Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yan terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sikap keberagaman pada orang
dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Selain itu sikap keberagaman pada orang dewasa, pendalaman pengertian dan
perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bai orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian masa dewasa
2.
Cirri-ciri sikap keberagaman pada masa dewasa
3.
Perkembangan agama pada masa dewasa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Dewasa


Elzabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi 3 bagian,
yaitu : - masa dewasa awal ( masa dewasa dini)
- masa dewasa madya
- masa usia lanjut1[1]
Pembagian senada juga diungkapkan oleh beberapa ahli psikologi. Lewis
Sheril, misalnya, membagi masa dewasa sebagai berikut:2[2]
a.
Masa dewasa awal => awal masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
b.

yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.


Masa dewasa tengah => sudah mulai menghadapi tantangan hidup sambil
memantapkan tempat dan mengembangkan filsafat untuk menolak kenyataan
yang tidak disangka-sangka. Jadi masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam

c.

membuat keputusan secara konsisten.


Masa dewasa akhir => ciri utamanya adalah pasrah, pada masa ini minat dan
kegiatan kurang beragama, hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada
hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Sementara menurut Erikson, masa dewasa muda merupakan pengalaman
menggali keintiman (intimacy), kemampuan untuk membaurkan identitas anda
dengan identitas orang lain tanpa takut bahwa anda akan kehilangan sesustu dari
diri anda. Lawan dari identitas adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara
diri sendiri dengan orang lain. Keseimbangan antara intimidasi dengan isolasi
adalah belajar melepas diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap
mempertahankan identitas diri.3[3]
Masa dewasa tengah merupakan masa produktivitas maksimum. Pada masa
ini kekuatan watak yang muncul, perhatian (care) rasa prihatin, dan tanggung
jawab yang menghargai siapa yang membutuhkan perlindungan dan perhatian.
Dalam istilah religious, stagnasi dan kesia-siaan dihindari dengan melestarikan

1[1] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet.
1, 2004), 83
2[2] Ibid, 84.
3[3] Ibid, 86.

fungsinya yang bertanggun jawab dalam mengabdikan hidup dan kebudayaan


yang menjadi maksud Tuhan.
Sementara itu, masa dewasa akhir merupakan masa kematangan. Masalah
sentral dalam masa ini adalah menemukan kepuasan bahwa hidup yang
dijalaninya merupakan penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi
integrasi emosional, sehingga oleh Erikson disebut sebagai pencapaian
kebijaksanaan (wisdom). Menurut Charlotto Bucher, di usia orang dewasa telah
memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain,
orang dewasa telah menyadari nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk
mempertahankannya. Orang dewasa telah memiliki identitas yang jelas dan
kepribadian yang mantap.
Pada masa ini, menurut H. Carl Witherington, pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Mereka mulai berpikir pada tanggung
jawab social, moral, ekonomi, dan keagamaan, serta telah memiliki kepribadian
yang stabil. Pada manusia anak telah sampai dewasa maka telah memiliki
kesadaran penuh akan dirinya. Sehingga, dia diberi beban tanggung jawab pada
agama dan social.4[4]
Sikap keagamaan yang dipilih, akan dipertahankan sebagai identitas dan
kepribadian mereka. Sikap demikian akan membawa mereka merasa mantap
dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Pilihan tersebut didasarkan
pada ajaran yang telah memberikan kepuasan batin dan atas pertimbangan akal
sehat.5[5]
Kesadaran beragama pada usia dewasa merupakan dasar dan arah dari
kesiapan seseorang untuk mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan, dan
penyesuaian diri terhadap rangsangan yang datang dari luar. Semua tingkah laku
dalam kehidupanya diwarnai oleh system kesadaran keagamaannya. Dengan kata
lain, kesadaran beragama tersebut tidak hanya melandasi tingkah laku yang
tampak, akan tetapi juga mewarnai sikap,pemikiran, itikad, niat kemauan serta
4[4] Abdullah Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuassa-Nuansa Psikologi Islam,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2001), 106
5[5] Susurin, Ilmu Jiwa, 87

tanggung jawab serta tanggapan-tanggapan terhadap nilai-nilai abstrak yang ideal,


seperti: keadilan , pengorbanan, persatuan, kemerdekaan, perdamaian, dan
kebahagiaan.
B. Cri-Ciri Sikap Keberagaman Pada Masa Dewasa
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagaman pada
orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :6[6]
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,
bukan sekedar ikut-ikutan
2.
Cenderung bersisfat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
3.

diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku


Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk

mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.


4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab
5.
6.

diri hingga sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap hidup


Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
Bersikap lebih kritis terhadap materiajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas

pertimbangan hati nurani


7. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masingmasing, sehingga terlihhat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima,
memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan social,
sehingga perhatian terhadap kepentingan oraganisasi social keagamaan sudah
berkembang
C. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dengan demikian pada masa dewasa sebagaimana diatas, maka akan tampak
kestabilan anak didalam menentukan pandangan hidup yang harus dianutnya atau
agama yang harus dianutnya. Itu sudah berdasarkan kesadaran dan keyakinan
yang dianggap benar dan diperlukan didalam hidupnya. Ini bukanlah berarti
seseorang harus mempunyai pengetahauan tentang keagamaannya secara
mendalam, melainkan apa yang diketahui dari faham keagamaan yang dianutnya
dipegang teguh dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh
6[6] Ibid, 88.

tanggung jawab. Sebagai akibat dari adanya kestabilan dalam pandangan hidup
keagamaan maka akan didapati pula adanya kestabilan dalam melakukan
religiusnya, dimana segala perbuatan dan tingkah laku keagamaannya senantiasa
dipertimbangkan masak-masak yang dibina di atas tanggung jawab bukan sekedar
ikut-ikutan

PERAN DAN FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang beragam dalam hal :ras,suku,maupun agama.Agama dalam kehidupan manusia
sangat berperan penting dalam menjalani kehidupannya.
1.1

Pengertian Agama Secara Umum

Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak


sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara internal muncul
pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa agama tertentu saja
sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu yang bersamaan
menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama
Samawi dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam,
Kristen dan Yahudi.-dan agama Wadi atau agama bumi yang juga sering
disebut sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau
akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu dan berbagai
aliran keagamaan lain atau kepercayaan.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan budaya,
karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama
meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap
sebagai Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan
bagian dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam masa
kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia
berpikir dan berperilaku.

Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata Agama pada umumnya;


berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia
berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti tidak dan GAM
berarti pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal,
dengan demikian agama: berarti pedoman hidup yang kekal
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah;
AGAMA dan UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti
awang-awang, kosong atau hampa, GA berarti genah atau tempat dan MA
berarti matahari, terang atau bersinar, sehingga agama dimaknai sebagai ajaran
untuk menguak rahasia misteri Tuhan, sedangkan istilah UGAMA mengandung
makna, U atau UDDAHA yang berarti tirta atau air suci dan kata GA atau Gni
berarti api, sedangkan MA atau Maruta berarti angin atau udara sehingga
dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus dilaksanakan dengan
sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang
mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti
Amartha berarti hidup, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang
hakikat hidup dan keberadaan Tuhan.

PERAN DAN FUNGSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :

Karena agama merupakan sumber moral

Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala


suka, maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya,
serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl
(16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa.
Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di
antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai
macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan
dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan


kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin
disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha
menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.

Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada


kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah,
yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
kejahatan

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing


manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau
kemungkaran.
Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk
menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama
mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia
sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan
juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya
sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada
falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia
adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas

mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama
itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini
adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja
kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang
sama.
Memainkan fungsi kawanan sosial.

Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran


agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan
oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu
pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor)
dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan
memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama
sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti
peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggotaanggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang
membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari
sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok
keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.

PERKEMBANGAN KEAGAMAAN PADA ORANG DEWASA


1. AGAMA PADA DEWASA
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga
yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat

disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai
sikap pada umumnya yaitu:
a.

Dapat menentukan pribadinya.

b.

Dapat menggariskan jalan hidupnya.

c.

Bertanggung jawab.

d.

Menghimpun norma-norma sendiri.

Dan saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; Saya hidup dan saya tahu untuk apa, menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup. Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilainilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:
a.

Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)


Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan
menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21
tahun sampai 40 tahun.

b.

Masa dewasa madya (middle adulthood)


Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam
puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap
agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

c.

Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciriciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai
berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan
fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan
perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.

2.

Karakteristik sikap keberagamaan pada Orang Dewasa


Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilainilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir
tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa
adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia
dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang
bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki
tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari
ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan.
Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang
matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang di usia dewasa
sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin prose situ terjadi setelah
didasarkan atas pertimbangan yang matang.
Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilainilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya.

Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap
ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan
akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan
pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a.

Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,

bukan sekedar ikut-ikutan.


b.
Cenderung bersifat realis, sehinggga norma-norma agama lebih banyak
c.

diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.


Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk

d.

mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.


Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab

diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup


e.
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
f.
Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas
g.

pertimbangan hati nurani.


Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masingmasing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima,

memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.


h.
Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial,
sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah
berkembang.
3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan Orang Dewasa


Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya
hambatan, yaitu:

a.

Faktor diri sendiri


Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri dan
pengalaman.
Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaranajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan kurang
berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan menghayati
dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik, walaupun
yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging
dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang yang kurang mampu
menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak tergantung pada masyarakat
yang ada.
Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam
bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam mengerjakan
aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai pengalaman sedikit dan
sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan untuk dapat mengerjakan
ajaran agama secara mantap dan stabil.

b.

Faktor luar
Yang dimaksud dengan factor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang, malah
justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang telah ada.
Factor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan yang diterima.
Dan William James mengemukakan dua buah factor yang mempengaruhi
sikap keagamaan seseorang, yaitu:

a.

Factor intern, terdiri dari:

1)

Temperamen

2)

Gangguan jiwa

3)

Konflik dan keraguan

4)

Jauh dari Tuhan

b.

Factor Ekstern, terdiri dari:

1)

Musibah

2)

kejahatans

4.

Masalah-masalah keberagamaan pada masa Dewasa


Seorang

ahli

psikologi

Lewis

Sherril,

membagi

masalah-masalah

keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut :


a. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang
akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
b.

Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai

pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
c.

Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah pasrah. Pada masa ini, minat dan
kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada
hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada
usia tua
BAB III
KESIMPULAN

A. Masa dewasa ada 3 macam, yaitu:


- masa dewasa awal ( masa dewasa dini)
- masa dewasa madya
- masa usia lanjut
B. Cri-Ciri Sikap Keberagaman Pada Masa Dewasa
Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang
Cenderung bersisfat realis
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama
Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masingmasing
Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan social
C. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dengan demikian pada masa dewasa sebagaimana diatas, maka akan tampak
kestabilan anak didalam menentukan pandangan hidup yang harus dianutnya atau

agama yang harus dianutnya. Itu sudah berdasarkan kesadaran dan keyakinan
yang dianggap benar dan diperlukan didalam hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2004
Mujib dan Jusuf Mudzakir, Abdullah. Nuassa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2001
Anshori, Hafi. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1991

Crepps , Robert W. 1994 Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta :


Kanisius
Daradjat, Zakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Bulan Bintang
Susurin. 2004. Ilmu jiwa agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Perkembangan agama pada anak anak dan remaja terdapat dalam
http://f

auzi2000.blogspot.com/2009/12/perkembangan-jiwa-beragama-pada-

masa.html diunduh pada tanggal 26 Fabruari 2014


Perkembangan agama pada orang dewasa
http://iskandar-islam-indonesia.blogspot.com/2013/05/perkembangan-jiwakeagamaan-pada-orang.html diunduh pada tanggal 28 Fabruari 2014

Anda mungkin juga menyukai