Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ISNAYANTI

NIM; 210902500016

PRODI/KELAS : PENDIDIKAN AKUNTANSI/B

Silahkan identifikasi masalah-masalah belajar yang pernah kalian alami atau lihat secara langsung di
sekitar kalian, kemudian analisis masalahnya, bagaimana tindak lanjut penyelesaian, apa
rekomendasi/saran yang bisa anda berikan dari permasalahan tersebut serta berikan kesimpulan.

Jawab : berikut adalah enam masalah utama dalam belajar :

1. Malas
Jika kita berfikir dalam konteks umum, apasih yang membuat kita betul-betul tidak niat
melakukan sesuatu? Apa yang membuat kita tidak punya dorongan motivasi sama sekali
untuk melakukan hal tersebut?
Terdapat banyak jawaban, tapi menurut saya yang paling tepat adalah: karena kegiatan
tersebut kita anggap tidak menarik, tidak exciting, membosankan, tidak jelas tujuannya
buat apa, dan sebagainya. Hal yang sama juga terjadi Ketika kita malas belajar. Mengapa
rasanya sangat berat untuk membuka buku pelajaran? Mengapa rasanya seperti beban
untuk mengerjakan tugas?
Tentunya karena kita menganggap belajar adalah sesuatu hal yang tidak menarik, belajar
adalah sesuatu kegiatan yang membosankan, dsb. Pola piker atau mindset dalah otak,
itulah penyebab untama dari penyakit malas.
Setelah mengetahui penyebabnya, selanjutnya kita perbaiki sumber masalahnya,
dengan cara mengubah paradigm akita bahwa belajar itu sebetulnya bisa menjadi suatu
kegiatan yang bisa dinikmati, seru , mengasyikkan, bikin penasaran, dan bahkan bisa
bikin ketagihan!

2. Belajar (hanya) untuk mengejar nilai Akademis


Mengapa ini bisa dikatakan salah satu masalah utama dalam belajar? Karena nilai dari
sebuah tujuan akan sangat berpengaruh pada bagaimana proses kita menjalaninya.
Ketika kita belajar hanya untuk mengejar nilai akademis, kita akan selalu terpaku pada
satu indicator yang seolah- olah paling bisa merefleksikan kesuksesan kita dalam proses
belajar (nilai akademis), padahal sebenarnya bukan (hanya) itu indicator yang harus
difikirkan.
Kalau kita hanya terpaku pada satu indicator (hanya nilai dan prestasi akademis) kita
akan menutup banyak kesempatan dan peluang lain untuk belajar sesuatu yang lebih
jauh berharga daripada sekedar nilai saja.

3. Menghakimi Diri “Saya Bukan Anak Pintar”


Dengan menghakimi diri sendiri, kita seolah-olah menjadikan hal tersebut excuse atau
alasan untuk terima nasib begitu saja, dan tidak berusaha bangkit untuk memperbaiki
diri menjadi lebih baik. Padahal sebetulnya, tanpa disadari mindset seperti itu justru
yang membatasi kita dalam belajar, berkembang, dan mengevaluasi diri untuk menjadi
individu yang lebih baik.
Kita semua sama-sama mulai dari nol. Sama- sama awalnya tidak bisa berbicara, tidak
bisa jalan, dan lain-lain. Ada saatnya Einstein mulai kenal dengan angka dan nama-nama
satuan dalam fisika, seperti kita semua. Tapi, kuncinya sejauh mana kita percaya bahwa
kita lahir untuk terus tumbuh san berkembang dan kemampuan kit aitu jangan dinilai
hanya dari beberapa tahun kita belajar selama ini. Ketika kita menyadari kalua kitab isa
merubah kemampuan kita di bidang apapun yang kita mau, Ketika kita punya growth
mindset, we bring our game to new levels.

4. Benci dengan Mata Pelajaran Tertentu


Hal yang menyebabkan kitab isa benci mata pelajaran tertentu itu ada banyak, bisa jadi
sebetulnya karena kita tidak suka dengan cara mengajar guru/ dosen tersebut, atau
mungkin cara belajar kita yang salah. Adapun cara mengatasinya adalah:
1. Mencoba setting kondisi lingkungan pergaulan dengan menghindari bergaul dengan
teman-teman yang sering mengirim sinyal negatif satu sama lain.
2. Mensugesti balik ke diri sendiri kalua kita suka dengan mata pelajaran tersebut.

5. Cara belajar yang salah


Berikut common mistakes yang banyak dilakukan para siswa/mahasiswa:
1. Belum mengerti konsepnya secara matang, tapi sudah langsung coba Latihan soal.
2. Terpaku hanya pada 1-2 sumber.
3. Menghafal tipe soal yang dulu pernah ditanyakan dalam ujian yang sama.
4. Belajar= sibuk menghafal rumus,istilah,dsb.
Ketika kita sudah melakukan hal diatas, berarti kita sudah menghambur-hamburkan
waktu dan energi dengan metode belajar yang salah.
Cara mengatasinya adalah dengan mengenal Deliberate Practice (DP), yaitu belajar
dan Latihan terus menerus dengan cara yang benar. DP itu adalah bagaimana kita
bisa menguasai fundamental skills secara benar, sehingga bisa kebentuk suatu
frameworks dan big picture-nya, dan membentuk dan melatih sehingga menjadi
jago dan superior. Dan akhirnya bisa total Ketika melakukan hal itu, karena sudah
punya dasar-dasar yang benar.

6. Semangat Belajar yang Tidak Konsisten


Kunci dari disiplin untuk mencapai tujuan adalah self control, atau kemampuan
mengontrol diri sendiri. Intinya sejauh mana sih seseorang bisa menunda kepuasan
sesaat dan bisa bertahan mengontrol dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang lebih
besar kemudian.

Kesimpulan :
Ketika kita merasa belajar itu sesuatu yang asik, seru, meyenangkan dan bahkan bikin
ketagihan. Ketika kita yang tadinya anti sama mata pelajaran tertentu terus berubah
malah jadi cinta.
Ketika kita belajar tidak mengenal waktu sampai berjam-jam tanpa disuruh sama siapa-
siapa.

Ketika kita malah lebih memilih belajar waktu jam kosong di kelas Ketika guru tidak
masuk kelas, di waktu liburan atau bahkan UAS baru aja selesai.

Itulah indicator yang menurut saya jauh lebih merepresentasikan BELAJAR yang
sesungguhnya. Itulah yang menunjukkan bahwa kita sudah melihat belajar bukan lagi
sebuah proses “studying” melainkan proses ”learning”.

Anda mungkin juga menyukai