Anda di halaman 1dari 39

DIKSI PADA PERIKLANAN/PENYIARAN/KEHUMASAN

Disusun Oleh :

Muhammad Nuh (8500018003)

Istiqomah (8500018011)

Maria Claudia (8500018021)

M. Hady Rianto (9500017019)

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI PROFESI INDONESIA


JAKARTA
2018

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 1


BAB.I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan paling tinggi sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara kita yang kita pergunakan dalam keseharian dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Di tingkat negara, penggunaan bahasa diatur dalam perundang-
undangan. Khusus di Indonesia, penggunaan bahasa diatur dalam undang-undang,
entah itu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, maupun Undang-Undang (UU) nomor
24 tahun 2009.

Dalam UUD 1945 bab XV pasal 36, bahasa Negara Indonesia adalah Bahasa
Indonesia. Bisa disimpulkan, bahwa bahasa nasional yang mesti digunakan warga
negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Jadi, meskipun warga Indonesia memiliki
bahasa daerah masing-masing, penggunaan Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
kondisi tertentu.

Kondisi-kondisi yang mengharuskan penggunaan Bahasa Indonesia lalu diatur dalam


UU nomor 24 tahun 2009. Salah satu pasal dari UU tersebut (pasal 39 ayat 1), mengatur
tentang penggunaan bahasa dalam komunikasi massa. Dalam pasal tersebut disebutkan,
bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa.

Dewasa ini, penggunaan bahasa indonesia kian berkembang tertuma di dalam


keseharian dan bermusik. Kata – kata yang jarang kita dengarpun mulai bermunculan
kepermukaan dalam lirik lirik lagu yang banyak digemari yang secara tidak langsung
menambah ragam kosakata bahasa indonesia yang kita punya.

Namun disaat berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang kosakata yang baru


mereka ketahui tidak dibarengi dengan pengetahuan soal penggunaan kata kata secara
tepat dan mengikuti kaidah kaidah bahasa yang benar.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 2


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kita bisa mempelajari diksi lebih dalam ?
2. Bagaimana kita bisa mengetahui diksi yang terdapat di sekitar kita?

C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui:

1. Sumber, syarat dan penerapan diksi


2. Gabungan kata
3. Kata mejemuk, idiom, dan frasa

D. Manfaat Penulisan

1. Pembaca dapat memahami diksi secara lebih rinci dan mendalam


2. Pembaca bisa mengetahui ragam diksi yang ada
3. Pembaca mengerti berbagai perbedaan yang ada di dalam diksi

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 3


BAB II KAJIAN TEORI

A.SUMBER,SYARAT DAN PENERAPAN DIKSI

Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna


sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar, Keraf (1981:18).Karena beda situasi akan berbeda pula diksi yang akan
kita pilih sebagai contoh acara formal dan non – formal, kita harus bisa menyesuaikan
pilihan kata yang akan kita gunakan agar orang lain dapat mengerti apa yang kita
ingin sampaikan baik secara lisan maupun tulisan.

Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun lisan
memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal memasukkan kosa kata yang
dimiliki itu dalam tulisan. Menurut Widyamarta (1990:45) Diksi atau pilihan kata
adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat dan pendengar atau pembaca diksi atau pilihan kata.

Berbeda denegan pendapat Widyamarta, menurut KBBI (1990:205) Diksi


adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau dalam
penggunaannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok
pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata atau diksi.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 4


1.Sumber Diksi

Berbicara mengenai pilihan kata atau diksi, maka hal yang tak boleh luput dari
perhatian kita adalah kamus. Disksi atau pilihan kata dapat pula kita temui di tabloid,
majalah, surat, bahkan melalui gawai pintar yang senantiasa berada di genggaman kita.
Kamus sendiri merupakan sebuah buku refrensi yang memuat daftar kosa kata yang terdapat
dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana
menggunakan kata itu Keraf (1982:31).

1.Kamus sebagai sumber diksi

Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang
terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan
bagaimana menggunakan kata itu. Kamus dibedakan menurut luas lingkup isinya,
yang sebenarnya merupakan varian dari kamus khusus; ada kamus istilah, ada kamus
eka bahasa, kamus dwi bahasa, dan ada kamus multibahasa. Dilihat dari sifatnya ada
kamus standar, dan ada kamus non-standar.

Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam
sebuah bahasa.

Kamus khusus/istilah adalah kamus yanag hanya memuat kata-kata dari suatu bidang
tertentu.

Kamus ekabahasa merupakan kamus mengenai suatu bahasa tertentu.

Kamus dwi/multi bahasa merupakan kamus yang memuat dua bahasa dan banyak
bahasa.

Kamus Standar merupakan kamus yang diakui dan memuat kata yang standar dalam
dalam suatu bahasa.

Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) sekarang KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesianadalah kamus umum yang ekabahasa dan bersifat standar.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 5


1.1 Sifat Kamus

Mengapa selalu terdapat kekurangan pada semua kamus?:

Setiap penyusun kamus/leksikograf, mencatat kata-kata yang dijumpainya hanya


sampai saat sebelum kamus itu diterbitkan. Yang dimaksud dengan ”sampai saat
sebelum kamus itu diterbitkan” adalah bukan pada waktu kamus itu dikeluarkan dari
percetakan, tetapi pada waktu kamus itu mulai diketik sebagai sebuah naskah dan
kemudian dikirim ke penerbit. Pengetikan itu sendiri sudah memerlukan waktu yang
tidak sedikit. Belum lagi urusan-urusan lain antara pihak penerbit dan pihak
percetakan. Semua ini memakan waktu yang cukup lama. Sementara itu, kata-kata
baru tetap bermunculan dalam bahasa, di samping ada kata-kata mengalami perluasan
makna. Leksikograf hanya mencatat kata-kata secara konservatif, sehingga pada saat
kamus itu muncul dalam masyarakat, ia sudah ketinggalan jaman.

Selain dari alasan tersebut di atas, ada juga faktor lain mengapa sebuah kamus tidak
selalu memuaskan pemakainya. Betapapun cermatnya seorang leksikograf, pasti ada
satu-dua kata yang luput dari pengamatannya, malahan ada pula arti yang luput dari
pencatatannya, meskipun katanya sendiri ada dalam kamus. Pencatatan kata-kata
bersama maknanya biasanya dilakukan dengan mempergunakan bahan publikasi.
Dalam suatu wilayah bahasa yang luas dengan beraneka ragam kegiatan publikasi,
sangat sulit bagai seorang leksikograf untuk memperoleh semua bahan tersebut. Inilah
faktor kedua yang mempengaruhi sifat sebuah kamus, apakah ia memuaskan atau
tidak memuaskan para pemakainya.

Faktor lain yang mempengaruhi sifat sebuah kamus adalah minat dan tujuan seorang
leksikograf. Ada leksikograf yang menganggap bahwa kata-kata tua, ungkapan-
ungkapan kuno, dan peribahasa-peribahasa yang sudah usang dan tidak dipakai lagi,
tidak perlu dimasukkan dalam sebuah kamus. Tetapi ada leksikograf yang
beranggapan bahwa unsur-unsur itu harus dimasukkan karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Pertama, unsur-unsur tua itu masih sangat diperlukan terutama
dalam menghadapi naskah-naskah tua, terutama bagi para filolog, etnolog, dan ahli-

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 6


ahli sejarah. Kedua, perkembangan bahasa itu sendiri tidak selalu bergerak maju ke
depan, teteapi dapat mengikuti perkembangan yang berbentuk spiral. Perkembangan
yang berbentuk spiral adalah bahwa pada suatu waktu, perkembangan maju itu
berbalik kembali ke titik tolak semula, tetapi dalam keadaan yang lebih tinggi dari
yang dulu. Kata-kata lama dihidupkan kembali dalam pemakaian, tetapi diberi makna
baru. Hal ini terutama dengan giat dilakukan dalam rangka mencari istilah-istilah baru
sesuai dengan kemajuan teknologi dewasa ini.

1.2 Susunan Kamus

Bagian Pendahuluan

Biasanya sebelum daftar kata yang menjadi inti kamus itu, terdapat bagian
Pendahuluan yang memuat keterangan tentang cara menggunakan kamus itu. Kamus
Umum Bahasa Indonesia misalnya dalam bagian pendahulian memuat hal-hal berikut:
– keterangan mengenai abjad dan ejaan;
– keterangan mengenai perbendaharaan kata;
– keterangan mengenai batasan kata dan keterangan lainnya;
– tentang susunan dan urutan kata yang diterangkan;
– tanda-tanda yang dipakai; dan
– kependekan atau singkatan-singkatan yang dipergunakan.

Unsur-unsur atau pokok-pokok mana yang perlu dimasukkan dalam bagian


pendahuluan ini, tergantung dari pertimbangan penyusun dan kebutuhan tiap bahasa.

Isi Kamus
Isi kamus merupakan bagian yang terpenting dari sebuah kamus. Isi kamus terdiri dari
daftar kata yang disusun menurut urutan abjad, disertai keterangannya. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, misalnya, mempergunakan abjad Latin, yaitu: a, b, c, d, e, f, g, h, i,
j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Dengan demikian beberapa fonem tidak
Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 7
diberi status tersendiri tetapi dimasukkan dimasukkan dalam huruf awal yang
digunakannya, misalnya: ny, ng dimasukkan dalam huruf ny ng dimasukkan dalam
huruf n, dan kh dimasukkan dalam huruf k.

Bagian Pelengkap
Di samping pokok-pokok di atas yang biasa terdapat dlam sebuah kamus, kamus yang
baik biasanya menambahakan suatu bagian pelengkap. Bagian ini terdiri dari Kata dan
Frasa asing, Tokoh Mitologis dan Literer, Tokoh terkenal dan Nama Geografis, dan
Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Tokoh mitologis dan literer (kesusastraan) yang terkenal dapat dimasukkan juga
dalam daftar kata umum (Isi Kamus). Tetapi dapat juga dimasukkan dalam bagian
pelengkap. Sebuah kamus yang baik dan lengkap pasti akan memasukkan pokok-
pokok ini, terutama tokoh-tokoh yang melambangkan perwatakan.

Isi Kamus

– Ejaan

Tiap kata yang tercatat dalam kamus itu sekaligus merupakan ejaan yang berlaku bagi
kata itu. Sehingga siapa pun yang ragu-ragu bagaimana menuliskan kata itu,
hendaknya membuka kembali sebuah kamus untuk mendapatkan kepastian mengenai
ejaan itu. Kata anjing misalnya, walaupun diucapkan an-ny-jing ditulis anjing.
Demikian juga kata-kata seperti cincang, pincang, janji, dan sebagainya. Dalam
beberapa hal terdapat dua bentuk untuk sebuah kata yang sama. Dalam hal ini kedua
bentuk dicatat dalam kamus, dengan catatan dari yang lain:liwat—lewat, nasihat—
nasehat, kukuh—kokoh, kurban—korban, hafal—hapal, afal—apal, dan sebagainya.
Bagi sebuah kamus umum bahasa Indonesia, persoalan ekaan mungkin tidak
membawa akibat yang besar , karena antara tulisan dan ucapan boleh dikatakan tak
ada perbedaan dalam cara menuliskannya. Dalam bahasa Inggris, persoalan ejaan
adalah hal yang sangat penting, mengingat perbedaan yang sangat besar antara tulisan
dan ucapannya. Dalam bahasa Indonesia masih dijumpai di sana-sini kesulitan tertentu
pada kata-kata yang homograf akibat adanya ejaan yang sama bagi bunyi /ė/ dan /e/.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 8


– Suku Kata

Suku kata adalah bagian dari sebuah kata yang membentuk suatu kesatuan puncak
kenyaringan. Kecuali kata-kata yang monosilabis (yaitu kata-kata yang terdiri dari
satu suku kata saja: mas, las, khas, bab, dan sebagainya) suku kata sama sekali tidak
mengandung pengertian. Walaupun demikian, suku kata sangat penting untuk
diketahui setiap bagian-bagiannya, khususnya pada akhir sebuah baris. Dalam tulisan
harus diadakan pemisahan suku kata itu dengan cermat.

– Aksen

Keterangan lain yang dapat diperoleh dalam sebuah kamus adalah tekanan atau aksen
kata. Agar sebuah kata dapat diucapkan dengan benar, maka kata-kata dalam sebuah
kamus dapat diberi tanda-tanda tekanan pada suku-suku kata yang patut mendapatkan
tekanan. Bahasa-bahasa yang memiliki tekanan membedakan empat macam tekanan,
yaitu tekanan paling keras (accent aigu), tekanan keras (accent grave). Tekanan
lembut (accent circonflex), dan tekanan paling lembut (accent breve).

– Kapitalisasi

Huruf-huruf kapital atau huruf besar dalam sebuah kamus bukan saja dipergunakan
untuk kata-kata kepala yang perlu mendapatkan huruf kapital tetapi juga huruf awal
baik dari kata dasarnya maupun unsur tambahan yang ditempatkan pada awalkata itu.
Misalnya sebagai kata nama kata-kata berikut ditulis dengan huruf kapital:
Pla’tonism, Cam;brian. Kata turunan yang mempergunakan kata-kata tadi sebagai
kata dasar tetap mempergunakan huruf kapital, baik pada unsur tambahan maupun
pada unsur dasarnya Neo’ Pla’tonism, Pre’-Cam’brian, dan sebagainya.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 9


– Ucapan

Cara mengucapkan sebuah kata, sebagai telah disinggung di atas, dapat pula
dimasukkan dalam sebuah kamus. Gunanya jelas, yaitu membantu para pemakai agar
dapat mengucapkan sebuah kata dengan benar dan tepat. Keterangan mengenai
ucapan (kalau ada) langsung ditempatkan di belakang kata yang bersangkutan.

– Kelas Kata

Agas setiap pemakai kamus segera mengetahui apa kelas sebuah kata, maka sesudah
keterangan mengenai ucapan, tercantumlah pula keterangan mengenai kelas katanya.
Dalam kamus-kamus bahasa Inggris misalnya dicantumkan singkatan-singkatan
seperti v. yang berarti verb atau kata kerja; verb ini biasanya dibedakan lg menjadi v.t.
singkatan dari verb transitive atau kata kerja transitif, v.i singkatan dariverb
intransitive atau kata kerja intransitif. Singkatan lain yang biasa dipergunakan untuk
menunjukkan kelas kata
n : Noun (kata benda)
ad. : Adjective (kata sifat)
adv. : Adverb (kata keterangan)
prep. : Prepisition (kata depan)
conj. : Conjunction (kata sambung)

– Etimologi

Kamus yang baik menyertakan pula keterangan tentang asal-usul katanya atau
entimologinya, bila hal itu memang ada. kebanyakaan dari kita menganggap bahwa
asal-usul kata itu tidak perlu diketahui; yang perlu ialah mengetahui arti kata yang
berlaku dewasa ini. Walaupun anggapan ini tidak dapat ditolak, namun tidak dapat
disangkal bahwa mengetahui asal-usul sebuah kata dengan maknanya yang dahulu,
sering lebih memantapkan makna kata itu daripada sekedar menghafal arti yang
sekarang.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 10


– Definisi

Inti dari sebuah kamus adalah memberikan batas pengertian atau definisi sebuah kata.
Pengertian batasan atau definisi di sini tidak dapat diartikan secara formal, tetapi
dibuat secara singkat dan sederhana. Karena arti kata sering mengalami perubahan
atau pergeseran, maka sesudah diberi pengertian yang sentral, disertai pula pengertian
turunan atau atau arti yang sudah bergeser itu. Ada kata-kata yang tidak dapat dibatasi
dalam perngertian tunggal, tetapi ada sejumlah pengertian yang diberikan polisemi.
Semua makna yang secara potensial dimiliki oleh sbuah kata disebut makna potensial,
misalnya tata nilai mempunyai makna potensial (1) harga (2) harga sesuatu (3) angka
kepandaian (4) kadar, mutu (5) sifat-sifat penting atau berguna bagi kemanusiaan.

– Sinonim

Kata sinonimi adalah kata-kata yang sama artinya.


Kata Dan Frasa Asing
Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing disisipkan
ditengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain.

B. Syarat Diksi

Menurut Keraf (1982: 90) terdapat dua syarat dalam diksi memiliki yaitu ketepatan
dan kesesuaian. Syarat ketepatan dimaksud untuk menimbulkan gagasan – gagasan yang
sama antara penulis tau pembicara ke pembaca atau pendengar agar tidak terjadi
kesalapahaman . berikut syarat ketepatan diksi menurut keraf (1982:74)

(1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.


Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus
menetapkan mana yang akan dipergunakan utnuk mencapai maksudnya.kalau hanya
pengertian dasar yang diinginkannya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia
menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan
sasaran yang akan dicapainya itu.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 11


(2) Membedakan secara cermat kata kata yang hampir bersinonim.
Seperti telah diuraikan di atas, kata – kata yang bersinonim tidak selalu memiliki
distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu penulis atau pembicara harus berhati –
hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang
diinginkan sehingga tidak timbul interprestasi yang berlebihan.

(3) Membedakan kata – kata yang mirip ejaanya.


Bila penulis sendiri tak mampu membedakan kata – kata yang mirip ejaannya itu,
maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Contoh kata
kata yang mirip dalam penulisannya yaitu : bahwa – bawah – bawa, interfrensi –
inferensi, karton – kartun, preposisi – proposisi, dsb.

(4) Hindarilah kata – kata ciptaan sendiri.


Bahasa selalu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.perkembangan bahasa
pertama – tama tampak dari pertembahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak
berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya.

(5) Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing.


Terutama kata – kata asaing yang mengandung akhiran asing tersebut. Contoh:
progres – progresif, kultur – kultural, idiom – idiomatik.

(6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Ingat akan bukan ingat terhadap, mengharapkan bukan mengharap akan,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu.

(7) Penulis atau pembicara dapat membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
(8) Mempergunakan kata – kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.

(9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata – kata yang sudah
dikenal
(10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 12


Ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara agar kata – kata yang
dipergunakan tidak akan mengganggu suanana dan menimbulkan keteganggan, dalam hal ini
butuh kesesuaian dalam memilih kata atau diksi. Syarat Kesesuaian Diksi menurut keraf
(1981 : 90)

(1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur sub-standar suatu situasi yang
formal
(2) Gunakanlah kata – kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
(3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
(4) Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata – kata slang.
(5) Dalam tulisan jangan mempergunakan kata percakapan
(6) Hindarilah ungkapan – ungkapan usang (idiom yang mati)
(7) Jauhkan kata – kata atau bahasa yang artifisial.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 13


C. Penerapan Diksi

Diksi atu pilihan kata berfungsi untuk memudahkan pemuda memahami maksud
Anda penulis.oleh karena itu,ketika Anda membuat kalimat bahasa Indonesia ragam harus
memilih,menimbang dan menggunakan kata secara tepat.Kenapa harus memilih kata dan
menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini:

1. Kata –kata Denotatif dan Konotatif

Kata-kata yang bermakna denotatif adalah kata-kata yang disebut juga bermakna
konseptual,bermakna kognitif,bermakna referensial.Kata yang bermakna denottif adalah kata
yang bermakna sesuaidenagan hasil observasi, penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, pengecapan.Artinya,kata –kata bermakna denotatif adalah kata-kata yang
maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objectif(Chaer,1995:65-66).Makna
denotatif juga dapat diartikan sebagai makna yang didasarkan atau hubungan lugas antara
satuan kata dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara
tepat(Pateda,2001:98)

Kata –kata yang bermakna konotatif adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif
dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial,sikap pribadi,dan kriteria tambahan yang
dikenakan sebuah makna konseptual atau denotatif(Arifin dan Tasai,2004:26).Menurut
Pateda(2001:112).makna konotatif muncul akibat asosiatif perasaan pemakai bahasa terhadap
kata yang didengar atau ykata yang dibaca.Harus dipahami bahwa konotatif terdapat pada
kata bermakna denotatif.Artinya,dapat dipahami bahwa pada umumnya semua kata
mempunyai makna denotatif,tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna
konotatif(Chaer,1995:65)
Kata Denotatif Kata Konotatif
membicarakan Membahas,mengkaji
memperhatikan Menelaaah,meneliti,menyelidiki
penonton Pemirsa,pemerhati
rumah Gedung,wisma,graha
membuat Merakit,menyulap
sesuai Harmonis,serasi

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 14


tukang Juru,ahli
pekerja Pegawai,karyawan
tengah media
mati Meninggal,wafat

Dalam karangan ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan secara
tepat.Namun demikian,kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial,sikap pribadi,atau
kriteria tambahan tertentu(makan konotatif) dapat pula digunakan pada kondisi dan situasi
tertentu

2. Kata umum dan kata khusus


 Kata umum digunakan untuk mengunngkapkan hal yang generik(universal).
 Kata khusus digunakan untuk mengungkapkan hal yang spesifik(spesial).

Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang lebih luas
daripada kata khusus.Kata umum dan kata khusus tersebut sebagai berikut di bawah ini.

Kata umum Kata khusus


ikan Gurame,lele,sepat,tuna,nila,koki mas
bunga Mawar,melati,dahlia,anggrek
Hewan mamalia Sapi,kerbau,kuda,keledai,kambing
Burung Beo,kakak tua,merpati,perkutut

3. Kata-kata bersinonim
Kata –kata yang bersinonim adalah kata –kata yang (bentuknya memang berbeda)
yang pada dasarnya makna yang hampir sama.dalam bahasa Indonesia ,kata –kata yang yang
bersinonim adalah seperti dibawah ini:

1. Cerdas = cerdik,hebat,pintar
2. Besar = agung,raya
3. Mati = mangkat,wafat, meninggal
4. Ilmu = pengetahuan
5. Penelitian = penyelidikan

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 15


4. Kata baku dan Nonbaku

Pertama kata baku dan non baku dpata dilihat berdasarkan ranah fonologis.
Maksudnya,sebuah kata kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena enambahan
fonem,pengurangan fonem.ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini.
Pasangan kata baku dan non baku karena penambahan fonem:

Kata baku Kata non baku


imbau himbau
andal handal
utang hutang
rapi rapih
ubah rubah

Pasangan kata baku dan non baku karena pengurangan fonem.


Kata baku Kata non baku
terap trap
terampil tampil
tetapi tapi
tidak tak
tahu tau

Pasangan kata baku dan non baku karena pengubahan fonem.


Kata baku Kata non baku
telur telor
ubah obah
tampak nampak
lubang lobang
roboh rubuh
lafal lapal
rezeki rejeki

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 16


Kedua, kata baku dan non baku dapat pula dilihat berdasarkan ranah
morfologis.maksudnya,sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata non baku karena pada
hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem dan enambahan fonem,terjadi pergantian
afikss,dan terjadi kelebihan fonem.

Pasangan kata baku dan non baku karena pada hasil morfologis terjadi pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
memfokuskan memokuskan
memprotes memrotes
memfitnah memitns
memfotokopi memotokopi
mempromosikan memrosikan
memproduksi memroduksi
memproses memroduksi

Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi pengubahan fonem.
Kata baku Kata non baku

mengubah merubah

Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi penggantian afiks.
Kata baku Kata non baku

menangkap nangkap

menatap natap

menari nari

menolak nolak

menolong nolong

menahan nahan

mengirim ngirim

mengajar nagajar

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 17


Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi kelebihan fonem.
Kata baku Kata non baku

beracun berracun

berakit berrakit

beragam berragam

beternak berternak

bekerja berkerja

Ketiga,kata(frasa) baku dan non baku dapat dilihat berdasarkn ranah leksikon.
Maksudnya,sebuah kata(frasa) baku dan non baku kadang-kadang memiliki kata(frasa)

Frasa baku Frasa non baku

Tidak terlalu Tidak begitu

Tidak seperti Tidak begini

Belum masak Belum matang

Tidak sabar Tidak sabaran

Hanya nasi Asi tok

Sangat malas Malas banget

Pasangan kata (frasa) baku dan kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti berikut:
Frasa bakumala Frasa non baku

Waktu lain Lain waktu

Malam ini Ini malam

Amat besar Besar amat

Pertama kali Kali pertama

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 18


Amat mahal Mahal amat

Pasangan frasa kata baku dan frasa yang bermakna reduhan (non baku)

Frasa baku Frasa non baku

Sangat pedih Amat sangat pedih,amat pedih

Paling pandai Paling terpandai terpandai

Berpandang-pandangan Saling berpandangan-pandangan saling


berpandang

Saling tolak Saling tolak- menolak tolak-menolak

Banyak rumah Banyak rumah-rumah umah-rumah

Pasangan kata baku dan non baku menggunakan kata serapan.Contohnya seperti berikut:

Kata bakukelas Kata non baku

apotek apotik

atlet atlit

asas azas

advokat adpokat

atmosfer atmosfir

ekspor eksport

ekuivalen ekwivalen

esai esei

jadwal jadual

izin ijin

hierarki hirarki

frekuensi frekwensi

konkret konkrit

kualitas kwalitas

metode metoda

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 19


6. Penggunaan kata secara tepat

Contohnya kekeliruan penggunaan kata depan (presposisi)di yang seharusnya di


gunakan pada dapat dilihat seperti di bawah ini.

Penggunaan yang tepat Penggunaan yang tidak tepat

Pada saya Di saya

Pada kami Di kami

Pada kita Di kita

Pda malam hari Di malam hari

Pada waktu itu Di waktu itu

Pada saat ini Di saat itu

Pada paman Di paman

Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat


dilihat pada contoh di bawah ini:
Penggunaan yang tepat

Kepada saya Ke saya

Kepada dia Ke dia

Kepada paman Ke paman

Kepada adik Ke adik

Kepada mereka Ke mereka

Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat formal.
Fungsi penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai adalah sbb:
1.Untuk keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.
2.Untuk keterangan waktu digunakan kata pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3.Untuk keterangan alat digunakan kata dengan .
4,untuk keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi.
5 untutk keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan jalan.
6.Untuk keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan.
7.Untuk keterangan sebab digunakan kata karena,sebab.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 20


6. Penulisan kata secara benar
Contoh penulisan kata awalan di yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Di atas diatas

Di jalan dijalan

Di sekolah disekolah

Di kampus Dikampus

Di restoran direstoran

Di pasar dipasar

Di kantin dikantin

Penulisan kata ke yang benar:


Penggunan yang tepat Penggunaan yang salah

Ke atas Keatas

Ke samping Kesamping

Ke bawah Kebawah

Ke jalan Kejalan

Ke pinggir Kepinggir

Penulisan kata depan dari yang benar adalah sbb:


Penulisan yan benar Penulisan yang salah

Dari atas dariatas

Dari toko Daritoko

Dari pasar daripasar

Dari rumah darirumah

Dari samping Darisamping

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 21


Penulisan kata non yang benar adalah sebagai berikut:
Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Non-Indonesia Non Indonesia

Non-korea Non korea

Non-islam Non islam

Non-minangkabau Non minangkabau

nonkolaborasi Non kolaborasi

Penulisan partikel sub yang benar adalah sbb:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

subseksi Sub seksi,sub-seksi

subbagian Sub bagian,sub-bagiam

Penulisan partikel per yang benar adalah sebagai berikut:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Per jam perjam

Per hari perhari

Per bulan perbulan

Per caturwulan percaturwulan

Per semester persemester

Penulisan yang benar Penulisan yang salah

perbesar Per besar

persatu Per satu

perkecil Per kecil

perbudak Per budak

peradik Per adik

persingkat Per singkat

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 22


Penulisan kata pun yang benar adalah sbb:
Penulisan kata yang benar Penulisan kata yang salah

Aku pun Besarpun

Mereka pun merekapun

Dia pun diapun

Air pun airpun

Sekarang pun sekarangpun

Penulisan yang benar Penulisan yang salah

walaupun Walau pun

Sungguhpun Sungguh pun

meskipun meskipun

bagaimanapun Bagaiman pun

kendatipun Kendati pun

Penulisan pasca yang benar adalah sbb:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah
pascasarjana Pasca saarjana
Pascapanen Pasca panen

Penulisan yang benar Penulisan yang salah


Bertolak belakang bertolakbelakang
Tanda tangani Tandatangani
ditandatangani Ditanda tangani
Mendarah daging mendarahdaging
melatarbelakangi Melatar belakangi
dianalisis Di analisis
dikaji Di kaji
dikelola Di kelola
ketujuh Ke tujuh

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 23


B.Gabungan Kata

1.Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.

Misalnya:

 duta besar
 model linear
 kambing hitam
 persegi panjang
 orang tua
 rumah sakit jiwa
 simpang empat
 meja tulis
 mata acara
 cendera mata

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)


 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
 ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
 ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
 buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
 buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)

3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.

Misalnya:

 bertepuk tangan
 menganak sungai
 garis bawahi
 sebar luaskan

4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.

Misalnya:

 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
 menyebarluaskan
 penghancurleburan
 pertanggungjawaban

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 24


5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.

Misalnya:

 acapkali
 adakalanya
 apalagi
 bagaimana
 barangkali
 beasiswa
 belasungkawa
 bilamana
 bumiputra
 darmabakti
 dukacita
 hulubalang
 kacamata
 kasatmata
 kilometer
 manasuka
 matahari
 olahraga
 padahal
 peribahasa
 perilaku
 puspawarna
 radioaktif
 saptamarga
 saputangan
 saripati
 sediakala
 segitiga
 sukacita
 sukarela
 syahbandar
 wiraswata

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 25


C.KATA MAJEMUK, IDIOM, DAN FRASA

1.KATA MAJEMUK

Kata majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) atau lebih kata dasar yang di
dalamnya terkandung satu atau lebih makna baru.Hanya saja, kata – kata dalam kata
majemuk tersebut tidak menonjolkan makna di setiap katanya, melainkan kelompok kata
yang pada akhirnya memiliki satu arti baru.

Ciri – ciri kata majemuk

1.Tidak bisa disisipi

Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, kalian
dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan diantara dua kata dasar
pembentuknya.Umumnya, sisipanya berupa preposisiatau dua kata depan. Jika gabungan kata
tersebutdapat disisipi maka artinya berubah, berarti dia dapat dikategorikan sebagai kata
majemuk.

Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti dengan “kaca dari mata” ataupun “kaca pada mata”.
Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjadi “sakit di mata” atau “sakit pada
mata”.

2.Tidak dapat diperluas

Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan).Khusus untuk kata
majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua
kata pembentuknya.Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas
dengan pembumbuan afiks.

Contoh : “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun,
harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang
membentuknya.Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkertaapian.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 26


3.Posisi Tidak Dapat Ditukar

Kata – kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat
menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau
berubah total.

Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’. Namun jika posisi kata – kata dasr
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas

Berdasarkan ciri-ciri kalimat majemuk di atas, kalimat majemuk dapat dikelompokkan dalam
beberapa kategori, yaitu :

A.Berdasarkan Metode Penulisannya

Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar unsurnya. Akan
tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tipa unsurnya ditulis terpisah dan ada yang
digabung. Jika penulisan tiap unsurnya ditulis terpisah, maka bentuknya disebut tidak
senyawa. Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata
majemuk senyawa.

1. Kata Majemuk Senyawa, adalah kata majemuk yang sudah melebur menjadi satu
rangkai atau satu arti kata. Contoh:
 Matahari (gabungan kata dari mata dan hari)
 Kacamata (gabungan kata dari kaca dan mata)
 Airmata (gabungan dari kata air dan mata)
 Dukacita (gabungan dari kata duka dan cita)
 Segitiga (gabungan dari kata segi dan tiga)

2. Kata Majemuk Tidak Senyawa, adalah kata majemuk yang tidak berpadu/bersatu
dalam penulisannya. Contoh:
 Sapu tangan (dibentuk dari kata sapu dan tangan)
 Rumah sakit (dibentuk dari kata rumah dan sakit)
 Harga diri (dibentuk dari kata harga dan diri)

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 27


B.Berdasarkan Kelas Kata Pembentuknya

Selain dari cara penulisannya, kata majemuk juga dikelompokkan berdasarkan kata
pembentukknya, yaitu:

1. Kata benda + kata benda

Misal: kapal udara, kiri kanan, air mata, air minum, alam baka, akta kelahiran, anggota
badan, alam semesta, sapu tangan. Contoh:

 Maria sudah bekerja di kapal udara selama 4 tahun lebih.


 Alam semesta ini selalu menyimpan rahasia yang tak pernah diketahui manusia.
 Isti meminjamkan saputangannya pada iqbal.

2. Kata benda + kata kerja

Misal : anak pungut, meja makan, akal budi, anak didik. Contoh :

 Tepat pukul 7 malam semua orang berkumpul di meja makan.


 Dinda adalah anak didik dari pak Bima.
 Dia menangis setelah diejek temannya dengan panggilan anak pungut.

3. Kata benda + kata sifat

Misal : orang tua, rumah sakit, arus balik, akal sehat, anak muda. Contoh :

 Kakek dirawat di rumah sakit selama 7 hari 6 malam.


 Panji adalah anak muda yang rajin ke masjid.
 Pada arus balik kemarin, jumlah kecelakaan kendaraan roda 2 mengalami kenaikan
yang cukup tinggi.

4. Kata sifat + kata kerja

Misal : salah guna, adil makur. Contoh :

 Pak Jiman telah menyalah gunakan kekuasaanya untuk kepentingan pribadi.


 Seluruh rakyat Indonesia hidup dengan adil makmur.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 28


5. Kata sifat + kata benda

Misal : ahli bahasa, ahli bedah, ahli sejarah, ahli sihir, ahli tafsir, ahli waris, ahli
kubur. Contoh :

 Siti adalah satu-satunya ahli waris Pak Darman.


 Dalam film itu Rike berperan sebagai ahli sihir yang jahat.
 Dr. Ris adalah ahli bedah yang masih muda dan cantik.

6. Kata sifat + kata sifat

Misal : tua muda, besar kecil, adi daya, acuh tak acuh. Contoh :

 Fuad tetap saja acuh tak acuh pada Yani.


 Amerika merupakan negara adi daya yang sangat berperan di kedutaan besar PBB.
 Kedai WH adalah tempat makan yang cocok untuk orang tua maupun muda.

7. Kata kerja + kata kerja

Misal : naik turun, keluar masuk, tinggi rendah, pulang pergi, pecah belah, tipu
daya. Contoh :

 Sepak terjangnya dalam dunia perfilman Indonesia begitu mengagumkan.


 Isa telah terperangkap dalam tipu daya sahabatnya sendiri.
 Komunitas itu kini terpecah belah akibat ulah salah satu anggotanya.

8. Kata kerja + kata benda

Misal : akad nikah, agenda rapat, angkat kaki, alih bahasa. Contoh :

 Kakak terpaksa angkat kaki setelah ibu dan ayah mengusirnya dari rumah.
 Dia adalah seorang alih bahasa yang menguasai 5 bahasa asing.
 Rencananya akad nikah akan dilaksanakan tepat pukul 8 esok hari.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 29


9. Kata kerja + kata sifat

Misal : sapu bersih, terima kasih. Contoh :

 Semua makanan yang dihidangkan Ibu di sapu bersih oleh teman-temanku.


 Kami mengucapkan terima kasih atas semua bantuannya.

10. Kata bilangan + kata benda

Misal : pancaindera, paska bencana, setengah abad, pancasila, dwiwarna. Contoh :

 Paska bencana alam itu, anak-anak masih mengalami trauma mendalam.


 Rumah kakek diperkirakan dibangun setengah abad lalu.
 Pancasila adalah ideologi negara yang tak bisa tergantikan.

11. Kata bilangan + kata kerja

Misal : serba salah, satu padu. Contoh :

 Semua yang dilakukan Rival serba salah di mata kakaknya.


 Semua siswa bersatu padu menggelar pertunjukkan kelas.

12. Kata keterangan + kata benda

Misal : acap kali, alat ukur, alat dapur, aneka warna. Contoh :

 Windi membutuhkan alat ukur khusus untuk menentukan besar benda ini.
 Di taman itu Siska dengan tenang menikmati indahnya bunga yang tumbuh beraneka
warna.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 30


2.IDIOM

Idiom merupakan kata lain dari ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang
bermakna khusus. Makna dari idiom bukanlah berasal dari kata-kata pembentuknya, akan
tetapi terbentuk setelah kata-kata tersebut digabungkan. Idiom sering digunakan sebagai
kiasan dalam penyampaian makna. Sebagai contoh adalah gabungan kata “membanting
tulang”. Makna dari gabungan kata tersebut akan memiliki makna yang berbeda tergantung
dari kalimat yang menyertainya.

Sebagai contoh, perhatikan kedua kalimat berikut:

 Raka membanting tulang sapi yang ada di dapur untuk mengeluarkan sumsumnya.

Gabungan kata pada kalimat ini bukanlah sebagai idiom karena membentuk makna
sesungguhnya yaitu kegiatan membanting tulang.

 Raka membanting tulang untuk menghidupi semua anggota keluarganya.

Gabungan kata pada kalimat ini berkedudukan sebagai idiom karena sebagai kiasan untuk
makna bekerja keras.

Jenis Jenis Idiom

Idiom dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan unsur pembentuk dan pemilihan kata
pembentuknya.

1. Idiom Berdasar Unsur Pembentuk

Berdasarkan unsur pembentuknya, idiom dibedakan menjadi idiom penuh dan idiom
sebagian.

 Idiom penuh, adalah ungkapan yang maknanya tidak tergambar dari unsur-unsur
pembentuknya. Contoh idiom penuh adalah tangan kanan yang mempunyai makna
orang kepercayaan, atau buah hati yang mempunyai makna kesayangan.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 31


 Idiom sebagian, adalah ungkapan yang maknanya masih tergambar dari salah satu
unsur pemebntuknya. Contoh idiom sebagian adalah kabar burung yang mempunyai
makna kabar/berita yang belum pasti kebenarannya.

2. Idiom Berdasar Pemilihan Kata Pembentuk

Berdasarkan pemilihan kata pembentuknya, idiom dibedakan menjadi idiom dengan bagian
tubuh, idiom dengan bagian tumbuhan, idiom dengan indera, idiom dengan warna, idiom
dengan benda alam, idiom dengan nama binatang, dan idiom dengan bilangan.

Berikut adalah contoh dari masing-masing idiom:

Idiom Contoh Makna


Bagian tubuh Tinggi hati Sombong
Panjang tangan Suka mencuri
Bagian tumbuhan Daun muda Muda dan segar
Naik daun Populer
Indera Gelap Mata Kalap, emosi
Kepala dingin Sabar
Warna Darah biru Bangsawan
Meja hijau Pengadilan
Benda alam Mental baja Kuat
Bintang lapangan Pemain terbaik
Nama binatang Kambing hitam Orang yang disalahkan
Tikus kantor Koruptor
Bilangan Diam seribu bahasa Tidak berkata apapun
Berbadan dua Hamil

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 32


Contoh Idiom dalam Kalimat

Agar lebih memahami idiom, berikut diberikan beberapa contoh kalimat yang memuat idiom:

 Pertemuan empat mata kedua presiden negara adidaya dipenuhi dengan rencana
penguasaan dunia. (empat mata = pertemuan antara dua orang)
 Adu mulut antara ayah dan kakak selalu berakhir dengan candaan dan tawa riang. (adu
mulut = debat)
 Nenek Ida hidup sebatang kara setelah semua anaknya pergi merantau dan tak
kembali pulang. (sebatang kara = seorang diri)
 Akibat kantungmu bocor, kini kau tak punya simpanan apapun. (kantong bocor =
boros)
 Rini sedang naik daun di sekolahnya karena ia menang juara olimpiade se-kabupaten.
(naik daun = populer)
 Jangan pernah melakukan pekerjaan dengan setengah hati karena nanti hasilnya tidak
akan memuaskan. (setengah hati = tidak serius)
 Ibu selalu memperlakukan anak-anak panti seperti darah dagingnya sendiri. (darah
daging = anak kandung)
 Ayah selalu memarahi kakak karena sifatnya yang kepala batu. (kepala batu = bandel,
keras kepala)
 Amukan si jago merah melahap habis semua rumah di Kampung Rayuan. (jago
merah = kebakaran)

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 33


3.FRASA

Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonprediktatif (tidak memiliki predikat). Itulah perbedaan frasa dari klausa
dan kalimat. Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi.

Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.


Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari atas kata atau lebih.
b. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa
itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frasa:

A. Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frasa
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Frasa endosentrik yang koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara,
ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan,laki bini belajar atau bekerja

2. Frasa endosentrik yang atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang hari libur Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur
yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur
terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 34


3. Frasa endosentrik yang apositif: frasa yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frasa Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak
Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat
menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, sangat pandai.
Anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).

B. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frasa di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan
itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong. kelas

C. Frasa Nominal, frasa Verbal, frasa Bilangan, frasa Keterangan.


1. Frasa Nominal: frasa yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit

2. Frasa Verbal: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar

3. Frasa Bilangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping

4. Frasa Keterangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 35


5. Frasa Depan: frasa yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau
frasa sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa

D. Frasa Ambigu
Frasa ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan
maksud kalimat.Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku
bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frasa perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 36


BAB III
PENUTUP
1.Pembahasan Tema

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 37


2.Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah “Diksi Pada Periklanan/Penyiaran/kehumasan ” penulis menyimpulkan
bahwa pengetahuan tentang diksi memang seharusnya kita pelajari agar mengetahui
penggunaan diksi secara tepat dan sesuai pada tempatnya.

Daftar pustaka
Keraf,Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. 1982. Ende-Flores: Nusa Indah

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka
Cipta.

Arifin, Zainal dan Tasai, Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta : Akademika
Pressindo
A.Widyamartaya.1990.Seni Menuangkan Gagasan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Kutipan laman Internet

Penerapan diksi “Resume Bahasa Indonesia, Uiversitas Negeri Padang fakultas


ilmu pendidikan sekolah dasar”

Gabungan kata
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_um
um-ejaan_yang_disempurnakan.pdf

Frasa http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Frasa-
Kalimat_MuhammadHajir,S.Pd._12904.pdf

Kata majemuk,idiom,frasa sumber https://dosenbahasa.com/ciri-ciri-kata-


majemuk

Pengertian frasa https://id.wikipedia.org/wiki/Frasa

Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 38


Diksi pada Periklanan/Penyiaran/Kehumasan Page 39

Anda mungkin juga menyukai