Anda di halaman 1dari 29

HISTORIOGRAFI TRADISIONAL

INDONESIA

Sainal A
Pendidikan Sejarah
Fkip Universitas Mulawarman
Tradisi Lisan
• Pertama, “petuah-petuah” yang mempunyai arti
khusus dalam suatu kelompok yang dikatakan
secara berulang-ulang yang dijadikan pegangan
bagi generasi berikutnya. Biasanya petuah-petuah itu orang
yang lebih tua menyampaikan pada yang lebih muda. Seperti seorang
ayah yang memberi petuah atau nasehat kepada anaknya.
• Kedua, “kisah” kejadian yang dialami di sekitar
kehidupan kelompok, baik sebagai kisah
perorangan maupun kisah suatu kelompok. Dalam
kisah tersebut biasanya terdapat suatu fakta yang di dalamnya
tercampur dengan kepercayaan.
• Ketiga, “cerita kepahlawanan” cerita ini
berisi tentang tindakan pahlawan yang
mengagumkan pemiliknya yang biasanya
berisi mengenai tokoh pimpinan masyarakt
di sekitarnya.
• Keempat, “dongeng” yang bersifat fiksi dan
di dalamnya tidak ada fakta.
• Dalam Historiografi (Penulisan Sejarah)
Tradisional Di Nusantara
• Ada Beberapa Istilah Untuk Mengambarkan
Asal-usul:
• Babad (Jawa) Artinya Memangkas Hasilnya
Terang, Menerangkan Suatu Keadaan.
• Menurut Pigeaud Artinya Cerita Sejarah.
• Tambo( Minangkabau).
• Tutui Teteek (Bahasa Roti).
• Pustaka, Ceritera, Dsb.
KEDUDUKAN PUJANGGA

• Sebagai penulis peristiwa masa lampau


dalam perspektifnya.
• Pujangga dari bhs sansakerta pujangga
berarti ular atau pengikut sang raja.
• Kbbi, artinya pendeta, pertapa, orang
cerdik pandai, sifat-sifat pujangga,
pengarang.
SYARAT PUJANGGA MENURUT
RANGGAWARSITO

• Nawungkrido: waskitho, mengetahui


rahasia segala sesuatu dengan ketajaman
pandangan bathinnya.
• Sambegan: kuat ingatan.
SYARAT PUJANGGA

1. Golongan wirya, yakni orang berderajat.


2. Golongan agama, yakni ulama.
3. Golongan pertapa, yakni pandhita.
4. Golongan sujana, yakni orang yang baik.
5. Golongan aguna, yakni orang pandai.
6. Golongan prawira, yakni golongan prajurit.
7. Golongan supunya, yakni orang yang kaya.
8. Golongan supatya, yakni golongan petani.
DELAPAN KEMAMPUAN
1. Ngawiryo atau orang luhur dan memiliki derajat
(Tumenggung)
2. Ngagama atau ulama yang menguasai kitab agama
3. Ngatapa atau petapa atau pendeta yang ahli bertapa
(Panglima)
4. Sujana atau orang memiliki kelebihan
5. Ngaguna atau orang yang memiliki ilmu dan kepandaian
(balian/pabari)
6. Prawira atau prajurit yang tersohor
7. Supunya atau orang kaya yang berharta (tumenggung)
8. Supatya atau petani yang tekun.
TUGAS PUJANGGA
 Ingkang anyerat atau orang yang
menuliskan naskah
 Ingkang anganggit atau yang mengarang)
naskah
 Ingkang angiket atau yang mengumpulkan
 Ingkang akarya sastra atau yang
mengerjakan teks
 Ingkang anedhak atau yang menyalin
PENGARUH HINDU-BUDHA
• Beberapa Karya Intelektual: Arjuna Wiwaha Karya
Mpu Kanwa (Kediri, 1019),
• Bharatayudha Karya Mpu Sedah (Kediri, 1157),
Hariwangsa Karya Mpu Panuluh (Kediri, 1125),
• Gatot kaca Sraya Karya Mpu Panuluh, Smaradahana
Karya Mpu Dharmaja (Kediri, 1125),
• Negara Kertagama Karya Mpu Prapanca (Majapahit
1331-1389),
• Arjunawijaya, Sutasoma, Karya Mpu Tantular, Dan
Pararaton.
PENGARUH ISLAM
• Ada Beberapa Tulisan :
• Babad, Kronik Panjang Dalam Bentuk Sajak.
 Mis. Babad Tanah Jawi, Babad Diponegoro,
Sejarah Banten. Jawa Kuno, Menak Dalam
Bentuk Prosa, Suluk Dalam Bentuk Lagu.
• Bentuk Sastra Lain, Serat, Saduran Karya
• Hikayat, Sastra Melayu Dan Bentuknya
Syair Dan Pantun.
BABAD
 Babad merupakan karya penulisan sejarah tradisional yang mulai
muncul pada abad ke-16 sampai abad ke-19. 
 Selain di Jawa, penulisan babad juga terdapat di berbagai daerah
seperti Bali, Madura, Sunda, dan Lombok.
 Secara etimologis babad berarti membuka, merambah, atau menebang
pohon di hutan.
 Menurut Sartono Kartodirdjo, babad merupakan penulisan sejarah
tradisional sebagai suatu bentuk dan kultur yang membentangkan
riwayat, dimana sifat-sifat dan  tingkat  kultur  mempengaruhi dan
bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu
mencerminkan kultur yang menciptakannya.
 Sedangkan menurut Taufik Abdullah, babad sebagai sejarah lokal
mengandung pengertian kisah kelampuan dari suatu masyarakat di
wilayah lokal.
 Sasarannya adalah asal-usul, pertumbuhan, dan
perkembangan kelompok masyarakat setempat.
 Judul babad biasanya didasarkan pada nama tokoh cerita,
nama tempat atau daerah, atau nama suatu peristiwa.
 Babad memiliki kedudukan penting
dalam historiografi karena merekam peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masa lampau.
 Penulisan babad terdapat unsur sastra dan bergaya
istanasentris.
 Unsur sastra tersebut dapat dilihat dari adanya mitos,
legenda, pamali, ramalan-ramalan, dan cerita fiktif lainnya.
 Penulisan babad dilakukan di lingkungan keraton dengan
materi yang bersumber dari catatan-catatan peristiwa
disekitarnya, .
 Umumnya babad mengisahkan pembukaan lahan oleh
seseorang tokoh yang kemudian menjadi penguasa
setempat lengkap dengan kehidupannya bahkan
kehidupan kerabat dan leluhurnya.
 Dalam menulis babad, seorang pujangga menggunakan
catatan peristiwa atau karya sastra
yang telah ada kemudian ditambah dengan pengetahuan
serta pengalaman hidupnya.
 Peristiwa yang pernah dialami dan dihayati sendiri oleh
pengarang bisa menjadi bagian penting dalam babad.
 Untuk bagian yang tidak diketahui atau dialami sendiri,
pengarang mendapatkan informasi dari pembantunya yang
disebut “carik kapunjanggan”.
 Dalam beberapa babad, penulis tidak jarang
mencantumkan garis silsilah raja sehingga ia dibenarkan
sebagai penguasa kerajaan.
 Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon,
Babad Palihan Nagari (Giyanti), Babad Trunajaya, dan
lain-lain.
HIKAYAT
§ Hikayat merupakan kesusastraan Melayu yang keseluruhan
ceritanya didominasi oleh karya-karya yang berilhamkan Islam.
§ Hikayat berasal dari Arab yakni haka yang berarti bercerita atau
menceritakan.
§ Hikayat bisa dikatakan hampir mirip dengan dongeng dan penuh
dengan daya fantasi.
§ Hikayat berisi cerita kehidupan orang kelas atas di zaman
dahulu, misalnya kisah anak-anak raja, pertempuran antar
negara, seorang pahlawan dan lain-lain.
§ Tokoh dalam hikayat adalah raja, permaisuri, pangeran, putri
dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan keluarga
kerajaan.
 Hikayat memiliki dua bentuk penulisan, yaitu pantun dan
syair. 
 Umumnya hikayat memiliki fungsi sebagai pembangkit
semangat, penghibur, pelipur lara, atau sekedar untuk
meramaikan suatu acara dan pesta.
 Hikayat memiliki ciri khas yaitu biasanya pengarangnya
tidak dikenali, menggunakan sudut pandang istanasentris,
bersifat statis, komunal, tradisional, didaksi, dan
menggunakan bahasa melayu yang sering diulang-ulang.
§ Unsur yang terdapat dalam hikayat
sama seperti unsur-unsur cerita pada umumnya
yaitu tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang,
amanat, dan gaya penulisan. 
§ Contoh hikayat ialah Hikayat Raja-Raja Pasai,
Hikayat Raja Ali Haji, Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Banjar, Hikayat Abu Nawas, Hikayat
Siak, dan lain sebagainya.
TAMBO
 Tambo berasal dari bahasa Sansekerta, tambay yang artinya bermula.
 Tambo merekam kisah dan legenda yang berhubungan dengan asal-
usul nenek moyang, negeri, alam, budaya atau tradisi Minangkabau.
 Tambo ditulis dalam huruf Arab-Melayu (dikenal dengan huruf Jawi),
dengan bahasa Melayu dan berbentuk prosa.
 Penulisan dalam bentuk latin baru dikenal pada awal abad ke-20.
 Tambo yang telah ditemukan terdapat 83 naskah.
 Sebanyak 47 buah tambo asli Minangkabau tersimpan di perpustakaan
luar negeri dan 10 buah tersimpan di Perpustakaan Negara Jakarta.
 Isinya meliputi Undang-Undang Minangkabau, Adat-Istiadat
Minangkabau, Undang-Undang yang berlaku di Luhak Nan
Tigo.
 Ciri-ciri tambo ialah mengandung cerita yang sukar
dipertanggung-jawabkan kebenarannya, karena sering
bercampur dengan hal-hal yang tidak empiris.
 Kisah-kisah yang dipaparkan tidak kronologis (anakronis).
 Awalnya tambo dituturkan secara oral, dikabarkan dan
didendangkan, karena itu tradisi ini oleh masyarakat disebut
dengan Bakaba.
 Diperkirakan tradisi Bakaba ini dimulai sejak masa Hindu-
Buddha atau bahkan sebelumnya.
 Barulah kemudian ketika Islam datang tambo mulai ditulis
menggunakan bahasa Melayu dan menggunakan huruf Arab-
Melayu.
JENIS TAMBO

§ Tambo Alam, berisi asal-usul nenek


moyang dan cerita dibangunnya kerajaan
Minangkabau.
§ Tambo Adat, berisi tatanan adat, sistem dan
aturan pemerintahan di Minangkabau.
SERAT
§ Serat merupakan karya sastra Jawa yang mengajarkan budi
dan kebaikan sebagai pokoknya. Karakteristiknya
berwujud tembang.
§ Contohnya ialah serat Kalatida karangan pujangga besar
Ranggawarsita.
§ Kala artinya waktu, sedangkan Tida artinya samar-samar.
§ Kalatida adalah jaman samar atau jaman transisi.
§ Yaitu antara siang menuju malam, malam menuju siang,
atau antara satu pemerintahan menuju ke pemerintahan
lain yang baru.
LONTARAQ
 Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-
Makassar.
 Diperkirakan aksara lontara pertama kali dibuat oleh
Daeng Pamatte pada abad ke-14.  
 Pada mulanya bernama Lontara Toa atau Lontara Jangang-
Janganng, karena bentuknya menyerupai burung (jangang-
jangang).
 Adanya pengaruh budaya Islam yang dianut oleh kalangan
istana pada abad ke-19, aksara mengalami perbaikan dan
penyempurnaan menjadi lontara Bilang-Bialng seperti
yang ada hingga sekarang.
 Menurut budayawan Prof. Mattulada lontara berasal dari
“sulapa eppa wala suji”.
 Wala suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang
berbentuk belah ketupat.
 Sedangkan Sulapa eppa adalah bentuk mistis kepercayaan suku
Bugis-Makassae klasik yang menyimbolkan susunan alam
semesta dan empat elemen kehidupan (air, api, tanah dan
udara).
 Huruf lontara digunakan untuk menulis aturan pemerintahan
dan kemasyarakatan.
 Aksara lontara ditulis diatas daun lontar menggunakan kalam
yang terbuat dari ijuk kasar.
 Salah satu lontaraq yang paling terkenal ialah La Galigo,
sebuah epos asli masyarakat Bugis yang diperkirakan ditulis
pada abad ke-14.
CIRI-CIRI HISTORIOGRAFI
TRADISIONAL.
 Hirarkhis, Religio, Magis.
 Kuat Dalam Geneologi, Lemah Dalam Kronologis
dan Detil Dalam Biografis.
 Tekanan Pada Gaya Bercerita, Anekdot Dan
Sejarah Untuk Pengajaran Agama.
 Lebih Pada Kingship (Raja Sentris), Sekitar
Kehidupan Istana (Istana Sentris)
 Mengesampingkan Sebab Akibat.
 Regio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan
pada raja atau keluarga raja (keluarga istana).
 Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang
dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan
feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak
memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak
membicarakan segi-segisosial dan ekonomi dari
kehidupan rakyat.
 Regio magis, artinya dihubungkan dengan
kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
 Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang
nyata.
 Bersifat regio-sentris/etnosentrisme (kedaerahan), maka
historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya
oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
 Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan
kharisma.
 Sebagai ekspedisi budaya maksudnya sebagaisarana legitimasi
tentang jati dirinya dan asal-usulnya yang dapat menerangkan
keberadaannya dan memperkokoh nilai-nilai budaya yang
dianut.
 Oral tradition Historiografi jenis ini di sampaikan secara
lisan, maka tidak dijamin keutuhan redaksionalnya.
 Anakronistik Dalam menempatkan waktu sering terjadi
kesalahan-kesalahan, pernyataan waktu dengan fakta
sejarah termasuk di dalamnyapenggunaan kosa kata
penggunaan kata nama dll. Pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha penulisan sejarahnya. contohnya seperti
Kitab Mahabrata dan Ramayana. Sedangkan pada
masakerajaan-kerajaan Islam sudah dihasilkan karya
sendiri, bahkan sudahmenerapkan sistem kronologi dalam
penjelasan peristiwa sejarahnya.
Tujuan Histriografi
Tradisional
 Untuk menunjukkan kesinambungan yang
kronologis
 Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di
bawah kekuasaan pusat
 Untuk membuat simbol identitas baruUntuk
menghormati dan meninggikan kedudukan raja,
dan nama raja, serta wibawa raja.

Anda mungkin juga menyukai