Anda di halaman 1dari 8

LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

(Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi Digital Native)

Muhammad Ragil Kurniawan, Dholina Inang Pambudi


Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
E-mail: ragilkurniawanpgsd@gmail.com

ABSTRAK
Hampir semua lini kehidupan telah mengalami perubahan pola, dari yang non
digital menjadi serba digital dan online. Kondisi ini mensyaratkan dunia
pendidikan dasar ikut berinovasi dan berakselerasi sesuai dengan karakter peserta
didik Sekolah Dasar (SD). Olehkarenanya dibutuhkan data tentang pemetaan
kondisi terkini tentang bagaimana pola interaksi siswa SD dengan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sekaligus bagaimana pola sekolah
menghadapi perkembangan era digital dalam konteks pembelajaran disekolah
dasar. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui peta aktifitas
siswa SD dalam aktifitas dengan perangkat TIK dan dunia maya. 2) untuk
mengetahui pola kebijakan sekolah terkait penggunaan smartphone, sebagai
produk perkembangan era digital, khususnya pada pembelajaran di SD. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian survey dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah dasar di kabupaten
Sleman. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 8 sekolah dasar di kabupaten
Sleman yang dipilinh menggunakan teknik stratified random sampling. Stratifikasi
dilakukan pada tahap pembagian klasifikasi sekolah sesuai dengan tingkat
akreditasinya. Setekah sekolah dikelompokkan pada tingkat akreditasinya
selanjutnya dipilih menggunakan metode random sampling. Pada tiap kelompok
tingkatan akreditasi sekolah dipilih secara acak (random) sesuai dengan prosentase
jumlah sekolah pada tiap level akreditasi. Analisis data menggunakan analisis data
statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) 99% responden siswa SD
telah menggunakan smartphone. 62% responden mengaku telah memiliki
smartphone sendiri. 62% responden mengaku telah menggunakan smartphone
sebelum usia 9 tahun. Serta 2 aktifitas yang paling sering dilakukan responden saat
menggunakan smartphone adalah bermain games dan melihat video di youtube.
2) 75% responden menyebutkan bahwa sekolah mereka melarang membawa
smartphone ke sekolah. Dalam konteks pembelajaran 87% responden mengaku
sama sekali tidak diperbolehkan untum membawa smartphone di kelas.

Kata kunci: TIK untuk sekolah dasar, literasi digital, pendidikan karakter.

PENDAHULUAN digital menjadi serba digital dan


Saat ini semua aspek online. Dampak peubahan dari
kehidupan telah terdampak pada non digital menuju serba digital
kegiatan bergasis digital ataupun dan online yang paling terasa
online. Hampir semua lini diantaranya pada bidang
kehidupan telah mengalami ekonomi, perdagangan,
perubahan pola, dari yang non transportasi dan pemerintah.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 386


Sebagaimana dirilis oleh Assosiasi dunia memiliki komputer
Penyelenggara Jasa Internet genggam sebelum usia mereka
Indonesia (APJII), pada tahun genap delapan tahun
2016 sudah terdapat 63,5% (republika.co.id). Data ini layak
masyarakat Indonesia pernah digali lebih spesifik, apakah
melakukan transaksi Online. kondisi serupa menerpa anak-
Angka tersebut diyakini terus anak di Indonesia atau tidak,
melonjak singga tahun 2018. khususnya di Yogyakarta.
Melihat fenomena maraknya Hal yang tidak kalah
aktifitas pengunaan digital, maka penting adalah bagaimana sudut
pendidikan selayaknya juga pandang stakeholder pendidikan
memberikan respon positif (khususnya guru dan kepala
terhadap perubahan pola sekolah) melihat perkembangan
kehidupan masyarakat ini. era online dan digital ini, terlebih
Rheinald Kasali (2017) untuk aspek pembelajaran.
menyampaikan bahwa Minimal tardapat dua
dikehendaki maupun tidak kemungkinan yang yang
perubahan pada era digital dan dilakukan oleh stakeholder
online merupakan sebuah pendidikan, antara tetap menjada
keniscayaan dan telah merambah jarak dengan dunia online atau
ke segala sisi kehidupan. Oleh justeru berdamai dengan keadaan
karenanya bidang pendidikan dan menyelami dunia online
layak menata diri melakukan bersama anak didiknya. Beberapa
akselerasi memanfaatkan era pemetaan awal ini menjadi modal
digital dan online ini untuk awal guna memberikan
kemajuan dan perbaikan aktifitas treathment terhadap percepatan
pembelajaran siswa di sekolah, akselerasi pemafaatan dunia
khususnya dalam pembelajaran di digital dan online pada aktifitas
kelas. sekolah khususnya pembelajaran.
Banyak perubahan yang
dapat dilakukan pada aspek METODE PENELITIAN
pendidikan terkait digilatisasi di Penelitian yang digunakan
berbagai lini kehidupan. Namun adalah jenis penelitian survey
demikian bagaiman kondisi saat menggunakan pendekatan
ini tentang pemanfaatan dan Deskriptif kuantitatif. Dalam
penerapan aktifitas online pada prosiding ini akan dipaparkan
pembelajaran di sekolah beberapa hasil penelitian tentang
memerlukan pendataan terus. pola aktifitas dan pola pikir yang
Penelitian yang telah sedang terjadi terkait media sosal
dipublikasikan Uswitch.com dan pendidikan dasar. Sampel
menunjukkan, lebih dari peserta didik dalam penelitian ini
seperempat anak-anak di seluruh adalah 243 siswa SD kelas 5di

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 387


kabupaten Sleman yang tersebar usia yang beragam. 10%
pada 8 sekolah dasar yang responden mengaku telah
terakreditasi A, B dan C atau menggunakan smartphone bahkan
belum terakreditasi. Untuk sampel sebelum usia sekolah dasar yaitu
orang tua dan wali siswa diambil sebelum usia 6 tahun. 20%
dari 8 sekolah yang sekaligus responden menaku mulai
menjadi sampel sekolah tersebut. menggunakan smartphone pada
Pemilihan sampel 8 sekolah dasar usia antara 6 sd 7 tahun atau awal
dilakukan dengan stratified masuk sekolah. Selanjutnya 32%
random sampling. Stratified mengaku mulai menggunakan
dilakukan denan smartphone saat usia 8-9 tahun.
mengklasifikasikan sekolah Dan selebihnya 38% responden
berdasarkan akreditasinya, mengaku baru mulai
selanjutnya berdasarkan akreditasi menggunakan smarphone saat
yang didapat ditentukan jumlah berusia 10 atau setelahnya.
sekolah sampel. Langkah terahir Aktifitas anak menggunakan
adalah melakukan random smartphone tidak lantas
sampling di tiap level sekolah berkorelasi dengan kepemlikan
akreditasi. Analisis data yang smartphone oleh anak. Dari olah
digunakan adalah analisis data data hasil penelitian menyebutkan
statistik deskriptif. bahwa 62% responden yang
notabene siswa SD telah memilki
HASIL DAN PEMBAHASAN smartphone sendiri. responden
Peta Aktifitas Siswa SD Dalam siswa lain yang berjumlah 38%
Aktifitas di Dunia Maya mengaku mengunakan
Pemetaan awal adalah smartphone kepunyaan orang lain
tentang bagaimana realita yang didekat mereka. Orang lain yang
terjadi tentang penggunaan atau dimaksud dalah mulai dari ayah-
akses dunia maya oleh siswa-siswi ibu, kake-nenek, saudara, hingga
sekolah dasar. Dari keseluruhan teman. Hal ini menyebutkan
responen dari siswa SD mengaku bahwa tidak sedikit (62%) siswa
99% pernah dan menggunakan SD telah memiliki smartphone
smartphone. Hanya terdapat 1% sendiri hasil pembelian orang tua
responden yang mengaku tidak atau orang terdekat mereka.
pernah menggunakan Kondisi lain yang dekat
smartphone. dengan kepemilikan smartphone
Terkait dengan penggunaan adalah aktifitas yang dilakukan
smartphone, dari keseluruhan responden saat menggunakan
responden yang pernah smartphone. Terdapat 16%
mengguna smartphone, responden mengaku memiliki
responden mulai berinteraksi akun facebook. 65% responden
menggunakan smartphone pada memiliki akun permainan (games).

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 388


11% memiliki akun BBM. 56% terbatas waktu dan sumber. Di era
memiliki akun wattsiapp dan 36% revolisi industri 4.0 sekarang ini
memiliki akun media social lain stakeholder pendidikan layak
(khususnya instagram dan untuk terus berinovasi mengikuti
youtube). Dari data diatas peluang dan tren yang
menyebutkan bahwa kepemilikan berkembang sesuai dengan
anak SD atas media sosial kebutuhan peserta didik dan
bukanlah hal yang jarang. Bahkan potensi sumber belajar yang ada.
data menyebutkan bahwa anak Sebagaimana yang diungkapkan
SD telah sangat dekat dengan Ibda (2018) bahwa guru diera
aktifitas dunia sosial media. Industri 4.0harus memiliki
Selain data tentang kemampuan literasi baru dengan
kepemilikan media sosial oleh aspek literasi data, literasi
anak usia SD, terdapat beberapa teknologi, dan literasi humanisme
data lain tentang aktifitas yang atau SDM. Ketiga literasi tersebut
sering dilakukan anak di media menjadi modal mendidik siswa di
online. Aktifitas yang sering era digital.
dilakukan dengan smartphone Media online selalu
adalah sebagai berikut: 59% membawa aspek positif dan
responden mengaku bermain negatif bagi penggunanya. Aspek
games di smartphone adalah negatif ini sekaligus menjadi
aktifitas paling sering dilakukan. tantangan bagi orangtua dan guru
52% responden mengaku aktifitas dalam menyikapi perkembangan
paling sering dilakukan adalah sebuah teknologi. Salah satu
melihat video di youtube. 51% dampak negatif penggunaan
responden mengaku berinteraksi media online oleh anak usia SD
dengan media social adalah adalah akses mereka terhadap
aktifitas paling sering dilakukan konten dewasa atau hal-hal yang
saat menggunakan smartphone. berbau pornografi. Akses anak-
34% responden mengaku anak terhadap video tidak
menyeleaikan tugas sekolah senonoh penjadi salah satu hal
menjadi aktifitas dominan. yang perlu diwaspadai dan terus
Data tentang kuantitas dipantau. Sesuai hasil penggalian
interaksi anak dengan media data terhadap responden siswa SD
online menjadi sebuah peluang menyebutkan bahwa 2%
sekaligus tantangan bagi responden mengaku sering
stakeholder pendidikan di tingkat mengakses video berkonten
SD. Beberapa peluang adegan dewasa (ciuman, hingga
(opportunities) yang ada adegan sex lain); 1% responden
diantaranya adalah dapat mengaku kadang-kadang
digunakannya sumber belajar mengakses. 9% mengaku pernah
berbasis media online yang tak dan 88% mengaku sama sekali

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 389


tidak pernah mengakses video satu konsekwensinya adalah
berkonten adegan dewasa. terkait dengan pelarangan atau
Meskipun persentasenya sebaliknya pemberian ijin bagi
masih cukup kecil, namun siswa SD untuk membawa dan
fenomena anak usia SD pernah mengoperasikan smartphone saat
dan bias mengakses video konten di sekolah atau di kelas.
dewasa menjadi suatu perhatian Diperlukan pemetaan awal
khusus. Kondisi ini mensyaratkan tentang bagaimana pola sekolah
bagi orangtua dan guru siswa menyikapi perkembangan era
tersebut untuk dapat digital khususnya terkait
meningkatkan kewaspadaan dan penggunaan smartphone sekaligus
pengawasan anak saat berinteraksi semua potensi yang dimiliki pada
dengan smartphone ataupun aktifitas di sekolah maupun
dengan dinia maya. Oleh karenya pembelajaran di kelas.
peran selanjutnya ada pada guru Berkaitan dengan apakah
dan orang tua siswa untuk siswa diperbolehkan membawa
meningkatkan dan merubah smartphone ke sekolah,
menjadi lebih efektif terhadap responden guru mewakili masing-
pola pendidikan karakter bagi masing sekolah menyebutkan
anak didik.Sebagai mana salah bahwa 25% responden guru
satu prinsip dari 11 prinsip sekolah mereka terkadang
pendidikan karakter agar berjalan membolehkan sesuai dengan
efektif menurut Lickona (2012) kondisi yang dihadapi. Selebihnya
yaitu hendaknya sekolah 75% responden menyebutkan
melibatkan keluarga dan anggota bahwa sekolah mereka melarang
masyarakat sebagai mitra dalam pembawaan smartphone oleh
upaya pembangunan karakter. siswa ke sekolah. Dari data
Pendidikan karakter ini menjadi tersebut tidak ditemukan sekolah
pondasi yang penting untuk yang membolehkan siswanya
dibekalkan pada peserta didik membawa smartphone di sekolah
yang sejak lahir telah dihadapkan tanpa syarat-sarat tertentu.
dengan dunia digital. Terkadang dalam konteks ini
adalah disesuaikan dengan kondisi
Pola guru dan sekolah menyikapi
disaat siswa membutuhkan
perkembangan aktifitas anak di
komunikasi dengan orang tua
dunia mayadalam proses
khususnya terkait proses
pembelajaran
penjemputan anak setelah selesai
Fenomena tingginya
kegiatan sekolah.
interaksi siswa SD dengan
Kondisi lain yang digali
smartphone dan dunia online
dalam penelitian ini adalah
membawa konsekwensi bagi
bagaimana pemanfaatan
pembelajaran di sekolah. Salah
smartphone dalam aktifitas

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 390


pembelajaran di kelas. Hanya klasifikasi generasi yang dibuat
12,5% responden guru yang oleh Howe &Strauss (2000)
terkadang membolehkan siswanya faktanya memang menyebutkan
menggunakan smartphone saat bahwa terjadi Gap generation
pembelajaran di kelas sedangkan antara guru dengan siswa SD saat
87% responden lain mengaku ini., yaitu antara guru yang
sama sekali tidak tergolong pada generasi X dan Y,
memperbolehkan siswa serta siswa yang tergolong
membawa smartphone saat generasi Z dengan karakteristik
pembelajaran berlangsung.Makna digital native.
‘terkadang’ dalam konteks ini Dengan ditemukannya data
adalah disesuaikan dengan kondisi sebagaimana diatas, membuka
disaat siswa membutuhkan dua pilihan bagi guru dan orang
komunikasi dengan orang tua. tua untuk ikut serta dalam
Berkaitan dengan melaukan pendidikan karakterbagi
pertemanan guru dengan siswa di anak. Pilihan pertama adalah guru
media sosial ditemukan data dan orang tua tetap menggunakan
sebagai berikut: 37,5% responden pola pikir generasi X dan Y, dalam
mengaku sering berteman; 12,5% menyikapi anak dengan generasi
kadang-kadang dan, 50% Z. Atau guru dan orang tua
mengaku tidak pernah berteman pilihan cara kedua, yaitu
dengan siswa di media social menggunakan pola pikir generasi
apapun. Data ini memberikan Z untuk menanamkan pendidikan
pembacaan awal tentang karakter bagi mereka (para siswa
bagaimana pola orang tua atau SD).
guru melakukan proses Pola dari pilihan pertama
pengawasan terhadap aktifitas adalah orang tua menggunakan
anak di media sosial. mekanisme proteksi secara manual
Ada banyak kemungkinan atas aktifitas anak di dunia maya.
dari data diatas. Beberapa Proteksi secara manual dalam hal
diantaranya memunculkan ini adalah orang tua melarang
pertanyaan, apakah guru memang anaknya untuk beraktifitas di
tidak tahu dengan agresifnya dunia maya, meskipun pada
aktifitas siswa SD. Ataukah guru kenyataannya anak-anak tetap
masih belum sepenuhnya mencari kesempatan dengan
menyadari bahwa siswa yang berbagai cara agar tetap eksis di
dihadapi adalah anak yang beda dunia maya. Bentuk eksistensi
generasi degan priode para guru tersebut dibuktikan dengan
sehingga membawa konsekwensi kepemilikan dan aktifitas anak di
yang juga berbeda pada dunia maya, khususnya media
pergaulan sosial antara guru social. Meskipun dalam banyak
dengan siswa SD. Menggunakan hal aktifitas anak

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 391


melewati/melanggar beberapa Dalam konteks pembelajaran
aturan, diantarany aturan 87% responden mengaku
keluarga dan aturan saat sama sekali tidak
mendaftar untuk memiliki akun diperbolehkan untum
media sosial. Tidak sedikit media membawa smartphone di
sosial, diantaranya FB dan kelas.
Instagram, mensyaratkan
penggunanya untuk berusia DAFTAR PUSTAKA
minimal 16 tahun. Asosiasi Penyelenggara Jasa
Pola pilihan kedua yaitu Internet Indonesia.
guru dan orang tua menganggap “Penggunaan internet di
serius aspek eksistensi anak di Indonesia”
media online dan media https://apjii.or.id/downfile/fi
sosial.Dengan demikian guru dan le/surveipenetrasiinternet201
orang tua terlibah aktif berteman 6.pdf pada tanggal 26
dan berinteraksi aktif juga dengan Februari 2018 jam 16.37
anak di media online. Termasuk WIB
guru memaksimalkan media Howe, Neil & Strauss,
online (diantaranya media social) William.(2000). Millenials
sebagai media dan sumber belajar Rising The next great
bagi siswa yang notabene mereka generation.New York:
adalah generasi Z yang dilahirkan Vintage Books
dengan karakter digital natives. Ibda, Hamidullah. (2018).
Penguatan literasi baru pada
KESIMPULAN guru madrasah ibtidaiyah
1) 99% responden siswa SD dalam menjawab tantangan
telah menggunakan era revolusi industri
smartphone. 62% responden 4.0.JRTIE: Journal of
mengaku telah memiliki Research and Thought of
smartphone sendiri. 62% Islamic Education. Vol. 1,
responden mengaku telah No. 1 Hal. 1-21
menggunakan smartphone Kasali, Rheinald (2017).
sebelum usia 9 tahun. Serta 2 Disruption. Jakarta:
aktifitas yang paling sering Gramedia Pustaka Utama
dilakukan responden saat Lickona, Thomas.
menggunakan smartphone (2012).Educating for
adalah bermain games dan Character mendidik untuk
melihat video di youtube. membentuk karakter.
2) 75% responden menyebutkan Jakarta: PT Bumi Aksara
bahwa sekolah mereka www.republika.co.id/berita/trend
melarang membawa tek/gadget/14/01/17/mzjj2x-
smartphone ke sekolah. survei-jutaan-anak-usia-sd-

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 392


kecanduan-gadget. diakses
pada 05 Oktober 2018

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 393

Anda mungkin juga menyukai