Anda di halaman 1dari 16

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menggambarkan dan menjelaskan hasil penelitian, evaluasi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Bendungan Asi pada Ibu Post Partum di wilayah kerja Puskesmas
Kapasa Kota Maakassar, yang sudah di lakukan pada tanggal 11 November 2021 sampai 5
Desember 2021, dengan responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang.

A. Karakteristik

1. Krakteristik Umum Responden

Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan Usia, Pendidikan dan Status Post Partum. Berikut adalah

karakteristik responden penelitian, antara lain :

a. Usia

Tabel A.1.a

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan usia di sekitar wilayah

Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n = 34)

Usia (Thn) Frequency Percent (%)

15 – 20 0 0,0%

21 – 25 12 35,3%

26 – 30 11 32,4%

31 – 35 8 23,5%

36 – 50 3 8,8%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel A.1.a di atas menunjukan bahwa sebanyak 34 responden (100%) di


mana yang berumur 15 – 20 tahun sebanyak 0 responden (0,0%), umur 21 – 25 tahun
sebanyak 12 responden (35,3%), umur 26 – 30 tahun dengan sebanyak 11 responden
(32,4%), umur 31 – 35 tahun sebanyakn 8 responden (23,5%),dan umur 36 – 60 tahun
sebanyak 3 responden (8,8%).

b. Status Pendidikan

Tabel A.1.b

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Pendidikan terakhir

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Pendidikan Frequency Percent (%)

SD – SMA 14 41,2%

D3 - D4 3 8,8%

S1 – S3 17 50,0%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel B.1.b di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) di mana


responden yang pendidikan terakhir S1-S3 lebih banyak yaitu 17 responden (50,0%),
pendidikan SD-SMA yaitu sebanyak 14 responden (41,2%), dan pendidikan D3-D4
sebanyak 3 responden (8,8%)

c. Status Post Partum

Tabel A.1.c

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Post Partum

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Status Post Partum Frequency Percent (%)

1 11 32,4%

2 8 23,5%

3 7 20,6%

4 4 11,8%

5 4 11,8%
Total 34 100%

Berdasarkan tabel A.1.c di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) di mana


responden dengan status post partum terbanyak yaitu ke 1 sebanyak 11 responden
(32,4%), dan responden yang paling rendah yaitu 4 dan 5 sebanyak 4 responden
(11,8%)

B. Analisis Univariat

1. Frekuensi Menyusui

B.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menyusui

di wilayah Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Frekuensi Menyusui Frequency Percent (%)

≥ 8 x/hari 2 5,9%

≤ 8 x/hari 32 94,1%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel B.1 di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) berdasarkan


Frekuensi Menyusui responden di sekitar wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota
Makassar menujukan frekuensi menyusui ≥ 8 x/hari sebanyak 2 responden (5,9%) dan
frekuensi menyusui ≤ 8 x/hari 32 responden (94,1%)
2. Inisiasi Menyusui Dini

B.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Inisiasi Menyusui Dini

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

IMD Frequency Percent (%)

Tidak 16 47,1%

Ya 18 52,9%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel B.2 di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) berdasarkan


Inisiasi Menyusui Dini dari responden di wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota Makassar
menunjukan Tidak melakukan Inisiadi menyusui dini sebanyak 16 responden (47,1%)
dan yang melakukan inisiadi menyusui dini sebanyak 18 responden (52,9%).

3. Posisi Ibu Menyusui

B.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Posisi Ibu Menyusui

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Posisi Ibu Menyusui Frequency Percent (%)

Salah 4 11,8

Benar 30 88,2

Total 34 100%

Berdasarkan table B.3 di atas menunjukan 34 responden (100%), berdasarkan Posisi Ibu
Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar posisi ibu menyusui yang
salah yaitu sebanyak 4 responden (11,8%) dan posisi ibu menyusui yang benar yaitu
sebanyak 30 responden (88,2%).
4. Keadaan Puting

B.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaan Puting

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Keadaan Putting Frequency Percent (%)

Lecet 1 2,9%

Bagus 33 97,1%

Total 34 100%

Berdasarkan tabel B.4 di atas menunjukan 34 responden (100%), berdasarkan Keadaan


Putting Susu Ibu di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar dengan keadaan
lecet yaitu sebanyak 1 responden (2,9%) dan dengan keadaan bagus yaitu sebanyak 33
responden (97,1%).

5. Bendungan ASI

B.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bendungan ASI

di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar (n=34)

Bendungan ASI Frequency Percent (%)

Ada 11 32,4%

Tidak 23 67,6%

Total 34 100%
Berdasarkan tabel B.5 di atas menunjukan 34 responden (100%), berdasarkan Bendungan
ASI di wilayah kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar, Bendungan ASI yang Ada yaitu
sebanyak 11 responden (32,4%) dan Bendungan ASI tidak ada yaitu sebanyak 23
responden (67,6%).

C. Analisis Bivariat

1. Hubungann antara Frekuensi Menyusui dengan Bendungan ASI

C.1

Hubungan Antara Frekuensi Menyusui Dengan Bendungan ASI

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Frekuensi Ibu Menyusui Terjadinya Bendungan ASI Jumlah


P

Ada Tidak Ada

N % N % n %
0,028
≥ 8 x/hari 2 100 0 0,0 2 100

≤ 8 x/hari 23 71,9 9 28,1 32 100

Jumlah 25 1,719 9 28,1 34 100

a=0,05

Dari tabel di atas C.1 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan
antara Frekuensi Ibu Menyusui dengan Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas
Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 2 responden untuk frekuensi menyusui ≥ 8 x/hari
dengan terjadinya bendungan asi Ada yaitu 2 responden (100%) dan frekuensi menyusui
≥ 8 x/hari dengan terjadinya bendungan ASI Tidak Ada yaitu 0 responden (0,0%).
Sedangkan dengan jumlah 32 responden untuk frekuensi menyusui ≤ 8 x/hari dengan
terjadinya bendungan asi Ada yaitu 23 responden (71,9%) dan frekuensi menyusui ≤ 8
x/hari dengan terjadinya bendungan asi Tidak Ada yaitu 9 responden (28,1%).
Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh nilai p= 0,028 dengan demikian Ha
diterima dan H0 ditolak maka demikian ada hubungan antara Frekuensi Ibu Menyusui
dengan terjadinya Bendungan ASI DI Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar.

2. Hubungann antara Inisiasi Ibu Menyusui dengan Bendungan ASI

C.2

Hubungan Antara Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Bendungan ASI

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Terjadinya Bendungan ASI Jumlah


P
Dini Ada Tidak Ada

N % N % n %
0,046
YA 3 16,7 15 83,3 18 100

TIDAK 8 50,0 8 50,0 16 100

Jumlah 11 0,2505 23 1,2495 34 100

a=0,05

Dari tabel di atas C.2 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan
antara Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Bendungan ASI di wilayah kerja
Puskesmas Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 18 responden dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini YA dengan terjadinya Bendungan ASI ADA yaitu 3 responden
(16,7%) dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini YA dengan terjadinya Bendungan ASI
TIDAK ADA yaitu 15 responden (83,3%). Sedangkan dengan jumlah 16 responden
untuk Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini TIDAK dengan terjadinya Bendungan ASI
ADA yaitu 8 responden (50,0%) dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini TIDAK dengan
terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 8 responden (50,0%). Berdasarkan uji
statistik chi square di peroleh nilai p= 0,046 dengan demikian Ha diterima dan H0
ditolak maka demikian ada hubungan antara Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan
terjadinya Bendungan ASI DI Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar.

3. Hubungann antara Posisi Ibu Menyusui dengan Bendungan ASI


C.3

Hubungan Antara Posisi Ibu Menyusui Dengan Bendungan ASI

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Posisi Ibu Menyusui Terjadinya Bendungan ASI Jumlah


P

Ada Tidak Ada

N % N % n %
0,280
Posisi Salah 0 0,0 4 100 4 100

Posisi Benar 11 36,7 19 63,3 30 100

Jumlah 11 36,7 13 1,633 34 100

a=0,05

Dari tabel di atas C.3 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan
antara Posisi Ibu Menyusui dengan Terjadinya Bendungan ASI di wilayah kerja
Puskesmas Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 4 responden untuk Posisi Ibu
Menyusui posisi salah dengan Terjadinya Bendungan ASI ADA yaitu 0 responden
(0,0%) dan Posisi Ibu Menyusui salah dengan Terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA
yaitu 4 responden (100%). Sedangkan dengan jumlah 30 responden untuk Posisi Ibu
Menyusui benar dengan Terjadinya Bendungan ASI ADA yaitu 11 responden (36,7%)
dan Posisi Ibu Menyusui benar dengan Terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu
19 responden (63,3%). Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh nilai p= 0,280
dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak maka demikian tidak ada hubungan antara
Posisi Ibu Menyusui dengan Terjadinya Bendungan ASI DI Wilayah Kerja Puskesmas
Kapasa Kota Makassar.

4. Hubungann antara Keadaan Puting dengan Bendungan ASI


C.4

Hubungan Antara Keadaan Puting Dengan Bendungan ASI

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Keadaan Putting Susu Ibu Terjadinya Bendungan ASI Jumlah


P

Ada Tidak Ada

N % N % n %
0,034
Lecet 1 100 0 0,0 1 100

Bagus 23 69,7 10 30,3 33 100

Jumlah 24 70,7 10 30,3 34 100

a=0,05

Dari tabel di atas C.4 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan antara
Keadaan putting dengan bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota Makassar.
Dengan jumlah 1 responden untuk Keadaan putting susu ibu lecet dengan kejadian bendungan
ASI ADA yaitu 1 responden (100%) dan Keadaan putting susu ibu lecet dengan kejadian
bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 0 respinden (0,0%). Sedangkan dengan jumlah 33
respondeng untuk Keadaan putting susu ibu Bagus dengan kejadian bendungan ASI ADA yaitu
23 responden (69,7%) dan Keadaan putting susu ibu Bagus dengan kejadian bendungan ASI
TIDAK ADA yaitu 10 responden (30,3%). Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh nilai
p= 0,034 dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak maka demikian ada hubungan antara
Keadaan putting dengan bendungan ASI DI Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar.

BAB VI

PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pembahasan merupakan
penjelasan rincian dari hasil penelitian yang dihubungkan dengan tujuan penelitian. Hasil
penelitian dibandingkan dan diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dan
dengan konsep atau teori yang telah disusun.

A. Karakteristik Responden Terhadap Kejadian Pembenungan ASI

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan tabel A.1.a di atas menunjukan bahwa sebanyak 34 responden (100%) di mana yang berumur 15 – 20 tahun sebanyak 0 responden (0,0%),

umur 21 – 25 tahun sebanyak 12 responden (35,3%), umur 26 – 30 tahun dengan sebanyak 11 responden (32,4%), umur 31 – 35 tahun sebanyakn 8

responden (23,5%),dan umur 36 – 60 tahun sebanyak 3 responden (8,8%). Umur responden sangat berpengaruh tergadap bagaimana dia mengatasi

masalah pembenungan ASI, berpengetahuan yang baik berdasarkan umur ibu yang memiliki usia 15-35 tahun di karenakan pada usia tersebut merupakan

masa produksi dan telah di anjurkan oleh pemerintah agar usia melahirkan seorang wanita tidak kurang dari usia 20 tahun dan tidak melebihi usia 35 tahun

karena pada usia-usia tersebut merupakan usia yang rentan terhadap komplikasi dalam kehamilan maupun dalam persalinan (Depkes RI, 2013). Pada ibu

dengan usia 35 tahun keatas dimana produksi hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada usia remaja 12-19 tahun

harus dikaji pula secara teliti karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap yang dapat mengganggu keseimbangan psikkologis dan

dapat mempengaruhi dalam produksi ASI (Bahiyatun, 2009)

2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan tabel B.1.b di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) di mana responden yang pendidikan terakhir S1-S3 lebih banyak yaitu 17

responden (50,0%), pendidikan SD-SMA yaitu sebanyak 14 responden (41,2%), dan pendidikan D3-D4 sebanyak 3 responden (8,8%). berpengetahuan

baik berdasarkan pendidikan menegah menyatakan bahwa walaupun seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang tidak terlalu tinggi belum tentu

tidak mampu memberikan ASI secara esklusif dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan folmalnya, tetapi perlu menjadi timbangan bahwa

factor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang ibu peroleh (Suradi, 2012). Pendidikan ibu dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tersebut yang kiranya dapat mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru (Notoadmojdo, 2010)

3. Karakteristik responden berdasarkan status post partum

Berdasarkan tabel A.1.c di atas menunjukan bahwa 34 responden (100%) di mana responden dengan status post partum terbanyak yaitu ke 1 sebanyak 11

responden (32,4%), dan responden yang paling rendah yaitu 4 dan 5 sebanyak 4 responden (11,8%). Berdasarkan Paritas multipara dan primipara yaitu

bahwa wanita yang baru pertama kali atau kedua kali mempunyai anak akan lebih waspada dan akan lebih mencaritahu tentang apa yang akan dialami nya

atau yang dihadapi sekarang di bandingkan dengan wanita yang sudah barkali-kali mempunyai anak biasanya akan cenderung mengabaikan suatu hal kecil

(Suharyono 2006). Status post partum ada kaitannya dengan arah penerimaan informasi tentang pengetahuan ibu dalam merawat payudaranya. Hal ini di

hubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain yang dapat mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian (Notoatmodjo, 2006)
B. Hubungan antara Frekuensi Menyusui dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Dari tabel di atas C.1 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan antara Frekuensi Ibu Menyusui dengan Bendungan ASI di

wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 2 responden untuk frekuensi menyusui ≥ 8 x/hari dengan terjadinya bendungan asi Ada yaitu 2

responden (100%) dan frekuensi menyusui ≥ 8 x/hari dengan terjadinya bendungan ASI Tidak Ada yaitu 0 responden (0,0%). Sedangkan dengan jumlah 32

responden untuk frekuensi menyusui ≤ 8 x/hari dengan terjadinya bendungan asi Ada yaitu 23 responden (71,9%) dan frekuensi menyusui ≤ 8 x/hari dengan

terjadinya bendungan asi Tidak Ada yaitu 9 responden (28,1%). Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh nilai p= 0,028. Kejadian Bendungan ASI yang

disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya.

Hasil penelitian ini sesuai yang dikatakan Maryandhini (2014) yang mengatakan bahwa hampir seluruh ibu nifas yang frekuensi

menyusui baik tidak terjadi bendungan ASI (87,5%). Hasil uji statistik, dengan tingkat kesalahan α = 0,05 dan df= 1, didapatkan X²hitung (8,99) >

X²tabel (3,841) maka H₀ditolak, artinya ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Ardyan (2014) mengenai Bendungan ASI juga dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi pemberian ASI yang tidak teratur dalam

penelitiannya mengatakan bahwa frekuensi dandurasi pemberian ASI mempunyai hubungan dengan terjadinya bendungan ASIpada Ibu nifas karena pada

payudara terdapat vena limpatik yang mengalirkan produksi air susu, jika frekuensi dan durasi pemberian ASI optimal, makapengosongan

payudara dapat secara sempurna, aliran vena limpatik lancar,sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau bendungan ASI padapayudara.

Menurut Cadwell (2011), terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusui.

Ibu memiliki kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka.Kapasitas penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang

dapat terakumulasi sebelum memberikan sel-sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang

memungkinkan payudara menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan dengan ibu yang lain.

Menurut asumsi peneliti yaitu bahwa masyarakat dewasa tidak terlalu memikirkan kesehatan termasuk dalam pembenungan ASI. Hal ini terjadi

ketika ibu yang baru melahirkan kebanyakan tidak ingin memberika ASI kepada adanya sehinya frekuensi pemberian asi paling banyak yaitu ≤ 8 x/hari. Hal ini

yang mengakibatkan sering terjadi pembenugan ASI.

C. Hubungan antara Inisiasi menyusui Dini dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Dari tabel di atas C.2 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan antara Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Bendungan ASI di

wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 18 responden dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini YA dengan terjadinya Bendungan ASI

ADA yaitu 3 responden (16,7%) dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini YA dengan terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 15 responden (83,3%).

Sedangkan dengan jumlah 16 responden untuk Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini TIDAK dengan terjadinya Bendungan ASI ADA yaitu 8 responden (50,0%)

dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini TIDAK dengan terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 8 responden (50,0%). Responden yang dilakukan

inisisasi menyusu dini akan mendapatkan rangsangan pada puting ibu oleh hisapan bayi. Semakin cepat ada rangsangan hisapan dari puting ibu, maka proses

pengeluaran ASI akan cepat. Karena dalam pelaksanaan IMD terjadi hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi ke puting susu dan sekitarnya,

emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Roesli, 2008).
Menurut Puspitasari (2016), salah satu manfaat IMD adalah merangsang keluarnya hormon-hormon yang merangsang keberhasilan menyusui. Menurut Roesli

(2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini, salah satunya adalah faktor pengetahuan. mayoritas responden dengan

pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi masing-masing berjumlah 17 orang (40,5%). Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang IMD sehingga

IMD dapat dilakukan dengan tepat. Menurut Purwaningsih (2011) Pelaksanaan IMD yang tepat dapat mempengaruhi pengeluaran ASI menjadi lebih baik.

D. Hubungan antara Posisi Ibu Menyusui dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Dari tabel di atas C.3 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan
antara Posisi Ibu Menyusui dengan Terjadinya Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas
Kapasa kota Makassar. Dengan jumlah 4 responden untuk Posisi Ibu Menyusui posisi salah
dengan Terjadinya Bendungan ASI ADA yaitu 0 responden (0,0%) dan Posisi Ibu Menyusui
salah dengan Terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 4 responden (100%).
Sedangkan dengan jumlah 30 responden untuk Posisi Ibu Menyusui benar dengan Terjadinya
Bendungan ASI ADA yaitu 11 responden (36,7%) dan Posisi Ibu Menyusui benar dengan
Terjadinya Bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 19 responden (63,3%). Posisi yang dilakukan
oleh ibu yang setelah nifas benar akan mengurangi dampak bendungan pada ASI.

Menurut Sulistiawati, Ari (2009) bila di posisikan dengan benar, bayi akan
membentuk suatu pentil, jaringan putting susu, dan payudara, serta sinus lactiferous sekarang
akan berada dalam rongga mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit
lunak (velum platinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan
merangsang reflex penghisapan. Rahang bawah bayi menutup pada jaringan payudara,
penghisapan akan terjadi, dan putting susu ditangkap dengan baik dalam rongga mulut,
sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI
akan keluar dari duktus lactiferous.

E. Hubungan antara Keadaan Puting dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa Kota Makassar

Dari tabel di atas C.4 menunjukan bahwa dari total 34 responden (100%) Hubungan
antara Keadaan putting dengan bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota
Makassar. Dengan jumlah 1 responden untuk Keadaan putting susu ibu lecet dengan kejadian
bendungan ASI ADA yaitu 1 responden (100%) dan Keadaan putting susu ibu lecet dengan
kejadian bendungan ASI TIDAK ADA yaitu 0 respinden (0,0%). Sedangkan dengan jumlah
33 respondeng untuk Keadaan putting susu ibu Bagus dengan kejadian bendungan ASI ADA
yaitu 23 responden (69,7%) dan Keadaan putting susu ibu Bagus dengan kejadian bendungan
ASI TIDAK ADA yaitu 10 responden (30,3%).

Hasil penelitian ini sesuai yang dikatakan Anggraeni dengan hasil uji chisquare
didapatkan bahwa ada hubungan antara kondisi puting susu dengan terjadinya
pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05).
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny (2010), dalam
penelitian Halina (2015) mengatakan bahwa teknik menyusui yang tidak benar
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Peneliti berasumsi dengan mencegah terjadinya puting lecet dapat mengurangi resiko
terjadinya pembengakakan pada payudara, karena puting yang tidak lecet membuat ibu
dan bayi mau menyusui dengan nyaman sehingga tidak menghambat pengeluaran
ASI.Penelitian ini sejalan dengan penelitian Amelia mengenai Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di RSIA Siti Fatimah
Makassar didapati hasil bahwa ibu postpartum yang tidak menyusui secara on-demand
sebanyak 66,67%, penderita bendungan ASI tidak ditemukan pada ibu postpartum
dengan posisi menyusui yang tidak benar sebanyak 88,89%, penderita bendungan
ASI tidak ditemukan pada ibu postpartum yang mempunyai kelainan putting susu
sebanyak 77,78%. Kesimpulannya yaitu bahwa sebagian besar ibu postpartum yang
mengalami bendungan ASI dipengaruhi oleh faktor tidak menyusui secara on-demand
dan kelainan putting susu cukup berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI.
Menurut Farrer (2011), kesulitan yang timbul selama proses laktasi yaitu puting yang
retak-retak, puting yang masuk ke dalam, mastitis infektif dan laktasi yang
tidak memadahi oleh karena banyak sekali masalah yang timbul selama proses
menyusui, maka perlu dilakukan perawatan antenatal yang baik karena ASI berperan
penting untuk membuat bayi sehat dan kuat.

Menurut asumsi peneliti bahwa dapat dinyatakan kondisi puting adalah salah
satu faktor kejadian bendungan ASI pada ibu nifas.Semakin baik kondisi puting
ibu akan mencegah terjadinya bendungan ASI. Berdasarkan Kondisi Puting yang baik
bahwa yang tidak terjadi Bendungan ASI disebabkan oleh ibu yang menyusui dengan
benar sehingga tidak terjadi puting lecet, namun dalam penelitian ini ibu yang
kondisi puting baik terjadi Bendungan ASI dikarenakan oleh ibu yang merasakan
perih ketika menyusui menghentikan proses menyusui dan menggantinya dengan susu
formula. Berdasarkan Kondisi Puting yang kurang bahwa yang terjadi Bendungan ASI
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah sehingga menyebabkan puting lecet, namun
dalam penelitian ini ibu yang Kondisi Puting yang kurang tidak terjadi Bendungan ASI
disebabkan olehibu yang menyusui dengan posisi mulut bayi dan puting susu benar
sehingga dapat mengurangi rasa perih dan ASI dapat keluar lancar.

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kapasa kota Makassar tahun 2021 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan bendungan asi di wilayah kerja puskesmas kapasa kota makassar

2. Ada hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan bendungan asi di wilayah kerja puskesmas kapasa kota Makassar

3. Tidak hubungan antara posisi ibu menyusui dengan bendungan asi di wilayah kerja puskesmas kapasa kota makassar

4. Ada hubungan antara keadaan puting dengan bendungan asi di wilayah kerja puskesmas kapasa kota makassar

5. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan bagi institusi pendidikan.Misalnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa yang menyangkut faktor kejadian pembenungan ASI

2. Bagi Puskesmas
Diharapkan tenaga kesehatan terkait hasil dalam penelitian ini adanya penyuluhan terkait dengan pencegahan faktor pembenungan ASI

3. Bagi Keluarga

Diharapkan adanya perhatian keluarga dalam mencegah faktor terjadinya pembenungan ASI pada anggota keluarga yang baru selesai melahirkan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian terkait dengan faktor-faktor pembenungan ASI dan diharapkan juga penelitian ini dapat

menggunakan metode seperti pencegahan dalam mencegah terjadinya pembenungan ASI, diharapkan dapat mengidentifikasi hubungan karakteristik

responden terhadap upaya pencegahan pembenungan ASI


DAFTAR PUSTAKA

Ardyan RN. Hubungan Frekuensi dan Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Bendungan
ASIpada Ibu Nifas. KTI D3 KEBIDANAN. 2014;

Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Cadwell K, TurnerMaffei C. Buku saku manajemen laktasi. Jakarta EGC. 2011

Depkes RI . (2005) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Dinas Kesehatan. . (2008). Angka
Kematian Ibu. http://depkes.co.id/aspirasi-anda/angka kematian-ibu-di-Indonesia-masih-
tinggi. Diakses 22 November 2013

Halina T. HUbungan Pengetahuan Menyusui dengan Teknik Menyusui

yang Benar pada Ibu Primipara di Wilayah Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. 2015;

Notoadmodjo, S. (2010 a). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________.
(2010 b). B. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Roesli, U., (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Jakarta: Pustaka Bunda.

Suharyono. (2006). ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Suradi, B. H, Aryono, H, Iga, P. (2012). ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Sulistyawati, Ari, 2009. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas”, Andi, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai