Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IDENTIFIKASI DAN ANALISA DALAM INDUSTRI DAN


DANA PENSIUN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran
Dosen Pengampu : Muhamad Habibi Kudsi Asari, S.Pd. M.M

Disusun Oleh :
Anisatul Munawarah

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM MASYARAKAT MADANI


SUMBER BUNGUR PAKONG PAMEKASAN

TAHUN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen Pemasaran ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
Muhamad Habibi Kudsi Asari, S.Pd. M.M pada mata kuliah Manajemen Pemasaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Identifikasi dan analisa dalam
industry dan dana pensiun bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak habibi selaku dosen Manajemen Pemasaran yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 18 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL …….…………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..
C. Tujuan ……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Industri ……...………………………………..........................................
B. Pentingnya Analisis Industri ………..…………………………………………....
C. Industri yang memiliki prospek menguntungkan ………………………………..
D. Definisi Dana Pensiun ………………………………………………...................
E. Tujuan Dana Pensiun …………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis industri
biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Analisis industri menjadi tahap
penting yang harus dilakukan para investor dan analisis dapat mengidentifikasi peluang investasi,
resiko dan return yang diharapkan kedepannya.
Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai
industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling
menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industri, investor nantinya akan
dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-
saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan
dibentuknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Industri?
2. Apa Pentingnya Analisis Industri?
3. Bagaimana Industri Memiliki Prospek Yang Menguntungkan?
4. Apa Definisi Dana Pensiun?
5. Apa Tujuan Dana Pensiun?

C. Tujuan
1. Mendeskripsi Definisi Industri.
2. Mendeskripsi Pentingnya Analisis Industri.
3. Mendeskripsi Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan.
4. Mendeskripsi Definisi Dana Pensiun.
5. Mendeskripsi Tujuan Dana Pensiun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Industri

Istilah industri ataupun sektor/kelompok industri telah begitu dikenal luas oleh
masyarakat, misalnya industri otomatif, makanan, dan lain sebagainya. Tetapi pada dasarnya,
pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Sebagai contoh, untuk
mengelompokkan suatu perusahaan uang memproduksi produk makanan kaleng, terkadang
mengalami kebingungan apakah perusahaan itu akan dikelompokkan ke dalam industri makanan
ataukah industri alumunium. Masalah pengelompokkan industri juga akan menjadi semakin
rumit ketika kita berhadapan dengan banyak perusahaan yang mempunyai sekian banyak ragam
lini bisnis. Kita akan semakin sulit menentukan jenis industri apakah yang benar-benar sesuai
dengan jenis industri perusahaan bersangkutan.
Berkenaan dengan masalah tersebut analisis dengan investor memerlukan metode yang
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan indutri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi
industri yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industry
Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan
berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. Standard Industry Classification (SIC) mempunyai
11 divisi dan masing-masing divisi deberi tanda A sampai K. sebagai contoh, misalnya
perkebunan, pertanian dan perikanan dikelompokan dalam divisi A, pertambangan dalam divisi
B, perdagangan eceran G dan kelompok terakhir yaitu yang belum terklasifikasi tersebut dengan
divisi K. Masing-masing divisi akan terdiri dari beberapa kelompok industri utama dan diberi
kode dua digit. Sebagai contoh, misalnya industri logam yang termasuk dalam divisi D yaitu
industri pertambangan, akan diberi kode 33.
Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi dalam
tiga, empat sampai lima digit kode SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik
pengelompokan industri tersebut. Disamping standard klasifikasi SIC, ada beberapa sistem
klasifikasi lainnya yang juga digunakan untuk mengelompokan industri, diantaranya adalah
indeks industri yang dikeluarkan oleh standard & Poor Corporation yang mengelompokan
industri dalam 113 kelompok, dan klasifikasi industri versi value line yang mengklasifikasikan
perusahaan kedalam 90 industri.

Pengelompokan industri untuk kasus di Indonesia juga dilakukan dengan berdasarkan


suatu standard klasifikasi industri tertentu. Salah satu standard yang banyak dipakai untuk
mengelokpokan industri bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dibursa efek jakarata adalah
Jakarta stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi (JASICA) ini
terdiri dari 9 divisi dan masing-masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi kelompok industri
utama dan diberi kode 2 digit. Contoh klasifikasi industri (JASICA) di BEJ dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

1. Pertanian 5. Industri Barang Konsumsi


1.1 Pertanian 5.1 makanan dan minuman
1.2 Perkebunan 5.2 industri tembakau
1.3 Pertekanan 5.3 farmasi
1.4 Perikanan 5.4 Kosmetik dan barang keperluan
1.5 Kehutanan rumah tangga
1.6 Lain-lain yang belum 5.5 Lain-lain yang belum
terklasifikasi terklasifikasi
2. Pertambangan 6. Konstruksi, Properti dan Real
2.1 Pertambangan batu bara 6.1 Konstruksi
2.2 Pertambangn minyak dan gas 6.2 Properti dan real estate
buni 6.3 Lain-lain yang belum
2.3 Pertambangan logam dan mineral terklasifikasi
lainnya 7. Infrastruktur, Utilitas dan
2.4 Pengalian batu atau tanah Transportasi
2.5 Lain lain yang belum 7.1 Energi
terklarifikasi 7.2 Jalan tol, bandara, pelabuhan
3. Industry Dasar dan Kimia dan sejenisnya
3.1 Semen 7.3 Telekomunikasi
3.2 Keramik, gelas, porselen 7.4 Transportasi
3.3 Produk logam dan sejenisnya 7.5 Lain-lain yang belum
3.4 Kimia terklasifikasi
3.5 Plastik 8. Keuangan
3.6 Pakan Ternak 8.1 Bank
3.7 Industri kayu dan pengolahannya 8.2 Lembaga pembiayaan
3.8 Puip dan kertas 8.3 Perusahaan efek
3.9 Lain-lain yang belum 8.4 Asuransi
terklarifikasi 8.5 Reksa dana
4. Aneka Industri 8.6 Lain-lain yang belum
4.1 Mesin dan alat berat terklasifikasi
4.2 Otomatif dan komponennya 9. Perdagangan dan Jasa
4.3 Tekstil dan garmen 9.1 Perdagangan besar barang
4.4 Kabel industry
4.5 Elektronik 9.2 Perdagangan besar barang
4.6 Lain-lain yang belum konsumsi
terklarifikasi 9.3 Perdagangan eceran
9.4 Hotel dan restoran
9.5 Pariwisata dan hiburan
9.6 Periklanan dan media massa
9.7 Jasa computer dan
perangkatnya
9.8 Lain-lain yang belum
terklasifikasi

10. Pertanian 14. Industri Barang Konsumsi


10.1 Pertanian 14.1 makanan dan minuman
10.2 Perkebunan 14.2 industri tembakau
10.3 Pertekanan 14.3 farmasi
10.4 Perikanan 14.4 Kosmetik dan barang
10.5 Kehutanan keperluan rumah tangga
10.6 Lain-lain yang belum 14.5 Lain-lain yang belum
terklasifikasi terklasifikasi
11. Pertambangan 15. Konstruksi, Properti dan Real
11.1 Pertambangan batu bara 15.1 Konstruksi
11.2 Pertambangn minyak dan gas 15.2 Properti dan real estate
buni 15.3 Lain-lain yang belum
11.3 Pertambangan logam dan terklasifikasi
mineral lainnya 16. Infrastruktur, Utilitas dan
11.4 Pengalian batu atau tanah Transportasi
11.5 Lain lain yang belum 16.1 Energi
terklarifikasi 16.2 Jalan tol, bandara,
12. Industri Dasar dan Kimia pelabuhan dan sejenisnya
12.1 Semen 16.3 Telekomunikasi
12.2 Keramik, gelas, porselen 16.4 Transportasi
12.3 Produk logam dan sejenisnya 16.5 Lain-lain yang belum
12.4 Kimia terklasifikasi
12.5 Plastik 17. Keuangan
12.6 Pakan Ternak 17.1 Bank
12.7 Industri kayu dan 17.2 Lembaga pembiayaan
pengolahannya 17.3 Perusahaan efek
12.8 Puip dan kertas 17.4 Asuransi
12.9 Lain-lain yang belum 17.5 Reksa dana
terklarifikasi 17.6 Lain-lain yang belum
13. Aneka Industri terklasifikasi
13.1 Mesin dan alat berat 18. Perdagangan dan Jasa
13.2 Otomatif dan komponennya 18.1 Perdagangan besar barang
13.3 Tekstil dan garmen industry
13.4 Kabel 18.2 Perdagangan besar barang
13.5 Elektronik konsumsi
13.6 Lain-lain yang belum 18.3 Perdagangan eceran
terklarifikasi 18.4 Hotel dan restoran
18.5 Pariwisata dan hiburan
18.6 Periklanan dan media massa
18.7 Jasa computer dan
perangkatnya
18.8 Lain-lain yang belum
terklasifikasi

B. Pentingnya Analisis Industri

Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis
tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi
dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi
investor.

Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah didokumentasikan oleh
Reilly dan Brown (1997), dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini:

1. Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa analisis industri itu penting, dan perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kinerja antar industry, sehingga akan membantu investor dan para analisis untuk
mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan
2. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya. Dengan demikian,
return industri di masa yang akan datang tidak bisa diestimasi dengan hanya
menggunakan data return industry masa lalu. Oleh karena itu, analisis dan investor
disamping menggunakan data return industri di masa lalu, juga perlu menambahkan
dengan beberapa data lain yang relevan untuk mengestimasi return industri di masa yang
akan datang.
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukkan bahwa analisis industiy juga perlu diikuti dengan analisis
perusahaan.
4. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analisis dan investor perlu
mempelajati dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk suatu industri
tertentu seperti halnya estimasi return.
5. Tingkat risiko suatu industr relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analisis risiko
berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industri di masa
datang.

C. Industri Yang Memiliki Prospek Menguntungkan


1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri
Dalam melakukan analisis industri, investor perlu menilai suatu industri dan menentukan
return yang diharapkan dari suatu industri yang akan dianalisis. Dengan menilai dan menentukan
return yang diharapkan dari suatu industri, investor akan dapat menentukan peluang investasi
pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu industri, ada dua langkah
yang perlu dilakukan yaitu yang pertama, mengestimasi Earing Per Share (EPS)yang diharapkan
dari suatu industri, kedua, mengestimasi Price Earing Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut
juga sebagai expected earning multiplier industri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut
dikalikan, maka kita akan memperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected
ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri, selanjutnya akan
dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah dengan
membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dividen yang diharapkan dari
suatu industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya dengan
membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang
diisyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak
dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan
investor sebaiknya pada industry-industri yang mampu memberikan return diharapkan yang lebih
besar dibandingkan tingkat return yang diisyaratkan investor.
2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan

Faktor peting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industry
adalah intensitas persaingan dalam industry tersebut. Intensitas persaingan dalam suatu industry
akan menentukan kemampuan industry untuk tetap memperoleh tingkat return diatas rata-rata.
Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor utama persaingan dan pengaruh
masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industry akan berbeda-beda. Lima kekuatan
persaingan akan menentukan profitabilitas industry karena lima faktor tersebut mempunyai
pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu industry. Kekuatan
masing-masing faktor tersebut merupakan fungsi dari struktur industry. Investor harus
menganalisis struktur industry untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga
investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung
berubah, sehingga investor perlu terus memperbaharui analisis lingkungan industry sesuai
dengan perubahan yang terjadi.

D. Definisi Dana Pensiun

Menurut UU No. 11 Tahun 1992 Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjanjikan manfaat pensiun. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pensiun
merupakan lembaga atau badan hokum yang mengelola program pensiun, yang dimaksudkan
untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan, terutama yang telah
pensiun. Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau
diserahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program
pensiun, misalnya bank-bank umum atau perusahaa asuransi jiwa.

E. Tujuan Dana Pensiun

Penyelenggaraan suatu program pensiun, terutama dari sisi pemberi kerja, dapat dilihat
dari dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Yang dimaksud dengan aspek ekonomis
adalah usaha pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan perusahaan yang
memiliki potensi, cerdas, terampil dan produktif, yang dapat diharapkan untuk mengembangkan
perusahaan. Sedangkan aspek sosial berkaitan dengan tanggung jawab sosial pemberi kerja;
bukan saja kepada karyawannya pada saat karyawan yang bersangkutan tidak lagi mampu
bekerja, tetapi juga kepada keluarganya pada saat karyawan tersebut meninggal dunia. Kedua
aspek tersebut sebenarnya hanya dilihat dari sisi perusahaan (pemberi kerja).

Pengelolaan dana pensiun merupakan salah satu bagian dari industri disektor jasa
keuangan. Sistem pensiun di indonesia terdiri atas tiga bagian yaitu dana pensiun dasar, dana
pensiun tambahan, dan dana pensiun mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah industri ataupun sektor/kelompok industri telah begitu dikenal luas oleh
masyarakat, misalnya industri otomatif, makanan, dan lain sebagainya.

Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis
tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi
dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi
investor.

Cara mengidentifikasi industri yang memiliki prospek menguntungkan dapat dilakukan


dengan beberapa cara antara lain:

1. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri


2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun.

Tujuan dari penyelenggaraan dana pensiun adalah sebagai kewajiban moral bagi
perusahaan untuk mengayomi karyawannya agar memiliki motivasi dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaanya, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prehallindo.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks Gramedia.
Kristanto, Jajat. 2011. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta: Erlanga.
Simamora, Henry. 2007. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta: Rineka Cipta.
UU No. 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun
Fahmi, Irham. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta. 2014

Anda mungkin juga menyukai