Anda di halaman 1dari 35

PERNASKAHAN RIAU:

Dari skriptorium ke Literasi


sampai pada Karya Raja Ali
Haji
MU’JIZAH
BADAN LITBANG DAN DIKLAT, KEMENAG
• Wilayah persebaran naskah di Indonesia: Posisi Riau (Riau dan Kepulauan Riau pada abad ke-19—ke-
20)
Riau
a. Kepulauan Riau adalah salah satu pusat peradaban (tamadun) Melayu. Di wilayah ini pada abad ke-19—
ke-20 sastra berkembang pesat. Perkembangan itu didukung oleh letaknya yang strategis, berdekatan
dengan Malaka yang pada abad ke-17—19 menjadi pusat perdagangan dunia.
b. Dari daerah ini muncul pengarang besar, seperti Raja Ali Haji dan Haji Ibrahim. Raja Ali Haji dan ayahnya
Raja Ahmad serta kakeknya Raja Haji adalah pengarang. Bahkan, dua anak Raja Ali Haji, Raja Hasan
dan Raja Kalzoum adalah pengarang. Di samping itu, ada juga keluarga keturunan Karkun (Encik
Ismail ibn Karkun)
c. Tradisi bersastra didukung kerajaan, di antaranya Istana Pulau Penyengat dan percetakan (Rumah
Percetakan Kerajaan , 1894 didirikan percetakan Matba'at Al-Riawiyyah dan Mathba'ah Al-Ahmadiah)
Karya sastra yang lahir di Kepulauan Riau berbagai genre:: sejarah, undang-undang, keagamaan, dan
tata bahasa seperti Sejarah Melayu,Tuhfat an-Nafis, Sejarah Raja-Raja Riau, Undang-Undang Malaka,
Undang-Undang Laut, Bustanul Katibin, dan Kitab Pengetahuan Bahasa.
Pembagian kerja:

(1) (2)
1. menulis/menyalin,
2. membaca/mengedit
Kraton Pesantren 3., menggambar,
4. menjilid

Tempat
(3)
Skriptorium penulisan Masyarakat
naskah

(4) Kantor
Hindia-Belanda
(5) Biara (algemeene
secratarie),
kantor residen
SKRIPTORIUM NASKAH DI INDONESIA
a. Batawi
b. Riau (Sebelum pemekaran menjadi Riau dan Kepulauan Riau)
(1) Mu’jizah dan Maria Indra Rukmi (1993)
(2) Mu’jizah (2016)
c. Palembang
d. Minangkabau
e. Banjarmasin
f. Aceh
g. Jawa (1) The Scriptoria in the Merbabu-Merapi area (I Kuntara Wiryamartana)
(2) Naskah-Naskah Skriptorium Pakualaman (2016, Ratnasakti Mulya)
(a) pemrakarsa penulisan, seperti Paku Alam II dan Suryamasena
(b) juru tulis Jayengminarsa, Jayaswara serta juru baca Harjawinata.
© juru gambar yang mempercntik naskah dengan aneka hiasan yang menarik
berbentuk pepadan, wedana, dan rubrikasi (Saktimulya, 2016).
3.
2. Jenis/Genre Pengarang/pe
karya nyalin/pe-
ngumpul/pe
milik

4. Tempat
Skriptorium 1. Koleksi:
(Lembaga/
Penulisan:
Kantor
Riau masyarakat
residen,
kampung-
kampung

6. Ciri 5. Penga-
Naskah: yom:
Salinan Kerajaan
profesional dan
dan pemerintah
masyarakat Hindia
Belanda
PENELUSURAN NASKAH

1. Menelusuri melalui katalog


(a) Katalog naskah di Riau
Hamidy (1985),
(b) Katalog Perpustakaan Nasional (Koleksi Von de Wall: 300-an)
(1) Sutaarga
(2) Behrend
(3) Van Ronkel
(b) Katalog Perpustakaan Univ Leiden dan KITLV, sebagian besar koleksi Klinkerts: 40-an
(1) Naskah Riau dicatat dalam Juynboll (1899),
(2) Van Ronkel (1909 dan 1921),
(3) Wieringa (1999).
(c) Katalog naskah di Inggris
Ricklefs dan Voorhoeve (1977)
(d) dll.
(2) LINK DIGITAL:
(A) EAP (PUTTEN: 410 NASKAH DARI 12 PEMILIK/KEPRI )
(B) EAP (IIK IDAYANTI: RIAU: 63 NASKAH DARI 11 PEMILIK)

A.Suk Museum Aswandi


Suwiryo (70) Dinas Kebud Syahri (19)
(71)

Khairullah Raja Muh


Tengku M 11 Amin (21)
Fuad (9)

Raja Muh Fahrul (19) Raja Muh Amin


Amin (21) (21)

Raja
Hamzah/Yayasan
Raja Muh Raja Syu’ib
Amin (21)
Indrasakti (50 (39)
3. DESKRIPSIKAN FISIK NASKAH (MENGUNGKAP SEJARAH DAN CIRI NASKAH)

kolofon
Koleksi, nomor,
(waktu,
judul,
penyalin,
lengkap/fragmen
pengarang, dll)

Bagian naskah: Tulisan,


alas naskah, aksara,
FISIK NASAH ukuran naskah, Bahasa,
ukuran teks, rubrikasi,
margin, cara ilumiansi,
penggarisan
ilustrasi

Penjilidan dan Sejarah


cara naskah: factor
penjilidan, eksternal: cap,
sampul/hiasan catatan-
sampul, kuras, catatan lain, dll
4. KOLOFON NASKAH (MENGUNGKAP SEJARAH NASKAH:TEMPAT, WAKTU, DAN ORANG-ORANG YANG TERLIBAT
(a) Hikayat Gulam: Tempat, waktu, dan transmisi teks
“Maka telah ditamatkanlah daripada menyurat dia hijrat Nabi Muhammad SAW
1253 tahun kepada 25 hari bulan Rabuilawal pada hari Kamis pada waktu jam
pukul dua dan intiha alkalam. Adapun aslinya Hikayat Gulam ini Tuan Habib
Syeikh bin Alwi Sagaf yang empunya dia dengan bahasa Arab. Maka dijawikan
oleh Tuan Haji Abdul Wahab Sutan yang almarhum di tanah Riau. Maka ia pun
telah wafat di tanah Riau itu di Pulau Penyengat kuburnya. Maka disalin oleh
Encik Kecuk tukang tembaga itu pun telah mati jua dalam Riau, Pulau
Penyengat jua kuburnya. Kemudian disalin pula oleh Engku Zain Alqudsi itu pun
telah wafat jua di dalam Lingga makamnya. Kemudian disalin pula oleh Tuan
Walibin kepada Engku Said itu dan yang menyuratnya Encik Muhammad Taha.
Maka tatkala sudah memburuk suratnya itu maka disuratnya pula sekalian oleh
Tuan Walibin itu kepada Encik Said orang Riau peranakan Bugis. Maka
diberinya oleh Tuan Walibin itu Hikayat Gulam ini kepada anaknya itu dapat
paham membaca surat Melayu dan mengikuti pelajaran dalam hikayat ini barang
yang sepatut-patutnya itu adanya, wasalam al-khatam.
Inilah pesan hamba pula yang menyurat jikalau banyak kiranya galatnya dan
salahnya atau ada yang lebih atau kurang baik daripada suatu karena hamba pun
baharu belajar. Janganlah tuan-tuan sekalian kata dan nista akan hamba melainkan
tolonglah tuan.
(B) SYAIR MADI
Syair Madi (Kl. 131 dan PN. 735/ W. 254 )
* Disalin di Pulau Penyengat pada 4 Juli awal
* Menyalin naskah kerja berat dan diperintah Raj
* Naskah dipinjamkan
karena menyurat terbungkuk-bungkuk
sakitnya segala pinggang dan tengkuk
sendi dan tulang bagai diketuk
perut nin lapar mata mengantuk
....
ayuh encik yang meminjam surat
janganlah kiranya diberi melarat
sungguhpun harganya tiada berat
sakit pinggang hamba menyurat
(C) HIKAYAT SYAH FIRMAN DAN SAIFUL KAMAR (KL.32).

*Tradisi pinjam-memimjam naskah dan disalin di Tanjungpinang


*Waktu dan pemilik naskah,
“Hikayat Tuan Putri Nurlaela dipinjam oleh Rasyiman pada 4 hari bulan
Rabiul Awal tahun Belanda 1863 yaitu sudah dibaca 2 malam hampir ke-3
serta dipulangkan kepada yang empunya itu pun kami minta terima kasih
yang amat banyak sebab terlalu sekali kesukaan kami mendengarkan
beberapa cumbu-cumbuan Syahfirman dua berdaudara dengan istrinya
Tuan Putri Indra Seloka serta Tuan putri Nurlaela Cahaya adanya.
“Tamat al-kalam ajma’in ya rabb al-‘alamin summa amin sanah 1277 tamat
kepada 15 hari bulan sya’ban kepada malam Isnain jam pukul 8 adanya.
Syahdan maka adalah sahaya nyatakan kepada Tuan yang membaca surat
ini janganlah diberi lama satu malam kepada ke-2-nya tolonglah pulangkan
kepada yang empunya ini Encik Suluk, cucu kepada Encik Ribut, orang
Tanjung pinang adanya. Adinda pun tahu kakanda jata dua hari ketiga
pulangkan kepada yang empunya adanya ka-n d-r-w-w-pw.
* Syair Siti Zawiyyah (KL.157): Waktu dan tradisi peminjaman
“Inilah surat cerita orang-orang dahulu kala inilah yang bernama Haris
barang siapa perpinjam hendaklah segera pulangkannya, tarikh 1273.
Tammat al-kalam.

* Hikayat mareskalek
Termaktub surat ini di dalam kantor Residen Riau di Tanjung Pinang,
maka adapun waktu sudahnya disalin kepada 13 hari bulan Rabiulakhir
hari Sabtu jam pukul sepuluh adanya sanah 1243. Syahdan adalah
yang menyuratnya Encik Ismail ibn Datuk Karkun juru tulis Tengku
Said nasihahnya ini pun boleh daripada Tengku Said juga adanya.
b. Penyurat
Hikayat Mareskalek (Or. 1724)

“Kolofon lainnya adalah


c. Penyalin
Sejarah Melayu (Or. 1736)
Tamatlah kisah hikayat Melayu pada hari Rabu kepada 14 hari bulan Rabiulawal tahun 1244, yaitu disalin di Tanjung
Pinang adapun naskhahnya pun Sri Paduka Yang Dipertuan Muda Raja Ja’ffar yang menyurat Encik Ismail Ibn Datuk
Karkun adanya tamat.
Contoh Naskah Riau:
Ghayatul Muna (YIS) Syair Engku Putri (UB)

Hikayat Parang Putting disalin oleh H. Ibrahim Syair Surat Kirim kepada Perempuan disalin H. Ibrahim
untuk Raffles
c. Tempat-tempat Penulisan dan Penyalinan Naskah
(1) Hulu Riau
(2) Kantor Pemerintah Hindia-Belanda (Tanjungpinang)
(3) Pulau Penyengat
Kitab Fikih (Or. 1722)
Ini surat sudah beta karang
Di Penyengat Kota karang
Surat udah banyak dikarang
Tidak guna pada orang
(a) Kampung Bulang
(b) Kampung Tengah
© Kampung Baru
(4) Lingga
Hikayat Raja Khandak (Or.1723) yang berbunyi.
• “…Maka ditamatkanlah daripada menyurat dia pada hijrat nabi salallahu ‘alaihi wasallam 1243 tahun kepada 20
daripada bulan Syawal yaum al-Isnain waktu jam pukul sebelas dalam negeri Riau di Tanjung Pinang kepada masa
tatakala Tuan Mayor Elout jadi residen memegang perintah dalam negeri Riau dan yang menjawikan hikayat ini
daripada bahasa Arab yaitu Tuan Haji Abdul Wahab anak s-y-n-t-n daripada kitab hikayat al-hijab Syeikh ibn ‘alawi as-
segaf adanya. Encik ismail ibn datuk Karkun yang jadi juru tulis Tengku Said Muhammad Zain ibn al-Marhum al-
Habib Abdurrahman al-Qudsi yang dalam negeri Lingga adanya, tamat

(6) Kampung Bulang


Air. Kampung Bulang disebutkan dalam Syair Kawin Tik Cu (Kl.180). Dalam kolofon itu dinyatakan:
Tamatlah syair kapitan dermawan
tamat kepada sehari bulan

hari jumat ia berbetulan


jam berbunyi pukul sembilan
Encik Abdullah konon yang punya
Ibn Encik d-s-p-u konon dianya
di Kampung Bulang ia tempatnya
menjaring tamban itu kerjanya
d. pengayom

1. Kerajaan (Raja sebagai pemrakarsa/pengaom):


Keluarga Istana (Raja Ja’far, Mahmud Syah, Raja Ali)

2. Pemerintah Hindia-Belanda (Tanjungpinang) Pemerintah


Kolonial (Von de Wall, Klinkert, dan Walbheem)
Engku Putri Menyuruh Mengarang (kitab Fikih Or. 1722)
Tengku Putri suruh beta
Karang syair suruh kata
Baginda hendak buat cerita
rela adinda pergi pinta
5. CIRI NASKAH
Format halaman judul Ilustrasi
Daftar Isi Halaman Muka Kitab Tibb
Raja Jafar-Elout Egku Said- Raffles Raja Ali-Jan Jacob van
Rochussen
6. GENRE ATAU JENIS NASKAH
1. Bahasa (Bustanul Katibin dan Kitab Pengetahuan Bahasa)
2. Nasihat (Gurindam Dua Belas)
3. Kepahlawanan (Hikayat Muhammad Hanafiyyah)
4. Sastra Sejarah (Syair Sultn Mahmud di Lingga, Sejarah Melayu, Hikayat Negeri Johor)
5. Obat-Obatan (Asal Ilmu Tabib, Kitab Tibb, Rumah Obat Pulau Pennyengat)
6. Undang-undang (Undang-Undang Melayu)
7. Pelipurlara (Syair Madi, Syair Raja Damsyik, Pak Belalang, dan Hikayat Gulam)
8. Ajaran Islam dan doa (Syair Kiamat, Kitab Al-Hikam, Pelajaran Ilmu Tauhid)
9. Silsilah (Sejarah Keturunan Raja Bugis di Negeri Luwuk)
7. Naskah Riau sebagai bahan literasi (lokal, nasional, dan global)
A. Acuan/bahan pelajaran bahasa Melayu di Breda (1836) dan Akademi Delft (1842).Taco Roorda
dan Roorda van Eysinga diangkat sebagai guru besar.
B. Naskah dijadikan Studi
(1) Van Hoevel, (1849 oleh yakni Syair Bidasari John Leyden (1921) Sejarah Melayu
(2) Ulrich Kratz. Peringatan Sejarah Johor (1975)
(3) Virginia Matheson, Tuhfat An-Nafis (1983)
(4) Ding Choo Ming. Pengarang-Pengaran Riau (1991)
(5) Abu Hassan Sham meneliti Puisi-Puisi Raja Ali Haji (1993)
(6) Sri Wulan Rujiati Mulyadi . Sejarah Raja-Raja Riau (1974),
(7) Al Azhar dan Jan van der Putten surat-surat Raja Ali Haji kepada von de Wall (1995)
(8) Pembahasan naskah Melayu
(a) Winstedt menulis History of Malay Literature (1940).

(b) Braginsky (1988) Yang Indah, berfaedah dan Kamal


© Iskandar (1996) menulis Kesusastraan Melayu Klasik Sepanjang Abad.
(d) Liaw Yock Fang (1998) Kesusastraan Indonesia Klasik
(e) Sedyawati dkk (2002) dalam Sastra Melayu Lintas Daerah.
C. Unseco mengakui pantun dan cerita Panji sebagai warisan budaya tak benda dunia yang berasal dari
Indonesia
d. Naskah Riau sebagai bahan karya alih wahana
8. PEGARANG DAN PENYALIN
Encil Ismail Encik Ismail
ibn Datuk
bin Ismail Karkun

Engku Haji Raja Ali


Ahmad
Haji
Raja Haji
Haji Ibrahim Ahmad

Encik Ismail Raja Haji


ibn Datuk Daud
Karkun

Raja Haji Salamah


binti
Daud Ambah
Tulisan Encik Husin (Syair Kiamat) Tulisan Encik Ismail (UU Raja Ali Haji (Gurindam Dua Belas

Tulisan Encik Said (UU. Melayu) Tulisan Haji Ibrahim (H. Raja Damsyik) Raja Ali Haji
RAJA ALI HAJI
(1) Budayawan Gerbang Abad XX (bahasa, sastra, sejarah, hukum, dan
keagamaan)
(2) Keturunan Pengarang: Kakeknya Raja Haji (pahlawan), Bapaknya Raja Haji
Ahmad (pengarang: Syair Perang Johor, Syair Engku Putri)
(3) Bapak bahasa (kesadaran tinggi akan peran bahasa sebagai identitas.
Ditandai dengan karyanya Bustanul Katibin, 1851 dan Kitab Pengetahuan
Bahasa, 1857)
(4) Sejarawan (Silsilah Melayu dan Bugis, Tuhfat An-Nafis)
(5) Sastrawan
(a) Karya
Gurindam 12
Bustanul Katibin
Kitab Pengetahuan Bahasa
Syair Abdul Muluk
Kitab Nikah
Syair Siti Sianah
Syair Sinar Gemala Mestika Alam
Silsilah Melayu dan Bugis
Tuhfat An-Nafis
Samaratul Muhimmah
(b) Raja Ali Haji berkorespondensi dengan Von De Wall 1858
- Dalam Berkekalan Persahabatan: Surat Raja Ali kepada Von de Wall (Jan van der Putten
dan Al Azhar, 1995).
- Surat-Surat Raja Melayu Abad ke-19 oleh AI Azhar, 1999 (surat-surat dari 9 Maret
1859-10 Februari 1873)
Von de Wall: Asisten Residen Riau, leksikograf, sahabat intelektual RAH:
a. RAH menceritakan:
- ia sudah menerima surat Undang-Undang yang akan disuntingnya
- keberhasilannya dalam menyelesaikan karangannya sendiri Bustanul Katibin. Raja
b. RAH memulai karir sekitar tahun 1840-an ketika itu ia berkirim surat kepada Roorda van Eysinga,
pegawai bahasa menghadiahkannya Hikayat Sri Rama dan RAH membalasnya dengan Syair
Sultan Abdul Muluk. Syair itu diterbitkan Tijdschrift voor Nederlandsch Indie. Penerbitan ini
memperkenalkan nama Raja Ali Haji sebagai penyair Melayu Riau
c. Sejak itu RAH mulai bergaul dengan beberapa ahli bahasa dan kamus (Eropa)
- Von de Wall, asisten residen di Riau yang juga peneliti bahasa dan
- Klinkert, penulis kamus.
- Werndly (1736), Marsden (1812), Rooda van Eysinga (1833--1839), dan J.J. Hollander (1845),
Nieuwenhuyzen, pada 1856.
© Karya Raja Ali Haji yang disebut dalam surat-surat
(1) Silsilah Melayu dan Bugis
(2) Tuhfat an-Nafis.
(3) Syair Hukum Nikah
(4) Tsamratul Muhimma dan Mukaddima fi intizam
(5) Bustanul Katibin
(6) Kitab Pengetahuan Bahasa.
Karya lain yang disebut dalam surat
(7) Hikayat Gulam
(8) Surat Qurais
(9) Sejarah Melayu Johor.
(d) Informasi penting lain
(1) Surat tertanggal 27 Maret 1867, “Dan lagi saya nyatakan jikalau boleh kertas pembungkus surat2 bahasa2
itu minta kirimkan sedikit, yaitu kertas yang kasar benar, warnanya tidak putih, yang diperbuat orang2
bungkus barang2, itulah kirimkan sedikit, Dan lagi ada sepuluh bahasa yaitu Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda
minta hendak memberi makna, sudah saya
(2) Surat 12 Desember 1867 ia sudah mulai membuat kamus yang teratur yang ditulis di atas kertas-kertas
yang berkeping-keping dan kertas itu dimasukkan dalam kotak panjang yang lebarnya sepanjang kertas yang
digunting. Kemudian lembaran yang sudah disahkan dimasukkan dalam kotak itu supaya tidak diambil-ambil
lagi. Kemudian kalau sudah selesai hasilnya akan dibawa kepada Van de Wall untuk diperiksa kebenarannya.
(3) Surat 27 Maret 1867: ia terlalu sibuk karena mengajar ngaji, fikih, dan nahu. Lalu pekerjaan menyalin
diserahkan kepada orang lain. Bahkan, ia bersedia mencarikan penyalin lain lalu digajinya. Orang-orang yang
dimintanya menyalin adalah para juru tulis profesional, tetapi jika mereka sedang sibuk ia mencarinya dari
kalangan kerabatnya di istana, misalnya cucu Marhum Jafar pemah diminta untuk menyalin Sejarah Melayu.
(4) Sejak 1858, RAH tergerak menyusun tata bahasa Melayu dan kamus dalam bahasa Melayu (ahli bahasa
Melayu asli)
*Bustanul Katibin: gramatika, fonologi, dan sistem ejaaan bahasa Melayu (PN: 3 naskah, UB: 1)
(1) Bustanul Katibin,
(2) Timbangan Syair, dan
(3) Ikatan dua belas.
Kolofon Ml. 844, “Telah selesai daripada mutabi'in akan kitab Bustanul Katibin ini di dalam Negri
Riau di Pulau Penyengat pada zaman Maulana as-sultan yang Yang Dipertuan Raja Muda Jafar kepada
20 hari bulan Sya'ban al-Muharam pada hari Arba'a waktu jam pukul 4 pada hijrat Nabi Sallahu 'alaihi
wa Salam, adapun yang empunya kitab Gafrullah.”
Kolofon M1.845 “Riau 18 Zulkaidah 1267
Kolofon Kl. 67 D (Iskandar, 1999: 726) kitab ini berjudul Bustan al-katibin Perkebunan jurutulis bagi
anak-anak yang hendak belajar ditulis oleh Raja Ali Haji ibn Raja Ahmad al-Haj ibn Yang
Dipertuan Muda Raja Haji fi Sabilillah, pada 19 Zulkaidah 1267/13 September 1851 di Riau. Kitab ini
pernah diterbitkan dalam bentuk litografi di Pulau Penyengat (proudfoot, 1993:.190-191).
(5) Surat 11 Desember 1867: upah menyalin yang diberikan Von de Wall dikelolanya sendiri. Para juru tulis digaji
8 ringgit seorang. la juga membelikan alat penerang, lilin minyak, sejumlah 14 ringgit. Dalam salah satu suratnya ia
juga mengeluh bahwa upah yang diterimanya dari sahabatnya itu sangat sedikit dan kurang untuk kerjanya.
Naskah-naskah yang disalin bisa berasal dari koleksinya sendiri atau milik orang lain.
(6) Setelah disalin, sebelum diserahkan kepada Von de Wall, ia memeriksanya lagi, takut ada berbagai kesalahan,
seperti dalam surat 9 Oktober 1864, ia menemukan kesalahan sekitar 52 buah yang berupa kesalahan kata,
kesalahan menyalin kata dan huruf, serta kesalahan dalam pemakaian bahasa Arab. Misalnya dalam memeriksa
Hikayat Gulam ia harus hati-hati karena hikayat ini asalnya dari bahasa Parsi diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
lalu diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Melayu. Penerjemah itu bernama Engku Haji Tua atau Tuan Haji
Abdul Wahab, ulama besar Pulau Penyengat yang umurnya 116 tahun

(g) Tulisan Raja Ali Haji berkualitas karena alat yang dipakai Raja Ali Haji untuk mengarang adalah kalam dan
tinta yang bagus. Kalam yang dipakai bukan kalam sembarangan, tetapi kalam bulu angsa. Kalam seperti itu
menurutnya kuat, tidak mudah patah. Tinta yang disukainya juga tinta yang berkualitas, yakni tinta yang
ditempatkan pada wadah yang bagus dan tempatnya kecil dan praktis, bisa dibawa kemana-mana. Alat-alat tulis
lain, seperti kertas, alat perekat, bahkan lilin sebagai alat penerang dia minta dari Von de Wall

Anda mungkin juga menyukai