Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA

PADA MASA PANDEMI COVID-19

Muhammad Irsan
180920210005
muhammad21407@mail.unpad.ac.id

Abstrac
Language as a human’s communication tool is always developing, even during this
Covid-19 pandemic era. Currently the whole world is being hit by a pandemic that has claimed
millions of human lives, if we look back at this disaster from a different perspective, we will find
one of the positive impacts from this pandemic. For the example, it makes the increase of
numbers of vocabulary in our language, so that it can make the increase of our knowledge about
language too.
This study aims to find out the meaning of those new vocabulary that appear during this
COVID-19 pandemic in Indonesian. To achieve this goal, I (as the author) use the theory of
'meaning of terms' (semantics) and also the theory of 'shortening' as one of the formation for
word (morphology).
As the result, I found several words that appear and are often used during this pandemic,
they are: nakes, Covid-19, webinar, PSBB, PPKM, WFH, social distancing, lock down, new normal,
rapid test and swab test.

Abstrak
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia selalu mengalami perkembangan, tidak
terkecuali pada saat era pandemi Covid-19. Meskipun saat ini seluruh dunia sedang dilanda
pandemi yang telah merenggut jutaan jiwa manusia, akan tetapi jika kita melihat kembali
bencana ini dengan sudut pandang yang berbeda, kita akan menemukan salah satu dampak
positif dari pandemi ini, yaitu bertambahnya kosa kata baru dalam bahasa yang kita miliki,
sehingga dapat memperkaya wawasan kebahasaan kita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kosa kata dan istilah apa saja yang
muncul pada masa pandemi covid-19 dalam bahasa Indonesia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penulis menggunakan teori ‘makna istilah’ (ilmu semantik) dan juga teori
pembentukan kata ‘pemendekan’ (ilmu morfologi).
Sebagai hasilnya, penulis menemukan beberapa kata yang muncul dan sering
digunakan pada masa pandemi ini, yaitu seperti: nakes, Covid-19, Webinar, PSBB, PPKM,
WFH, social distancing, lock down, new normal, rapid tes dan juga swab test.
1. Pendahuluan

“Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara,
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.” (Keraf, 1984:16). Bahasa bersifat dinamis, yang
artinya selalu mengalami perkembangan dari masa-kemasa. Tidak terkecuali juga untuk fokus
pada bidang kata dalam bahasa tersebut.

Pada masa pandemi ini, selain membawa dampak negatif pada berbagai bidang kehidupan,
tidak sedikit juga Covid-19 ini membawa dampak positif jika kita benar-benar dengan
objektif menilainya. Misalnya saja pada bidang kebahasaan, dimana pandemi ini juga
mendorong manusia untuk menciptakan kosakata baru dan juga makna baru terkait
penanganannya. Dengan mudah kita temukan kosa kata baru ini muncul dan juga digunakan
oleh media massa dalam pemberitaan pandemi Covid-19, sehingga kita secara tidak langsung
menjadi familiar dengan kosa kata baru tersebut.

Berangkat dari fenomena perkembangan bahasa (dalam fokus kosa kata) seperti yang sudah
dijelaskan di atas, kemudian penulis menghadirkan penelitian ini dengan tujuan yaitu untuk
menjelaskan beberapa kosakata baru dalam bahasa Indonesia pada masa pandemi Covid-19,
mulai dari maknanya dan juga pembentukannya.

Penulis menemukan bahwa kata-kata baru yang muncul pada masa pandemi ini mempunyai
makna istilah, serta kata-kata tersebut ada juga yang dibentuk dengan cara dipendekkan. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini penulis tidak hanya menyinggung tentang topik Semantik,
tetapi juga Morfologi.

Mengenai makna istilah dan perbedaannya dengan makna kata, Chaer (2012:195)
menjelaskan sebagai berikut ini.
“Setiap kata atau leksem memiliki makna. Pada Awalnya makna yang dimiliki sebuah
kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual. Namun, pada
penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di
dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Oleh karena karena itu, dapat
dikatakan bahwa makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Berbeda
dengan kata, maka yang disebut istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang
tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. “

Senada dengan penjelasan Chaer di atas, Amilia & Anggraeni (2017:78) mengatakan bahwa
“Istilah dapat dipahami sebagai kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.”

Pemakaian istilah yang digunakan pada masa pandemi kali ini masih banyak dijumpai
menggunakan bahasa Inggris. Namun saat ini penggunaan istilah-istilah asing tersebut sudah
mulai dikurangi dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Terkait dengan pembentukan kata-kata tersebut, penulis mengutip pendapat Chaer


mengenai pemendekan. Beliau menjelaskan bahwa “pemendekan adalah proes penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkatan,
tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.” (Chaer, 2012:191)

Lebih lanjut, hasil pemendekan ini biasanya dibedakan atas: penggalan, singkatan,
akronim. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

Penggalan
“Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk
yang dipendekkan itu. Misalnya: lab/labo dari laboratorium, dok dari bentuk utuh dokter, dan
perpus dari bentuk perpustakaan.” (Chaer, 2012:191).

Singkatan
“Singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang salah satunya bisa melalui pengekalan
huruf huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari sebuah leksem. Misalnya: L
(liter), R (radius), kg (kilogram), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).” (Chaer, 2012:191).

Akronim
“Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
Wujud pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, berupa pengekalan
suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tidak beraturan. Misalnya: abri
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), wagub (wakil Gubernur), wakuncar (waktu
kunjung pacar).” (Chaer, 2012:192).

2. Metode Penelitian

Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,


karena data-data yang disajikan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa kosa kata baru yang muncul pada saat
masa pandemi. Kosa kata tersebut dapat kita jumpai dengan mudah pada tajuk berita media
massa yang pada penelitian kali ini penulis hadirkan berupa gambar.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, teknik simak, dan catat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
meninjau kembali kata-kata bahasa Indonesia baru yang muncul pada saat pandemi dengan
bantuan penelusuran mesin pencari di google image. Kemudian menganalisis kata-kata
tersebut dengan menggunakan teori dari para pakar bahasa. Kemudian yang terakhir penulis
membuat kesimpulan dari apa yang penulis temukan dalam penelitian ini.
3. Hasil dan Pembahasan

a) Akronim
Dari hasil pencarin penulis dengan bantuan google image, ditemukan kosakata baru dalam
bahasa Indonesia berupa hasil dari akronim. Seperti yang sudah dipaparkan pada bagian
pendahuluan, akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan
sebagai kata, dimana wujud pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama,
berupa pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tidak
beraturan. Hal ini dapat kita liahat seperti pada data gambar a.1 di bawah ini yang memuat
kata ‘nakes’ dan juga kata ‘Covid-19’ itu sendiri ternyata adalah sebuah akronim. Dan juga
gambar a.2 yang memuat kata ‘webinar’.

(Gambar a.1) (Gambar a.2)

Kata ‘nakes’ adalah akronim dari kata ‘tenaga kesehatan’, ini adalah sebuah istilah yang
merujuk pada orang-orang yang bekerja dalam bidang medis, seperti dokter, perawat, dll.

Kata ‘Covid-19’ adalah akronim yang dipinjam dari bahasa Inggris ‘Coronavirus disease 2019’,
yaitu virus Corona yang untuk pertama kalinya diidentifikasi keberadaannya pada tahun
2019.

Sedangkan kata ‘Webinar’ adalah akronim dari kata ‘web seminar’, istilah ini merujuk pada
seminar yang dilakukan melalui via web atau secara online. Hal ini dikarenakan pada masa
pandemi ini pemerintah melarang masyarakatnya untuk bertatap muka secara langsung, jadi
seminar-seminar yang sebelumnya lazim dilaksanakan secara tatap muka langsung,
digantikan melalui dengan cara daring menggunakan aplikasi pertemuan tertentu.

b) Singkatan
Selain dalam bentuk akronim, penulis juga menemukan kosa kata baru bahasa Indonesia
dalam bentuk singkatan. Singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang salah satunya bisa
melalui pengekalan huruf huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari sebuah
leksem. Adapun kosa kata baru yang muncul dan berkembang pada masa pandemi adalah
‘PSBB’ pada gambar b.1, ‘PPKM’ & ‘WFH’ pada gambar b.2.
(gambar b.1) (gambar b.2)

‘PSBB’ adalah singkatan dari ‘Pembatasan Sosial Berskala Besar.’ Istilah dalam bentuk
singkatan ini sering digunakan pada masa pandemi covid-19 untuk menginformasikan
bahwasanya pada era pandemi covid-19 masyarakat diharuskan untuk saling menjaga jarak
satu sama lain, tidak melakukan kerumunan yang dapat menyebabkan merebaknya covid-19.

‘PPKM’ adalah singkatan dari ‘Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat’. Istilah ini
awalnya hanya dilaksanakan di sejumlah daerah yang berada di Pulau Jawa dan Bali, namun
kemudian juga turut diterapkan di kota-kota luar pulau Jawa dan Bali mengingat adanya
kenaikan angka terinfeksi Covid-19 yang membahayakan.

Sedangkan ‘WFH’ adalah singkatan dari bahasa Inggris ‘Work From Home’ yang jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah ‘Kerja Dari Rumah’ (KDR). Istilah ini hadir
dikarenakan tidak lain dan tidak bukan karena Adanya pandemi covid-19 menyebabkan
banyak pekerja yang melakukan kerja dari rumah, hal ini menjadi salah satu upaya dari
pencegahan penularan virus covid-19.

c) Makna Istilah
Berbeda dengan penggolongan kata yang sebelumnya, yaitu terdapat kosakata baru yang
selain mempunyai istilah baru, kosa kata tersebut juga ada kaitannya dengan proses
morfologis pada pembentukan katanya.

Pada bagian (c) ini penulis hanya menemukan kosa kata dengan istilah baru, tanpa ada proses
morfologis-nya. Dengan kata lain, kosa kata ini hanya bersangkutan dengan semantik-nya
saja. Seperti yang sudah penulis paparkan pada bagian pendahuluan, makna istilah
merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan meskipun tanpa konteks
kalimat.

Adapun beberapa kosa kata yang penulis temukan terkait pada masa pandemi ini semuanya
berasal dari kosa kata bahasa Inggris, yaitu seperti: ‘social distancing’ pada gambar c.1, ‘lock
down’ pada gambar c.2, ‘new normal’ pada gambar c.3, ‘rapid test’ dan ‘swab test’ pada gambar
c.4
(Gambar c.1) (Gambar c.2)

(Gambar c.3) (Gambar c.4)

‘Social distancing’ yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘pembatasan sosial’. Istilah ini
digunakan agar masyarakat selalu menjaga jarak satu sama lain agar tidak tertular maupun
tertular virus yang sedang mewabah.

‘Lock down’ yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘karantina wilayah’. Istilah ini juga
digunakan pada saat suatu komunitas masyarakat dalam suatu wilayah tertentu tidak
keluar-masuk meninggalkan wilayah tersebut, karena penyebaran Covid-19 di wilayah itu
sedang berstatus tinggi.

Istilah ‘new normal’ yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘kenormalan baru’, merupakan
skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan
sosial-ekonomi.

Istilah ‘rapid test’ yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘tes cepat’, merupakan metode
pemeriksaan/tes secara cepat didapatkan hasilnya.

Istilah ‘swab test’ dalam bahasa Indonesia adalah ‘tes usap’, merupakan cara untuk
memperoleh bahan pemeriksaan ( sampel ) yang dilakukan pada nasofaring dan atau orofarings.
Pengambilan ini dilakukan dengan cara mengusap rongga nasofarings dan atau orofarings dengan
menggunakan alat seperti kapas lidi khusus.
4. Simpulan

Adapun simpulan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.


● Kosa kata baru dalam bahasa Indonesia yang muncul dan berkembang pada masa
pandemi Covid-19 ini dapat kita jumpai dalam bentuk akronim, singkatan, dan istilah.
● Dalam bentuk akronim kita bisa menemukan kosakata baru dalam bahasa Indonesia,
seperti: ‘nakes’ untuk ‘tenaga kesehatan’, ‘Covid-19’ untuk ‘Coronavirus disease 2019’,
dan akronim ‘Webinar’ untuk ‘web seminar’.
● Dalam bentuk singkatan kita bisa menemukan kosa kata baru dalam bahasa
Indonesia, seperti: ‘PSBB’ untuk singkatan ‘Pembatasan Sosial Berskala Besar’, ‘PPKM’
untuk singkatan ‘Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat’, dan ‘WFH’
singkatan dari bahasa Inggris ‘Work From Home’.
● Dalam bentuk istilah kita dapat menemukan kosakata baru yang kebanyakan dipinjam
dari bahasa Inggris, seperti: ‘Social distancing’ atau ‘pembatasan sosial’, ‘lock down’
atau ‘karantina wilayah’, ‘new normal’ atau ‘kenormalan baru’, ‘rapid test’ atau ‘tes
cepat’, dan istilah ‘swab test’ yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘tes usap’.
Daftar Pustaka

Amalia, Fitri dan Astri Widyaruli A. 2017. Semantik - Konsep dan Contoh Analisis.

Malang: Madani.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah.

Tantawi, Isma. 2015. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

Anda mungkin juga menyukai