Anda di halaman 1dari 2

A.

ureum
Ureum merupakan senyawa kimia yang dapat menandakan fungsi ginjal masih
normal. Ureum merupakan senyawa ammonia yang berasal dari metabolime asam
amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Kadar ureum dalam darah
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi urea. Kadar ureum dalam
darah mempunyai nilai rujukan normal yaitu 10-50 mg/dl. Bila kadar ureum darah
tinggi maka disebut uremia.
Ureum dalam darah merupakan unsur utama yang dihasilkan dari proses penguraian
protein dan senyawa kimia lain yang mengandung nitrogen. Ureum dan produk sisa
yang kaya akan nitrogen lainnya, secara normal akan dikeluarkan dari dalam
pembuluh darah melalui ginjal, sehingga peningkatan kadar ureum dapat
menunjukan terjadinya kegagalan fungsi ginjal atau ureum serum kadarnya akan
meningkat seiring dengan penurunan kemampuan penyaringan glomerulus.
Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya
beradadi atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal
karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume
plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati
berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa
penyakit ginjal.
Sumber protein tinggi dalam makanan dapat dijumpai pada telur, susu, daging,
semua jenis kacang-kacangan termasuk olahannya seperti tempe dan tahu yang
dapat menjadi pemicu peningkatan kadar urea dalam darah, sementara penurunan
kadar ureum dapat disebabkan oleh hipervolemia (overhidrasi), kerusakan hati yang
berat, diet rendah protein, malnutrisi, kehamilan dan penambahan cairan glukosa
intravena yang lama dan juga konsumsi obat fenotiazin.
Gugusan amino dilepas dari asam amino ketika asam amino ini didaur ulang menjadi
sebagian dari protein atau dirombak dan dikeluarkan dari tubuh, aminotransferase
yang ada di berbagai jaringan mengkatalisis pertukaran gugusan amino antara
senyawa-senyawa yang ikut serta dalam reaksi-reaksi sintetsis. Deaminasi oksidatif
memisahkan gugusan amino dari molekul aslinya dan gugusan amino yang
dilepaskan itu diubah menjadi ammonia. Amonia diangkut ke hati dan diubah
menjadi reaksi-reaksi bersambung.
Reaksi kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di ginjal, dari
katabolisme asam-asam amino dan merupakan produk ekskresi metabolisme protein
yang utama. Hati menjadi pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi hati
sebagai tempat menetralkan racun. Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan
tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Konsetrasi urea dalam plasma darah
terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukkan urea dan
katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal. Lalu sejumlah urea
dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses
Sacher, Ronald A., dan R. A. McPHERSON. Alih Bahasa: B. U. Pendit, dan Wulandari.
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2004.
Nura Ma’shumah. Hubungan Asupan Protein Dengan Kadar Ureum, Kreatinin, dan Kadar
Hemoglobin Darah pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan Di RS
Tugurejo Semarang. JURNAL GIZI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG APRIL 2014,
VOLUME 3, NOMOR 1
Baron DN. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Kadar Ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi.
Metode penetapannya adalah dengan mengukur nitrogen atau sering disebut Blood Urea
Nitrogen ( BUN ). Nilai BUN akan meningkat apabila seseorang mengkonsumsi protein dalam
jumlah banyak, namun pangan yang baru disantap tidak akan berpengaruh terhadap nilai
ureum pada saat manapun. Hal ini lah yang menyebabkan adanya hubungan asupan protein
dengan kadar ureum

Anda mungkin juga menyukai