Anda di halaman 1dari 2

 Tan Satresna

Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh memihak dan pilih kasih terhadap
salah satu golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga
dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk
mensukseskan cita-cita bersama.
Contoh :
1. Bersikap adil
2. Menghormati hak-hak orang lain.
3. Suka memberi pertolongan kepada orang lain(rakyat).
4. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
5. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata.
 Masihi Samasta Buwana
Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan
lingkungan hidup sebagai karunia dari Tuhan/Hyang Widi dan mengelola sumber
daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat. 
Contoh :
1. Memelihara dan melestarikan sumber daya alam baik hutan maupun laut yang
terdapat dalam negara tersebut.
2. Tidak melakukan eksploitasi sumber daya alam.
3. Memanfaatkan sumber daya alam demi kepentingan masyarakat,bangsa dan
negara.
 Sih Samasta Buwana
Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan
sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya. 
Contoh :
1. Setia kepada negara agar rakyat tertib,
2. Memberi contoh yang baik kepada rakyat,misal dibuat aturan dilarang menjual
obat terlarang seperti narkoba maka pemimpin tidak boleh melakukan hal tersebut
agar tidak terjadi demo dan keributan.
3. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
4. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
6. Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Negara Gineng Pratijna
Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan Negara
dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya. 
Contoh :
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat dengan tidak melakukan
korupsi.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
 Dibyacita
Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima
pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif). 
Contoh :
1. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
2. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
4. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
5. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai