Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Seftia Rahmaningsih

NIM : 855717269

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Tutor : Rara Marselina Jupon, M.Pd.

Rancangan tugas tutorial II

1. Menurut W.F. Mackey penyusunan buku teks didasarkan pada empat prinsip. Sebutkan secara
singkat !

Jawab :

Menurut W.F. Mackey ( dalam Hanafi , 1981 ) prinsip - prinsip penyususnan buku teks
adalah :

1) Seleksi , hal - hal yang dipertimbangkan adalah :

 Tujuan pengajaran bahasa , level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu
belajar

 Tipe bahasa yang diajarkan ( dialek , register , style , dan media )

 Jumlah materi yang disajikan

 Pilihan butir - butir yang akan diajarkan mencangkup fonetik , tata bahasa ,
kosakata dan makna kata .

 Kreteria yang dipakai melandasi pilihan.

2) Gradasi Bahan Pelajaran yakni mempersoalkan tataan yang dipandang paling baik
untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.

Dalam Gradasi :

 Dikelompokan berdasarkan sistem ( pengelompokan fonetis , leksikal ) dan


berdasarkan bunyi - bunyi bahasa menjadi kata , kata menjadi frase , frase
menjadi kalimat , kalimat menjadi konteks .

 Pengurutan / sekuensi mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu pihak


dan struktur di pihak lain .

3) Presentasi Bahan , pengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni :

 Penahapan bahan pelajaran , baik jumlah maupun satuan - satuannya .


 Pendemonstrasikan bahan pelajaran baik secara lisan maupun tertulis .

 Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri ragam
prosedur yaitu eksplanasi , translasi , otentik atau peragaan ( dengan benda ,
gerak atau situasi ) , gambar dan konteks .

4) Repetisi Bahan Pelajaran , perilaku guru dalam menyajikan bahan pelajaran yang
telah tertata dalam buku pelajaran ( telah terseleksi , degradasi , dan dipresentasikan )
yang berhubungan dengan pembinaan keterampilan kepada peserta didik dalam hal
menyimak , berbicara , menulis atau mengarang .

Menurut Tarigan ( 1986 ) ada dua patokan dalam penyusunan buku teks adalah

 Patokan Umum ( belaku untuk setiap buku ) bersumber dari kurikulum .

 Patokan Khusus ( berlaku untuk buku teks tertentu ) bersumber dari


karakteristik setiap mata pelajaran.

Patokan Umum ini harus dilengkapi , diisi dengan kekhususan setiap mata pelajaran meliputi :

 Pendekatan Keterampilan proses meliputi : mengamati ,


menginterpretasikan , mengaplikasikan honsep , meramalkan , merencanakan
dan melaksanakan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitian .

 Tujuan yang meliputi kognitif , afektif dan psikomotor.

 Bahan Pengajaran

 Program yang meliputi kelas , semester / cawu , jam pelajaran

 Methode

 Sarana dan sumber

 Penelitian

 Bahasa

A. Seleksi : melakukan pertimbangan dalam menyusun bahan pelajaran sebelum dilanjutkan


ke tahap berikutnya
B. Gradasi bahan pelajaran memilih tataan paling baik untuk menyajikan bahan pelajaran
yang telah d seleksi
C. Mengomunikasikan bahan pelajaran kepada siswa
D. Repetisi : perilaku guru dalam menyajikan bahan pelajaran yang telah tertata .

2. Apakah  MMP itu? Kapan MMP diberikan? Apa bedanya MMP dengan MM lanjutan?
Jelaskan !
Jawab :

 Pengertian MMP

MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan


kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai
memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1
sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.Mengapa disebut permulaan, dan apa
sasarannya? Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak yang mengalaminya) atau
dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah
merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa
persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan
menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidangbidang ilmu lainnya di sekolah.

Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat


dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan
melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa
diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang tersebut.

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud dengan melek
wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah
lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan
lambanglambang tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah kemudian anak
dipajankan dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat
diakses sendiri.

Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan.
Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan
yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan
melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran,
perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah
dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

 Perbedaannya :

Perbedaan yang dimiliki dari keterampilan membaca permulaan dan juga keterampilan
membaca lanjutan yaitu ialah pada keterampilan membaca pemula berarti sebagai
keterampilan yang memiliki sifat menerima atau reseptif yang telah meliputi tentang
keterampilan dalam menyimak dan juga membaca . Selain itu , ia juga termasuk ke dalam
keterampilan yang memiliki sifat mengungkap ataupun produktif yang di mana telah meliputi
keterampilan dalam berbicara dan juga menulis . Untuk keterampilan membaca lanjutan
merupakan sebuah tingkatan yang di mana telah disebut membaca untuk belajar atau reading
to learn .

Pembahasan :

Pembelajaran mengenai membaca permulaan telah diberikan pada kelas 1 dan juga 2. Tujuan
pembelajaran tersebut dilakukan yaitu agar para siswa dapat mempunyai kemampuan dalam
menyuarakan dan juga memahami tulisan dengan menggunakan intonasi yang wajar sebagai
sebuah dasar untuk dapat membaca secara lanjut .

Pelaksanaan membaca permulaan tersebut pada kelas 1 di Sekolah Dasar telah dilakukan di
dalam dua tahapan yaitu ialah membaca periode tanpa menggunakan buku dan juga membaca
dengan menggunakan buku . Pembelajaran membaca tanpa menggunakan buku tersebut telah
dilakukan dengan cara mengajar dan juga dengan menggunakan alat ataupun media peraga
selain buku yaitu misalnya kartu gambar , kartu kalimat , kartu kata , dan juga kartu huruf .
Selain itu , tujuan dalam membaca lanjutan yaitu ialah untuk dapat dikembangkan sejumlah
teknik ataupun metode

3. Samakah langkah-langkah pembelajaran bahasa Indonesia yang difokuskan pada


keterampilan berbahasa dengan yang difokuskan pada sastra? Jelaskan jawaban anda !

Jawab :

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai fokus merupakan konsep akan suatu proses
dalam upaya membuat peserta didik untuk belajar Bahasa Indonesia melalui berbagai fokus
dalam belajar bahasa . Bahasa Indonesia sebagai pelajaran terdiri dari tiga komponen , yakni
kebahasaan , kemampuan berbahasa , dan kesastraan . Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
berbagai fokus akan memberikan peserta didik kesempatan untuk mempelajari tiga komponen
tersebut sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri .

Pembahasan Bahasa Indonesia sebagai suatu pelajaran , secara umum terdiri dari tiga
komponen , yakni kebahasaan , kemampuan berbahasa , dan kesastraan . Ketiga hal tersebut
merupakan aspek yang berbeda - beda namun berkaitan satu sama lainnya . Aspek
kebahasaan meliputi kemampuan seseorang dalam menguasai kosakata , semantik , formologi
, fonologi , sintaksis , dan kewacanaan . Aspek kemampuan berbahasa meliputi kemampuan
membaca , menulis , mendengarkan , dan berbicara . Aspek sastra meliputi kemampuan untuk
meciptakan puisi , cerpen , novel , dan sebagainya .

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai fokus akan memberikan pengalaman belajar
Bahasa Indonesia yang menyeluruh . Tidak hanya fokus pada satu aspek saja . Hal ini
merupakan upaya yang dilakukan guru dalam rangka mengambangkan potensi peserta
didiknya . Konsep pembelajaran seperti ini berangkat dari keyakinan bahwa setiap manusia
memiliki kecerdasan yang berbeda - beda . Dengan memberikan pengalaman belajar Bahasa
Indonesia dengan berbagai fokus , peserta didik diharapkan dapat mencari dan menemukan
aspek bahasa mana yang lebih disukai sehingga ia dapat mengasah lebih dalam aspek tersebut
.

4. Jelaskan secara teoritis pendapat tentang pembelajaran membaca menurut I Gusti Ngurah Oka
!

Jawab :

Secara teoretis ada beberapa pendapat tentang pengajaran membaca ini. Macam-macam
pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka (1983), adalah sebagai
berikut:

1. Pengajaran Membaca Permulaan


Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat permulaan Sekolah Dasar.
Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan
mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata
membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Pengajaran Membaca Nyaring

Pengajaran membaca nyaring ini di satu pihak dianggap merupakan bagian atau lanjutan dari
pengajaran membaca permulaan, dan di pihak lain dipandang juga sebagai pengajaran
membaca tersebdiri yang sudah tergolong tingkat lanjut, seperti membaca sebuah kutipan
dengan suara nyaring.

3. Pengajaran Membaca dalam Hati

Pengajaran membaca ini membina siswa agar mereka mampu membaca tanpa suara dan
mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya, baik isi pokoknya maupun isi
bagiannya termasuk pula isi yang tersurat dan yang tersirat.

4. Pengajaran Membaca Pemahaman

Dalam praktiknya, pengajaran membaca pemahaman hampir tidak berbeda dengan


pengajaran membaca dalam hati.

5. Pengajaran Membaca Bahasa

Pengajaran membaca ini pada dasarnya merupakan alat dari pengajaran bahasa. Guru
memanfaatkannya untuk membina kemampuan bahasa siswa.

6. Pengajaran Membaca Teknik

Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada pembinaanpembinaan


kemampuan siswa menguasai teknik-teknik membaca yang dipandang patut. Dalam
pelaksanaannya pengajaran membaca teknik sering kali berimpit dengan pengajaran membaca
nyaring dan pengajaran membaca permulaan. Disamping itu, pengajaran membaca ini banyak
pula berhubungan dengan cara-cara membaca suatu tuturan tertulis yang tergolong rumit.
Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka di atas dapat disimpulkan bahwa secara teoretis.

tujuan membaca di SD kelas rendah adalah untuk membina kemampuan siswa dalam hal-hal
berikut ini:

 Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya
(yang dilatih adalah membaca teknik dan nyaring).

 Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan.

 Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.


5. Adakah hubungan antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang perlu dikembangkan !

Jawab :

Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajaran


lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses pembelajarannya, waktu belajar,
kemajuan belajar siswa secara individu. Kalau proses pembelajaran berlangsung monoton dan
seadanya, guru cenderung bergaya indoktrinatif dan dogmatis seperti orang berkhotbah,
upaya penyemaian nilai-nilai luhur hakiki saya kira akan sulit berlangsung dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Apalagi, kalau anak-anak hanya diperlakukan sebagai objek yang
pasif, tidak diajak untuk berdialog dan berinteraksi. Maka, kegagalan penyemaian nilai-nilai
luhur kepada siswa didik hanya tinggal menunggu waktu. Dalam konteks demikian, guru
perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk mendesain proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru memiliki kebebasan untuk melakukannya
di kelas. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan
berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai