Anda di halaman 1dari 64

Mega Ayundya Widiastuti, M.

Eng
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

Kuantitas Fotometrik Simbol Satuan


Luminous energy (jumlah cahaya) Q lmsc (lumen second)
Luminous flux (arus cahaya) Φ (theta) lm (lumen)
Luminous intensity (intensitas cahaya) I cd (candela)
Iluminance (kuat penerangan) E lx (lux)
Luminance (luminansi) L cd/m2
Time (waktu) t sc
Solid angel (sudut ruang) ω (omega) st (steradian)
Area (luas) A m2
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

Jumlah cahaya (Q)


energi cahaya yang dipancakan
sumber cahaya

Arus cahaya (φ)


jumlah cahaya (Q) per satuan waktu

lm
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

Intensitas cahaya (I) • 1 candela = 1 lumen per 1 sudut


ruang
arus cahaya yang dipancarkan • 1 candela = sekitar sembilan-
persepuluh besar intensitas suatu
per satuan sudut ruang cahaya yang dipancarkan
oleh lilin internasional yang
terbuat dari filamen karbon
•Intensitas sebuah sumber cahaya
dalam arah tegak lurus dengan
permukaaan benda hitam seluas
1/60 cm2 pada temperature beku
platinum dalam tekanan
101 325 newton per meter persegi
cd (lm/st) (1 atm)
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

1 steredian
Sudut ruang (ω) = (1 radian)2
= (180/π)2
Sudut padat yang memiliki = 3282,8 square degrees
puncak sudut di pusat
lingkaran, yang memotong luas
permukaan lingkaran (A)
sehingga luasnya sama dengan
luas persegi panjang dengan
sisi yang panjangnya sama
dengan jari – jari lingkaran (r2)

st (steradian)
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

1 lux = iluminan pada bidang bola


Kuat penerangan (E) berjari-jari 1 m yang bertitik pusat
sumber berkekuatan cahaya (I)
arus cahaya yang jatuh pada sebesar 1 cd
permukaan sebuah bidang per
meter persegi

lx (lm/m2)
Satuan Pengukuran Cahaya
(Photometric Quantity)

Luminansi (L)
Kepadatan cahaya per meter persegi dari satu bidang
permukaaan yang dapat terlihat oleh mata

cd/m2
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Iluminasi di Satu Titik oleh Satu Lampu

E = I/d2cosβ lux

E = iluminasi, lux (lm/m2)


I = arus cahaya dari sumber cahaya
kearah titik yang disinari, lm
(biasanya tertera sebagai data
teknis lampu yang diterbitkan
oleh pabrik pembuatnya)
d = jarak dari lampu ke titik di bidang
yang disinari, m
β = sudut datang sinar (dihitung antara
garis tegak lurus bidang dan sinar)
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Iluminasi di Satu Titik oleh Beberapa Lampu
Menurut hukum Abney, iluminasi dapat dijumlahkan sebagai berikut:

Et = I1/d12cosβ1 + I2/d22cosβ2 + I3/d32cosβ3 lux

E E = iluminasi total, lux (lm/m2)


I1…In = intensitas sumber cahaya
ke arah titik yang disinari,
lm (biasanya tertera
sebagai data teknis lampu
yang diterbitkan oleh
pabrik pembuatnya)
d1…dn = jarak dari lampu ke titik di
bidang yang disinari, m
β1… β2 = sudut datang sinar
(dihitung antara garis
tegak lurus bidang dan sinar)
LUMINAN (KECERAHAN)
Permukaan Tak-Transparan

L = E. ρ cd/m2

L = luminan, cd/m2
E = iluminan, lumen/m2
ρ = reflektan permukaan, %
LUMINAN (KECERAHAN)
LUMINAN (KECERAHAN)
Permukaan Transparan

L = E. τ cd/m2

L = luminan, cd/m2
E = iluminan, lumen/m2
τ = transmitan permukaan, %
KONTRAS

Pada kontras warna yang Tanpa pengendalian


baik, mata mampu kontras akan
denganKontras >>> →
mudah membaca mudah melihat
mengakibatkan kelelahan
objek terhadap latar. mata.
KONTRAS

𝐶 = 𝐿𝑡 − 𝐿𝑠 /𝐿𝑠

C = kontras (contras), tanpa dimensi


Lt = luminan pada objek bersangkutan, cd/m2
Ls = luminan permukaan sekitar objek bersangkutan, cd/m2

atau bila yang diketahui bilangan pantul permukaan:

𝐶 = 𝜌𝑡 − 𝜌𝑠 /𝜌𝑠

C = kontras (contras), tanpa dimensi


ρt = reflektan (pantulan) objek bersangkutan, c d/m2
ρs = reflektan (pantulan) permukaan sekitar objek bersangkutan,
cd/m2
LATIHAN
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Soal:
Sebuah lampu pijar downlight a. Hitunglah iluminasi di titik
mempunyai data photometric A pada bidang kerja yang
sebagai berikut: berada tepat tegak lurus di
bawah lampu sejauh 2 m.
b. Hitunglah iluminasi di titik
B pada bidang kerja yang
bersudut 25 ̊ dari lampu
pijar.
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Soal:
Sebuah lampu pijar downlight a. Hitunglah iluminasi di titik
mempunyai data photometric A pada bidang kerja yang
sebagai berikut: berada tepat tegak lurus di
bawah lampu sejauh 2 m.
Jawab:

1950 cd
E = I/d2cosβ
= 1950/(2)2cos 0 ̊
= 1950/(4)(1)
= 487,5 lux
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Soal:
Sebuah lampu pijar downlight b. Hitunglah iluminasi di titik B
mempunyai data photometric pada bidang kerja yang
sebagai berikut: bersudut 25 ̊ dari lampu
pijar.
Jawab:
d2 = d1/cos α
= 2/cos 25 ̊
= 2,2 m
2000 cd

E = I/d2cosβ
= 2000/(2,2)2cos 25 ̊
= 2000/(4,84)(0,91)
= 454,091 lux ̴ 454,1 lux
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Soal:
Tiga buah downligth dengan data photometric seperti gambar di
bawah diletakkan sejauh 2 m di atas meja. Titik B terletak tepat di
bawah DL2, sedangkan DL1 dan DL3 berada di sisi kiri dan kanan DL2
sedemikian rupa sehingga terlihat dengan sudut 25 ̊dari titik B.
Hitunglah iluminasi di titik B yang diberikan oleh ketiga lampu tadi.
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Jawab:
Et = I1/d12cosβ1 + I2/d22cosβ2 + I3/d32cosβ3
= 2000/(2,2)2cos 25 +̊ 1950/(2)2cos 0 +̊ 2000/(2,2)2cos 25 ̊
= 454,1 + 487,5 + 454,1
= 1395,7 lux

I1 = I3 = 2000 cd
I2 = 1950 cd
LUMINAN TAK TRANSPARAN
Soal:
Sebuah meja kayu mempunyai reflektan 30%. Bila di atas meja
tersebut ada lampu yang memberikan iluminan (penerangan) di
atas meja sebesar 500 lux (atau lumen/m2), berapakah luminan
(kecerlangan) permukaan meja tersebut?

Jawab:
Luminan di permukaan meja, E = 500 lumen/m2
Reflektan permukaan, ρ = 0,3

Jadi, luminan permukaan meja: L = E. ρ cd/m2


= (500)(0,3)
= 150 cd/m2
LUMINAN TRANSPARAN
Soal:
Kaca susu diterangi oleh lampu yang memberikan iluminasi 600
lux. Berapakah luminan di balik kaca bila transmitan kaca 70%?

Jawab:
Iluminasi, E = 600 lux
Transmitan, τ = 70% (0,7)

Jadi, dari balik kaca susu: L = E. τ cd/m2


= (600)(0,7)
= 420 cd/m2
KONTRAS
Soal:
Sebuah buku bacaan terbuka di atas meja yang diterangi oleh
lampu. Jika diketahui luminan di buku 500 cd/m2 dan di meja
200 cd/m2, berapakah kontras yang terjadi?

Jawab:
Luminan di buku, Lt = 500 cd/m2
Luminan di meja, Ls = 200 cd/m2

Jadi, kontras C = (Lt-Ls)/Ls


= (500 – 200)/200
= 1,5
Metode Lumen

• Perhitungan kuat penerangan:


» dengan φ = arus cahaya (lm)
lux
A = luas (m2)
• Dengan memperhitungkan coefficient utilization dan light loss
factor, rumus kuat penerangan menjadi:

lux

Sumber: Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: C.V.Andi Offset. Hal.223.
PENERANGAN

Distribusi
Penyusutan
intensitas
lumen
cahaya luminer
LLF
(Light Loss Factor)

Timbunan debu
Efisiensi
pada luminer

CU (Coefficient Utilization)

Ketinggian
Bentuk dan
lampu dari
ukuran ruang
bidang kerja
Pemantulan
permukaan

Sumber: Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: C.V.Andi Offset. Hal.223.
Luminous Intensity
Distribution Curve
Perhitungan CU (coefficient utilization)
Cavity ratio = 2,5h(perimeter)/(area) Pembagian ruang untuk perhitungan
dengan metode lumen.
• Perbandingan rongga langit-langit
(Ceiling Cavity Ratio)
CCR = 2,5 hc(perimeter/area)

• Perbandingan rongga ruang


(Room Cavity Ratio)
RCR = 2,5 hr(perimeter/area)

• Perbandingan roangga lantai


(Floor Cavity Ratio)
FCR = 2,5 hf(perimeter/area)

• Perbandingan roangga (Cavity Ratio)


– Ruang berdenah bujur sangkar/
persegi panjang: 5h(W+L)/WL
– Ruang berdenah bentuk L: 5h(W+L)/(WL-XY)
– Ruang berdenah segitiga: 2,5h(A+B+C)/(0,5BC)
– Ruang berdenah lingkaran: 5h/r
– Ruang berdenah segi enam: 5,76h/L
Perhitungan CU (coefficient utilization)
Bilangan Pantul Rongga Efektif (Effective Cavity Reflectance)

ρ = (ρ1A1+ ρ2A2+ … + ρnAn)/(A1+A2+…+An)

ρcc = bilangan pantul rongga langit-langit efektif (effective ceiling cavity reflectance)
ρrc = bilangan pantul rongga ruang efektif (effective wall cavity reflectance)
ρfc = bilangan pantul rongga lantai efektif (effective floor cavity reflectance)

Bilangan pantul rongga langit-langit yang tidak horizontal:


ρcc = ρcA0/(As - ρcAs + ρcA0)

A0 = luas bukaan langit-langit


As = luas permukaan langit-langit
ρc= bilangan pantul permukaan langit-langit
Perhitungan LLF (light loss factor)
Non recoverable factor

LAT (luminair ambient temperature): LSD (luminair surface depreciation):


suhu di sekitar luminer depresiasi permukaan luminair
→Suhu > 25oC, lampu fluorescent → Penurunan kualitas permukaan
akan kehilangan cahaya 1% setiap luminer dapat diakibatkan oleh
kenaikan 1oC perubahan warna penutup, reflektor
→Di lingkungan normal, sesuai desain tergores, dll yang akan mempengaruhi
pabrik, LAT = 1 kualitas dan kuantitas penerangan

VV (voltage variation): variasi BF (balast factor): faktor balast


tegangan listrik → Tekadang balast yang digunakan
→Perubahan 1% pada tegangan dalam luminer berbeda dengan yang
listrik, akan mempengaruhi lumen tercantum dalam data teknis,
lampu pijar hingga 3% sehingga terjadi kekeliruan
→Operasional pada voltase sesuai perhitungan
desain, VV = 1
Perhitungan LLF (light loss factor)
Recoverable factor
LDD (luminair dirt depreciation): depresiasi cahaya akibat penimbunan
kotoran pada luminer
→LDD dipengaruhi oleh tipe luminer, kondisi atmosfer lingkungan, waktu
antara pembersihan luminer berkala
Perhitungan LLF (light loss factor)
Recoverable factor
RSDD (room surface dirt depreciation): depresiasi cahaya akibat penumpukan
kotoran dipermukaan ruang
→Pencahayaan yang memanfaatkan pemantulan akan lebih mudah
terpengaruh oleh penumpukan kotoran (debu, dll) dibanding pencahayaan
yang menggunakan cahaya langsung dari lampu

→Tabel tsb didasarkan pada periode pembersihan 24 bulan di lingkungan


wajar (tidak sangat bersih maupun kotor)
Perhitungan LLF (light loss factor)
Recoverable factor
LLD (lamp lumen depreciation): faktor depresiasi lumen
→Tergantung pada jenis lampu dan waktu penggantiannya
Perhitungan LLF (light loss factor)
Recoverable factor
LBO (lamp burnout): perkiraan jumlah lampu yang mati sebelum waktu
penggantian yang direncanakan
→LBO = jumlah lampu yang masih hidup/jumlah awal lampu yang digunakan
→Bila lampu diganti seluruhnya secara bersamaan, LBO = 1
→Bila penggantian hanya pada lampu yang mati, LBO = 0,95
Perhitungan LLF (light loss factor)

LLF = LAT.VV.LSD.BF.LDD.RSDD.LLD.LBO

dengan
LAT = suhu di sekitar luminer
VV = variasi tegangan listrik
LSD = depresiasi permukaan luminair
BF = faktor balast
LDD= depresiasi cahaya akibat penimbunan kotoran pada luminer
RSDD = depresiasi cahaya akibat penumpukan kotoran
dipermukaan ruang
LLD = faktor depresiasi lumen
LBO = perkiraan jumlah lampu yang mati sebelum waktu
penggantian yang direncanakan
Metode Lumen

• Perhitungan kuat penerangan:


» dengan φ = arus cahaya (lm)
lux
A = luas (m2)
• Dengan memperhitungkan coefficient utilization dan light loss
factor, rumus kuat penerangan menjadi:

lux

• Jika jumlah sumber cahaya (lampu) > 1, rumus kuat penerangan


menjadi:
» dengan L = total lumen awal per luminer
N = Jumlah luminer

Sumber: Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: C.V.Andi Offset. Hal.223.
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 5
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 5
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 5
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 5-6
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 6
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan

Sumber: SNI 03-6575-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Hal. 6
Metode Lumen
• Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan
LATIHAN
CCR, RCR, FCR Ruang Berbentuk Kotak
Soal:
Hitunglah CCR, RCR dan FCR!
CCR, RCR, FCR Ruang Berbentuk Kotak
Soal: Jawab:
Hitunglah CCR, RCR dan FCR! Cavity ratio = 5h(W+L)/WL
CCR = 5hc(W+L)/WL
= 5(1)(10+20)/(10 x 20)
= 5(30)/200
= 0,75
RCR = 5hr(W+L)/WL
= 5(3)(10+20)/(10 x 20)
= 15(30)/200
= 2,25
FCR = 5hf(W+L)/WL
= 5(1)(10+20)/(10 x 20)
= 5(30)/200
= 0,75
CCR , RCR, FCR Ruang Berbentuk L
Soal:
Hitunglah CCR, RCR dan FCR!
CCR , RCR, FCR Ruang Berbentuk L
Soal: Jawab:
Hitunglah CCR, RCR dan FCR! CCR = 5hc(W+L)/(WL-XY)
= 5(1)(10+20)/(10x20-4x3)
= 150/188
= 0,79 ̴ 0,8
RCR = 5hr(W+L)/(WL-XY)
= 5(3)(10+20)/(10x20-4x3)
= 450/188
= 2,39 ̴ 2,4
FCR = 5hf(W+L)/(WL-XY)
= 5(1)(10+20)/(10x20-4x3)
= 150/188
= 0,79 ̴ 0,8
CCR Ruang Berbentuk Segitiga
Soal:
Hitunglah CCR!
CCR Ruang Berbentuk Segitiga
Soal: Jawab:
Hitunglah CCR! CCR = 2,5hc(A+B+C)/(0,5BC)
= 2,5(1)(5+4+3)/(0,5x4x3)
=5
Bilangan Pantul Rata-Rata Permukaan Ruang
Soal:
Hitunglah bilangan pantul rata-rata permukaan ruang, jika ruang
tsb memiliki:
10 m2 permukaan berwarna putih, ρ = 0,8.
18 m2 panil kayu berwarna terang, ρ = 0,25.
5 m2 wall-paper bermotif bunga terang, ρ = 0,4.
4 m2 rak buku dari kayu gelap, ρ = 0,15.

Jawab:
ρ = (ρ1A1+ ρ2A2+ ρ3A3+ ρ4A4)/(A1+A2+A3+A4)
= (0,8x10 + 0,25x18 + 0,4x5 + 0,15x4)/(10+18+5+4)
= 0,408 a̴ tau 41%
Bilangan Pantul Rongga Langit-Langit Efektif Kubah
Soal:
Hitunglah bilangan pantul rongga langit-
langit efektif (ρcc) ruang yang mempunyai
langit-langit berbentuk kubah berjari-jari
10 m dan bilangan pantul permukaan
langit-langit ρc = 60%. Bidang luminer
terletak di dasar kubah.

Jawab:
A0 = πr2 = 100π
As = 2πr2 = 200π

ρcc = ρcA0/(As - ρcAs + ρcA0)


= 0,6. 100π/ (200π-0,6. 200π+ 0,6. 100π)
= 0,43 atau 43%
Bilangan Pantul Rongga Langit-Langit Efektif dengan
Luminer di Bawah Dasar Kubah
Soal:
Hitunglah bilangan pantul rongga langit-langit Bidang
Luminer
efektif (ρcc) ruang yang mempunyai langit-langit
berbentuk kubah berjari-jari 10 m, bilangan
pantul permukaan langit-langit ρc = 60% dan
bilangan pantul dinding ruang (yang berbentuk
silinder) ρw = 80%. Bidang luminer terletak 2 m
di bawah dasar kubah.
Bilangan Pantul Rongga Langit-Langit Efektif dengan
Luminer di Bawah Dasar Kubah
Jawab:
Bidang
ρBI = ρc.kubahA0.kubah/(As.kubah – ρc.kubahAs.kubah +ρc.kubahA0.kubah) imajiner

= 0,6.100π/(200π - 0,6.200π + 0,6.100π)


= 0,43 atau 43%

ρrata-rata = (ρBIABI+ ρDAD)/(ABI+AD)


= (0,43x100π + 0,8x 40π)/(100π+ 40π)
= 0,54 atau 54%

A0 = πr2 = 100π
As = luas kubah + luas dinding silinder = 2πr2 + 2πrh = 200π + 40π = 240π

ρcc = ρrata-rataA0/(As - ρrata-rataAs + ρrata-rataA0)


= 0,54.100π/(240π-0,54.240π+0,54.100π)
= 0,328 ̴ 0,33 atau 33%
TUGAS
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
Soal:
Tiga buah downligth dengan data photometric seperti gambar di
bawah diletakkan sejauh 3,5 m di atas meja. Setiap DL mempunyai
jarak yang sama. DL1 dan DL2 berada di sudut 30 ̊dari titik A. Hitunglah
iluminasi di titik A yang diberikan oleh ketiga lampu tadi.
METODE TITIK (POINT TO POINT METHOD)
CCR , RCR, FCR Ruang Berbentuk L
Soal:
Hitunglah CCR, RCR dan FCR!
Bilangan Pantul Rata-Rata Permukaan Ruang
Soal:
Hitunglah bilangan pantul rata-rata permukaan ruang, jika ruang
tsb memiliki:
15 m2 permukaan berwarna putih, ρ = 0,8.
8 m2 panil kayu berwarna terang, ρ = 0,25.
6 m2 wall-paper bermotif bunga terang, ρ = 0,4.
7 m2 rak buku dari kayu gelap, ρ = 0,15.
Bilangan Pantul Rongga Langit-Langit Efektif dengan
Luminer di Bawah Dasar Kubah
Soal:
Hitunglah bilangan pantul rongga langit-langit Bidang
Luminer
efektif (ρcc) ruang yang mempunyai langit-langit
berbentuk kubah berjari-jari 12 m, bilangan
pantul permukaan langit-langit ρc = 60% dan
bilangan pantul dinding ruang (yang berbentuk
silinder) ρw = 80%. Bidang luminer terletak 1,5 m
di bawah dasar kubah.

Anda mungkin juga menyukai