Anda di halaman 1dari 46

ANGGARAN DASAR

PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA

MUQADDIMAH
Sesungguhnya Islam telah diwahyukan oleh Allah SWT sebagai ajaran yang
hak dan sempurna, untuk mengatur kehidupan manusia sesuai dengan
fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri
kepadaNya.

Islam mengajarkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia yaitu


perpaduan keseimbangan antara kehidupan ukhrowi dan duniawi, individu
dan masyarakat serta iman, ilmu, dan amal dalam mencapai kesejahteraan,
kedamaian, keadilan, keberadaban, ketertiban dan kebahagian hidup.

Berkat rahmat Allah SWT, ummat Islam Indonesia sebagai bagian


terbesar bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari
kaum penjajah. Oleh karena itu ummat Islam berkewajiban mengisi
kemerdekaan ini dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dibawah lindungan Allah yang Maha Pengampun.

Bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah


dalam rangka mengisi cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945. Di dalam pasal 29 ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa “ Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Artinya dalam mengisi
kemerdekaan ini sangat logis masyarakat menggunakan Islam sebagai
dasar organisasinya.

Pekerja muslim sebagai bagian dari umat Islam Indonesia yang menyadari
hak dan kewajibannya, dituntut peran serta dan tanggung jawabnya dalam
mengemban misi Islam untuk mewujudkan nilai-nilai aqidah, kemanusiaan
yang berdasarkan fitrah, terbinanya ukhuwah Islamiyah, tumbuhnya
masyarakat yang senantiasa berhikmah kebijaksanaan dalam musyawarah,
serta tegaknya nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT.

Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan Taufiq dan Hidayah Allah
SWT, serta usaha-usaha yang terencana, teratur dan penuh hikmah dengan
mengharap ridho Allah, kami Pekerja Muslim Indonesia menghimpun diri
dalam jama’ah Persaudaraan dengan pedoman Anggaran Dasar (AD).
BAB I
NAMA, BENTUK, SIFAT, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
NAMA

Organisasi ini bernama Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia disingkat PPMI

Pasal 2
BENTUK

Organisasi ini adalah Persaudaraan Pekerja yang berbentuk federasi dari Persaudaraan -
Persaudaraan Pekerja berdasarkan sektor pekerja baik formal maupun informal dan
Persaudaraan - Persaudaraan Anggota ditingkat Unit Kerja dan atau Perusahaan.

Pasal 3
SIFAT

PPMI bersifat independen, ikhlas, jujur, militan, musyawarah, profesional dan


bertanggungjawab.

Pasal 4
WAKTU DAN KEDUDUKAN

1. PPMI didirikan di Bogor pada tanggal 4 Dzulqa’idah 1418 H, bertepatan dengan


tanggal 03 Maret 1998 , sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
2. PPMI didirikan oleh Para Dewan Pendiri PPMI yaitu : IBRAHIM MADILAW
Prof. DR. H. EGGI SUDJANA ; SH. MS.i ; Ir. H. IMBANG JAYA
DR. Ir. MUHAMMAD NUSKHI, MS.i ; Drs. JAYA SAMANTHA ; DENI DARURI
H. TAMSIL LINRUNG ; DR. HAMDAN ZOELVA, SH, MH. ; M. NUR LAPONG, SH
FASIUN SINAPU, SH ; ISMAIL PELU ; JOHAN TAMANG
DR. TAQYUDDIN, SH.MH ; AHYAR ELDIN ; BACHARUDDIN ZEIN
HAMID ANNADAR ; RAHMAN NA’ANSYAH ; TAUFIQ RAHMAN
3. PPMI berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, FUNGSI DAN KEKUASAAN

Pasal 5
AZAS

P P M I berazaskan ISLAM

Pasal 6
FUNGSI

PPMI berfungsi sebagai :

1. Fungsi Integrasi, yaitu berperan sebagai wadah pemersatu dan menggalang


persaudaraan kaum pekerja Indonesia.
2. Fungsi Edukasi, yaitu berperan untuk membina anggotanya agar memiliki kepribadian
Islami, etos kerja yang tinggi amanah dan bersikap profesional disertai dengan
pengetahuan dan ketrampilan memadai.
3. Fungsi Mediasi, yaitu berperan sebagai penghubung , penengah dan wasit yang adil
dalam penghadapi perselisihan antara pekerja dengan pemilik usaha. Sedangkan bagi
pemilik usaha berfungsi untuk membina hubungan dengan pekerja secara jujur dan
adil.
4. Fungsi Advokasi, yaitu berperan membantu, melindungi hak-hak dan membela
kepentingan serta menyalurkan aspirasi pekerja dalam bentuk advokasi kebijakan dan
advokasi jalanan.
5. Fungsi Artikulasi, yaitu berperan mengenalkan ide/konsep Islam yang berhubungan
dengan para pekerja, memperjuangkan peningkatan syarat-syarat kerja, kesejahteraan
dan perbaikan taraf hidup serta penghasilan yang layak bagi pekerja.
6. Fungsi Informasi, yaitu berperan sebagai penyedia informasi, baik bagi para calon
pekerja yang mencari pekerjaan, maupun dunia usaha dan pemerintah mengenai
kondisi para pekerja Indonesia.
7. Fungsi Aliansi, yaitu berperan dan senantiasa menjalin hubungan dengan lembaga
terkait, organisasi sejenis dalam proses pengambilan keputusan politik
ketenagakerjaan serta melakukan kontrol sosial terhadap pelaksanaannya dan
membentuk aliansi strategis dengan kekuatan pekerja dalam maupun luar negeri.
8. Fungsi Koorporasi, yaitu berperan membentuk lembaga usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota.

Pasal 7
KEKUASAAN

Kekuasaan tertinggi pada PPMI ada di tangan MUKTAMAR

BAB III
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 8
TUJUAN

Terbinanya pekerja menjadi pekerja yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
profesional, dihargai harkat dan martabatnya, memiliki daya tawar yang tinggi, terlindungi
hak-hak dan kepentingannya secara adil, terpenuhi kesejahteraannya serta tumbuhnya
rasa persaudaraan yang tinggi diantara pekerja.

Pasal 9
USAHA

1. Meningkatkan program pembinaan keislaman bagi para pekerja dan anggota PPMI
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pekerja dan anggota PPMI.
3. Menyediakan informasi peluang kerja dan menyalurkan tenaga kerja yang
mempunyai loyalitas, integritas, dan profesional diberbagai bidang.
4. Menjalin kerjasama dengan pihak pemilik usaha dalam upaya menciptakan
suasana kerja yang kondusif bagi peningkatan prestasi dan produktivitas pekerja.
5. Meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan pekerja.
6. Melakukan pembelaan dan advokasi hukum terhadap pekerja serta menyediakan
pelayanan mediator dalam perselisihan antara pekerja dan pemilik usaha.
7. Membuat jaringan yang kuat antara pekerja dan atau sesama anggota PPMI.
8. Menggalang dana ummat untuk kesejahteraan anggota PPMI dan keluarganya.
9. Mengadakan usaha-usaha ekonomi untuk kesejahteraan pekerja, anggota PPMI
dan Keluarganya.
10. Melakukan kerjasama dengan badan-badan pemerintah dan swasta serta
organisasi-organisasi lain didalam maupun luar negeri untuk melaksanakan usaha-
usaha yang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan organisasi.
BAB IV
PANJI, LAMBANG DAN LAGU

Pasal 10
Panji

Disamping Sang Saka Merah Putih sebagai bendera nasional , PPMI mempunyai panji
berwarna putih sebagai dasar dengan lambang organisasi ditengahnya.

Pasal 11
LAMBANG

Lambang PPMI mewujudkan pencerminan :


1. Warna dasar putih melambangkan keikhlasan, kejujuran dan kesucian.
2. Tiang warna merah melambangkan persaudaraan pekerja dalam memperjuangkan
hak-haknya dengan keteguhan dan militansi.
3. Bendera warna biru melambangkan kesejahteraan dan kedamaian para pekerja.
4. Bulan sabit dan bintang segi delapan melambangkan simbol Islam yang merupakan
pedoman PPMI.

Pasal 12
LAGU

PPMI mempunyai Lagu berupa Mars PPMI dan Hymne PPMI

BAB V
ATRIBUT, IKRAR DAN DOA

Pasal 13
ATRIBUT

PPMI mempunyai atribut berupa : Uniform, Topi, Badge, Rompi, Jaket, Kaos dan Bendera

Pasal 14
IKRAR

1. PPMI mempunyai ikrar sebagai pernyataan tekad dan semangat bagi anggota/
pengurus dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
dan meningkatnya kualitas serta terpenuhi hak-haknya.
2. Naskah selengkapnya dari ikrar PPMI serta tata cara pengungkapannya diatur secara
rinci dalam ART (Anggaran Rumah Tangga).

Pasal 15
DO’A

1. PPMI mempunyai doa wajib sebagai ungkapan harapan agar memiliki hikmah, menjadi
orang yang soleh, memiliki tutur kata yang baik bagi generasi penerus dan
mempusakai kenikmatan surga.
2. Naskah selengkapnya dari doa tersebut dan tatacara pengungkapannya diatur secara
rinci dalam ART (Anggaran Rumah Tangga).
BAB VI
KEANGGOTAAN

Pasal 16
ANGGOTA

PPMI beranggotakan Persaudaraan-Persaudaraan Pekerja berdasarkan Sektor Pekerjaan


baik formal maupun informal dan atau ditingkat unit kerja dan atau lembaga-lembaga yang
berbadan hukum baik negeri dan atau swasta dan atau perusahaan dalam dan luar negeri.

Pasal 17
HAK - HAK ANGGOTA

Setiap anggota PPMI mempunyai :


1. Hak bicara dan mengeluarkan pendapat.
2. Hak mencalonkan, memilih dan dipilih.
3. Hak usul dan menyokong usul perubahan terhadap kebijakan organisasi didalam
forum musyawarah dan atau rapat.
4. Hak memperoleh informasi, bimbingan, pendidikan, perlindungan dan pembelaan dari
organisasi.
5. Hak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi.
6. Hak membela diri.
7. Hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan dan atau keputusan-keputusan
organisasi.

Pasal 18
KEWAJIBAN ANGGOTA

Setiap anggota PPMI berkewajiban :


1. Mentaati AD, ART, Peraturan-peraturan dan keputusan organisasi.
2. Membela dan menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi.
3. Mengamankan dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam program-program
organisasi serta membantu pimpinan dan pengurus dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
4. Mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh organisasi.
5. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.
6. Memiliki Kartu Tanda Anggota Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia yang sah.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI DAN WEWENANG
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA

Pasal 19
STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi PPMI secara vertikal adalah sebagai berikut :


1. Tingkat Pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Pekerja Muslim
Indonesia atau disingkat dengan DPP PPMI.
2. Tingkat Wilayah meliputi daerah Provinsi atau yang disamakan dengan itu, yang
dipimpin oleh Dewan Pengurus Wilayah Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia atau
disingkat dengan DPW PPMI.
3. Tingkat Cabang didasarkan atas potensi industri, jasa dan profesi yang meliputi wilayah
Kabupaten/ Kota atau yang disamakan dengan itu yang dipimpin oleh Dewan Pengurus
Cabang Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia atau disingkat DPC PPMI.
4. Ditingkat Unit Kerja dibentuk Persaudaraan Pekerja Anggota Persaudaraan Pekerja
Muslim Indonesia disingkat PPA PPMI.
5. Ditingkat Pusat dibentuk Dewan Pertimbangan Nasional PPMI, Dewan penasehat dan
Mahkamah Organisasi DPP PPMI.
6. Ditingkat DPW PPMI, DPC PPMI dan PPA PPMI di bentuk Dewan Penasehat.

Pasal 20
KOORDINASI HORIZONTAL
PPMI melaksanakan fungsi koordinasi horizontal terhadap Persaudaraan Pekerja Sektor
baik formal maupun informal sesuai jenjang organisasi.

Pasal 21
SUSUNAN ORGANISASI

Susunan organisasi secara vertikal diatur oleh masing-masing tingkatan dengan mengacu
kepada AD/ART PPMI.

Pasal 22
BADAN OTONOM
Untuk melaksanakan aktivitas tertentu secara permanen dan atau bersifat komersial,
maka DPP PPMI, DPW PPMI dan DPC PPMI dapat membentuk Badan Otonom.

Pasal 23
WEWENANG PENGURUS PPMI

Pengurus PPMI berwenang :


1. Menetapkan kebijakan umum organisasi.
2. Menyelesaikan perbedaan pendapat didalam tubuh organisasi atau antar anggota
yang tidak terselesaikan sesuai dengan ketentuan organisasi.
3. Dalam keadaan luar biasa yang dapat membahayakan organisasi maupun Negara,
dapat mengambil tindakan terhadap anggota berupa teguran atau pemberhentian
sementara.khusus pemberhentian tetap dilakukan oleh DPP atas persetujuan
mahkamah organisasi.
4. Melakukan pembelaan kepada Anggota dan keluarganya serta pribadi - pribadi yang
memberikan kuasa untuk melakukan pembelaan diseluruh Institusi Yudikatif, Legislatif
dan Eksekutif di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia di semua
Pengadilan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
5. Berunding untuk dan atas nama anggota dengan pemerintah, pengusaha danatau
Organisasi Gabungan Pengusaha sejenis;
6. Mengorganisir aksi-aksi dan pemogokan ditingkat Nasional, Regional dan tingkat
perusahaan, setelah mendapatkan persetujuan Pengurus dan Tim Advokasi;
7. Memberikan sanksi teguran, surat peringatan dan skorsing kepada pengurus dan
anggota.

BAB VIII
STRUKTUR KEKUASAAN

Pasal 24
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Jenis Musyawarah dan rapat-rapat terdiri dari :


1. Tingkat Pusat :
a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa
c. Musyawarah Kerja Nasional
d. Rapat Pengurus Pleno Pusat
e. Rapat Pengurus Harian DPP PPMI
2. Tingkat Wilayah :
a. Musyawarah Wilayah
b. Musyawarah Wilayah Luar Biasa
c. Musyawarah Kerja Wilayah
d. Rapat Pengurus Pleno Wilayah
e. Rapat Pengurus Harian DPW PPMI
3. Tingkat Cabang :
a. Musyawarah Cabang
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa
c. Musyawarah Kerja Cabang
d. Rapat Pengurus Pleno Cabang
e. Rapat Pengurus Harian DPC PPMI
4. Tingkat PPA :
a. Musyawarah PPA
b. Musyawarah PPA Luar Biasa
c. Rapat Kerja PPA
d. Rapat Pengurus Pleno PPA
e. Rapat Pengurus Harian PPA

BAGIAN I
MUKTAMAR

Pasal 25
MUKTAMAR

1. Muktamar merupakan Musyawarah utusan PPS, DPLN, DPW dan DPC


2. Peserta Muktamar terdiri dari :
a. Dewan Pertimbangan Nasional PPMI
b. Dewan Penasehat DPP PPMI
c. Mahkamah Organisasi DPP PPMI
d. DPP PPMI
e. Utusan DPP PPS PPMI
f. Utusan Badan Otonom Tingkat Pusat
g. Utusan DPLN PPMI
h. Utusan DPW PPMI
i. Utusan DPC PPMI
j. Utusan PPA PPMI
k. Undangan sebagai Peninjau
3. Muktamar Pemegang kekuasaan tertinggi organisasi.
4. Muktamar diadakan 5 (Lima) tahun sekali.
5. Panitia Pelaksana Muktamar dibentuk oleh DPP PPMI Paling Lambat 2 (dua) Bulan
sebelum Periode Kepengurusan Berakhir
6. Muktamar dapat ditunda paling lama 1 (satu) tahun atas permintaan peserta
Mukhtamar atau Rapat Pleno Pusat.
7. Apabila setelah ditunda paling lama 1(satu) tahun ternyata tidak dapat dilaksanakan
Muktamar, maka atas kesepakatan lebih dari setengah jumlah peserta Mukhtamar
atau Rapat Pleno Pusat, maka dibentuk Panitia Khusus yang bertugas melaksanakan
Muktamar.

Pasal 26
KEKUASAAN / WEWENANG MUKTAMAR

1. Menetapkan AD/ART, menilai laporan pertanggungjawaban DPP PPMI, menetapkan


Program Kerja Nasional, Pedoman-Pedoman Pokok Khithoh Perjuangan dan Garis-
garis Besar Haluan Organisasi.
2. Memilih Dewan Pengurus Pusat dengan jalan memilih Presiden merangkap sebagai
ketua Formatur dan kemudian memilih minimal 4 (Empat) Anggota Formatur.
3. Memilih ketua Dewan Pertimbangan Nasional, Ketua Dewan Penasehat, Ketua
Mahkamah Organisasi.

Pasal 27
MUKTAMAR LUAR BIASA

Muktamar luar biasa dapat dilaksanakan bilamana :


1. Presiden DPP PPMI telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
dan Peraturan Organisasi lainnya.
2. Organisasi DPP PPMI dalam keadaan darurat yang membahayakan persatuan dan
kesatuan dan atau keadaan lainnya yang membahayakan kelangsungan hidup
organisasi.
3. Adanya suatu keadaan yang dihadapi oleh organisasi yang mengharuskan perlunya
perubahan AD/ ART.
4. Presiden telah mengundurkan diri.

Pasal 28
INISIATIF DAN WEWENANG MUKTAMAR LUAR BIASA

1. Muktamar Luar Biasa dapat dilaksanakan atas inisiatif atau usulan 2/3 Dewan
Pengurus Wilayah (DPW), Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) PPMI dan disetujui
oleh setengah tambah satu Pengurus DPP PPMI.
2. Sebelum melaksanakan Muktamar Luar Biasa DPP PPMI berkonsultasi dan mendapat
persetujuan Mahkamah Organisasi.
3. Kewenangan Muktamar Luar Biasa sama dengan kewenangan Muktamar.

Pasal 29
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL

1. Musyawarah Kerja Nasional adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil Program
Kerja Nasional
2. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh :
a. Dewan Pertimbangan Nasional PPMI
b. Dewan Penasehat DPP PPMI
c. Mahkamah Organisasi DPP PPMI
d. DPP PPMI
e. Utusan DPP PPS
f. Utusan Badan Otonom Tingkat Pusat
g. Utusan DPLN PPMI
h. Utusan DPW PPMI
i. Utusan DPC PPMI
j. Utusan PPA PPMI
3. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun.
4. Musyawarah Kerja Nasional dipimpin oleh DPP PPMI.

Pasal 30
RAPAT PENGURUS PLENO PUSAT

1. Rapat Pengurus Pleno Pusat adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil Rapat
Pengurus harian
2. Rapat Pengurus Pleno Pusat dihadiri oleh:
a. Dewan Pertimbangan Nasional PPMI
b. Dewan Penasehat DPP PPMI
c. Mahkamah Organisasi DPP PPMI
d. DPP PPMI
e. DPP PPS PPMI
f. Pengurus Badan Otonom Tingkat Pusat
3. Rapat Pengurus Pleno diadakan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Rapat Pengurus Pleno Pusat dipimpin oleh Presiden atau yang mewakili DPP PPMI.

Pasal 31
RAPAT PENGURUS HARIAN PUSAT

1. Rapat pengurus harian adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi dalam rangka
mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil Rapat Pengurus
Pleno Pusat.
2. Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh seluruh Dewan Pengurus harian DPP PPMI.
3. Rapat Pengurus harian diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
4. Rapat Pengurus harian dipimpin oleh Presiden atau yang ditunjuk oleh presiden.

BAGIAN II
MUSYAWARAH WILAYAH

Pasal 32
MUSYAWARAH WILAYAH

1. Musyawarah Wilayah diadakan 4 (empat) tahun sekali dan dihadiri oleh :


a. DPP PPMI
b. Dewan Penasehat DPW PPMI
c. DPW PPMI
d. Utusan DPW PPS PPMI
e. Utusan Badan Otonom Tingkat Wilayah
f. Utusan DPC PPMI
g. Utusan PPA PPMI
2. Musyawarah Wilayah berwenang untuk :
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum DPW PPMI.
b. Menetapkan Program Kerja Wilayah sebagai penjabaran dari Program Kerja
Nasional.
c. Memilih Dewan Pengurus Wilayah dengan jalan memilih Ketua Umum merangkap
sebagai Ketua Formatur dan kemudian memilih 2 (dua) Anggota Formatur.
d. Memilih Ketua Dewan Penasehat DPW PPMI.

Pasal 33
MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA

Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana Ketua Umum DPW PPMI
telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan
organisasi lainnya atau telah mengundurkan diri.

Pasal 34
INISIATIF DAN KEWENANGAN MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dilaksanakan atas inisiatif atau diusulkan oleh 2/3
dari jumlah pengurus Cabang dan mendapat rekomendasi dari DPP PPMI melalui
keputusan Mahkamah Organisasi.
2. Kewenangan Musyawarah Wilayah Luar Biasa sama dengan kewenangan
Musyawarah Wilayah.
Pasal 35
MUSYAWARAH KERJA WILAYAH

1. Musyawarah Kerja Wilayah adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksaan Program Kerja
Organisasi ditingkat Wilayah.
2. Musyawarah Kerja Wilayah dihadiri oleh :
a. DPP PPMI
b. Dewan Penasehat DPW PPMI
c. DPW PPMI
d. Utusan DPW PPS PPMI
e. Utusan Badan Otonom Tingkat Wilayah
f. Utusan DPC PPMI
g. Utusan PPA PPMI
3. Musyawarah Kerja Wilayah diadakan sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun.
4. Musyawarah Kerja Wilayah dipimpin oleh DPW PPMI.

Pasal 36
RAPAT PENGURUS PLENO WILAYAH

1. Rapat Pengurus Pleno Wilayah adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan Hasil
Musyawarah Wilayah.
2. Rapat Pengurus Pleno Wilayah dihadiri oleh :
a. Dewan Penasehat DPW PPMI
b. DPW PPMI
c. DPW PPS PPMI
d. Pengurus Badan Otonom Tingkat Wilayah
3. Rapat Pengurus Pleno Wilayah diadakan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Rapat Pengurus Pleno Wilayah dipimpin oleh Ketua Umum DPW PPMI.

Pasal 37
RAPAT PENGURUS HARIAN WILAYAH

1. Rapat Pengurus Harian Wilayah adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil Rapat
Pengurus Pleno Wilayah.
2. Rapat Pengurus Harian Wilayah dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian DPW PPMI.
3. Rapat Pengurus Harian Wilayah diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
4. Rapat Pengurus Harian Wilayah dipimpin oleh Ketua Umum atau yang ditunjuk oleh
Ketua Umum DPW.

BAGIAN III
MUSYAWARAH CABANG

Pasal 38
MUSYAWARAH CABANG

1. Musyawarah Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh :


a. DPW PPMI
b. Dewan Penasehat DPC PPMI
c. DPC PPMI
d. Utusan DPC PPS PPMI
e. Utusan Badan Otonom Tingkat Cabang
f. Utusan Pengurus PPA PPMI
2. Musyawarah Cabang berwenang untuk :
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum DPC PPMI.
b. Menetapkan Program Kerja Cabang sebagai penjabaran dari Program Kerja
Wilayah
c. Memilih Dewan Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum merangkap
sebagai Ketua Formatur dan kemudian memilih 2 (dua) Anggota Formatur.
d. Memilih Ketua Dewan Penasehat tingkat Cabang.

Pasal 39
MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA

Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana Ketua Umum DPC PPMI
telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan
organisasi lainnya atau telah mengundurkan diri.

Pasal 40
INISIATIF DAN KEWENANGAN MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilakukan atas inisiatif atau usulan 2/3 (dua
pertiga) Kepengurusan PPA PPMI dengan rekomendasi DPP PPMI setelah
mendapat persersetujuan dari Mahkamah Organisasi
2. Kewenangan Musyawarah Cabang Luar Biasa sama dengan kewenangan
Musyawarah Cabang.

Pasal 41
MUSYAWARAH KERJA CABANG
1. Musyawarah Kerja Cabang adalah Forum Evaluasi, Konsultasi, dan Informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksaan Program Kerja
Organisasi ditingkat Cabang.
2. Musyawarah Kerja Cabang dihadiri oleh :
a. DPW PPMI
b. Dewan Penasehat DPC PPMI
c. DPC PPMI
d. Utusan DPC PPS PPMI
e. Utusan Badan Otonom Tingkat Cabang
f. Utusan Pengurus PPA
3. Musyawarah Kerja Cabang diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun..
4. Musyawarah Kerja Cabang dipimpin oleh DPC PPMI.

Pasal 42
RAPAT PENGURUS PLENO CABANG

1. Rapat Pengurus Pleno Cabang adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil
Musyawarah Kerja Cabang
2. Rapat Pengurus Pleno Cabang dihadiri oleh :
a. Dewan Penasehat DPC PPMI
b. DPC PPMI
c. Pengurus DPC PPS PPMI
d. Pengurus Badan Otonom Tingkat Cabang
3. Rapat Pengurus Pleno Cabang diadakan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Rapat Pengurus Pleno Cabang dipimpin oleh DPC PPMI
Pasal 43
RAPAT PENGURUS HARIAN CABANG

1. Rapat Pengurus Harian Cabang adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan hasil Rapat
Pengurus Pleno Cabang.
2. Rapat Pengurus Harian Cabang dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian DPC PPMI.
3. Rapat Pengurus Harian Cabang diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
4. Rapat Pengurus Harian Cabang dipimpin oleh Ketua Umum atau yang mewakili DPC
PPMI.

BAGIAN IV
MUSYAWARAH PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

Pasal 44
MUSYAWARAH PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Musyawarah PPA PPMI diadakan 3 (tiga) tahun sekali dan dihadiri oleh :
a. DPC PPMI
b. Dewan Penasehat PPA PPMI
c. Pengurus PPA PPMI
d. Anggota PPA PPMI
2. Musyawarah PPA PPMI berwenang untuk :
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus PPA PPMI.
b. Menetapkan Program Kerja PPA PPMI sebagai penjabaran dari Program Kerja
Cabang.
3. Memilih Pengurus PPA PPMI dengan jalan memilih Ketua Umum merangkap sebagai
Ketua Formatur dan kemudian memilih 2 (dua) Anggota Formatur.

Pasal 45
MUSYAWARAH PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA LUAR BIASA

Musyawarah PPA PPMI Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana Ketua Umum telah
melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi
lainnya atau telah mengundurkan diri.

PASAL 46
INISIATIF DAN KEWENANGAN
MUSYAWARAH PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA LUAR BIASA

1. Musyawarah PPA PPMI Luar Biasa dapat dilakukan atas inisiatif satu anggota PPA
PPMI dengan didukung sekurang-kurangnya melebihi setengah jumlah anggota PPA
PPMI dan mendapat persetujuan dari DPC PPMI.
2. Kewenangan Musyawarah PPA PPMI Luar Biasa sama dengan kewenangan
Musyawarah PPA PPMI.

Pasal 47
MUSYAWARAH KERJA PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Musyawarah Kerja PPA PPMI adalah Forum Evaluasi, Konsultasi, dan Informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksaan Program Kerja
Organisasi PPA PPMI.
2. Musyawarah Kerja PPA PPMI dihadiri oleh DPC PPMI, Pengurus PPA PPMI dan
utusan anggota.
3. Musyawarah Kerja PPA PPMI diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
4. Musyawarah Kerja PPA PPMI dipimpin oleh Ketua Umum PPA PPMI atau yang
mewakili Pengurus PPA PPMI.

Pasal 48
RAPAT PENGURUS PLENO PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Rapat Pengurus Pleno PPA PPMI adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan Hasil Rapat
harian PPA PPMI.
2. Rapat Pengurus Pleno PPA PPMI dihadiri oleh Dewan Penasehat PPA PPMI,
Mahkamah Organisasi PPA PPMI dan Pengurus PPA PPMI serta Utusan Anggota
PPA PPMI.
3. Rapat Pengurus Pleno PPA PPMI diadakan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Rapat Pengurus Pleno PPA PPMI dipimpin oleh Ketua Umum PPA PPMI.

Pasal 49
RAPAT PENGURUS HARIAN PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Rapat Pengurus Harian PPA PPMI adalah Forum Evaluasi, Konsultasi dan Informasi
dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan Hasil Rapat
Pengurus PPA PPMI.
2. Rapat Pengurus Harian PPA PPMI dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian PPA PPMI.
3. Rapat Pengurus Harian PPA PPMI diadakan sedikitnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
4. Rapat Pengurus Harian PPA PPMI dipimpin oleh Ketua Umum atau yang mewakili
Pengurus PPA PPMI.

BAGIAN V
Pasal 50
SUSUNAN DEWAN PENGURUS PUSAT

Susunan Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (DPP PPMI)
terdiri dari :
1. Pengurus Harian
2. Pengurus Pleno

Pasal 51
PENGURUS HARIAN

1. Pengurus Harian DPP PPMI terdiri dari :


a. Presiden
b. Beberapa Ketua Bidang
c. Sekretaris Jenderal
d. Beberapa wakil Sekretaris
e. Bendahara Umum
f. Beberapa orang Bendahara
2. Pengurus Harian merupakan pelaksanaan tugas sehari-hari DPP PPMI ditingkat
Pusat.
3. Pengurus Harian berwenang melaksanakan segala tindakan kepengurusan
maupun kepemilikan atas nama organisasi, baik diluar maupun dimuka pengadilan
dengan pembatasan khusus untuk melepaskan atau menjaminkan barang tetap
atau meminjamkan uang organisasi, harus dengan persetujuan Rapat Pleno DPP
PPMI.
4. Presiden atau Vice presiden atau salah seorang Ketua yang ditunjuk dalam
mewakili pengurus atas nama DPP PPMI.
5. DPP PPMI mewakili PPMI dalam forum-forum tripartit dan forum-forum organisasi
pekerja ditingkat nasional dan internasional.
6. Jumlah anggota Pengurus Harian DPP PPMI ditentukan sesuai kebutuhan.
7. Tugas pokok Presiden adalah mengkoordinasikan dan mengarahkan agar
pelaksanaan organisasi berjalan sesuai dengan AD/ ART dan Garis-Garis Besar
Haluan Organisasi (GBHO) serta Program Kerja Nasional.
8. Masa jabatan DPP PPMI adalah 5 (lima) tahun.
9. Masa jabatan Presiden DPP PPMI maksimal 2 (dua) kali priode dan tidak dapat
dipilih kembali.
10. Jika Presiden DPP PPMI berhalangan tetap, secara otomatis Sekretaris Jenderal,
Bendahara dan dua orang Ketua Bidang diangkat menjadi pengganti Presiden
sampai masa jabatan berakhir melalui Pleno DPP setelah mendapat rekomendasi
Mahkamah Organisasi.

Pasal 52
PENGURUS PLENO

1. Pengurus Pleno DPP PPMI terdiri dari Ketua Dewan Pertimbangan Nasional PPMI,
Ketua Dewan Penasehat DPP PPMI, Ketua Mahkamah Organisasi DPP PPMI,
Pengurus Harian DPP PPMI, Departemen-Departemen ditambah dengan wakil-wakil
dari DPP PPS PPMI dan Badan-badan Otonom Tingkat Pusat masing-masing 1 (satu)
orang.
2. Wakil-wakil sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, adalah para Ketua Umum dari
DPP PPS PPMI dan Ketua Umum Badan-badan Otonom Tingkat Pusat secara ex
officio.

Pasal 53
WEWENANG PENGURUS PLENO

1. Pengurus Pleno berwenang merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan


organisasi yang bersifat umum, Afiliasi dan atau Disafiliasi dengan organisasi lain.
2. Pengurus Pleno berwenang mengevaluasi kebijakan Presiden DPP PPMI sampai
Rapat Pleno berikutnya.
3. Pengurus Pleno bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Presiden DPP PPMI menjadi Ketua Pleno DPP PPMI.

Pasal 54
SUSUNAN DEWAN PENGURUS WILAYAH

Susunan Dewan Pengurus Wilayah Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia terdiri dari :
1. Pengurus Harian.
2. Pengurus Pleno.

Pasal 55
PENGURUS HARIAN WILAYAH

1. Pengurus Harian DPW PPMI terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Beberapa orang Ketua/ Wakil Ketua
c. Sekretaris Umum
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara Umum
f. Beberapa orang Wakil Bendahara
2. DPW PPMI bertugas mengkoordinasikan dan menggerakkan PPA/PPS/DPC
diwilayahnya, mewakili PPMI dalam forum tripartit dalam rangka ikut menyusun
kebijakan ketenagakerjaan dan membela kepentingan PPMI diwilayah masing-
masing.
3. Pengurus harian berwenang melaksanakan segala tindakan kepengurusan maupun
kepemilikan atas nama organisasi baik diluar maupun dimuka pengadilan,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi. Dengan pembatasan khusus untuk
melepaskan atau meminjamkan barang tetap atau peminjamkan uang organisasi,
harus dengan persetujuan rapat pleno DPW PPMI.
4. Ketua umum atau salah seorang ketua yang ditunjuk dalam mewakili pengurus atas
nama DPW PPMI.
5. Jumlah anggota DPW PPMI dipilih dari unsur-unsur perangkat PPMI dan jumlahnya
disesuaikan dengan keadaan wilayah.
6. DPW PPMI dikukuhkan oleh DPP PPMI.
7. DPW PPMI bertanggung jawab kepada DPP PPMI dan Musyawarah Wilayah.
8. DPW PPMI dapat dilengkapi dengan DPW PPS PPMI dan Badan-badan Otonom
sebagai Pengurus Pleno sesuai dengan potensi dan perkembangan di Wilayahnya.
9. Masa jabatan DPW PPMI adalah 5 (lima) tahun.
10. Masa jabatan Ketua Umum DPW PPMI maksimal 2 (dua) kali periode dan tidak dapat
dipilih kembali.
11. Jika Ketua Umum DPW PPMI berhalangan tetap, maka dapat diangkat pejabat Ketua
Umum oleh Rapat Pleno DPW PPMI.

Pasal 56
PENGURUS PLENO WILAYAH

1. Pengurus Pleno DPW PPMI terdiri dari Ketua Dewan Penasehat DPW PPMI, Ketua
Mahkamah Organisasi DPW PPMI, Pengurus Harian DPW PPMI, Departemen-
Departemen ditambah dengan wakil-wakil dari DPW PPS PPMI dan Badan-badan
Otonom Tingkat Wilayah masing-masing 1 (satu) orang.
2. Wakil-wakil sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, adalah para Ketua Umum dari
DPW PPS PPMI dan Ketua Umum Badan-badan Otonom Tingkat Wilayah secara ex
officio.

Pasal 57
WEWENANG PENGURUS PLENO WILAYAH

1. Pengurus Pleno berwenang merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan


organisasi yang bersifat umum.
2. Pengurus Pleno berwenang mengevaluasi kebijakan Pengurus Harian DPW PPMI
sampai Rapat Pleno berikutnya.
3. Pengurus Pleno bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Ketua Umum DPW PPMI menjadi Ketua Pleno DPW PPMI.

BAGIAN VII
Pasal 58
SUSUNAN PENGURUS CABANG

Susunan Dewan Pengurus Cabang Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia terdiri dari :
1. Pengurus Harian.
2. Pengurus Pleno.

Pasal 59
PENGURUS HARIAN CABANG

1. Dewan Pengurus Cabang Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Beberapa orang Ketua
c. Sekretaris Umum
d. Beberapa orang Sekretaris
e. Bendahara Umum
f. Beberapa orang Bendahara
2. DPC PPMI bertugas mengkoordinasikan dan menggerakkan PPS/PPA PPMI
dicabangnya, mewakili PPMI dalam forum tripartit dalam rangka ikut menyusun
kebijakan ketenagakerjaan dan membela kepentingan PPMI di wilayah masing-
masing.
3. Pengurus Harian berwenang melaksanakan segala tindakan kepengurusan
maupun kepemilikan atas nama organisasi baik diluar maupun dimuka pengadilan,
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dengan pembatasan khusus untuk
melepaskan atau meminjamkan barang tetap atau peminjamkan uang organisasi,
harus dengan persetujuan Rapat Pleno DPC PPMI.
4. Ketua Umum atau salah seorang Ketua yang ditunjuk dalam mewakili DPC PPMI.
5. Jumlah anggota DPC PPMI dipilih dari unsur-unsur perangkat PPMI dan jumlahnya
disesuaikan dengan keadaan Cabang.
6. DPC PPMI dikukuhkan oleh DPW PPMI.
7. DPC PPMI bertanggung jawab kepada DPW PPMI dan Musyawarah Cabang.
8. DPC PPMI dapat dilengkapi dengan DPC PPS PPMI dan Badan-badan Otonom
sebagai Pengurus Pleno sesuai dengan potensi dan perkembangan Cabang-
cabangnya.
9. Masa jabatan DPC PPMI adalah 4 (empat) tahun.
10. Masa jabatan Ketua Umum Cabang maksimal 2 (dua) kali periode dan tidak dapat
dipilih kembali.
11. Jika Ketua Umum DPC PPMI berhalangan tetap, maka dapat diangkat pejabat
Ketua umum oleh Rapat Pleno DPC PPMI.

Pasal 60
PENGURUS PLENO CABANG

1. Pengurus Pleno DPC PPMI terdiri dari Ketua Dewan Penasehat DPC PPMI, ,
Pengurus Harian DPC PPMI, Departemen-Departemen ditambah dengan wakil-wakil
dari DPC PPS PPMI dan Badan-badan Otonom Tingkat Cabang masing-masing 1
(satu) orang.
2. Wakil-wakil sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, adalah para Ketua Umum dari
DPC PPS PPMI dan Ketua Umum Badan-badan Otonom Tingkat Cabang secara ex
officio.

Pasal 61
WEWENANG PENGURUS PLENO CABANG

1. Pengurus Pleno berwenang merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan


organisasi yang bersifat umum.
2. Pengurus Pleno berwenang mengevaluasi kebijakan Pengurus Harian DPC PPMI
sampai Rapat Pleno berikutnya.
3. Pengurus Pleno bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
4. Ketua DPC PPMI menjadi Ketua Pleno DPC PPMI.
BAGIAN VIII
PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

Pasal 62
SUSUNAN PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Susunan Pengurus PPA PPMI paling tidak terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Beberapa Ketua Bidang
c. Sekretaris Umum
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara Umum
f. Beberapa Wakil Bendahara
2. Pengurus PPA PPMI bertugas melakukan pembelaan, mengkoordinasikan dan
menggerakan anggota PPMI ditempat kerjanya masing-masing.
3. Pengurus Pleno PPA PPMI adalah Dewan Penasehat PPA PPMI, Pengurus Harian
PPA PPMI, Departemen-departemen ditambah perwakilan dari anggota.
4. Jumlah anggota Pengurus PPA PPMI disesuaikan dengan keadaan masing-masing
PPA PPMI.
5. Pengurus PPA PPMI dikukuhkan oleh DPC PPMI dan atau DPP PPMI apabila dalam
suatu wilayah belum ada kepengurusan DPC PPMI.
6. Pengurus PPA PPMI bertanggung jawab kepada DPC PPMI dan musyawarah
anggota PPA PPMI.
7. Apabila dalam suatu wilayah belum ada DPC PPMI maka Pengurus PPA PPMI
bertanggungjawab kepada DPP PPMI dan musyawarah anggota.
8. Masa jabatan Pengurus PPA PPMI adalah 3 (tiga) tahun.
9. Masa jabatan Ketua Umum PPA maksimal 2 (dua) kali priode dan dapat dipilih
kembali jika dikehendaki oleh mayoritas anggota Musyawarah PPA PPMI.
10. Jika Ketua Umum PPA PPMI berhalangan tetap, maka dapat diangkat pejabat Ketua
Umum oleh Rapat Pleno Pengurus PPA PPMI.

BAB IX
KEBENDAHARAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 63
Harta benda PPMI diperoleh dari :
1. Uang Pangkal, Uang Iuran Anggota, Uang Konsolidasi, Infaq, Sumbangan Anggota
atau Sumbangan lain yang tidak mengikat.
2. Usaha-usaha yang sah dan halal.

Pasal 64
BADAN PENGAWAS DAN PEMERIKSA KEUANGAN ORGANISASI

1. Pada setiap peringkat organisasi dibentuk Badan Pengawas dan Pemeriksa


Keuangan Organisasi (BPPKO) PPMI.
2. Badan Pengawas dan Pemeriksa Keuangan Organisasi (BPPKO) PPMI merupakan
Badan Otonom PPMI.
3. Pengurus Badan Pengawas dan Pemeriksa Keuangan Organisasi (BPPKO) PPMI
sesuai dengan jenjang organisasi dipilih dan ditetapkan oleh masing-masing tingkatan
kepengurusan serta bertanggungjawab kepada Pengurus PPA PPMI, DPC PPMI,
DPW PPMI dan DPP PPMI.

Pasal 65
Hal keuangan organisasi dan mekanisme kerja BPPKO diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 66
Perubahan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga dan atau pembubaran
organisasi hanya dapat dilakukan oleh Muktamar atau Muktamar Luar Biasa.

Pasal 67
Apabila PPMI dibubarkan atau membubarkan diri maka harta benda dan kekayaan PPMI
diberikan kepada badan-badan sosial Islam.

Pasal 68
PENJELASAN ANGGARAN DASAR
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA

Selain Anggaran Dasar PPMI memiliki penjelasan Anggaran Dasar yaitu :


1. Penjelasan pasal 3, 5 dan 8 tentang Sifat, Azas dan Tujuan organisasi dalam tafsir
integral yang disebut Khitah Perjuangan PPMI.
2. Penjelasan pasal 9 tentang usaha organisasi didalam Garis-Garis Besar Haluan
Organisasi.
3. Penjelasan Anggaran Dasar tentang hal-hal diluar ayat 1 dan 2 diatas dijelaskan
dalam ART.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan dimuat dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 70
Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 22 Februari 2022 M
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA
BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1

Anggota PPMI terdiri dari :


1. Persaudaraan Pekerja Sektor Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPS PPMI)
tingkat Pusat mempunyai sekurang-kurangnya 100 (seratus) PPA, 25 (duapuluh lima)
PPS PPMI tingkat Cabang, 5 (lima) PPS PPMI tingkat Wilayah dan atau memiliki
anggota sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) pekerja di seluruh Indonesia dan
federasi buruh/pekerja yang bergabung
2. Dewan Pengurus Cabang Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (DPC PPMI)
sekurang-kurangnya telah memiliki 5 (lima) PPA PPMI dan atau anggota sekurang-
kurangnya 500 (lima ratus) pekerja di tingkat Cabang.
3. Dewan Pengurus Wilayah Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (DPW PPMI)
sekurang-kurangnya telah memiliki 3 (tiga) Dewan Pengurus Cabang dan atau
anggota sekurang-kurangnya 2.500 (dua ribu lima ratus) pekerja di tingkat Wilayah.
4. Anggota Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia apabila tidak dapat diorganisir
secara nasional dengan sifat keanggotaannya adalah Persaudaraan Pekerja Anggota
(PPA), perseorangan dan atau pekerja sektor informal dapat diorganisir oleh PPMI
melalui DPP PPMI, DPW PPMI dan atau DPC PPMI didaerahnya.

Pasal 2

1. PPS PPMI adalah gabungan dari beberapa PPA PPMI sejenis sesuai lapangan
pekerjaan baik ditingkat Cabang untuk Kabupaten/Kota, ditingkat Wilayah untuk
Provinsi, maupun ditingkat Pusat untuk Nasional.
2. PPS PPMI terdiri dari :
NO NAMA – NAMA KODE PENJELASAN
BISNIS
1. Mining & Mineral Treatment Pertambanga, Minyak, batu bara
2. Non Ferrous Mineral Semen, kreramik, gelas, kaca, batu-batuan & energi
3. Steel Plat, Pipa, Kawat, Tangki, Boiler, Pemotong, Metal
kecil-kecilan, Kabel kawat
4. Heavy Machinery Alat-alat mesin, Electrical, Pabrik Alat-alat Berat, Auto,
Hydro, Kulkas, AC, Pemanas
5. Electrical & Communication Alat Komunikasi, Perbaikan & Perawatan, Peralatan
Materials Elektronik
6. Transportation Materials Konstruksi, Assembling, Karoseri, Bengkel, Kapal,
Pesawat, Mobil & Motor
7. Wood,paper & Cardboard Kayu, Plywood, Triplek, Furniture, Kerta, Kardus,
Bamboo
8. Rubber Karet, Ban
9. Leather, Hides & Similar Perusahaan Kulit
Products
10. Chemical Bahan Kimia, Cat, Pupuk, Sintetik, Resin
11. Pharmacentical & Vetenery Parmasi, Obat-obatan, Apotik,Distributor Obat,
12. Perfume, Soap, Candle Parfum, Sabun, Deterjen, Lilin
13. Plastict Products Plastic, Slang, Asbes, Pipa Paralon
14. Textile Tektil, Garmen
15. Clothing, Shoes, Clotb, Pakaian, Sepatu, Sabuk, Topi, Sapu Tangan, Dasi
Articles
16 Food Production Related Bahan Makanan, Sayur, Makanan Kaleng, Kue,
Permen, Coklat
17 Beverages Soft Drink, Distributor Minuman
18. Tobacco Tembakau, Rokok
19. Graphics Percetakan, Koran, Sablon, Buku-buku
20 Diverse Industries Film, Production House, Keahlian/ Bakat, Instrument,
Photografi, Rekaman, Mainan Anak, Perkumpulan
Olahraga
21. Public Utilities PLN,PDAM,Perum Gas, Tata Kota, Air Pemanas
22. Construction Kontraktor, Engineering, Civil
23. Government Service Pegawai Negeri, ABRI, Polisi, Diplomat
24 Agriculture & Aminal Pertanian, Peternakan,& Perhutanan
Farming
25 Transportation Service Transportasi Darat, Laut & Udara termasuk Cargo
26 Communication Services Telkom, Radio,TV, Reporter, Kantor Pos & Giro
27. Ladging Food & Hotel, Restoran, Perbaikan Alat, Mesin
Maintenance Services
28. Personal Services Tour & Trvel, Dokter Praktek, Penjahit
29 Professional services Pengacara, Arsitektur, Akuntan, Guru
30 Medical Services Rumah Sakit, Klinik
31 Comersial Services Iklan, Konsultan, Rental, Satpam
32 Entertainment Services Teater,
33 Financial Services Bank, Asuransi, Leasing, Broker Saham, Financial
Securities
34. Wholesale Commerce Perdagangan Umum, Toko Kelontong, Asesoris Mobil,
Toko Mas
35. Retail Commerce Showroom Mobil, Semua Penjualan Barang yang
Sifatnya Retail
36 Real Estate Real Estet
37. Retired Pensioner Pensiunan Pegawai Negeri
38 Self imployed-Profesional Self Employed Professional
39 Self imployed-Non Salon,Catering
Professional
40 Foundation & Non Profit Yayasan Sosial
Societies

3. Apabila diperlukan oleh anggota dapat dibentuk sektor-sektor diluar yang tercantum
pada ayat 2 (dua).
4. PPA adalah Organisasi Persaudaraan Pekerja ditingkat Unit Kerja masing-masing.
PPA yang dapat menjadi anggota langsung PPMI ditingkat cabang atau Wilayah
adalah PPA yang belum memiliki PPS.
5. PPA dapat dibentuk ditiap Unit Kerja lapangan kerjaan minimal dengan 10 (sepuluh)
orang anggota.

Pasal 3
TATA CARA KEANGGOTAAN

1. Setiap PPS yang ingin menjadi anggota PPMI harus mengajukan permohonan tertulis
kepada :
a. DPP PPMI, untuk PPS ditingkat Pusat
b. DPW PPMI, untuk PPS ditingkat Wilayah
c. DPC PPMI, untuk PPS ditingkat Cabang
2. Setiap PPA, yang ingin menjadi anggota PPMI, harus mengajukan permohonan tertulis
kepada DPC PPMI dan atau DPW PPMI dan atau DPP PPMI.
3. PPS dan PPA yang hendak menjadi anggota PPMI harus membuat surat pernyataan
tertulis persetujuannya dan kesanggupannya untuk mentaati AD, ART dan peraturan
organisasi PPMI.

Pasal 4
KEANGGOTAAN RANGKAP

1. PPS dan PPA yang telah menjadi anggota PPMI, dilarang untuk memasuki organisasi
Serikat Pekerja yang lain selain pada PPMI atau PPS yang bernaung dibawah PPMI.
2. Setiap anggota PPMI, dilarang untuk memasuki organisasi Serikat Pekerja yang lain
selain pada Serikat Pekerja PPMI .

Pasal 5
RANGKAP JABATAN
Rangkap jabatan diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Presiden dan Sekretaris Jenderal PPMI dapat merangkap Jabatan.
2. Rangkapan jabatan maksimal 2 (dua) jabatan di semua tingkatan organisasi.
3. Dilarang Rangkapan jabatan antar PPA, DPC dan DPW.
4. Apabila terjadi perangkapan jabatan menyimpang sebagaimana dimaksud dalam ayat
2( dua) dan 3 (tiga) pasal ini, maka pengurus yang bersangkutan diharuskan memilih
salah satunya.

BAB II
PEMBERHENTIAN DARI KEPENGURUSAN DAN SANKSI

Pasal 6
BERHENTI DARI KEPENGURUSAN

Anggota Pengurus PPMI berhenti karena :


1. Permintaan sendiri
2. Meninggal dunia
3. Diberhentikan.
4. Bergabung dan atau tercatat sebagai Anggota Serikat Pekerja lain.

Pasal 7
SANKSI

Sanksi-sanksi yang dikenakan kepada anggota Pengurus PPMI berupa :


1. Peringatan.
2. Skorsing.
3. Pemberhentian dengan tidak hormat

Pasal 8
PERINGATAN

1. Tindakan peringatan diambil atas dasar pertimbangan rapat pengurus pada masing-
masing tingkatan, terhadap anggota pengurus yang merugikan kepentingan
organisasi.
2. Tindakan peringatan diambil terhadap anggota pengurus karena melakukan tindakan
indisipliner, seperti :
a. Bertindak yang bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh PPMI dalam
AD/ ART maupun peraturan organisasi lainnya.
b. Tidak pernah aktif sama sekali selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
c. Melalaikan kewajibannya selaku pengurus.
d. Terbukti menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi.

Pasal 9
SKORSING

1. Tindakan skorsing terhadap pengurus dilakukan apabila telah diperingatkan sebanyak


3 (tiga) kali, tetapi masih juga melakukan pelanggaran.
2. Tindakan skorsing dilakukan oleh pengurus PPMI untuk tingkat masing-masing
didasarkan atas keputusan rapat yang diadakan khusus untuk itu.

Pasal 10
Pemberhentian dengan tidak hormat

1. Tindakan Pemberhentian dengan tidak hormat terhadap pengurus diambil sebagai


peningkatan skorsing karena melakukan kesalahan-kesalahan besar dengan bukti-
bukti yang meyakinkan.
2. Tindakan pemecatan pengurus PPMI dilakukan oleh DPP PPMI melalui rapat pleno
terhadap Pengurus Pusat, Pengurus PPS Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus
Cabang kecuali Pemberhentian Presiden PPMI dan Wakil Presiden harus melalui
Muktamar Luar Biasa.
3. Tindakan pemecatan pengurus PPMI dilakukan oleh DPW PPMI melalui Rapat Pleno
terhadap Pengurus PPS Tingkat Wilayah.
4. Tindakan Pemecatan Pengurus PPMI dilakukan Oleh DPC PPMI melalui Rapat Pleno
terhadap pengurus PPA dan PPS cabang.
5. Pemberhentian tidak hormat dari keanggotaan PPMI hanya dapat dilakukan oleh DPP
PPMI melalui Rapat Pleno Pusat, setelah mendapat persetujuan Mahkamah
Organisasi

Pasal 11
PEMBELAAN DIRI

Anggota pengurus yang terkena tindakan skorsing dan pemecatan dapat membela diri
melalui :
1. Anggota DPP PPMI yang terkena skorsing dilakukan melalui musyawarah pengurus
sedangkan yang terkena pemecatan dilakukan melalui muktamar.
2. Anggota DPW PPMI yang terkena skorsing dilakukan melalui Musyawarah Wilayah.
3. Anggota DPC PPMI yang terkena skorsing dilakukan melalui Musyawarah Cabang.
4. Anggota pengurus PPA PPMI yang terkena skorsing dilakukan melalui Musyawarah
Anggota PPA PPMI.
5. Anggota PPMI yang diberhentikan dengan tidak hormat dapat membela diri melalui
mahkamah organisasi kecuali Presiden dan Wakil presiden.

Pasal 12
PERGANTIAN ANTAR WAKTU

1. Penggantian antar waktu dapat dilakukan dalam setiap kepengurusan sesuai


tingkatan atas persetujuan :
a. Rapat Pleno Pengurus DPP untuk tingkat Pusat ;
b. Rapat Pleno Pengurus DPW untuk tingkat Wilayah ;
c. Rapat Pleno Pengurus DPC untuk tingkat Cabang ;
d. Rapat Pleno Pengurus PPA/PPS untuk tingkat PPA/PPS.
2. Hasil Rapat Pleno dituangkan dalam berita acara sesuai tingkat masing-masing yang
di sahkan oleh Perangkat Organisasi satu tingkat diatasnya;
Pasal 13
PEMBEKUAN KEPENGURUSAN

1. Dalam keadaan darurat atau luar biasa DPP PPMI diberi Kewenangan melakukan
pembekuan terhadap kepengurusan PPS PPMI, DPW PPMI, DPC PPMI
2. Dalam keadaan darurat atau luar biasa DPW PPMI diberi Kewenangan melakukan
pembekuan terhadap kepengurusan PPA PPMI di wilayah masing - masing setelah
berkonsultasi dan atau berkoordinasi dengan DPP PPMI.
3. Dalam keadaan darurat atau luar biasa DPC PPMI diberi Kewenangan melakukan
pembekuan terhadap kepengurusan PPA PPMI di wilayah cabang masing - masing
setelah berkonsultasi dan atau berkoordinasi dengan DPP PPMI dan DPW PPMI.

BAB III
MUKTAMAR, MUSYAWARAH DAN KEPESERTAAN

Pasal 14
MUKTAMAR

1. Muktamar adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam PPMI.


2. Muktamar diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
3. Muktamar sudah dilaksanakan oleh DPP PPMI selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum periode kepengurusan berakhir, kecuali dalam hal-hal khusus dimana DPP
PPMI tidak dapat melaksanakannya.

Pasal 15
PESERTA MUKTAMAR DAN HAK-HAK PESERTA

1. Peserta Muktamar terdiri dari peserta utusan, peserta peninjau dan peserta undangan.
2. Peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara dan mengajukan usul atau saran,
hak pilih dan memilih.
3. Peserta peninjau mempunyai hak bicara, mengajukan usul atau saran dan hak dipilih.
4. Peserta undangan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul dan saran.

Pasal 16
PESERTA UTUSAN

Peserta Utusan Muktamar terdiri dari :


1. Seluruh anggota pengurus DPP PPMI.
2. Utusan mewakili Dewan Pertimbangan Nasional PPMI 1 (satu) orang.
3. Utusan mewakili Dewan Penasehat DPP PPMI 1 (satu) orang.
4. Utusan mewakili Mahkamah Organisasi DPP PPMI 1 (satu) orang.
5. Utusan DPLN PPMI 2 (dua) orang
6. Utusan DPW PPMI 2 (dua) orang.
7. Utusan DPC PPMI 5 (lima) orang terdiri dari ketua dan sekretaris dan 3 (tiga) orang
Ketua PPA PPMI yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pleno DPC PPMI.
8. Utusan PPS PPMI 1 (satu) orang untuk setiap DPP PPS PPMI.

Pasal 17
PESERTA PENINJAU

Jumlah Peserta Peninjau Muktamar untuk setiap utusan perwakilan adalah minimal sama
dengan jumlah Peserta Utusan.
Pasal 18
PESERTA UNDANGAN

Peserta Undangan ditentukan oleh DPP PPMI

Pasal 19
TATA TERTIB MUKTAMAR

1. Pimpinan Muktamar dipilih dari peserta utusan dalam Muktamar dan berbentuk
Presidium.
2. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah tambah satu dari
jumlah utusan DPC PPMI, DPW PPMI dan DPP PPS PPMI.
3. Apabila ketentuan pada ayat 2 pasal ini tidak terpenuhi, maka Muktamar diundur
selambat-lambatnya 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam) dan setelah itu
dianggap sah.
4. Utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih.
5. Muktamar menetapkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Program Kerja
Nasional, Pedoman Pokok Organisasi, Khithah Perjuangan PPMI dan Garis-Garis
Besar Haluan Organisasi.
6. Untuk merealisasikan ayat 5, maka peserta Muktamar dibagi dalam 4 (empat) komisi,
yaitu Komisi AD/ART, Komisi Program Kerja , Komisi Organisasi dan komisi pemilihan.
7. Muktamar memilih dan menetapkan Tim Formatur yang terdiri dari 1 (satu) Formatur
dan minimal 4 (empat) Anggota Formatur.
8. Muktamar memilih dan menetapkan Presiden PPMI
9. Muktamar menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Nasional, Ketua Dewan
Penasehat DPP PPMI, dan Ketua Mahkamah Organisasi DPP PPMI.

Pasal 20
MUSYAWARAH WILAYAH

1. Musyawarah Wilayah adalah forum pengambilan keputusan tertinggi PPMI tingkat


Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah diadakan 1 (satu) kali dalam 4 (empat) tahun.
3. Musyawarah Wilayah dilaksanakan oleh DPW PPMI, kecuali dalam hal-hal khusus
dimana DPW PPMI tidak dapat melaksanakannya.

Pasal 21
PESERTA MUSYAWARAH WILAYAH DAN HAK – HAK PESERTA

1. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari peserta utusan, peserta peninjau dan peserta
undangan.
2. Peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara dan mengajukan usul atau saran,
hak pilih dan memilih.
3. Peserta Peninjau mempunyai hak bicara, mengajukan usul atau saran dan hak dipilih.
4. Peserta undangan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul dan saran.

Pasal 22
PESERTA UTUSAN

Peserta Utusan Musyawarah Wilayah terdiri dari :


1. Seluruh anggota DPW PPMI.
2. Utusan Dewan Penasehat DPW PPMI 1 (satu) orang.
3. Utusan DPW PPS tingkat wilayah
4. Utusan DPC PPMI 5 (lima) orang terdiri dari Ketua dan Sekretaris DPC, 3 (tiga) orang
Ketua PPA yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pleno DPC.
Pasal 23
PESERTA PENINJAU

Jumlah Peserta Peninjau Musyawarah Wilayah untuk setiap utusan perwakilan adalah
maksimal sama dengan jumlah peserta utusan.

Pasal 24
PESERTA UNDANGAN

Peserta Undangan ditentukan oleh DPW PPMI.

Pasal 25
TATA TERTIB MUSYAWARAH WILAYAH

1. Pemimpin Musyawarah Wilayah dipilih dari peserta utusan dalam Musyawarah Wilayah
dan berbentuk Presidium.
2. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
utusan DPC PPMI dan DPW PPS PPMI.
3. Apabila ketentuan pada ayat 2 pasal ini tidak terpenuhi, maka Musyawarah Wilayah
diundur selambat-lambatnya 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam) dan setelah itu
dianggap sah.
4. Dalam keadaan luar biasa utusan Musyawarah Wilayah ditentukan oleh DPP PPMI
dengan pertimbangan Dewan Penasehat Wilayah dan Mahkamah Organisasi.
5. Utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih.
6. Musyawarah Wilayah menetapkan DPW PPMI dengan jalan menetapkan Ketua Umum
yang merangkap Formatur dan kemudian menetapkan 2 (dua) Anggota Formatur.
7. Musyawarah Wilayah menetapkan Ketua Dewan Penasehat DPW PPMI.

Pasal 26
MUSYAWARAH CABANG

1. Musyawarah Cabang adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam PPMI


tingkat Cabang.
2. Musyawarah Cabang diadakan 1 (satu) kali dalam 4 (Empat) tahun.
3. Musyawarah Cabang dilaksanakan oleh DPC PPMI, kecuali dalam hal-hal khusus
dimana DPC PPMI tidak dapat melaksanakannya.

Pasal 27
PESERTA MUSYAWARAH CABANG DAN HAK-HAK PESERTA

1. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari peserta utusan, peserta peninjau dan peserta
undangan.
2. Peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara dan mengajukan usul atau saran,
hak pilih dan memilih.
3. Peserta Peninjau mempunyai hak bicara, mengajukan usul atau saran dan hak dipilih.
4. Peserta undangan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul dan saran.

Pasal 28
PESERTA UTUSAN

Peserta Utusan Musyawarah Cabang terdiri dari :


1. Seluruh anggota DPC PPMI.
2. Utusan Dewan Penasehat DPC PPMI 1 (satu) orang.
3. Utusan pengurus DPC PPS PPMI tingkat Cabang 2 (dua) orang.
4. Utusan PPA PPMI yang sudah tercatat pada dinas tenaga kerja setempat masing
masing 1 suara.
Pasal 29
PESERTA PENINJAU

Jumlah Peserta Peninjau Musyawarah Cabang untuk setiap utusan perwakilan adalah
maksimal sama dengan jumlah peserta utusan.

Pasal 30
PESERTA UNDANGAN

Peserta Undangan ditentukan oleh DPC PPMI.

Pasal 31
TATA TERTIB MUSYAWARAH CABANG

1. Pemimpin Musyawarah Cabang dipilih dari peserta utusan dalam Musyawarah Cabang
dan berbentuk Presidium.
2. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
utusan PPA.
3. Apabila ketentuan pada ayat 2 pasal ini tidak terpenuhi, maka Musyawarah Cabang
diundur selambat-lambatnya 1 x 24 jam dan setelah itu dianggap sah.
4. Dalam keadaan luar biasa utusan Musyawarah Cabang ditentukan oleh DPC PPMI
dengan pertimbangan Dewan Penasehat DPC PPMI dan Mahkamah Organisasi DPC
PPMI.
5. Musyawarah Cabang menetapkan DPC PPMI dengan jalan menetapkan Ketua Umum
yang merangkap Formatur dan kemudian menetapkan 2 (dua) Anggota Formatur.
6. Musyawarah Cabang menetapkan Ketua Dewan Penasehat DPC PPMI

Pasal 32
MUSYAWARAH ANGGOTA PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Musyawarah Anggota adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam PPMI


tingkat PPA.
2. Musyawarah Anggota PPA diadakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.
3. Musyawarah Anggota PPA dilaksanakan oleh PPA PPMI, kecuali dalam hal-hal
khusus dimana PPA tidak dapat melaksanakanya.

Pasal 33
PESERTA MUSYAWARAH ANGGOTA PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA
DAN HAK-HAK PESERTA

1. Peserta Musyawarah Anggota PPA PPMI terdiri dari peserta utusan, peserta peninjau
dan peserta undangan.
2. Peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara dan mengajukan usul atau saran,
hak pilih dan memilih.
3. Peserta peninjau mempunyai hak bicara, mengajukan usul atau saran dan hak dipilih.
4. Peserta undangan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul dan saran.

Pasal 34
PESERTA UTUSAN

Peserta Utusan Musyawarah Anggota PPA PPMI terdiri dari:


1. Seluruh Anggota PPA PPMI.
2. Dewan Penasehat PPA PPMI 1 (satu) orang
3. Pengurus PPA PPMI.
4. Undangan Pengurus PPA PPMI.
Pasal 35
PESERTA PENINJAU

Jumlah Peserta Peninjau Musyawarah Anggota terdiri dari para simpatisan maksimal
sama dengan jumlah peserta utusan.

Pasal 36
PESERTA UNDANGAN

Peserta Undangan ditentukan oleh PPA PPMI

Pasal 37
TATA TERTIB MUSYAWARAH ANGGOTA

1. Pemimpin Musyawarah Anggota dipilih dari peserta utusan dalam Musyawarah


Anggota dan berbentuk Presidium.
2. Musyawarah Anggota dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
utusan PPA PPMI.
3. Apabila ketentuan pada ayat 2 pasal ini tidak terpenuhi, maka Musyawarah Anggota
diundur selambat-lambatnya 1 x 24 jam dan setelah itu dianggap sah.
4. Dalam keadaan luar biasa utusan Musyawarah Anggota ditentukan oleh pengurus
PPA PPMI.
5. Utusan mempunyai hak bicara hak memilih dan dipilih.
6. Musyawarah Anggota menetapkan Pengurus PPA PPMI dengan jalan menetapkan
Ketua Umum yang merangkap Formatur dan kemudian menetapkan 2 (dua) Anggota
Formatur.

BAB IV
KEPENGURUSAN

BAGIAN I
DEWAN PENGURUS PUSAT

Pasal 38
STATUS

1. DPP PPMI adalah badan eksekutif tertinggi di PPMI.


2. DPP PPMI bertanggung jawab kepada Pleno DPP .
3. Presiden bertanggung jawab pada MUKTAMAR

Pasal 39
TUGAS DAN KEWAJIBAN DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Melaksanakan AD/ART, Program Kerja Nasional dan ketetapan-ketetapan


Muktamar lainnya.
2. Mendengarkan, mengolah, memberikan solusi serta menjalankan aspirasi dan atau
masukan anggota demi kemajuan organisasi.
3. Segera mengumumkan kepada seluruh jajaran organisasi mengenai segala
ketetapan dan perubahan-perubahan penting yang berhubungan dengan PPMI.
4. Ikut aktif dalam forum-forum tripartit ditingkat nasional.
5. Melaksanakan Muktamar.
6. Mengangkat anggota Dewan Pertimbangan Nasional PPMI, Dewan Penasehat
DPP PPMI dan Mahkamah Organisasi DPP PPMI atas rekomendasi dari Ketua
Dewan Pertimbangan Nasional PPMI, Ketua Dewan Penasehat DPP PPMI, Ketua
Mahkamah Organisasi DPP PPMI.
7. Mengesahkan kepengurusan DPW PPMI.
8. Dalam suatu Wilayah Provinsi belum terbentuk DPW PPMI, kepengurusan DPC
PPMI disahkan oleh DPP PPMI.
9. Dalam suatu Wilayah Kabupaten/Kota belum terbentuk PPA PPMI, kepengurusan
PPA PPMI disahkan oleh DPP PPMI.
10. Mengangkat dan mensahkan Kepengurusan Badan Otonom Tingkat Pusat.

Pasal 40
SYARAT-SYARAT UMUM DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Syarat-syarat menjadi DPP PPMI adalah anggota yang berprestasi, memiliki loyalitas
yang tinggi, menjalankan syariat Islam, dan syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh
Muktamar atau Formatur terpilih.
2. DPP PPMI harus menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima
dengan DPP PPMI demisioner.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah susunan DPP PPMI dibentuk, DPP
PPMI demisioner mengadakan serah terima kepada DPP PPMI yang baru.

BAGIAN II
DEWAN PENGURUS WILAYAH
Pasal 41
STATUS

1. DPW PPMI adalah badan eksekutif tertinggi di tingkat Wilayah.


2. DPW PPMI bertanggung jawab kepada Pleno wilayah
3. Ketua Umum wilayah bertanggung jawab pada Musyawarah Wilayah

Pasal 42
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS WILAYAH

1. Dalam suatu Wilayah provinsi yang memiliki sekurang-kurangnya 5 (lima) pengurus


PPS atau suatu Wilayah telah memiliki anggota sekurang-kurangnya 5.000 (lima ribu)
pekerja ditingkat wilayah dapat dibentuk Dewan Pengurus Wilayah.
2. Bagi Wilayah yang belum memenuhi syarat pembentukan DPW sesuai ayat 1 pasal ini,
tetapi dinilai penting maka DPP PPMI dapat membentuk Dewan Pengurus Wilayah.
3. PPS wilayah dapat dibentuk sekurang-kurangnya 5 (lima) pengurus PPS tingkat
cabang.
4. Jika dinilai penting Dewan Pengurus Wilayah dapat dibentuk atas usulan Dewan
Pengurus Cabang (DPC) atau Persaudaraan Pekerja Anggota (PPA) untuk
pengembangan dan kemajuan organisasi

Pasal 43
TUGAS DAN KEWAJIBAN DEWAN PENGURUS WILAYAH

1. Melaksanakan AD/ART dan kebijakan DPP PPMI ditingkat wilayah.


2. Melaksanakan hasil-hasil dan ketetapan Musyawarah Wilayah.
3. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan organisasi ditingkat Wilayah
4. Ikut aktif dan mewakili PPMI dalam forum tripartit di tingkat Wilayah
5. Membela dan memperjuangkan kepentingan anggota ditingkat Wilayah.
6. Melaksanakan Musyawarah Wilayah.
7. Mengangkat anggota Dewan Penasehat DPW PPMI .
8. Mengesahkan Kepengurusan DPC PPMI.
9. Mengangkat dan mensahkan Kepengurusan Badan Otonom Tingkat Wilayah.
Pasal 44
SYARAT-SYARAT UMUM DEWAN PENGURUS WILAYAH
1. Syarat-syarat menjadi DPW PPMI adalah anggota yang berprestasi, memiliki loyalitas
yang tinggi, menjalankan syariat Islam, atau syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh
Muktamar dan Musyawarah Wilayah atau Formatur terpilih.
2. DPW PPMI harus menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima
dengan DPW PPMI demisioner.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah susunan DPW PPMI dibentuk,
DPW PPMI demisioner mengadakan serah terima kepada DPW PPMI yang baru.

BAGIAN III
DEWAN PENGURUS CABANG
Pasal 45
STATUS

1. DPC PPMI adalah badan eksekutif tertinggi di tingkat Cabang.


2. DPC PPMI bertanggung jawab kepada Pleno cabang
3. Ketua Cabang bertanggung jawab pada MUSYAWARAH CABANG

Pasal 46
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS CABANG
1. Dalam suatu daerah Kabupaten/ Kota yang memiliki sekurang-kurangnya 5 (lima)
pengurus PPS tingkat Cabang atau 5 (lima) PPA dapat dibentuk DPC PPMI atau telah
memiliki minimal 2.500 (dua ribu lima ratus) orang anggota dibuktikan dengan Kartu
Tanda Anggota.
2. Bagi Wilayah yang belum memenuhi syarat pembentukan DPC PPMI sesuai ayat 1
pasal ini, tetapi dinilai penting maka DPW PPMI dapat membentuk DPC PPMI dan
diusulkan ke DPP PPMI.
3. PPS tingkat Cabang dapat dibentuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) pengurus PPA
sejenis.

Pasal 47
TUGAS DAN KEWAJIBAN DEWAN PENGURUS CABANG

1. Melaksanakan AD/ART dan kebijakan DPP PPMI dan DPW PPMI ditingkat Cabang.
2. Melaksanakan hasil hasil dan ketetapan Musyawarah Cabang.
3. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan organisasi ditingkat Cabang.
4. Ikut aktif dan mewakili PPMI dalam forum tripartit di tingkat Cabang.
5. Membela dan memperjuangkan kepentingan anggota ditingkat Cabang.
6. Melaksanakan Musyawarah Cabang.
7. Mengangkat anggota Dewan Penasehat DPC PPMI.
8. Mengesahkan kepengurusan PPA.
9. Mengangkat dan mensahkan Kepengurusan Badan Otonom Tingkat Cabang.

Pasal 48
SYARAT-SYARAT UMUM DEWAN PENGURUS CABANG

1. Syarat-syarat menjadi DPC PPMI adalah anggota yang berprestasi, memiliki loyalitas
yang tinggi, menjalankan syariat Islam, atau syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh
Muktamar oleh Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Cabang atau Formatur terpilih.
2. DPC PPMI harus menjalankan tugasnya segera stelah dilakukan serah terima dengan
DPC PPMI demisioner.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah susunan DPC PPMI dibentuk, DPC
PPMI demisioner mengadakan serah terima kepada DPC PPMI yang baru
BAGIAN IV
PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA
Pasal 49
STATUS

1. Pengurus PPA PPMI adalah orang-orang yang mewakili pekerja ditingkat Unit Kerja.
2. Pengurus PPA PPMI bertanggung jawab kepada DPC PPMI dan Musyawarah
Anggota PPA PPMI.

Pasal 50
PEMBENTUKAN PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Dalam suatu Unit Kerja yang memiliki sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) pekerja dapat
membentuk Pengurus PPA PPMI.
2. Bagi suatu Unit Kerja yang belum memenuhi syarat pembentukan pengurus PPA PPMI
sesuai ayat 1 pasal ini, maka keanggotaanya dibawah koordinasi DPC PPMI.

Pasal 51
TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Melaksanakan AD/ART dan kebijakan DPP PPMI, DPW PPMI dan DPC PPMI
ditingkat PPA PPMI.
2. Melaksanakan hasil-hasil dan ketetapan Musyawarah anggota PPA PPMI.
3. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan organisasi ditingkat PPA PPMI.
4. Ikut aktif dan mewakili PPMI ditingkat bipartit dan tripartit.
5. Membela dan memperjuangkan kepentingan anggota dibipartit kalau perlu dengan
meminta bantuan DPC PPMI.

Pasal 52
SYARAT-SYARAT UMUM PENGURUS PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA

1. Syarat-syarat menjadi Pengurus PPA PPMI adalah anggota yang berprestasi, memiliki
loyalitas yang tinggi, menjalankan syariat Islam, atau syarat-syarat lain yang ditetapkan
oleh Muktamar, oleh Musyawarah Wilayah, oleh Musyawarah Cabang dan
Musyawarah PPA PPMI atau formatur terpilih.
2. Pengurus PPA PPMI harus menjalankan tugasnya segera stelah dilakukan serah
terima dengan Pengurus PPA PPMI demisioner.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah susunan Pengurus PPA PPMI
terbentuk, Pengurus PPA PPMI demisioner mengadakan serah terima kepada
Pengurus PPA PPMI yang baru.

BAGIAN V
DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL, DEWAN PENASEHAT
DAN MAHKAMAH ORGANISASI

Pasal 53
STATUS

1. Lembaga Dewan Pertimbangan Nasional,hanya berada di Dewan Pengurus Pusat


DPP PPMI.
2. Lembaga Dewan Penasehat adalah Badan Konsultatif Organisasi di tingkat
Kepengurusan DPP DPW PPMI, DPC PPMI dan PPA PPMI.
3. Lembaga Mahkamah Organisasi Hanya berada di Dewan Pengurus Pusat (DPP PPMI)
4. Anggota Dewan Pertimbangan Nasional dan Mahkamah organisasi diangkat oleh DPP
PPMI atas usulan Ketua Dewan Pertimbangan Nasional dan Ketua Mahkamah
Organisasi .
5. Anggota Dewan Penasehat diangkat oleh DPP, DPW, PPMI, DPC PPMI dan PPA
PPMI dalam tingkat Kepengurusan masing-masing atas usulan masing masing Ketua
Dewan Penasehat menurut tingkatannya.
6. Anggota Dewan Pertimbangan Nasional, Dewan Penasehat dan Mahkamah
Organisasi dipilih dari orang-orang yang saleh dan memiliki wawasan ilmu
pengetahuan yang luas.
7. Masa jabatan Dewan Pertimbangan Nasional, Dewan Penasehat dan Mahkamah
Organisasi adalah sama dengan masa jabatan PENGURUS DPP PPMI.

Pasal 54
SUSUNAN
DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL, DEWAN PENASEHAT
DAN MAHKAMAH ORGANISASI

1. Anggota Dewan Pertimbangan Nasional, Dewan Penasehat dan Mahkamah


organisasi sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) Orang.
2. Susunan Dewan Pertimbangan Nasional, Dewan Penasehat, Mahkamah Organisasi
terdiri dari satu orang Ketua dan seorang Sekretaris serta anggota
3. Presiden, Ketua Dewan Pertimbangan Nasional, Ketua Dewan Penasehat Dan Ketua
Mahkamah Organisasi tidak dapat saling menjatuhkan dan apabila terjadi
kesalahpahaman atau perselisihan mengenai penafsiran Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi yang dihasilkan pada Muktamar maka
akan diselesaikan pada Muktamar berikutnya.

Pasal 55
TUGAS DAN KEWAJIBAN
DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL, DEWAN PENASEHAT DAN MAHKAMAH
ORGANISASI

A. DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL


1. Lembaga ini hanya ada di DPP PPMI dan berkedudukan di ibu kota Negara Republik
Indonesia
2. Memberi pertimbangan kepada DPP tentang kondisi dan situasi Idiologi, Politik,
Hukum, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan Negara yang
berdampak langsung pada buruh dan pekerja secara nasional.
3. Memberikan pertimbangan kepada DPP tentang pelaksanaan Muktamar Luar biasa,
pemberhentian dengan tidak hormat anggota PPMI dari keanggotaan PPMI.
4. Memberikan pertimbangan, usul dan saran kepada Mahkamah Organisasi sebelum
mengambil Keputusan Tetap
5. Mengontrol dan mengawasi pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
tangga serta Keputusan dan ketetapan Muktamar lainnya.

B. DEWAN PENASEHAT
1. Memberikan saran dan usul serta pendapat kepada Pengurus PPMI sesuai
tingkatannya tentang pelaksanaan program kerja baik teknis maupun non teknis,
kinerja pengurus dan permasalahan yang terjadi ditubuh pengurus, baik diminta
maupun tidak diminta.
2. Atas saran dan usul serta pendapat dari Dewan Penasehat diminta pengurus di
semua tingkatan kepengurusan agar menerima dan bersungguh sungguh dapat
melaksanakan dan menindaklanjuti dengan baik.
C. MAHKAMAH ORGANISASI
1. Lembaga ini hanya ada di DPP dan berkedudukan di ibu kota Negara Republik
Indonesia
2. Lembaga ini bertugas mengontrol dan mengawasi pelaksanaan anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta keputusan dan ketetapan muktamar.
3. Lembaga ini bertindak dan berfungsi memeriksa dan mengadili serta memutus setiap
masalah yang terjadi pada anggota dan pengurus di semua tingkatan kepengurusan
organisasi.
4. Memberi rekomendasi tentang pelaksanaan Muktamar Luar Biasa DPP dan
Musyawarah Luar biasa DPW dan DPC.
5. Dapat menganulir setiap keputusan DPP, DPW, DPC apabila dianggap bertentangan
Dengan AD/ART dan peraturan organisasi Lainnya.
6. Mekanisme atau tata cara beracara Mahkamah Organisasi akan diatur tersendiri oleh
Ketua dan Anggota Mahkamah Organisasi.

BAGIAN VI
PERWAKILAN PPMI LUAR NEGERI

Pasal 56
NAMA DAN KEDUDUKAN

1. Perwakilan PPMI di luar negeri dinamakan duta


2. Duta PPMI di luar negeri berkedudukan di negara tugas.

Pasal 57
STATUS

1. Duta PPMI di luar negeri merupakan perwakilan dari DPP PPMI di luar negeri.
2. Duta PPMI diangkat dan ditetapkan oleh DPP PPMI dan berada dibawah koordinasi
bidang luar negeri DPP PPMI
3. Masa jabatan duta adalah sama dengan masa jabatan DPP PPMI .
4. Duta PPMI bertanggungjawab kepada DPP PPMI.

Pasal 58
SUSUNAN PENGURUS PERWAKILAN PPMI DI LUAR NEGERI

1. Duta PPMI dapat mengusulkan kepada DPP PPMI untuk membentuk Perwakilan
lainnya di dalam wilayah Negara tempat kedudukan duta.
2. Pengurus duta PPMI sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Pengurus Ketua yang
didukung minimal oleh 3 (tiga) anggota.
3. DPP PPMI dapat memberhentikan duta PPMI apabila dalam kegiatannya menyimpang
dari tujuan dan misi PPMI.

Pasal 59
TUGAS DAN KEWAJIBAN PERWAKILAN PPMI DI LUAR NEGERI

1. Melaksanakan AD/ART dan kebijakan DPP PPMI .


2. Menjalin kerjasama dengan organisasi pekerja atau instansi lainnya di Negara tugas.
3. Mengatur dan menyusun jadwal atas kunjungan DPP PPMI di Negara tugas.
4. Mewakili PPMI untuk menghadiri acara-acara undangan di Negara tugas.
5. Membela dan memperjuangkan segala hak dan kepentingan pekerja Indonesia di
Negara tugas.
6. Menghimpun pekerja di Indonesia dan mengkoordinir segala kegiatannya dinegara
tugas.
7. Membuat laporan tertulis pada DPP PPMI atas segala kegiatannya.
8. Menjalin berbagai aktivitas dan kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan misi PPMI.

BAB V
BADAN OTONOM

Pasal 60
STATUS

1. Badan Otonom PPMI terdiri dari Lembaga Dakwah PPMI, Lembaga Bantuan Hukum
PPMI, Lembaga Kesehatan PPMI, Lembaga Pers PPMI, Lembaga Koperasi PPMI,
Lembaga Balai Latihan Kerja PPMI dan Lembaga - lembaga lainnya yang dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota.
2. Status Badan Otonom PPMI adalah Pembantu Pengurus PPMI.
3. Badan Otonom PPMI dibentuk oleh DPP PPMI, DPW PPMI dan DPC PPMI.
4. Badan Otonom diluar ayat 1 dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan anggota.

Pasal 61
TUGAS DAN KEWAJIBAN BADAN OTONOM

1. Badan Otonom PPMI bertugas melaksanakan program dan kewajiban-kewajiban PPMI


sesuai dengan misi dan bidangnya masing-masing.
2. Pengurus Badan Otonom PPMI bertanggungjawab kepada Presiden dan Ketua PPMI
dimasing-masing tingkat Kepengurusan.
3. Badan Otonom PPMI bertugas untuk meningkatkan kwalitas para anggota PPMI
melalui pelatihan , penelitian dan latihan kerja praktis.

Pasal 62
MUSYAWARAH

1. Musyawarah Badan Otonom PPMI adalah merupakan rapat kerja yang bertugas
menjabarkan pelaksanaan program-program PPMI yang telah diputuskan oleh
instansi-instansi pengambilan keputusan PPMI.
2. Musyawarah Badan Otonom berhak mengajukan seorang atau beberapa calon Ketua
Umum Pengurus Badan Otonom untuk ditetapkan oleh pengurus PPMI di masing-
masing tingkat.

Pasal 63

Hal-hal lain yang menyangkut peraturan Badan Otonom ini ditetapkan dalam peraturan
organisasi.
BAB VI
IKRAR, DOA DAN ATRIBUT

Pasal 64
IKRAR

Anggota PPMI memiliki ikrar yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

IKRAR ANGGOTA/ PENGURUS PPMI.


Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi Maha Penyayang.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah nabi dan utusan Allah.
Aku rela Allah menjadi Rabbku dan Islam menjadi Agamaku, Muhammad menjadi
Nabi dan Rasul Allah.
Dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab, kami anggota/ pengurus PPMI
dengan ini berjanji dan berikrar :
1. Kami akan selalu memenuhi tugas dan kewajiban yang dibebankan oleh PPMI
dengan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2. Kami akan selalu menjaga nama baik PPMI dengan tunduk dan patuh kepada
AD/ART serta pedoman PPMI lainnya.
3. Kami akan selalu bertanggungjawab atas terwujudnya pekerja muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berkwalitas dan memiliki daya tawar
yang tinggi serta terpenuhi hak-haknya.
Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rob
sekalian alam.

Ikrar tersebut diucapkan pada saat pembukaan musnyawarah-musyawarah dan pelantikan


pengurus serta akhir dari suatu pelatihan yang melibatkan anggota.

Pasal 65
DO’A
PPMI mempunyai doa wajib yang diambil dari Al-Qur’an surat Asy-Syuraa (26:83-85)
sebagai berikut:

" Ya Robku berikanlah kepadaku hikmah dan masukan aku kedalam golongan
orang-orang yang saleh.
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.
Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh
kenikmatan."

Doa tersebut diucapkan pada saat petutupan semua kegiatan yang dilakukan oleh
anggota dan atau Pengurus PPMI.

Pasal 66
TOPI DAN IKAT KEPALA

1. Topi PPMI dengan warna dasar hitam, tulisan PPMI diletakkan disisi kiri, tulisan nama
yang bersangkutan diletakan disisi kanan dan hiasan bintang diletakan disisi depan.
2. Ikat kepala PPMI dengan warna dasar Hitam, tulisan PPMI melingkar sepanjang ikat
kepala dan hiasan bintang diletakan disisi depan diatas tulisan PPMI.
Pasal 67
UNIFORM, BADGE, JAKET, ROMPI DAN KARTU TANDA ANGGOTA

1. Uniform PPMI untuk pengurus dan anggota dengan warna dasar hitam
2. Uniform PPMI untuk Pengurus disemua tingkatan dengan warna dasar putih
3. Bagde berbentuk segi lima atau bulat yang didalamnya terdapat lambang PPMI
4. Jaket PPMI dengan warna dasar hitam.
5. Rompi PPMI dengan warna dasar hitam.
6. Bagde diletakkan dijaket atau dirompi bagian dada sebelah kiri.
7. Tulisan nama yang bersangkutan dapat diletakan dijaket dan atau dirompi dibagian
dada sebelah kanan.
8. Kartu Tanda Anggota dengan warna dasar Putih dengan memuat Foto berwarna, data
pribadi dan Nomor Urut Keanggotaan PPMI

Pasal 68
PENGGUNAAN ATRIBUT

1. Topi digunakan pada saat melakukan kegiatan dilapangan terbuka.


2. Ikat kepala dan rompi digunakan pada saat melakukan demonstrasi atau mogok kerja.
3. Jaket digunakan pada saat melakukan kegiatan-kegiatan resmi dan atau kegiatan
kolosal diruangan tertutup.

BAB VII
LAGU
Pasal 69

Persaudaraaan Pekerja Muslim Indonesia mempunyai lagu mars sebagai berikut :

MARS PPMI
Pencipta Lirik/Lagu : Joni Ahyar

PPMI PPMI

P………..…..P…………….M….…………I

Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia

menggalang perjuangan pekerja

profesional berani jujur dan amanah

demi kepentingan kita bersama

wahai sudaraku, junjunglah persatuan

wahai saudaraku,

bekali dirimu.. bekali dirimu..... bekali dirimu

dengan

Iman, Ilmu dan Amal

Lagu mars tersebut dinyanyikan pada acara-acara resmi


yang dilaksanakan oleh PPMI
HYMNE PPMI
Pencipta Lirik/Lagu : Joni Ahyar

Derap langkah serentak... dalam niat suci.....

Bersatu padu membangun..

meningkatkan citra..

membela pekerja muslim ..

seluruh indonesia.....

dengan ridho ilahi..

majulah PPMI....

Sekali kaki melangkah..

pantang berbalik arah...

nyala api perjuangan..

terjaga lembaran..

walaupun perintangan menghalang..

semangat tak terpadam..

dengan Ridho Ilahi ..

jayalah PPMI....

Aaamiiiiiinnn

Lagu Hymne tersebut dinyanyikan pada acara-acara resmi


yang dilaksanakan oleh PPMI
Pasal 70
Struktur Organisasi

BAGAN
STRUKTUR ORGANISASI
DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA (PPMI)

BADAN PERTIMBANGAN
NASIONAL

MAHKAMAH
DEWAN PRESIDEN ORGANISASI
PENASEHAT

KETUA-KETUA SEKJEND

WAKIL-WAKIL
DEPARTEMEN-
SEKJEND
DEPARTEMEN

BENDAHARA

BADAN PPS TINGKAT


OTONOM PUSAT

WAKIL
BENDAHARA

DPW

DPC

PPA

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
BAGAN
STRUKTUR ORGANISASI
DEWAN PENGURUS WILAYAH
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA (PPMI)
PROVINSI.....................................

DPP PPMI

DEWAN KETUA UMUM


PENASEHAT

WAKIL KETUA - SEKRETARIS BENDAHARA


KETUA UMUM UMUM

DEPARTEMEN
WAKIL WAKIL
BIDANG
SEKRETARIS BENDAHARA

BADAN PPS TINGKAT


OTONOM WILAYAH

DPC PPMI

PPA PPMI

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
BAGAN
STRUKTUR ORGANISASI
DEWAN PENGURUS CABANG (DPC)
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA (PPMI)
PROVINSI............. KABUPATEN/KOTA ................

DPP PPMI

DPW PPMI

DEWAN
PENASEHAT KETUA UMUM

WAKIL KETUA - SEKRETARIS


KETUA UMUM BENDAHARA

DEPARTEMEN WAKIL WAKIL


SEKRETARIS BENDAHARA

BADAN OTONOM PPS TINGKAT CABANG

PPA PPMI

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
BAGAN
STRUKTUR ORGANISASI
PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA (PPMI)
PROVINSI................CABANG KABUPATEN/KOTA................
PPA. PABRIK ATAU SEJENISNYA

DPP PPMI

DPW PPMI

DPC PPMI

DEWAN
PENASEHAT KETUA

WAKIL KETUA SEKRETARIS

BENDAHARA
DEPARTEMEN

PPS TINGKAT
BADAN OTONOM
KECAMATAN

ANGGOTA

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
KOMANDO PUSAT
DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)
PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA (PPMI)

PAPAN NAMA

LOGO MARKAS KOMANDO PUSAT


2 Meter

DEWAN PENGURUS PUSAT


PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA
INDONESIAN MOSLEM WORKERS BROTHERHOOD
SK Menaker No :
Alamat : .....................................................

6 Meter

LOGO
MARKAS KOMANDO WILAYAH
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA
2 Meter

INDONESIAN MOSLEM WORKERS BROTHERHOOD


No Pencatatan : ........
Alamat : .....................................................
4 Meter

LOGO MARKAS KOMANDO CABANG


DEWAN PENGURUS CABANG
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA
INDONESIAN MOSLEM WORKERS BROTHERHOOD
No Pencatatan : ........
1/5 Meter Kab : .....................Provinsi : ..........................
Alamat : .....................................................

3 Meter

LOGO SEKRETARIAT
PERSAUDARAAN PEKERJA ANGGOTA
PERSAUDARAAN PEKERJA MUSLIM INDONESIA
INDONESIAN MOSLEM WORKERS BROTHERHOOD
PT………………………….
No Pencatatan : ........
Alamat : .....................................................

Keterangan :
Background Layar Papan Nama Warna Putih
Huruf Warna Biru/Hitam

BAB VII
KEUANGAN
Pasal 71
SUMBER KEUANGAN

Keuangan Organisasi bersumber dari :


1. Uang Iuran, Uang pembuatan Kartu Tanda Anggota dan Uang pangkal anggota.
2. Subsidi dari anggota DPP, DPW, DPC dan PPA/PPS.
3. Infak dan sumbangan lain yang tidak mengikat.
4. Usaha - usaha lainnya yang Halal dan tidak bertentangan dengan AD ART
Pasal 72
INSENTIF PENGURUS

Dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja kearah kemandirian dan profesionalisme
yang lebih baik maka pengurus PPMI di semua tingkatan kepengurusan dapat
diberikan insentif, sesuai dengan kebijkan pengurus dimasing-masing tingkatan
organisasi.

Pasal 73
KETENTUAN UANG PANGKAL, UANG KARTU TANDA ANGGOTA
DAN UANG IURAN

1. Besarnya uang pangkal adalah Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) yang
dibayarkan anggota pada waktu pendaftaran.
2. Besarnya uang kartu tanda anggota adalah Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang
dibayarkan anggota pada waktu pendaftaran.
3. Besarnya uang iuran adalah 1% (satu persen) dari gaji total yang dibayarkan anggota
setiap bulannya.
4. Besarnya uang konsolidasi adalah 10% (sepuluh persen) dari hasil perjuangan
organisasi dan atau dapat dimusyawarahkan antara pengurus dan anggota.
5. Konsolidasi adalah upaya organisasi melakukan pembelaan kepada pekerja atau
anggota dan atau ketika di PHK mendapat pesangon atau kompensasi lainnya sesuai
hak, martabat dan aturan.

Pasal 74
PENDISTRIBUSIAN KEUANGAN ANTARA PPS

1. Dana yang distribusikan meliputi : uang pangkal, uang iuran dan uang konsolidasi
2. Peringkat organisasi sektor PPMI berhak atas pendistribusian uang pangkal, uang
iuran dan uang konsolidasi dengan perincian sebagai berikut :

Peringkat Uang Uang Uang


Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 50 % 50 %
PPS Cabang 40 % 30 % 30 %
PPS Wilayah - 10 % 10 %
PPS Pusat - 10 % 10 %

3. Dalam hal suatu wilayah belum atau tidak ada Persaudaraan Pekerja Sektor Wilayah
tetapi ada PPS Cabang, maka pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 50 % 50 %
PPS Cabang 40 % 30 % 30 %
PPS Pusat - 20 % 20 %

4. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada PPS Cabang tetapi ada PPS Wilayah,
maka pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 50 % 50 %
PPS Wilayah 40 % 30 % 30 %
PPS Pusat - 20 % 20 %
5. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada PPS wilayah maupun PPS Cabang,
maka pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 60 % 60 %
PPS Pusat 40 % 40 % 40 %

Pasal 75
PENDISTRIBUSIAN KEUANGAN ANTAR DEWAN PENGURUS
JIKA ADA PPA TETAPI PPS BELUM TERBENTUK

1. Dana yang di distribusikan meliputi : Uang pangkal, uang iuran dan uang konsolidasi.

2. Peringkat organisasi Pengurus PPMI berhak atas pendistribusian atas uang pangkal,
uang iuran dan uang konsolidasi apabila ada PPA tetapi PPSnya belum ada adalah
dengan perincian sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
PPA 60 % 50 % 50 %
DPC 40 % 30 % 30 %
DPW - 10 % 10 %
DPP - 10 % 10 %

3. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada DPW tetapi ada DPC, maka
pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 50 % 50 %
DPC 40 % 30 % 30 %
DPP - 20 % 20 %

4. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada DPC tetapi ada DPW, maka
pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 50 % 50 %
DPW 40 % 30 % 30 %
DPP - 20 % 20 %

5. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada DPW dan tidak ada DPC, maka
pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
Pengurus PPA 60 % 60 % 60 %
DPP 40 % 40 % 40 %

6. Dalam hal disuatu wilayah belum atau tidak ada DPW,DPC maupun PPA, maka
pendistribusiannya sebagai berikut :
Peringkat Uang Uang Uang
Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
DPP 100 % 100 % 100 %
Pasal 76
PENDISTRIBUSIAN KEUANGAN DARI PPS DAN BADAN OTONOM KEPADA DEWAN
PENGURUS

Peringkat Uang Uang Uang Infaq SHU


Organisasi Pangkal Iuran Konsolidasi
PPS Cabang ke DPC 15% 15% 15% 15% -
Koperasi Cabang ke - - - - 15%
DPC
Badan Otonom Cabang - - - 15% -
ke DPC
PPS Wilayah ke DPW 15% 15% 15% 15% -
Koperasi Wilayah ke - - - - 15%
DPW
Badan Otonom Wilayah - - - 15% -
ke DPW
PPS Pusat ke DPC 15% 15% 15% 15% -
Koperasi Pusat ke DPP - - - - 15%
Badan Otonom ke DPP - - - 15% -

Pasal 77
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYALURAN UANG IURAN

1. Pembayaran uang iuran anggota dilaksanakan dengan memotong upah/ gaji pekerja
oleh kasir atau bagian akunting perusahaan (check off system) atau bendahara PPA
PPMI.
2. Pendistribusian uang iuran dilakukan melalui PPA PPMI langsung ke rekening bank
Bendahara DPC PPMI dan Bendahara DPW PPMI masing-masing.
3. Pendistribusian uang iuran ke DPP PPMI dilakukan melalui PPA PPMI langsung ke
DPP PPMI melalui Rekening Bank BRI Nomor : 7129 01 012984 538 AN. DPP PPMI.

Pasal 78
Sanksi Pelanggaran Terhadap Iuran Anggota

1. Sanksi terhadap pelanggaran terhadap Iuran Anggota sebagaimana dimaksud Pasal


71, Pasal 72, Pasal 73 dan Pasal 74 anggaran rumah tangga ini harus didahului
dengan peringatan;
2. Pengaturan peringatan terhadap pelanggaran tidak membayar Iuran Anggota tersebut
adalah :
a. Peringatan Lisan apabila tidak membayar Iuran Anggota 1 bulan dalam 3 bulan.
b. Surat Peringatan 1 apabila tidak membayar Iuran Anggota 2 bulan dalam 6 bulan;
c. Surat Peringatan 2 apabila tidak membayar Iuran Anggota 3 bulan dalam 6 bulan;
d. Surat Peringatan 3 apabila tidak membayar Iuran Anggota 4 bulan dalam 6 bulan;
3. Pembekuan kepengurusan dan/atau pemberhentian permanen terhadap pengurus
organisasi disemua tingkatan organisasi dan atau pemberhentian sebagai Anggota
perseorangan, apabila tidak membayar iuran anggota lebih dari atau sama dengan 6
bulan berturut - turut tanpa alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan;
4. Khusus untuk memberikan sanksi pelanggaran terhadap iuran anggota sebagaimana
diatur ayat 2 tersebut diatas adalah kewenangan Pengurus disetiap tingkatan;
5. Terhadap anggota yang tidak membayar Iuran, maka terhadapnya juga tidak memiliki
hak sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Anggaran Dasar.
Pasal 79
LAPORAN KEUANGAN

1. Laporan keuangan bagi setiap organisasi secara periodik minimal 6 (enam) bulan
sekali kepada peringkat dibawah dan diatasnya.
2. Pedoman pelaksanaan pengumpulan uang pangkal, uang iuran serta mekanisme
pelaporan dan manajemen keuangan organisasi diatur dalam peraturan organisasi.

BAB VIII
PERUBAHAN AD/ART

Pasal 80
1. Perubahan AD/ ART hanya dapat dilakukan oleh Muktamar.
2. Rencana perubahan AD/ ART sedapat mungkin disampaikan kepada pengurus PPS
PPMI di pusat sampai pengurus PPA 2 (dua) bulan sebelum Muktamar.

BAB IX
PEMBUBARAN

Pasal 81
Pembubaran PPMI hanya dapat dilaksanakan oleh Muktamar atau muktamar luar biasa.

Pasal 82
Keputusan Pembubaran PPMI sekurang-kurangnya harus disetujui oleh 2/3 (dua pertiga)
peserta Muktamar dan di setujui Mahkamah organisasi.

Pasal 83
Harta Benda PPMI setelah bubar harus diserahkan kepada yayasan amal Islam.

BAB X
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 84
Setiap anggota PPMI dianggap telah mengetahui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ini setelah diumumkan

Pasal 85
Semua Badan dan Lembaga yang menggunakan nama dan Atribut PPMI diatur dan
ditetapkan oleh Muktamar.

Pasal 86
Semua anggota PPMI harus mentaati AD/ ART ini dan barang siapa melanggarnya
dikenakan sanksi-sanksi organisasi sebagaimana diatur dalam ketentuan terdahulu.

Pasal 87
Hal-hal lain yang belum diatur dalam AD/ ART ini akan diatur dalam Peraturan-peraturan
organisasi sebagaimana diatur dalam ketentuan AD/ ART.
Pasal 88
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 22 Februari 2022 M

Anda mungkin juga menyukai