Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR

LITERASI LINTAS MATA PELAJARAN DAN

IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Oleh:

Della Dian Nooritasari (230211105749)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Yushardi, S.Si., M.Si.

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
Sebelum mengikuti perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran, hal
yang saya ketahui tentang literasi adalah mengenai kemampuan atau
keahlian dari seseorang dalam membaca suatu bacaan atau wacana.
Kemudian setelah membaca bacaan atau wacana tersebut, selanjutnya
informasi dapat ditulis dan disebarkan dari satu orang ke orang lain dalam
bentuk cerita versi dari masing-masing orang yang menyampaikannya.
Akan tetapi, setelah mempelajari tentang literasi di perkuliahan, kemudian
pemahaman saya menjadi berubah.

Dalam perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran, saya


mempelajari tentang pengertian literasi, manfaat literasi, teks multimoda,
jenis-jenis teks multimoda, awan kata, dan strategi literasi dalam
pembelajaran. Kegiatan perkuliahan tersebut melibatkan mahasiswa untuk
mencari tahu secara mandiri mengenai literasi, kegiatan literasi dalam
pembelajaran, serta strategi literasi yang harus diterapkan selama proses
pembelajaran. Mahasiswa secara individu dapat mempelajari informasi
tentang literasi pada lintas mata pelajaran dari berbagai sumber, baik itu
buku cetak maupun dari internet. Selain kegiatan individu, mahasiswa
juga dapat melakukan kegiatan diskusi dan kolaborasi guna memperluas
wawasan dan informasi terkait literasi pada lintas mata pelajaran.
Mahasiswa juga dapat menunjukkan kreativitas serta inovasinya dalam
hasil karya penugasan proyek mengenai berbagai jenis teks multimoda
maupun strategi literasi dalam pembelajaran.

Setelah mengikuti perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran, saya


menjadi lebih memahami tentang literasi secara lebih mendalam. Ternyata
literasi itu bukan terbatas hanya pada kemampuan dari seseorang untuk
membaca, menulis atau berbicara saja, namun juga melibatkan
keterampilan lain seperti menghitung dan juga memecahkan suatu
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan definisi
literasi yang disampaikan oleh Padmadewi & Artini (2018:1), bahwa
literasi secara luas dapat diartikan sebagai kemampuan berbahasa
yang mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis serta kemampuan berpikir yang menjadi elemen di dalamnya.
Literasi juga dapat dikatakan sebagai melek huruf, kemampuan baca
tulis, kemelekwacanaan atau kecakapan dalam membaca serta menulis
(Suryaman, M., Qomaria, I. N., & Sari, T. P., 2022).

Literasi lintas mata pelajaran melibatkan penggunaan strategi


pembelajaran yang dapat secara efektif membantu peserta didik
mendapatkan pengetahuan konten. Penggunaannya penting untuk semua
mata pelajaran. Salah satu tujuan utama dari pembelajaran lintas mata
pelajaran adalah untuk menghasilkan pembelajar yang mampu berpikir
kritis dan memecahkan masalah. Literasi lintas mata pelajaran adalah alat
yang digunakan guru untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
tersebut.

Dalam seni, integrasi literasi lintas mata pelajaran berguna karena


salah satu tujuan utama mata pelajaran ini adalah untuk menghasilkan
peserta didik yang memiliki kemampuan reflektif dan emosional. Melalui
literasi, peserta didik mengalami perkembangan visual dan grafis dan
wacana verbal. Mereka juga mendapat kesempatan untuk
mengungkapkan keunikannya melalui upaya artistik dan tertulis (Feret dan
Smith, 2010). Sementara itu, matematika menggunakan simbol untuk
merepresentasikan konsep, kosakata yang memiliki arti berbeda dengan
keseharian bahasa kita, dan struktur teks yang menggunakan penulisan
ringkas. Integrasi literasi memberikan peserta didik dengan kesempatan
untuk belajar tentang keunikan bahasa dan praktik bagaimana untuk
membuat makna dari isinya (Phillips, dkk., 2009). Keterampilan bermusik
serupa dengan keterampilan literasi. Ketika peserta didik menulis tentang
musik, hal ini memperluas pemahaman mereka tentang kosakata dan
konsep. Ketika mereka menyanyikan lagu-lagu hafalan, maka
keterampilan berbicara dan mendengarkan mereka akan berkembang.
Selain itu, ketika mereka membaca musik maka kemampuan mereka
untuk membaca teks dan simbol juga akan berkembang (Feret dan Smith,
2010). Literasi lintas mata pelajaran juga meningkatkan kemampuan
peserta didik pada bidang studi pendidikan jasmani. Penampilan yang
sukses menuntut peserta didik untuk merencanakan, bernalar, menyusun
strategi, dan merefleksikan, dan ketika mereka mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis, mereka melakukan aktivitas ini. Selain itu,
kegiatan membaca dan menulis memastikan agar peserta didik dapat
mengaitkan kegiatan kelas dengan kehidupan mereka di luar sekolah
(Buell dan Whittaker, 2001).

Literasi dalam pembelajaran adalah kemampuan untuk


menggunakan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
menyimak untuk mendapatkan informasi dalam disiplin  tertentu (Vacca,
Vacca, dan Mraz, 2011). Lima keterampilan ini membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan metakognitif. Dengan kata lain, peserta
didik diharapkan mampu berpikir kritis ketika mereka menerima,
memproses, dan menghasilkan informasi. Selain itu, integrasi strategi
literasi dalam pembelajaran telah terbukti meningkatkan pemahaman
bacaan, membangun pengetahuan konseptual, dan menumbuhkan
keterampilan memecahkan masalah (Holloway, 2002). Tujuan dari
pembelajaran di disiplin ilmu atau mata pelajaran apapun adalah
menghasilkan peserta didik yang bijaksana dan berpengetahuan luas;
oleh karena itu, strategi literasi  harus digunakan di semua disiplin ilmu
untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan  untuk
belajar dengan cara yang efektif.

Terdapat tujuh karakteristik yang digunakan dalam


mengimplementasikan strategi literasi dalam pembelajaran di kelas.
Ketujuh karakteristik tersebut, dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Dengan menilik ketujuh karakteristik pembelajaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa strategi literasi dapat diterapkan di berbagai
model pembelajaran, baik pembelajaran kooperatif, berbasis teks,
berbasis projek, berbasis masalah, inquiry, discovery, dan saintifik  sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran dan kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran tersebut (Beers, 2010; Greenleaf dkk, 2011; Robb,
2003; Toolin, 2004). Selain itu, perlu digaris bawahi bahwa penerapan
strategi literasi mencerminkan pembelajaran konstruktivis. Berbeda
dengan model transmisi di mana guru mendominasi proses pembelajaran,
dalam model konstruktivis, peserta didik berbincang tentang apa yang
mereka baca dan tulis agar mereka dapat belajar dan membuat
keterkaitan antar gagasan. Selain itu, peserta didik juga menghasilkan
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka
sebelumnya (Robb, 2003).

Untuk lebih mudah memahami bagaimana strategi literasi


diterapkan dalam pembelajaran model konstruktivis, kita dapat
menggunakan tiga frasa berikut ini.
Ketiga frasa di atas menekankan inti pembelajaran konstruktivis,
di mana peserta didik didorong untuk menjadi pembaca aktif yang dapat
memaknai teks berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Agar peserta didik mendapatkan informasi secara optimal
dari teks yang mereka baca, guru perlu memberikan perhatian utama
kepada pembelajaran kosakata dan modelling. 

Sementara itu, strategi literasi dapat pula dilakukan untuk


mendorong pengembangan peserta didik pada keterampilan berbahasa
pada mata pelajaran non bahasa, yaitu dengan menerapkan delapan
strategi literasi berupa, (1) Memupuk Kolaborasi, (2) Mendorong Diskusi,
(3) Menggunakan Pengatur Grafis, (4) Keterkaitan Antar Teks, (5) Model
Think Aloud, (6) Representasi Visual, (7) Pembelajaran tentang Kosakata
secara Eksplisit, dan (8) Mengembangkan Tulisan yang Autentik.

Kolaborasi terjadi ketika siswa bekerja sama mencapai sebuah


tujuan. Guru harus memastikan bahwa peserta didik dikelompokkan
dalam melakukan aktivitas yang mendorong kolaborasi. Dua opsi
pengelompokan kolaboratif adalah kelompok menceritakan kembali
(group retelling) dan kelompok Jigsaw. Sementara itu, dalam kegiatan
diskusi kelas, guru bisa menerapkan strategi think-pair-share. Kemudian
dalam pengaturan grafis, peserta didik dapat memetakan proses
pemahaman mereka terhadap sebuah bacaan/informasi. Selanjutnya
teks-teks yang saling terkait akan membantu peserta didik untuk
memperkuat pengetahuan dan informasi. Think Aloud (berpikir keras)
terjadi ketika guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan secara
eksplisit proses berpikir mereka. Lalu peserta didik merepresentasikan
gagasannya secara visual sehingga dapat bermakna dalam kehidupan
sehari-harinya. Sedangkan untuk kosakata, guru dapat mengajarkannya
secara eksplisit, termasuk membahas kata-kata sambil menggunakan alat
bantu visual untuk memperjelas makna, pemodelan bagaimana
menggunakan kata-kata dalam konteks, dan memberikan peserta didik
kesempatan untuk berinteraksi dengan kata-kata.

Telah banyak upaya-upaya untuk meningkatkan giat literasi,


khususnya di sekolah. Mulai dari pemerintah yang menyediakan ruang
untuk pecinta kegiatan membaca, sekolah yang telah memberikan alokasi
waktu khusus untuk membaca dan program lainnya. Masalahnya
sekarang tinggal bagaimana diri kita menumbuhkan minat dan semangat
untuk membaca dimana pun dan kapan pun.

Namun sikap dan perilaku seseorang berbeda-beda. Tidak ada


anak yang membenci buku, hanya saja beberapa anak ada yang tidak
menyukai kegiatan membaca. Mungkin rasa ini terjadi karena anak itu
belum mengetahui manfaat dari membaca buku, yang nyatanya begitu
kaya akan manfaat. Kita sudah tahu bahwa buku itu jendela dunia. Maka
dari itu kita harus dan wajib membaca buku.

Bila kita tinjau, saat ini di lapangan banyak kita temui bahwa
peserta didik memiliki minat yang kurang atau bahkan tidak berminat
sama sekali untuk melakukan kegiatan literasi, seperti membaca, menulis
dan sejenisnya. Rendahnya kemampuan literasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah dengan hadirnya gadget. Gadget
adalah suatu maha karya dari perkembangan teknologi yang canggih.
Bentuk gadget yang multi-fungsi dan menarik, membuat para peserta didik
dimanjakan dengan bermain games dan berselancar di media sosial,
sehingga mereka pun semakin malas untuk membaca buku dan belajar.
Padahal, jika para peserta didik itu bijak dan terampil dalam menggunakan
tekno logi, mereka bisa memanfaatkan gadget sebagai media untuk mem
perluas ilmunya. Kini semakin banyak buku yang tidak berwujud kertas,
namun ber bentuk buku elek tronik atau lebih banyak dikenal dengan
sebutan E-Book.

Mengingat urgensi budaya literasi ini, maka munculah berbagai


gerakan literasi. Saat ini gerakan literasi telah menjamur di berbagai
sektor, termasuk di sekolah atau biasa disebut dengan program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS). Hampir seluruh sekolah di Indonesia sudah
menerapkan gerakan literasi, salah satunya di sekolah tempat saya
praktik mengajar (PPL) yakni di SMA Negeri 4 Jember.

Adanya gerakan literasi di sekolah tersebut, tidak lain bertujuan


untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di lingkungan sekolah,
meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan agar literat, menjadikan
sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, menjaga
keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan
dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Gerakan literasi di SMA Negeri 4 Jember mulai dilaksanakan pada


hari Senin, tanggal 24 Januari 2022 pada jam ke-10 yaitu pukul 10.40
sampai dengan 12.00 WIB sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh
kurikulum. Pada waktu tersebut, peserta didik diharapkan untuk menuju ke
perpustakaan sekolah serta memilih satu jenis buku yang paling diminati,
seperti novel, puisi, motivasi, rohani, keterampilan dan lain-lain. Peserta
didik tidak dianjurkan untuk memilih buku mata pelajaran, karena
dikhawatirkan buku pembelajaran akan membosankan. Setelah kegiatan
literasi, kemudian peserta didik diperintahkan untuk mereview bacaan di
hadapan teman-teman sekelasnya.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya di lingkungan


SMA Negeri 4 Jember, gerakan literasi ini memiliki banyak dampak positif
bagi peserta didik. Beberapa diantaranya yakni meningkatkan kekayaan
kosakata, memperluas wawasan, baik dalam hal akademik maupun
pengetahuan sosial, serta mengembangkan kemampuan menulis. Bagi
peserta didik yang gemar menulis, dapat digunakan sebagai bekal untuk
mengembangkan kemampuannya pada kompetisi karya ilmiah sehingga
bisa meningkatkan prestasi sekolahnya. Selain itu, bagi peserta didik yang
bercita-cita menjadi penulis novel juga bisa dituangkan hasil buah
pikirannya dalam aplikasi bernama Wattpad.

Berbagai ilmu dan informasi yang sebelumnya didapatkan melalui


perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran juga dapat diterapkan atau
diimplementasikan ke dalam pembelajaran di kelas. Dari pengetahuan
sebelumnya, saya bisa memilih dan merancang kegiatan literasi atau
strategi literasi seperti apa yang cocok dan efektif untuk diterapkan dalam
kelas fisika, dimana fisika dipandang identik dengan angka dan
perhitungan. Faktanya fisika tidak hanya berisikan tentang rumus, formula
dan angka, tetapi juga ada konsep-konsep yang berdasar pada fenomena
yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, kedepannya
ketika sudah menjadi guru nanti, saya akan merancang suatu
pembelajaran fisika yang asyik dan menyenangkan serta mengajak
peserta didik untuk aktif berliterasi di dalam kelas. Saya akan memadukan
model pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan teknologi
terkini yang tidak hanya menampilkan teksbook saja. Agar peserta didik
tidak mudah bosan, dalam kegiatan apersepsi di kelas akan ditampilkan
kuis yang dirupakan dalam game beranimasi dan dapat dikerjakan melalui
gadget masing-masing peserta didik. Setelah mengerjakan kuis tersebut,
peserta didik akan bersama-sama melihat gambar atau bisa video animasi
yang menunjukkan suatu masalah terkait fenomena terkini atau terbaru
yang dekat dengan kehidupan mereka. Hal itu bertujuan agar peserta
didik bisa mengasah pikiran/nalar mereka dan menghubungkannya
dengan materi fisika yang saat itu juga akan mereka pelajari. Peserta didik
dapat menjelaskan dengan bahasa mereka sendiri tentang fenomena
tersebut dikaitkan dengan konsep fisika yang menurut mereka benar.
Saya berharap melalui rangkaian kegiatan yang saya refleksikan
dari perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran tersebut, peserta didik
nanti dapat menjadi lebih menggemari kegiatan literasi tidak hanya
tentang bacaan saja, namun juga terkait materi non-bacaan salah satunya
seperti fisika. Semoga peserta didik nanti bisa menjadi lebih berprestasi
dengan kegiatan literasi tersebut serta mampu meraih mimpi-mimpi
mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Buell, C., & Whittaker, A. (2001). Enhancing content literacy in physical


education. Journal of Physical Education, Recreation &
Dance, 72(6), 32-37.
Feret, A. J., & Smith, J. J. (2010). Literacy and Art: Collage for Pre-Service
Teachers. Insight: A journal of scholarly teaching, 5, 37-53.
Greenleaf, C. L., Litman, C., Hanson, T. L., Rosen, R., Boscardin, C. K.,
Herman, J., ... & Jones, B. (1998). Integrating literacy and science
in biology: Teaching and learning impacts of reading
apprenticeship professional development. Review &
Expositor, 95(3), 647-717.
Holloway, J. H. (2002). Integrating Literacy with Content. Educational
leadership, 60(3), 87-88.
Ouellette, G., & Beers, A. (2010). A not-so-simple view of reading: How
oral vocabulary and visual-word recognition complicate the
story. Reading and writing, 23(2), 189-208.
Padmadewi, N. N., & Artini, L. P. (2018). Literasi di sekolah, dari teori ke
praktik. Nilacakra.
Pahl, K., & Rowsell, J. (2012). Literacy and education. SAGE Publications
Ltd.
Phillips, B. M., & Lonigan, C. J. (2009). Variations in the home literacy
environment of preschool children: A cluster analytic
approach. Scientific Studies of Reading, 13(2), 146-174.
Robb, L. (2003). Literacy Links: Practical Strategies To Develop the
Emergent Literacy At-Risk Children Need. Heinemann, 88 Post
Road West, PO Box 5007, Westport, CT 06881.
Suryaman, M., Qomaria, I. N., & Sari, T. P. (2022). EMPOWERMENT OF"
PELANGI" READING HOMES AS A MEANS OF IMPROVING
CHILDREN'S READING LITERATURE IN PALAAN
VILLAGE. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(3),
305-311.
Toolin, R. E. (2004). Striking a balance between innovation and standards:
A study of teachers implementing project-based approaches to
teaching science. Journal of science Education and
technology, 13(2), 179-187.
Vacca, R. T., Vacca, J. A., & Mraz, M. (2011). Content area reading:
Literacy andlearning across the curriculum.

Anda mungkin juga menyukai