Anda di halaman 1dari 17

Nama : Ivon Bella Sukma

NIM : 2398011453

Kelas/ Semester : Rombel 1/ 1

Ulangan Tengah Semester II

Mata Kuliah Literasi dalam Lintas Mata Pelajaran

Anda telah mengeksplorasi topik lintas mata pelajaran selama beberapa pertemuan.
Tentu Anda telah mengenal dan memahami lebih rinci apa itu literasi dasar, bagaimana
pelaksanaan di lapangan, strategi dan media yang cocok untuk pengembangan kegiatan
literasi. Kali ini, cobalah untuk menulis laporan kemajuan belajar yang berisi pengalaman
belajar Anda beberapa pertemuan ini. Anda dapat menulis dengan konten sebagai
berikut

1. Apa yang Anda ketahui sebelumnya tentang literasi


2. Apa yang Anda ketahui tentang literasi setelah mengikuti perkuliahan
3. Kegiatan literasi yang Anda temukan di lapangan
4. Refleksi Anda terkait perkuliahan literasi

Anda diperkenankan membaca artikel ilmiah atau sumber referensi lain yang
mendukung proses penulisan Saudara.

Format penulisan:

1. Judul laporan kemajuan


2. Laporan kemajuan ditulis sepanjang 9-10 halaman.
3. Laporan diketik dengan font arial, 12 pt, spasi 1,5, batas atas dan bawah
pengetikan 3 cm, batas kiri 4 cm, dan batas kanan 3 cm, serta ukuran kertas A4.
4. Laporan kemajuan disertai dengan sumber lain yang dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Jawab:

1. Apa yang Anda ketahui sebelumnya tentang literasi


Pemahaman saya sebelumnya tentang literasi adalah, kegiatan membaca atau
kegiatan dalam mencari atau mengolah dan memahami informasi saat melakukan
proses membaca, menulis maupun berbicara yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Apa yang Anda ketahui tentang literasi setelah mengikuti perkuliahan
Pemahaman yang saya ketahui tentang literasi setelah mengikuti
perkuliahan ini adalah, Literasi dalam pembelajaran adalah kemampuan
untuk menggunakan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
dan memirsa untuk mendapatkan informasi dalam disiplin tertentu
(Vacca, Vacca, dan Mraz 2011). Lima keterampilan ini membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan metakognitif. Dengan kata lain,
peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis ketika mereka menerima,
memproses, dan menghasilkan informasi. Selain itu, integrasi strategi
literasi dalam pembelajaran telah terbukti meningkatkan pemahaman
bacaan, membangun pengetahuan konseptual, dan menumbuhkan
keterampilan memecahkan masalah (Holloway 2002). Tujuan dari
pembelajaran di disiplin ilmu atau mata pelajaran apapun adalah
menghasilkan peserta didik yang bijaksana dan berpengetahuan luas;
oleh karena itu, strategi literasi harus digunakan di semua disiplin ilmu
untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk
belajar dengan cara yang efektif.
Literasi lintas mata pelajaran adalah kemampuan untuk
menggunakan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan melihat
untuk mendapatkan informasi dalam disiplin tertentu (Vacca, Vacca, dan
Mraz 2011). Lima keterampilan bahasa ini membantu peserta didik
berpikir kritis ketika mereka menerima, memproses, dan menghasilkan
informasi. Selain itu, integrasi strategi literasi dalam pembelajaran telah
terbukti meningkatkan pemahaman bacaan, membangun pengetahuan
konseptual, dan menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah
(Holloway 2002). Tujuan dari pembelajaran area konten adalah
menghasilkan peserta didik yang bijaksana dan berpengetahuan luas;
oleh karena itu, literasi harus digunakan di semua bidang studi,
termasuk seni, matematika, musik, dan pendidikan jasmani, untuk
memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar
dengan cara yang efektif.

alam seni, integrasi literasi lintas mata pelajaran berguna karena salah
satu tujuan utama mata pelajaran ini adalah untuk menghasilkan peserta
didik yang memiliki kemampuan reflektif dan emosional. Melalui literasi,
peserta didik mengalami perkembangan visual dan grafis dan wacana
verbal. Mereka juga mendapat kesempatan untuk mengungkapkan
keunikannya melalui upaya artistik dan tertulis (Feret dan Smith 2010).
Sementara itu, matematika menggunakan simbol untuk
merepresentasikan konsep, kosakata yang memiliki arti berbeda dengan
keseharian bahasa kita, dan struktur teks yang menggunakan penulisan
ringkas. Integrasi literasi memberikan peserta didik dengan kesempatan
untuk belajar tentang keunikan bahasa dan praktek bagaimana untuk
membuat makna dari isinya (Phillips et al. 2009). Keterampilan bermusik
serupa dengan keterampilan literasi. Ketika peserta didik menulis
tentang musik, hal ini memperluas pemahaman mereka tentang
kosakata dan konsep. Ketika mereka menyanyikan lagu-lagu hafalan,
maka keterampilan berbicara dan mendengarkan mereka akan
berkembang. Selain itu, ketika mereka membaca musik maka
kemampuan mereka untuk membaca teks dan simbol juga akan
berkembang (Feret dan Smith 2010). Literasi lintas mata pelajaran juga
meningkatkan kemampuan peserta didik pada bidang studi pendidikan
jasmani. Penampilan yang sukses menuntut peserta didik untuk
merencanakan, bernalar, menyusun strategi, dan merefleksikan, dan
ketika mereka mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis,
mereka melakukan aktivitas ini. Selain itu, kegiatan membaca dan
menulis memastikan agar peserta didik dapat mengaitkan kegiatan
kelas dengan kehidupan mereka di luar sekolah (Buell dan Whittaker
2001).
Agar dapat mengembangkan kemampuan metakognitif, pembelajaran
yang menerapkan strategi literasi perlu memiliki 7 (tujuh) karakteristik,
antara lain:
a. Memantau proses pemahaman teks pada tiga tahap dalam pembelajaran
(sebelum, ketika, dan setelah membaca)
b. Menggunakan teks multimoda selama pembelajaran
c. Memberikan instruksi yang jelas dan eksplisit dengan menggunakan modeling.
d. Menggunakan alat bantu seperti pengatur grafis
e. Mengembangkan respon terhadap berbagai jenis pertanyaan
f. Membuat pertanyaan

g. Melakukan analisis, sintesis, evaluasi dan refleksi terhadap teks.

Menilik ketujuh karakteristik pembelajaran di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa strategi literasi dapat diterapkan di berbagai model
pembelajaran, baik pembelajaran kooperatif, berbasis teks, berbasis
projek, berbasis masalah, inquiry, discovery, dan saintifik sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran dan kompetensi yang akan dicapai dalam


pembelajaran tersebut (Beers, 2010; Greenleaf dkk, 2011; Robb, 2003;
Toolin, 2004). Selain itu, perlu digaris bawahi bahwa penerapan strategi
literasi mencerminkan pembelajaran konstruktivis. Berbeda dengan model
transmisi di mana guru mendominasi proses pembelajaran, dalam model
konstruktivis, peserta didik berbincang tentang apa yang mereka baca dan
tulis agar mereka dapat belajar dan membuat keterkaitan antar gagasan.
Selain itu, peserta didik juga menghasilkan pengetahuan baru berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya (Robb, 2003).

Strategi literasi diterapkan dalam model pembelajaran konstruktivis, kita


dapat menggunakan tiga frasa berikut:
a. Tunjukkan pada saya, guru melakukan modeling think-aloud agar siswa dapat
mengamati bagaimana menerapkan strategi membaca dan menulis.
b. Bantu saya, siswa mempraktikan strategi membaca dan menulis di bawah
bimbingan guru.
c. Biarkan saya, secara bertahap siswa diberi kebebasan menggunakan strategi
yang dianggapndapat membantu memamahami teks dan menulis.

Ketiga frasa di atas menekankan inti pembelajaran konstruktivis, di mana peserta didik
didorong untuk menjadi pembaca aktif yang dapat memaknai teks berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan mereka sebelumnya. Agar peserta didik mendapatkan
informasi secara optimal dari teks yang mereka baca, guru perlu memberikan perhatian
utama kepada pembelajaran kosakata dan modeling.

Pembelajaran kosakata, semua mata pelajaran memerlukan pemahaman


kosakata yang bersifat konseptual dan belum dikenal sebelumnya.

Guru perlu melatihkan berbagai strategi pemahaman kosakata kepada peserta didik.

Modelling, guru tidak bisa berasumsi bahwa siswa tahu cara memahami teks.
Peserta didik tidak bisa hanya diminta memahami teks tanpa bimbingan guru. Guru perlu
mempraktikkan berbagai strategi membaca dan melatih peserta didik menggunakan
strategi membaca. salah satu karakteristik pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan metakognitif peserta didik adalah pentingnya
pemantauan pemahaman teks di tahap sebelum, ketika, dan setelah membaca.
Apapun topik yang dibahas di mata pelajaran apapun, ketiga tahap ini sangat
penting dijalankan. Dengan demikian, strategi literasi dalam pembelajaran
bukanlah konten mata pelajaran, namun strategi yang berwujud langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran untuk memahami konten dengan lebih
baik.

Berbagai strategi literasi dalam tiga tahap pembelajaran

Tahap Tujuan: Strategi literasi


Sebelum • Mengaktifkan • Skimming dan
membaca pengetahuan sebelumnya scanning (Membaca cepat)

• Think aloud (berpikir


nyaring)
• Mengaktifkan
• Mengeksplorasi teks
pengalaman
• Mengkategorikan info
sebelumnya
rmasi

• Memprediksi

• Menggunakan
pengatur grafis

• Mengajukan
pertanyaan

• Mencari kata
kunci/konsep

• Pratinjau (previewing)

Ketika • Memelajari • Memvisualisasikan


Membaca informasi
informasi baru
• Menggunakan
pengatur grafis
• Memonitor
• Mencatat
pemahaman sendiri
• Mengajukan
pertanyaan
• Mengingat
informasi yang sudah • Berpikir nyaring
diketahui • Menggunakan
petunjuk dalam konteks

• Mempelajari kos • Mencari kata


akata baru kunci/konsep

• Mengidentifikasi
bagian yang

sulit atau membingungkan

• Meringkas
• Menceritakan kembali

• Membaca kembali

• Mencari informasi
yang tersirat (inferensi)

• Membuat keterkaitan
personal dengan teks

Setelah ● Mendorong • Membaca kembali


membaca keterkaitan dengan teks
• Berpikir nyaring
dan isu-isu lain
• Mengonfirmasi
prediksi yang dilakukan di
• Memperdalam awal pembelajaran
pemahaman peserta
didik tentang materi dan • Mengajukan
pengalaman baru pertanyaan

• Membuat keterkaitan
antar teks, dengan diri
sendiri, dengan isu-isu di
masyarakat dan dunia

• Memvisualisasi dan
memberikan respon
sensorik (dengan
menggunakan panca
indera)

• Melakukan refleksi
melalui berbicara,
menulis, menggambar,
musik, dan gerak

• Mencatat

• Menggunakan
pengatur grafis

• Mencari informasi
yang tersirat (inferensi):
perbandingan, sebab
akibat, dan gagasan utama
• Membuat ringkasan

• Menceritakan kembali

• Membuat sintesa

• Mengevaluasi teks

• Melakukan evaluasi
diri

Di antara strategi literasi yang disebutkan di tabel di halaman


sebelumnya, beberapa di antaranya dapat digunakan di dua atau tiga
tahap yang berbeda. Yang lebih penting dipahami adalah bagaimana
strategi yang diterapkan dapat mendorong pengembangan keterampilan
berbahasa di mata pelajaran non bahasa. Berikut ini adalah 8 (delapan)
strategi literasi yang dapat dilakukan untuk tujuan tersebut :

Keterampilan bahasa

Strategi Literasi Mendeng Berbicar Membac Menuli Memirs Representa


ar a a s a si secara
visual

1. Memupuk √ √ √ √
Kolaborasi

2. Mendorong √ √
Diskusi

3. Menggunakan √ √ √ √
Pengatur Grafis

4. Membuat √ √ √
Keterkaitan
Antar teks

5. Model Think √ √ √
Aloud
6. Representasi √ √ √
Visual

7. √ √ √
Mengintegrasika
n Kosakata yang
Menarik

8. Mendorong √ √
keterampilan
menulis secara
autentik

Kolaborasi terjadi ketika siswa bekerja sama mencapai sebuah


tujuan. Guru harus memastikan bahwa peserta didik dikelompokkan
dalam melakukan aktivitas yang mendorong kolaborasi. Dua opsi
pengelompokan kolaboratif adalah kelompok menceritakan kembali
(group retelling) dan kelompok Jigsaw.

Tabel Contoh Kolaborasi Dalam Pembelajaran :

Memupuk Kolaborasi

Seni ● Diskusi kelompok dalam kegiatan membaca


sebuah teks yang berbeda mengenai seniman, kemudian
membentuk grup untuk mendiskusikan berbagai perspektif
tentang teks.

Matematika ● Menggunakan kelompok jigsaw


untuk mempelajari langkah yang ditetapkan dari suatu
prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah,
dan lalu menjelaskan langkah yang ditentukan kepada
teman satu grup.

IPA ● Membuat kelompok untuk kegiatan


menceritakan kembali (group retellings) setelah membaca
sebuah teks yang berbeda tentang terjadinya bencana alam
di sebuah daerah, dan kemudian membentuk kelompok
untuk berbagi perspektif teks.
Pengatur grafis memiliki peran penting dalam membantu siswa
memetakan proses pemahaman mereka terhadap sebuah
bacaan/informasi. Ada berbagai jenis pengatur grafis yang dapat
digunakan, baik sebelum, ketika, maupun setelah membahas sebuah
teks atau materi pembelajaran. Daftar di bawah ini memuat beberapa
contoh yang umum digunakan. Guru dan peserta didik dapat
mengadopsi, mengadaptasi, dan membuat pengatur grafis sendiri sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Pengatur grafis ini dapat
digunakan secara individu, berpasangan, maupun berkelompok. Selain
pengatur grafis dapat juga digunakan daftar cek (check list).

Daftar Pengatur Grafis Yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran


Dengan Strategi Literasi (Sebelum-Ketika-Sesudah)

NO PENGATUR KEGIATAN PEMBELAJARAN


GRAFIS

1 Mengaktivasi Menggali pengetahuan latar belakang untuk


Pengetahuan memahami teks nonfiksi.
sebelumnya

2 Tabel Prediksi Membuat prediksi tentang teks nonfiksi.

3 Tahu-Ingin- Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin


Pelajari diketahui (di awal pembelajaran) dan yang telah
dipelajari (di akhir pembelajaran)

4 Tahu-Ingin- Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin


Bagaimana diketahui, dan bagaimana cara mengetahuinya.

5 Tahu-Ingin- Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin


Bagaimana- diketahui, bagaimana cara mengetahuinya (di
Pelajari awal pembelajaran) dan yang telah dipelajari (di
akhir pembelajaran)

6 Rantai Peristiwa Mengurutkan kejadian dalam


teks nonfiksi secara kronologis.

7 Siklus Mengurutkan siklus kejadian/peristiwa


8 Adik Simba Mengidentifikasi informasi penting dengan
menggunakan kata tanya.

9 Berpikir- Memikirkan sebuah pertanyaan/isu penting,


Berpasangan- bekerja berpasangan, dan membagikan hasil
Berbagi diskusi.

10 Diagram Venn Membandingkan antara dua hal/fenomena/tokoh


dll

11 Hubungan Tanya Membuat pertanyaan tentang fakta di dalam


Jawab teks, informasi tersirat, keterkaitan antara teks
dengan diri, dan dengan penulis/dunia luar.

12 Tabel Fakta dan Mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks


Opini nonfiksi.

13 Tabel Lima Indra Mengidentifikasi lima indera dan bagaimana


pengaruhnya terhadap pengalaman orang dalam
sebuah teks.

14 Caption Menulis caption untuk gambar/ilustrasi yang


ada di dalam teks

15 Gambar Menggambar dan menulis caption baru


dengan Caption berdasarkan informasi dalam teks.

16 Peta Gagasan Mengidentifikasi gagasan utama dan gagasan


Utama dan penjelas dalam teks.
Penjelas

17 Sebab-Akibat Menentukan sebab dan akibat sebuah peristiwa


dalam teks.

18 Masalah-Solusi Membuat ringkasan sebuah teks.

19 SQ3R Mencatat informasi penting, membuat


pertanyaan, jawaban, dan ringkasan teks.
3. Kegiatan literasi yang Anda temukan di lapangan antara lain:

a. Literasi setiap pagi 20 menit sebelum memulai pembelajaran

b. Menggunakan infografis yang ditempel di dinding setiap kelas serta adanya pojok
baca di setiap kelas, pada lemari pojok baca tersebut terdapat buku-buku baik fiksi
maupun nonfiksi yang disediakan dan bisa dibaca oleh siswa.

c. Tersedia perpustakaan dengan fasilitas buku dan AC sebelumnya juga disertai hotspot
wifi akan tetapi kini tidak tersedia wifi.

4. Refleksi saya terkait perkuliahan literasi, Mata kuliah Literasi Lintas Mata
Pelajaran (LLMP) telah memberikan saya banyak pengetahuan dan pengalaman baru
tentang literasi. Saya belajar bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis,
tetapi juga tentang kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan menggunakan
informasi secara efektif. LLMP juga mengajarkan saya bagaimana menghubungkan
literasi dengan berbagai mata pelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan kontekstual.
Manfaat LLMP:

Berikut adalah beberapa manfaat yang saya dapatkan dari mengikuti mata kuliah LLMP:

 Pemahaman yang lebih dalam tentang literasi: Saya belajar tentang berbagai jenis
literasi, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, dan literasi
budaya.
 Keterampilan berpikir kritis dan analitis: Saya belajar bagaimana menganalisis
informasi dari berbagai sumber dan membuat kesimpulan yang logis.
 Kemampuan untuk menghubungkan berbagai mata pelajaran: Saya belajar
bagaimana melihat hubungan antara berbagai mata pelajaran dan menggunakan
pengetahuan dari satu mata pelajaran untuk mempelajari mata pelajaran lain.
 Keterampilan komunikasi dan kolaborasi: Saya belajar bagaimana berkomunikasi
secara efektif dengan orang lain dan bekerja sama dalam tim untuk menyelesaikan tugas.
 Motivasi untuk belajar: Saya menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan mencari tahu
lebih banyak tentang dunia di sekitar saya.

Tantangan LLMP:

Meskipun banyak manfaatnya, LLMP juga memiliki beberapa tantangan, seperti:

 Banyaknya materi yang harus dipelajari: Ada banyak jenis literasi dan banyak mata
pelajaran yang harus dipelajari dalam waktu yang singkat.
 Kesulitan dalam menghubungkan berbagai mata pelajaran: Tidak selalu mudah untuk
melihat hubungan antara berbagai mata pelajaran.
 Kebutuhan akan teknologi: LLMP sering kali membutuhkan penggunaan teknologi,
yang tidak selalu tersedia bagi semua orang.

Saran untuk pengembangan LLMP:

Berikut adalah beberapa saran untuk pengembangan LLMP:

 Lebih banyak fokus pada praktik: LLMP harus lebih fokus pada praktik, sehingga siswa
dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi yang nyata.
 Lebih banyak kolaborasi antar guru: Guru dari berbagai mata pelajaran harus bekerja
sama untuk mengembangkan kurikulum LLMP yang terintegrasi.
 Lebih banyak akses ke teknologi: Siswa harus memiliki akses ke teknologi yang
mereka butuhkan untuk belajar LLMP.

Kesimpulan:

Secara keseluruhan, saya sangat senang dengan mata kuliah LLMP. Saya belajar
banyak tentang literasi dan bagaimana menggunakannya untuk belajar lebih banyak
tentang dunia di sekitar saya. Saya yakin bahwa LLMP adalah keterampilan yang penting
untuk dimiliki oleh semua orang di abad ke-21.

Refleksi pribadi:

Saya pribadi merasa bahwa LLMP adalah mata kuliah yang sangat penting dan
bermanfaat. Saya belajar banyak tentang berbagai jenis literasi dan bagaimana
menggunakannya untuk belajar lebih efektif. Saya juga belajar bagaimana
menghubungkan berbagai mata pelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan kontekstual.

Saya yakin bahwa LLMP adalah keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh semua
orang di abad ke-21. Literasi adalah kunci untuk membuka berbagai peluang dalam
hidup. Literasi dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih sukses dalam pekerjaan
dan kehidupan pribadi. Literasi juga dapat membantu seseorang untuk menjadi warga
negara yang lebih baik. Saya ingin terus belajar tentang literasi dan bagaimana
menggunakannya untuk meningkatkan kehidupan saya dan kehidupan orang lain.
Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. 2016. Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan


Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama.

Beers, C. S., Beers, J. W., & Smith, J. O. 2009. A Principal’s Guide to Literacy Instruction.
New York: Guilford Press.

Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2013 tentang “Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di
Kabupaten/Kota”. Jakarta.
Depdikbud. 2016. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Guru. Jakarta.
Greenleaf, C. dkk. 2011. "Integrating Literacy and Science in Biology: Teaching and Learning

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24


Tahun
Impacts of Reading Apprenticeship Professional Development." American
Educational Research Journal 48 (3): 647-717).

Kisyani-Laksono dkk. 2016. Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dit SMP, Dikdasmen, Kemdikbud.

Ming, K. 2012. "10 Content-Area Literacy Strategies for Art, Mathematics, Music, and
Physical Education. The Clearing House, 85: 213-220.
OECD. 2016. The Survey of Adult Skills: Reader’s Companion. Second Edition
Pahl. K, Rowsell, J. 2005. Literacy and Education. London: Paul Chapman Publishing.

Pusat Bahasa, 2005. Seri Glosarium: Glosarium Pendidikan. Jakarta: Kementerian


Pendidikan Nasional.

Retnaningdyah, Pratiwi dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMP. Jakarta:
Dikdasmen, Kemdikbud.
Smith, P.K.(2010) Children and Play. United Kingdom: Wiley-Blackwell Publishing.

Vacca, R. T., Vacca, J. A., & Mraz, M. (2011). Content area reading: literacy and learning across
the curriculum (10th ed.). Boston, MA: Pearson.

Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, 2016a.“Strategi Literasi dalam Pembelajaran


di Sekolah Dasar (Modul Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013)”. Jakarta.
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, 2016b.“Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas”. Jakarta.
Robb, L. 2003. Teaching Reading in Social Studies, Science, and Math: Practical Ways to
Weave Comprehension Strategies Into Your Content Area Teaching. New York:
Scholastic Professional Books.

Toolin, R.E. 2004. "Striking a Balance Between Innovation and Standards: A Study of Teachers
Implementing Project-Based Approaches to Teaching Science." Journal of Science
Education and Technology 13 (2): 179-187.

Wiedarti, Pangesti. 2016. “Literasi Kriminal dalam Gerakan Literasi Sekolah”. Dalam
Kompas, 11 Mei 2016 hlm. 7. Jakarta.
Wiedarti, Pangesti dan Kisyani-Laksono (ed.). 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Dikdasmen, Kemdikbud.

Anda mungkin juga menyukai