Disusun Oleh :
Istiqomah (8500018011)
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan paling tinggi sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara kita yang kita pergunakan dalam keseharian dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Di tingkat negara, penggunaan bahasa diatur dalam perundang-
undangan. Khusus di Indonesia, penggunaan bahasa diatur dalam undang-undang,
entah itu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, maupun Undang-Undang (UU) nomor
24 tahun 2009.
Dalam UUD 1945 bab XV pasal 36, bahasa Negara Indonesia adalah Bahasa
Indonesia. Bisa disimpulkan, bahwa bahasa nasional yang mesti digunakan warga
negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Jadi, meskipun warga Indonesia memiliki
bahasa daerah masing-masing, penggunaan Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
kondisi tertentu.
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui:
D. Manfaat Penulisan
Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun lisan
memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal memasukkan kosa kata yang
dimiliki itu dalam tulisan. Menurut Widyamarta (1990:45) Diksi atau pilihan kata
adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat dan pendengar atau pembaca diksi atau pilihan kata.
Berbicara mengenai pilihan kata atau diksi, maka hal yang tak boleh luput dari
perhatian kita adalah kamus. Disksi atau pilihan kata dapat pula kita temui di tabloid,
majalah, surat, bahkan melalui gawai pintar yang senantiasa berada di genggaman kita.
Kamus sendiri merupakan sebuah buku refrensi yang memuat daftar kosa kata yang terdapat
dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana
menggunakan kata itu Keraf (1982:31).
Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang
terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan
bagaimana menggunakan kata itu. Kamus dibedakan menurut luas lingkup isinya,
yang sebenarnya merupakan varian dari kamus khusus; ada kamus istilah, ada kamus
eka bahasa, kamus dwi bahasa, dan ada kamus multibahasa. Dilihat dari sifatnya ada
kamus standar, dan ada kamus non-standar.
Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam
sebuah bahasa.
Kamus khusus/istilah adalah kamus yanag hanya memuat kata-kata dari suatu bidang
tertentu.
Kamus dwi/multi bahasa merupakan kamus yang memuat dua bahasa dan banyak
bahasa.
Kamus Standar merupakan kamus yang diakui dan memuat kata yang standar dalam
dalam suatu bahasa.
Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) sekarang KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesianadalah kamus umum yang ekabahasa dan bersifat standar.
Selain dari alasan tersebut di atas, ada juga faktor lain mengapa sebuah kamus tidak
selalu memuaskan pemakainya. Betapapun cermatnya seorang leksikograf, pasti ada
satu-dua kata yang luput dari pengamatannya, malahan ada pula arti yang luput dari
pencatatannya, meskipun katanya sendiri ada dalam kamus. Pencatatan kata-kata
bersama maknanya biasanya dilakukan dengan mempergunakan bahan publikasi.
Dalam suatu wilayah bahasa yang luas dengan beraneka ragam kegiatan publikasi,
sangat sulit bagai seorang leksikograf untuk memperoleh semua bahan tersebut. Inilah
faktor kedua yang mempengaruhi sifat sebuah kamus, apakah ia memuaskan atau
tidak memuaskan para pemakainya.
Faktor lain yang mempengaruhi sifat sebuah kamus adalah minat dan tujuan seorang
leksikograf. Ada leksikograf yang menganggap bahwa kata-kata tua, ungkapan-
ungkapan kuno, dan peribahasa-peribahasa yang sudah usang dan tidak dipakai lagi,
tidak perlu dimasukkan dalam sebuah kamus. Tetapi ada leksikograf yang
beranggapan bahwa unsur-unsur itu harus dimasukkan karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Pertama, unsur-unsur tua itu masih sangat diperlukan terutama
dalam menghadapi naskah-naskah tua, terutama bagi para filolog, etnolog, dan ahli-
Bagian Pendahuluan
Biasanya sebelum daftar kata yang menjadi inti kamus itu, terdapat bagian
Pendahuluan yang memuat keterangan tentang cara menggunakan kamus itu. Kamus
Umum Bahasa Indonesia misalnya dalam bagian pendahulian memuat hal-hal berikut:
– keterangan mengenai abjad dan ejaan;
– keterangan mengenai perbendaharaan kata;
– keterangan mengenai batasan kata dan keterangan lainnya;
– tentang susunan dan urutan kata yang diterangkan;
– tanda-tanda yang dipakai; dan
– kependekan atau singkatan-singkatan yang dipergunakan.
Isi Kamus
Isi kamus merupakan bagian yang terpenting dari sebuah kamus. Isi kamus terdiri dari
daftar kata yang disusun menurut urutan abjad, disertai keterangannya. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, misalnya, mempergunakan abjad Latin, yaitu: a, b, c, d, e, f, g, h, i,
j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Dengan demikian beberapa fonem tidak
Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 7
diberi status tersendiri tetapi dimasukkan dimasukkan dalam huruf awal yang
digunakannya, misalnya: ny, ng dimasukkan dalam huruf ny ng dimasukkan dalam
huruf n, dan kh dimasukkan dalam huruf k.
Bagian Pelengkap
Di samping pokok-pokok di atas yang biasa terdapat dlam sebuah kamus, kamus yang
baik biasanya menambahakan suatu bagian pelengkap. Bagian ini terdiri dari Kata dan
Frasa asing, Tokoh Mitologis dan Literer, Tokoh terkenal dan Nama Geografis, dan
Hal-hal lain yang dianggap perlu.
Tokoh mitologis dan literer (kesusastraan) yang terkenal dapat dimasukkan juga
dalam daftar kata umum (Isi Kamus). Tetapi dapat juga dimasukkan dalam bagian
pelengkap. Sebuah kamus yang baik dan lengkap pasti akan memasukkan pokok-
pokok ini, terutama tokoh-tokoh yang melambangkan perwatakan.
Isi Kamus
– Ejaan
Tiap kata yang tercatat dalam kamus itu sekaligus merupakan ejaan yang berlaku bagi
kata itu. Sehingga siapa pun yang ragu-ragu bagaimana menuliskan kata itu,
hendaknya membuka kembali sebuah kamus untuk mendapatkan kepastian mengenai
ejaan itu. Kata anjing misalnya, walaupun diucapkan an-ny-jing ditulis anjing.
Demikian juga kata-kata seperti cincang, pincang, janji, dan sebagainya. Dalam
beberapa hal terdapat dua bentuk untuk sebuah kata yang sama. Dalam hal ini kedua
bentuk dicatat dalam kamus, dengan catatan dari yang lain:liwat—lewat, nasihat—
nasehat, kukuh—kokoh, kurban—korban, hafal—hapal, afal—apal, dan sebagainya.
Bagi sebuah kamus umum bahasa Indonesia, persoalan ekaan mungkin tidak
membawa akibat yang besar , karena antara tulisan dan ucapan boleh dikatakan tak
ada perbedaan dalam cara menuliskannya. Dalam bahasa Inggris, persoalan ejaan
adalah hal yang sangat penting, mengingat perbedaan yang sangat besar antara tulisan
dan ucapannya. Dalam bahasa Indonesia masih dijumpai di sana-sini kesulitan tertentu
pada kata-kata yang homograf akibat adanya ejaan yang sama bagi bunyi /ė/ dan /e/.
Suku kata adalah bagian dari sebuah kata yang membentuk suatu kesatuan puncak
kenyaringan. Kecuali kata-kata yang monosilabis (yaitu kata-kata yang terdiri dari
satu suku kata saja: mas, las, khas, bab, dan sebagainya) suku kata sama sekali tidak
mengandung pengertian. Walaupun demikian, suku kata sangat penting untuk
diketahui setiap bagian-bagiannya, khususnya pada akhir sebuah baris. Dalam tulisan
harus diadakan pemisahan suku kata itu dengan cermat.
– Aksen
Keterangan lain yang dapat diperoleh dalam sebuah kamus adalah tekanan atau aksen
kata. Agar sebuah kata dapat diucapkan dengan benar, maka kata-kata dalam sebuah
kamus dapat diberi tanda-tanda tekanan pada suku-suku kata yang patut mendapatkan
tekanan. Bahasa-bahasa yang memiliki tekanan membedakan empat macam tekanan,
yaitu tekanan paling keras (accent aigu), tekanan keras (accent grave). Tekanan
lembut (accent circonflex), dan tekanan paling lembut (accent breve).
– Kapitalisasi
Huruf-huruf kapital atau huruf besar dalam sebuah kamus bukan saja dipergunakan
untuk kata-kata kepala yang perlu mendapatkan huruf kapital tetapi juga huruf awal
baik dari kata dasarnya maupun unsur tambahan yang ditempatkan pada awalkata itu.
Misalnya sebagai kata nama kata-kata berikut ditulis dengan huruf kapital:
Pla’tonism, Cam;brian. Kata turunan yang mempergunakan kata-kata tadi sebagai
kata dasar tetap mempergunakan huruf kapital, baik pada unsur tambahan maupun
pada unsur dasarnya Neo’ Pla’tonism, Pre’-Cam’brian, dan sebagainya.
Cara mengucapkan sebuah kata, sebagai telah disinggung di atas, dapat pula
dimasukkan dalam sebuah kamus. Gunanya jelas, yaitu membantu para pemakai agar
dapat mengucapkan sebuah kata dengan benar dan tepat. Keterangan mengenai
ucapan (kalau ada) langsung ditempatkan di belakang kata yang bersangkutan.
– Kelas Kata
Agas setiap pemakai kamus segera mengetahui apa kelas sebuah kata, maka sesudah
keterangan mengenai ucapan, tercantumlah pula keterangan mengenai kelas katanya.
Dalam kamus-kamus bahasa Inggris misalnya dicantumkan singkatan-singkatan
seperti v. yang berarti verb atau kata kerja; verb ini biasanya dibedakan lg menjadi v.t.
singkatan dari verb transitive atau kata kerja transitif, v.i singkatan dariverb
intransitive atau kata kerja intransitif. Singkatan lain yang biasa dipergunakan untuk
menunjukkan kelas kata
n : Noun (kata benda)
ad. : Adjective (kata sifat)
adv. : Adverb (kata keterangan)
prep. : Prepisition (kata depan)
conj. : Conjunction (kata sambung)
– Etimologi
Kamus yang baik menyertakan pula keterangan tentang asal-usul katanya atau
entimologinya, bila hal itu memang ada. kebanyakaan dari kita menganggap bahwa
asal-usul kata itu tidak perlu diketahui; yang perlu ialah mengetahui arti kata yang
berlaku dewasa ini. Walaupun anggapan ini tidak dapat ditolak, namun tidak dapat
disangkal bahwa mengetahui asal-usul sebuah kata dengan maknanya yang dahulu,
sering lebih memantapkan makna kata itu daripada sekedar menghafal arti yang
sekarang.
Inti dari sebuah kamus adalah memberikan batas pengertian atau definisi sebuah kata.
Pengertian batasan atau definisi di sini tidak dapat diartikan secara formal, tetapi
dibuat secara singkat dan sederhana. Karena arti kata sering mengalami perubahan
atau pergeseran, maka sesudah diberi pengertian yang sentral, disertai pula pengertian
turunan atau atau arti yang sudah bergeser itu. Ada kata-kata yang tidak dapat dibatasi
dalam perngertian tunggal, tetapi ada sejumlah pengertian yang diberikan polisemi.
Semua makna yang secara potensial dimiliki oleh sbuah kata disebut makna potensial,
misalnya tata nilai mempunyai makna potensial (1) harga (2) harga sesuatu (3) angka
kepandaian (4) kadar, mutu (5) sifat-sifat penting atau berguna bagi kemanusiaan.
– Sinonim
B. Syarat Diksi
Menurut Keraf (1982: 90) terdapat dua syarat dalam diksi memiliki yaitu ketepatan
dan kesesuaian. Syarat ketepatan dimaksud untuk menimbulkan gagasan – gagasan yang
sama antara penulis tau pembicara ke pembaca atau pendengar agar tidak terjadi
kesalapahaman . berikut syarat ketepatan diksi menurut keraf (1982:74)
(6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Ingat akan bukan ingat terhadap, mengharapkan bukan mengharap akan,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu.
(7) Penulis atau pembicara dapat membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
(8) Mempergunakan kata – kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.
(9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata – kata yang sudah
dikenal
(10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
(1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur sub-standar suatu situasi yang
formal
(2) Gunakanlah kata – kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
(3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
(4) Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata – kata slang.
(5) Dalam tulisan jangan mempergunakan kata percakapan
(6) Hindarilah ungkapan – ungkapan usang (idiom yang mati)
(7) Jauhkan kata – kata atau bahasa yang artifisial.
Diksi atu pilihan kata berfungsi untuk memudahkan pemuda memahami maksud
Anda penulis.oleh karena itu,ketika Anda membuat kalimat bahasa Indonesia ragam harus
memilih,menimbang dan menggunakan kata secara tepat.Kenapa harus memilih kata dan
menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini:
Kata-kata yang bermakna denotatif adalah kata-kata yang disebut juga bermakna
konseptual,bermakna kognitif,bermakna referensial.Kata yang bermakna denottif adalah kata
yang bermakna sesuaidenagan hasil observasi, penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, pengecapan.Artinya,kata –kata bermakna denotatif adalah kata-kata yang
maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objectif(Chaer,1995:65-66).Makna
denotatif juga dapat diartikan sebagai makna yang didasarkan atau hubungan lugas antara
satuan kata dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara
tepat(Pateda,2001:98)
Kata –kata yang bermakna konotatif adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif
dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial,sikap pribadi,dan kriteria tambahan yang
dikenakan sebuah makna konseptual atau denotatif(Arifin dan Tasai,2004:26).Menurut
Pateda(2001:112).makna konotatif muncul akibat asosiatif perasaan pemakai bahasa terhadap
kata yang didengar atau ykata yang dibaca.Harus dipahami bahwa konotatif terdapat pada
kata bermakna denotatif.Artinya,dapat dipahami bahwa pada umumnya semua kata
mempunyai makna denotatif,tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna
konotatif(Chaer,1995:65)
Kata Denotatif Kata Konotatif
membicarakan Membahas,mengkaji
memperhatikan Menelaaah,meneliti,menyelidiki
penonton Pemirsa,pemerhati
rumah Gedung,wisma,graha
membuat Merakit,menyulap
sesuai Harmonis,serasi
Dalam karangan ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan secara
tepat.Namun demikian,kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial,sikap pribadi,atau
kriteria tambahan tertentu(makan konotatif) dapat pula digunakan pada kondisi dan situasi
tertentu
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang lebih luas
daripada kata khusus.Kata umum dan kata khusus tersebut sebagai berikut di bawah ini.
3. Kata-kata bersinonim
Kata –kata yang bersinonim adalah kata –kata yang (bentuknya memang berbeda)
yang pada dasarnya makna yang hampir sama.dalam bahasa Indonesia ,kata –kata yang yang
bersinonim adalah seperti dibawah ini:
1. Cerdas = cerdik,hebat,pintar
2. Besar = agung,raya
3. Mati = mangkat,wafat, meninggal
4. Ilmu = pengetahuan
5. Penelitian = penyelidikan
Pertama kata baku dan non baku dpata dilihat berdasarkan ranah fonologis.
Maksudnya,sebuah kata kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena enambahan
fonem,pengurangan fonem.ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini.
Pasangan kata baku dan non baku karena penambahan fonem:
Pasangan kata baku dan non baku karena pada hasil morfologis terjadi pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
memfokuskan memokuskan
memprotes memrotes
memfitnah memitns
memfotokopi memotokopi
mempromosikan memrosikan
memproduksi memroduksi
memproses memroduksi
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi pengubahan fonem.
Kata baku Kata non baku
mengubah merubah
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi penggantian afiks.
Kata baku Kata non baku
menangkap nangkap
menatap natap
menari nari
menolak nolak
menolong nolong
menahan nahan
mengirim ngirim
mengajar nagajar
beracun berracun
berakit berrakit
beragam berragam
beternak berternak
bekerja berkerja
Ketiga,kata(frasa) baku dan non baku dapat dilihat berdasarkn ranah leksikon.
Maksudnya,sebuah kata(frasa) baku dan non baku kadang-kadang memiliki kata(frasa)
Pasangan kata (frasa) baku dan kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti berikut:
Frasa bakumala Frasa non baku
Pasangan frasa kata baku dan frasa yang bermakna reduhan (non baku)
Pasangan kata baku dan non baku menggunakan kata serapan.Contohnya seperti berikut:
apotek apotik
atlet atlit
asas azas
advokat adpokat
atmosfer atmosfir
ekspor eksport
ekuivalen ekwivalen
esai esei
jadwal jadual
izin ijin
hierarki hirarki
frekuensi frekwensi
konkret konkrit
kualitas kwalitas
metode metoda
Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat formal.
Fungsi penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai adalah sbb:
1.Untuk keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.
2.Untuk keterangan waktu digunakan kata pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3.Untuk keterangan alat digunakan kata dengan .
4,untuk keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi.
5 untutk keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan jalan.
6.Untuk keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan.
7.Untuk keterangan sebab digunakan kata karena,sebab.
Di atas diatas
Di jalan dijalan
Di sekolah disekolah
Di kampus Dikampus
Di restoran direstoran
Di pasar dipasar
Di kantin dikantin
Ke atas Keatas
Ke samping Kesamping
Ke bawah Kebawah
Ke jalan Kejalan
Ke pinggir Kepinggir
meskipun meskipun
1.Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar
model linear
kambing hitam
persegi panjang
orang tua
rumah sakit jiwa
simpang empat
meja tulis
mata acara
cendera mata
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
Misalnya:
acapkali
adakalanya
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bumiputra
darmabakti
dukacita
hulubalang
kacamata
kasatmata
kilometer
manasuka
matahari
olahraga
padahal
peribahasa
perilaku
puspawarna
radioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sediakala
segitiga
sukacita
sukarela
syahbandar
wiraswata
1.KATA MAJEMUK
Kata majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) atau lebih kata dasar yang di
dalamnya terkandung satu atau lebih makna baru.Hanya saja, kata – kata dalam kata
majemuk tersebut tidak menonjolkan makna di setiap katanya, melainkan kelompok kata
yang pada akhirnya memiliki satu arti baru.
Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, kalian
dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan diantara dua kata dasar
pembentuknya.Umumnya, sisipanya berupa preposisiatau dua kata depan. Jika gabungan kata
tersebutdapat disisipi maka artinya berubah, berarti dia dapat dikategorikan sebagai kata
majemuk.
Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti dengan “kaca dari mata” ataupun “kaca pada mata”.
Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjadi “sakit di mata” atau “sakit pada
mata”.
Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan).Khusus untuk kata
majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua
kata pembentuknya.Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas
dengan pembumbuan afiks.
Contoh : “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun,
harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang
membentuknya.Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkertaapian.
Kata – kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat
menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau
berubah total.
Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’. Namun jika posisi kata – kata dasr
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas
Berdasarkan ciri-ciri kalimat majemuk di atas, kalimat majemuk dapat dikelompokkan dalam
beberapa kategori, yaitu :
Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar unsurnya. Akan
tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tipa unsurnya ditulis terpisah dan ada yang
digabung. Jika penulisan tiap unsurnya ditulis terpisah, maka bentuknya disebut tidak
senyawa. Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata
majemuk senyawa.
1. Kata Majemuk Senyawa, adalah kata majemuk yang sudah melebur menjadi satu
rangkai atau satu arti kata. Contoh:
Matahari (gabungan kata dari mata dan hari)
Kacamata (gabungan kata dari kaca dan mata)
Airmata (gabungan dari kata air dan mata)
Dukacita (gabungan dari kata duka dan cita)
Segitiga (gabungan dari kata segi dan tiga)
2. Kata Majemuk Tidak Senyawa, adalah kata majemuk yang tidak berpadu/bersatu
dalam penulisannya. Contoh:
Sapu tangan (dibentuk dari kata sapu dan tangan)
Rumah sakit (dibentuk dari kata rumah dan sakit)
Harga diri (dibentuk dari kata harga dan diri)
Selain dari cara penulisannya, kata majemuk juga dikelompokkan berdasarkan kata
pembentukknya, yaitu:
Misal: kapal udara, kiri kanan, air mata, air minum, alam baka, akta kelahiran, anggota
badan, alam semesta, sapu tangan. Contoh:
Misal : anak pungut, meja makan, akal budi, anak didik. Contoh :
Misal : orang tua, rumah sakit, arus balik, akal sehat, anak muda. Contoh :
Misal : ahli bahasa, ahli bedah, ahli sejarah, ahli sihir, ahli tafsir, ahli waris, ahli
kubur. Contoh :
Misal : tua muda, besar kecil, adi daya, acuh tak acuh. Contoh :
Misal : naik turun, keluar masuk, tinggi rendah, pulang pergi, pecah belah, tipu
daya. Contoh :
Misal : akad nikah, agenda rapat, angkat kaki, alih bahasa. Contoh :
Kakak terpaksa angkat kaki setelah ibu dan ayah mengusirnya dari rumah.
Dia adalah seorang alih bahasa yang menguasai 5 bahasa asing.
Rencananya akad nikah akan dilaksanakan tepat pukul 8 esok hari.
Misal : acap kali, alat ukur, alat dapur, aneka warna. Contoh :
Windi membutuhkan alat ukur khusus untuk menentukan besar benda ini.
Di taman itu Siska dengan tenang menikmati indahnya bunga yang tumbuh beraneka
warna.
Idiom merupakan kata lain dari ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang
bermakna khusus. Makna dari idiom bukanlah berasal dari kata-kata pembentuknya, akan
tetapi terbentuk setelah kata-kata tersebut digabungkan. Idiom sering digunakan sebagai
kiasan dalam penyampaian makna. Sebagai contoh adalah gabungan kata “membanting
tulang”. Makna dari gabungan kata tersebut akan memiliki makna yang berbeda tergantung
dari kalimat yang menyertainya.
Raka membanting tulang sapi yang ada di dapur untuk mengeluarkan sumsumnya.
Gabungan kata pada kalimat ini bukanlah sebagai idiom karena membentuk makna
sesungguhnya yaitu kegiatan membanting tulang.
Gabungan kata pada kalimat ini berkedudukan sebagai idiom karena sebagai kiasan untuk
makna bekerja keras.
Idiom dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan unsur pembentuk dan pemilihan kata
pembentuknya.
Berdasarkan unsur pembentuknya, idiom dibedakan menjadi idiom penuh dan idiom
sebagian.
Idiom penuh, adalah ungkapan yang maknanya tidak tergambar dari unsur-unsur
pembentuknya. Contoh idiom penuh adalah tangan kanan yang mempunyai makna
orang kepercayaan, atau buah hati yang mempunyai makna kesayangan.
Berdasarkan pemilihan kata pembentuknya, idiom dibedakan menjadi idiom dengan bagian
tubuh, idiom dengan bagian tumbuhan, idiom dengan indera, idiom dengan warna, idiom
dengan benda alam, idiom dengan nama binatang, dan idiom dengan bilangan.
Agar lebih memahami idiom, berikut diberikan beberapa contoh kalimat yang memuat idiom:
Pertemuan empat mata kedua presiden negara adidaya dipenuhi dengan rencana
penguasaan dunia. (empat mata = pertemuan antara dua orang)
Adu mulut antara ayah dan kakak selalu berakhir dengan candaan dan tawa riang. (adu
mulut = debat)
Nenek Ida hidup sebatang kara setelah semua anaknya pergi merantau dan tak
kembali pulang. (sebatang kara = seorang diri)
Akibat kantungmu bocor, kini kau tak punya simpanan apapun. (kantong bocor =
boros)
Rini sedang naik daun di sekolahnya karena ia menang juara olimpiade se-kabupaten.
(naik daun = populer)
Jangan pernah melakukan pekerjaan dengan setengah hati karena nanti hasilnya tidak
akan memuaskan. (setengah hati = tidak serius)
Ibu selalu memperlakukan anak-anak panti seperti darah dagingnya sendiri. (darah
daging = anak kandung)
Ayah selalu memarahi kakak karena sifatnya yang kepala batu. (kepala batu = bandel,
keras kepala)
Amukan si jago merah melahap habis semua rumah di Kampung Rayuan. (jago
merah = kebakaran)
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonprediktatif (tidak memiliki predikat). Itulah perbedaan frasa dari klausa
dan kalimat. Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi.
A. Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frasa
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frasa endosentrik yang koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara,
ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan,laki bini belajar atau bekerja
2. Frasa endosentrik yang atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang hari libur Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur
yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur
terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
B. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frasa di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan
itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong. kelas
2. Frasa Verbal: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frasa Bilangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frasa Keterangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
D. Frasa Ambigu
Frasa ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat.Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku
bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frasa perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
Daftar pustaka
Keraf,Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. 1982. Ende-Flores: Nusa Indah
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta : Akademika
Pressindo
A.Widyamartaya.1990.Seni Menuangkan Gagasan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Gabungan kata
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_um
um-ejaan_yang_disempurnakan.pdf
Frasa http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Frasa-
Kalimat_MuhammadHajir,S.Pd._12904.pdf