Anda di halaman 1dari 11

BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Apotek merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian

bagi masyarakat yang dipimpin oleh seorang Apoteker. Pendirian apotek bertujuan untuk

memberikan pelayanan atas obat-obat resep dokter, obat bebas (tanpa resep dokter), obat

wajib apotek, perbekalan farmasi dan pemberian informasi penggunaan obat serta bertujuan

untuk memberikan kesempatan bekerja bagi msyarakat.

Apotek 52 terletak di jalan ratulangi rampoang km 7 kota palopo. Dimana, Pemilik

Sarana Apotek (PSA) selaku Apoteker Pengelola Apotek di apotek 52, satu orang sebagai

administrasi dan keuangan, dan 3 orang sebagai Asisten Apoteker.

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apoteker Pengelola Apotek


(APA)

Administrasi dan Asisten Apoteker


keuangan (AA)

Gambar ٦. Struktur Organisasi Apotek 52

A. Membuat Care Plan

1. Skrining resep secara lengkap, riwayat sosial, riwayat penyakit dan riwayat
keluarga (Lampiran kegiatan praktek : daftar tilik skrining resep nomor kode
skrining 01).

No Perihal Keterangan
1 Skrining resep Skrining 1 : Nama penulis resep jelas, alamat dokter
jelas dan paraf dan tanggal penulisan
resep jelas
Skrining 2 : Nama pasien jelas dan jenis kelamin
pasien jelas
Skrining 3 : Nama obat-obatan yang diminta jelas,
bentuk sediaan yang diminta jelas dan
jumlah dan dosis terapi jelas
Skrining 4 : Aturan pakai dan cara pakai obat jelas
Skrining 5 : Kesesuaian bentuk sediaan dan stabilitas
obat jelas
Skrining 6 : Tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada
interaksi antar penggunaan obat dan tidak
ada reaksi efek samping penggunaan obat
2 Riwayat penyakit Nyeri lambung dan sakit pada kepala

2. Assesment penentuan goal terapi


 Gastritis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Gastritis akut adalah inflamasi akut mukos lambungpada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
1. Gastritis akut erosif
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari
pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
2. Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan sebagai berikut :
1. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa
pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker
lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel pariental dan sel chief.
3. Gastritis hipertronik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul
pada mukosa lambung yang ebrsifat iregular, tipis, dan hemoragik.

Gastritis ialah suatu inflamasi yang mengenai daerah dinding lambung


terutama pada mukosa gaster. Gastritis dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti oleh karena infeksi H. Pylori, kebiasaan makan makanan yang pedas,
asam, minum iritatif (seperti soda), serta konsumsi kopi, alkohol, stress
emosional, obat-obatan seperti NSAID, dan juga dapat disebabkan oleh
imunitas.

Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak


fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung
hingga menyebabkan kematian.

Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan nyeri,


menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan
komplikasi. Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis
ditunjukkan untuk menekan faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat
faktor defensif (ketahanan mukosa). Sampai saat ini pengobatan ditunjukkan
untuk mengurangi asam lambung yakni dengan cara menetralkan asam
lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu, pengobatan
gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensif mukosa
lambung dengan obat-obatan sitoproteksi (Dipiro, 2008).

Gambaran diagnostik pasien adalah dinilai berdasarkan radiologi (sinar


x gastrointestina bagian atas), endoskopi (gastroscopy ditemukan mukosa
yang hiperemik), laboratorium (mengetahui kadar asam hidroklorida), EGD
Esofagagastriduodenoskopi (tes diagnostik kunci untuk pendarahan gastritis,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau
cidera), pemeriksaan histopatologi (tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis), analisa gaster (dapat dilakukan
untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster,
contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktura), fesef
(tes feses akan positif H.Pylory Kreatinin biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan, amonia (dapat meningka apabila disfungsi hati
berat mengganggu metabolisme dan sekresi urea), natrium, kalium dan
amilase.

Pengobatan pada gastritis meliputi :

a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung


b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
(Dermawan, 2010)
 Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk


menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium


hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau
cuka encer.
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan
perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet
pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai
farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau
amoksisilin ) dan garam bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A
biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya
antibody terhadap faktor instrinsik (Smeltzer, 2001).

 Identifikasi DRP :

Kriteria Ada Tidak Ada


Perlu terapi tambahan - Tidak Ada
Terapi yang tidak perlu - Tidak Ada
Obat salah - Tidak Ada
Dosis terlalu rendah - Tidak Ada
Reaksi obat yang Ada Tidak Ada
merugikan
Dosis terlalu tinggi - Tidak Ada
Masalah kepatuhan - Tidak Ada

 Pemantauan terapi efek samping obat :

Nama obat Efek samping obat


Omeprazole kapsul 20mg Mual muntah, konstipasi dan kembung
Betahistine tablet 6mg Ruam kulit dan gatal
Metformin tablet 500mg Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya
sementara), nyeri perut dan urtikaria
Sucralfate syrup Konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan,
pusing, sakit kepala, vertigo dan mengantuk.

 Implementasi dari pemantauan terapi adalah pemberian betahistine tablet


6mg dengan dosis terapi 3x1 untuk menghindari adanya efek samping
obat terhadap penggunaan proton pump inhibitor (PPI) terapi gastritis
yang dapat menyebabkan terjadinya sakit kepala/vertigo.
B. Pelayanan Swamedikasi
Studi kasus pelayanan swamedikasi :
Dengan metode WHAM.
- Siapa nama pasien ?
Pasien atas nama Ny. Lili
- Apa keluhannya ?
Alergi, gatal-gatal
- Lama keluhan muncul ?
Ketika memakan telur, maka alergi akan muncul dan timbul gatal dibadan
- Tindakan yang dilakukan ?
Membeli obat untuk kebutuhan ketika sewaktu-waktu alergi
- Obat apa saja yang sedang di konsumsi ?
Tidak mengkonsumsi obat apapun.
C. Dimensi Sosial Praktek Apotek
Membuat kegiatan edukasi: Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO).
- Latar Belakang
Penyimpanan obat di lingkungan masyarakat, khususnya dalam satuan
rumah tangga, apabila tidak diikuti dengan pengetahuan yang benar tentang
obat akan memicu timbulnya penggunaan yang tidak rasional serta cara
penyimpanan yang tidak tepat. Survei di beberapa negara khususnya negera
berkembang, menunjukkan adanya ketidaktepatan penyimpanan obat,
diantaranya penyimpanan item antibiotik dan obat tanpa resep dokter, serta
penyimpanan di lokasi yang kurang memadai. Di samping itu, studi lain juga
menyebutkan pentingnya menyimpan obat rumah tangga yang jauh dari
jangkauan anak-anak.

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari


kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai hal, yaitu bentuk dan
jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar.

Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai


sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Tempat penyimpanan obat
tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi

Penyimpanan obat merupakan salah satu cara pemeliharaan perbekalan


farmasi sehingga aman dari gangguan fisik dan pencurian yang dapat merusak
kualitas suatu obat. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan
keamanan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan mdis habis pakai sesuai
dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis siap pakai (Permenkes RI, 2016).

Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.

Dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan internet, saat ini


semakin bertambah program edukasi kesehatan masyarakat yang disebarkan
dalam bentuk multimedia, menggunakan perpaduan antara gambar, teks,
suara, dan gerak. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), pemanfaatan internet untuk mencari informasi kesehatan di Indonesia
mencapai 51,06%. Besarnya penetrasi pengguna internet di Indonesia
(54,68% dari seluruh penduduk di tahun 2017)(12) dapat menjadi peluang
penyebaran edukasi kesehatan yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan media edukasi penyimpanan obat berbentuk pendekatan
kepada masyarakat.

- Identifikasi permasalahan
 Penyimpanan obat yang tidak sesuai standar yang mengakibatkan
kestabilan obat tidak terjaga.
 Membuang suatu sediaan obat dengan cara yang kurang tepat.
 Tidak megetahui batas penyimpanan obat dry syrup, puyer, salep dan
tetes mata/telinga.
 Pemahaman terhadap cara penggunaan obat jika lupa.
- Hipotesis
Hipotesis Berdasarkan perumusan Latar Belakang masalah di atas, maka
hipotesis yang terjadi adalah:
 Tingkat pengetahuan Pasien/Masyarakat secara umum tentang
penyimpanan obat masih kurang.
 Kurangnya edukasi secara berkala dan menyeluruh kepada
pasien/masyarakat secara umum sehingga ketidak tahuan akibat
penyimpanan obat yang kurang tepat mengakibatkan obat rusak.
 Kurangnya pemahaman pasien tentang penggunaan obat ketika lupa
meminum obat.
- Kerangka Konseptual

Variabel bebas Variabel Terikat

Nama Tingkat Pemahaman


Umur Pemberian Terkait
Jenis Kelamin Antibiotik (Skala 10 & 0)
Tempat Asal Skala 10 : BAIK
Pertanyaan Pendahuluan Skala 0 : KURANG

- Kerangka Operasional
Populasi/Pasien/Masyarakat

Kuesioner

Pengolahan Data
Pengumpulan Data Menggunakan Metode
Pembanding 10 Peserta

Informasi Komunikasi dan


Edukasi/PIO Hasil Analisa dan
Kesimpulan
 Leflet
 Brosur

Tingkat Kepuasan Edukasi dan Hasil


Informasi KEI dan Pemahaman Pasien
dan Masyarakat

- Hasil pengamatan dan pembahasan


Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dengan cara
menempatkan obat-obatan pada tempat yang aman dari gangguan fisik
yang dapat merusak mutu obat. Hal ini yang dapat menyebabkan
penggunaan obat yang tidak rasional serta dapat terdegradasi nya obat yang
disimpan.

Metode: Pendekatan kepada masyarakat terhadap 10 responden


dilakukan pada 25 oktober 2021. Data yang dikumpulkan melalui lembar
kuesioner. Obat yang disimpan dirumah, mendapatkan obat dengan resep
atau tanpa resep obat, penyimpanan obat yang sesuai standar penyimpanan.

Hasil dan Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengolahan data. Yang


menyimpan obat di rumah sebanyak (80%). Hampir sebagian status
penggunaan obat yang disimpan adalah untuk keperluan mendatang/jaga-
jaga. Sumber terbanyak obat yang disimpan yaitu dari apotek tanpa resep
(70%). Pengetahuan penyimpanan obat yang baik (30%). Dan pengetahuan
pemusnahan obat yang benar (35%).

Anda mungkin juga menyukai