Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SP 3 PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU

Oleh : Kelompok II
1. Alex Reza Asmara (21501003)
2. Laila umar (21501027)
3. Lastri rosanna (21501029)
4. Mariska fitriandini (21501031)
5. Monisa okta reza (21501037)
6. Muhaimin (21501038)
7. Nadia putri sari (21501042)
8. Dian praptanti (21501003)
9. Fatmawati zagoto (21501005)

PRESEPTOR AKADEMIK
Ns. Yeni Devita, M.Kep

PRESEPTOR KLINIK
Ns. Budi Kurnia, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
PRE PLANNING
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SP 3 PADA PASIEN
“RESIKO PERILAKU KEKERASAN” DI RUANG RAWAT INAP
AL-BALKHI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING PEKANBARU

1. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang d
an tanpa mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan
jiwa merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam fa
ktor yang berasal dari dalam maupun luar. Pada umumnya terdapat beberapa f
akor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yakni:Faktor Keturunan dan
factor lingkungan, Salah satu penyakit kejiwaan yang banyak terjadi yaitu Skiz
ofrenia.
Skizofenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilanngya n
yawa seseorang. Yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kejiwaan ini yaitu
dengan terapi, rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya terbesar untuk penan
gan penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat, dalam hal i
ni terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam mencegah kambuhny
a penyakit skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020). Tanda dan gejala yang tim
bul akibat skizofrenia berupa gejala positif dan negatif seperti perilaku kekeras
an. Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diespre
sikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain.
Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan mening
kat, marah, mudah tersinggung, mengamuk dan bisa mencederai diri sendiri. Pe
rubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif, hingga perilaku dan sosial hing
ga menyebabkan resiko perilaku kekerasan.
Berdasarkan data tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan sekitar 0,
8% atau dari 10.000 orang menunjukkan resiko perilaku kekerasan sanggatlah t
inggi (Pardede,2020). Badan Pencatatan Sipil (BPS) 2015, prevalensi orang de
ngan gangguan jiwa di Indonesia mencapai 15,3% dari 259,9 juta jiwa pendudu
k Indonesia. Berdasarkan Depkes RI 2015 prevalensi gangguan jiwa tertinggi d
i Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (24,3%), di ikut
i Nanggro Aceh Darussalam (18,5%), kemudian disusul oleh Sumatera Barat (1
7,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%). Riau sendiri prevalensi ganggu
an jiwa berat lebih dari 1,7% dari 300.000 jiwa penduduk di Riau. Perilaku kek
erasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang dihadapi oleh seseo
rang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lai
n, maupun lingkungan. Seseorang yang 2 mengalami perilaku kekerasan sering
menunjukan perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, m
ondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan sem
angat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara berlebihan. Pada seseor
ang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan adanya p
enurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, t
empat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa, 2020).
Berdasarkan data dan permasalahan diatas, maka kami tertarik untuk
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) mengenai resiko perilaku
kekerasan. Dan yang bisa mengikuti TAK ini adalah pasien resiko perilaku
kekerasan yang sudah kooperatif dan mampu mengontrol dirinya sendiri dan
tidak mengganggu orang lain.
2. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Resiko Perilaku Kekerasan:
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan Terapi Aktiviitas Kelompok (TAK) diharapkan para
pasien dapat mengenal resiko perilaku kekerasan dan latihan mengontrol
perilaku kekerasan secara verbal
b. Tujuan Khusus
- Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
- Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan

4. Kriteria Klien
Kriteria klien yang akan diikut sertakan dalam kegiatan kelompok Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) ini adalah:
a. Klien dalam keadaan tenang dan kooperatif
b. Klien bersedia mengikuti TAK
c. Klien yang sehat secara fisik
d. Klien dengan resiko perilaku kekerasan
5. Struktur Kegiatan
a. Tempat Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Ruang Al-Balkhi 1 Rumah Sakit Lancang Kuning
Pekanbaru
b. Hari/Tanggal
Hari : Sabtu
Tanggal: 28 Mei 2022
c. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.00 - 10.00 WIB
d. Jumlah Peserta
Kegiatan ini melibatkan orang pasien resiko perilaku kekerasan sejumlah
12 orang
e. Setting Tempat
Peserta dan para terapis duduk bersama dan membentuk lingkaran di
tempat yang telah disediakan dengan ruangan yang nyaman dan tenang
f. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/simulasi
g. Alat
1) Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2) Buku catatan dan pulpen
3) Jadwal kegiatan harian klien
Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Sosial
Asertif (Cara Verbal)
h. Pembagian Tugas
No. Peran Tugas Partisipan
1. Moderator - Membuka acara Alex Reza
- Memperkenalkan mahasiswa asmara
- Menjelaskan tujuan dan topik yang
akan disampaikan
- Menjelaskan kontrak dan waktu
kegiatan
- Mengatur jalannya kegiatan
- Menutup acara kegiatan
2. Leader - Memimpin pelaksanaan TAK Lastri Rosanna
- Mengkoordinir seluruh kegiatan
- Membaca tata tertib acara
- Mendemonstrasikan mengontrol
prilaku kekerasan dengan cara
spiritual
- Memimpin jalannya diskusi
3. Notulen - Menulis poin-poin yang penting Nadia Putri
dalam diskusi atau dalam terapi Sari
aktivitas kelompok,
- Mencatat pertanyaan atau hasil-
hasil diskusi
4. Fasilitator - Memotivasi pasien dalam aktivitas Mariska
kelompok Fitriandini,
- Mengatur posisi pasien selama Monisa
permainan berlangsung oktareza, Dian
- Membimbing peserta selama Praptanti,Fatm
kegiatan awati Zagoto
- Membantu leader dalam
melaksanakan kegiatan
- Bertanggung jawab terhadap
program antisipasi masalah
- Memfasilitasi pasien yang kurang
aktif
5. Observer - Mengawasi dan mengamati semua Muhaimin
proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat dan jalannya
kegiatan
- Melaporkan hasil pengamatan
TAK pada leader dan semua
anggota kelompok dengan evaluasi
kelompok
6. Dokument - Mendokumentasikan kegiatan Laila Umar
ator TAK yang dilakukan

6. Tahap Pelaksanaan
Uraian Kegiatan
No. Waktu Fase Kegiatan Mahasiswa Kegiatan
Pasien
1. 09.00 s.d Persiapan a. Mengingatkan kontrak Mendengar-
09.15 klien untuk mengikuti
WIB sesi pertemuan
b. Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan
2. 09.15 s.d Orientasi a. Salam terapeutik Menjawab
09.30 1. Salam dari terapis salam
WIB klien.
2. Klien dan terapis
pakai papan nama.
b. Evaluasi/ validasi
1. Terapis menyakan
perasaan klien saat
ini. Menjawab
2. Terapis apakah ada
kejadian perilaku
kekerasan: penyebab,
tanda dan gejala,
perilaku kekerasan
serta akibatnya.
3. Tanyakan apakah
kegiatan fisik untuk
mencegah perilaku
kekerasan sudah
dilakukan Mendengar
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan
tujuan kegiatan yaitu
cara verbal untuk
mencegah perilaku
kekerasan.
2. Mejelaskan aturan
main.
- Jika ada klien ingin
meninggalkan
kelompok, harus
meminta ijin kepada
terapis.
- Lama kegiatan 30
menit.
- Setiap klien
mengikuti kegiatan
dari awal sampai
selesai
3. 09.30 – Kerja 1. Terapis Menjawab
10.00 mendiskusikan
WIB bersama pasien cara
bicara jika ingin
meminta sesuatu dari
orang lain
2. Menuliskan cara cara
yang disampaikan
klien
3. Terapis
mendemonstrasikan
cara meminta sesuatu
tanpa paksaan, yaitu
Mendengark
“saya
an
perlu/ingin/minta….
Yang akan saya
gunakan untuk…”
4. Memilih dua orang
secara bergilir
mendemonstrasikan
ulang cara pada poin
3
5. Ulangi poin 4 sampai
semua pasien
mencoba
6. Memberikan pujian
Menjawab
pada peran serta klien
7. Terapis
mendemonstrasikan
cara menolak dan
menyampaikan rasa Mempraktek
sakit hati pada orang kan
lain, yaitu “saya tidak
dapat melakukan…”
atau “saya tidak dapat
menerima jika
Menjawab
dikatakan …” atau “
saya kesal dikatakan
seperti….” Mendengar
8. Memilih dua orang
bergilir
mendemonstrasikan
ulang poin 7
9. Ulangi poin 8 sampai
semua klien mencoba
10. Beri pujian terkait
peran serta klien.
4. 10.00 – Terminasi a. Evaluasi Menjawab
10.30 1. Terapis menanyakan
WIB perasaan klien setelah
selesai mengikuti
TAK
2. Menanyakan ulang
cara baru yang sehat
mencegah perilaku
kekerasan.
b. Tindak lanjut
1. Terapis menganjurkan
klien menggunakan
cara yang telah Mendengark
dipelajari jika ada an
stimulus penyebab
perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien
berlatih secara teratur
cara yang telah
dipelajari.
3. Memasukan dalam
Mendengark
jadwal kegiatan
an
harian klien.
c. Kontrak yang akan
datang
1. Terapis membuat
kesepakatan dengan
klien untuk
memepelajari cara
baru yang lain yaitu
interaksi sosial yang
asertif.
2. Terapis membuat
kesepakatan waktu
dan tempat

7. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah


a. Tata tertib TAK
b. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan saat proses TAK berlangsung
1) Penanganan peserta yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
- Memanggil dan menghampiri pasien
- Memberi kesempatan kepada peserta untuk menjawab sapaan
perawat atau pasien yang lain
2) Bila peserta meninggalkan kegiatan
- Panggil dan hampiri pasien
- Tanya alasan pasien mengapa meninggalkan kegiatan TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan kegiatan
3) Bila ada peserta lain ingin mengikuti kegiatan TAK
- Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang
telah di pilih
- Jelaskan pada pasien lain bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
dapat diikuti pasien tersebut
- Jika pasien memaksa beri kesempatan masuk dengan tidak memberi
peran dalam kegiatan TAK tersebut.

8. Kriteria Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara sosial (cara verbal).
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi sosial asertif
(cara verbal)
No Nama Memperagakan Memperagakan Memperagakan cara
klien cara meminta cara menolak mengungkapkan
yang baik marah yang baik
1.
2.
3.
4.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa
akses paksa, menolak dengan baik, mengunkapkan keksalan
dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika
klien tidak mampu.
MATERI TAK
A. Pengertian RPK
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik secara diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku
yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang
lain. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah
tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu.
Prilaku kekerasaan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.
Respon ini dapat menimbulkan kerugiaan baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.

B. Rentang Respon Marah


Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptive.
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Pasif Perilaku Kekerasan


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan


orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang
sama dari orang lain.

Asertif Pasif Agresif


Isi pembicaraan Positif Negatif, Menyombongkan
menawarkan diri merendahkan diri diri,merendahkan
(“saya dapat”, (“dapatkah orang lain (“kamu
“saya akan”) saya?”, “dapatkah selalu”, “kamu
kamu?”) tidak pernah”)
Tekanan Suara Sedang Cepat, lambat, Keras, ngotot
mengeluh
Posisi badan Tegap, santai Menundukkan Kaku condong
kepala kedepan
Jarak Mempertahankan Menjaga jarak Sikap dengan jarak
jarak yang nyaman dengan sikap akan menyerang
acuh/ orang lain
mengabaikan
penampilan Sikap tenang Loyo, tidak dapat Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Mempertahankan Sedikit/sama Mata melotot dan
kontak mata sesuai sekali tidak dipertahankan
dengan hubungan
yang berlangsung
C. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau
sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima
(permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan
dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
D. Tanda Dan Gejala
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Kadang memaksakan kehendak
E. Simulasi Langkah Kegiatan Mengontrol Pasien RPK dengan Cara Verbal
c. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien yang berada
diruangan Al-Balkhi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Observasi
1) Salam Terapeutik
a) Salam terapis kepada klien “Assalamu’alaikum pak, sesuai dengan
janji saya kemarin, saya datang lagi. baik, yang mana yang mau dic
oba?
b) Menanyakan bagaimana evaluasi dari sp sebelumnya “bagaimana
pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa ma
rahnya?
c) Menanyakan dan mengajarkan cara mengontrol dengan cara
spiritual “bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk me
ncegah rasa marah yaitu dengan cara interaksi sosial asertif (cara
verbal)?”
2) Evaluasi Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini “bagaimana perasaan bapak dan
ibu hari ini? Apakah bapak dan ibu mengulangi apa yang kita lakukan
saat ini?”
3) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan yang akan tercapai pada saat kegiatan
TAK “tujuan kita pada hari ini agar bapak dan ibu mampu
mengontrol emosi”.
b) Terapis menjelaskan aturan terapi sebagai berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
- Lamanya kegiatan berjalan 30 menit
- Setiap klien harus mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
kegiatan
c. Tahap kerja
a) Terapis mendiskusikan bersama pasien cara bicara jika ingin
meminta sesuatu dari orang lain
b) Menuliskan cara cara yang disampaikan klien
c) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan,
yaitu “saya perlu/ingin/minta…. Yang akan saya gunakan untuk…”
d) Memilih dua orang secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin 3
e) Ulangi poin 4 sampai semua pasien mencoba
f) Memberikan pujian pada peran serta klien
g) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan…”
atau “saya tidak dapat menerima jika dikatakan …” atau “ saya
kesal dikatakan seperti….”
h) Memilih dua orang bergilir mendemonstrasikan ulang poin 7
i) Ulangi poin 8 sampai semua klien mencoba
j) Beri pujian terkait peran serta klien.Tahap terminasi
d. Evaluasi
1. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK
b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan.
2. Tindak lanjut
a) Terapis menganjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipelajari jika ada stimulus penyebab perilaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien berlatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
c) Memasukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk memepelajari
cara baru yang lain yaitu interaksi sosial yang asertif.
b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempatTindak lanjut
c) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah
dipelajari jika rasa ingin marah muncul. “Besok kita ketemu lagi
ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah,
yaitu dengan patuh minum obat, mau jam berapa pak? Seperti sek
arang saja? Jam 10 ya ?” “nanti kita akan membicarakan cara pen
ggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, set
uju pak?”
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., Pawiriwiyono, A. keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Edisi
2, EGC, Jakarta
Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
EGC, Jakarta.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Widya Medika, Jakarta
), Widya Medika, Jakarta.
Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R.U., dan Helen N., , Proses Keperawatan
Jiwa, EGC, Jakarta.
Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan), EGC,
Jakarta.
Townsend, M.C., 1998, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
(terjemahan), Edisi 3, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai