Uas Perpem
Uas Perpem
tahun. Berdasarkan datayang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Timur, (BPS) angka IPM Jawa Timur terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2018, IPM Provinsi Jawa Timur mencapai angka 70,77. Dengan
kata lain, naik sebesar 0,72% dari tahun 2017. IPM merupakan indikator penting yang
dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup
masyarakat, serta menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya1. Salah satu kabupaten/kotadi Jawa Timur yang memiliki angka IPM
tertinggi adalah Jawa Timur, yaitu mencapai 81,74%2 dan secara konsisten terus
berada pada peringkat pertama di Jawa Timur Pada Tahun 2017-2014. Salah satu
yang menjadi faktor mengapa IPM di Surabaya mengalami peningkatan dan secara
konsisten berada pada peringkat pertama adalah adanya penurunan angka kemiskinan
di Kota Surabaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur,
berikut adalah uraian data jumlah penduduk miskin di Kota Surabaya pada periode
tahun 2012-2018
1
Berita Resmi Statistik oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. “Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Jawa Timur Tahun 2018” No. 26/04/35/Th. XVII, 15 April 2019, hlm 2.
2
ibid, hlm 7.
jumlah penduduk miskin Kota Surabaya
Periode 2012-2018 (dalam satuan ribu)
200
180
160 175.7 169.4 164.4 165.72
140 161.01
154.71
120 140.81
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk miskin di Surabaya terus mengalami penurunan
meskipun pada tahun 2015 sempat mengalami kenaikan. Namun pada selang waktu tahun
2017-2018, jumlah penduduk miskin turun hingga mencapai 14ribu orang.
Beberapa strategi yang dilakukan oleh Walikota Surabaya sehingga angka kemiskinan
dapat menurun adalah dengan mempekerjakan 600 tukang becak di Kota Surabaya menjadi
petugas kebersihan. Dengan mempekerjakan mereka, maka akan dapat menaikkan
pendapatan mereka karena mereka yang sebelumnya menjadi tukang becak, apabila
dipekerjakan oleh Pemkot akan digaji dengan besaran Upah Minimum Kota (UMK) yaitu
sebesar 3,3 juta rupiah. Angka ini tentu jauh lebih baik dibandingkan dengan pendapatan
mereka ketika menjadi tukang becak.
Strategi lainnya dilakukan pada tahun 2016, telah diadakan program pahlawan ekonomi
(PE) di 3330 kelompok ibu-ibu di Surabaya. Program ini diadakan untuk memberdayakan
para ibu rumah tangga sehingga mereka dapat mengembangkan bisnis di berbagai sektor
potensial seperti bisnis makanan, kerajinan daur ulang, dsb.3
Dari kedua strategi tersebut, yang cukup menarik untuk ditelaah lebih lanjut adalah
strategi mempekerjakan tukang becak. Memang, dari segi ekonomi, mempekerjakan tukang
becak sebagai petugas kebersihan kota dapat meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan
sehingga mereka yang sebelumnya menjadi tukang becak mendapat akses lebih luas kepada
berbagai macam sumberdaya ekonomi. Namun bagaimanapun juga, tentu ada kelebihan dan
kelemahan dari strategi ini. Salah satunya apabila dilihat dari segi transportasi publik. Secara
3
https://m.kumparan.com/@kumparanbisnis/cerita-wali-kota-surabaya-sukses-turunkan-angka-kemiskinan
diakses pada tanggal 11 Juni 2019
umum, strategi tersebut apabila dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT akan
memperoleh hasil sebagai berikut :
2. Kota metropolitan seperti Surabaya menjadi pusat dari kegiatan ekonomi dan industri
sehingga banyak warga dari luar kota datang dan mencari pekerjaan di Surabaya
dengan dalih mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Mobilitas masyarakat
Surabaya yang tinggi menjadi salah satu alasan mengapa kendaraan pribadi sangatlah
diminati. Namun, jumlah kendaraan pribadi yang terus bertambah akan menimbulkan
masalah baru yaitu kemacetan. Data berikut menampilkan jumlah kendaraan
bermotordi Kota Surabaya menurut jenisnya mulai tahun 2009 – 2015
Tabel 1. Data jumlah kendaraan bermotor di Surabaya
tahun 2009-2015 menurut jenisnya
9
Aminah, Siti. 2015. Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya dalam MASYARAKAT: Jurnal
Sosiologi, 20(1):59-79. LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI. Hlm 66
10
Lefebvre. 1991. The Production of Space translate by Donald Nicholson Smith. Cambridge MA: Blackwell
11
Aminah, Siti. Op.cit. hlm 67
12
Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan dalam RPJMD Kota Surabaya Tahun 2016-2021 bab IV hlm 21-22
terintegrasi,dan menjangkau seluruh wilayah Surabaya dan
terjadwal;3) banyaknya penggunaan kendaraan pribadi dan kurangnya
minat masyarakat dalampenggunaan angkutan umum.
b. Permasalahan mengenai penyediaan dan penuntasan
pembangunanjaringan jalan diantaranya adalah:1) kemacetan lalu
lintas pada beberapa kawasan terutama pada saat jamsibuk;2) Tingkat
aksesibilitas antar kawasan;3) pembangunan jaringan dan kapasitas
jalan yang tidak dapatmengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan;4)
ketersediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur jalan;5)
koordinasi dan kerjasama antar instansi/stakeholder
dalampembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan
3. Pertama-tama, penulis ingin mengajukan teori yang telah dikutip pada nomor
sebelumnya. Bagi penulis, keberadaan sebuah tata ruang adalah hasil kontestasi,
perundingan (tarik ulur) kepentingan, baik secara ekonomis, maupun politis, termasuk
juga keberadaan pembangunan pariwisata berbasis rumah warga yang ada di kabupaten
Banyuwangi. Ini merupakan teori untuk melihat keberadaan ruang public, khususnya
daerah perkotaan maupun kabupaten. Maksud penulis adalah sesuai dengan apa yang
diugkapkan oleh Lefebvre, bahwa ruang adalah produk politik, yang dapat menjadi
instrumen perubahan baik secara ekonomi, sosial, budaya, politik, sehingga ruang
tersebut pada dasarnya tidak netral.13 Mengapa penulis mengajukan teori ini terlebih
dahulu? Karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan, beberapa
informan menyatakan kurang tahu menahu, dan lebih menyarankan penulis untuk
bertanya kepada salah satu anggota BumDes setempat. Ini menunjukkan bahwa
setidaknya ada ketimpangan secara politis dalam proses pengembangan potensi
pariwisata yang ada, khususnya pada daerah yang telah diteliti sebelumnya. Teori yang
dikemukakan oleh Lefebvre didukung oleh pendapat Harvey14, dimana terdapat proses
yang komplek dari penataan di ruang kota, dimana kelas kapitalis tidak akan berhenti
pada kegiatan memproduksi keuntungan atas ruang yang dimiliki dan keberhasilannya
membangun ruang yang dapat dikonsumsi oleh individu. Seperti yang telah disebutkan,
maka dalam pandangan penulis, proses perencanaan pembangunan dan pengembangan
pariwisata di kawasan tersebut, belumlah melibatkan masyarakat setempat. Padahal hal
tersebut penting, guna mengembangkan konsep pariwisata yang sadar akan ekologi, atau
lingkungan hidup, dimana peran masyarakat setempat untuk menjaga dan
mengembangkan lingkungannya sendiri juga besar. Maka berdasarkan teori yang
diajukan tersebut, hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Banyuwangi, pertama-tama
adalah memberdayakan masyarakat setempat, bukan hanya berpusat pada sekelompok
kecil orang (BumDes), melainkan meliputi sebagian besar masyarakat, sehingga
perekonomian masyarakat juga pelan-pelan terangkat. Begitu juga akan kesadaran
13
Lefebvre. 1991. Log.cit
14
Harvey, David. 1985. The Urbanization Capital: Studies in History and Theory of Capitalist Urbanization.
Oxford UK: Blackwell
masyarakat untuk mengembangkan potensi didaerahnya sembari menjaga lingkungan
(secara ekologi).
15
Burns, P.M and A. Holden. 1997. Alternative and Sustainable Tourism Development – The Way Forward. In:
France, L. (Ed). The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan. London.
menyediakan informasi bagi wisatawan tetapi juga bertugas menyiapkan akomodasi
yang ramah lingkungan (eco-lodge) sebagai akomodasi yang cocok bagi ekowisata.
Dalam hal ini, apa yang dikerjakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi
telah cukup memadai, dimana saat penulis berkunjung pada daerah tersebut, penataan
dan jaringan transportasi cukup baik, telekomunikasi juga cukup baik, dan keberadaan
guide juga telah ada memenuhi syarat yang diajukan untuk operator wisata seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Guide yang ada juga cukup informative dan ramah
terhadap keberadaan wisatawan.
Daftar Pustaka
(Buku)
Aminah, Siti. 2016. Penataan Transportasi Publik Privat dan Pengembangan Aksesibilitas
Masyarakat. Surabaya: Airlangga University Press
Burns, P.M and A. Holden. 1997. Alternative and Sustainable Tourism Development – The
Way Forward. In: France, L. (Ed). The Earthscan Reader in Sustainable Tourism.
Earthscan. London
Harvey, David. 1985. The Urbanization Capital: Studies in History and Theory of Capitalist
Urbanization. Oxford UK: Blackwell
Lefebvre. 1991. The Production of Space translate by Donald Nicholson Smith. Cambridge
MA: Blackwell
16
Wood, M.E. 2002. Ecotourism: Principles, Practices & Policies for Sustainability. UNEP dalam Sutiarso, M.
Agus, 2014. Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan melalui Ekowisata. Bali: LPPB Mitra Persada. Hlm 8
17
Goodwin . 2011. Taking Responsibility for Tourism: Responsible Tourism Management. Oxford: Goodfellow
Publishers Limited dalam Paul V. Mathew , Sreejesh S. 2017. Impact of Responsible Tourism. Journal of
Hospitality and Tourism Management. (Online) http://www.journals.elseviewer.com/journal-of-hospitality -
and-tourism-management
(Jurnal)
Aminah, Siti. 2015. Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya dalam
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 20(1):59-79. LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi
FISIP-UI
(Lain-lain)
Berita Resmi Statistik oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. “Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Jawa Timur Tahun 2018” No. 26/04/35/Th. XVII, 15 April 2019
Artikel oleh Ibnu F. Wibowo yang berjudul “Hasil Jual Sampah Botol Plastik Bisa Buat Beli
Mobil Baru” dalam https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/hasil-jual-
sampah-botol-plastik-bisa-buat-beli-mobil-baru/
https://m.kumparan.com/@kumparanbisnis/cerita-wali-kota-surabaya-sukses-turunkan-
angka-kemiskinan