Anda di halaman 1dari 6

2.

3 Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek (Crashing)


Dalam suatu proyek telah ditentukan jangka waktu penyelesaian proyek,
dalam hal ini dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan dimana akan
mengakibatkan terjadi peningkatan biaya. Mempercepat penyelesaian waktu
proyek adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan proyek lebih awal
dari waktu penyelesaian dalam keadaan normal. Proses mempercepat waktu
penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas
waktu percepatan (crash duration) yaitu suatu batas dimana dilakukan
pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi. Durasi
percepatan (crashing) maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk
menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi
sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, Iman. 1999).
Kegiatan pada suatu proyek konstruksi dapat dipercepat dengan berbagai
cara, yaitu :
 Dengan membuat shift/pembagian pekerjaan
 Dengan menambah jam kerja (lembur)
 Dengan menggunakan peralatan yang lebih produktif
 Dengan menambah tenaga kerja
 Dengan menggunakan metode konstruksi yang lebih efektif
Salah satu cara percepatan waktu penyelesaian proyek konstruksi adalah
dengan menambah jam kerja (lembur). Penambahan jam kerja lembur dilakukan
dengan penambahan 1 jam, 2 jam, dan 3 jam penambahan. Dengan adanya
penambahan jam kerja maka akan mengakibatkan pengurangan produktivitas
tenaga kerja, yang disebabkan oleh faktor kelelahan dari tenaga kerja. Berikut
merupakan grafik dari indikasi penurunan produktivitas pekerja terhadap
penambahan jam kerja :
Indeks Produktivitas
Gambar 2.11. Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja
(Soeharto, Iman. 1999)

2.3.1 Biaya Tambahan Pekerja


Dengan penambahan waktu kerja (lembur), maka tentu biaya untuk
pekerja konstruksi akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
KEP. 102/MEN/VI/2004 menyatakan upah penambahan kerja bervariasi, untuk
penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah
1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja
berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Adapun perhitungan untuk biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan
sebagai berikut, yaitu:
1. Normal ongkos pekerja perhari = produktivitas harian x harga satuan
upah pekerja
2. Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas perjam x harga satuan
upah pekerja
3. Biaya lembur pekerja = 1,5 x upah normal untuk jam kerja lembur
pertama + 2 x n x upah sejam normal untuk jam kerja lembur
berikutnya Dimana: n = jumlah penambahan jam kerja
4. Crash Cost pekerja perhari = (8 jam x normal cost pekerja) + (n x
biaya lembur perjam)
5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu
aktifitas persatuan waktu)
crash cost −normal cost
Cost Slope=
normal cost−crash duration

2.3.2 Hubungan Antara Biaya dan Waktu


Menurut Soeharto, Imam (1999) biaya total proyek adalah penjumlahan
dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan
proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi)
penyelesaian proyek, keduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan
proyek. Meskipun tidak dapat dihitung dengan rumus tertentu, tetapi umumnya
makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang
diperlukan.

Gambar 2.12. Hubungan Waktu – Biaya Normal yang Dipersingkat Untuk


Suatu Kegiatan
(Soeharto, Iman. 1999)
Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik yang
dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik A dan titik B disebut kurva
waktu-biaya.

2.4 Analisis Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off)
Time Cost Trade Off adalah suatu metode untuk mempercepat durasi
proyek dengan menambahkan variabel / alternatif tertentu seperti jam kerja,
tenaga kerja, alat, dll : (Andrianto, 2011)
1. Penambahan Jumlah Jam Kerja (Kerja Lembur)
Kerja lembur (working overtime) dapat dilakukan dengan menambah
jam kerja perhari, tanpa menambah pekerja. Penambahan ini bertujuan
untuk memperbesar produksi selama satu hari sehingga penyelesaian
suatu aktivitas akan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan didalam
penambahan jam kerja adalah lamanya waktu yang bekerja seseorang
dalam suatu hari, maka produktivitas orang tersebut akan menurun
karena terlalu lelah.
2. Penambahan Tenaga Kerja
Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah
pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktifitas
tertentu tanpa menambahkan jam kerja. Dalam penambahan jumlah
jam kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia
papakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga
kerja pada suatu aktivitas tidak boleh menggangu pemakaian tenaga
kerja untuk aktifvitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang
sama. Selain itu, harus diimbangi dengan penambahan tenaga
pengawasan karena ruang kerja yang kurang akan menurunkan
produktivitas kerja.
3. Pergantian atau Penambahan Peralatan
Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas.
Namun, perlu diperhatikan adanya penambahan biaya langsung untuk
mobilitas dandemobilitas alat tersebut. Durasi proyek juga dapat
dipercepat dengan pergantian peralatanyang mempunyai produktivitas
yang lebih tinggi. Juga perlu diperhatikan luas lahan untuk
menyediakan tempat bagi peralatan tersebut dan pengaruhnya terhadap
produktivitas terhadap tenaga kerja.
4. Pemilihan Sumber Daya Manusia yang Berkualiatas
Yang dimaksud dengan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
tenaga kerja yang mempunyai produktivitas yang tinggi dengan hasil
yang baik. Dengan memperkerjakan tenaga kerja yang berkualitas,
maka aktivitas akan lebih cepat diselesaikan.
5. Penggunaan Metode Konstruksi yang Efektif
Metode konstruksi berkaitan erat dengan sistem kerja dan tingkat
penguasaan pelaksana terhadap metode tersebut serta ketersediaan
sumber daya yang dibutuhkan. Metode konstruksi yang tepat dan
efektif akan mempercepat penyelesaian aktifitas yang bersangkutan.
Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi,
misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga
kerja, biasanya disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore
berbeda dengan unit pekerja untuk sore sampai malam hari. Pada penelitian ini
percepatan yang dilakukan dengan metode pertukaran waktu dan biaya (Time
Cost Trade Off) dalam batasan masalah hanya memusatkan pada penambahan jam
kerja (lembur).
Metode pertukaran waktu dan biaya (Time Cost Trade Off Method)
memberikan alternatif kepada perencana proyek untuk dapat menyusun
perencanaan terbaik sehingga upaya mengoptimalkan waktu dan biaya dalam
menyelesaikan suatu proyek, penyelesaian penugasan sumber daya untuk
mengefisiensikan alokasi sumber daya juga diperlukan, sehingga dapat dihasilkan
sumber daya yang diinginkan dengan pertambahan biaya yang paling optimum
(Buluatie, Nurhadinata. 2013). Dalam penyusunan sebuah schedule proyek
konstruksi diharapkan menghasilkan schedule yang realistis berdasarkan estimasi
yang wajar. Salah satu cara mempercepat durasi proyek adalah dengan analisa
time cost trade off. Dengan mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh
terhadap waktu penyelsaian proyek. Time Cost Trade Off adalah suatu proses
yang disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari
semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada
pada jalur kritis. Selanjutnya melakukan kompresi dimulai pada lintasan kritis
yang mempunyai nilai cost slope terendah. Kompresi terus dilakukan sampai
lintasan kritis mempunyai aktivitas-aktivitas yang telah jenuh sebelumnya
(Ervianto, Wulfram I. 2004).
Menurut Soeharto (1997), berikut ini adalah penguraian prosedur
mempersingkat waktu:
1. Memperhitungkan waktu penyelesaian proyek dan mengidentifikasi
float dengan menggunakan periode normal.
2. Menetapkan biaya normal tiap-tiap aktivitas.
3. Menetapkan biaya dipersingkat tiap-tiap aktivitas.
4. Mengalkulasi cost slope tiap-tiap komponen aktivitas.
5. Memperpendek kurun waktu aktivitas, diawali pada kegiatan kritis
dengan cost slope paling rendah.
6. Jika dalam rangkaian mempersingkat durasi proyek membentuk
lintasan kritis baru, maka percepat aktivitas-aktivitas kritis yang
memiliki gabungan cost slope paling rendah.
7. Melanjutkan memperpendek waktu aktivitas hingga titik proyek
dipersingkat.
8. Membuat tabulasi waktu versus biaya, gambarkan dalam grafik dan
hubungkan titik normal (waktu dan biaya normal), titik yang terbentuk
setiap kali mempersingkat aktivitas sampai dengan Titik Proyek
Dipersingkat (TPD).
9. Pada grafik di atas gambarkan kalkulasi dari biaya tidak langsung dari
proyek.
10. Untuk mendapatkan biaya total sebelum periode yang diinginkan maka
jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung. 11. Pada grafik
biaya total, periksa periode penyelesaian proyek dengan biaya terendah
periksa untuk mencapai waktu optimal.

Anda mungkin juga menyukai