Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program penjaminan simpanan di Indonesia telah diberlakukan sejak tahun 2005
bagi semua lembaga perbankan yang beroperasi yang beroperasi di wilayah
Indonesia. Program penjaminan simpanan ini sebenarnya bertujuan untuk
melindungi deposan dari kegagalan operasional bank. Praktik penjaminan
simpanan dapat menimbulkan moral hazard dikalangan perbankan karena risiko
telah dialihkan ke lembaga penjamin simpanan. Namun skema penjaminan di
Indonesia dirancang untuk tetap memberikan insentif bagi deposan untuk ikut
mengawasi kinerja bank terutama oleh deposan besar (di atas Rp100.000.000).
Pemberlakuan program ini mempunyai konsekuensi pada biaya premi dan
kewajiban bank untuk memberikan laporan berkaitan dengan keikutsertaan dalam
program ini. Biaya premi sebenarnya bisa ditanggung oleh deposan saja, oleh
bank saja tau oleh keduanya. Praktik di Indonesia biaya premi penjaminan
ditanggung oleh lembaga perbankan. Sedangkan pelaporan posisi dana dan
laporan keuangan diperlukan lembaga penjamin simpanan untuk mengendalikan
risiko lembaga perbankan. Dengan demikian ada tugas yang tambahan bagi
lembaga perbankan, yaitu pembebanan biaya premi penjaminan dan pelaporan
akuntansi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu penjaminan simpanan ?
2. Simpanan apa saja yang dijamin ?
3. Kewajiban dan sanksi bank sebagai peserta penjaminan ?
4. Penghitungan, Pembayaran Premi Dan Akuntansinya ?
5. Apa saja syarat penjaminan lembaga penjamin simpanan ?
6. Laporan bank

1.3 TUJUAN
BAB II

PENJAMINAN SIMPANAN

2.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004.

2.2 Simpanan Yang Dijamin


Simpanan yang dijamin pada bank umum konvensional (berbasis bunga) meliputi:
1. giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu.
2. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat
termasuk bank lain.
3. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah hasil
penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada bank tersebut,
baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account).
4. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening diperhitungkan bagi
satu nasabah adalah saldo rekening gabungan yang dibagi secara prorata
dengan jumlah pemilik rekening.
Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis
diperuntukan bagi kepentingan pihak lain, maka saldo rekening tersebut
diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain yang bersangkutan.

2.3 Kewajiban Dan Sanksi Bank Sebagai Peserta Penjaminan


Sebagai peserta penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di
indonesia perlu membayar kontribusi kepesertaan, membayar premi, dan
menyampaikan laporan secara berkala dalam format yang telah ditentukan.
Kontribusi kepesertaan dibayar pada saat bank yang bersangkutan menjadi peserta
penjaminan yang besarnya ditetapakn 0,1% dari :
a) Modal sendiri (ekuitas) bank per 31desember 2004, bagi bank yang telah
memperoleh izin usaha sebelum 1 januari 2005.
b) Total modal sendiri (ekuitas) per 31 desember 2004 dari bank-bank yang
melakukan penggabungan usaha, bagi bank hasil penggabungan usaha yang
dilakukan antara 1 januari 2005
c) Modal disetor bank, bagi bank yang mendapatkan izin usaha pada atau
setelah 1 januari 2005
Modal sendiri (ekuitas) yang dimaksud dalam hal ini adalah selisih antara
kekayaan dan kewajiban bank. Kontribusi kepesertaan wajib disetor ke
rekening lembaga penjaminan simpanan.
Untuk sanksi bagi bank disebutkan sesuai dalam pasal 92 UU LPS 2004, yaitu LPS
menjatuhkan sanksi administratif pada bank yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9c dan 9d di atas.
Sanksi administratif berupa denda administratif dan/ atau bunga. Pengenaan
sanksi administratif tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9c,
ditetapkan paling tinggi 150% (seratus lima puluh perseratus) dan jumlah
premi yang seharusnya dibayar untuk setiap periode termasuk bunga.
b) Terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 9d,
dekenakan denda Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan
penyampaian laporan.

2.4 Penghitungan, Pembayaran Premi Dan Akuntansinya


Penghitungan premi, baik premi pada awal periode maupun premi penyesuaian,
dilakukan sendiri oleh bank (self assessment). Premi penjaminan dibayarkan dua
kali dalam satu tahun untuk :
a) Periode 1 Januari s/d 30 Juni
b) Periode 1 Juli s/d 31 Desember
Premi untuk setiap periode ditetapkan sebesar 0,1% dari rata-rata saldo bulanan total
dalam setiap periode. Proses pembayaran premi untuk setiap periode dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut :

a) Pembayaran premi pada awal periode sebesar 0,1% dari rat-rata saldo bulanan
total simpan periode sebelumnya
b) Penyesuaian premi setelah akhir periode berdasarkan realisasi rat-rata saldo
bulanan total simpanan periode yang bersangkutan.

Pembayaran premi pada awal periode harus dilakukan paling lambat tanggal :

1. 31 Januari, untuk periode 1 Januari s/d 30 Juni ; dan


2. 31 Juli, untuk periode 1 Juli s/d 31 Desember

Sedangkan penyesuaian premi dilakukan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menghitung premi yang seharusnya dibayar berdasarkan realisasi rata-rata


saldo bulanan total simpanan pada periode yang bersangkutan.
2. Menghitung kelebihan atau kekurangan premi yang dibayarkan pada awal
periode dengan premi yang seharusnya dibayar.
3. Memperhitungkan kelebihan atau kekurangan terhadap premi yang
dibayarkan pada awal periode berikutnya, dengan ketentuan bahwa :
 Dalam hal terdapat kelebihan premi tersebut menjadi pengurang terhadap
premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya ; atau
 Dalam hal terdapat kekurangan premi, kekurang tersebut menjadi penambah
terhadap prtemi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya.

Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran premi, kelebihan pembayaran


digunakan untuk pembayaran premi berikutnya, kecuali apabila bank yang
bersangkutan meminta agar kelebihan tersebut digunakan untk membayar denda
yang tertunggak kepada LPS. Dalam hal bank-bank melakukan penggabungan
usaha sebelum berakhirnya periode, maka :

a. Total dari seluruh premi yang dibayar pada awal periode oleh masing-
masing tersebut sebelum penggabungan usaha secara otomatis ditetapkan
sebagai premi yang telah dibayar pada awal periode oleh bank hasil
penggabungan usaha ;
b. Dalam penyesuaian premi setelah akhir periode, jumlah saldo bulanan total
simpanan dari masing-masing bank sebelum penggabungan usaha
diperhitungkan sebagai saldo bulanan total simpan bank hasil
penggabungan usaha untuk periode yang telah dilalui sebelum
penggabungan usaha.

Dalam hal ijin usaha bank dicabut oleh lembaga pengawas bank (LPP) sebelum
berakhirnya periode, maka :

1. Penyesuaian premi tidak dilakukan;


2. LPS tidak mengembalikan bagian premi yang telah dibayar pada awal
periode untuk proporsi periode yang belum dilalui; dan
3. Semua tunggakan premi dan denda yang belum dibayar bank kepada LPS
sampai dengan tanggal pencabutan ijin usaha tetap menjadi kewajiban
yang harus dibayarkan bank kepada LPS.
Dalam rangka perhitungan rata-rata saldo bulanan total simpanan, kewajiban bank
dalam valuta asing dikonversikan terlebih dahulu kedalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs yang digunakan untuk penyampaian laporan bulanan.

2.5 Syarat Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan


Selain memenuhi besaran nilai simpanan yang dijamin, nasabah juga perlu
memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank
2. Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat bunga
wajar yang ditetapkan oleh LPS/nasabah tidak menerima imbalan yang tidak
wajar dari  bank
3. Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, misalnya
memiliki kredit macet di bank tersebut Peserta Penjaminan Lembaga
Penjamin Simpanan Sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan, setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang
disimpan pada bank yang  bersangkutan.
4. Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS.
Dalam Pasal 12 UU LPS ketentuan tersebut dipertegas dengan menyebutkan
bahwa setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik
Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS. Jenis bank tersebut
meliputi bank umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran, dan
bank asing, serta bank konvensional dan bank syariah.

2.6 Laporan Bank


Setiap bank wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada LPS, yaitu :
a. Laporan posisi simpanan setiap akhir bulan, paling lambat tanggal 15 ( lima
belas) bulan berikutnya.
b. Laporan keuangan bulanan, paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
c. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, atau laporan keuangan tahunan
yang disampaikan kepada LPP bagi bank yang tidak diwajibkan Oleh LPP
untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit paling
lambat tanggal 31 Mei tahun berikutnya.

Selain menyampaikan laporan secara berkala tersebut, setiap bank juga harus
menyampaikan laporan susunan pemegang saham , direksi dan komisaris bank
setiap kali ada perubahan pemegang saham, direksi , komisaris, atau kepemilikan,
paling lambat 14 hari kalender setelah terjadi perubahan dimaksud.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai