Skriptorium merupakan tempat atau pusat pernaskahan yang berfungsi sebagai tempat
penyalinan, penyimpanan, penulisan, dan pembacaan naskah.
Saat ini, terdapat beberapa jenis skriptorium yang ada di Nusantara menurut pendirinya, yaitu: 1. Kerajaan: Riau (Pulau Penyengat, Pulau Bintan) dan Palembang 2. Pemerintah kolonial: Jakarta (Algemeene Secretarie) 3. Masyarakat: Jakarta (Pecenongan)
Genre dalam Sastra Melayu Klasik
1. Periode Melayu Kuno (abad ke-7 hingga awal abad ke-14) 2. Periode Awal Islam (abad ke-14 hingga abad ke-16) 3. Periode Klasik (abad ke-16 hingga abad ke-19) Genre-Genre 1. Cerita asal-usul 7. Cerita Panji 2. Cerita binatang 8. Pantun dan Syair 3. Cerita Jenaka 9. Sastra Peralihan 4. Cerita Pelipur Lara 10. Sastra Kesusastraan Islam 5. Cerita Berbingkai 11. Sastra Kitab 6. Epos India 12. Undang-Undang Fungsi Sastra secara Sakral dan Profan Profan lebih bersifat duniawi. Kehidupan yang profan adalah wilayah kehidupan sehari-hari yang dijalani tapa ritual khusus. Sakral bersifat ketuhanan. Sakral adalah wilayah yang supranatural yang tidak mudah dilupakan dan sangat penting. Sakral adalah tempat dimana segala keteraturan dan kesempurnaan, juga tempat berdiamnya roh-roh para leluhur. Ole sebab itu, sastra yang bersifat sakral seringkali dikuti dengan ritual dalam pembacaannya. Sastra Melayu Klasik Pengaruh India 1. Ramayana (Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rawana, Cerita Maharaja Wana) 2. Mahabharata (Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Pandawa Jaya, Hikayat Sang Boma) Ragam Aksara dalam Naskah Nusantara Aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan mewakili ujaran; system tanda grafis tertentu, misalnya aksara Jawa, aksara Arab (Kamus Filologi, 2018) 1. Aksara Jawi (Melayu) 2. Aksara Pegon (Jawa, Sunda, Makassar) 3. Aksara Daerah (Bali, Jawa, Sunda, Bugis, Batak) Media Tulis Naskah 1. Kertas Eropa (Belanda, Prancis) 4. Bambu 2. Daluwang 5. Tulang 3. Lontar