Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ROY DIANSYAH

NIM : 4012019028
SEM/UNIT : 5/5
PRODI : PBS
MATA KULIAH : EKONOMI MAKRO ISLAM

ANALISIS PERBANDINGAN VARIABEL KEMISKINAN KABUPATEN ACEH


TAMIANG DAN KOTA LANGSA

45000

40000

35000

30000

25000
Kabupaten Aceh Tamiang
20000 Kota Langsa

15000

10000

5000

0
2016 2017 2018 2019 2020

Perbandingan 2016 2017 2018 2019 2020


kabupaten Aceh tamiang 40880 42010 41209 39330 38930
kota Langsa 1863 1920 1873 1862 1865

A. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa garis biru dan orange menunjukkan variabel
kemiskinan yang terjadi pada tahun 2016 sampai 2020. Jumlah kemiskinan di Kabupaten
Aceh Tamiang pada tahun 2016-2020 ditunjukkan oleh garis biru dimana pada tahun 2016,
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang mengalami penurunan drastis sebanyak
40,880 jiwa. Kemudian pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh
Tamiang mengalami peningkatan hingga menjadi 42.010 jiwa. Akan tetapi pada tahun 2018
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang menurun hingga menjadi 41,209 jiwa.
Penyebab rendahnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang dikarenakan
rendahnya angka pendapatan masyaratkan yang rendah menyulitkan masyaratkan untuk
memenuhi kebutuhannya pada akhirnya menyebabkan masuknya ke dalam jurang
kemiskinan. Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang terjadi karena anggota masyarakat
tidak atau belum berpartisipasi dalam proses perubahan yang disebabkan ketidakmampuan
dalam kepemilikan faktor-faktor produksi atau kualitas yang kurang memadai.
B. Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh
Tamiang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di Kota Langsa pada
tahun 2016-2020. Hal ini dikarenakan di Kota Langsa mampu membangkitkan perekonomian
daerah pascapandemi covid-19. Namun pertumbuhan ekonomi Kota Langsa pada tahun 2020
meningkat dari tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan kasus covid-19 di Kabupaten Aceh
Tamiang yang sudah mengalami penurunan.
C. Dampak Kemiskinan terhadap Masyarakat
Dampaknya Kemiskinan Di Kabupaten Aceh Tamiang terhadap ekonomi modern saat ini
mensyaratkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan produksi dan
menyebabkan sedikitnya peluang usaha, minimnya perputaran ekonomi, sumberdaya yang
jumlahnya terbatas dengan kualitasnya rendah dan perbedaan kualitas sumberdaya manusia
yang akhirnya berdampak pada menurunnya pendapatan masyarakat. Pendidikan menjadi
salah satu ukuran kemampuan seseorang untuk dapat diterima bekerja di sebuah perusahaan
atau institusi lainnya. Tingkat pendidikan yang rendah disuatu wilayah akan berdampak pada
rendahnya penyerapan tenaga kerja yang berakibat pada tingginya angka pengangguran
diwilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah pada akhirnya akan memiliki pengaruh
terhadap tingkat pendapatan individu.
D. Solusi Mengatasi terjadinya Kemiskinan
Di Kabupaten Aceh Tamiang dengan cara yang menunjukkan usaha pengentasan
kemiskinan dilakukan oleh jajaran pemerintah kabupaten Aceh Tamiang telah berhasil
menurunkan persentasi jumlah penduduk miskin melalui program-program yang pro rakyat
baik berupa program peningkatan perekonomian masyarakat maupun perbaikan infrastruktur
akses perekonomian masyarakat seperti pemberian bantuan bibit kepada petani, peningkatan
kemampuan petani alat dan mesin pertanian, pembangunan irigasi, jembatan dan jalan sampai
kepelosok daerah. Dan juga memberikan bantuan sosial secara langsung melalui rekening
khusus untuk setiap penerima bantuan ataupun memberikan dana modal kepada pelaku
UMKM, sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang juga
berdampak positif terhadap pendapatan suatu daerah yang di dapat dari UMKM tersebut.
ANALISIS PERBANDINGAN VARIABLE IPM KABUPATEN ACEH TAMIANG DAN KOTA LANGSA

73

72

71

70

69 Kabupaten Aceh Tamiang


Kota Langsa
68

67

66

65
2016 2017 2018 2019 2020

perbandingan 2016 2017 2018 2019 2020


Kabupaten Aceh Tamiang 67,41 67,99 68,45 69,34 69,24
Kota Langsa 70 70,6 71,19 71,9 71,99

A. Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa garis merah dan biru menunjukkan variable IPM
yang terjadi selama 5 tahun yaitu pada tahun 2016-2020. Presentase Indeks Pembangunan
di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2016-2020 ditunjukkan oleh garis berwarna biru.
Dimana pada tahun 2016, presentase Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Aceh
Tamiang sebesar 67,41%. Kemudian pada tahun 2016-2020 presentase Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Langsa mengalami peningkatan sebesar 69,24%. IPM
dibangun melalui pendekatan 3 kategori dasar. Kategori tersebut merupakan kesehatan,
pendidikan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur kesehatan, digunakan angka
harapan hidup waktu lahir. Sedangkan untuk mengukur kategori pendidikan, digunakan
gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur
kategori kehidupan yang layak , digunakan indicator kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kenutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak.

B. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa presentase Indeks Pembangunan


Manusia (IPM) yang terjadi pada tahun 2016-2020 di Kabupaten Aceh Tamiang lebih
tinggi dengan nilai presentase 69,24% dibandingkan dengan presentase Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Langsa pada tahun 2016-2020 dengan nilai
presentase 71,99%. IPM meruapakan indicator yang digunakan untuk mengukur salah satu
aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil pembangunan ekonomi yaitu
perkembangan manusia. IPM memiliki 3 unsur yaitu kesehtan, pendidikan, dan standar
kehidupan. Jadi ketiga ini, sangat penting dalam menentukan tingkat kemampuan suatu
daerah unruk meningkatkan IPMnya. Jadi IPM disuatu daerah akan meningkat apabila
ketiga hal tersebut dapat ditingkatkan,, nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan
pembangunan ekonomi didaerah tersebut.

C. Dampaknya untuk masyarakat yaitu apabila IPM disuatu daerah akan mengalami
peningkatan jika ketiga hal tersebut dapat ditingkatkan, yaitu unsur dari IPM itu sendiri
seperti kesehatan, pendidikan dan standar hidup. Jadi, ketiga unsure tersebut harus saling
mempengaruhi satu sama lain, dan juga dipengaruhi oleh factor-faktor lain seperti
ketersediaan waktu kerja, yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastuktur, dan
kebijakan pemerintah. Maka nilai IPM yang tinggi akan menandakan keberhasilan
pembangunan ekonomi didaerah tersebut.

D. Solusinya yaitu jika IPM disuatu daerah ingin mengalami peningkatan, maka pemerintah
harus lebih memperhatikan ketiga unsure dari IPM tersebut, seperti kesehatan, pendidikan
dan standar hidup walaupun sumber daya alam yang ada didaerah tersebut sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai