PDF-Dari Skriptorium Ke Literasi Sampai Pada Raja Ali - Baru
PDF-Dari Skriptorium Ke Literasi Sampai Pada Raja Ali - Baru
(1) (2)
1. menulis/menyalin,
2. membaca/mengedit
Kraton Pesantren 3., menggambar,
4. menjilid
Tempat
(3)
Skriptorium penulisan Masyarakat
naskah
(4) Kantor
Hindia-Belanda
(5) Biara (algemeene
secratarie),
kantor residen
SKRIPTORIUM NASKAH DI INDONESIA
a. Batawi
b. Riau (Sebelum pemekaran menjadi Riau dan Kepulauan Riau)
(1) Mu’jizah dan Maria Indra Rukmi (1993)
(2) Mu’jizah (2016)
c. Palembang
d. Minangkabau
e. Banjarmasin
f. Aceh
g. Jawa (1) The Scriptoria in the Merbabu-Merapi area (I Kuntara Wiryamartana)
(2) Naskah-Naskah Skriptorium Pakualaman (2016, Ratnasakti Mulya)
(a) pemrakarsa penulisan, seperti Paku Alam II dan Suryamasena
(b) juru tulis Jayengminarsa, Jayaswara serta juru baca Harjawinata.
© juru gambar yang mempercntik naskah dengan aneka hiasan yang menarik
berbentuk pepadan, wedana, dan rubrikasi (Saktimulya, 2016).
3.
2. Jenis/Genre Pengarang/pe
karya nyalin/pe-
ngumpul/pe
milik
4. Tempat
Skriptorium 1. Koleksi:
(Lembaga/
Penulisan:
Kantor
Riau masyarakat
residen,
kampung-
kampung
6. Ciri 5. Penga-
Naskah: yom:
Salinan Kerajaan
profesional dan
dan pemerintah
masyarakat Hindia
Belanda
PENELUSURAN NASKAH
Raja
Hamzah/Yayasan
Raja Muh Raja Syu’ib
Amin (21)
Indrasakti (50 (39)
3. DESKRIPSIKAN FISIK NASKAH (MENGUNGKAP SEJARAH DAN CIRI NASKAH)
kolofon
Koleksi, nomor,
(waktu,
judul,
penyalin,
lengkap/fragmen
pengarang, dll)
* Hikayat mareskalek
Termaktub surat ini di dalam kantor Residen Riau di Tanjung Pinang,
maka adapun waktu sudahnya disalin kepada 13 hari bulan Rabiulakhir
hari Sabtu jam pukul sepuluh adanya sanah 1243. Syahdan adalah
yang menyuratnya Encik Ismail ibn Datuk Karkun juru tulis Tengku
Said nasihahnya ini pun boleh daripada Tengku Said juga adanya.
b. Penyurat
Hikayat Mareskalek (Or. 1724)
Hikayat Parang Putting disalin oleh H. Ibrahim Syair Surat Kirim kepada Perempuan disalin H. Ibrahim
untuk Raffles
c. Tempat-tempat Penulisan dan Penyalinan Naskah
(1) Hulu Riau
(2) Kantor Pemerintah Hindia-Belanda (Tanjungpinang)
(3) Pulau Penyengat
Kitab Fikih (Or. 1722)
Ini surat sudah beta karang
Di Penyengat Kota karang
Surat udah banyak dikarang
Tidak guna pada orang
(a) Kampung Bulang
(b) Kampung Tengah
© Kampung Baru
(4) Lingga
Hikayat Raja Khandak (Or.1723) yang berbunyi.
• “…Maka ditamatkanlah daripada menyurat dia pada hijrat nabi salallahu ‘alaihi wasallam 1243 tahun kepada 20
daripada bulan Syawal yaum al-Isnain waktu jam pukul sebelas dalam negeri Riau di Tanjung Pinang kepada masa
tatakala Tuan Mayor Elout jadi residen memegang perintah dalam negeri Riau dan yang menjawikan hikayat ini
daripada bahasa Arab yaitu Tuan Haji Abdul Wahab anak s-y-n-t-n daripada kitab hikayat al-hijab Syeikh ibn ‘alawi as-
segaf adanya. Encik ismail ibn datuk Karkun yang jadi juru tulis Tengku Said Muhammad Zain ibn al-Marhum al-
Habib Abdurrahman al-Qudsi yang dalam negeri Lingga adanya, tamat
Tulisan Encik Said (UU. Melayu) Tulisan Haji Ibrahim (H. Raja Damsyik) Raja Ali Haji
RAJA ALI HAJI
(1) Budayawan Gerbang Abad XX (bahasa, sastra, sejarah, hukum, dan
keagamaan)
(2) Keturunan Pengarang: Kakeknya Raja Haji (pahlawan), Bapaknya Raja Haji
Ahmad (pengarang: Syair Perang Johor, Syair Engku Putri)
(3) Bapak bahasa (kesadaran tinggi akan peran bahasa sebagai identitas.
Ditandai dengan karyanya Bustanul Katibin, 1851 dan Kitab Pengetahuan
Bahasa, 1857)
(4) Sejarawan (Silsilah Melayu dan Bugis, Tuhfat An-Nafis)
(5) Sastrawan
(a) Karya
Gurindam 12
Bustanul Katibin
Kitab Pengetahuan Bahasa
Syair Abdul Muluk
Kitab Nikah
Syair Siti Sianah
Syair Sinar Gemala Mestika Alam
Silsilah Melayu dan Bugis
Tuhfat An-Nafis
Samaratul Muhimmah
(b) Raja Ali Haji berkorespondensi dengan Von De Wall 1858
- Dalam Berkekalan Persahabatan: Surat Raja Ali kepada Von de Wall (Jan van der Putten
dan Al Azhar, 1995).
- Surat-Surat Raja Melayu Abad ke-19 oleh AI Azhar, 1999 (surat-surat dari 9 Maret
1859-10 Februari 1873)
Von de Wall: Asisten Residen Riau, leksikograf, sahabat intelektual RAH:
a. RAH menceritakan:
- ia sudah menerima surat Undang-Undang yang akan disuntingnya
- keberhasilannya dalam menyelesaikan karangannya sendiri Bustanul Katibin. Raja
b. RAH memulai karir sekitar tahun 1840-an ketika itu ia berkirim surat kepada Roorda van Eysinga,
pegawai bahasa menghadiahkannya Hikayat Sri Rama dan RAH membalasnya dengan Syair
Sultan Abdul Muluk. Syair itu diterbitkan Tijdschrift voor Nederlandsch Indie. Penerbitan ini
memperkenalkan nama Raja Ali Haji sebagai penyair Melayu Riau
c. Sejak itu RAH mulai bergaul dengan beberapa ahli bahasa dan kamus (Eropa)
- Von de Wall, asisten residen di Riau yang juga peneliti bahasa dan
- Klinkert, penulis kamus.
- Werndly (1736), Marsden (1812), Rooda van Eysinga (1833--1839), dan J.J. Hollander (1845),
Nieuwenhuyzen, pada 1856.
© Karya Raja Ali Haji yang disebut dalam surat-surat
(1) Silsilah Melayu dan Bugis
(2) Tuhfat an-Nafis.
(3) Syair Hukum Nikah
(4) Tsamratul Muhimma dan Mukaddima fi intizam
(5) Bustanul Katibin
(6) Kitab Pengetahuan Bahasa.
Karya lain yang disebut dalam surat
(7) Hikayat Gulam
(8) Surat Qurais
(9) Sejarah Melayu Johor.
(d) Informasi penting lain
(1) Surat tertanggal 27 Maret 1867, “Dan lagi saya nyatakan jikalau boleh kertas pembungkus surat2 bahasa2
itu minta kirimkan sedikit, yaitu kertas yang kasar benar, warnanya tidak putih, yang diperbuat orang2
bungkus barang2, itulah kirimkan sedikit, Dan lagi ada sepuluh bahasa yaitu Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda
minta hendak memberi makna, sudah saya
(2) Surat 12 Desember 1867 ia sudah mulai membuat kamus yang teratur yang ditulis di atas kertas-kertas
yang berkeping-keping dan kertas itu dimasukkan dalam kotak panjang yang lebarnya sepanjang kertas yang
digunting. Kemudian lembaran yang sudah disahkan dimasukkan dalam kotak itu supaya tidak diambil-ambil
lagi. Kemudian kalau sudah selesai hasilnya akan dibawa kepada Van de Wall untuk diperiksa kebenarannya.
(3) Surat 27 Maret 1867: ia terlalu sibuk karena mengajar ngaji, fikih, dan nahu. Lalu pekerjaan menyalin
diserahkan kepada orang lain. Bahkan, ia bersedia mencarikan penyalin lain lalu digajinya. Orang-orang yang
dimintanya menyalin adalah para juru tulis profesional, tetapi jika mereka sedang sibuk ia mencarinya dari
kalangan kerabatnya di istana, misalnya cucu Marhum Jafar pemah diminta untuk menyalin Sejarah Melayu.
(4) Sejak 1858, RAH tergerak menyusun tata bahasa Melayu dan kamus dalam bahasa Melayu (ahli bahasa
Melayu asli)
*Bustanul Katibin: gramatika, fonologi, dan sistem ejaaan bahasa Melayu (PN: 3 naskah, UB: 1)
(1) Bustanul Katibin,
(2) Timbangan Syair, dan
(3) Ikatan dua belas.
Kolofon Ml. 844, “Telah selesai daripada mutabi'in akan kitab Bustanul Katibin ini di dalam Negri
Riau di Pulau Penyengat pada zaman Maulana as-sultan yang Yang Dipertuan Raja Muda Jafar kepada
20 hari bulan Sya'ban al-Muharam pada hari Arba'a waktu jam pukul 4 pada hijrat Nabi Sallahu 'alaihi
wa Salam, adapun yang empunya kitab Gafrullah.”
Kolofon M1.845 “Riau 18 Zulkaidah 1267
Kolofon Kl. 67 D (Iskandar, 1999: 726) kitab ini berjudul Bustan al-katibin Perkebunan jurutulis bagi
anak-anak yang hendak belajar ditulis oleh Raja Ali Haji ibn Raja Ahmad al-Haj ibn Yang
Dipertuan Muda Raja Haji fi Sabilillah, pada 19 Zulkaidah 1267/13 September 1851 di Riau. Kitab ini
pernah diterbitkan dalam bentuk litografi di Pulau Penyengat (proudfoot, 1993:.190-191).
(5) Surat 11 Desember 1867: upah menyalin yang diberikan Von de Wall dikelolanya sendiri. Para juru tulis digaji
8 ringgit seorang. la juga membelikan alat penerang, lilin minyak, sejumlah 14 ringgit. Dalam salah satu suratnya ia
juga mengeluh bahwa upah yang diterimanya dari sahabatnya itu sangat sedikit dan kurang untuk kerjanya.
Naskah-naskah yang disalin bisa berasal dari koleksinya sendiri atau milik orang lain.
(6) Setelah disalin, sebelum diserahkan kepada Von de Wall, ia memeriksanya lagi, takut ada berbagai kesalahan,
seperti dalam surat 9 Oktober 1864, ia menemukan kesalahan sekitar 52 buah yang berupa kesalahan kata,
kesalahan menyalin kata dan huruf, serta kesalahan dalam pemakaian bahasa Arab. Misalnya dalam memeriksa
Hikayat Gulam ia harus hati-hati karena hikayat ini asalnya dari bahasa Parsi diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
lalu diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Melayu. Penerjemah itu bernama Engku Haji Tua atau Tuan Haji
Abdul Wahab, ulama besar Pulau Penyengat yang umurnya 116 tahun
(g) Tulisan Raja Ali Haji berkualitas karena alat yang dipakai Raja Ali Haji untuk mengarang adalah kalam dan
tinta yang bagus. Kalam yang dipakai bukan kalam sembarangan, tetapi kalam bulu angsa. Kalam seperti itu
menurutnya kuat, tidak mudah patah. Tinta yang disukainya juga tinta yang berkualitas, yakni tinta yang
ditempatkan pada wadah yang bagus dan tempatnya kecil dan praktis, bisa dibawa kemana-mana. Alat-alat tulis
lain, seperti kertas, alat perekat, bahkan lilin sebagai alat penerang dia minta dari Von de Wall