Anda di halaman 1dari 4

Makalah

Sejarah Pertempuran Palagan Ambarawa

Disusun oleh:

1. Anyelir Tessa Devina

2. Azizah Sri Wahyuningsih

3. Andi Nurhaliza

4. Deska

SMA Negeri 1 Topoyo

Tahun ajaran 2021/2022


A. Penyebab Terjadinya Palagan Ambarawa

Palagan Ambarawa merupakan peristiwa perlawanan rakyat Indonesia melawan sekutu yang terjadi
antara 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa Jawa Tengah. Palagan Ambarawa atau
Pertempuran Ambarawa bermula dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke-2 sehingga membuat
sekutu tertarik untuk menguasai Indonesia kembali.

Sekutu pun kembali datang ke Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan alasan ingin mengurus
tawanan perang. Padahal, alasan sebenarnya sekutu datang ke Indonesia adalah untuk merebut kembali
wilayah Indonesia.

Saat itu, kedatangan sekutu ke Ambarawa dan Magelang dipimpin oleh Brigadir Bethell. Gubernur Jawa
Tengah Wongsonegoro pun menerima kedatangan sekutu dengan baik.

Kenapa diterima dengan baik? Karena, saat itu Indonesia masih berpikiran positif terhadap sekutu
sehingga tidak berpikir kalau sekutu ingin menguasai Indonesia.

Namun, enam hari setelahnya tepat pada tanggal 26 Oktober 1945, sekutu dan NICA diketahui secara
diam-diam mempersenjatai tawanan perang atau tentara Belanda. Hal ini pun membuat Indonesia
marah sehingga memicu pertempuran antara sekutu dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

B. Latar Belakang

Peristiwa Pertempuran Ambarawa dimulai saat terjadi insiden di Magelang. Pada 20 Oktober 1945,
Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 atau militer Inggris mendarat di Semarang yang dipimpin oleh
Brigadir Bethell. Oleh pihak Republik Indonesia, Bethell diperkenankan untuk mengurus pelucutan
pasukan Jepang. Ia juga diperbolehkan untuk melakukan evakuasi 19.000 interniran Sekutu (APW) yang
berada di Kamp Banyu Biru Ambarawa dan Magelang. Tetapi, ternyata mereka diboncengi oleh orang-
orang NICA (Netherland Indies Civil Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda. Mereka
kemudian mempersenjatai para tawanan Jepang. Pada 26 Oktober 1945, insiden ini pecah di Magelang.
Pertempuran pun berlanjut antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara Inggris.
Pertempuran sempat berhenti setelah kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Bethell di Magelang
pada 2 November 1945. Mereka pun mengadakan perundingan untuk melakukan gencatan senjata.
Melalui perundingan tersebut tercapai sebuah kesepakatan, antara lain:

1. Pihak Inggris akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya
melindungi dan mengurus evakuasi APW.

2. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Inggris.

3. Inggris tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawah kekuasaannya.
Sayangnya, pihak Inggris mengingkari perjanjian tersebut. Kesempatan dan kelemahan yang ada dalam
pasal tersebut dipergunakan Inggris untuk menambah jumlah pasukannya yang berada di Magelang.

C. Puncak Pertempuran
Pada 20 November 1945, di Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor
Sumarto dan pasukan Inggris. Pada 21 November 1945, pasukan Inggris yang berada di Magelang ditarik
ke Ambarawa dan dilindungi oleh pesawat-pesawat udara. Pertempuran mulai berkobar pada 22
November 1945, saat pasukan Inggris melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung di sekitar
Ambarawa. Pasukan TKR bersama pasukan pemuda lain yang berasal dari Boyolali, Salatiga, dan
Kartasura membentuk garis pertahanan sepanjang rel kereta api dan membelah Kota Ambarawa. Dari
arah Magelang, pasukan TKR dari Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan
serangan fajar. Serangan ini bertujuan untuk memukul pasukan Inggris yang berkedudukan di Desa
Pingit. Pasukan Imam pun berhasil menduduki Pingit. Sementara itu, kekuatan di Ambarawa semakin
bertambah dengan datangnya tiga batalion yang berasal dari Yogyakarta. Mereka adalah Batalio 10
Divisi X di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan
Batalion Sugeng. Meskipun tentara Inggris sudah dikepung, mereka tetap mencoba menghancurkan
kepungan tersebut. Kota Ambarawa dihujani dengan tembakan meriam. Untuk mencegah jatuhnya
korban, TKR diperintahkan untuk mundur ke Bedono oleh masing-masing komandannya. Bala bantuan
dari Resimen 2 dipimpin M. Sarbini dan Batalion Polisi Istimewa dipimpin Onie Sastoatmodjo serta
Batalion dari Yogyakarta berhasil menahan gerakan musuh di Desa Jambu. Di Desa Jambu terjadi rapat
koordinasi dipimpin oleh Kolonel Holand Iskandar. Rapat ini menghasilkan terbentuknya suatu komando
yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran bertempat di Magelang. Pada 26 November 1945, salah
satu pimpinan pasukan harus gugur. Ia adalah Letnan Kolonel Isdiman, pemimpin pasukan asal
Purwokerto. Posisinya pun digantikan oleh Kolonel Soedirman. Sejak saat itu, situasi pertempuran
berubah semakin menguntungkan pihak TKR. Pada 5 Desember 1945, musuh berhasil terusir dari Desa
Banyubiru.

D. Akhir Pertempuran

Pada 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan perundingan dengan mengumpulkan para
komandan sektor. Berdasarkan dari laporan para komandan sektor, Kolonel Soedirman menyimpulkan
bahwa posisi musuh sudah terjepit. Maka perlu segera dilancarkan serangan terakhir, yaitu:

1. Serangan pendadakan dilakukan serentak dari semua sektor.

2. Tiap-tiap komandan sektor memimpin serangan.

3. Para pasukan badan-badan perjuangan (laskar) disiapkan sebagai tenaga cadangan.

4. Serangan akan dimulai pada 12 Desember pukul 04.30.

Pada 12 Desember 1945, pasukan TKR bergerak menuju target masing-masing. Dalam kurun waktu 1,5
jam, mereka sudah berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung
selama empat hari empat malam. Pasukan Inggris yang sudah merasa terdesak berusaha untuk
memutus pertempuran. Pada 15 Desember 1945, pasukan Inggris meninggalkan Kota Ambarawa dan
mundur ke Semarang.

E. Tokoh pertempuran Ambarawa

Adapun tokoh Palagan Ambarawa yang perlu elo ketahui, yaitu:

1. Brigadier Bethell, merupakan pemimpin tentara sekutu pada Perang Palagan Ambarawa. Ia datang ke
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
2. Letnan Kolonel Isdiman, merupakan pemimpin para pejuang dalam Pertempuran Palagan Ambarawa.
Namun, gugur di tengah Pertempuran Palagan Ambarawa.

3. Kolonel Soedirman, merupakan pemimpin Pertempuran Palagan Ambarawa yang menggantikan


Letnan Kolonel Isdiman. Pada saat pertempuran, ia menerapkan strategi Gelar Supit Urang.

Anda mungkin juga menyukai