2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8478
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS TERHADAP ETIKA DAN TATA CARA MAKAN
MASYARAKAT JEPANG
SKRIPSI
Oleh:
140708094
kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu
moril maupun materil yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Sastra
4. Para Staff Pengajar Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, yang
5. Terlebih penulis ucapkan terima kasih yang paling dalam dengan tulus hati
kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ir. Rachmad dan ibunda Dra.
Amelia Hanifa Rahmadani dan Muhammad Ariq Maulana Falah yang telah
memberikan kasih sayang dan bantuan moril maupun materil serta doa yang
yang selalu sabar dan membimbing dalam pencarian bahan dan dukungan
baik tenaga maupun moril dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
Zura, Ajid, Arep Cina, Fira, Ipit, Dila dan yang lainnya yang tidak dapat
juga memberi dukungan, Iman, Diki, Arep, Bundis, Ningnung, Ayak, Yuni,
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini
Penulis
NIM. 140708094
ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Sejarah Makanan .......................................................................15
MASYARAKAT JEPANG
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Table manner atau aturan dan etiket yang digunakan saat makan, pasti
memiliki perbedaan di setiap belahan dunia. Table manner dari Negara Barat kini
merupakan yang paling banyak dijadikan panutan dan digunakan oleh Negara lain,
seperti di Indonesia, Singapore, dan lainnya. Cara dan etiket yang digunakan di
setiap Negara nampaknya terbentuk dari tradisi yang terdapat di sebuah Negara,
Jepang sebagai Negara yang hingga kini masih berpegang erat pada tradisi-tradisi
mereka juga memiliki cara makan dan etika tradisional ketika menyantap makanan
di meja makan.
Setiap Negara di dunia memiliki etika dan tata cara ketika makan yang berbeda-
beda. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengetahui etika dan tata cara makan
rumah dari Negara tersebut. Dapat kita lihat dari salah satu Negara Maju seperti
Amerika serikat.
makan tersebut harus terdapat serbet dengan ukuran sepuluh hingga lima
belas inchi. Dan dihamparkan hingga mengenai bagian tepi meja makan.
dan pisau kecil untuk memotong steak, maka pegang garpu di tangan kiri
Cina sebagai Negara Berkembang pun memiliki etika dan tata cara dalam makan
tersendiri. Etika makan di Cina adalah kita sebagai tamu tidak boleh makan duluan
sebelum dipersilahkan duduk oleh tuan rumah. Jika ada tamu kehormatan, maka
minuman, misalnya teh tuan rumah berperan sebagai penuang minuman. Jika kita
sebagai tuan rumah, maka minuman dituangkan pada orang yang lebih tua terlebih
pengganti piring. Sumpit sendiri disediakan dua jenis. Sumpit untuk membawa
makanan dari hidangan ke piring masing masing dan sumpit yang digunakan untuk
makan. Berbeda dengan di Jepang, sumpit bisa dipakai untuk membawa makanan
dari hidangan sekaligus untuk makan. Hal terlarang dalam pemakaian sumpit
sesekali memegang satu sumpit di tangan kanan dan satu lagi di tangan kiri.
Terakhir, jika telah selesai makan, tempatkan sumpit disisi mangkok secara
memiliki etika dan tata cara makan yang diadaptasi dari etika dan tata cara makan
di Cina. Untuk kali ini, etika dan tata cara yang akan dibahas adalah etika dan tata
Tatami adalah sebuah material penutup lantai tradisional berupa tikar yang
berasal dari Jepang. Tatami dibuat dari tenunan alang-alang dan kain sebagai
penutup di bagian ujung. Cukup banyak restoran-restoran khas Jepang yang ada di
Indonesia menggunakan konsep tatami ini. Ruangan tatami ini memiliki ukuran
yang berbeda, ruangan kecil muat untuk 5 atau 6 orang, ada yang ruangannya bisa
digabung dengan cara membuka sekat pintu dan ada juga yang ruangannya
Sejak dahulu secara tradisional, rumah dan bangunan Jepang memiliki lantai tikar
lembut yang dikenal dengan tatami. Banyak sejarah yang terkandung didalam
sebuah tatami. Oleh karena itu, banyak sekali orang Jepang yang bernostalgia
tentang tatami bagi beberapa orang terutama para wisatawan. Tatami memang
tidak senyaman lantai Negara barat tetapi tatami tetap populer bagi beberapa
dan hotel. Lantai rumah tua di Jepang biasanya selalu menggunakan tatami, namun
rumah-rumah baru seringkali hanya memiliki satu ruang tatami. Sebuah restoran di
Jepang juga sering memiliki bagian tatami namun juga ada bagian yang tidak.
Terdapat larangan juga untuk tidak menggunakan sepatu ketika menginjak tatami
dikatakan bahwa tatami lebih dari sekedar sebuah penutup lantai saja tetapi juga
menjadi bagian tradisi gaya hidup masyarakat Jepang. Selain tatami, etika dan tata
cara makan masyarakat Jepang pun menjadi tradisi gaya hidup yang sudah
mempunyai aspek kultural atau budaya yang sangat kental. Dengan adanya
pemahaman seperti itu wajar jika masyarakat Jepang menjadi senang dengan
dengan etika dan tata caranya. Etika dan tata caranya sendiri menjadi hal yang
mengenai bagaimana etika dan tata cara makan masyarakat Jepang yang baik dan
benar melalui skripsi yang berjudul “ANALISIS TERHADAP ETIKA DAN TATA
Sehingga tidak hanya dalam bekerja, dalam makan pun masyarakat Jepang
makanan tradisional Jepang pun mempunyai etika dan tata cara tersendiri. Di
berbagai restoran khas Jepang, memiliki gaya atau ciri khas nya masing-masing.
Ada restoran yang bertema modern, kuno, dan ada juga yang menggabungkan
satu dari tema restoran tersebut adalah restoran yang mengusung tema kuno yang
menggunakan tatami. Setiap restoran Jepang memiliki etika dan tata cara tersendiri
ketika berada di dalam restoran tersebut, demikian pula bagi restoran Jepang yang
mengusung tema kuno yaitu menggunakan tatami agar para pegunjung dapat
bertatami?
melebar sehingga penulis dapat lebih fokus terhadap pembahasan dalam masalah
Data yang menjadi sumber analisis penelitian ini diambil dari tinjauan
lansung dari lapangan dan berbagai artikel-artikel yang ada di internet. Penulis
hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada sisi etika
dan memiliki makanan. Kejadian ini berulang kali dilakukan lalu menjadi
kebiasaan makan.
sifat lainnya.
demikian tingkat potensi yang dicapai sepenuhnya dipengaruhi oleh nutrisi yang
dimakan. Setiap kebiasaan makan dan kesadaran gizi berpengaruh besar terhadap
persoalan-persoalan moral atau kesusilaan. Karena itu, kadang orang memakai pula
istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat Susila (Conny Setiawan 1984 : 8).
Ada beberapa tafsiran mengenai etika, seperti tata krama, tata sopan santun,
tata cara, peraturan sopan santun, norma sopan santun, tata pergaulan, perilaku yang
baik dan menyenangkan. Semua penafsiran itu dapat disimpulkan dalam satu
pengertian. Tata krama adalah kebiasaan atau sopan santun yang disepakati dalam
lingkungan pergaulan antarmanusia setempat. Tata krama terdiri dari kata “tata”
dan “krama”. Tata berarti adat, aturan, norma, cara, peraturan. Krama berarti sopan
santun, bahasa yang taklim, kelakuan, tindakan, perbuatan. Dengan demikian, tata
krama berarti adat sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau tata sopan santun.
moralitas dengan adat istiadat atau kebiasaan yang baik yang berlaku dalam
masyarakat. Oleh sebab itu, etika dalam memakan makanan atau table manner di
Jepang sangatlah penting. Dengan etika dan tata cara kita memakan makanan
Dilihat dari banyaknya masyarakat asing yang belum mengenal dengan baik
etika makan dan tata cara dalam menyantap makanan terutama makanan tradisional
kesalahan atau melakukan hal yang tabu ketika menyantap makanan tersebut.
Hal-hal kecil yang kita anggap biasa jika dilakukan di Negara sendiri pun
dapat menjadi kesalahpahaman jika tidak sesuai dengan tata cara yang biasa
masyarakat Jepang lakukan. Oleh sebab itu, pentingnya untuk mengetahui etika dan
tata cara makan makanan Jepang sangatlah diperlukan, apalagi jika kita sedang
berada di Jepang.
dalam hubungannya dengan apa yang biasanya orang makan, juga berkaitan
Selain teori kebiasaan makan, penulis juga menggunakan teori etika yang
menjelaskan bahwa tata karma atau etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral. Pengertian ini muncul mengingat
etika berasal dari Bahasa Yunani kuno “ethos” (ta etha), yang berarti adat,
diturunkan kata ethics (Inggris), etika (indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988) menjelaskan etika dengan membedakan tiga arti, yakni: (1) ilmu tentang apa
yang baik dan buruk, (2) kumpulan azas atau nilai, (3) dan nilai mengenai benar
pemahaman etika yang lebih lengkap mengenai apa itu etika, sekaligus kita lebih
mampu memahami pengertian etika yang sering sekali muncul dalam pembicaraan
sehari-hari baik secara lisan maupun tertulis. Objek etika terdapat dua macam etika,
yakni Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Etika deskriptif adalah etika yang
menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan prilaku manusia serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
Artinya, etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya. Sedangkan,
etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal
dan seharusnya dimiliki manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia
menggunakan tatami.
menggunakan tatami.
tatami.
penelitian ini. Menurut Nazir (1998 : 63) dalam Buku “Metode Penelitian”, metode
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang
10
data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan (I Made
Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang
sebagai berikut:
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data
7. Menggunakan referensi.
11
baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berlokasi dalam suatu hotel,
kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu.
memiliki keunikan dan setiap makanan dan penyajian yang dihidangkan pun sangat
Tidak jarang juga karena rasa dari makanan yang unik megundang orang asing akan
Restoran-restoran yang ada di Jepang, pada dasarnya, tak ada perbedaan yang
menyediakan aneka menu yang disenangi oleh masyatakat setempat dan juga
12
Beberapa tipe restoran yang disebut sebagai restoran umum di Jepang yakni
Beberapa dishes yang tersedia di Izakaya seperti Robata atau makanan panggang,
berbagai salad. Jenis restoran ini ialah tempat makan yang paling populer bagi
masyarakat Jepang. Restoran Izakaya ini kerap dikunjungi sekadar untuk bersantai
dan mengganjal perut dengan makanan ringan yang tersaji bersama orang-orang
Selain restoran Izakaya, ada juga tipe restoran keluarga (family restaurant) dan
hidangan yang tersediapun sangat beragam, yang terdiri dari makanan dari Barat,
China, dan juga hidangan otentik Jepang. Makanya Anda yang membawa serta
Shudoku ini.
13
menjual set menu yang terdiri dari makanan utama semisal ikan goreng, nasi
mangkuk dan lauk. Restoran Teishuko-ya ini berada di area bisnis dan sibuk di
Jepang dan biasanya akan sangat ramai ketika waktu makan siang tiba. Selain itu,
ada juga Ryori Kaiseki yang merupakan restoran dengan penekanan pada
Terdapat juga tempat-tempat makan di pinggiran jalan sibuk yang dikenal dengan
Yatai. Hidangan yang cukup populernya ialah Okonomiyaki, Takoyaki dan juga
Yakisoba.
14
Orang Jepang mulai makan nasi sejak Zaman Jomon. Lauknya berupa
makanan dengan menggoreng mulai dikenal sejak Zaman Asuka, dan berasal dari
semenanjung Korea dan Cina. Teh dan masakan biksu diperkenalkan di Jepang
dikalangan kuil. Makanan biksu yang vegetarian dikenal dengan sebutan shoujin
ryouri. Pada Zaman Nara pengaruh kuat kebudayaan Cina memengaruhi masakan
atau makanan Jepang sehingga teknik memasak dari Cina mulai dipakai untuk
mengolah bahan makanan lokal. Penyesuaian cara memasak ini dengan kondisi
Masakan Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan Cina pada
Zaman Heian. Masyarakat Jepang pada saat itu mulai mengenal makanan seperti
kaarage dan kue-kue asal Dinasti Tang (Togashi), dan natto. Aliran memasak dan
Di Zaman Kamakura, makanan olahan tahu yang disebut dengan ganmodoki mulai
dikenal bersamaan dengan makin populernya tradisi minum teh dan ajaran Zen.
Pada Zaman Kamakura, makanan dalam porsi kecil untuk biksu yang menjalani
latihan disebut kaiseki. Pendeta Buddha bernama Eisai memperkenalkan teh yang
dibawanya dari Cina untuk dinikmati dengan hidangan kaiseki. Masakan dan
makanan ini berkembang menjadi makanan resepsi yang disebut juga dengan
15
memasak di istana kaisar. Tata krama sewaktu makan juga semakin berkembang.
Aliran etiket Ogasawara yang masih dikenal sekarang bermula dari etiket kalangan
negeri pada Zaman Muromachi membawa serta berbagai jenis masakan yang
disebut dengan Namban ryouri (Masakan luar negeri) atau Nambangashi (kue luar
negeri). Namban adalah istilah orang jepang Zaman dulu untuk “Luar Negeri”,
khususnya Portugal dan Asia Tenggara. Dari kata namban dikenal istilah
penduduk kota seperti Tenpura dan teh gandum (mugicha) banyak dijual di toko-
toko. Pada waktu itu, banyak dijumpai rumah makan khusus Soba dan Nigirizushi.
digunakan samurai sewaktu menjamu tamu dengan pesta makan. Pada Zaman Edo
makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak mengikuti tata
cara makan formal seperti masakan Kaiseki atau masakan Honzen. Masakan
ditulis dengan kanji berbeda dengan Kaiseki (untuk upacara minum teh).
berkembang pesat berkat tersedianya gula pada zaman ini. Alat makan dari keramik
atau porselen mulai banyak digunakan dan diberi hiasan berupa gambar-gambar
artistik yang dikerjakan secara serius. Daging ternak mulai dikonsumsi orang
Jepang pada saat itu dan daging sapi dimakan sebagai obat. Sejak pertengahan
zaman Edo mulai dikenal teknik ukir sayur, dan makanan mulai dihias dengan
16
aneh dengan kuning telur berada diluar dan putih telur berada didalam (kimigaeshi
tamago).
Daimyo dari seluruh Jepang mengenal kewajiban Sankin Koutai. Mereka wajib
daimyo dari seluruh pelosok negeri membawa serta cara memasak dan bahan
makanan khas dari daerah masing-masing. Bahan makanan laut segar dan enak dari
dengan masakan Edo atau masakan Kanto. Sebutan masakan Kanto digunakan
untuk membedakannya dari masakan Kansai yang dikenal orang lebih dahulu. Ciri
masakan Kanto adalah penggunaan kecap asin (shoyu) sebagai penentu rasa,
pulang makanan pesta merupakan alasan penggunaan kecap asin dalam jumlah
banyak dalam masakan Kanto. Hal ini dilakukan agar rasa makanan tetap enak
walaupun sudah dingin. Berbeda dengan masakan Kanto, masakan Kansai tidak
Masakan Kansai adalah sebutan untuk masakan Osaka atau masakan Kyoto.
Berbeda dari budaya Edo yang mewah, masakan Kyoto mencerminkan budaya
Kyoto yang elegan. Masakan Kyoto dipengaruhi masakan kuil Buddha. Ciri
khasnya adalah penggunaan banyak sayur- sayuran, tahu, kembang tahu, namun
sedikit makanan laut karena letak geografis Kyoto yang jauh dari laut.
17
dengan Kyoto. Oleh karena itu, masakan Osaka mengenal berbagai cara pengolahan
hasil laut. Makanan laut diolah agar enak untuk langsung dimakan ditempat dan
tidak untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Masakan Osaka tidak mementingkan
rasa makanan kalau sudah dingin karena pada prinsipnya makanan yang habis
dimakan.
Pada awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal orang Jepang yang
makanan gaya barat (youshoku) yang merupakan adaptasi masakan Eropa. Berbagai
satunya aliran yang terus bertahan. Pelarangan makan daging dihapus sesuai dengan
kebijakan pemerintah Meiji tentang Haibutsu kishaku dan shinbutsu bunri sehingga
tercipta Sukiyaki. Sementara itu, Honzen ryouri yang merupakan aliran utama
Buddha. Hidangan porsi kecil yang disebut kaiseki ryouri bertahan hingga kini
sebagai hidangan upacara minum teh. Di kota-kota mulai banyak dijumpai rumah
yang memiliki meja pendek yang disebut Chabudai sebagai pengganti nampan
berkaki yang disebut Ozen. Keberadaan Chabudai yang bisa dipakai sebagai meja
makan untuk empat orang mengubah acara makan yang dulunya sendiri-sendiri
Akibat dari gempa bumi Kanto yang memakan korban jiwa besar-besaran,
juru masak pewaris tradisi masakan Edo ikut menjadi berkurang, dan tradisi
18
Sejak tahun 1960, karena mendapat pengaruh dari pola makan orang
Amerika, makanan-makanan utama orang Jepang yang pada mulanya nasi berubah
sehingga selain nasi orang Jepang juga banyak yang mengonsumsi roti atau pun
daging. Untuk sarapan pagi orang Jepang yang pada umumnya berbeda-beda, ada
yang makan roti, tetapi untuk washoku biasanya menunya terdiri dari nasi, sup miso,
ikan, asinan (tsukemono), atau sayur yang direbus ditaburi wijen (goma), dan natto.
Pengaruh Amerika tidak hanya pada pola makannya saja, tetapi suasana makan pun
dipengaruhi oleh cara pikir Amerika. Pada masa sebelum perang, orang tua
Tetapi setelah perang dunia, pola pikir orang Amerika bahwa makan itu sesuatu
yang menyenangkan meluas dan mulai disukai. Selain itu, meja makan pun berubah
dari chabudai (meja makan yang pendek) ke meja makan dan dari duduk di bawah
sampai duduk dikursi meja makan. Sumpit pun disesuaikan dengan situasi dan
Masyarakat Jepang mempunyai Budaya makan atau pola makan yang masih
sangat dijaga oleh masyarakat Jepang sampai dengan sekarang ini. Disetiap daerah,
masakan, peralatan hingga tata cara dan kebiasaan makan yang sangat
19
pada musim semi biasanya orang-orang Jepang akan pergi bersama keluarga dan
teman untuk menikmati makanan atau minum sake sambil melihat bunga sakura
Tidak hanya di musim semi, di musim dingin atau pada saat menyambut
kerja atau teman yang dikenal dengan istilah “Bounenkai” yang berarti “lupakan
masa lalu”. Makanan yang dimakan biasanya adalah Kabocha yaitu sejenis labu dan
mie soba. Makanan tersebut adalah makanan yang sudah menjadi tradisi untuk
dimakan di musim dingin atau menyambut tahun baru. Pada saat bekerja juga orang
Masakan Jepang atau Nihon Ryouri dikenal dengan istilah Washoku atau
Nihon Shoku. Biasanya salah satu ciri kebiasaan-kebiasaan makan khas Jepang
adalah pada saat menghidangkannya. Cita rasa alami dari sebuah makanan dan
hingga saat ini. Kemudian bumbu-bumbu dan bahan-bahan yang digunakan juga
sangat khas. Pada umumnya, bahan-bahan makanan Jepang berupa beras, hasil
yang digunakan juga seperti doshi (air kaldu) yang dibuat dari ikan dan shitake,
Terkadang ada makanan yang susah untuk diambil dengan sendok pun, orang
makan dengan lambat. Mereka diajari untuk menikmati setiap makanan dengan
20
oleh masyarakat Jepang biasanya terbuat dari keramik, porselen, atau kayu yang
memiliki mangkuk nasi atau sumpit (hashi) sendiri, dan tidak saling dipertukarkan
dengan anggota keluarga yang lain. Sumpit yang digunakan bisa berupa sumpit
yang terbuat dari kayu, bambu, atau sumpit yang sekali pakai.
2.3 Tatami
Tatami adalah sebuah material penutup lantai tradisional berupa tikar yang
berasal dari Jepang. Tatami dibuat dari tenunan alang-alang dan kain sebagai
penutup di bagian ujung. Cukup banyak restoran-restoran khas Jepang yang ada di
Indonesia menggunakan konsep tatami ini. Ruangan tatami ini memiliki ukuran
yang berbeda, ruangan kecil muat untuk 5 atau 6 orang, ada yang ruangannya bisa
digabung dengan cara membuka sekat pintu dan ada juga yang ruangannya
Sejak dahulu secara tradisional, rumah dan bangunan Jepang memiliki lantai tikar
lembut yang dikenal dengan tatami. Ukuran umum dari tatami adalah 1 lantai tatami
( 176 x 88 cm ) yang disebut sebagai 1 jo. Kelipatan dari jo inilah yang menjadi
dasar penentu luas suatu ruangan. Ruang berukuran standart biasanya terdiri dari 6
jo. Tatami hanya dipasang di ruang tidur dan ruang keluarga/ ruang tamu. Luas
ruangan dihitung dari jumlah tatami yang dipakai, dimana satu tatami sama dengan
21
Dengan demikian, bagi restoran yang mengusung tema yang menggunakan tatami
rumah sendiri.
Dalam kegiatan makan juga ada etika yang harus diikuti, termasuk etika
dalam menggunakan peralatan makan. Peralatan makan jepang yang menjadi ciri
cara tersendiri. Selain sumpit, ada beberapa peralatan lain yang menjadi peralatan
dasar ketika menyantap makanan khas Jepang. Berikut beberapa peralatan yang
1. Sumpit (Hashi)
Dalam jamuan makan Cina, sumpit atau dalam bahasa Jepang disebut
“Hashi”, merupakan alat makan utama seperti sendok, garpu, dan pisau dalam
hidangan Barat. Perbedaan sumpit Cina dengan Sumpit Jepang adalah sumpit
22
makannya sendiri-sendiri. Sumpit yang digunakan bisa terbuat dari kayu, bambu
atau sumpit yang sekali pakai. Sumpit terdiri dari berbagai macam dan kegunaanya,
yaitu :
sudah disajikan.
• Waribashi : Sumpit yang mudah dibuang dan biasanya digunakan oleh tamu
• Iwaibashi : Sumpit yang digunakan ketika ada perayaan. Bentuk sumpit ini
berbeda dengan kebanyakan karena pada kedua ujungnya sumpit ini sama-
sama runcing.
3. Bagian atas sumpit berada di antara jari telunjuk dan jari tengah,
bagian bawahnya ditahan dengan pangkal ibu jari dan jari manis.
23
Alas sumpit atau biasa disebut hashioki adalah alas yang diletakkan di ujung
makan seperti misalnya mangkuk nasi dianggap tidak sopan dalam etiket makan
Jepang. Untuk itu biasanya disediakan juga hashioki sebagai alas untuk meletakkan
sumpit ketika sedang makan. Hashioki umumnya terbuat dari kayu atau keramik
24
mangkuk juga digunakan untuk nasi hangat yang selalu tersaji dan diletakkan
disebelah kanan. Tata cara penggunaan mangkuk dan sikap tubuh seseorang saat
menyantap hidangan yang disajikan dalam mangkuk atau cawan dapat dibedakan
menurut jenis makanan dan minumannya. Ada tiga jenis cawan menurut
penggunaannya, yaitu:
Ukurannya yang kecil membuat mangkuk nasi cukup ringan untuk diangkat
miso juga. Mangkuk untuk wadah sup ini disebut dengan shiruwan.
• Kobachi: Kobachi terdiri dari dua kata “ko” yang artinya “kecil” dan “hachi”
sayuran, seperti sayur tumis, acar, salada, dan lain-lain. Kobachi biasanya
25
4. Piring (Osara)
Piring atau osara yang digunakan di Jepang sama seperti piring-piring yang
makanan-makanan seperti nasi kari, chahan, dan makanan lain yang tidak berkuah.
Umumnya berbentuk bulat, tapi ada pula yang berbentuk lonjong, atau bahkan
kotak. Selain osara, ada juga piring kecil yang biasa disebut Mamezara. Mamezara
adalah piring mini yang berukuran sebesar telapak tangan dengan ukuran di bawah
10 cm. Mamezara bisa digunakan untuk menaruh lauk-pauk, saus, kecap asin, atau
26
MASYARAKAT JEPANG
yaitu dengan kursi dan meja, namun meja rendah dimana pelanggan duduk di atas
peraturan yang harus dilakukan yaitu melepas alas kaki di depan pintu atau sebelum
duduk di bantal.
Etika makan sendiri memiliki manfaat guna meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan mengetahui jabaran umum tentang etika makan di meja makan, maka tidak
perlu lagi merasa canggung saat makan bersama orang asing. Hal ini sangat penting
karena rasa canggung dapat timbul karena tidak terbiasa dengan etika makan seperti
itu. Sehingga, memperlajari etika makan ini memiliki manfaatnya yang banyak
27
anggota suatu kelompok tertentu. Memperlihatkan rasa terima kasih pada hal-hal
yang kecil adalah suatu hal yang sangat umum di Jepang. Oleh sebab itu, sangatlah
masyarakat Jepang.
Berikut etika dalam jamuan makan di restoran tradisional khas Jepang, yaitu:
atas zabuton. Zabuton adalah alas duduk khusus ketika duduk di atas tatami.
3. Dalam jamuan makan, ketika kita di undangan oleh siapapun sebaiknya kita
28
“selamat makan”.
29
mengambil makanan.
9. Tidak boleh memegang mangkuk nasi dan sumpit di tangan yang sama
secara bersamaan.
10. Tidak boleh meletakkan sumpit di atas mangkuk nasi ketika masi berisi
30
11. Sebaiknya tidak memegang apalagi memainkan sumpit ketika berbicara saat
makan.
12. Jika kita atau rekan lain menuangkan sake dengan dua tangan, maka kita
pula.
13. Sumpit tidak boleh ditancapkan di atas nasi, karena posisi seperti itu
merupakan sesaji orang Jepang untuk leluhur mereka atau dewa mereka.
31
15. Tidak boleh menusuk makanan seperti kentang dan sebagainya dengan
sumpit.
32
16. Tidak boleh memutar-mutar sumpit di atas piring untuk memilih makanan
dengan sumpit.
17. Tidak boleh memasukkan makanan sampai penuh ke mulut dengan sumpit.
Masyarakat Jepang mempunyai Budaya makan atau pola makan yang masih
sangat dijaga oleh masyarakat Jepang sampai dengan sekarang ini. Disetiap daerah,
masakan, peralatan hingga tata cara dan kebiasaan makan yang sangat
juga memiliki budaya atau tradisi yang sering dilakukan saat makan.
33
terbuat dari plastik ataupun lilin (wax) di jendela dekat pintu masuk. Replika ini
menu apa saya yang ada di restoran tersebut.. Replika ini juga sangat membantu
memesan makanan, tetapi tidak dengan tata cara makan yang baik dan benar
dilakukan ketika berada di restoran. Berikut tata cara makan dalam jamuan makan
wajib melepaskan alas kaki tetapi masih boleh menggunakan kaos kaki dan
letakkan alas kaki di tempat yang telah disediakan. Begitu juga dengan
34
3. Tata cara duduk ketika di atas zabuton adalah duduk di atas dua telapak kaki
yang di tekuk dengan punggung tegak lurus. Untuk wanita, kedua tangan
35
5. Pada saat makan mangkuk nasi harus diangkat, merupakan hal yang tidak
baik apabila makan nasi tidak mengangkat mangkuk tersebut dari atas meja
cara halus. Caranya adalah dengan menyuruh orang lain untuk mengambil
makanan yang kita ambil. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tabrakan
36
semua biaya jamuan makan tersebut. Berbeda hal jika tidak dalam jamuan
jadi total harga makanan akan dibagi rata sampai jumlah sen terkecil untuk
tiap orang.
37
4.1 Kesimpulan
1. Etika dan tata cara makan di Jepang mengajarkan sopan santun. Dengan
adanya standar aturan yang umum pada etika makan bisa menjadi acuan
dijalankan karena banyak orang yang sangat terpikat dengan sopan santun
alas kaki tetapi masih boleh menggunakan kaos kaki. Dalam situasi formal,
duduk dengan posisi duduk diatas dua telapak kaki yang ditekuk dengan
punggung yang tegak lurus di atas zabuton. Sedangkan dalam situasi non-
formal boleh duduk santai di atas zabuton tetapi tetap dalam posisi yang
sopan.
4.2 Saran
mempelajari etika yang baik dan benar ketika makan makanan khas Jepang
38
dengan takaran yang disarankan oleh chef ataupun tuan rumah. Bertanya
akan sidantap.
39
Haryanti, Pitri, M.Pd.. 2013. All About Japan. Yogyakarta : Andi Offset, 2013.
Isnanto, Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Fakultas Teknik. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Syafrizal, Muhammad. 2013. Etika Dan Pola Makan Orang Jepang. Fakultas Ilmu
Tesis.Yogyakarta: Andi.
Website
https://www.bernas.id/28658-mengekspresikan-budaya-jepang-melalui-
2018)
2018)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/view/8693/5659 (diakses
https://elqorni.wordpress.com/2017/09/26/disiplin-diri-orang-jepang/ (diakses
http://gudangartikelterbaru.blogspot.com/2015/05/pengertian-etika-dan-
2018)
Oktober 2018)
Etika dan tata cara yang digunakan saat makan pasti memiliki perbedaan
di setiap belahan dunia. Di Jepang, etika dan tata cara makan yang akan dibahas
Tatami adalah sebuah material penutup lantai tradisional berupa tikar yang
berasal dari Jepang. Tatami dibuat dari tenunan alang-alang dan kain sebagai
penutup di bagian ujung. Cukup banyak restoran-restoran khas Jepang yang ada di
Indonesia menggunakan konsep tatami ini. Ruangan tatami ini memiliki ukuran
yang berbeda, ruangan kecil muat untuk 5 atau 6 orang, ada yang ruangannya bisa
digabung dengan cara membuka sekat pintu dan ada juga yang ruangannya
Orang Jepang mulai makan nasi sejak Zaman Jomon. Pada Zaman Nara
sehingga teknik memasak dari Cina mulai dipakai untuk mengolah bahan
makanan lokal. Masakan Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan
Cina pada Zaman Heian. Aliran memasak dan etiket makan berkembang
tradisi minum teh dan ajaran Zen. Pada Zaman ini, masakan dan makanan mulai
dibentuk dalam porsi kecil dan menjadi makanan resepsi yang disebut juga
urusan masak-memasak di istana kaisar. Tata krama sewaktu makan juga semakin
berkembang. Aliran etiket Ogasawara yang masih dikenal sekarang bermula dari
kebudayaan orang kota berkembang sangat pesat. Pada Zaman Edo makanan
dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak mengikuti tata cara
makan formal seperti masakan Kaiseki atau masakan Honzen. Alat makan dari
keramik atau porselen mulai banyak digunakan dan diberi hiasan berupa gambar-
Zaman Edo.
awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal orang Jepang yang melakukan
kontak sehari-hari dengan orang asing. Akibat dari gempa bumi Kanto yang
memakan korban jiwa besar-besaran, juru masak pewaris tradisi masakan Edo
ikut menjadi berkurang, dan tradisi masakan Honzen mulai memudar. Etiket
makan mulai longgar, dan orang-orang Jepang semakin menyukai suasana makan
pertanian (sayuran dan kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi
yang dibuat dari konbu, ikan dan shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda
Dalam hal penyajian hidangan, dalam masakan Jepang tidak dikenal perbedaan
antara tata cara penyajian di rumah dengan tata cara penyajian di restoran. Jamuan
bertahap.
yang bercampur makanan Barat seperti: sarada udon, gyouza, dan butashougayaki.
(2) Makanan khas Jepang seperti: onigiri, sushi, mochi, dll. Bumbu dan bahan
yang digunakan pun bermacam-macam seperti: katsuboshi, nori, shoyu, miso, dll.
Dalam menyantap makanan di Jepang, etika dan tata cara makan ada 2.
Jika diundang makan dengan orang penting seperti atasan atau mertua, kita
menggunakan etika dan tata cara yang formal. Melakukan semua hal secara
perlahan, sopan dan selalu mendahulukan orang yang lebih tua atau dihormati.
Aturan-aturan makan pun sangat diutamakan dalam situasi seperti ini. Cara duduk,
memegang sumpit, dan menuangkan sake pun sangat perlu diperhatikan agar
tidak menyinggung tamu atau orang yang dihormati. Berbeda dengan situasi tidak
formal ketika diajak makan oleh teman atau keluarga. Semua hal tetap dilakukan
diri. Dengan mengetahui jabaran umum tentang etika makan di meja makan, maka
tidak perlu lagi merasa canggung saat makan bersama orang asing. Dengan
adanya standar aturan yang umum pada etika makan bisa menjadi acuan untuk
karena banyak orang yang sangat terpikat dengan sopan santun dan budi bahasa.
Mengetahui perbedaan inilah tujuan dari skripsi ini. Semoga menjadi manfaat
bagi pembaca.
要旨
国によって食事の仕方やマナーが違うはずである。これから説明する日本の食事の仕方は
も でんとうてき
たたみを持つ伝統的な和食レストランである。
たたみというのは床をカバーする日本の伝統的なマットである。たたみは雑草から織られ
はし ぬの つか と つか
て、端で布を使って閉じる。インドネシアにもたたみをテーマにして使ってるレストランもたく
へ や いろ せま ほう にん にん
にんずう ひろ かた にん にん にんずう
人数と拾い方は16人ー20人までの人数もあります。
食事マナーは貴族に広がっていた。鎌倉時代には食べ物だけじゃなく、お茶を飲む 習 慣 や膳の教
えも人気があった。この時代にも料理や食べ物を小部分にして、会席という活動の食べ物として
侍 から始めていた。江戸時代のときは町の人の 習 慣 を発展するのが速かった。江戸時代には食
え ど じ だ い かいぜん
江戸時代から改善されたものである。
日本全国の 大 名 は参勤交代という義務があることを知っていた。明治時代の始めころに、
ヨーロッパの料理は海外の人と良くやり取りしている人々に知られるようになった。関東の方に
本膳料理の文化も少し筒消えていた。食事するときのマナーが緩んで、食事のときにのんびりな
食事を好きになった。これは日本食の歴史なのである。
調 味 料 は昆布から作られた出汁、 魚 としいたけ、味噌やしょうゆである。ほかの国の料理と違
家庭での出し方とレストランでの出し方の違いはない。宴会と会席は食べ物が 順 番 に出すから別
なのである。
次は日本食の種類である:① 洋 食 と混ざっている日本食、例えば:サラダうどん、餃子と
豚生姜焼き。②日本食、例えば:おにぎり、寿司、餅などである。使った 材 料 と調 味 料 もいろ
たと かつおぶし の り み そ
いろあって、例えば: 鰹 節 、海苔、しょうゆ、味噌なのである。
日本で食事するときは二つの食事の仕方がある。上司や義理の 両 親 に食事を誘われたとき
は正式な食べ方を使う。何もかもゆっくりで、丁寧で、目上の人に優先権を与える。テーブルマ
だいじ すわ かた はし にぎ かた さけ そそ かた ちゅうい
ナーもとても大事である。座り方や箸の握り方、そしてお酒を注ぎ方まで注意しないといけない。
友達や家族と食事するときの普通な食事とは違う。
食事マナーは自信を高めるための利益がある。テーブルで一般的なルールやマナーを知っ
た限り、知らない人の前で食事しても厄介ではない。一般的な食事マナーの 標 準 があるおかげ
で、礼儀を教えることができる。どこでも礼儀をしないといけない、なぜならば礼儀や話し方に
興味を持つ人が多いである。こういう違いを理解できて、役に立つように、この論文を書いた。