Anda di halaman 1dari 3

Komunikasi Pembelajaran Bermakna

Oleh:
Khoiruddin Bashori
Dewan Pengawas Yayasan Sukma Jakarta

Seiring dengan membaiknya situasi pandemi, pembelajaran tatap muka kembali


berjalan “normal”. Meski tetap dengan protokol kesehatan ketat. Kita berharap semoga
pola hidup sehat yang telah terbangun baik selama pandemi tetap dapat dipertahankan,
bahkan ditingkatkan di masa-masa yang akan datang. Pembelajaran daring, yang
selama ini telah berjalan dengan baik, juga dapat dilanjutkan. Jangan sampai begitu
pembelajaran tatap muka kembali dilakukan pembelajaran daring malah dimatikan.
           Pembelajaran tatap muka memang dapat memberikan interaksi yang lebih
komprehensif, akan tetapi membuang pembelajaran daring sama saja dengan
menyingkirkan tambahan lauk enak dalam sebuah perjamuan. Pembelajaran daring
bukan saja menambah selera, akan tetapi juga dapat memperkaya sumber belajar.
Siswa tidak lagi sepenuhnya menjadikan guru sebagai sumber belajar utama, tetapi
memiliki sumber belajar alternatif yang dalam banyak hal terkadang lebih menjanjikan.
Kedua model ini, pembelajaran  tatap muka (PTM) dan pembelajaran jarak jauh
(PJJ), semestinya dapat saling melengkapi. Kelemahan PJJ dapat disempurnakan
dengan PTM. Demikian pula sebaliknya, karena satu dan lain hal, kendala lapangan
yang tidak m emungkinkan PTM berlangsung dengan optimal dapat diatasi dengan PJJ.
Kedua model menuntut kemampuan komunikasi baik dari pendidik maupun warga
belajar. 

Komunikasi bermakna

Komunikasi adalah semacam jembatan yang akan menghubungkan hati para


pihak. Kualitas koneksi -apakah kontak kita dengan orang lain, khususnya warga
belajar, dangkal atau mendalam- tergantung pada seberapa besar makna yang
dihasilkan dari dinamika komunikasi dimaksud. Bangunan hubungan difasilitasi oleh
komunikasi yang bermakna. Berita baiknya komunikasi merupakan seperangkat
keterampilan. Kita dapat mempelajari dan menerapkan strategi yang tepat untuk
membangun hubungan yang lebih baik, serta mendapatkan kedalaman makna yang
lebih besar.
Kemampuan berkomunikasi sangat penting untuk menjadi pendidik yang efektif.
Komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi upaya memotivasi,
memodifikasi sikap, dan merangsang pemikiran. Tanpa kemampuan ini yang
berkembang adalah stereotip, pesan terdistorsi, dan aktivitas belajar menjadi sangat
tidak menyenangkan. Komunikasi adalah proses pemahaman dan berbagi informasi. Di
sini kemampuan mendengarkan memainkan peran penting, di samping kepiawaian
menyampaikan pesan. 
Komunikasi intrapersonal menyangkut perencanaan, pemecahan masalah,
pembicaraan dengan diri sendiri, dan evaluasi diri. Komunikasi internal ini merupakan
proses berkelanjutan untuk mempersiapkan diri agar dapat berbicara dengan orang lain
secara lebih ringkas dan jelas. Adapun komunikasi interpersonal merupakan upaya
berbagi makna antara diri sendiri dan setidaknya satu orang lainnya. Tujuan komunikasi
interpersonal adalah untuk mengirim pesan yang relevan dan objektif. 
Individu berkomunikasi dengan orang lain, tidak hanya secara lisan, tetapi juga
dengan tindakan. Oleh karena itu dalam mengirim pesan, kita perlu menyadari
penampilan, gerakan, postur, kontak mata, penggunaan ruang, gerakan tubuh, apa
yang kita bawa, seberapa dekat kita berdiri atau duduk bersama orang lain, dan
ekspresi wajah. Apabila apa yang kita katakan bertentangan dengan perilaku non-
verbal yang ditunjukkan, bisa jadi muncul ketidakpercayaan dan kebingungan, karena
pendengar lebih percaya dengan apa yang mereka lihat.
Pembelajaran yang dialogis antara pendidik dan siswa dapat menjadi bagian
pembelajaran yang menantang dan inspiratif. Komunikasi efektif dapat membantu
membangun dan menumbuhkan lingkungan belajar yang aman. Dalam situasi
pembelajaran yang kondusif demikian siswa dapat berkembang, belajar, dan
membangun mimpi untuk menjadi pribadi yang cakap, percaya pada diri sendiri dan
berguna bagi masyarakat dan negara.

Empat Pilar

Finkelstein (2013) menyarankan empat hal yang dapat membuat komunikasi


lebih bermakna. Pertama, Add value, tambahkan nilai. Orang selalu ingin mendengar
sesuatu yang tidak mereka ketahui. Dalam komunikasi persuasif, sebaiknya kita
menawarkan informasi atau konsep baru kepada audiens, apa yang mereka belum
ketahui. Pendidik perlu memiliki pengetahuan tentang apa yang sudah diketahui warga
belajar, sebelum mengajarkan sesuatu yang baru. Ini dapat dilakukan dengan riset
pendahuluan, atau hanya dengan sekadar bertanya.
Kedua, Be relevant, berusaha relevan. Pastikan konten yang kita ajarkan
membantu dan bermanfaat bagi warga belajar. Karenanya pembelajaran juga perlu
memperhatikan tingkat kesesuaian dengan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman peserta didik. Coba cari tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan warga
belajar. Dalam banyak kasus, berikan kepada mereka informasi yang memang benar-
benar bermanfaat. Sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Pembelajaran
yang lepas konteks akan terasa membosankan.
Ketiga, Be accurate, belajar akurat. Kenali warga belajar dengan baik. Idealnya,
pendidik menyampaikan topik yang dikuasai dengan baik. Jika perlu, lakukan penelitian,
dengan menggunakan sumber yang dapat diandalkan. Menjadi akurat tidak berarti
harus memasukkan semua bagian data dan konten yang ditemukan tentang suatu
topik. Saring apa yang akan disampaikan, batasi pada substansi. Tidak jarang pendidik
justru terjebak pada hal-hal yang sebenarnya kurang relevan.
Keempat, Be clear and organized, usahakan jelas dan terstruktur. Setelah kita
memutuskan apa yang akan diajarkan, atur dan jelaskan sebening kristal. Gunakan
grafik yang bermakna, beri tahu cerita, buat analogi dan jangan lupa berikan contoh.
Penyampaian yang jelas, dengan cara yang terstruktur dan bervariasi, akan
menghidupkan suasana pembelajaran. Informasi yang dikomunikasikan akan lebih
mudah diterima dengan penuh gairah.

Penutup

Komunikasi pembelajaran bermakna memerlukan kesabaran. Biarkan siswa


mengatur kecepatan bicara. Beri waktu lebih kepada mereka untuk memikirkan apa
yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Pendidik perlu menjadi lebih
empatik. Empati berarti memahami kondisi orang lain dari sudut pandang mereka.
Tidak mengapa kita tidak setuju dengan pendapat warga belajar. Namun beri
kesempatan mereka untuk sesaat melepaskan ide-ide yang sudah dipikirkan. Pendidik
dapat memperbaiki posisi dengan lebih baik setelah memahami perspektif siswa.
Komunikasi dalam proses pembelajaran bukan sekadar upaya penyampaian
informasi dari pendidik kepada warga belajar. Ia juga menyangkut proses transformasi
nilai-nilai yang hanya mungkin jika pendidik memiliki kedekatan emosional dengan
peserta didik. Manakala komunikasi pedagogik dilakukan secara mekanis dan semata
bersifat kognitif, yang terjadi adalah pengajaran dan bukan pendidikan. Pengajaran
yang lebih berupa transmisi informasi pengetahuan, tanpa memiliki kedalaman. Tanpa
penyemaian nilai-nilai dasar yang menjadi basis bagi pengembangan diri siswa di
kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai