

Gelombang tsunami yang merusak melanda pantaiPrefektur Iwate , tepat di


utara prefektur Miyagi, danFukushima ,Ibaraki , danChiba , prefektur yang
membentang di sepanjang pantai Pasifik selatan Miyagi. Selain Sendai,
komunitas lain yang terkena dampak tsunami termasukKamaishi danMiyako di
Iwate;Ishinomaki ,Kesennuma , danShiogama di Miyagi; danKitaibaraki
danHitachinaka di Ibaraki. Ketika air banjir mundur kembali ke laut, mereka
membawa puing-puing dalam jumlah besar, serta ribuan korban yang
terperangkap dalam banjir . Hamparan tanah yang luas dibiarkan terendam air
laut, terutama di daerah dataran rendah.

Gempa tersebut memicu peringatan tsunami di seluruh cekungan Pasifik.


Tsunami melesat keluar dari pusat gempa dengan kecepatan yang mendekati
sekitar 500 mil (800 km) per jam. Ini menghasilkan gelombang setinggi 11 hingga
12 kaki (3,3 hingga 3,6 meter) di sepanjang pantai Kauai dan Hawaii di rantai
Kepulauan Hawaii dan gelombang setinggi 5 kaki (1,5 meter) di sepanjang pulau
Shemya di rantai Kepulauan Aleutian .

Beberapa jam kemudian gelombang tsunami setinggi 9 kaki (2,7 meter) melanda
pantai California dan Oregon di Amerika Utara . Akhirnya, sekitar 18 jam setelah
gempa, gelombang setinggi kira-kira 0,3 meter mencapai pantai Antartika dan
menyebabkan sebagian Beting Es Sulzberger untuk mematahkan tepi luarnya.
Konflik Kaum Uighur di Xianjiang

Permasalahan di Xinjiang cukup kompleks mengingat banyaknya faktor


penyebab konflik. Namun, faktor-faktor paling utama seperti perbedaan budaya
yang mencolok, ledakan populasi di China daratandan reformasi ekonomi rezim
Komunis menghasilkan regulasi yang merugikan etnis Uighur. Setidaknya ada
tiga regulasi pokok yang menjadi penyebab kekerasan di Xinjiang.

Pertama, kebijakan migrasi etnis Han ke wilayah Xinjiang. Migrasi ini terjadi
semenjak reformasi ekonomi China menguat—yang kemudian menggeser
dominasi ekonomi Uighur. Pemerintah menggalakkan program transmigrasi
massal etnis Han seperti yang terjadi pada kurun 1959-1960, di mana 800.000
etnis Han bermigrasi ke Xinjiang. Sampai 1970, 3 juta Han pindah ke Xinjiang.
Migrasi ini mengubah peta demografi, di mana pada 1949 hanya terdapat 5%
populasi Han,kemudian berubah drastismenjadi lebih dari 40% pada 1978.

Modernisasi dan kampanye pembangunan infrastruktur, terutama dalam hal


industri, memancing pemodal dan pemilik kemampuan lebih untuk datang ke
kota-kota besar di Xinjiang. Inisiatif ini sering disebut Xibu da kaifa atau Open Up
the West (Xinjiang berada di bagian barat dari China daratan).

Tidak hanya itu, etnis Han secara sistemik dibuat lebih memiliki peluang untuk
sukses dibanding etnis Uighur—sebagai contoh petinggi birokrasi lebih dipilih
dari etnis Han.Ini bahkan telah terjadi semenjak era Republik 1911-1949.
Pertambangan dan ekspor hasil bumi di Xinjiang yang didominasi dan
dikapitalisasi oleh etnis Han menimbulkan perasaan eksploitatifdan praktik
kolonial yang dirasakan oleh etnis Uighur.

Kedua, pemaksaan identitas dan budaya Han terhadap non-Han atau


“Sinicization”. Dalam kebijakan resmi sesuai konstitusi, memang China
mengadopsi prinsip egaliter dan akomodasionis. Tapi, kebijakan yang tak tertulis
justru nampakmengasimilasi minoritas Uighur dengan kultur Han yang
dominan. Salah satu cara paling ampuh adalah dengan kebijakan bahasa resmi
China(Putonghua).

Dengan membanjirnya migran Han dan meningkatnya populasi mereka di


Xinjiang, mengancam secara langsung eksistensi bahasa lokal Uighur. Rezim
komunis China, memaksa etnis Uighur—dan etnis minoritas lainnya—untuk
mengadopsi budaya dan bahasa etnis Han jika ingin mendapatkan
pengakuan.Pemaksaan ini juga termasuk perubahan sistemik penggunaan
aksara Arab di hampir segala lini kehidupan, utamanya dalam literasi. Padahal
bahasa Uighur adalah lingua franca di Xinjiang. Toko-toko tidak lagi
menggunakan bahasa Uighur, tapi China.

Seperti jamak diketahui bahwa etnis Uighur memiliki bahasa dan budaya sendiri
yang berbeda dengan Hui (China Muslim), termasuk soal aksara di mana mereka
menggunakan huruf Arab. Sebab itu, Sinicization tidak bertolak belakang dengan
kultur Hui sebab pada hakikatnya Hui juga bagian dari Han. Penyebutan Hui
lebih karena diferensiasi berdasarkan agama, bukan etnik. Namun, berbeda
dengan etnis Uighur. Meski sama-sama Muslim, budaya dan bahasa mereka
berbeda dengan mayoritas Han.

Menurut laporan Amnesty International dan Komite Penghapusan Diskriminasi


Rasial PBB (CERD), China melakukan degradasi terhadap kebudayaan Uighur dan
identitas keislaman mereka. China mengkriminalisasi aktivitas dan simbol
keagamaan seperti pelarangan berpuasa di bulan Ramadan bagi PNS di wilayah
Xinjiang, pelarangan jenggot dan jilbab, persekusi terhadap mereka yang dituduh
terlibat dalam aktivitas separatisme dan kekerasan psikologis seperti sekolah
“reedukasi” di kamp-kamp khusus.

Etnis Uighur dipaksa berbahasa China, menerima ideologi negara, loyal terhadap
simbol-simbol komunisme. Sekali lagi, dalam kamp ini, China menjalankan
kebijakan monokultural dan Sinicization.

Semenjak Pemberontakan Baren pada April 1990, China makin memperketat


publikasibuku, novel, radio, koran, puisi, music Uighur. Sensor terhadap jurnal
dan publikasi akademik pun menjadi-jadi. Semua yang berkaitan dengan Uighur,
terutama dalam konteks publikasi politik, sejarah dan budaya tidak luput dari
pembredelan.

Produksi kebudayaan Uighur dilimitasidan kebebasan berekspresi etnis Uighur


dibungkam. Kebijakan Sinicizationini menciptakan sentimen anti-Han di
kalangan etnis Uighur dan etnis minoritas lainnya. Kebijakan monokultural yang
banyak akademisi mengatakan: penyebab utama konflik kultural.
Ketiga, represi terhadap etnis Uighur. Demontrasi mahasiswa besar-besaran
terjadi pada 1989-1989 dan konflik kekerasan memuncak dalam peristiwa
Pemberontakan Baren. Protes-protes ini merupakan akumulasi dari pelbagai
masalah seperti kontrol keluarga (China meluaskan ‘kebijakan satu anak’ ke etnis
non-Han pada 1988), tes nuklir di Xinjiang pada 1987, eksploitasi minyak, dan
diskriminasi terhadap etnis Uighur.

Di tahun-tahun berikutnya, demontrasi ini tidak lagi menuntut keadilan bagi


etnis Uighur, tapi seruan menumbangkan komunisme dan separatisme.
Semenjak itu, makin banyak protes dilaksanakan etnis Uighur menolak
kolonialisme oleh etnis Han. Pada Februari 1997, di Ghulja, ribuan Uighur turun
ke jalan untuk aksi damai memprotes represi agama dan diskriminasi etnis.

Tapi protes ini berakhir rusuh dengan Sembilan orang tewas (sumber ofisial
pemerintah) dan ribuan orang ditahan. Pada Juli 2009, terjadi kerusuhan di
Urumqi antara etnis Uighur dengan Han, yang menewaskan tidak kurang dari
184 nyawa.

Represi ini tidak hanya menyasar aktivitas politik, tapi juga aktivitas agama.
Semenjak Pemberontakan Baron, rezim komunis China menutup banyak masjid
dan madrasah, melarang ribuan imam dan menyeleksi mereka, juga melarang
aktivitas keagamaan.

Untuk mengurangi aktivitas reliji di ranah publik, China mengeluarkan


kebijakan bahwa agama adalah soal personal atau sishi. Momen 9/11 menjadi
alibi China untuk makin mengetatkan keamanan di Xinjiang, yang tentu saja
menyasar secara sporadis etnis Uighur yang dituduh sebagai ekstrimis.

Perang 6 Hari Israel dengan 3 Negara Arab


Salah satu kisah perang paling terkenal dalam sejarah dunia adalah Perang
Enam Hari antara Israel melawan Mesir, Jordania, dan Suriah.Perang Enam Hari
dimulai pada 5 Juni 1967 dengan serangan udara mendadak Israel yang
mengakibatkan ratusan pesawat tempur AU Mesir hancur.Di saat yang sama
Israel juga menggelar serangan darat ke Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai.Mesir
yang tak menduga serangan mendadak itu kelabakan dan terpaksa mundur dari
Sinai sehingga pasukan Israel menduduki semenanjung itu.

Mesir kemudian menyeret Jordania dan Suriah ke dalam perang. Namun,


serangan balasan Israel membuat negeri itu merebut Jerusalem Timur dan Tepi
Barat dari Jordania serta dataran tinggi Golan dari Suriah.

Pada 11 Juni 1967, gencatan senjata diteken. Saat perang berakhir korban tewas
di pihak Mesir, Jordania, dan Suriah mencapai hampir 20.000 orang. Sedangkan
Israel hanya kehilangan kurang dari 1.000 tentara saja.Perang ini dipicu dengan
penumpukan pasukan negara-negara Arab di perbatasan Israel sebagai
persiapan perang melawan negeri Yahudi itu.

Pada 27 mei 1967, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengatakan, tujuan utama
negara-negara Arab adalah menghancurkan Israel.Mesir kemudian menekan
pakta aliansi dengan Jordania pada akhir Mei yang isinya kedua negara akan
memberi bantuan jika salah satu dari mereka diserang Israel.Penandatanganan
kesepakatan aliansi Mesir dan Jordania ini di mata Israel jelas merupakan
sebuah pernyataan perang.

Tak hanya itu, IAF juga unggul jauh dari Mesir dengan melumpuhkan angkatan
udara negeri itu hanya dalam satu hari.Di darat, AD Israel memiliki 264.000
personel, meski jumlah itu mungkin sudah ditambah para wajib militer dan
pasukan cadangan.Untuk menghadap tentara Jordania di Tepi Barat, Israel
mengerahkan 40.000 tentara dan 200 tank.Dua brigade tentara Israel
ditempatkan di dekat Jerusalem, Brigade Pasukan Payung ke-55 dikirim ke
Semenanjung Sinai. Sedangkan Brigade Lapis Baja ke-10 ditempatkan di sisi
utara Tepi Barat.
Sementara Mesir, memiliki menempatkan 100.000 personel militernya di Sinai,
termasuk empat divisi infantri, dua divisi lapis baja, satu divisi mekanik.Selain
itu Mesir memiliki 950 tank, 1.110 kendaraan taktis, dan lebih dari 1.000 pucuk
persenjataan artileri.

Pasukan Suriah berkekuatan 75.000 personel yang dtempatkan di sepanjang


perbatasan negeri itu.Sedangkan Jordania memiliki 55.000 tentara yang
diperkuat 300 tank modern, serta persenjataan artileri modern.

Meski di darat cukup kuat, angkatan udara Jordania tak terlalu tangguh dengan
hanya memiliki 24 jet Hawker-Hunter buatan Inggris, enam pesawat tranpors,
dan dua helikopter.Meski demikian jet-jet tempur Hawker Hunter Jordania ini
mampu mengimbangi Dasualt Miraget III milik AU Israel.

Selain itu, terdapat 100 tank dan satu divisi tentara AD Irak yang disiapkan di
perbatasan Jordania dan sejumlah sukarelawan pilot tempur dari AU
Pakistan.Pada 5 Juni pukul 07.45, Israel menggelar serangan udara dengan sandi
Operasi Focus dengan menerbangkan hampir semua jet tempurnya ke Mesir.Saat
itu, infrastruktur pertahanan Mesir sangat buruk dan tak ada pelindung apapun
di pangkalan-pangkalan udara untuk melidungi jet-jet tempurnya.

Jet-jet tempur Israel dikirim ke Mesir dengan dua jalur, yaitu terbang rendah di
atas permukaan Laut Tengah dan melintasai Laut Merah.Sebenarnya gelombang
jet-jet tempur Israel ini tertangkap radar Jordania yang kemudian mengirimkan
kode " perang" ke rantai komando militer Mesir.Namun, masalah komunikasi
dan komando dalam angkatan bersenjata Mesir mengakibatkan pesan penting
itu tak terkirim ke pangkalan-pangkalan udaranya.

Di akhir hari pertama perang, sebanyak 336 pesawat militer Mesir hancur dan
100 pilot tewas, tetapi angka ini dibantah pihak Mesir.Di antara pesawat-pesawat
yang hancur itu terdapat 30 pesawat pengebom Tu-16, 27 pesawat pengebom Il-
28, 12 pengebom tempur Su-7, lebih dari 90 MiG-21, MiG-19, dan 25 MiG-17 serta
32 jenis pesawat angkut dan helikopter segala jenis.
Sementara pihak Israel hanya kehilangan 19 pesawat, dua hancur dalam
pertarungan di udara dan sisanya terkena artileri anti-serangan
udara.Kesuksesan serangan ini menjamin superioritas Israel di udara di
sepanjang perang selama enam hari itu.

Akhir perang, Israel sukses merebut Tepi Barat dan Jerusalem dariJordania serta
dataran tinggi Golan dari tangan Suriah.Kemenangan dalam perang ini membuat
rakyat Israel dilanda euforia dan kesuksesan militer Israel dipuji setinggi
langit.Perang ini kemudian akan disambung Perang Yom Kippur pada 1973
sebagai upaya Mesir dan Suriah merebut kembali daerah yang dianeksasi Israel.

Akibat lain dari perang ini adalah lebih dari 300.000 warga Palestina
meninggalkan wilayah-wilayah yang direbut Israel dalam perang ini.Pada
Desember 1967, sebanyak 245.000 warga Palestina mengungsi ke Jordania, 11.000
orang ke Mesir, serta 116.000 warga Palestina dan Golan pindah ke wilayah lain
di Suriah.

Anda mungkin juga menyukai