Anda di halaman 1dari 9

Study Guide 8

PENDIDIKAN DASAR K12

Nama : Salafi’ul Arrantiasi Silawafi

Nim : 11010120031

Reading

1. Jelaskan 3 tujuan pembelajaran reading menurut Steve Stahl (2002)


- Secara otomatis mengenali kata-kata
- Memahami teks
- Menjadi termotivasi untuk membaca dan menghargai bacaan
2. Jelaskan 3 proses kognitif ketika membaca menurut Mayer (2008)
a. Menyadari unit suara dalam kata-kata, yang terdiri dari mengenali fonem
b. Penguraian kata-kata, yang melibatkan pengubahan kata-kata tercetak menjadi suara
c. Mengakses makna kata, yang terdiri dari menemukan representasi mental
3. Bandingkan phonic approch dengan whole-language approach dalam reading
Pendekatan phonics menekankan bahwa instruksi membaca harus fokus pada
phonics dan aturan dasar untuk menerjemahkan simbol tertulis ke dalam suara. Instruksi
membaca awal harus melibatkan materi yang disederhanakan. Hanya setelah mempelajari
aturan korespondensi yang menghubungkan fonem yang diucapkan dengan huruf alfabet
yang mewakilinya, anak-anak harus diberikan bahan bacaan yang kompleks, seperti buku
dan puisi (Santrock, 2018)
Sedangkan sebaliknya, pendekatan seluruh bahasa menekankan bahwa instruksi
membaca. harus sejajar dengan pembelajaran bahasa alami anak-anak. Bahan bacaan
harus utuh dan bermakna. Artinya, anak-anak harus diberikan materi dalam bentuknya
yang lengkap, seperti cerita dan puisi, sehingga mereka mulai memahami fungsi
komunikatif bahasa. Membaca harus dikaitkan dengan keterampilan mendengarkan dan
menulis.
4. Jelaskan 3 pendekatan kognitif dalam membaca
- Decoding dan Memahami Kata-kata adalah proses kognitif atau kunci dalam belajar
membaca dan menekankan proses kognitif yang terlibat dalam decoding dan
memahami kata-kata.
- Menerapkan pengetahuan sebelumnya adalah pengetahuan siswa tentang suatu topik
terkait dengan apa yang mereka ingat dari membaca tentang topik tersebut dan
kemampuan mereka untuk membuat kesimpulan yang benar tentang materi yang telah
dibaca.
- Mengembangkan strategi membaca para ahli dalam pendekatan kognitif adalah
mengembangkan strategi membaca dengan banyak membaca pada sumber-sumber
para ahli dibandingkan dengan membaca pada sumber-sumber baru, serta
kemampuan mengingat dengan baik sangat diperlukan.
5. Bagaimana pendekatan social constructivist dalam mengajarkan membaca?
Kontribusi konteks sosial dalam membantu anak belajar membaca meliputi
faktor-faktor seperti seberapa besar penekanan budaya membaca, sejauh mana orang tua
telah mengekspos anak-anak mereka ke buku sebelum mereka memasuki sekolah formal,
keterampilan komunikasi guru, sejauh mana di mana guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah mereka baca, dan Kurikulum
Membaca diamanatkan oleh Distrik (Ormrod, 2006)

Writing

1. Bagaimana cara membantu siswa belajar menulis?


Menurut lerner (1985 :402) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk menulis, diantaranta yaitu : Motorik, Perilaku, Persepsi, Memori,
Kemampuan melaksanakan cross modal, Penggunaan tangan yang dominan, Kemampuan
memahami insting. Langkah – langkah Pembelajaran Menulis diawali dengan Pengenalan
Huruf, Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran permulaan
menulis. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan berupa bentuk tulisan serta
benar dalam pelafalannya. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa
dalam mengenal dan membedakan lambang tulisan.
1. Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dua
anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
2. Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan “nani” dan “nana”
yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3. Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana
“nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
4. Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di
papan tulis, anak diminta memerhatikannya Ketika Guru hendaknya menulis secara
perlahan-lahan dan anak diminta untuk memerhatikan gerakan-gerakan tangan
5. Setiap tulisan dianalisis dan disintesiskan kembali. Demikianlah seterusnya, kegiatan
dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.

2. Pendekatan kognitif untuk melatih menulis terdiri dari planning, problem solving,
revising, dan metacognitive strategies. Jelaskan setiap tahapan tersebut.
a. Planning atau perencanaan yang mencakup isi informasi tentang penerimaan
organisasi dan merupakan aspek penting dari penulisan. Guru harus menunjukkan
kepada siswa bagaimana membuat menguraikan untuk memberikan umpan balik dan
model untuk membantu siswa merencanakan komposisi mereka untuk memenuhi
tenggat waktu.
b. Problem solving atau memecahkan masalah di sekolah yang melibatkan pengajar
siswa bagaimana menulis kalimat dan paragraf dengan benar. Namun, ada lebih
banyak hal dalam menulis daripada menghindari kalimat run-on atau memastikan
bahwa paragraf mendukung kalimat topik.
c. Revising atau merevisi merupakan komponen paling penting dalam menulis. Merevisi
menggunakan banyak pengetahuan dari individu dan belajar bagaimana
menggunakannya untuk perbaikan dalam penulisan.
d. Metacognitive strategies atau strategi metakognisi dimana cara menekankan
pengetahuan tentang strategi menulis.
3. Bagaimana pendekatan social constructivist dalam pengajaran menulis?
a. Prapenulisan. Siswa perlu berpartisipasi dalam komunitas menulis untuk memahami
hubungan penulis/pembaca dan belajar untuk mengenali bagaimana perspektif
mereka mungkin berbeda dari orang lain
b. Merencanakan, merevisi, dan mengedit. Ini adalah keterampilan penting bagi penulis,
dan siswa membutuhkan banyak latihan dalam mengembangkan.
c. Ringkasan. Guru perlu secara eksplisit dan sistematis mengajar siswa bagaimana
meringkas teks yang mereka tulis.
d. Penggabungan kalimat. Siswa perlu berlatih membangun yang lebih kompleks, untuk
merangkai kalimat kalimat yang unik.

Math

1. Jelaskan tahapan perkembangan pemahaman siswa dalam matematika


Para ahli mengemukakan bahwa anak-anak kecil mempelajari dua aspek penting
matematika sebelum mereka masuk sekolah: (1) aspek dasar angka, dan (2) aspek dasar
geometri. Para peneliti telah menemukan bahwa kompetensi angka awal terkait dengan
kesuksesan matematika di masa depan. Dalam analisis enam studi longitudinal,
pengetahuan matematika masuk sekolah adalah salah satu dari tiga prediktor utama
(bersama dengan keterampilan membaca dan perhatian) prestasi sekolah kemudian di
sekolah dasar dan sekolah menengah (Henmon & Nelson, 1928)

2. Ada kontroversi apa dalam pengajaran matematika?


Pendidik saat ini memperdebatkan apakah matematika harus diajarkan
menggunakan pendekatan kognitif, konseptual, dan konstruktivis atau pendekatan
komputasi yang berorientasi pada praktik. Beberapa pendukung pendekatan kognitif
menentang menghafal dan bagian dalam mengajar matematika. Sebaliknya, mereka
menekankan pemecahan masalah matematika konstruktivis Yang lain menganggap
bahwa kecepatan dan otomatisitas adalah pencapaian matematika yang efektif dan
berpendapat bahwa keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan dan
perhitungan yang ekstensif. Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan konstruktivis
menjadi semakin populer. Dalam pendekatan ini, pengajaran yang efektif berfokus pada
melibatkan anak-anak dalam memecahkan masalah atau mengembangkan konsep dan
dalam mengeksplorasi efisiensi solusi alternatif (Muhid et al., 2020)

3. Bagaimana prinsip konstruktivis dalam pembelajaran matematika?


a. Menjadikan Matematika Realistis dan Menarik Bangun pengajaran matematika
dengan realistis dan masalah yang menarik. Masalah-masalah tersebut mungkin dapat
melibatkan beberapa jenis konflik, misalnya pense, atau krisis yang memotivasi minat
siswa. Kegiatan pemecahan masalah matematika mungkin berpusat pada siswa,
masalah masyarakat, penemuan ilmiah, atau peristiwa sejarah (Rahmatika et al.,
2019)
b. Mempertimbangkan Pengetahuan dan mendiskusikan tentang proses kognitif siswa.
Membangun pengetahuan siswa merupakan aspek penting dari pendidikan
matematika. Mengevaluasi pengetahuan apa yang dibawa siswa ke unit dan konteks
di mana instruksi berlangsung. Menyediakan informasi yang cukup bagi siswa untuk
dapat menemukan metode untuk memecahkan masalah matematika.
c. Menjadikan Kurikulum Matematika Interaktif Secara Sosial dan mengeembangkan
proyek matematika yang mengharuskan siswa berdiskusi untuk menemukan solusi.
Memangun peluang kurikulum matematika bagi siswa untuk dan meningkatkan
komunikasi dan keterampilan. Menghasilkan proyek matematika yang menimbulkan
diskusi, argumen, dan kompromi.

4. Bagaimana peran teknologi dalam pengajaran matematika?


Kurikulum merekomendasikan agar kalkulator digunakan di semua tingkat
pengajaran matematika sebagian juga dapat mengakses komputer jika siswa ingin dididik
secara memadai untuk karir masa depan. Di beberapa sekolah, mendapatkan dana yang
memadai untuk mengakses komputer. Berbeda seperti guru di luar negri yang tidak
mengizinkan penggunaan kalkulator atau komputer sehari-hari di kelas matematika
karena mereka ingin memastikan bahwa siswa memahami konsep dan operasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah (Paris, 2019)
Science

1. Ketrampilan apa saja yang dipelajari dalam pembelajaran science menurut Lehrer
& Schauble, 2015)?
Para ilmuwan biasanya terlibat dalam jenis pemikiran dan perilaku tertentu.
Misalnya, mereka secara teratur melakukan pengamatan yang cermat; mengumpulkan,
mengatur, dan menganalisis data; mengukur, membuat grafik, dan memahami hubungan
spasial; memperhatikan dan mengatur pemikiran mereka sendiri; dan tahu kapan dan
bagaimana menerapkan pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah (Tahmidaten &
Krismanto, 2020)

2. Bagaimana pendekatan constructivist untuk pengajaran science?


Pengajaran konstruktivis menekankan bahwa anak-anak harus membangun
pengetahuan dan pemahaman ilmiah mereka sendiri dengan bimbingan dari guru. Pada
setiap langkah dalam pembelajaran, mereka perlu menginterpretasikan pengetahuan baru
dalam konteks apa yang sudah mereka pahami. Alih-alih menempatkan tepi pengetahuan
yang terbentuk sepenuhnya ke dalam pikiran anak-anak, dalam pendekatan konstruktivis,
guru berfungsi sebagai pemandu dan konsultan ketika anak-anak membangun interpretasi
dunia yang valid secara ilmiah dan memberi siswa umpan balik untuk membantu mereka
memperbaiki kesalahpahaman (Tristiantari & Sumantri, 2016)

Social Studies

1. Apa saja 10 tema dalam social studies dan apa tujuan utama belajar social studies?
a. Waktu kontinuitas dan perubahan dalam hal ini menyangkut sejarah dimana siswa
dapat menemukan dirinya dalam ruang waktu sejarah
b. Orang tempat dan lingkungan dalam hal ini dapat mengembangkan perspektif spasial
dan geografis di dunia
c. Perkembangan dan identitas individu dalam hal ini identitas dari siswa terbentuk
karena factor budaya kelompok dan instuisi
d. Individu kelompok dan instuisi dalam hal ini siswa belajar baimana dalam menjalin
hubungan secara besama berkelompok ataupun secara pemerintahan
e. Kekuasaan wewenang dan pemerintahan, dalam hal ini siswa harus memahami
perkembangan kekuasaan, otoritas pada pemerintahan disuatu negara
f. Produksi distribusi dan konsumsi dalam hal ini menjukka bahwa terdapat kebutuhan
dan keinginan yang harus dipenuhi
g. Ilmu pengetahuan teknologi dan masyarakat dalam hal ini kehidupan moderen yang
di iringi pekembangan ilm pengetahuan dan teknologi yang sangt pesat.
h. Koneksi global dalam hal ini hubungan dan rasa saling ketergantungan atar satu
negara dengan negara yang lain sehingga membutuhkan pemhaman tentang budaya
antar bagsa dan dunia
i. Cita-cita dan kewarganegaraan dalam hal ini meunjukkn bahwa cita-cita menjadi
anggota sipil harus berpartisispasi penuh dalam masyarakat
j. Budaya dalam hal ini dapat menjawab pertanyaan yang muncul sebagaimana
pertanyaan tentang adanya sejarah.

2. Bagaimana pendekatan constructivist dalam pembelajaran social studies?


Pendekatan konstruktivis untuk studi sosial juga menekankan pentingnya berpikir
kritis tentang nilai-nilai. Dimensi etis dari topik dan isu kontroversial menyediakan arena
untuk pemikiran dan pemahaman reflektif. Guru yang efektif mengenali sudut pandang
yang berlawanan, menunjukkan rasa hormat terhadap posisi yang didukung dengan baik,
menunjukkan kepekaan terhadap persamaan dan perbedaan budaya, dan berkomitmen
pada tanggung jawab sosial. Dari perspektif konstruktivis, guru membimbing siswa untuk
mempertimbangkan dimensi etika topik dan mengatasi isu-isu kontroversial daripada
langsung memberi tahu siswa apa yang etis atau tidak etis (Zara & Zara, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Henmon, V. A. C., & Nelson, M. J. (1928). Educational psychology. In Psychological


Bulletin (Vol. 25, Issue 7). https://doi.org/10.1037/h0074121

Muhid, A., Amalia, E. R., Hilaliyah, H., Budiana, N., & Wajdi, M. B. N. (2020). The
effect of metacognitive strategies implementation on students’ reading
comprehension achievement. International Journal of Instruction, 13(2), 847–862.
https://doi.org/10.29333/iji.2020.13257a

Ormrod, J. (2006). Educational psychology: Developing learners. In Educational


psychology: Developing learners.

Paris, A. S. (2019). Phonics Approach in Teaching Reading. International Journal of


Multicultural and Multireligious Understanding, 6(3), 204.
https://doi.org/10.18415/ijmmu.v6i3.739

Rahmatika, P., Hartati, S., & Yetti, E. (2019). Metode Pembelajaran Mind Map dan
Bercerita dengan Gaya Kognitif, Pengaruhnya terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 548.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.260

Santrock, J. W. (2018). Educational Psychology; Sixth Edition. University of Texas at


Dallas. Published by McGraw-Hill Education, 2 Penn Plaza, New York, NY 10121.
2018 by McGraw-Hill Education. 1-678. e-book.

Tahmidaten, L., & Krismanto, W. (2020). Permasalahan Budaya Membaca di Indonesia


(Studi Pustaka Tentang Problematika & Solusinya). Scholaria: Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 10(1), 22–33. https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i1.p22-33

Tristiantari, N. K. D., & Sumantri, I. M. (2016). Model Pembelajaran Cooperatif


Integrated Reading Composition Berpola Lesson Study Meningkatkan Keterampilan
Membaca Dan Menulis. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 5(2), 203.
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v5i2.8493

Zara, Z., & Zara, Z. I. (2008). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康関連指標に関する共分散構造分析Title. 管理现代化, 61–64.

Anda mungkin juga menyukai