Anda di halaman 1dari 34

DEFINISI OPERASIONAL &

PENGUKURAN VARIABEL

Oleh :
Dr. M. RIFA’I, SE.,MM
UNITRI - Malang
Definisi Operasional
• Definisi Operasional adalah penentuan
construct sehingga menjadi variabel
yang dapat diukur.
• Menjelaskan cara tertentu yang
digunakan untuk mengopersionalkan
construct sehingga memungkinkan bagi
peneliti lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama
atau mengembangkan cara pengukuran
cosntruct yang lebih baik.
DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL
Definisi operasional variabel
digunakan untuk memberikan
batasan ruang lingkup permasalahan
dan konsep pengukuran yang
dilakukan dalam penelitian guna
mengukur variabel yang masih
berbentuk konsep.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

 Variabel harus didefinisikan secara


operasional agar lebih mudah dicari
hubungannya antara satu variabel
dengan lainnya dan pengukurannya.

 Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti


akan mengalami kesulitan dalam
menentukan pengukuran hubungan
antar variable yang masih bersifat
konseptual.
Operasionalisasi variabel bermanfaat
untuk:

 1) mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi


yang sedang didefinisikan;

 2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek


mungkin mempunyai lebih dari satu definisi
operasional;

 3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat


unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus
digunakan.
Definisi Operasional
 definisi operasional ialah suatu
definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi
dari apa yang sedang didefinisikan
atau “mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk dengan kata-
kata yang menggambarkan perilaku
atau gejala yang dapat diamati dan
yang dapat diuji dan ditentukan
kebenarannya oleh orang lain”
Cara-Cara Menyusun Definisi
Operasional
 Definisi operasional Tipe A dapat disusun
didasarkan pada operasi yang harus dilakukan,
sehingga menyebabkan gejala atau keadaan
yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat
terjadi.

 Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti


dapat membuat gejala menjadi nyata.

 Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan


yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang
atau lebih pada situasi dimana masing-masing
orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi
hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
Cara Menyusun Definisi Operasional
 Definisi operasional Tipe B dapat
disusun didasarkan pada bagaimana
obyek tertentu yang didefinisikan dapat
dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa
yang dilakukannya atau apa yang
menyusun karaktersitik-karakteristik
dinamisnya.

 Contoh: “Orang pandai” dapat


didefinisikan sebagai seorang yang
mendapatkan nilai-nilai tinggi di
sekolahnya.
Cara-Cara Menyusun Definisi
Operasional
 Definisi operasional Tipe C dapat disusun
didasarkan pada penampakan seperti apa
obyek atau gejala yang didefinisikan
tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karaktersitik-karaktersitik statisnya.

 Contoh: “Orang pandai” dapat


didefinisikan sebagai orang yang
mempunyai ingatan kuat, menguasai
beberapa bahasa asing, kemampuan
berpikir baik, sistematis dan mempunyai
kemampuan menghitung secara cepat.
 Dalam menyusun definisi operasional,
definisi tersebut sebaiknya dapat
mengidentifikasi seperangkat criteria
unik yang dapat diamati.
 Semakin unik suatu definisi
operasional, maka semakin
bermanfaat. Karena definisi tersebut
akan banyak memberikan informasi
kepada peneliti, dan semakin
menghilangkan obyek-obyek atau
pernyataan lain yang muncul dalam
mendifinisikan sesuatu hal yang tidak
kita inginkan tercakup dalam definisi
tersebut secara tidak sengaja dan
dapat meningkatkan adanya
kemungkinan makna variable dapat
direplikasi/ganda
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PADA MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA

 1.Budaya Organisasi (X1)


 Indikator untuk mengukur variabel budaya organisasi (diadopsi dari
Mondy dan Noe, 1990) terdiri atas :
 Trust in sub ordinate (X1.1)
 Pimpinan memberi wewenang penuh kepada bawahan dan pimpinan
percaya terhadap bawahan.
 Open communication (X1.2)
 Ada komunikasi terbuka antara pimpinan dan bawahan dan ada
komunikasi terbuka antar pegawai
 Considerate and supportive (X1.3)
 Pimpinan bersikap bijaksana.dan pimpinan memberi dukungan penuh
kepada bawahan.
 Group problem solving (X1.4)
 Pemecahan masalah dilakukan bersama antara pimpinan dan bawahan
dan pemecahan masalah dilakukan bersama antar pegawai
 High out put goals (X1.5)
 dengan indikator tujuan/hasil kerja pegawai tinggi dan hasil kerja
pegawai sesuai dengan target yang ditentukan
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PADA MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA

 2.Motivasi (X2)
 Motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi kearah tujuan organisasi, unsur-unsur empiris yang diturunkan
dalam variabel ini adalah:
 a. Motivasi Untuk Berprestasi (X2.1)
 Motivasi untuk berprestasi adalah suatu kekuatan yang memberikan
rangsangan dan dorongan serta semangat kerja pada Pegawai Negri Sipil
(PNS) yang dapat merubah perilaku pegawai tersebut untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standart, berulang untuk
sukses yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.
 b. Motivasi Akan Kekuasaan (X2.2)
 Motivasi akan kekuasaan adalah suatu kekuatan yang memberikan
rangsangan dan dorongan serta semangat kerja pada Pegawai Negri Sipil
(PNS) yang dapat merubah perilaku pegawai tersebut untuk membuat
orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang melakukan
tanpa paksa.
 c. Motivasi Berafiliasi (X2.3)
 Motivasi berafiliasi adalah suatu kekuatan yang memberikan rangsangan
dan dorongan serta semangat kerja pada Pegawai Negri Sipil (PNS) yang
dapat merubah perilaku pegawai tesebut untuk berhubungan antar pribadi
yang ramah dan karib.
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PADA MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA

 3. Kepuasan Kerja (Z)


 Faktor individuil, meliputi umur,
kesehatan, watak dan harapan. (Z1.1)
 Faktor sosial, meliputi hubungan
kekeluargaan, pandangan masyarakat,
kesempatan berekreasi, kegiatan
perserikatan pekerja, kebebasan
berpolitik, dan hubungan
kemasyarakatan. (Z1.2)
 Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi
upah, pengawasan, ketentraman kerja,
kondisi kerja, dan kesempatan untuk
maju. (Z1.3)
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PADA MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA

 4. Kinerja (Y)
 Kinerja merupakan catatan perolehan yang
dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu
atau kegiatan selama suatu periode waktu
tertentu.
 Kuantitas pekerjaan (Y1.1)
 Kuantitas pekerjaan adalah jumlah atau
banyaknya pekerjaan yang dihasilkan pegawai.
 Kualitas pekerjaan (Y1.2)
 Salah satu cara untuk mengetahui tinggi
rendahnya kinerja pegawai dilihat dari sejauh
mana pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan kualitas yang baik.
 Ketepatan Waktu (Y1.3)
 Salah satu cara untuk mengetahui tinggi
rendahnya kinerja pegawai apabila
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
PADA MANAJEMEN PEMASARAN

1. Biaya beralih (switching cost) adalah pengorbanan yang dirasakan nasabah untuk
menghentikan hubungan dbiaya untuk pindah ke alternatif lain. Indikator-
indikator yang digunakan meliputi:
 Biaya provisi
 Biaya administrasi kredit
 Commitment fee kredit
 Biaya pengikatan jaminan
2. Manfaat relasional (relationship benefits) adalah persepsi nasabah terhadap semua
keuntungan yang diperoleh selama menjalin hubungan dengan bank . Indikator-
indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Suku bunga kompetitif,
 Bantuan konsultasi
 Kelonggaran pengembalian pinjaman, ketika perusahaan menghadapi kesulitan
keuangan.
 Proses kredit lebih cepat.
 Layanan lebih baik
 Dapat memperluas relasi.
3. Ikatan sosial (social bonding) adalah perasaan adanya persamaan, kedekatan
hubungan personal dan persahabatan antara nasabah dengan bank swasta.
Variabel ikatan sosial diukur dalam 5 indikator sebagai berikut:
 Perasaan persahabatan
 Interaksi dalam suasana informal
 Pembicaraan isu di luar masalah bisnis.
 Interaksi di luar hubungan bisnis bersama dengan orang-orang bank swasta
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
PADA MANAJEMEN PEMASARAN

4. Service Excellence adalah persepsi nasabah terhadap frekuensi dan kualitas Service Excellence yang
dilakukan bank. Indikator-indikator yang digunakan meliputi:
 Inisiatif menghubungi nasabah.
 Keterbukaan memberikan informasi jika diminta.
 Aksesibilitas
5. Reputasi bank adalah persepsi nasabah terhadap kualitas atau karakter bank swasta secara umum.
Pada penelitian ini reputasi diukur dengan indikator-indikator:
 Persepsi terhadap kesehatan bank.
 Manajemen bank.
 Tidak melanggar ketentuan undang-undang (perilaku fraud)
6 .Kepercayaan adalah keyakinan nasabah bahwa bank memiliki kompetensi, integritas, dan dapat
diandalkan mampu menunaikan apa yang dijanjikan. Indikator-indikator untuk mengukur
kepercayaan nasabah adalah sebagai berikut:
 Bank adalah bank yang dapat dipercaya.
 Bank akan bertindak fair (adil/jujur) manakala terjadi perselisihan.
 Bank akan mengambil keputusan tidak merugikan nasabah.
 Bank akan menunaikan apa yang dijanjikan kepada nasabah.
7. Komitmen relasional adalah keinginan nasabah untuk terus menerus memelihara hubungan dengan
bank. Komitmen relasional diukur melalui indikator, yaitu:
 Lebih menguntungkan bagi kami jika tetap menjadi nasabah .bank
 Pilihan terhadap bank tidak akan berubah.
 Meskipun ada yang menyarankan pindah ke bank lain, tetap menggunakan jasa bank yang
bersangkutan.
 Perasaan sulit pindah ke bank lain, selain bank yang bersangkutan.
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
PADA MANAJEMEN PEMASARAN

 Kinerja Pemasaran adalah suatu konsep untuk mengukur


prestasi pasar suatu produk. Untuk mengukur kinerja
pemasaran digunakan 3 indikator, yaitu:
 Market share relatif.
 Tingkat pertumbuhan penjualan.
 Pertumbuhan pelanggan.Bank yang bersangkutan merupakan
pilihan utama, ketika memerlukan jasa bank umum di
kemudian hari.
 Terus menggunakan jasa bank yang bersangkutan masa
mendatang.
 Semua indikator dalam penelitian ini diukur dengan skala
Likert, dimana responden diminta menyatakan pendapat yang
menunjukkan tingkat kesetujuannya, dari sangat tidak setuju
(nilai 1) sampai sangat setuju (nilai 5) untuk setiap pernyataan
yang diajukan. Angka yang dihasilkan dari pengukuran skala
Likert diklasifikasikan sebagai sebagai angka interval (Aaker, et
al., 1995:256), yang menjadi syarat minimal untuk dapat
digunakan asumsi fungsi linier (hubungan fungsional antar
variabel) (Siegel, 1985:35), sebagaimana dihipotesiskan dalam
penelitian ini.
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
PADA MANAJEMEN PEMASARAN

1. Kepuasan Wajib Pajak PPh Badan ( Y )


 Adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesannya terhadap kinerja suatu layanan dengan harapannya.
2. Tangibles ( X1 )
 Yaitu fasilitas phisik seperti perlengkapan kerja, peralatan komunikasi, karyawan yang dimiliki
oleh kantor pelayanan pajak dan digunakan untuk kepentingan Wajib Pajak PPh Badan.
3. Reliability ( X2 )
 Kemampuan kantor pelayana pajak dalam melaksanakan layanan yang dijanjikan seperti
keakuratan data dan dapat dipertanggungjawabkannya data yang disajikan
4. Responsivenes ( X3 )
 Yaitu keinginan untuk membantu wajib pajak dan melaksanakan pelayanan dengan secepatnya.
5. Competence ( X4 )
 Yaitu adanya kemampuan, keahlian dan pengetahuan untuk melaksanakan pelayanan dengan
baik.
6. Courtesy ( X5 )
 Yaitu sikap sopan, hormat dan penuh pertimbangan serta keramahan yang dimiliki oleh para
karyawan yang melakukan hubungan dengan Wajib Pajak PPh Badan .
7. Credibility ( X6 )
 Yaitu sifat jujur, dapat dipercaya dari Kantor Pelayanan Pajak
8. Securities ( X7 )
 Yaitu keamanan dari kerahasiaan laporan keuangan, resiko atau keragu-raguan dalam
melaksanakan transaksi.
9. Communication ( X8 )
 Yaitu pemberian informasi kepada wajib pajak dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
dipahami serta mendengarkan saran dan keluhan Wajib Pajak
PENGUKURAN

Pengukuran : suatu proses kuantifikasi


atribut (kualitatif) dari suatu materi atau
obyek sehingga diperoleh angka (bilangan)
menggunakan aturan tertentu.
PENGUKURAN VARIABEL
 Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan
pengukuran dalam penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini
baru pada tahap menjawab pertanyaan "bagaimana cara
untuk mengukur variabel tersebut"? Selanjutnya muncul
pertanyaan lanjutan; "apa yang diukur" atau "bagaimana
cara merubah konsep, dan "apa alat ukurnya".
 Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu
setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah,
dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur.
Hasil dari pengukuran itu biasanya dilambangkan dalam
bentuk bilangan.
 Posedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi
operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan,
bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu
konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan
atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu
konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi
operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam
mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya. Suatu
SKALA PENGUKURAN
 Davis dan Consenza (1993) : A
measurement scale can be defined as a
device that is used to assign numbers to
aspects of objectsand events.
 Malhotra (1996) : Scaling is the process
of placing the respondents on continum
with respect to their attitude toward
objects or events
 Intinya : perlengkapan untuk
mendapatkan angka (kuantitatif)
berdasarkan sikap responden terhadap
obyek atau kejadian.
Teknik Pembuatan Skala :
 Pembadingan : rangking
 Bukan pembandingan : skala rating
kontinyu dan item
 Model Skala : Likert, Thurstone,
Guttman, Stapel, dll
KONSEP, VARIABEL DAN DIMENSI

KONSEP

VARIABEL

DIMENSI

INDIKATOR

ITEM
Proses Pengukuran Variabel

• Definisi Operasional Variabel (DOV) atau


Konseptualisasi; adalah pemberian arti operasional
terhadap variabel (ada yang menyebut konsep) yang
tercantum di dalam hipotesis penelitia Definisi ini
didasarkan pada teori-teori yang sesuai, agar
pengukuran bersifat valid secara isi (content
validity).
• Identifikasi Dimensi (partikular) dari variabel sesuai
DOV (optional)

Proses…….
 Identifikasi Indikator (partikular) dari
setiap dimensi atau variabel
 Sistem respon yang ingin diukur :
affective domain (perasaan / sikap
terhadap sesuatu), conative domain
(tendensi untuk bertingkah laku) atau
cognitive domain (tahu atau tidak tahu).
 Susun item (pertanyaan) boleh negatif
(unfavorable) atau positif (favorable),
tidak direkomendasikan ada item netral
Proses………
• Tetapkan banyaknya respon pada setiap item : 3,
5, 7, 9 atau 11, yang banyak digunakan adalah 5
• Tetapkan skor (bukan skala) pada setiap respon :
1 = sangat tidak setuju, 2 = setuju, 3 = tidak
punya pilihan, 4 = setuju , 5 = sangat setuju
• Asumsi : harus ada contimum
Proses ……
 Banyaknya respon jawaban setiap item
lebih baik sama
 Tetapkan skala yang akan digunakan.
Hasil pengamatan berupa skor diubah ke
skala (MSI dari Thurston atau Likert
Scale)
 Kembangkan dan susun instrumen
penelitian, berupa daftar pertanyaan
(kuisioner)
 Uji coba instrumen: uji validitas dan
reliabilitas
CONTOH :
Pengukuran Variabel Kualitas Layanan

 DOV menurut Pasuraman et al. (1990)


 Dimensi : Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy danTangibles
 Indikator dimensi Tangibles : penampilan
gedung, peralatan, perlengkapan kantor
dan sarana/media komunikasi yang
dimiliki
 Kembangkan setiap indikator penjadi
pertanyaan : Apakah saudara setuju jika
peralatan kantor perusahaan ini adalah
memadai?
 Sistem respon yang ingin diukur :
affective domain (sikap terhadap sesuatu)
 Banyak respon = 5, untuk semua item
 Model skor :
• (a) sangat setuju (5), setuju (4), tidak ada
pilihan (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak
setuju (1), untuk pertanyaan yang positif
• (b) sangat setuju (2), setuju (2), tidak ada
pilihan (3), tidak setuju (4) dan sangat tidak
setuju (5), untuk pertanyaan yang negatif
 Asumsi: contimum dari sikap
 Tentukan skala yang akan
digunakan: Likert
Untuk alasan kemudahan dan kepraktisan biasanya peneliti menganggap
skor dari setiap respon sekaligus sebagai skala hasil pengukuran

SangatSetuju Setuju Tdk Pny Pil Tidak Setuju Sngat Tdk Stj
Mendekati
5 4 3 2 1Interval

SangatSetuju Setuju Tidak Setuju Sngat Tdk Stj

5 4 2 Mendekati
1
Interval
Ordinal
4 3 2 1
SangatSetuju Setuju Tidak Setuju Sngat Tdk Stj

5 4 2 Mendekati
1
Interval
4 3 2 Ordinal
1
Sharma (1996) : Interval scale; the differences between the successive
categories are equal
Sekaran (1992) : Skala Likert dapat menghasilkan data interval
UJI COBA INSTRUMEN
• Kondisi uji coba harus menjamin diperolehnya data yang benar-
benar mencerminkan keadaan sebenarnya
• Dilakukan sekurang-kurangnya terhadap 30 responden

ANALISIS HASIL UJI COBA


Uji validitas :
• Face validity : Koreksi dari ahli
• Unidimensionalitas: GFI > 0.90 (LISREL atau AMOS)
• Unidimensionalitas: An. Faktor Konfirmatori sig. 1 faktor (SPSS)
• Kriteria: r > 0.3 ; korelasi skor indikator dengan skor total (SPSS)

Uji Reliabilitas :
•Internal consistency : Alpha Cronbach,   0.60 (SPSS)
• Construct Reliabity : ρη (SEM, LISREL, AMOS)
PENGERTIAN INDIKATOR

1. Ukuran tidak
langsung dari suatu
kejadian atau kondisi
(wilson, 1993)

2. Variabel yang
mengindikasikan
atau memberi
petunjuk suatu
keadaan sehingga
dapat digunakan
untuk mengukur
suatu perubahan
(Green,1992)
PENTINGNYA INDIKATOR
• Konteks : Dimana posisi
saat ini
PERENCANAAN
• Perencanaan : kita ingin
kemana
• Masukan : Apa yang kita
MONITORING perlukan
• Proses : Bagaimana cara
melakukan
• Output : Apa yang kita
EVALUASI
hasilkan
• Outcome : Apa yang cita
capai manfaatnya
• Impact : manfaat yang
POSISI SAAT INI
lebih luas

Anda mungkin juga menyukai