T UGAS UMUM
arfist a neva
Disusun oleh :
Candra Nugraha (NIM. 1106052972)
Denis Yanuardi (NIM. 1106053003)
Mohammad Sofa Khodi (NIM. 1106058453)
Pembimbing:
Bambang Fredy Subagiyo
Unit ZA II Departemen Produksi III
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
AGUSTUS 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Candra Nugraha (NIM. 1106052972)
Denis Yanuardi (NIM. 1106053003)
Mohammad Sofa Khodi (NIM. 1106058453)
Menyetujui,
ii
PRAKATA
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Langkah Proses ....................................................................................................... 24
3.3.1 Alur Proses......................................................................................................... 24
3.4 Pembuangan Limbah .............................................................................................. 40
3.5 Unit Operasi ............................................................................................................ 41
3.5.1 Unit Operasi Utama ........................................................................................... 41
3.5.2 Unit Operasi Pendukung .................................................................................... 47
BAB 4 ............................................................................................................................... 55
4.1. Pengolahan Air........................................................................................................ 55
4.2. Air Pendingin (Cooling Water/CW) ........................................................................ 58
4.3. Steam....................................................................................................................... 60
4.4. Listrik ...................................................................................................................... 61
4.5. Udara Tekan dan Udara Instrumen ......................................................................... 62
4.6. Bahan Bakar ............................................................................................................ 63
BAB 5 ............................................................................................................................... 64
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 64
5.2 Saran ....................................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 66
Appendiks ......................................................................................................................... 67
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
UNIVERSITAS INDONESIA
2
Petrokimia Gresik. Pada tahun 1997, PT Petrokimia Gresik telah berubah status
menjadi Holding Company bersama PT Pupuk Sriwijaya Palembang.
Saat ini PT Petrokimia Gresik memiliki berbagai bidang usaha dan fasilitas
pabrik terpadu baik yang dikelola sendiri maupun melalui anak perusahaannya.
1.1.2 Perluasan Perusahaan
Pada masa perkembangannya, PT Petrokimia Gresik telah mengalami
beberapa kali perluasan. Bentuk perluasan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
Perluasan I (29 Agustus 1979)
Pembangunan pabrik pupuk TSP I yang dilaksanakan oleh kontraktor Spie
Batignoles dari Perancis. Pabrik TSP 1 ini dilengkapi juga dengan prasarana
pelabuhan dan penjernihan air di Gunungsari, Surabaya yang disertai Booster
Pump.
Perluasan II (30 Juli 1983)
Pembangunan pabrik pupuk TSP II yang dilaksanakan oleh kontraktor
Spie Batignoles dari Perancis. Pada pembangunan pabrik TSP II ini disertai
dengan pembangunan perluasan prasarana pelabuhan dan unit penjernian air
(water intake) di Babat, Lamongan dengan kapasitas 3.000 m3/jam.
Perluasan III (10 Oktober 1984)
Pembangunan pabrik Asam Fosfat dan produk samping, pelaksana
pembangunannya yaitu Hitachi Zosen dari Jepang, meliputi: Pabrik Asam
Sulfat (H2SO4); Pabrik Asam Fosfat (H3PO4); Pabrik Cement Retarder (CR);
Pabrik Aluminium Fluorida (AlF3); Pabrik Ammonium Sulfat (ZA II); Unit
Utilitas.
Perluasan IV (2 Mei 1986)
Pemabangunan pabrik pupuk ZA III dikerjakan sendiri oleh tenaga-tenaga
PT Petrokimia Gresik, baik dari studi kelayakan hingga pengoperasiannya.
Perluasan V (29 April 1994)
Pabrik amonia dan pabrik urea baru dengan teknologi proses “KELLOG”
dari Amerika dan proses “ACES” dari Jepang. Kontruksinya ditangani oleh PT
Inti Karya Persada Teknik (IKPT) Indonesia. Pembangunan dimulai awal tahun
UNIVERSITAS INDONESIA
3
1991 dan ditargetkan beroperasi pada Agustus 1993. Pabrik ini mulai
beroperasi mulai 29 April 1994.
Perluasan VI (25 Agustus 2000)
Pabrik pupuk majemuk dengan nama "Phonska" dengan menggunakan
teknologi proses oleh "INCRO" dari Spanyol. Konstruksi ditangani PT
Rekayasa Industri dengan kapasitas produksi 300.000 ton/tahun. Pabrik ini
telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid pada
tanggal 25 Agustus 2000 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1
November 2000.
Perluasan VII (2002)
Pabrik pupuk NPK Kebomas atau NPK Blending.
Perluasan VII ( 22 Maret 2005 )
Pabrik pupuk kalium sulfat (ZK) dengan kapasitas 10.000 ton/tahun.
Pabrik ini menggunakan proses “MANNHEIM” (Eastern Tech).
Perluasan VIII ( tahun 2006 – tahun 2009 )
Perluasan yang dilaksanakan meliputi pembangunan Petroganik, NPK
Kebomas II, III & IV, & Phonska II & III
Sedang direncanakan
Pembangunan Pabrik Amonia, ZA IV, dan PA II
1.2 Lokasi Pabrik
PT Petrokimia Gresik saat ini menempati lahan kompleks seluas 450 Ha
dan area tanah yang ditempati berada di tiga kecamatan yang meliputi beberapa
desa, yaitu :
Kecamatan Gresik, meliputi desa-desa: Ngipik, Karangturi, Sukorame,
Tlogopojok, Lumpur
Kecamatan Kebomas, meliputi desa-desa: Kebomas, Tlogopatut, Randu
Agung
Kecamatan Manyar, meliputi desa: Romo Meduran
Desa yang masuk kategori ring I pada PT Petrokimia Gresik adalah Desa
Tlogopojok, Desa Romo Meduran dan Desa Lumpur. Pada desa-desa ini
mendapat perhatian khusus dalam hal pembinaan masyarakat, misalnya
pemberian bantuan sosial, pendidikan dan pelatihan.
UNIVERSITAS INDONESIA
4
UNIVERSITAS INDONESIA
5
UNIVERSITAS INDONESIA
6
GM GM GM GM
Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Teknologi
Manager
Inspeksi Teknik
UNIVERSITAS INDONESIA
7
dan III agar bisa mencapai target produksi di masing-masing unit pabrik
PT Petrokimia Gresik yang telah diterapkan oleh manajemen.
GM Teknologi bertanggung jawab kepada Direktur Produksi dalam
pengendalian proses dan pengelolaan lingkungan serta mempersiapkan
suku cadang yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan produksi
di seluruh unit pabrik PT Petrokimia Gresik.
b. Kompartemen Pabrik I, II, III masing-masing membawahi 2 departemen:
Departemen Produksi I, II, dan III bertanggung jawab kepada GM Pabrik
I, II, dan III dalam pengaturan faktor produksi agar bias mencapai target
produksi dari masing-masing unit pabrik I, II, dan III.
Departemen Pemeliharaan I, II, dan III bertanggung jawab kepada GM
pabrik I, II, dan III dalam pemeliharaan peralatan pabrik untuk
mendukung kegiatan produksi di masing-masing unit pabrik I, II, dan III.
c. Kompartemen Teknologi membawahi 3 Departemen, yaitu:
Manager Proses dan Pengelolaan Energi bertanggung jawab kepada GM
Teknologi dalam pengendalian proses dan melakukan analisa produksi
bahan baku dan parameter operasi untuk mendukung pencapaian target
produksi dari pabrik I, II, dan III.
Manager Lingkungan dan Keselamatan dam Kesehatan Kerja
bertanggung jawab kepada GM Teknologi dalam hal pengelolaan
lingkungan di seluruh unit pabrik PT Petrokimia Gresik dan memonitor,
menyiapkan peralatan keselamatan kerja bagi karyawan PT Petrokimia
Gresik.
Managaer Inspeksi Teknik bertanggung jawab kepada GM Teknologi
dalam memeriksa material dari peralatan pabrik untuk mendukung
kegiatan produksi di seluruh unit pabrik PT Petrokimia Gresik.
1.3.5 Manajemen Produksi PT Petrokimia Gresik
PT Petrokimia Gresik yang memproduksi pupuk Urea, ZA, dan bermacam-
macam pupuk majemuk, yang diproses secara kimia menetapkan dasar bagi
rekruitmen operator pabrik dengan modal pendidikan minimum SLTA, karena
masing-masing operator harus sudah memiliki bekal pengetahuan ilmu kimia
yang baru diajarkan oleh sekolah kepada siswa SLTA. Diharapkan dengan bekal
UNIVERSITAS INDONESIA
8
ilmu pengetahuan yang sesuai, para karyawan mulai dari tingkat operator
mempunyai kesadaran yang tinggi tentang keselamatan kerja dan mengetahui
bahaya dari bahan kimia yang dikelola oleh unit kerjanya.
Selain itu, dengan urutan proses produksi yang kontinyu, maka PT
Petrokimia Gresik mengatur jam kerja karyawannya dengan sistem shift, ini
biasanya berlaku untuk karyawan yang bertugas di Unit Produksi dan
Laboratorium, dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:
a. Shift I : 07.00-15.00
b. Shift II : 15.00-23.00
c. Shift III : 23.00-07.00
Untuk mengatur jam kerja agar sesuai dengan peraturan Depnaker, maka
karyawan shift dibagi dalam 4 grup (grup A sampai grup D), yang jadwal
kerjanya diatur dalam schedule shift. Schedule shift tersebut diatur oleh Biro
Personalia PT Petrokimia Gresik dan diterbitkan setahun sekali dengan
menyesuaikan hri yang berlaku di Indonesia.
Disamping karyawan shift, ada juga karyawan yang bekerja non shift
(normal day), ini biasanya berlaku untuk karyawan yang bekerja di kantor,
dengan jam kerja:
a. Hari Senin s/d Kamis : 07.00-16.00 (istirahat 12.00- 13.00)
b. Hari Jumat : 06.00-16.00 (istirahat 11.00-13.00)
c. Hari Sabtu dan Minggu : Libur
1.4 Pencapaian dan Sertifikasi Perusahaan
PT Petrokimia Gresik tidak hanya memperhatikan keuntungan pabrik
semata, tetapi juga memperhatikan kualitas baik dari segi produk ataupun pabrik
itu sendiri. Hal ini dapat ditunjukan dengan beberapa penghargaan yang pernah
dicapai PT Petrokimia Gresik.
Penghargaan pada tahun 2011
- Kategori Good Performance pada ajang Indonesian Quality Award
- Kategori Emas pada Responsible Care Award yang diadakan oleh Komite
Nasional Responsible Care Indonesia.
- Peringkat Biru dalam penilaian Proper tahun 2010-2011 oleh Kementrian
Lingkungan Hidup RI.
UNIVERSITAS INDONESIA
9
UNIVERSITAS INDONESIA
10
UNIVERSITAS INDONESIA
11
- persewaan perkantoran
- jasa travel
4. PT Petrokopindo Cipta Selaras (PCS)
Didirikan : 13 Mei 1993
Bidang Usaha : - perbengkelan
- jasa angkutan
- perdagangan umum
1.6 Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan PT Petrokimia Gresik
PT Petrokimia Gresik mempunyai beberapa anak perusahaan dan juga
perusahaan patungan yang membantu keberlangsungan produksi di PT Petrokimia
Gresik. Berikut beberapa anak perusahaan dan perusahaan patungan PT
Petrokimia Gresik,
1. PT Petrokimia Kayaku
Pabrik formulator pestisida yang merupakan hasil kerja sama PT
Petrokimia Gresik (60%), Nippon Kayaku (20%), dan Mitsubishi Corp.
(20%). Mulai beroperasi sejak tahun 1977. Dengan hasil produksi berupa :
- pestisida cair, dengan kapasitas produksi sebesar 3.600 ton/tahun
- pestisida butiran, dengan kapasitas produksi sebesar 12.600 ton/tahun
- pestisida tepung, dengan kapasitas produksi sebesar 1.800 ton/tahun
2. PT Petrosida Gresik
Menghasilkan bahan aktif pestisida dengan kepemilikan saham 100 % PT
Petrokimia Gresik. Mulai beroperasi sejak tahun 1984 untuk memasok
kebutuhan bahan baku untuk PT Petrokimia Kayaku. Dengan jenis produksi :
- BPMC, dengan kapasitas produksi sebesar 2.500 ton/tahun
- MIPC, dengan kapasitas produksi sebesar 700 ton/tahun
- Diazinon, dengan kapasitas produksi sebesar 2.500 ton/tahun
- Carbofuron, dengan kapasitas produksi sebesar 900 ton/tahun
- Carboxyl, dengan kapasita produksi sebesar 200 ton/tahun
3. PT Petronika
Perusahaan patungan antara PT Petrokimia Gresik (20 %) dengan Nippon
Indonesia Kazasai (80 %). Mulai beroperasi sejak tahun 1985. hasil
produksinya yaitu diocthyl pthalate (DOP) sebesar 30.000 ton/tahun.
UNIVERSITAS INDONESIA
12
4. PT Petrowidada
Perusahaan patungan PT Petrokimia Gresik (10,2 %) dan mulai beroperasi
sejak tahun 1988. Hasil produksinya berupa pthalic anhydride dengan
kapasitas produksi sebesar 30.000 to/tahun dan maleic anhydride dengan
kapasitas produksi sebesar 1.200 ton/tahun. Kepemilikan saham di PT
Petrowidada adalah sebagai berikut :
- PT Witulan (5,1 %) - Daewoo Corp. (13,6 %)
- PT Justus SC (5,1 %) - PT Eterindo Wahana Tama (66 %)
- PT Petrokimia Gresik (10,2 %)
5. PT Petrocentral
Hasil produksinya berupa STPP (Sodium Tipoly Phosphate) dengan
kapasitas produksi sebesar 40.000 ton/tahun. Mulai beroperasi sejak tahun
1990. Kepemilikan saham di PT Petrocentral adalah sebagai berikut :
- PT Salim Chemical (6,37 %) - PT Kodel Jakarta (10,83 %)
- PT Supra Veritas (6,37 %) - PT Fosfindo Surabaya (12,74 %)
- PT Petrokimia Gresik (9,8 %) - PT Unggul I.C (53,89 %)
6. PT Kawasan Industri Gresik (KIG)
Perusahaan patungan antara PT Petrokimia Gresik (35%) dengan PT
Semen Gresik (65%). Perusahaan ini menyiapkan kavling industri siap pakai
seluas 135 Ha, termasuk Exsport Processing Zone (EPZ).
7. PT Petroganik
Bergerak di bidang pembuatan pupuk dengan bahan dasar organik, tetapi
pada saat ini masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasi.
1.7 Unit Produksi
PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia
yang tidak hanya memproduksi pupuk saja, tetapi juga produk non pupuk. Oleh
karena keanekaragaman produk yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Gresik ini,
maka tidak cukup dengan satu pabrik saja untuk memproduksi semua produk
tersebut. Akan tetapi, PT Petrokimia Gresik mempunyai 3 pabrik atau departemen
produksi, yaitu pabrik 1, pabrik 2, dan pabrik 3. Masing-masing pabrik tersebut
mempunyai unit-unit produksi yang menghasilkan produk berbeda-beda.
Meskipun produk yang dihasilkan berbeda-beda, tetapi antar unit tersebut
UNIVERSITAS INDONESIA
13
mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut dapat
dilihat pada alur proses berikut ini,
CO2
NATURAL AMMONIA UREA PUPUK
GAS PLANT PLANT UREA
H2SiF6
PHONSKA PUPUK
PLANT PHONSKA
KCl
ZK PLANT PUPUK ZK
UNIVERSITAS INDONESIA
14
UNIVERSITAS INDONESIA
15
UNIVERSITAS INDONESIA
16
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
UNIT PRODUKSI III
H2SO4
Heated Grinding
Air
Unit
Water
Reaction
Unit
Filtration
Concentrator
Unit
Unit
Phospho Fluosilic
H3PO4 Acid
Gypsum
17
UNIVERSITAS INDONESIA
18
Reaksi :
H2SO4 + Ca3(PO4)2 H3PO4 + CaSO4.2H2O
Uraian Proses :
Phosphate rock dihancurkan dalam grinder, kemudian direaksikan dalam
reaktor dengan asam sulfat, selanjutnya dilakukan proses filtrasi untuk
memisahkan asam fosfat dengan gypsum. Karena hasil yang didapatkan masih
encer maka dilakukan pemekatan dengan concentrator sehingga didapatkan
produk yang pekat. Hasil samping dari unit ini adalah asam fluoro silikat
(H2SiF6) untuk bahan baku unit AlF3 dan gypsum untuk bahan baku unit ZA
II.
2.2 Pabrik Asam Sulfat
Proses yang digunakan dalam unit produksi asam sulfat adalah “DOUBLE
CONTACT dan DOUBLE ABSORBTION (DC/DA)”. Kapasitas produksi dari unit
produksi asam sulfat ini adalah 510.000 ton/tahun.
Bahan bakunya adalah belerang padat dengan komposisi :
- Kadar sulfur = 98,11 % berat
- Kadar = H2O 2,6 % berat
- Kadar ash = 0,90 % berat
- Acidity = 0,52 % berat
- Impuirities : HCl, NaCl, Fe, K, Na
Diagram Proses :
Air
H2SO4
Storage
Reaksi :
Dalam SO2 Generation : S + O2 SO2 + Q (panas)
Dalam SO3 Conversion : SO2 + ½ O2 SO3
Dalam Absorber : SO3 + H2O H2SO4
UNIVERSITAS INDONESIA
19
Uraian Proses :
Sulfur dicairkan didalam melter dengan menggunakan pemanas steam.
Kemudian S cair dibakar dengan udara kering dan terjadi reaksi didalam furnace
(SO2 Generation), menghasilkan gas SO2. Kemudian gas SO2 hasil dari furnace
masuk kedalam converter, di mana di dalam converter (SO3 Conversion) gas
SO2 dikonversikan menjadi gas SO3 dengan menggunakan katalis Vanadium
Pentaoksida (V2O5), yang kemudian masuk kedalam absorber untuk penyerapan
gas SO3 dari bed 3 dan 4 dengan H2SO4 pekat hingga didapatkan produk asam
sulfat 98,5 %.
2.3 Pabrik Aluminium Fluorida
Proses yang digunakan dalam unit produksi aluminium flourida adalah
proses basah “Chemie Linz A.G” dengan mereaksikan asam flousilikat dengan
aluminium hidroksida. Kapasitas produksi dari unit produksi aluminium fluorida
ini adalah 12.600 ton/tahun.
Bahan Baku :
1. Aluminium Hidroksida dengan komposisi: Bentuk serbuk; kadar Fe2O3 =
0,03 % max; kadar AL(OH)3 = 98,5 % min.; kelembaban udara = 1,3 %
max.; kadar SiO2 = 0,12 % max.
2. Asam Fluosilikat dengan komposisi: bentuk cairan jernih; kadar H2SiF6 =
18 - 20 %; kadar P2O5 = 250 ppm max.; kadar Fe2O3 = 70 mg/liter max.
Diagram Proses :
UNIT
Steam Water
UNIVERSITAS INDONESIA
20
Uraian Proses :
H2SiF6 yang merupakan hasil samping dalam pembuatan asam fosfat
direaksikan dengan aluminium hidroksida, kemudian dipisahkan SiO2 yang
dihasilkan dalam separator, sedangkan pengkristalan dilakukan di dalam
kristalizer. Air yang dihasilkan dibebaskan di dalam separator, sedangkan air
kristal yang terkandung dalam aluminium flourida dihilangkan dengan calsinasi
sehingga dihasilkan AlF3.
2.4 Pabrik ZA II
Proses yang digunakan dalam unit produksi ZA II adalah ICI (CHEMICO)
untuk reaksinya dan SSIC untuk evaporatornya. Kapasitas unit produksi pupuk
ZA II ini adalah 250.000 ton/tahun (kristal ZA).
Bahan Baku :
1. Amoniak Cair, komposisi :
- NH3 = 99 – 99,5 %
- Temperatur = 1 0C
- Tekanan = 3 - 4 kg/cm2
- H2O = 0,5 % maks.
2. CO2 Gas dengan komposisi :
- CO2 = 99 % min.
- Inert = 0,3 % maks.
- Temperatur = 35 0C
- Tekanan = 0,44 kg/cm2
3. Asam Sulfat dengan komposisi :
- H2SO4 = 98,5 % min.
- H2O = 2,0 % maks.
- Temperatur = 34 0C
4. Fosfo Gypsum dengan komposisi :
- CaSO4.2H2O = 97 % min.
- F total = 0,69 % maks.
- P2O5 total = 0,33 % maks.
- CaO = 3,69 % min.
UNIVERSITAS INDONESIA
21
Reaksi :
NH3 + CO2 (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 + CaSO4.2H2O (NH4)2SO4 + CaCO3
Uraian Proses :
Gas CO2 dan amoniak cair (unit produksi I) dicampur di dalam carbonator
untuk menghasilkan amonium karbonat atau Carbonat Liquor. Kemudian
amonium karbonat direaksikan dengan fosfo gypsum (CaSO4.2H2O) di dalam
reaktor yang kemudian dilakukan proses filtrasi untuk memisahkan larutan ZA
dengan padatan kapur. Untuk menetralisir kelebihan amoniak diberikan asam
sulfat dalam netralizer. Setelah itu dilakukan kristalisasi dalam kritalizer, di
mana kristal yang diperoleh dipisahkan dalam separator. Kristal yang
didinginkan kemudian dikeringkan dalam dryer dan selanjutnya dilakukan
pengantongan.
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
PABRIK ZA II
CaSO4.2H2O
NH3 H2SO4
REACTION &
CO2 CARBONATION FILTRATION NETRAL
GAS SCRUB
H2O CaCO3
Anti Cacking
EVAPORATOR &
BAGGING DRYING & COOLING CRYSTAL
22
UNIVERSITAS INDONESIA
23
Alur proses yang sederhana di atas dimulai dengan mereaksikan NH3, H2O
dan CO2 sehingga terbentuk amonium karbonat (NH4)2CO3. Amonium karbonat
kemudian akan direaksikan dengan gypsum (CaSO4) yang akan menghasilkan
larutan pupuk ZA (NH4)2SO4 dan kapur CaCO3. Kapur dan larutan ZA akan
dipisahkan kemudian ditambahkan asam sulfat sebagai reaktan murni karena
kandungan NH3 yang masih banyak. Langkah selanjutnya mengevaporasi larutan
ZA agar terbentuk kristal. Setelah terbentuk kristal, barulah didinginkan dan
dikeringkan.
3.2 Layout Pabrik
Pabrik ZA II masuk ke dalam kompartemen Pabrik III Petrokimia Gresik.
3
6
2
1
5 4
UNIVERSITAS INDONESIA
24
UNIVERSITAS INDONESIA
25
UNIVERSITAS INDONESIA
26
1.2) CO2
CO2 didapat dari pabrik ammonia dalam fasa gas. Pada awal
perancangan, CO2 akan masuk kedalam separator D.7301 untuk
dihilangkan uap airnya. Penghilangan air ini bertujuan untuk
menghindari kerusakan pada compressor. Namun, yang terbaru, CO2
langsung dimasukkan pada kompresor C.5101 karena dianggap sudah
tidak mengandung uap air. CO2 yang masuk ke dalam kompresor di
tekan sampai 1,2 kg/cm2 dengan suhu kurang lebih 80oC. CO2 yang
sudah mempunyai tekanan 1,2 Kg/cm2 akan dimasukkan kedalam
Carbonation Tower T.5101.
1.3) H2O
H2O yang digunakan dalam reaksi dalam Carbonation Tower adalah
H2O yang sudah mengandung ammonia dan CO2 terlarut. Hal ini
dikarenakan H2O yang digunakan adalah H2O yang berasal dari
scrubber. Dalam scrubber, ammonia dan CO2 yang terlepas dari
berbagai unit akan di-scrub menggunakan proses kondensat. Hasilnya
akan dipompa menuju Carbonation Tower T.5101 untuk direaksikan
dengan CO2 dan Ammonia.
Ketiga reaktan masuk dalam Carbonation Tower. Gas CO2 dan Ammonia
akan masuk melalui bagian bawah, sedangkan H2O yang tercampur CO2 dan NH3
akan masuk melalui bagian atas.
Rasio dari CO2 dan NH3 pada bagian bawah adalah 1.3-1.35. Rasio yang
tinggi akan menyebabkan kenaikan tekanan parsial dari CO2. Naiknya tekanan
parsial CO2 di dalam Carbonation Tower akan mengakibatkan terjadinya
foaming, seperti minuman berkarbonasi, yang akan berimbas pada buntunya
nozzle vent. Sedangkan apabila rasionya berkurang maka akan meningkatkan
tekanan parsial NH3 yang berimbas pada naiknya lime terlarut yang akan
menyebabkan larutan akan susah dievaporasi.
Reaksi yang terjadi pada bagian menara karbonasi adalah sebagai berikut :
2NH3 + CO2+ H2O (NH4)2CO3 Q =+22080 Kj/mol
NH3 + CO2+ H2O (NH4)HCO3 Q= +14100 K/mol
UNIVERSITAS INDONESIA
27
Konsentrasi NH3 darireaksi di atas adalah 220 gr/L sedangkan untuk CO2
adalah 296.7 gr/L. Konsentrasi yang lebih tinggi akan menaikkan titik beku
larutan sehingga menyebabkan kristalisasi pada piping, sedangkan apabila lebih
rendah akan menyebabkan beban evaporasi untuk mengevaporasi larutan sehingga
menjadi kristal menjadi lebih besar.
Carbonated Liquor (CL) atau (NH4)2CO3 keluar dari bagian bawah
carbonation tower dengan suhu sekitar 65oC. CL yang keluar akan didinginkan
kembali sampai suhunya menjadi 51oC di E.5102. Setelah keluar dari E.5102, CL
disirkulasi kembali ke dalam carbonation tower dan sebagian lagi dipompa
dengan P.5101 A/B menuju Storage Tank TK.5103. Dari TK.5103, CL akan
dipompa menuju seksi reaksi untuk direaksikan dengan gypsum. Sedangkan gas
CO2, NH3,dan uap air yang lolos dari T.5101 akan dialirkan ke scrubber untuk di-
scrub dengan proses kondensat (H2O).
2) Seksi #5200 (Reaction and Gas Scrubbing)
UNIVERSITAS INDONESIA
28
UNIVERSITAS INDONESIA
29
UNIVERSITAS INDONESIA
30
Gas yang di-scrub adalah gas dari carbonation tower, vacuum pump,
bagian netralisasi,reaktor dan bagian filtrasi.
Gas yang lolos tersebut dimasukkan melalui bawah reaktor, sedangkan
larutan yang akan menangkap gas tersebut , proses kondensat, masuk
melalui bagian atas.
Larutan yang telah menangkap gas-gas tersebut, scrubber liquor, akan
dilewat di dalam cooler. Hal ini karena terjadi reaksi eksotermis
meskipun tidak dominan yang ada pada scrubber. Reaksinya adalah :
2NH3 + CO2+ H2O (NH4)2CO3
Hasilnya adalah ammonium karbonat yang encer yang akan
diumpankan kembali ke carbonation tower T.5101.
3) Seksi #5300 (Filtration)
Bagian ini akan memisahkan hasil reaksi pada bagian Reaction, yaitu
Reaction Magma yang berupa slurry, dari padatannya yang berupa kapur CaCO3
dengan cara menyaringnya sehingga dihasilkan strong liquor.
UNIVERSITAS INDONESIA
31
Terdapat dua tahap filtrasi yang digunakan setelah tahap, yaitu primary
filtration dan secondary filtration. Selain itu terdapat tahap tambahan yaitu
setlling yang dilakukan pada settler.
Pada setiap tahap dari siltrasi primer dan sekunder terdapat berbagai tahap
dari mulai pembentukan cake sampai dengan discharge dari kapur,seperti gambar
dibawah ini:
UNIVERSITAS INDONESIA
32
1. Primary Filter
Primary filter mempunyai dua belt filter discharge dan dilengkapi
dengan chalk repulper. Reaction magma akan masuk ke primary filter
melalui dua portal yang dipakai untuk mengatur aliran magma ke dalam
filter. Pada tahap Form atau pembentukan, cake akan menempel pada
cloth dari filter akibat tekanan vakum kemudian drum diputar. Langkah
selanjutnya adalah initial dry dimana akibat adanya sistem vakum,
maka filtrat akan terambil. Setelah agak kering, cake akan disirami
dengan weak liquor (hasil filtrasi pada filtrasi sekunder) untuk mencuci
sisa-sisa dari larutan ammonium sulfat yang mungkin masih tersisa.
Setelah cake terlepas dari filter cloth melalui bagian discharge, filter
cloth akan dicuci menggunakan spray washer dan kemudian berputar
kembali dan hasil filtrasi akan ditampung di filtrate receiver D5302.
Filtrat ini merupakan filtrat strong liquor yang akan dipompa ke settler
D5309.
2. Secondary Filter
Cake yang terlepas pada primary filter akan difiltrasi kembali pada
secondary filter. Pada secondary filter ini akan menghasilkan weak
liquor yang nantinya digunakan sebagai washing pada primary filter.
Slurry cake yang terlepas akan dialirkan ke tangki penampung TK5303
kemudian dialirkan ke secondary filter Fil.5302A/B. Prinsip kerja dari
filtrasi pada secondary filter adalah sama dengan primary filter, hanya
saja penyaring yang digunakan berbeda. Setelah cake terbentuk,
pencucian dilakukan dengan kondensat yang dipanaskan dengan steam
sampai suhu 95oC untuk menghilangkan sisa ammonium sulfat. Cake
yang sudah kering , dalam hal ini CaCO3, akan dikirim melalui belt
conveyor untuk dikemas menjadi kapur pertanian (kaptan). Sedangkan
weak liquor akan dialirkan ke primary filter sebagai washer.
UNIVERSITAS INDONESIA
33
3. Settler
Meskipun telah difiltrasi, masih terdapat sekitar 2000 ppm padatan yang
tersuspensi dalam strong liquor. Oleh karena itu, dibutuhkan settler.
Fungsi settler adalah mengendapkan partikel solid yang ada dengan
pengaduk yang pelan. Selain itu bentuk settler seperti vortex dengan
diameter besar mengakibatkan solid yang mengendap tidak
menggumpal satu sama lain sehingga menyumbat settler dan perpipaan.
Padatan yang turun akan dipompa kembali menuju reaktor R5201.
Sedangkan Strong liquor akan dipompa ke Tangki Netralisasi R5402.
UNIVERSITAS INDONESIA
34
UNIVERSITAS INDONESIA
35
UNIVERSITAS INDONESIA
36
Terlihat dari gambar di atas bahwa kristal yang terbentuk lebih banyak
daripada di evaporator kedua. Slurry dari evaporator III akan dipompa
dengan pompa P.5511 menuju Slurry Tank TK5517 sedangkan uap
hasil evaporator ketiga akan dikirim ke sistem vakum. Kondensat yang
terbentuk di E.5503 dan E.5502 akan dikirim ke Process Condensat
Storage Tank TK.5511.
4. Sistem Vakum
Sistem vakum berguna untuk menarik Uap dari evaporator agar kristal
mudah cepat terbentuk, hal ini disebabkan dengan adanya sistem
vakum, titik didih dari suatu campuran akan semakin kecil sehingga
mudah untuk dikristalkan.
Sistem vakum ini memanfaatkan uap dari evaporator ketiga yang
dimasukkan ke barometric condenser E5220. Air pendingin yang
berasal dari condensate cooling tower masuk dengan suhu 31oC dengan
tekanan 3 kg/cm2. Kondensat yang keluar akan ditampung oleh hot well
D5521 yang selanjutnya dikirim ke kondensat cooling tower untuk
UNIVERSITAS INDONESIA
37
UNIVERSITAS INDONESIA
38
UNIVERSITAS INDONESIA
39
UNIVERSITAS INDONESIA
40
UNIVERSITAS INDONESIA
41
UNIVERSITAS INDONESIA
42
2) Reaction Vessel
Fungsi : Sebagai Tempat mereaksikan gypsum dengan Carbonated
Liquor (CL)
Tipe : CSTR
Ukuran : Φ ID 3632 x 7000 mm (R.5201 A-B)
Φ ID 3632 x 7000 mm (R.5201 C-D)
Kapasitas : R.5201 A-B = 72.5 m3
R.5201 C-D = 62.5 m3
Suhu : 70oC
Tekanan : ATM
Material : Shell, Bottom, Roof, Nozzle,flange (304 L.SS)
UNIVERSITAS INDONESIA
43
Secondary Filter
Fungsi : Memisahkan repulper (cake dari primary filter) dari
repulping tank menjadi cake dan weak liquor
Tipe : Rotary Drum Knife Dischare
Ukuran : Φ ID 3000 x 4800 mm
Luas = 32 m2
Kapasitas : 3.4 Ton/Jam/cm
Suhu : 70oC
Tekanan : Vakum (-360 torr)
Material : 304 L.SS
4) Neutralizer Tank
Fungsi : Menetralkan kelebihan NH3 dalam strong liquor dengan
H2SO4
Tipe : CSTR (20 RPM)
Ukuran : Φ ID 10.000 x 10.000 mm
Luas = 32 m2
Kapasitas : 30 m3 (max)
Suhu : 95oC
Tekanan : - (Full Fluid)
Material : 316 L.SS (tebal 11-5 mm)
UNIVERSITAS INDONESIA
44
5) Evaporator
Fungsi : Memekatkan larutan Ammonium Sulfat dengan sistem pemanasan
dan penguapan
Evaporator I
Tipe : Vertycal Cylindrical with Conical Bottom
Ukuran : Φ ID 4000 x 7800 mm (Total Height)
Suhu : 150oC
Steam : Low Pressure Steam 2 kg/m3.
Tekanan : 1.5 kg/cm2-Vacuum
Material : 316 L.SS
Evaporator II
Tipe : Crystal Vertycal Cylindrical
Ukuran : Φ ID 4000 x 15800 mm (Total Height)
Suhu : 84-120oC
Tekanan : Vacuum
Material : 316 L.SS
Tebal : DInding suspension container : 15 mm
Bottom : 17 mm
Dinding Evaporator : 10 mm
Top Evaporator : 14 mm
Evaporator III
Tipe : Crystal Vertycal Cylindrical
Ukuran : Φ ID 5600 x 14800 mm (Total Height)
Suhu : 84-120oC
Tekanan : Vacuum
Material : 316 L.SS
Tebal : Dinding suspension container : 15 mm
Bottom : 17 mm
Dinding Evaporator : 13 mm
Top Evaporator : 17 mm
UNIVERSITAS INDONESIA
45
UNIVERSITAS INDONESIA
46
7) Dryer Cooler
Fungsi : Mengeringkan kristal produk ZA dengan udara panas dari
furnacedan mendinginkan kristal yang telah kering dengan
udara ambient
Tipe : Roto-Louvre type Dryer Cooler
Ukuran : Φ ID 3500 x 9150 mm (Dryer Side)
Φ ID 3500 x 7320 mm (Cooler Side)
Design : Inlet moisture : 1%
Discharge Moisture : 0.1%
Inlet temp. product : 72oC
Outlet temp. product : 55oC
Putaran : 6.2 RPM
Kapasitas : Product Inlet : 39 Ton/jam
Product Outlet : 38.84 Ton/Jam
Hot Air : 412 m3/min temp. 162oC-200oC
Cool Air : 1000 m3/min temp. 33oC
Dust Exhaust Dryer : 346.2 m3/min temp. 82oC
Dust Exhaust Cooler : 1197 m3/min temp. 56.6oC
Material : 304 SS (Dryer Side)
CS (Cooler Side)
UNIVERSITAS INDONESIA
47
UNIVERSITAS INDONESIA
48
UNIVERSITAS INDONESIA
49
UNIVERSITAS INDONESIA
50
STRONG LIQ.
KE TK. 5401
200 ppm solid
SLUDGE KE R5201B
± 10 % solid
UNIVERSITAS INDONESIA
51
membuka drain valve pada settler, yang berarti proses akan sementara
berhenti. Untuk mencegah proses berhenti berjalan, dibutuhkan
penanggulangan yang cepat saat peringatan kenaikan agitator pertama
kali terjadi. Drain valve akan sedikit dibuka untuk mengurangi endapan
kapur selagi kain filter yang bocor satu-satu diganti.
e. Strong Liquor Storage Tank (TK5401)
Berfungsi untuk menampung larutan strong liquor setelah
melewati settler. Keberadaan tangki penampungan strong liquor
diperlukan untuk menjaga kestabilan aliran produksi. Jika terjadi masalah
pada alat yang berada sebelum tangki ini yang menyebabkan alat itu
harus dimatikan, maka produksi tetap bisa berjalan dengan mengambil
bahan dari tangki ini selagi menunggu perbaikan alat secepatnya. Begitu
juga jika alat yang rusak adalah alat setelah tangki ini, maka proses
produksi dari alat-alat di belakangnya tetap bisa dilakukan dengan
mengisi tangki selagi menunggu alat yang rusak tadi diperbaiki
secepatnya. Maka dengan adanya tangki ini satu sistem pabrik tidak
berhenti total jika hanya beberapa alat yang butuh perbaikan.
Desain
P : Full. Liquid
Temp. : 120 0C
Cap. : 700 m3
Max. Cap. : 740 m3
Dimensi
Ф : 10.000 mm
P : 10.000 mm
Material : shell, bottom, roof = 316L. SS ( tebal 11 – 5 mm )
Tangki penyimpanan ini juga dilengkapi dengan agitator
berkecepatan 20 RPM. Fungsi agitator di sini adalah untuk menjaga agar
tidak ada kristal ZA yang terbentuk di tangki ini dan kemudian
mengendap.
UNIVERSITAS INDONESIA
52
UNIVERSITAS INDONESIA
53
UNIVERSITAS INDONESIA
54
Gambar 30. Belt conveyor pengangkut produk dari sentrifuge menuju dryer
(Sumber : Pengamatan Langsung di Pabrik ZA II PT. Petrokimia Gresik)
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 4
UTILITAS
55
UNIVERSITAS INDONESIA
56
UNIVERSITAS INDONESIA
57
UNIVERSITAS INDONESIA
58
mixed exchanger sebagian besar langsung dipakai sebagai air umpan di tangki,
sebagian ditampung untuk air proses di unit ZA II.
4.2. Air Pendingin (Cooling Water/CW)
Karena letaknya yang cukup jaug dari unit utilitas pabrik III, pabrik ZA II
memiliki unit utilitas air pendingin sendiri. Ada dua sumber air pendingin yang
ada di pabrik ZA II, yaitu
Air Pendingin dari cooling water cooling tower (T.6510) untuk alat
penukar panas (HE)
Air Pendingin dari condensate cooling tower (T.5501) untuk barometrik
condenser (E.5520) dan kebutuhan air proses
Alat utama yang diperlukan dalam utilitas air pendingin ini adalah
Menara pendingin / Cooling Tower T. 6510
2 buah kipas MT. 6510 A dan B (Induced Air Fan System)
3 buah pompa sirkulasi P. 6511 A, B dan C
Untuk dapat menjalankan fungsinya, menara pendingin dilengkapi dengan
Packing ( splash packing ), berfungsi untuk memperluas permukaan
kontak air dengan udara
Drift eliminator, berfungsi untuk mengurangi terikutnya butiran air
didalam udara yang lewat
Distributor, berfungsi untuk meratakan distribusi air sehingga packing
bekerja effisien
Fan, berfungsi untuk mengevaporasi
Uraian prosesnya adalah air dari sirkulasi masuk ke bagian atas menara pendingin
lalu jatuh ke basin melalui distributor dan slacing cup (cawan percik) dalam
bentuk butiran hujan. Udara luar masuk dari bagian bawah melalui sirip–sirip
yang terhisap oleh fan di puncak Cooling Tower dan berkontak langsung dengan
air yang turun ke basin sehingga temperatur air turun. Kapasitas sirkulasi menara
pendingin secara desain adalah 1735 m3/jam dan kapasitas make up water adalah
36,9 m3/jam. Selisih suhu air masuk dan keluar adalah 10 0C dimana temperatur
masukan adalah 41 °C dan temperatur keluaran adalah 31 °C. Untuk make up
water yang diginakan pada Cooling Tower adalah Lime Treated Water/soft water.
UNIVERSITAS INDONESIA
59
Air pendingin yang digunakan dalam proses harus memenuhi standar kualitas agar
proses bisa optimal dan peralatan lebih terjaga dari kerusakan. Spesifikasi air
pendingin menurut kontrak dengan PT. Ondeo Nalco adalah
pH = 7,5 - 8,5
Ca Hardness (CaCO3) = 400 - 600 ppm
Silica (SiO2) = 150 ppm max
Free Chlorine (Cl2) = 0,2 - 1,5 ppm
Conductivity = 3000 max
Turbidity = 20 max
Iron ( Fe ) = 2 ppm max
Chloride = 423 ppm max
UNIVERSITAS INDONESIA
60
4.3. Steam
Kebutuhan steam untuk pabrik ZA II dipasok dari Service Unit II. Ada 2
jenis steam yang diperlukan di pabrik ZA II ini, yang pertama adalah steam
dengan tekanan 10 kg/cm2 untuk ejector J.5521 & J.5522. Steam ini memiliki
temperatur 270 °C dan diperoleh langsung dari Service Unit II. Jenis steam yang
ke-2 adalah steam bertekanan 2 kg/cm2 yang digunakan untuk proses evaporasi.
PVC 5001 digunakan untuk membuat steam bertekanan 10 kg/cm2 menjadi 2
kg/cm2. PVC 5001 adalah sebuah pressure control valve yang bertugas membuat
choke sehingga steam yang melewatinya akan seperti melewati expander. Valve
ini akan membaca tekanan steam setelah melewatinya dan dengan perhitungan
tertentu lebar choke/opening valve akan disesuaikan hingga steam berhasil
diturunkan tekanannya menjadi 2 kg/cm2 dengan temperatur 133 °C. Untuk
kondisi normal, bukaan PVC 5001 hanya sekitar 1-2 %.
UNIVERSITAS INDONESIA
61
UNIVERSITAS INDONESIA
62
UNIVERSITAS INDONESIA
63
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti kegiatan kerja praktik di
PT Petrokimia Gresik dan pembuatan laporan kerja praktik, penulis menimpulkan
bahwa :
a. Rate produksi suatu pabrik dapat melebihi 100% rate normal. Hal ini
dikarenakan oleh rate 100% merupakan laju maksimal produksi pabrik
berdasarkan desain awal pabrik. Sedangkan pabrik dengan rate produksi lebih
dari 100% merupakan laju produksi setelah pabrik tersebut dimodifikasi
sehingga pabrik dapat beroperasi melebihi rate maksimum desain awalnya. Pada
pabrik ZA II, laju produksi maksimum dapat mencapai 160%. Hal ini
dikarenakan oleh adanya modifikasi alat yaitu penambahan unit premixer yang
digunakan untuk mereaksikan reaktan murni sehingga terbentuk strong liquor
dengan konsentrasi di atas konsentrasi desain awal pabrik.
b. Pembuatan ZA yang di Unit produksi III berbeda dengan Unit Produksi I yang
menggunakan reaktan murni. Pembuatan ZA di unit produksi III mengggunakan
prosuk sampingan dari Pabrik Asam Fosfat, berupa Gypsum, dan Pabrik
Ammonia berupa CO2. Hal ini bisa mengurangi limbah yang berada di PT.
Petrokimia dalam jumlah yang sangat besar.
c. Efisiensi pabrik cukup tinggi, hal ini karena proses recycle yang dilakukan oleh
pabrik ZA II sangat baik, hampir semua dari loses di setiap unit bisa di-recycle.
5.2 Saran
Selama melaksanakan kerja praktik di PT Petrokimia Gresik, terdapat
beberapa hal yang perlu mendapat perhatia dari pihak perusahaan dan ini merupakan
saran yang dapat kami berikan yaitu:
a. Kondisi yang terjadi saat ini adalah banyaknya ammonia yang terbuang pada
tangki premixer yang membuat emisi ammonia menjadi tinggi. Maka untuk
menanggulanginya perlu dilakukan perhitungan masukan asam sulfat dan
64
UNIVERSITAS INDONESIA
65
ammonia pada tangki premixer sehingga laju produk dapat optima dengan losses
ammonia yang minimal.
b. Filter primer dan sekunder sebaiknya diberi penutup untuk mengurangi emisi
ammonia yang membuat mata menjadi perih. Tutup tersebut sebaiknya yang
mudah dibuka dan ditutup sehingga inspeksi rutin kain yang sobek dapat mudah
dilakukan.
UNIVERSITAS INDONESIA
66
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS INDONESIA
67
Appendiks A
M. 7114 - 3
M. 7114 - 4 -
1
M. 7119 - 1 - M. 7114 - 5 SA - I
1
M. 7119 - 2 M 5214 - 1
M. 5214 - 2
M. 5212
M. 5213
REAKTOR
OPEN STORAGE
UNIVERSITAS INDONESIA
68
KRISTAL BASAH
DARI : M.
5501ABCD
CENTRIFUGE
M. 5502
M. 5601
DRYING COOLING
M. 5602
BUCKET ELEVATOR
M. 7123 - 1
M. 7124 - 1 / - 2
M. 7125 - 2 - 1
PENGANTONGAN
M. 7125 - 1
D. 7102
Hopper
UNIVERSITAS INDONESIA