Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Indonesia

Kelompok 2

 Alif Gata (02)


 Hanifa Fara Yunisa (14)
 Hayatun Nufus (15)
 Septa Devi Auliatul Alifa (30)

XI MIPA 5
 Setelah Indonesia merdeka, sekutu datang ke Indonesia dengan
tujuan:
• Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang.
• Membebaskan para tawanan perang dan inteniran Sekutu.
• Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
dipulangkan.
• Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintah sipil.
• Menghimpun keterangan tentang dan menuntut penjahat perang.
 Oleh sebab itu, mulanya RI menerima kedatangan Sekutu dengan
sambutan yang baik.Tapi ternyata kedatangan sekutu diboncengi oleh
NICA yang masih menginginkan Indonesia.
 Hal tersebut memicu berbagai pertempuran di Indonesia, termasuk di
Ambarawa.
Insiden Magelang
 Tanggal 20 Oktober 1945, Brigade Artileri dari Divisi India ke
23 mendarat di Semarang, untuk mengurus tawanan perang.
Namun ternyata Sekutu diboncengi oleh NICA yang
mempersenjatai bekas para tawanan itu.

 Setelah Sekutu tiba di Magelang tanggal 26 Oktober 1945,


tentara Sekutu mencoba mengambil alih kekuasaan atas kota
tersebut, sehingga menyebabkan pecahnya insiden antara
tentara Inggris dibantu bekas tahanan, melawan tentara
Republik Indonesia (TKR).

 Dalam petempuran itu, tentara Inggris tidak kuat menghadapi


gempuran rakyat Indonesia, mereka meminta bantuan Presiden
Soekarno untuk menyelamatkan tentara Sekutu beserta para
interniran ke luar Magelang menuju kota Semarang.
 Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir
Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2
November 1945. Mereka mengadakan perundingan
gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang
dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi:
• Pihak sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di
Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi APWI (
Allied Prisioners of War and Interneers) atau tawanan
perang dan interniran sekutu.
• Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
• Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur
lalu lintas Indonesia dan Sekutu.
• Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-
badan yang ada di bawahnya.

Pecahnya Palagan Ambarawa
 20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran
antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan
tentara Sekutu

 21 November 1945 dari arah Magelang pasukan TKR dari


Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi
menyerang pasukan Sekutu yang berkedudukan di desa
Pingit. Pasukan Imam Adrongi akahirnya berhasil menduduki
Pingit, kemudian merebut desa-desa sekitarnya.

 22 November 1945. Pasukan sekutu melakukan


pemboman terhadap kampung-kampung di sekitar
Ambarawa
 Gerakan pasukan Sekutu berhasil ditahan, setelah
bantuan dari resimen kedua di bawah pimpinan M.
Sarbini dan Batalyon Posisi Istimewa di bawah pimpinan
Onie Sastroatmodjo serta batalyon dari Yogyakarta
datang. Gerakan Sekutu berhasil ditahan di desa Jambu.

 Setelah berhasil menahan laju Sekutu, pasukan TKR


kemudian mengadakan rapat kordinasi di desa Jambu,
dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar. Menghasilkan
Markas Pimpinan Pertempuran, bertempat di Magelang.
Medan pertempuran Ambarawa dibagi menjadi 4
sektor, yaitu sektor Utara, Selatan, Timur, dan Barat.
 26 November pimpinan pasukan yang berasal dari
Purwokerto, Kolonel Isdiman gugur, diganti kolonel
Sudirman, panglima divisi pasukan di Purwokerto.
Kolonel Sudirman menyodorkan taktik perang Supit
Urang. Taktik ini segera diterapkan. Musuh mulai
terjepit dan situasi perang mulai menguntungkan
pasukan TKR.

 Pada perkembangannya, situasi pertempuran berubah


menjadi semakin menguntungkan bagi pasukan
Indonesia. Tanggal 5 Desember 1945, pasukan kolonel
Sudirman berhasil memukul mundur pasukan Sekutu
dari Banyubiru, yang merupakan garis terdepan
pertahanan mereka.
Puncak Palagan Ambarawa

 11 Desember 1945, kolonel Sudirman memutuskan


mengumpulkan para komandan sektor dan
menghasilkan rancangan serangan akhir:
 Serangan mendadak dan serentak dari semua sektor.
 Masing-masing komandan sektor memimpin
pelaksanaan serangan.
 Pasukan badan-badan perjuangan (laskar) menjadi
pasukan cadangan.
 Ditentukan hari serangan adalah 12 Desember jam
04.30 pagi.
 12 Desember 1945, pasukan TKR bergerak menuju sasaran
masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR
mengepung kedudukan musuh dalam kota. Diperkirakan
pertahanan musuh yang terkuat di benteng Willem, yang
terletak di tengah kota Ambarawa.

 Ketika penyerangan itu dilakukan, kota Ambarawa dikepung


oleh pasukan TKR selama 4 hari 4 malam. Sekutu yang
merasa kedudukannya terdesak, berusaha keras untuk
menyerang balik. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit
berusaha keras untuk mundur dari medan pertempuran.
Pada tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan kota
Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Kemenangan rakyat Indonesia di Pertempuran Ambarawa
memiliki arti penting, karena letak kota tersebut yang strategis.
Apabila musuh berhasil menguasai Ambarawa, akan
mengancam tiga kota utama Jawa Tengah, yaitu Surakarta,
Magelang, dan terutama Yogyakarta, sebagai tempat kedudukan
Markas Tertinggi TKR.
Peristiwa tersebut menjadi momentum bersejarah dalam
pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat.
Kemenangan yang gemilang dalam Palagan Ambarawa pada
tanggal 15 Desember tersebut selanjutnya diperingati sebagai
Hari Infanteri
dan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999
diabadikan menjadi
“Hari Juang Kartika”.
Di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan Ambarawa.

Anda mungkin juga menyukai