Kematangan Beragama - Cover
Kematangan Beragama - Cover
(GORDON ALLPORT)
Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu
Mata Kuliah Teori Agama-Agama
Dosen Pengampu: Dr. Ustadi Hamsah, S. Ag., M. Ag
Disusun Oleh :
1. Ade Oftomiando (20105020008)
2. Wafiq Azizah (20105020026)
3. Nakmas Gunawan Saputro (21105020001)
4. Muhammad Nur Ma’mun (21105020002)
5. Muhammad Ijlal Sasakki Junaidi (21105020003)
6. Nanda Nely Faradis (21105020004)
7. Susanti Melinda (21105020005)
8. Yunia Nur Saidatun Ni’mah (21105020006)
9. Aisyah Nurul Aini (21105020007)
PENDAHULUAN
Proses tersebut, boleh jadi karena melalui proses konversi agama pada diri
seseorang, apabila telah sampai pada suatu tingkat kedewasaan, maka akan
ditandai dengan kematangan jasmani dan rohani. Pada saat ini lah seseorang
hakikat beragama adalah keimanan. Iman sebagai motif dasar, di tandai adanya
orang yang menjadikan ridho sang pencipta sebagai tujuan tertinggi dalam
BAB II
PEMBAHASAN
tunjukan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar
Seseorang yang matang dalam beragama bukan hanya memegang teguh paham
ada pada diri seseorang, segala perbuatan dan tingkah laku keagamaannya
konsep dan prinsip-prinsip yang terbentuk dalam diri individu tersebut akan
menjadi bagian penting dan bersifat menetap dalam kehidupan pribadi individu
sebagai agama. Jika pada suatu saat keberagamaan individu sudah matang, maka
kematangan beragama itu lah yang akan mengarahkan individu untuk bersifat dan
bersikap terbuka pada semua fakta, nilai-nilai dan memberi arah dalam menuju
kepribadian dan telegensi secara bebas dan wajar, seiring dengan perkembangan
secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Akumulasi dari pengalaman hidup
sehari-hari.
memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan
nilai-nilai agam dalam bersikap dan bertingkah laku. Selain itu kematangan
beragama ialah keberagaman terbuka pada memberi arahan pada kerangka hidup.
baik yang di tampilkan sikap dan tingkah laku keagamaan dalam ketaatan
terhadap prinsip dan nilai-nilai keagamaan. Baik secara teoritis maupun praktis
dengan tetap berpegang teguh kepada ajaran agama secara komprehensif dan
obyektif.
Disisi lain yang harus di perhatikan juga ialah setiap individu perlu
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 143, yang artinya: “
Dan demikian (pula) telah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) sebagai
ummatan wasahatan (umat pertengahan) sebagai umat yang adil dan pilihan”.
sehingga manusia di harapkan tidak terjebak dari sikap Ifrath (berlebih-lebihan)
11 November 1897, putra termuda dari empat bersaudara dari pasangan Jhon E.
Allport dan Nellie Wise Allport. Ia digambarkan sebagai anak yang pemalu
namun juga sebagai anak yang rajin dan pekerja keras. Ayahnya Jhon E. Allport
merupakan seorang pengusaha yang pada akhirnya memilih untuk menjadi dokter.
Ibunya Nellie Wise Allport merupakan seorang ibu yang sangat taat kepada
Pada tahun 1915, Allport lulus dengan peringkat kedua di kelasnya dan
lakinyanya yang bernama Floyd Henry Allport juga melakukan studi disana
Universitas Harvard dan meraih gelar Ph.D dalam psikolgi pada tahun 1922
menceritakan sebuah kisah yang ia alami sendiri ketika perjalana menuju Wina.
selama perjalanannya menuju Wina. Kata Allport bocah itu sangat takut kotor dan
menolak duduk di tempat seorang pria yang tampak kotor sebelumnya duduk.
Allport berteori bahwa bocah tersebut telah memperoleh perlikau dari ibunya
Allport percaya, tidak menggali cukup dalam. Alih-alih, Allport memilih untuk
terhadap kepribadian. Pada titik ini dalam sejarah psikologi, behaviorisme telah
pengaruh tidak sadar juga dapat memainkan peran dalam perilaku manusia.
menyertakan tentang beberapa ciri yang ada pada individu yang memiliki
konsisten
sehingga akan bersikap dan berprilaku terhadap agama secara objektif, kritis,
reflektif, tidak dogmatis, observatif, dan tidak fanatik secara terbuka. Orang yang
menempatkan rasio sebagai salah satu bagian dari kehidupan beragama selain dari
serta merta menerima semua yang didapatkan dari agamanya tanpa pertimbangan
ilmu yang mendalam. Semua ajaran agama selalu dianggap selalu benar dan
sempurna begitu saja, tanpa ada keinginan untuk menggali informasi lain yang
dalam keagamaan berarti sikap dan perilaku keagamaan yang observatif, kritis,
kebebasan mengkritisi ajaran agama itu dibatasi oleh aspek mana yang memang
luwes serta dapat dikolaborasi oleh manusia, dan mana aspek-aspek yang tetap
sedemikian rupa.
1995). Karakter dinamis ini di dalamnya meliputi motivasi intrinsik, otonorn, dan
Q.S. Al-An'am ayat 161- 162, yang berarti : "Katakanlah: Sesungguhnya aku
telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar;
agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang
komprehensip/Konsistensi moral
konsekuensi moral yang dimiliki dengan ditandai oleh keselarasan antara tingkah
laku dengan nilai moral. Kepercayaan tentang agama yang intens akan mampu
matang dalam beragama akan selalu menyelaraskan antara tingkah laku dengan
nilai-nilai moral keagamaan yang dianutnya. Nilai-nilai moral dalam suatu agama
itu biasanya tercantum dalam kitab suci dalam agama itu, pada Islam nilai-nilai
moral itu dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Termaktub dalam Al-Qur'an
yang terang (Al-Qur 'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
Penyayang terhadapmu”.
yang luas, universal dan toleran dalam arti mampu menerima perbedaan (Allport,
1953).
Semua manusia harus berlapang dada dengan adanya pandangan atau
pendapat yang tidak sejalan dengan faham keagamaan yang diyakini. Semua itu
memang sudah menjadi hukum ketetapan Allah selaku Sang Pencipta dan Yang
diharapkan tidak membuat individu yang matang dalam beragama itu menjadi
Perbedaan di antara sesama umat, dalam hal ini Islam, tidak perlu sampai
Selain persaudaraan antar sesama umat Islam, juga perlu ditumbuhkan hubungan
yang harmonis serta tidak saling merugikan dengan para pemeluk agama yang
berbeda.
menerima perbedaan pendapat dengan individu yang lain, baik perbedaan agama
menyatukan agama dengan segenap aspek lain dalam kehidupan, termasuk ilmu
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaqfah atau
dalam beragama. Sebagaimana Allah SWT katakan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 :
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".
mengakui keadaan tersebut, dimana pada saat menemukan keadaan agama pada
diterima dan dihormati. Seorang psikiater Inggris, Dr. Suttie dengan tepat
mengamati bahwa sains modern menunjukkan "kelepasan dari kasih sayang" dan
dengan demikian berdiri sebagai antitesis terhadap agama yang mencari hal lain di
Mungkin desakan asli agama tentang hal ini sebagian bertanggung jawab atas
realistis untuk berpusat pada kondisi pikiran yang reaktif kebencian, agresi,
paksaan seks; bahkan jika ini adalah kondisi patologis yang hanya menyebabkan
kurangnya cinta.
indoktrinasi yang lambat, menyediakan penutup mata bagi sebagian orang. Dalam
oleh seseorang. Dan mereka juga menambahkan bahwa kecuali orang tersebut
tampak teratur: imam berurusan dengan keyakinan dasar, nilai-nilai, dan gerakan
yang berorientasi pada kehidupan. Sampai mereka menjadi lebih mampu, mereka
memiliki peran yang tidak dapat dibatalkan untuk dimainkan dalam menjaga dan
diragukan lagi, imam harus mundur sampai dia diarahkan, atau dengan kata lain,
bebas dari tanggung jawab. Sebaliknya, itu berarti bahwa dia sekarang dapat
keyakinan, karena ketika dihadapkan dengan tugas yang lebih besar yang melebihi
sehingga dia dapat bersekutu dengan ilmu psikologi dan berbagi dengan
itu, dia mungkin menjadi akrab dengan banyak praktik psikologis dan akan datang
sehingga dia dapat memperkuat keterampilannya sendiri. Lebih dari seribu imam
lembaga swasta di mana mereka telah diambil untuk keuntungan mereka sendiri.
Kerja kelompok psikiater adalah konsep yang menyebar dengan cepat. Seperti
dalam banyak grup, satu anggota harus Itu harus lebih tunduk dan patuh.
Tampaknya imam dan seminari yang ada harus memainkan peran sebagai
pelamar, perencana, adaptor sampai tim tersebut terbentuk dengan kuat. Dalam
kematangan intelektual.
Agama berasal dari kata "A" artinya "tidak" dan "GAM" "kacau". Secara
benar dan kebenaran dalam agama itu relatif. Maka secara sosial teori ini baik
untuk menjaga hubungan ukhuwah dalam berbangsa. ini karena tidak ada yang
mengikatnya pada ciptaan dan Sang Pencipta. Dan agama, dengan menemukan
sendiri.
berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkan dalam sikap
sebut saja individu yang menginginkan kedamaian untuk beribadah pada Tuhan.
akhlak keseharian dan pandangan orang lain. Adab interaksi ini dinilai oleh
khalayak baik dan buruknya ditandai dengan suka, nyaman dan tidaknya mereka
Kecerdasan beragama dan psikis terbangun dari proses belajar manusia itu
keberagamaan adalah sebuah sistem yang sudah ada dalam diri seseorang lalu
terorganisasi di sekitar objek nilai tertentu. seseorang yang matang beragama
ajaran agama yang dianut agar sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada dalam
ajaran agamanya.
perbedaan, baik perbedaan agama, ras, suku maupun pendapat. Seseorang yang
berbagai aktivitas, orang, atau ide, maka dia juga akan semakin sehat secara
psikologis.
Kedua, hubungan diri yang hangat dengan orang lain. Orang sehat
psikologis mampu memperlihatkan cinta terhadap orang lain, seperti orang tua,
kekurangannya.
Kepribadian yang sehat mampu mencapai suatu tingkat pemahaman diri Yang
Ketujuh, filsafat hidup yang mempersatukan. Orang yang sehat akan selalu
melihat ke depan, Didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ini akan
pastilah ada latar nelakang yang mendasari segala Sesuatu yang dikerjakannya
yang memberi arti dan tujuan. Termasuknya hal yang melatarbelakangi adalah
perbedaan sebagai sesuatu yang pasti ada, mengetahui Kelebihan dan kekurangan
diri, memiliki persepsi yang realistis terhadap Keadaan, menilai diri secara
Di dalam kehidupan alam semesta ini, kita tidak luput dengan yang naman
ya agama. Karena agama sebagai landasan atau kaidah kita dalam berhubungan ke
pada Sang Pencipta maupun kepada sesama makhluk ciptaan Nya. Namun didala
kita bicara lebih jauh lagi, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaks
ntimen keberagamaan tersebut merupakan system kesediaan yang ada dalam diri s
etiap individu yang terarah dan terorganisir di sekitar objek tertentu. Orang yang
matang beragama memiliki pemahaman yang tinggi terhadap agama yang dianutn
bersedia mencocokkan prilaku dan kebiasaan dengan yang diajarkan oleh agaman
ya, dan selalu berupaya agar prilakunya sesuai dengan nilai nilai ataupun norma n
Adapun ciri orang yang matang beragama ialah mampu menyadari dan me
njabarkan ajaran agama yang diyakininya, mereka mampu menjelaskan ajaran aga
manya, baik yang masuk akal atau tidak. Dalam setiap agama, termasuk agama ya
ng diyakininya, ada bagian yang rasional dan ada bagian dogmatis dalam agama.
Maka dari itu, orang yang matang dalam beragama harus mampu menjabarkannya
dan juga harus berupaya mengharmoniskan hal yang rasio dan dogma.
alitas agama. Di satu sisi, mereka meyakini agama yang di peluknya adalah agama
yang benar, atau mungkin paling benar. Namun disisi lain mereka juga menyadari
adanya kebenaran dalam agama yang tidak dipeluknya dan adanya kebenaran dala
m kelompok lain yang sama pada ajaran yang sama dengan mereka. Oleh karena i
tu, mereka mengembangkan toleransi dalam beragama. Orang yang matang berag
ama menyadari peluk agama lain boleh saja meyakini dengan sepenuh hati dengan
Ciri ketiga ialah dinamis dalam beragama. Orang yang matang beragama b
anyak merenungkan dirinya agar terus melakukan evaluasi agar bisa menjadi lebih
baik lagi kedepannya. Perenungan ini dimaksud untuk menilai apakah dirinya tela
h menjalanka ajaran agama secara lebih baik dari waktu ke waktu atau belum. Per
enungan diri ini sangat berguna untuk mengukur sejauh mana pencapaian dirinya
dalam beragama.
Ciri keempat ialah konsistensi moral. Orang yang matang beragama berup
aya agar prilaku sosialnya didasari oleh prinsip prinsip ajaran agamanya.
Ciri kelima adalah mengaitkan agama dengan bidang lain kehidupan. Oran
g yang matang beragama menyadari bahwa agama mengatur segala sisi kehidupan
nya. Agama mengatur kehidupannya terkait ekonomi, seni, budaya, politik, teknol
ogi dan sebagainya. Beragama secara matang berarti mengupayakan agar seluruh
ama. Orang yang matang beragama menyadari keterbatasan dirinya dalam beraga
ma, terutama ilmu agama. Maka dari itu, mereka terus menerus meningkatkan pe
ragma dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal ini tampak dari adanya da
agama’ maka mereka sangat mudah untuk membenci dan bertindak tidak adil terh
adap orang – orang yang berbeda ‘kelompok agama’ sekalipun agama formalnya s
ama. Mereka yang tidak memiliki kematangan beragama sangat mudah di provoka
si untuk membenci orang – orang yang berasal dari kelompok agama lain. Hal ini
hami agamanya secara utuh. Mereka yang memiliki kebencian terhadap kelompok
lain melakukan berbagai macam tindak agresivitas dan kekerasan baik secara indi
ambahnya usia dan pengalaman hidup. Namun, bukan hanya sekedar bertambahny
a usia dan pengalaman hidup saja, melainkan juga harus ada usaha untuk melakuk
an peningkatan pemahaman dan penghayatan agama dan juga membuka diri terha
menutup diri dan tidak ada usaha serta berfikiran sempit, sekalipun bertambahnya
usia, maka akan terjadi pemahaman agama yang statis dan bahkan terjadi kemund
lah berteman dengan orang shaleh, teman yang shaleh adalah orang yang memiliki
n kita apabila kita menyimpang, dan membantu menyemangati kita apabila kita ke
an dengan cara sejenak meninggalkan aktivitas rutin dan berkumpul dengan orang
oa Tsur, Raja Sulaiman dari Kesultanan Turki Utsmani juga berkhalwat untuk mer
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematangan beragama ialah keberagamaan terbuka yang memberi arahan
berusaha menjadi penganut yang baik yang di tampilkan sikap dan tingkah laku
secara teroritis maupun praktis dengan tetap berpegang teguh kepada ajaran
Seorang tokoh Gordon Wilard Allport lahir pada tanggak 11 November 1897
Allport dan Nelie Wise Allport, Jhon E Allport adalah seorang pembisnis dan
menjadi dokter ketika kelahiran Allport. Pada usianya yang menginjak 6 Tahun
Allport telah berpindah tempat tinggal sebanyak tiga kali sebelum akhirnya
menetap di Cleveland, Dhio. Sejak Muda Allport sudah tertarik pada pertanyaan
yang dimana Agama seseorang adalah proposisi berani yang mengikatnya pada
ciptaan dan Sang Pencipta. Dan agama, dengan menemukan secara tepat
menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkan dalam sikap dan tingkah
memang seorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki pola
Beberapa ciri yang ada pada individu yang memiliki kematangan beragama
observatif, dan tidak fanatik secara terbuka. Kedua, Dorongan untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan yang dinamis. Dalam diri individu yang berkarakter dinamis,
dengan ditandai oleh keselarasan antara tingkah laku dengan nilai moral. Mereka
yang matang dalam beragama akan selalu menyelaraskan antara tingkah laku
dengan nilai-nilai moral keagamaan yang dianutnya. Keempat, Kehidupan dunia
toleran dalam arti mampu menerima perbedaan (Allport, 1953). Kelima, Berusaha
bertambahnya usia dan pengalaman hidup saja, melainkan juga harus ada usaha
Jika individu tersebut menutup diri dan tidak ada usaha serta berfikiran sempit,
sekalipun bertambahnya usia, maka akan terjadi pemahaman agama yang statis
adalah berteman dengan orang shaleh, teman yang shaleh adalah orang yang
dengan cara sejenak meninggalkan aktivitas rutin dan berkumpul dengan orang
goa Tsur, Raja Sulaiman dari Kesultanan Turki Utsmani juga berkhalwat untuk
ada dalam diri setiap individu yang terarah dan terorganisir di sekitar objek
tertentu. Orang yang matang beragama memiliki pemahaman yang tinggi terhadap
diajarkan oleh agamanya, dan selalu berupaya agar prilakunya sesuai dengan nilai
Kemanusiaan, 10(2), 305-325.
psikologi-kepribadian/
http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSI-207-Pertemuan-XI-Gordon-Alport.pdf
https://www.academia.edu/34867229/Kematangan_Beragama?sm=b
http://eprints.walisongo.ac.id:
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3960/3/094411030_bab2.pdf