Disusun oleh:
YOSI ARDELIA
2010206035
i
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN RISIKO JATUH DI
KAVLING NONGSA BATAM KEPULAUAN RIAU
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas‟Aisyiyah
Yogyakarta
Disusun oleh:
YOSI ARDELIA
2010206035
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
YOSI ARDELIA
2010206035
Oleh:
Dewan Penguji
Penguji I : Suratini, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.Kom. .................................
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta,
iii
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN RISIKO JATUH DI
KAVLING NONGSA BATAM KEPULAUAN RIAU1
Abstrak
Latar belakang
Tujuan
Metodologi
Hasil
Simpulan
Saran
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan peneliti juga
tidak terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Materai 6000
Yosi Ardelia
v
KATA PENGANTAR
Peneliti menyadari bahwa penyusunan KIAN ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data Umum Pasien ................................................................................................... 21
Tabel 3.2. Modifikasi Dari Bartel Indeks ............................................................................... 24
Tabel 3.3. SPSMQ.......................................................................................................................... 26
Tabel 3.4. MMSE .......................................................................................................................... 27
Tabel 3.5. YESAVAGE ……………........................................................................................... 29
Tabel 3.6. Pengkajian Skala Risiko Dekubitus ..................................................................... 31
Tabel 3.7. Pengkajian Risiko Jatuh …....................................................................................... 32
Tabel 3.8. Analisa Data …………................................................................................................ 33
Tabel 3.9. Prioritas Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 36
Tabel 3.10. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................................ 37
Tabel 3.11. Implementasi Keperawatan.................................................................................. 44
Tabel 3.12. Evaluasi Keperawatan............................................................................................ 47
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time schedule penyusun KIAN
Lampiran 2 Lembar bimbingan KIAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah lansia di dunia pada tahun 2015 sebanyak 900,9 juta jiwa dan
diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih dari 60% di tahun 2030 yaitu
menjadi 1402,4 juta jiwa. Indonesia termasuk dalam salah satu dari lima negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus
penduduk pada tahun 2010 jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa,
dan pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia mencapai 18,781
juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah lansia akan mencapai 36 juta
jiwa (Pratama, 2019).
Secara global diprediksi bahwa populasi lansia terus mengalami
peningkatan. Populasi lansia di Indonesia di prediksi akan meningkat lebih
tinggi dibandingkan populasi lansia di wilayah Asia dan Global setelah tahun
2050 (Kemenkes RI, 2014 dalam Pratama, 2019). Indonesia termasuk negara
berstruktur tua, hal ini sesuai dengan persentase penduduk lansia tahun 2008,
2009, dan 2012 mencapai diatas 7% dari keseluruhan penduduk. Penduduk yang
menua merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan
manusia secara global atau nasional. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai
tantangan pembangunan (Pratama, 2019).
Usia Harapan Hidup (UHH) menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan terutama di bidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan
semakin panjangnya usia harapan hidup penduduknya (Pratama, 2019). Angka
UHH di Dunia pada tahun 2010-2015 sebesar 70% dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 71% ditahun 2015-2020. Sedangkan angka usia harapan
hidup (UHH) di Indonesia pada tahun 2010-2015 adalah 70.7% dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 7.1% pada tahun 2015-2020 (Kemenkes RI, 2014
dalam Patama, 2019).
Pada tahun 2019 sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur
penduduk tua dimana penduduk lansianya sudah mencapai 10%, yaitu
Yogyakarta (14,50%), Jawa Tengah (13,36%) , Jawa Timur (12,96%), Bali
(11,30%), dan Sulawesi Barat (11,15%) (Maylasari, i, Rachmawati, Y, Wilson,
H, Nugroho, S. W, Sulistyowati, N. P, & Rosmala Dewi, 2019). Upaya
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian “Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Risiko Sindrom Lansia Lemah di Nongsa, Batam, Kepulauan Riau?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah penulis mampu
menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan risiko sindrom lansia
lemah di Nongsa, Batam, Kepulauan Riau.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah agar
penulis mampu:
a. Menganalisis pengkajian pada pasien sindrom lansia lemah
b. Menganalisis penegakan diagnosa keperawatan pada pasien sindrom lansia
lemah
c. Menganalisis rencana asuhan keperawatan pada pasien sindrom lansia
lemah
d. Menganalisis implementasi keperawatan pada pasien sindrom lansia lemah
e. Menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien sindrom lansia lemah
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini dapat menjadi dasar dalam praktik keperawatan
dan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan asuhan keperawatan
gerontik sebagai bentuk aplikasi program kesehatan masyarakat.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat menambah sumber
acuan bagi pembaca di perpustakaan tentang asuhan keperawatan gerontik
dengan risiko sindrom lansia lemah.
b. Bagi Lansia
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat digunakan pada
lansia dalam menerapkan tindakan untuk mengatasi risiko sindrom lansia
lemah.
c. Bagi Keluarga Lansia
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat digunakan pada
keluarga dalam menerapkan tindakan untuk mengatasi risiko sindrom
lansia lemah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Sindrom Geriatri
a. Definisi Sindrom Geriatri
Sindrom Geriatri adalah lanjut usia yang berusia lebih dari 60 tahun
serta memiliki ciri khas yang multipatologi, tampilan gejala tidak khas,
daya cadangan faali menurun, dan biasanya disertai dengan gangguan
fungsional (Martono dan Pranarka, 2010 dalam Pratama, 2019).
Sindrom Geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua
yang dapat mempengaruhi kualitas hidup meliputi gangguan kognitif,
depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional dan jatuh. Sindrom ini
biasanya melibatkan beberapa sistem organ (Panita, 2011 dalam Pratama,
2019).
b. Proses Menua
Menurut Constantides (1994) dalam Nugroho (2004) menua atau
menjadi tua dapat diartikan sebagai suatu proses menhilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi noemalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua
merupakan suatu proses fisiologik yang berlangsung perlahan dan efeknya
berbeda pada tiap individu (Indriana, Y, 2012).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh (Pratama, 2019). Proses menua pada seseorang sebenarnya
sudah terjadi sejak pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai saat
kematian. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun social. keadaan itu cnderung
berpotensi menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa
pada usia lanjut (Indriana, Y, 2012).
Dengan demikian manusia secara progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan structural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti
Hipertensi, aterosklerosis, DM, dan kanker yang akan menyebabkan kita
54
7
2) Perubahan psikologis
Masalah psikologis pertama kali mengenai sikap lansia terhadap
kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya
penarikan diri dari masyarakat dan dari dirinya sendiri. lansia dianggap
lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan
bertindak dan berfikir menurun. Perubahan psikis pada lansia adalah
besarnya individual differences pada lansia. Lansia memiliki
kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya. penyesuaian diri lansia
juga sulit karena ketidakinginan lansia untuk berinteraksi dengan
lingkungan ataupun pemberian batasan untuk berinteraksi.
3) Perubahan seksual
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas
seksual pada lansia biasanya berlangsung secara bertahap dan
menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan
neurologiknya. Untuk suatu pasangan suai dan istri bila semasa usia
dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal, akan kecil
sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam
hubungan seksualnya.
4) Perubahan sosial
Umumnya banyak lansia yang melepaskan partisipasi social
mereka walaupun pelepasan itu dilakukan dengan terpaksa. Pada lanjut
usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan
mengalami kepuasan. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
d. Permasalahan Pada Usia Lanjut
Lanjut usia diukur menurut usia kronologis, fisiologis dan
kematangan mental. Ketiga hal tersebut seringkali tidak berjalan sejajar
seperti yang diharapkan. Dalam ilmu geriatri yang dianggap penting
adalah usia fisiologis seseorang bukan usia kronologisnya. Meski
demikian seiring berjalannya waktu, manusia berupaya dengan segala
macam cara agar dapat menunda atau memperlambat proses penuaan.
Dengan begitu angka mortalitasnya dapat menurun (Martono dan
Pranarka, 2010 dalam Pratama 2019).
9
d) Diare
e) Gangguan keseimbangan, pendengaran, mobilitas, visual
f) Inkontinensia
g) Mengantuk, pusing
h) Kesulitan gaya berjalan
i) Neuropati
j) Gangguan pada kaki dan penurunan kekuatan eksremitas bawah
k) penyakit vascular, sakit akut
l) Perubahan kadar gula darah
4. Pathway
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status
kesehatan klien (Pratama, 2019). Menurut Dewi (2014) hal-hal yang harus
dikaji pada lansia sebagai berikut:
1) Data demografi, seperti: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan status
perkawinan.
2) Riwayat penyakit terdahulu dan pemeriksaan fisik yang berfokus pada
nyeri, sistem kardiovaskuler, intgument, muskuloskletal, endokrin, dan
respirasi.
3) Pengkajian nyeri yang meliputi PQRST
4) Pengkajian fungsi kognitif
5) Pengkajian ADL
6) Pengkajian keseimbangan
16
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosa adalah pernyataan sebagai kesimpulan hasil dari analisa
data pengkajian yang telah didapat. NANDA (2015) menyebutkan
perumusan diagnosa menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi.
Diagnosa keperawatan yang umum pada lansia dengan masalah sindrom
lansia lemah, Asuhan keperawatan merupakan pengkajian yang
menunjukkan pengelompokan data yang mengidikasikan klien mempunyai
resiko keamanan yang aktual atau potensial dengan mengembangkan suatu
pernyataan diagnosa keperawatan dimana harus dipastikan batasan
karakteristik yang tepat dalam dasar pengkajian (Perry dan Potter, 2010).
Risiko jatuh yang terdapat didalam NANDA tahun 2017 Domain
11. Keamanan atau perlindungan Kelas 2. Cedera fisik. Risiko jatuh
menurut NANDA adalah suatu keadaan yang rentan terhadap peningkatan
risiko jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan
kesehatan.
Hambatan mobilitas fisik Domain 4. Aktivitas atau istirahat Kelas
2. Aktivitas atau olahraga. Hambatan mobilitas fisik didefinisikan sebagai
keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
Risiko sindrom lansia lemah Domain 1. Promosi kesehatan Kelas.
2. Manajemen kesehatan. Risiko sindrom lansia lemah didefinisikan
sebagai kerentanan terhadap statusdinamik dari ekuilibrium yang tidak
stabil yang mempengaruhi individu lansia dalam mengalami
penyimpangan pada satu atau lebih domain kesehatan (fisik, fungsi,
psikologis, atau sosial) dan menimbulkan peningkatan kerentanan untuk
mengalami efek penyimpangan kesehatan, terutama disabilitas.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah langkah
selanjutnya yang dilakukan seorang perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan yang terdiri 2 langkah. Untuk langkah pertama mendapatkan
tujuan dan hasil yang diharapkan bagi klien, langkah kedua perencanaan
keperawatan untuk merencanakan intervensi keperawatan yang akan di
implementasikan kepada klien. Tahap lanjutan merupakan langkah dari
proses asuhan keperawatan setelah tahapan perumusan untuk masalah
17
6. Tinjauan Islam
Perubahan siklus dan fisik pada manusia dijelaskan dalam firman Allah SWT
dalam Q.S Ar-Rum ayat 54:
B. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain pendekatan cross
sectional.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah dua lansia yang memiliki masalah
keperawatan yang sama yaitu risiko jatuh, hambatan mobilitas fisik dan risiko
sindrom lansia lemah.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data meliputi kegiatan
memperhatikan dengan seksama, termasuk mendengar, mencatat, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek pada fenomena yang sedang
diamati. Observasi merupakan proses pengumpulan data yang hampir
digunakan dalam semua jenis penelitian, baik penelitian kualitatif dan
kuantitatif (Afiyanti & Rachmawati, 2014 dalam Pratama, 2019).
19
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan keterangan secara lisan dari responden atau bercakap-cakap
dan berhadapan langsung dengan responden, jadi data yang diperoleh
secara langsung dari responden melalui pertemuan atau percakapan
(Notoatmodjo, 2010).
4. Teknik Analisis Data
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2010).
b. Reduksi data
Reduksi data dalam analisa data penelitian dapat diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan. Reduksi data berupa hasil wawancara
terhadap subjek penelitian yaitu lansia dengan risiko jatuh.
c. Penyajian data
Penyajian data sebagai kumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data berbentuk teks naratif dalam bentuk catatan-catatan hasil
wawancara dengan pasien yang mengalami masalah keperawatan risiko
jatuh, hambatan mobilitas fisik, dan risiko sindrom lansia lemah. Hasil
observasi dan hasil pemeriksaan fisik sebagai informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
d. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti mulai mencari
karakteristik faktor lansia dengan riayat jatuh. Dengan demikian, aktivitas
analisis merupakan proses interaksi antara ketiga langkah analisa data
tersebut, dan merupakan proses siklus sampai kegiatan penelitian selesai.
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan
20
54
22
Ny. Z mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit Ny. D mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
4. Riwayat Kesehatan keluarga keluarga
Keluarga
r. Sistem saraf pusat: Klien tidak memiliki gangguan r. Sistem saraf pusat: Klien tidak memiliki gangguan
saraf saraf
s. Sistem endokrin: Tidak ada gangguan sistem s. Sistem endokrin: Tidak ada gangguan sistem
endokrin endokrin
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
27
Kesimpulan:
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)
Tabel 3.4 fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)
N Aspek Nilai Nilai Nilai
Kriteria Kriteria
o kognitif maksimal pasien 1 pasien 2
Menyebutkan dengan benar : Menyebutkan dengan benar :
Tahun Tahun
Musim Musim
1. Orientasi 5 5 5
Tanggal Tanggal
Hari Hari
Bulan Bulan
Dimana kita sekarang berada ? Dimana kita sekarang berada ?
Negara Indonesia Negara Indonesia
Orientasi 5 5 Propinsi 5 Propinsi
Kota Kota
Rumah Rumah
Sebutkan nama 3 obyek (oleh Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
mengatakan masing-masing obyek. masing-masing obyek. Kemudian
2. Registrasi 3 3 Kemudian tanyakan kepada klien 3 tanyakan kepada klien ketiga obyek
ketiga obyek tadi. (untuk tadi. (untuk disebutkan)
disebutkan)
Minta klien untuk memulai dari Minta klien untuk memulai dari
Perhatian
angka 100 kemudian dikurangi 7 angka 100 kemudian dikurangi 7
3. dan 5 4 4
sampai 5 kali/tingkat. sampai 5 kali/tingkat.
kalkulasi
93
28
86 93
79 86
72 79
65 72
65
gambar. gambar.
Tulis satu kalimat Tulis satu kalimat
Menyalin gambar Menyalin gambar
Total nilai : 28 27
Interpretasi hasil:
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak Tidak
15 Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaannya dari pada anda? Tidak Tidak
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut:
1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Skor:
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan:
1. Hasil pengkajian depresi geriatrik pada Ny. Z yaitu 0, yang artinya tidak depresi
2. Hasil pengkajian depresi geriatrik pada Ny. D yaitu 1, yang artinya tidak depresi
31
Persepsi Sensori 1. Terbatas Penuh 2. Sangat Terbatas 3. Agak Terbatas 4. Tidak Terbatas
Kelembaban Lembab konstan Sangat lembab Kadang lembab Jarang lembab
Aktivitas Ditempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan keluar
Mobilitas Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak adekuat Adekuat Sempurna
Gesekan/cubitan Masalah Masalah resiko Tidak ada masalah Sempurna
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. Z didapatkan hasil 17, sehingga dapat disimpulkan klien memiliki resiko terkena dekubitus
Kasus 2
Persepsi Sensori 1. Terbatas Penuh 2. Sangat Terbatas 3. Agak Terbatas 4. Tidak Terbatas
Kelembaban Lembab konstan Sangat lembab Kadang lembab Jarang lembab
Aktivitas Ditempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan keluar
Mobilitas Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak adekuat Adekuat Sempurna
Gesekan/cubitan Masalah Masalah resiko Tidak ada masalah Sempurna
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. D didapatkan hasil 15, sehingga dapat disimpulkan klien memiliki resiko rendah terkena decubitus
Keterangan:
Pasien dengan total nilai:
a. < 16 mempunyai resiko terkena decubitus
b. 15/16 resiko rendah
c. 13/14 resiko sedang
d. < 13 resiko tinggi
32
B. Analisis Data
Tabel 3.8 Analisis Data
Kasus 1
Data Problem Etiologi
Ds:
1. Pasien mengatakan mengalami penurunan
aktivitas Usia > 60 tahun
2. Pasien mengatakan kelelahan
3. Pasien mengaakan takut jatuh lagi jika Perubahan dan penurunan fungsi tubuh
terlalu banyak aktivitas
Lansia mengalami beberapa gangguan sistem,
Do: Risiko Sindrom Lansia Lemah misalnya: muskuloskletal
1. Pasien tampak dibantu saat keluar masuk
toilet, naik turun tangga, dan melakukan Perubahan dan penurunan kemampuan merawat
aktivitas atau latihan diri sendiri
2. Hasil pengkajian bartel indeks 115, yaitu
ketergantungan sebagian Risiko sindrom lansia lemah
3. Pasien mengalami penurunan kekuatan otot
kaki
Ds:
1. Pasien mengatakan kaki terasa sakit jika
terlalu banyak aktivitas
2. Pasien mengatakan sering mengalami
kram otot kaki Usia > 60 tahun
Hambatan Mobilias Fisik
Do: Perubahan dan penurunan fungsi tubuh
1. Lansia tampak lemas
2. Lansia dibantu saat keluar masuk toilet, Kelemahan fisik
jalan dipermukaan, dan naik turun tangga
3. Kekuatan otot kaki menurun Penurunan Kekuatan Otot
34
5 5
4 4
Kasus 2
Data Problem Etiologi
Ds:
1. Pasien mengatakan kebanyakan aktivitas
Usia > 60 tahun
hanya duduk dikursi
2. Pasien mengatakan sering merasa kelelahan
Perubahan dan penurunan fungsi tubuh
Do:
1. Beberapa aktivitas pasien dibantu , seperti:
Lansia mengalami beberapa gangguan sistem,
berpindah dari TT ke kursi roda dan Resiko Sindrom Lansia Lemah
misalnya: muskuloskletal
sebaliknya, keluar masuk toilet, mandi,
jalan dipermukaan, naik turun tangga, dan
Perubahan dan penurunan kemampuan merawat
olahraga atau latihan.
diri sendiri
2. Hasil pengkajian bartel indeks 90, yaitu
ketergantungan sebagian
Risiko sindrom lansia lemah
Data Problem Etiologi
Ds:
1. Pasien mengatakan dipsnea setelah
beraktivitas
2. Pasien mengatakan sering mengalami
gemetaran atau tremor
3 3
36
Ds:
1. Pasien mengatakan memiliki riwayat jatuh
7 bulan lalu sebanyak 5x
2. Pasien mengatakan lingkungan rumah
Usia > 60 tahun
kurang terang
Perubahan dan penurunan fungsi tubuh
Do:
1. Pasien berusia 67 tahun
Penurunan kekuatan otot
2. Hasil pengkajian resiko jatuh dengan
Risiko Jatuh
menggunakan postural hypotension,
Tidak mampu berdiri lama, gerakan lamban,
didapatkan peningkatan tekanan darah
memiliki riwayat jatuh, penurunan kekuatan otot
sebesar 20mmHg, maka dapat dikatakan
kaki, Lingkungan yang kurang aman
Ny.D memiliki resiko jatuh
3. Pasien menggunakan alat bantu jalan
Gangguan Keseimbangan
4. Kurang pencahayaan
5. Karpet yang terlipat
6. Lantai kamar mandi licin
DIAGNOSIS
NOC NIC RASIONALISASI
KEPERAATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantuan Perawatan Diri (1800)
selama 3x3 jam, diharapkan klien dapat O:
melakukan perawatan diri : aktivitas - Pertimbangkan usia pasien (Ny.Z) - Agar dapat menghindari aktivitas
sehari-hari (ADL) (0300) dengan kriteria ketika meningkatkan aktivitas perawatan yang tidak mampu dilakukan
hasil: diri pasien
No Indikator Awal Target N:
1. Ke toilet 2 3 - Berikan lingkungan yang terapeutik - Agar pasien merasa aman dan
Resiko sindrom lansia
2. Berjalan 3 4 dengan memastikan lingkungan yang nyaman
lemah
3. Berpindah 3 4 hangat, santai, tertutup dan berdasarkan
4. Memposisikan pngalaman individu
2 3 - Bantu pasien menerima kebutuhan - Agar tindakan yang didapatkan
diri
terkait dengan kondisinya sesuai keadaan klien
- Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan - Agar pasien terbiasa melakukan
diri aktivitas
E:
40
Kasus 2
DIAGNOSIS
NOC NIC RASIONALISASI
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Lingkungan : Keselamatan
selama 3x3 jam, diharapkan klien dapat (6486)
melakukan pergerakan (0208) dengan O:
kriteria hasil: - Identifikasi hal-hal yang membahayakan - Agar klien terhindar dari bahaya
No Indikator Awal Target dilingkungan
1. Jatuh saat 3 4 - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien - Agar klien berada pada
berjalan berdasarkan fungsi fisik serta riwayat lingkungan yang aman
2. Jatuh saat 3 4 dimasa lalu
kekamar N:
mandi - Sediakan alat untuk beradaptasi - Untuk memudahkan klien
Risiko jatuh 3. Jatuh saat 3 4 (misalnya: kursi untuk pijakan dan melakukan aktivitas
membungkuk pegangan tangan)
4. Jatuh saat 3 4 - Gunakan peralatan perlindungan - Untuk menghindari hal-hal yang
berdiri (misalnya: pegangan pada sisi, kunci tidak diinginkan tidak terjadi
pintu, pagar dan gerbang) untuk
membatasi mobilitas fisik atau akses
pada situasi yang membahayakan
E:
- Beritahukan pada keluarga untuk - Untuk menjauhkan klien dari
melakukan perlindungan lingkngan bahaya
41
DIAGNOSA
NOC NIC RASIONALISASI
KEPERAATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantuan Perawatan Diri (1800)
selama 3x3 jam, diharapkan klien dapat O:
melakukan perawatan diri : aktivitas - Pertimbangkan usia pasien (Ny.Z) - Agar dapat menghindari aktivitas
Resiko sindrom lansia sehari-hari (ADL) (0300) dengan kriteria ketika meningkatkan aktivitas perawatan yang tidak mampu dilakukan
lemah hasil: diri pasien
No Indikator Awal Target N:
1. Ke toilet 2 3 - Berikan lingkungan yang terapeutik - Agar pasien merasa aman dan
2. Mandi 2 3 dengan memastikan lingkungan yang nyaman
43
E. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.11 Implementasi Keperawatan
Kasus 1
Diagnosis
Jam 26 April 2021 Jam 27 April 2021 Jam 28 April 2021
Keperawatan
8.00 - Mengidentifikasi hal-hal yang 8.10 - Mengevaluasi hasil edukasi yang 8.00 - Mengevaluasi perasaan klien
wib membahayakan dilingkungan wib diberikan pada kelarga wib - Menyingkirkan benda yang
- Memonitor kemampuan untuk - Menyingkirkan benda yang menghalangi aktivitas klien
berpindah dari tempat tidur ke menghalangi aktivitas klien - Membantu klien untuk
kursi, sebaliknya - Membantu klien untuk berpindah dari kursi ke tempat
- Menganjurkan keluarga untuk berpindah dari kursi ke tempat tidur
menyediakan pencahayaan tidur - Membantu klien keluar masuk
yang cukup untung - Membantu klien keluar masuk kamar mandi
Risiko jatuh
meningkatkan pandangan kamar mandi - Merendam kaki klien dengan
- Mengedukasi keluarga agar - Mendekatkan barang-barang air hangat
selalu mebersihkan kamar yang selalu digunakan klien, - Melakukan latihan
mandi agar lantai tidak licin agar mudah dijangkau keseimbangan
- Menganjurkan klien untuk - Merendam kaki klien dengan air
menggunakan alas kaki yang hangat
tidak licin - Melakkan latihan keseimbangan
8.15 - Gali hambatan untuk 8.20 - Lakukan latihan bersama 8.10 - Melakukan ROM aktif
wib melakukan latihan wib individu, ROM aktif wib bersama
- Melakukan latihan bersama - Menyediakan umpan balik positif - Mengevaluasi kegiatan ROM
individu, ROM aktif atas usaha yang dilakukan klien aktif
Hambatan
- Memberikan umpan balik - Memotivasi lansia untuk - Menyediakan umpan balik
mobilitas fisik
positif atas usaha yang memulai dan melanjutkan positif atas usaha yang
berhubungan
dilakukan klien aktivitas dilakukan klien
dengan
- Menginformasikan kepada - Melibatkan keluarga dalam - Memotivasi lansia untuk
penurunan
klien mengenai manfaat merencanakan dan meningkatkan memulai dan melanjutkan
kekuatan otot
kesehatan dari latihan yang program latihan aktivitas
dilakukan
- Melibatkan keluarga dalam
merencanakan dan
45
8.30 - Memberikan lingkungan yang 8.25 - Mengevaluasi perasaan klien 8.20 - Mengevaluasi perasaan klien
wib aman dan nyaman wib - Melatih rom aktif wib - Melatih rom aktif
- Menciptakan rutinitas aktivitas - Membantu melakukan ADL, - Membantu melakukan
perawatan diri, seperti menyikat berjalan dipermukaan perawatan diri, keramas
gigi, menyisir rambut, dll - Memberikan lingkungan yang - Memberikan lingkungan yang
- Memotivasi klien untuk aman dan nyaman aman dan nyaman
Resiko sindrom melakukan aktivitas sehari-hari - Memotivasi klien untuk - Memotivasi klien untuk
lansia lemah sampai batas kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari melakukan aktivitas sehari-hari
pasien sampai batas kemampuan pasien sampai batas kemampuan
- Kolaborasikan dengan keluarga - Melakukan pemeriksaan tekanan pasien
untuk mendukung kemandirian darah - Melakukan pemeriksaan
klien tekanan darah
- Melakukan rom pasif
- Melakukan pemeriksaan
tekanan darah
Kasus 2
Diagnosis
Jam 26 April 2021 Jam 27 April 2021 Jam 28 April 2021
Keperawatan
9.00 - Mengidentifikasi hal-hal yang 8.30 - Mengevaluasi hasil edukasi yang 8.30 - Mengevaluasi perasaan klien
wib membahayakan dilingkungan wib diberikan pada kelarga wib - Menyingkirkan benda yang
- Memonitor kemampuan untuk - Menyingkirkan benda yang menghalangi aktivitas klien
berpindah dari tempat tidur ke menghalangi aktivitas klien - Membantu klien untuk
kursi, sebaliknya - Membantu klien untuk berpindah dari kursi ke tempat
- Menganjurkan keluarga untuk berpindah dari kursi ke tempat tidur
Risiko jatuh
menyediakan pencahayaan tidur - Membantu klien keluar masuk
yang cukup untung - Membantu klien keluar masuk kamar mandi
meningkatkan pandangan kamar mandi - Merendam kaki klien dengan
- Mengedukasi keluarga agar - Mendekatkan barang-barang air hangat
selalu mebersihkan kamar yang selalu digunakan klien, - Melakukan lathan
mandi agar lantai tidak licin agar mudah dijangkau keseimbangan
46
9.30 - Memberikan lingkungan yang 8.40 - Mengevaluasi perasaan klien 8.50 - Mengevaluasi perasaan klien
wib aman dan nyaman wib - Melatih rom aktif wib - Melatih rom aktif
- Menciptakan rutinitas aktivitas - Membantu melakukan ADL, - Membantu melakukan peraatan
perawatan diri, seperti menyikat berjalan dipermukaan diri, keramas
gigi, menyisir rambut, dll - Memberikan lingkungan yang - Memberikan lingkungan yang
- Memotivasi klien untuk aman dan nyaman aman dan nyaman
melakukan aktivitas sehari-hari - Memotivasi klien untuk - Memotivasi klien untuk
Resiko sindrom
sampai batas kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari melakukan aktivitas sehari-hari
lansia lemah
pasien sampai batas kemampuan pasien sampai batas kemampuan
- Kolaborasikan dengan keluarga - Melakukan pemeriksaan tekanan pasien
untuk mendukung kemandirian darah - Melakukan pemeriksaan
klien tekanan darah
- Melakukan rom pasif
- Melakukan pemeriksaan
tekanan darah
47
F. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.12 Evaluasi Keperawatan
Kasus 1
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Keperawatan
S: S:
S:
1. Klien mengatakan keadaannya lebih 1. Klien mengatakan bisa lebih mandiri
1. Klien mengatakan pandangannya
baik beraktivitas
kurang jelas
2. Klien mengatakan akan mencoba 2. Klien mengatakan senang melakukan
2. Klien mengatakan takut aktivitas
meningkatkan aktivitasnya latihan keseimbangan
karna keterbatasan penglihatan
3. Klien mengatakan akan melakukan O:
O:
latihan keseimbangan dengan 1. Klien tampak lebih bugar dan
1. Pasien tampak berjalan dengan hati-
keluarganya bersemangat
hati
O: 2. Klien sangat kooperatif
2. Keluarga menyingkirkan benda yang
1. Klien tampak bugar dan bersemangat 3. Telah dilakukan perendaman kaki
dapat menyebabkan pasien jatuh
2. Klien tampak berjalan dengan hati- dengan air hangat
3. Klien mengalami penurunan otot
hati 4. Telah dilakukan latihan
eksremitas bawah
3. Telah dilakukan perendaman kaki keseimbangan dengan jalan tandem
4. Pasien sering mengantuk
klien dengan air hangat dan jalan 5. Klien dapat melakukan jalan tandem
5. Hasil pengkajian resiko jatuh dengan
Risiko Jatuh tandem dengan mandiri dan hati-hati
menggunakan postural hypotension,
4. Klien dapat melakukan jalan tandem A:
didapatkan peningkatan tekanan
dengan mandiri dan hati-hati Masalah risiko jatuh belum teratasi
darah sebesar 20mmHg, maka dapat
A: P:
dikatakan Ny.Z memiliki resiko jatuh
Masalah risiko jatuh belum teratasi Intervensi dilanjutkan
A:
P: - Menganjurkan keluarga untuk selalu
Masalah risiko jatuh belum teratasi
Intervensi dilanjutkan memperhatikan bahaya yang ada
P:
- Mengevaluasi perasaan klien dilingkungan sekitar
Intervensi dilanjutkan
- Merendam kaki klien dengan air hangat - Menganjurkan klien untuk tetap
- Mengevaluasi hasil edukasi yang
- Melakukan latihan keseimbangan melakukan latihan keseimbangan
diberikan pada kelarga
dengan metode jalan tandem dengan jalan tandem
- Melakukan latihan keseimbangan jalan
Batam, 27 April 2021
tandem
(Yosi Ardelia) Batam, 28 April 2021
Batam, 26 April 2021
(Yosi Ardelia) (Yosi Ardelia)
48
Kasus 1
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-1 Hari ke-1
Keperawatan
S: S: S:
1. Klien mengatakan belum pernah 1. Klien mengatakan senang 1. Klien mengatakan senang melakukan
melakukan rom sebelumnya melakukan ROM ROM
2. Klien mengatakan bisa melakukan 2. Klien mengatakan bisa melakukan 2. Klien mengatakan akan melakukan
gerakan tanpa bantuan gerakan tanpa bantuan ROM dengan rutin
O: 3. Klien mengatakan jarang
1. Kesadaran CM mengalami kram otot pada kakinya O:
2. Klien sangat kooperatif O: 1. Kesadaran CM
3. Klien sangat bersemangat saat 1. Kesadaran CM 2. Klien sangat kooperatif
diajarkan ROM 2. Klien sangat kooperatif 3. Klien mampu melakukan gerakan
4. Klien mampu melakukan gerakan 3. Klien mampu melakukan gerakan dengan mandiri
dengan mandiri dengan mandiri 4. Klien mampu mempraktikkan gerakan
5. Penurunan kekuatan otot kaki 4. Klien mampu mempraktikkan dengan benar
kanan dan kiri gerakan dengan benar A:
Hambatan mobilitas A: A: Masalah hambatan mobilitas fisik belum
fisik berhubungan Masalah hambatan mobilitas fisik belum Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
dengan penurunan teratasi teratasi P:
kekuatan otot P: P: Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan Intervensi dilanjutkan - Menganjurkan klien agar rutin melakukan
- Lakukan latihan bersama individu, - Melakukan ROM aktif bersama ROM
ROM aktif - Mengevaluasi kegiatan ROM aktif - Memotivasi lansia untuk memulai dan
- Menyediakan umpan balik positif atas - Menyediakan umpan balik positif atas melanjutkan aktivitas
usaha yang dilakukan klien usaha yang dilakukan klien
- Memotivasi lansia untuk memulai dan - Memotivasi lansia untuk memulai dan
melanjutkan aktivitas melanjutkan aktivitas
- Melibatkan keluarga dalam
merencanakan dan meningkatkan Batam, 28 April 2021
program latihan (Yosi Ardelia)
Kasus 1
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Keperawatan
S: S: S:
1. Klien mengatakan bisa 1. Klien mengatakan tidak bergantung 1. Klien mengatakan senang, bisa lebih
meningkatkan aktivitasnya sedikit- pada bantuan keluarganya lagi mandiri tanpa menyusahkan
sedikit 2. Klien mengatakan bisa 2. Klien mengatakan beraktivitas dengan
2. Klien mengatakan masih meningkatkan aktivitasnya hati-hati
merasakan kelelahan 3. Klien mengatakan beraktivitas O:
3. Klien mengatakan bisa lebih dengan hati-hati 1. TD: 130/90mmHg
mandiri O: 2. Klien sangat kooperatif
O: 1. TD: 120/90mmHg 3. Klien tampak lebih bugar dan
1. TD: 130/90mmHg 2. Klien sangat kooperatif selama bersemangat
2. Klien sangat kooperatif dilakukan pengkajian hingga 4. Klien masih dibantu saat keluar masuk
3. Klien tampak bugar, nyaman, dan evaluasi toilet dan naik turun tangga
bersemangat 3. Klien tampak bugar, nyaman dan A:
4. Klien makan dengan mandiri bersemangat Masalah risiko sindrom lansia lemah belum
5. Klien masih dibantu saat keluar 4. klien makan, minum, dan teratasi
Resiko sindrom lansia masuk toilet dan naik turun tangga braktivitas dengan mandiri P:
lemah A: 5. Klien masih dibantu saat keluar Intervensi dilanjutkan
Masalah risiko sindrom lansia lemah masuk toilet dan naik turun tangga - Melatih rom aktif
belum teratasi A: - Memberikan lingkungan yang aman dan
P: Masalah risiko sindrom lansia lemah nyaman
Intervensi dilanjutkan belum teratasi - Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas
- Melatih rom aktif P: sehari-hari sampai batas kemampuan pasien
- Membantu melakukan ADL, berjalan Intervensi dilanjutkan
dipermukaan - Mengevaluasi perasaan klien Batam, 28 April 2021
- Memberikan lingkungan yang aman - Melatih rom aktif (Yosi Ardelia)
dan nyaman - Membantu melakukan perawatan diri,
- Memotivasi klien untuk melakukan keramas
aktivitas sehari-hari sampai batas - Memberikan lingkungan yang aman
kemampuan pasien dan nyaman
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah - Melakukan pemeriksaan tekanan darah
Batam, 26 April 2021 Batam, 27 April 2021
(Yosi Ardelia) (Yosi Ardelia)
50
Kasus 2
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Keperawatan
S: S: S:
1. Klien mengatakan memiliki 1. Klien mengatakan lingkungan 1. Klien mengatakan badannya lebih
riwayat jatuh 7 bulan yang lalu rumah sudah terang bugar
2. Klien mengatakan lingkungan 2. Keluarga klien mengatakan sudah 2. Klien mengatakan senang
rumah kurang pencahayaan mengganti lampu rumah agar lebih melakukan latihan keseimbangan
O: terang O:
1. Klien berusia 67 tahun 3. Klien mengatakan akan melakukan 1. Klien sangat kooperatif
2. Hasil pengkajian resiko jatuh latihan keseimbangan dengan 2. klien tampak bersemangat
dengan menggunakan postural keluarganya 3. Klien dapat melakukan jalan tandem
hypotension, didapatkan O: dengan hati-hati
peningkatan tekanan darah sebesar 1. Klien tampak bersemangat A:
20mmHg, maka dapat dikatakan 2. Lingkungan rumah terlihat lebih Masalah risiko jatuh belum teratasi
Ny.D memiliki resiko jatuh terang P:
3. Pasien menggunakan alat bantu 3. Klien dapat mempraktikkan latihan Intervensi dilanjutkan
jalan jalan tandem dengan mandiri - Menganjurkan keluarga untuk selalu
Risiko Jatuh 4. Lingkungan rumah kurang 4. Klien menggunakan alat bantu memperhatikan bahaya yang ada
pencahayaan jalan (walker) dilingkungan sekitar
A: A: - Menganjurkan klien untuk tetap
Masalah risiko jatuh belum teratasi Masalah risiko jatuh belum teratasi melakukan latihan keseimbangan
P: P: dengan jalan tandem.
Intervensi dilanjutkan Intervensi dilanjutkan
- Memberikan lingkungan yang aman - Mengevaluasi perasaan klien Batam, 28 April 2021
untuk lansia - Merendam kaki klien dengan air (Yosi Ardelia)
- Merendam kaki lansia dengan air hangat
hangat - Melakukan latihan keseibangan
- Melakukan latihan keseimbangan dengan jalan tandem
dengan jalan tandem
Batam, 26 April 2021 Batam, 27 April 2021
(Yosi Ardelia) (Yosi Ardelia)
51
Kasus 2
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Keperawatan
S: S: S:
1. Klien mengatakan sesak setelah 1. Klien mengatakan masih terasa 1. Klien mengatakan sesak berkurang
beraktivitas sesak jika banyak beraktivitas 2. Klien mengatakan senang
2. Klien mengatakan sering tremor 2. Klien mengatakan masih tremor melakukan ROM
O: O: O:
1. Kesadaran CM 1. Kesadaran CM 1. Kesadaran CM
2. Klien tampak bergerak dengan 2. Klien bergerak dengan lamban 2. Klien sangat kooperatif
lambat 3. Postur tubuh klien membungkuk 3. Klien dapat melakukan ROM tanpa
3. Klien terlihat bungkuk 4. Klien menggunakan alat bantu bantuan
4. Klien menggunakan alat bantu jalan (walker) A:
jalan (walker) 5. Kekuatan otot kaki menurun Masalah hambatan mobolitas fisik belum
5. Kekuatan otot kaki menurun A: teratasi
A: Masalah hambatan mobolitas fisik belum P:
Masalah hambatan mobolitas fisik belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas teratasi P: - Menganjurkan klien agar rutin
fisik berhubungan P: Intervensi dilanjutkan melakukan ROM
dengan penurunan Intervensi dilanjutkan - Melakukan ROM aktif bersama - Memotivasi lansia untuk memulai dan
kekuatan otot - Lakukan latihan bersama individu, - Mengevaluasi kegiatan ROM aktif melanjutkan aktivitas
ROM aktif - Menyediakan umpan balik positif atas
- Menyediakan umpan balik positif atas usaha yang dilakukan klien Batam, 28 April 2021
usaha yang dilakukan klien - Memotivasi lansia untuk memulai dan (Yosi Ardelia)
- Memotivasi lansia untuk memulai dan melanjutkan aktivitas
melanjutkan aktivitas
- Melibatkan keluarga dalam Batam, 27 April 2021
merencanakan dan meningkatkan (Yosi Ardelia)
program latihan
Kasus 2
Diagnosa
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Keperawatan
S: S: S:
1. Pasien mengatakan kebanyakan 1. Klien mengatakan akan 1. Klien mengatakan akan
aktivitas hanya duduk dikursi meningkatkan aktivitasnya meningkatkan kemandiriannya
2. Pasien mengatakan sering merasa 2. Klien merasa kelelahan O:
kelelahan O: 2. TD: 120/90mmHg
O: 1. TD: 130/80 mmHg 3. Klien sangat kooperatif
1. TD: 130/90mmHg 2. Klien sangat kooperatif 4. Klien tampak bugar
2. Klien sangat kooperatif 3. Klien tampak bugar 5. Klien ketergantungan sebagian
3. Klien tampak lemah 4. Klien dibantu saat berpindah A:
4. Klien tampak dibantu saat 5. Klien dapat mengenakan pakaian Masalah resiko sindrom lansia lemah
berpindah dari TT ke kursi roda dengan mandiri belum teratasi
dan sebaliknya, keluar masuk 6. Klien mampu menyisir rambut P:
toilet, mandi, jalan dipermukaan, dengan mandiri Intervensi dilanjutkan
naik turun tangga, dan olahraga A: - Melatih rom aktif
atau latihan. Masalah resiko sindrom lansia lemah - Memberikan lingkungan yang aman
Resiko sindrom lansia
A: belum teratasi dan nyaman
lemah
Masalah resiko sindrom lansia lemah P: - Memotivasi klien untuk melakukan
belum teratasi Intervensi dilanjutkan aktivitas sehari-hari sampai batas
P: - Melatih rom aktif kemampuan pasien
Intervensi dilanjutkan - Membantu melakukan ADL, berjalan
- Melatih rom aktif dipermukaan Batam, 28 April 2021
- Membantu melakukan ADL, berjalan - Memberikan lingkungan yang aman (Yosi Ardelia)
dipermukaan dan nyaman
- Memberikan lingkungan yang aman - Melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan nyaman - Memotivasi keluarga agar dapat
- Memotivasi klien untuk melakukan mendampingi dan memperhatikan kiln
aktivitas sehari-hari sampai batas saat melakukan aktivitas
kemampuan pasien
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah Batam, 27 April 2021
Batam, 26 April 2021 (Yosi Ardelia)
(Yosi Ardelia)
53
54
55
ang bermasalah. Akan tetapi, karena kepentingan praktis dan adanya kendala
keterbatasan waktu pengumpulan data dan dokumentasi, maka di beberapa
tempat dapat dijumpai kebijakan yang memfokuskan item dalam format
pengumpulan data dengan mempertimbangkan prioritas pengkajian atau pola
fungsi terkait yang paling berpengaruh dengan gangguan system yang terjadi
(Asmadi, 2010).
Hasil pengkajian pada 2 kasus kelolaan, yaitu Ny.Z dan Ny.D peneliti
melakukan pengkajian pada tanggal 16 April 2021. Pada saat melakukan
pengkajian Ny.Z mengatakan bahwa 5 bulan yang lalu pernah terjatuh didalam
kamar mandi karena lantainya licin. Ny.Z mengatakan beberapa aktivitas
dibantu oleh anaknya. Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD:
120/90mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2oC, dan RR: 24x/menit.
Pada kasus kelolaan yang ke 2 yaitu Ny.D mengatakan 7 bulan yang lalu
terjatuh didalam kamarnya karena tersandung karpet. Beberapa aktivitas dibantu,
seperti berpindah, keluar masuk toilet, mandi, dan naik turun tangga. Saat
dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 130/90mmHg, N: 80x/menit,
S: 36,5oC, dan RR: 20x/menit.
Pada kasus Ny.Z dan Ny.D memiliki diagnosa keperawatan yang sama
yaitu risiko jatuh dengan tujuan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu
Pergerakan dengan kriteria hasil yaitu jatuh saat berjalan, jatuh saat kekamar
mandi, jatuh saat membungkuk (NOC, 2016).
postural. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: penuaan, kecelakan
dan penyakit yang diderita (Murtyani & Suidah, 2019).
Gangguan keseimbangan postrural menjadi salah satu penyebab
terjadinya jatuh pada lanjut usia yang dapat menyebabkan patah tulang, keseleo
pada otot, perlukaan jaringan bahkan jatuh dapat menyebabkan kematian pada
lansia. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi penyebab utama gangguan
keseimbangan postural pada lansia adalah faktor penuaan (Murtyani & Suidah,
2019). Salah satu diantaranya adalah perubahan struktur otot, yaitu penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot (atrofi otot). Jika sistem musculoskeletal
menurun maka pelepasan kalsium (Ca) oleh Retikulum Sarcoplasma tidak
optimal sehingga mengakibatkan kekuatan tarik menarik antara aktin dan mosin
tidak optimal sehingga mengakibatkan kontraksi tidak optimal dan
menyebabkan keseimbangan tidak terbentuk dengan baik (goyang atau tidak
mampu berdiri dengan tegap) (Murtyani & Suidah, 2019).
meter dengan posisi tumit kaki menyentuh jari-jari kaki. Dengan latihan jalan
tandem ini lansia dapat dilatih melihat kedepan dan memperluas arah pandangan
supaya tetap melakukan jalan tandem pada garisnya (Sadondang & Komalasari,
2018).
Sedangkan latihan ROM dilakukan oleh pasien dengan bantuan perawat
dari setiap gerakan yang dilakukan yang bertujuan untuk memperbaiki tonus
otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
meningkatkan massa otot dan mengurangi kehilangan tulang. Teknik ROM
terbukti tidak hanya meningkatkan rentang rentang gerak tetapi juga dapat
mempertahankan rentang gerak. Adanya pergerakan pada persendian akan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah kedalam kapsula sendi dan
memberikan nutrisi yang memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar
dan tanpa rasa sakit atau ketidaknyamanan (Jenkins, 2005 dalam Pratama, 2019).
Latihan ROM rutin sedikitnya 2-3 kali setiap minggunya dalam waktu
10-20 menit memberikan manfaat yang berarti diantaranya dapat meningkatkan
kekuatan otot dan menurunkan keletihan, dalam hal ini di khususkan pada lansia
yang mengalami penurunan massa otot serta kekuatannya untuk melakukan
mobilisasinya (Utami, 2009 dalam Pratama, 2019).
b. Tindakan kedua yang dilakukan pada Ny.Z dan Ny.D yaitu mengukur
tekanan darah, yang tujuan untuk memantau status perkembangan klien
guna menentukan perencanaan dan tindakan keperawatan yang baik.
Pengukuran tekanan darah umumnya dilakukan pada pemeriksaan fisik
sebagai pemeriksaan yang penting sebagai untuk tindakan preventif.
c. Tindakan ketiga yang dilakukan pada Ny.Z dan Ny.D yaitu melakukan
latihan ROM pasif bersama klien, dengan tujuan untuk memperbaiki tonus
otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki toleransi otot untuk
latihan, meningkatkan massa otot dan mengurangi kehilangan tulang.
Teknik ROM dilakukan selama 10 menit. Teknik ROM pasif dilaksanakan
dengan berbaring di tempat tidur proses rileks dan di mulai dari kepala
hingga bagian kaki di fleksi dan ekstensi, abduksi dan aduksi dilakukan
sebanyak hitungan 8 kali.
d. Tindakan selanjutnya yaitu latihan keseimbangan dengan melakukan jalan
tandem. Jalan tandem dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis
lurus sejauh 3-6 meter dengan posisi tumit kaki menyentuh jari-jari kaki,
latihan ini dilakukan selama 5 menit. Pada saat latihan jalan tandem,
peneliti meminta bantuan pada anggota keluarga untuk mengawasi latihan
tersebut, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
e. Tindakan selanjutnya yaitu memberikan edukasi pada keluarga agar
memberi memperhatikan kondisi lingkungan yang kurang aman seperti:
lantai yang licin, karpet yang terlipat, dan pencahayaan yang cukup.
2. Implementasi hari kedua dan ketiga
a. Tindakan pertama yang dilakukan ialah menanyakan kondisi klien dan
mengevaluasi hasil kegiatan ROM dan jalan tandem.
b. Tindakan selanjutnya yaitu melakukan pengukuran tekanan darah.
c. Selanjutnya peneliti dan lansia melakukan latihan bersama, yaitu latihan
ROM aktif, dengan posisi lansia duduk di kursi dengan kondisi rileks
kemudian peneliti meminta lansia mempraktikkan gerakan ROM. Latihan
selanjutnya yaitu jalan tandem, lansia mampu berjalan sejauh 6 meter
dengan perlahan dan hati-hati.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan kasus tentang Laporan Kasus Gerontik
dengan Risiko Jatuh di Kavling Nongsa Batam Kepulauan Riau, maka dari hasil
kasus ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada Ny.Z dan Ny.D didapatkan hasil data
subyektif Ny.Z mengatakan bisa lebih mandiri dalam beraktivitas, klien
mengatakan senang bisa melakukan latihan keseimbangan. Ny.D
mengatakan kondisinya lebih bugar, klien mengatakan senang melakukan
latihan keseimbangan.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, peneliti menemukan diagnosis
keperawatan yang sama antara Ny.Z dan Ny.D, yaitu risiko jatuh, hambatan
mobilitas fisik, dan risiko sindrom lansia lemah.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada Ny.Z dan Ny.D sesuai dengan
Nursing Outcomes Classification (NOC) dengan label yang sama yaitu
Pergerakan (0208). Sedangkan intervensi yang dilakukan pada Ny.Z dan
Ny.D sesuai dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dengan
label Manajemen Lingkungan: Keselamatan (6486) dan Pencegahan Jatuh
(6490).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Ny.Z dan Ny.D yaitu melalukan
latihan keseimbangan dengan jalan tandem, melakukan ROM untuk
memperbaiki tonus otot dan meningkatkan mobilisasi sendi, serta peneliti
memberikan edukasi pada keluarga agar menciptakan lingkungan yang
aman misalnya: memberikan pencahataan yang cukup, membersihkan lantai
kamar mandi agar tidak licin, memperhatikan karpet agar tidak terlipat.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada Ny.Z dan Ny.D dengan masalah risiko
jatuh harus dilakukan secara berkala. Saat dilakukan evaluasi pada Ny.Z
klien mengatakan bisa lebih mandiri dalam beraktivitas, klien mengatakan
62
63
B. Saran
1. Bagi lansia
Diharapkan lansia dapat meningkatkan aktivitasnya, dapat menerapkan
latihan yang sudah diajarkan, dan selalu menjaga kesehatannya.
2. Bagi keluarga lansia
Diharapkan keluarga lansia dapat mendampingi aktivitas yang dilakukan
lansia, dan keluarga selalu menjaga keamanan lingkungan.
3. Bagi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan
referensi mahasiswa, sehingga bisa meningkatkan pengetahuan dalam
memberikan layanan keperawatan gerontik dengan masalah risiko jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Abil, R., & Setyanto, R. B. (2019). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Risiko
Jatuh Pada Lansia. Jurnal Imiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan.
Vol.5, No.2.
Azizah, F. D. (2017). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Risiko Jatuh Pada
Lanjut Usia Di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. Skripsi Univrsitas
Muhammadiyah Surakarta.
Noorratri, E. D., Leni, A. M., & Kardi, I. S. (2020). Deteksi Dini Risiko Jatuh Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Ketingan Kecamatan Jebres Surakarta. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Vol.4, No.2.
64
65
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 . Jakarta: EGC.
Potter, A., & Perry. (2013). Fundamental of Nursing, edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Prisilia. (2016). Hubungan Kejadian Stres Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia
di Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jurnal Keperawatan, Vol.4, No.2.
TIME SCHEDULE
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN RISIKO JATUH DI KAVLING NONGSA BATAM KEPULAUAN RIAU
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembagian
pembimbing
2. Pengajuan judul
3. Pengkajian
7. Ujian Hasil
LAMPIRAN 2
FORMAT BIMBINGAN
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIAN)
2020-2021