Anda di halaman 1dari 91

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349835297

Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

Book · March 2021

CITATIONS READS

0 761

1 author:

Masganti Sitorus
State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
23 PUBLICATIONS   61 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Parenting Islami View project

Model Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Berbasis Mind Mapping View project

All content following this page was uploaded by Masganti Sitorus on 06 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

-i-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

-ii-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

Juniawati Suza

MODUL

PENDIDIKAN IBADAH
ANAK USIA DINI
Panduan Orang Tua

Editor
Dr. Masganti Sit. M.Ag
Dr. Solihah Titin Sumanti, MAg

Wal Ashri Publishing


2020

-i-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

Modul
Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Panduan Orang Tua

Penulis
Juniawati Suza

Editor
Dr. Masganti Sit. M.Ag
Dr. Solihah Titin Sumanti, M.Ag

Cover dan Tata Letak


Wal Ashri Art

ISBN:

Penerbit
Wal Ashri Publishing
Jalan Karya Kasih Perumahan Pondok Karya Prima Indah
Blok A No. 7 Medan

-ii-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.
salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw keluarga dan
sahabatnya. karena atas izin-Nya “Modul Pendidikan Ibadah
AnakUsia Dini pada Kegitan Parenting” dapat terselesaikan den-
gan baik.
Modul ini disusun guna memenuhi kebutuhan lapangan per-
lunya panduan praktis dan aplikatif dalam pelaksanaan parenting
khususnya parenting pendidikan ibadah pada anak usia dini. .
Modul ini terdiri dari beberapa bagian, dimulai dari pengenalan
ibadah anak usia dini. Kemudian beberapa penyajian materi bagi
orangtua untuk melaksanakan Pendidikan ibadah Anak Usia
Dini di rumah. Materi ini juga dapat digunakan oleh pendidik
sebagai bahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas. Modul ini diharapkan dapat membantu lembaga PAUD
untuk dapat melaksanakan program parenting Islami, dan mem-
bantu orang tua untuk melaksanakan pendidikan ibadah di ru-
mah masing-masing.
Modul ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pi-
hak terutama Ucapan terima kasih kepada ibunda dosen, Dr.
Masganti Sit, M.Ag dan Dr. Solihah Titin Sumanti, yang telah
banyak memberi pengarahan dan saran-saran terbaiknya untuk
terwujudnya modul ini. Terima kasih kepada Dr. H.Ali Murtha-
do, M. Hum, Raisa Armayanti Nasution, M. Pd, Tri Indah Ku-
sumawati, M. Hum. Sebagai validator buku panduan orang tua
Model Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini. Terima kasih kepa-
da Guru dan orang tua murid RA. Aisyah Az-Zahra yang telah
membantu peneliti untuk terlaksananya kegiatan Parenting.
Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan mod-
ul ini. Dan ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan untuk

-iii-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini.
Semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin

Medan, Juni 2020

Penulis

Juniawati Suza, S.Ag

-iv-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR---i
DAFTAR ISI ---iii

BAB I
KAJIAN PUSTAKA---1
A. Perkembangan Agama Anak---1
B. TanggungJawab Orang Tua Mengajarkan Ibadah Pada Anak---5
C. Cara Mengajarkan Ibadah Pada Anak Usia Dini---14
D. Metode Parenting-Pendidikan Ibadah---16
E. Kegiatan Parenting---25
F. Dasar-dasar Parenting---25

BAB II
PENDIDIKAN IBADAH ANAK USIA 4-10 TAHUN--31
A. Kegiatan Belajar 1
Mengajarkan Syahadatain---31
B. Kegiatan Belajar 2
Mengajarkan Azan---34
C. Kegiatan Belajar 3
Mengajarkan Wudhu---36
D. Kegiatan Belajar 4
Mengajak Salat---39
E. Kegiatan Belajar 5
Mengajak Salat Berjamaah---41
F. Kegiatan Belajar 6
MelatihAnak Berpuasa---44
G. Kegiatan Belajar 7
Bercerita Tentang Kautamaan Puasa dan Larangannya---47

-v-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
H. Kegiatan Belajar 8
Mengajarkan Puasa dimulai dari Bulan Sya’ban---50
I. Kegiatan Belajar 9
Menghibur Anak Ketika Mereka Berpuasa---53
J. Kegiatan Belajar 10
Mengumpulkan Anak-anak Ketika Saat Berbuka Puasa---56
K. Kegiatan Belajar 11
Memberi Support dan Reward Kepada Anak yang Berpuasa--59
L. Kegiatan Belajar 12
Mengajarkan Zakat----64
M. Kegiatan Belajar 13
Mengajarkan Sedekah----61
N. Kegiatan Belajar 14
Mengenalkan Zakat Fitrah---68
O. Kegiatan Belajar 15
Mengajarkan Haji dan Umrah---70
P. Kegiatan Belajar 16
Mengajarkan Pentingnya Hari Arafah pada Anak---74

DAFTAR PUSTAKA---79

-vi-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

BAB I
KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Agama Anak


Perkembangan agama pada anak usia dini terjadi melalui
proses pengalaman hidupnya yang didapat melalui keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Semakin banyak pengalaman agamanya
seperti pengalaman dalam peraktek ibadah maka diharapkan
semakin baiklah hidupnya.
Peraktek keagamaan yang benar oleh orang tua akan menjadi
keuntungan sendiri bagi anak perihal agamanya ketika ia dewasa.
Sebaliknya, keagamaan seorang anak tidak baik jika semasa
kecilnya ia tidak di perkenalkan agama secara baik. (Andree
Tiono,2015:69). Hal ini peran orangtua sangat menentukan
tingkat keberagamaan anak, orangtua berkewajiban mendidik
anaknya agar ia senantiasa menjadi insan kamil yang selalu
menjalankan apa yang diperintahkan Allah Swt dan menjauhkan
larangan-Nya.
Ada tiga tingkatan perkembangan anak hal ini kemukan oleh
Ernes Harms dalam bukunya The Development of Relegius Children,
bahwa perekambangan anak melalui tiga tingkatan yakni :

1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng).


Konsep mengenai Tuhan pada tingkat ini lebih banyak
dipengaruhi oleh emosi dan fantasi. Seorang anak menhayati
konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualnya. Pada fase ini seorang anak banyak dipengaruhi
oleh konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang

-1-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
kurang masuk akal. Fase ini biasanya ketika seorang anak baru
berumur 3-6 tahun.

2. The Realistic Stage (Tingkatan Kenyataan)


Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga
sampai usia(masa usia) adolesense. Pada masa ini anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang bedasarkan pada kenyataan
(realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan
dan pengajaran agama dari seorang dewasa lainya. Pada masa ini
ide keagamaan pada anak didasarkan atas dorongan emosional,
sehingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
Berdasarkam ha itu maka pada masa ini anak-anak akan tertarik
dan senang pada lembaga keagamaan yang mereka lihat dikelolah
oleh orang dewasa.

3. The Individual Stage (Tingkat Individu).


Pada tingkatan ini telah memiliki kepekaan emosi yang paling
tinggi sejalan dengan perekembangan usia mereka. Konsep
keagamaan yang individualistis ini terbagi atas tiga golongan:
a. Konsep ke Tuhanan yang konvensional dan konservatif
dengan dipengaruhi sebagaian kecil fantasi. Hal terse-
but disebaban oleh pengaruh luas.
b. Konsep ke Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan
dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c. Konsep ke Tuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah
menjadi etos hmanis pada diri mereka dalam mengahayati
ajaran agama.
Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern
yaitu perekembangan uisa faktor ekstern berupa pengaruh luar
yang dialaminya.
Dari tahapan-tahapan perkembangan diatas menunjukan
bahwa sanya keagamaan anak mulai berkembang pada saat anak
berumur 0-6 tahun, kemudian keluarga merupakan lingkungan
pertama yang mempengaruhi perkembangan agama kepada anak.
Orangtua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan
prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Bagi mereka sangat mudah

-2-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun belum
mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tesebut. ( Andree
Tiono, 2015: 76).
Untuk mengetahui perkembangan agama pada anak , harus
juga mengetahui sifat-sifat agama pada anak. Menurut Jalaluddin
sifat agama dapat dibagi sebagai berikut :

a. Uncreflectiv (Tak mendalam).


Ciri pengertian kurang mendalam atau kurang kritis, Artinya
bahwa pemahaman anak-anak terhadap ajaran agama dapat saja
mereka terima tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak
begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka
sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang
kurang masuk akal. Misalnya jika anak bertanya kenapa kita harus
salat? dengan jawaban supaya disayang Allah. Logika berfikir
anak mungkin masih perlu menimbang lagi kenapa dengan
melakukan salat kita disayang Allah, namun demikian hal ini
tidak menapikan beberapa orang anak yang memiliki ketajamana
dalam berfikir.

b. Egocentric (Egosentris)
Perkembangana anak dapat sejalan dengan bertambahnya
pengalaman anak dan memiliki kesadaran akan dirinya sendiri.
Anak lebih menyukai konsep keagmaan yang mereka pandang
dari kesenangan pribadinya. Misalnya ketika anak berdoa/shalat,
maka salat yang dilakukan untuk mencapai keinginan-keinginan
pribadi, misalnya untuk disayangi orangtua atau disayangi Tuhan.
(Masganti, 2017:164). Begitu juga mengenai ibadah puasa, anak
mau melaksanakan ibadah puasa karena pada awalnya anak dijan-
jikan akan mendapat hadiah dari orang tuanya.

c. Anthromorphis (Menyamakan Tuhan dengan


Manusia).
Dari hasil pengalaman anak tatkala anak berinteraksi dengan
orang dewasa anak dapat memahami konsep Tuhan. Namun
konsep Tuhan pada anak merupakan apa yang memang ada di

-3-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
pikiran anak bahwasanya Tuhan itu seperti manusia biasa yang
mempunyai panca indera seperti telinga, mata, dan lain-lain. Bagi
anak Tuhan dapat melihat semua per buatan manusia karena
menurut anak Tuhan mempunyai mata.

d. Eksperimentasi, Inisiatif, Spontanitas


Agama masa anak-anak itu tumbuh dan eksperimentasi dengan
individualitas, inisiatif dan spontanitas. Anak mulai mendengar
nama Tuhan disebut orangtuanya atau keluarganya, kata Tuhan
yang pada mulanya mungkin tidak menjadi perhatiannya tetapi
lama kelamaan akan menjadi perhatiannya dan secara tidak
langsung ia kan mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtuanya.
Misalnya apabila orangtuanya seringkat mengucapkan kata
Allahu Akbar, subhanalla, Masyaallah jika melihat sesuatu maka
anak juga secara spontan megikuti apa yang dibicarakan oleh
orangtuanya. Namun kadangkala anak suka bertanya mengapa
kita berkata demikian.

e. Verbalis dan Ritualis ( Ucapan dan Praktek)


Kanyataan yang sering kita alami bahwa ternyata anak se-
bagain besar tumbuh dengan mula-mula secara verbal (ucapan).
Anak dapat menghafal asma Allah, do’a sehari-hari dan hafalan
surat pendek dengan ucapan. Semua ini mereka dapat dari pen-
galaman yang mereka dapat dari ajaran orangtuanya dan lingkun-
gannya.

f. Imitatif (Suka Meniru)


Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa
tindak keagamaan yang dilakukan anak pada dasarnya diperoleh
dari hasil meniru. Bedo’a dan salat misalnya mereka laksanakan
karena hasil melihat perbuatan orangtuanya dan lingkungan
keluarganya, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang
insentif. Seorang anak laki-laki akan pergi salat Jumat meskipun
ia tidak mengetahui apa tujuan dari salat Jumat, karena pada diri
anak pad waktu itu ia akan melakikan apa yang dilakkan ayahnya.
g. Numinaous (Rasa heran/kagum)

-4-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Rasa heran dan kagum merupakan tanda sifat keagamaan
yang terakhir pada diri anak. Hal ini tentunya berbeda dengan
rasa kagum yang ada pada orang dewasa, maka rasa heran dan
kagum pada anak belum bersifat kritis dan kreatif. Dengan
mendegarkan cerita Islami tentang Nabi Ibrahim, Nabi Ismai,
Nabi Sulaiman dan lain-lain maka anak akan mersa kagum
dengan apa yang didengarkannya.

B. Tanggung Jawab Orang Tua Mengajar-


kan Ibadah Pada Anak.
Mendidik anak merupakan usaha nyata dari orang tua da-
lam rangka mensyukuri karunia Allah Swt dalam mengemban
amanah-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Thaa-
ha ayat 132:
ُ ۡ َۗ ُ ُ َّ‫َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ َ ٱ َّ َ ٰ َ ۡ َ َ ۖ َ َ ُ َ ۡ ً۬ ۖ ن‬
‫ٱصط ِب ۡ� َعل يۡ َ�ا ل ن ۡس َٔـلك ِرزقا ۡ� ُن نَ ۡ�زقك َوٱل َع ٰـ ِق َبة‬‫وأمر أهلك ِب�لصلو ِة و‬
ٰ‫ِل َّلت ۡق َوى‬

Artinya: “ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan


shalat dan bersabarlah kamu dalam menegerjakannya. Kami tidak me-
minta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (Q.S.Thaaha:
132).

Dan firman Allah Swt :


َ َّ َۖ َ ٓ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ‫َ ٰ ُ نَ َّ َ ق َّ َ َ ۡ ٱ‬
‫ٱص ِب ۡ� َع ٰل َما أ َص َابك ِإن ذ‬ ِ ‫ٱلصل ٰ ُوة َوأ ُم ۡر ِب� َل ۡع ُر‬
‫وف وٱنه ع ِن ٱلنك ِر و‬ �ِ ‫يـب� أ‬
ُ ‫َ َِۡۡ ۡأ‬
‫ِلك ِمن عز ِم ٱلم ِور‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mung-
kar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Swt.”
(Q.S Luqman: 17).
Dari penjelasan ayat diatas bahwasanya salat merupakan pen-
didikan ibadah yang terpenting. Sebagaimana yang dikatakan

-5-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Shihab, Salat merupakan cerminan dalam amar ma’ruf nahi
munkar, didalamnya mengandung pesan untuk menegrjakan-
nya oleh karenya tidaklah wajar menyruh sebelum diri sendiri
mengerjakannya.(Shihab, 20016:137).
Ayat tersebut juga didukung oleh hadis Rasulullah Saw.
َ َ
‫ك‬ ْ ُ ‫ك َراع َو ُ ُّك‬ ْ ُ ‫ أ َّن ُه َق َال « أ َال ُ ُّك‬- ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َّ َل‬ ُ َّ ‫ َص َّل‬- �ّ ‫الن‬
‫ب‬
َّ ‫ا� ُ َع َر َعن‬ ‫َعن ْب ن‬
ٍ
ُ ُ َّ َ َّ َ ْ َ ٌ ُ ْ َ َ ُ َ َ َّ َ َ َ ِ ِ
َّ ُ ‫َ ْ ِ ُ ٌ ِ َ ْ َ َّ َ أ‬
ِ
‫اس َر ٍاع وهو مسئول عن ر ِعي ِت ِه والرجل‬
َ َ ٌ ُ ِ ْ ‫ول ع َن ر ِعي ِت ِه فال ِم ي� ال ِذ ٌى عل الن‬ َ
‫مسئ‬
َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ
َ ِ ‫َراع عل أه ِل بي ِت ِه وهو مسئول ع ُ� ْم وال ْرأة ر ِاعية عل بي ِت بع ِلها وول ِد ِه و‬
َ َ َ ‫ن‬ َ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ه‬
ْ ُ ‫ك َراع َو ُ ُّك‬
َ
ْ ُ ‫ول َع نْ ُ� ْم َو ْال َع ْب ُد َراع َع َل َم ِال َس ّي ِد ِه َو ُه َو َم ْس ُئ ٌول َع ْن ُه أ َال َف ُ ُّك‬ ٌ‫َ ْ ٍ ُ َ ة‬
‫ك‬ ٍ ِ ٍَ ‫مسئ‬
ُ ُ ْ ٌ ُ
‫مس ِ ٌل‬ ْ ‫»(رواه‬َ َ َّ
‫ر ِعي ِت ِه‬ َ ‫عن‬ ‫َ)م ْسئول‬
Artinya: Dari Ibnu Umar ra dari Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya
Rasulullah Saw bersabda: setiap orang adalah pepimpin dan akan diman-
tai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala Negara
adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan dimita pertanggungjawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas
anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya.
Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan
akan ditanya perihal tanggungjawanya. Seorang pembantu rumah tangga
adalah bertugas memelihara barang milik majkannya dan akan ditanya
pertanggungjawabanya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya
atas pertanggungjawabanya.” (HR. Muslim).
Dari hadist di atas menegaskan bahwa kepala keluarga baik
suami ataupun istri merupakan pemimpin yang pasti dimintai
pertanggungjawabannya dalam mendidik anaknya, terlebi-lebih
masalah ibadah.
Dalam hal ini pendidikan ibadah haruslah diterapkan pada
anak usia dini walaupun belum dibebankan kepada mereka,
Karena pembebanan hukum ibadah mulai berlaku ketika usia
baligh. Namun Nabi Saw. Bersabda :

َ ْ َ َ َْ َ ْ ُ َ َْ َ ْ ُ َ
ِ ‫واج ِتن‬,‫اص الهلِ و م ُروا اولد ْك ِب�م ِتث ِال الو ِام ِر‬
‫اب‬ َ ِ ‫اِ ْ َع ُل ْوا ِب َط َاع ِة الهلِ َو َّات ُق ْوا َم َع‬
ّ ‫ك م َن‬ ُ َ َ ٌ َ َ ََ َ
‫الن ِار‬ ِ ْ ‫الن َو ِاه فذا ِلك ِوق َاية ُل ْم َول‬
Artinya: “ Ajarkanlah anakmu untuk taat kepada Allah dan takut

-6-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk
mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal
itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka.” (H. R.Ibnuh
Jarier).
Hadist diatas menjelaskan bahwasanya pendidikan agama
haruslah diajarkan kepada anak sejak dini. Hal senada
disampaikan Al-Maghribi, bahwsanya masa kanak-kanak bukan
masa pemberian beban perintah dan larangan, namun masa
untuk menanamkan nilai, pelatihan, pengasahan, dan pendidikan
agar suatu hari nanti anak bisa sampai pada tahap kesiapan untuk
menerima beban perintah atau larangan di usia baligh, sehingga
dia tidak mendapat kesulitan dalam menjalankan kewajiban
agama dan siap ketika menjalani kancah kehidupan dengan penuh
keyakinan, percaya diri, dan keteguhan. (Al-Maghribi, 2019:177).
Begitu juga Abdullah Nasshih Ulwan menegaskan bahwa
rahasianya adalah, agar ketika akan membukakan kedua matanya
dan tumbuh besar, ia telah mengenal perintah-perintah Allah,
sehingga ia bersegera untuk melaksanakannya, dan mengerti
larangan-larangan-Nya, sehingga menjauhinya. Apabila anak
sejak memasuki masa baligh telah memahami hukum –hukum
halal-dan haram, disamping telah terikat dengan hukum –hukum
syariat, maka untuk selanjutnya, ia hanya akan mengenal hukum
dan undang-undang Islam. (Nashih Ulwan, 1995: 153).
Ibadah mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan anak
dan perkembangannya. Berikut ini beberapa contoh pendidikan
Ibadah pada anak :

1. Syahadatain.
Syahadatain merupakan rukun Islam yang pertama, yang harus
diajarkan dan ditanamkan pada anak usia dini. Sebagaimana da-
lam Hadist Rasulullah Saw. Yakni :

‫� ٍس‬ ْ َ‫ ُب ن َ� إال ْس َل ُم َع َل خ‬:‫ َق َال َر ُس ُول الهل ﷺ‬: ‫الهل َع نْ ُ� َما َق َال‬
ُ َ ‫ا� ُ َع َر َر ِ�ض‬‫َعن ْب ن‬
َ َّ َ َ َ َّ ِ ‫ي‬ ِ َ َ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ ْ ِ َ َ َِ‫ش‬
َ ‫ي‬ َ
، ‫ و ِإيت ِاء الزك ِة‬، ‫ و ِإق ِام الصل ِة‬، ِ‫ �اد ِة أن ال ِإل ِإل الهل وأن ممدا رسول الهل‬:
َ َ ْ ‫َو‬
‫ َو َص ْو ِم َر َم َضان‬، ‫ال ِ ّج‬

-7-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar -semoga Allah meridhainya- ia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda Islam itu
dibangun datas lima hal, yaitu kesaksian bahwa tida ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Rasul-Nya, mendiri-
kan shalat, membayar zakat, haji ke baitullah, dan puasa pada bulan
Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu pergi kesana.”
(H.R.Muslim)
Syahadatain pada hakikatnya merupakan ikrar dan janji ses-
eorang yang terikat kuat tentang keesaan Allah Swt dan kesaksi-
annya terhadap kerasulan Nabi Muhammad Saw. Pembelajaran
syahadatain bagi siswa adalah agar mampu melafaskan dengan
benar, mengetahui arti dan memahami maknanya secara seder-
hana, menerima dan menyadari ke-Esaan dan ke-Agungan Allah
Swt dan Allah mengutus Rasulnya Muhammad Saw yang mem-
bawa Islam sebagai pedoman hidup agar bahagia dunia dan di
akhirat kelak. (Hafsah, 2016: 63).
Setiap Muslim wajib mengucapkan Syahadatain yaitu :
ُّ ُ َّ َ َ ْ‫َ شْ َ ُ َ ْ َ َ َ الَّ ُ َ َ ش‬
‫� ُد ان َم َّم ًدا َّر ُس ْوللهل‬ ‫ا�د ان الاِ ل اِ الهل وا‬
Artinya:“Aku Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah rasul Allah.”

2. Salat
Salat merupakan tiang agama dan penentu setiap rukun ag-
ama, maka ajarkanlah kepada anak-anak kalian tentang salat dan
hendaklah acuan kalian dalam mendidik anak adalah manhaj Is-
lam. (Al-Maghribi, 2019:180). Berdasarkan Firman Allah dalam
surat Thaha ayat 132:
ۡ ُ ۡ َۗ ُ ُ َّ‫َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ َ ٱ َّ َ ٰ َ ۡ َ َ ۖ َ َ ُ َ ۡ ً۬ ۖ ن‬
‫ٱصط ِب ۡ� َعل يۡ َ�ا ل ن ۡس َٔـلك ِرزقا ۡ� ُن نَ ۡ�زقك َوٱل َع ٰـ ِق َبة ِل َّلتق َو ٰى‬‫وأمر أهلك ِب�لصلو ِة و‬
Artinya: “ Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan salat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta reze-
ki kepadamu, (justru) kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi (orang-orang yang) takwa.” (Q. S.

-8-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Thaha:132).

Dari hadist diatas, bahwasannya Allah mewajibkan kepada


orang tua untuk menyuruh anak melakukan ibadah salat. . Hal
ini di dukung oleh Hadist:
َ
ُ‫ ّح َّد َث َن ِاه َش ُام ْ ن‬،‫ َح َّد َث َنا اِ ْ نُ� َو ْهب‬،‫َح َّد َث َنا ُس َل يْ� َم ُان ْ نُ� َد ْاو َد ْا َمل ْهر ُّى‬
�ْ‫ َح َّدث ن‬،‫� َس ْع ٍد‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬
ّ َ ُ َ‫ْ ن ُ َ ْ ِ ْ ُ َ نُّ َ َ َ َ ْ َ ٍ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ت‬ ُ
‫ م� يص ِل‬:‫ فقال ِالمرأ ِت ِه‬،‫ دخلنا علي ِه‬:‫ُم َعاذ ْب نُ� َع ْب ِد الهلِ ب ِ� خبي ِب ا جله� قال‬
َّ َ ُ ُ ْ ٌ َ َ َ ََ
‫ كن َر ُجل ِم َّن َيذ ك ُر َع ْن َر ُس ْو ِل الهلِ صىل الهل عليه وسمل ان ُه‬:‫الص ِب ُّ�؟ فقال ْت‬ َّ
َ َ َ‫ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ ََ َ َ َُْ ْ ش‬ َ
‫ال ف ُ� ُر ْو ُه ِب�لصَّال ِة‬
ِ ِ �ِ ‫ فقال اِ ذاعرف ي ِ�ينه ِمن‬،‫س ِئل عن ذ ِلك‬
Artinya: Dari Hisyam bin sa’d dia berkata :’’pernah kami pergi ke
rumah mu’adz bin Abdullah bin khubaib Al-juhni lalu dia berkata kepa-
da istrinya: kapankah anak itu harus mengerjakan sholat? maka istrinya
berkata:’’seorang diantara kami menyebutkan dari Rosululloh Saw bah-
wasannya beliau pernah ditanya tentang itu, maka beliau bersabda :’’
Apabila anak itu telah mengetahui kanan dan kirinya, maka suruhlah
dia mengerjakan sholat. (HR.Abu Dawud).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pendidikan ibadah salat
sudah bisa diajarakan kepada anak usia dini selama ia dapat
membedakan mana kanan dan kirinya ia sudah bisa diajarkan un-
tuk salat. Sebab masa kecil bukanlah masa memikul beban kewa-
jiban. Masa kecil adalah masa persiapan dan latihan pengenalan
untuk mencapai tingkatan memikul beban kewajiban setelah usia
baligh, agar mudah baginya dalam menjalankan segala kewajiban,
juga agar memiliki persiapan yang matang guna menghadapi ker-
asnya kehidupan dengan penuh percaya diri.(Muhammad Nur,
2009 : 353).
Begitu pentingnya anjuran salat sampai-sampai Allah mem-
beri sanksi terhadap siapa-siapa yang tidak mau melaksanakan
salat. Sesuai hadis Rasul yang berbunyi:
ْ ‫ْ نَ َ ضْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ش‬ َ
ْ َ ُ َ ْ ْ ُ َ َ َّ ُ ََ َْ ْ ُ
ٍ ‫ وه أبناء ع‬،‫ا� بوه عل ي َ�ا‬
،� ِ ‫ و‬،�‫م ُـروا أوالد ْك ِب�لصـال ِة وه أبناء سب ِع ِس ِن ي‬
ِ‫َو َف ّ ِر ُق ْوا َب ْي نَ ُ� ْم ِ ف ي� ْ َال َض ِاجع‬
Artinya: “Ajarilah anak kecil untuk shalat ketika mereka beru-

-9-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
mur tujuh tahun, dan pukul mereka jika tidak mengerjakan ketika
mereka berumur sepuluh tahun, serta pisahkalah tempat-tempat
tidur mereka.” ( H.RAbu Daud).

3. Puasa
Puasa merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan musli-
mah yang sudah baligh. Firman Allah Swt surat Al-Baqarah ayat
183-184.
ُ َ َّ َ ُ َ ّ ُ ُ ۡ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ‫َ ٰٓ َ ُّ َ َّ ن‬
‫ٱلص َي ُام َكا ك ِت َب َعل ٱل َِذ ي نَ� ِمن ق ۡب ِلڪ ۡ ۬م‬
ِ ‫يـأ ي�ا ٱل ِذ ي� ءامنوا ك ِتب عليڪم‬
ٌ َّ َ ۬ َ َ ٰ َ َ ۡ ً َّ ُ َ َ َ َ‫َ َّ ً۬ َّ ۡ ُ َ ۬ۚ ف‬ َ ُ َّ َ ُ ۡ َّ َ َ
‫ٲت ۬�ن كن ِمنك م ِر يضا أو عل سف ٍر ف ِعدة‬ ٍ ‫) أ ي�ما معدود‬١٨٣( ‫ك تت ُقون‬ ‫لعل‬
ٌ۬ ۡ َ َ ُ َ‫ّ ۡ َ َّ َ َۚ َ َ َ َّ نَ ُ ُ َ ُ ۡ َ ٌ َ َ ُ ۡ ن۬ۖ فَ َ َ َ َّ َ َ ۡ ً۬ ف‬
�‫ِمن أ ي َ� ٍم أخر وعل ٱل ِذ ي� ي ِطيقونه ۥ ِفدية طعام ِمس ِك ي ٍ� �ن تطوع خ ي�ا �و خ ي‬
َ َ َ ۡ ُ‫َّ ُ ۚ َ َ ُ ُ ْ َ ۡ ٌ۬ َّ ُ ۡۖ ُ ت‬
‫ن� ت ۡع ُلون‬ ‫ل ۥ وأن تصوموا خ ي� لڪم ِإن ك‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas
kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebe-
lum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) beberapa hari tertentu,
maka barangsiapa di antara kalian sakit atau dalam perjalanan
(lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak haro-hari
(yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi
orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu
memberi makan orang miskin. Tetapi barangsiapa dengan ker-
elaan hati menegerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya,
dan puasa kalian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengeta-
hui.” ( Q.S . Al-Baqarah:183-184).
Selain kewajiban, puasa juga merupakan kewajiban ibadah
jasmani dan rohani, dengan puasa seorang anak belajar berbuat
ikhlas yang hakiki karena Alla Swt dan merasa diawasi oleh-Nya
di saat tersembunyi, di samping melatih keinginan seorang anak
untuk menjauhi makanan meskipun lapar, menjahui minuman
meskipun haus, juga memperkuat kemampuan seorang anak
untuk mengekang dorongan hawa nafsu dan keinginannya, seta
membuat seorang anak terlatih untuk bersikap sabar dan kuat. (
Al-Maghribi, 2019:190). Hal ini berdasarkan hadist Nabi Saw:
َّ َ َّ َّ َّ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ‫َ ُّ َ ّ ْ ُ َ ّ ْ ن‬
‫الل َصل الل َعل ْي ِه َو َس َل‬
ِ ‫ع ِن الر ب ِي ِع ِبن ِت مع ِو ِذ ب ِ� عفراء قالت أرسل رسول‬
-10-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
َ‫أ‬ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ً َّ ‫َ َ َ َ ُ َ َ َ ت‬
‫ال ِد َين ِة َم ْن‬ َ ْ ‫ال ْن َصار َّال ت� َح ْو َل‬ َ ِ ‫َغداةَ عاشوراء ِإل ِ� را ف يل ب� مف‬
َّ َ ‫ط ْ أص ْ ْ َ ِ َ ِ ي‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫ق‬
َ َْ ً ‫َ ْ َ َ َ ئ‬
ْ
‫ال ذهب ِإل ه َون َاء الل ن ُ� ْم‬ ُ ُ َ ‫س ِد ى‬ ‫ا�ا فل ُي تِ َّ� َص ْو َم ُه َو َم ْن آ ِج‬ ِ ‫آان أصبح ص‬
ُ‫الص َغ َار ِم َف َن ْج َع ُل َ ُلم‬ّ ِ ‫إ ْن َش َب ِق َّي َة َي ْو ِم ِه َف ُك َّنا َب ْع َد َذ ِل َك َن ُص ُوم ُه َو ُن َص ّو ُم ِص ْب َي َان َنا‬
َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ِ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ ُّ ِ
‫اللعبة ِمن ال ِع ِن ف ِإذا بك أحده عل الطع ِام أعطيناها ِإ ي�ه ِعند ِإالفط ِار‬
Artinya: Dari Rabi binti Mu’awwid radhiallahu anha, dia ‘Ra-
sulullah sallallahu alaihi wa sallam mengirim utusannya pada
siang hari asyuro (10 Muharam) ke desa-desa kaum Anshar di
sekitar Madinah untuk mengumumkan, “Barangsiapa telah
berpuasa sejak pagi hari, hendaklah dia menyempurnakan pua-
sanya. Barangsiapa yang pagi harinya berbuka, maka hendakn-
ya puasa pada sisa harinya.’ Maka setelah itu kita berpuasa, dan
kami membiasakan anak-anak kecil kami untuk berpuasa in-
syaallah. Kami pergi ke masjid, lalu kami buatkan untuk mereka
(anak-anak) mainan dari kapas yang berwarna. Kalau salah satu
diantara mereka menangis karena (kelaparan). Kami berikan ke-
padanya (mainan tersebut) sampai berbuka puasa.”
Dari pernyatan hadist diatas, kendati tidak ada perintah
mengenai kewajiban puasa bagi anak-anak namun, puasa pada
anak usia dini merupakan membelajaran sebagai latihan apabila
mereka ssanggup melakukannya walaupun hanya setengah hari.
Bagaimanapun Allah tidak akan membebankan kewajiban di luar
kemampuan hamba-hamba-Nya, semua kewajiban syariat tidak
tidak akan melampui batas kemampuan manusia. ( Yunasril Ali,
2012:90). Demikian juga dikatakan oleh asy-Syafi’i bahwa mer-
eka juga diperintahkan untuk mengerjakannya sebagai latihan
apabila mereka mampu, adapun batasan usianya adalah tujuh ta-
hun dan sepuluh tahun sama persis seperti shalat..(Abdul Hafizh
Suwaid, 2009:372).
Peranan orangtua dalam melatih ibadah puasa pada anak usia
dini adalah suatu hal yang paling utama. Sepanjang kondisi fisik
anak mampu dan orang tidak memaksanya. hal yang paling inti
yang harus disampaikan orangtua adalah anak harus mengetahui
alasan mengapa ia harus berpuasa, untuk itu perlu menjelaskan
apa itu puasa, mengapa anak harus berpuasa, dan apa gunanya
puasa. (Hafsah, 2016:67).

-11-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Pengenalan ibadah puasa khususnya di bulan Ramadan mer-
upakan momentum pembelajaran ibadah puasa pada anak usia
dini , pada saat ini lah anak-anak diharapkan mampu menjalank-
an puasa walaupun puasanya tidak sama seperti puasanya orang
dewasa. Namun pada moment ini lah orangtua dapat membimb-
ing anak misalnya berdoa bersama disaat berbuka puasa, makan
sahur bersama, kemudian di pagi harinya melatih anak berpuasa
walau hanya beberapa jam saja. Misalanya jika di hari biasa anak
sarapan pagi tetapi di bulan puasa Ramadan anak dilatih tidak
lagi sarapan pagi akan tetapi makannya di jam 10 pagi kemudian
puasa di lanjutkan kembali hingga menjelang berbuka puasa. Hal
ini merupakan bentuk latihan puasa bagi anak usia dini.

4. Zakat dan Shodaqah.


Kata Zakah dalam bahasa Arab adalah tumbuh, bertambah,
berkah, suci, atau bersih, terpuji, dan baik. Tiap-tiap makna itu
memiliki filosofi tersendiri jika dikaitkan dengan hakikat zakat
sebagai salah satu ajaran Islam. (Yunasril Ali, 2012 : 298).
Zakat menurut istilah agama Islam artinya “ kadar harta ter-
tentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan
beberapa syarat. Adapun hukum zakat adalah salh satu rukun
Islam yang lima, fardhu ain atas tipa-tipa orang yang cukup
syaratnya. (Sulaiman Rasjid, 2013 : 192). Sebagaimana firman al-
lahSwt dalam surat An-Nisa ayat 77
َ َ َّ ْ ُ َ َ ْ َ
. ‫ٱلصل ٰوة َو َءاتوا ٱلز ك ٰوة‬
َّ ‫َوأ ِق ُيموا‬

Artinya: “ Dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat hartamu.”(Q.S


An-Nisa: 77).

Firman-Nya juga:
ُ َ َ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ ٰ َ ٰ َّ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ‫َّ َّ ن‬
‫ٱلزڪ ٰوة ُل ۡم أ ۡج ُر ۡه‬ ‫ِإن ٱل ِذ ي� ءامنوا و ِعلوا ٱلصـ ِلحـ ِت وأقاموا ٱلصلوة وءاتوا‬
َ ُ َ ُ َ َ ٌ َ َ
‫ِع َند َر ِبّ ِ� ۡم َول خ ۡوف َعل يۡ ِ� ۡم َول ۡه ي ۡ� َزنون‬
Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, menger-
jakan amal saleh, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, mer-
eka mendapat pahala di sisi Tuhanya. Tidak ada kekhawatiran

-12-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S
Al-Baqarah : 277).
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima, zakat
juga merupakan bentuk ibadah yang sangat penting. Oleh kare-
nanya sebagai pendidik wajiblah menanamkan nilai-nilai ibadah
zakat kepada anak usia dini bahwasanya zakat merupakan pem-
bersih harta. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang artinya :
“Bahwasanya ada seorang wanita datang kepada Rasulullah Saw
bersama putrinya. Di tangan putrinya terdapat dua buah gelang
dari emas. Beliau bertanya, “Apakah engaku sudah menunaikan
zakatnya?” Dia menjawab, “Belum.” Beliau bersabda, “Apakah
engaku suka Allah mengelangimu dengan dua gelang dari api
neraka?” Dia langsung melepaskan kedua gelang itu dan mem-
berikannya kepada Nabi Saw dan berkata, “Kadua gelang itu un-
tuk Allah dan Rasul-Nya.” ( H.R.Muslim).
Begitu juga dengan zakat fitrah, seorang pendidik wajib men-
gajarkan kepada anaknya tentang zakat fitrah dan pelaksanaanya
agar anak terbiasa dengan apa yang pernah dilihat dan dialaku-
kanya.
Menurut Hafsah, (2016 : 70). Dengan ibadah zakat dan so-
daqah dapat menumbuhkan tolong menolong rasa simpati dan
empati, kerjasama dan dalam menumbuhkan sikap sosial yang
tinggi bagi sianak.

5. Haji
Mengajarkan ibadah haji pada anak usia dini sama dengan
mengajarkan ibadah salat, yakni agar anak terbiasa memiliki
ikatan kepada Allah Swt serta melaksanakan segala perintahnya.
Hingga pada akhirnya kelak sesudah anak dewasa ia tidak merasa
kesulitan dalam melaksanakan ibadah tersebut hal ini dikerenakan
ia telah menjalankan ibadah sejak usia dini.
Anak usia dini tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan
ibadah haji akan tetapi, anak usia dini dapat menjalankannya
walaupu ibadah yang dilakukan anak sebelum usia baligh
dianggap ibadah sunnah. Sebagaimana hadist Nabi Saw.
ُ ُ َّ َ َ ُّ َ َ ْ ُ ً َّ‫َ َ ّ َ َّ ثُ َّ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ي َ ُ َّ َ ج‬
,‫ ث َّ� أ ْع ِت َق‬,‫ح‬‫ج‬ ‫د‬ٍ ْ
‫ب‬ ‫ع‬ ‫ا‬�َ ‫ي‬ ‫أ‬‫و‬ ,‫ى‬‫ر‬َ ‫خ‬ ‫ فعلي ِه أن �ج حة أ‬,‫ � بلغ ا ِلنث‬,‫ما ص ِب ي� جح‬
ٍ
-13-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
ْ ُ ً َّ‫َ َ َ ْ َ ْ ي َ ُ َّ َ ج‬
‫حة أخ َرى‬ ‫فعلي ِه أن �ج‬
Artinya :“ Siapa saja anak kecil yang melaksanakan ibadah haji
walaupun sepuluh kali, kemudian dia mencapai usia baligh, maka
dia tetap wajib melaksanakan ibadah haji.” ( H.R. )
Kemudian pada hadist berikutnya Rasulullah Saw bersadda :
َ ََ ْ َ َّ ‫ا� َع َّباس َعن‬ ‫َعن ْب ن‬
‫ ل ِق َ� َر ك ًبا ِب� َّلر ْو َح ِاء فقال « َم َ ِن‬-‫الهل عليه وسمل‬ ‫صىل‬- �ِّ ‫الن ِب‬ ٍ
ٌ َ ْ َْ ْ َ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ِ ُ ْ ِ َ ْ
َ َ ِ
‫ فرفعت ِإلي ِه امرأة‬.» ‫الل‬ ِ ‫ت قال « رسول‬ َ ‫ فقالوا من أن‬.‫ َ ق ْال َوا َ َالس َ ِل ٌّون‬.»َ َ ‫الَقوم‬
ٌ‫ح َق َال « َن َع ْم َوَل ِك أ ْجر‬ ‫ص ِب ًّيا فقالت أ ِلذا ج‬
Artinya : ” Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwasanya beliau pernah bertemu dengan sekelompok
orang yang berkendaraan di Rawha’, lalu ia bertanya, “Siapakah
kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah kaum muslimin.”
Kemudian mereka bertanya, “Siapakah tuan?” Beliau menjawab,
“Aku adalah Rasulullah.” Kemudian ada seorang wanita yang
mengangkat seorang anak kecil (yang masih menyusui) di
hadapan beliau lalu bertanya, “Apakah jika anak ini berhaji,
hajinya teranggap?” Beliau menjawab, “Ya dan untukmu juga ada
pahalanya.” (HR. Muslim).
Hadist diatas menjelaskan bentuk perhatian Rasulullah Saw
kepada pendidikan ibadah haji anak usia dini. Dengan adanya
latihan atau pembiasaan yang sudah ditanamkan oleh orangtua
dapat menambah tingkat kesolehan anak di masa yang akan
datang.

C. Cara Mengajarkan Ibadah Pada Anak


Usia Dini.
Kewajiban orang tua untuk mendidik dan melatih anak dalam
beribadah merupakan anjuran Allah Swt sesuai firman-Nya da-
lam suratAt-Tahrim ayat 6 :
ٌ َ َ َ ُ ۡ َ ُ َّ َ ُ ُ َ ً۬ َ‫َ ٰٓ َ ُّ َ َّ نَ َ َ ُ ْ ُ ٓ ْ َ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ن‬
‫ٱل َج َارة َعل يۡ َ�ا َمل ٰٓـ ِٕٮكة‬
ِ ‫يـأ ي�۬ا ٱل ِذ ي� ۬ءامنوا قوا أنفسك َوأه ِليك �را وقودها ٱلناس و‬
َ ُ ۡ ُ ٓ َ َّ َ ُ ۡ َ َّ ٌ َ ٌ َ
‫ٱلل َما أ َم َر ۡه َو َيف َعلون َما ُي ۡؤ َم ُرون‬ ‫ِغلظ ِشداد ل يعصون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

-14-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah ma-
nusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diper-
intahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Ayat diatas menjadi merupakan dalil yang kuat sebagaima-
na kewajiban orang tua dalam mengajarkan berbagai kegiatan
ibadah pada anaknya. Menurut Hayati (2016) ada beberapa cara
mengajarkan ibadah pada anak usia dini diantaranya:
1. Menjelaskan keutamaan puasa kepada mereka, bahwa hal
itu sebab masuk kedalam surga.
2. Membiasakan sebelumnya untuk berpuasa seperti puasa
beberapa hari di bulan sya’ban agar tidak kaget dengan
puasa di bulan Ramadan.
3. Puasa pada siang, dan menambahi waktunya sedikit demi
sedikit.
4. Mengakhirkan sahur sampai di akhir malam, hal itu mem-
bantu puasa mereka di siang hari.
5. Menyemangati anak berpuasa dengan memberi hadiah
yang diberikan setiap hari atau setipa minggu.
6. Menyanjung mereka di depan keluarga waktu berbuka
dan ketika sahur, hal itu dapat menaikan semangat sprit-
ulanya.
7. Mendorong semangat berlomba-lomba untuk mencapai
kebaikan, apabila seseorang mempunyai banyak anak tan-
pa harus mencela yang tertinggal.
8. Melalaikan rasa lapar dengan tidur atau dengan bermain-
an yang tidak memerlukan tenaga.
9. Diutamakan agar sang ayah mengajak anaknya untuk
salat di Masjid.
10. Berkunjung di rumah keluarga pada siang dan malam
hari yang anak-anaknya juga berpuasa untuk membre-
ri semangat pada anak bahwasanya bukan dia saja yang
berpuasa.
11. Memberi imabalan kepada anak dengan memasakkan kue
kesukaannya atau memeblikan makanan kesukaannya.

-15-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

D. Metode Parenting Pendidikan Ibadah


Menurut Muhammad Quthb bahwa metode pendidikan
anak bisa dilakukan melalui teladan, cerita-cerita, pembiasaan,
dan pengalaman-pengalaman, (Muhammad Quthb,1993:38).
Sementara itu, Abdullah Nashih Ulwan juga mengungkapkan
beberapa metode influentif yang dapat diterapkan dalam pen-
didikan anak usia dini melalui keteladanan, pembiasaan, Nasi-
hat, memberikan perhatian, dan metode hukuman. (Abdullah
Nashih Ulwan, 1995 : 1).
Orang tua atau pendidik yang sadar akan pentingnya bimbin-
gan dan pengarahan untuk anak-anaknya akan berpengaruh ter-
hadap anak secara mental, spiritual, moral, dan sosial sehingga
anak tersebut mampu meraih cita-citanya.
Berikut ini beberapa metode-metode parenting bagi orang
tua yang sesuai untuk anak usia pra sekolah khsusnya ibadah
adalah sebagai berikut:

1. Metode Keteladanan
Keteladanan adalah contoh yang dikuti oleh orang lain dan
akan menjadi panutan dalam melakukan setiap perbuatan. (Mah-
mud, 2013:151). Pada dasarnya manusia sangat cenderung me-
merlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan
manusia pada jalan kebenaran yang menjelaskan cara mengamal-
kan syariat Allah Swt.
Anak akan lebih suka meniru orang tuanya ataupun orang
di sekitar lingkungannya. Karena orang tua maupun guru mer-
upakan model baginya dan anak suka meniru dan meneladanin-
ya. Oleh karena itu teladan adalah diantara metode yang paling
penting dalam mendidik baik untuk anak kecil maupun dewa-
sa. Pengaruh lebih banyak didapatkan dari hal-hal yang bersifat
praktis dari pada teoritis. Hal yang paling penting adalah dimana
antara praktik dan teori haruslah saling mendukungdan saling
melengkapi.
Firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat 21:
ََ َ‫ۡ أ‬ ۡ َ َّ ْ ُ ۡ َ َ َ َ ّ ٌ۬ َ َ َ ٌ َ ۡ ُ َّ ‫َّ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ ف‬
‫ٱلل َوٱل َي ۡو َم ٱل ِخ َر َوذ ك َر‬ ‫ٱلل أسوة حسنة ِلن كن ي�جوا‬ ِ ‫ك ِ� َر ُس ِول‬ ‫لقد كن ل‬

-16-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
۬ َ َّ َ
٢١( ‫)ٱلل ك ِث ًي�ا‬
Artinya:“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat suri tel-
adan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah
dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut asma Allah.” (
Q.S. Al-Ahzab:21)
Dengan adanya teladan sebagai panutan seorang anak akan
tumbuh dengan sifat-sifat yang baik dan terpuji, tentunya hal ini
dapat dari keteladanan yang dicontohkan oleh keluarga dan gu-
runya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam surat Ash-Shaf ayat
2-3.
ْ ُ ُ َ َ َّ َ ً ۡ َ َ ُ َ َ ُ َۡ َ َ ُ َُ َ ْ َّ َ
ِ ‫) ڪ ب� مقتا ِعند‬٢( ‫ـأ َ يُّ�ا ٱل ِذ نَي� َء َام ُنوا ِل تقولون َما ل تف َعلون‬
‫ٱلل أن تقولوا َما‬
َ ُ َۡ َ
٣( ‫)ل تف َعلون‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian menga-
takan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Sangatlah besar kebencian di
sisi Allah bahkan kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerja-
kan.” ( Q.S. Ash-Shaf: 2-3).

Allah Swt juga berfirman :


َ ُ َ َ َ َ ۚ ۡ َ ُ َ ُ‫َ أۡ تَ ُ ُ َ َّ َ ٱ ۡ ّ َ َ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ ُ َ َ ۡ ت‬
٤٤( ‫ن� ت ۡتلون ٱل ِك َت ٰـ َب أفل ت ۡع ِقلون‬‫)أ�مرون ٱلناس ِب�ل ِ ِب� وتنسون أنفسك وأ‬
Artinya: “Apakah kalian menyuruh orang-orang (mengerjakan) ke-
bajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal ka-
lian membaca kitab( Taurat) maka tidakkah kalian berpikir?” ( Q.S.
Al-Baqarah:44).
Anak usia dini, bagaimanapun besarnya usaha yang diper-
siapkan untuk kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, tidak
akan mampu memenuhi perinsip-perinsip kebaikan dan pokok-
pokok pendidikan utama, selama ia (anak usia dini) tidak melihat
pendidik dan orangtua sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang
tinggi. Allah Swt, mengutus Nabi Muhammad untuk menyam-
paikan risalah kepada umat manusia adalah seorang yang mem-
punyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual-
nya.( Ahmad Suradi, 2018:71).

-17-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Tentang keteladan ibadah, imam Bukhari dan Muslim meri-
wayatkan dari Mughirah bin Syu’bah ra. Bahwa rasulullah Saw,
selalu bangun malam (salat tahajud) sehingga kedua kakinya
bengkak. Ketika dikatakan padanya:
“Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau
yang terdahulu dan yang akan datang? “Rasulullah Saw bersab-
da, “Apakah tidak patut aku menjadi seorang hamba yang ber-
syukur?”.
Dari hadist diatas dapat diambil hikmah bahwsannya Rasu-
lullah selalu bersykur kepada Allah atas karunia yang ia dapatkan
dan sekaligus Rasulullah Saw sebagai pendidik bagi umatnya. Ra-
sulullah Saw juga memerintahkan kepada orangtua agar menjadi
contoh yang baik bagi anaknya. Anak-anak akan selalu memper-
hatikan dan selalu meneladani sikap dan perilaku orang dewasa.
Anak ini, Ibnu Abbas ra. Ketika melihat Rasulullah Saw
melakukan salat di malam hari, dia langsung meniru dan mengi-
kuti beliau. Diriwayatkan oleh Bukhori dari Ibnu Abbas ra., ia
berkata: “ Aku menginap di rumah bibiku, Maimunah, Nabi Saw
biasa bangun untuk salat malam, suatu malam Nabi Saw ban-
gun, kemudian berwudhu ang ringan dari kendi yang tergantung
setelah itu, beliau salat. Akupun berwudhu sama seperti wudhu
beliau. Kemudian aku berdiri disamping kiri beliau. Namun, beli-
au menarikku dan meletakanku di samping kanan beliau. Kemu-
dian beliau shalat beberapa rakaat…”
Demikianlah suri tauladan yang baik akan memberikan efek
baik pada diri seorang anak sebab anak-anak selalu memeperha-
tikan gerik-gerik oranng tuanya dan orang dewasa di lingkungan-
nya. Sabda Rasulullah Saw :
“Aku bertanya kepada bapakku, “wahai bapakku sesungguhn-
ya aku selalu mendengarmu berdoa setipa hari, “Ya Allah, ber-
ilah kesehatan pada pendengaranku, ya Allah, berilah kesejatan
pada penglihatanku, engkau selalu mengulanginya sebanyak tiga
kali setipa pagi, dan tiga kali setipa sore Dia menjawab, “wah,
anakku, aku pernah mendengar Rasulullah berdoa dengan doa
itu, dan aku suka mengikuti sunnah itu.”

-18-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
2. Metode Nasehat
Nasehat adalah salah satu motode yang sangat penting dalam
mendidik dan mengasuh anak. Banyak hal yang bisa dimanfaat-
kan orang tua dalam memberikan nasehat kepada anak. Berikut
ini ada beberapa media yang bisa digunakan dalam memeberikan
nasehat kepada anak-anak :
a. Bermain.
Ketika anak tenggelam dalam permainannya, pada saat itu se-
benarnya sedang terjadi perpaduan antara beberapa proses yakni
; proses berfikir, gerak tubuh, bersosialisasi, menggunakan emo-
si, yang seluruhnya menjadi satu proses yang integral. (Mahmud
Al-Khal, 212).
Oleh karena itu semakin pandai orang tua mencari permainan
yang bermanfaatdan menarik untuk

b. Berbicara Langsung
Berbicara langsung kepada anak tanpa basa-basi serta
menyampaikan informasi pengetahuan dan pemikiran, akan
menjadikan anak mudah sekali menerima pesan yang disampaikan
(Muhammad Nur, 2004:458).

c. Memanfaatkan Peristiwa tertentu.


Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dapat diman-
faatkan untuk menanamkan pemahaman yang bersifat mendidik.
Dari peristiwa itu kemudian dimasukkan kedalamnya unsur-un-
sur keimanan dan pendidikan dalam jiwa anak. (Najib Khalid,
2002:121).
Dalam penerapan pendidikan ibadah bagi anak metode
nasehat sangat tepat dilakukan oleh guru dan orangtua, kare-
na anak memerlukan pembelajaran yang berulang-ulang. Akan
tetapi nasehat tentunya disampaikan dengan cara menyentuh
hati, dan keikhlasan, sehingga anak benar-benar merasakan dan
menyentuh kalbunya.. (Ramayulis, 2018:439).
Adapun contoh ayat Al-Qur’an yang berulang-ulang dalam
menyampaikan nasehat tercantum dalam surat Al-Luqman ayat
13-17.

-19-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
ٌ۬ َ ۡ ٌ ُ َ َ ّۡ‫َ ۡ َ َ ُ ۡ َ ٰ ُ ٱ ۡ َ ُ َ َ ُ ُ َ ٰ ُ نََّ َ ُ شۡ ۡ ٱ ۖ َّ َّ ش‬
)١٣( َ ۡ ‫ٱل� ُك لظفل َع ِ َظ ي‬
� ِ ‫وإذ قال لقمـن ِلب ِن ِهۦ وهو ي ِعظه ۥ يـب� ل ت ِ�ك ب� ِلل إن‬
‫ن‬ ُ ٰ َ َ ِ ۬ ۡ َ ِ ٰ َ َ ً ۡ َ ُ ُّ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ ٰ َ ۡ َ ۡ َّ َِ َ
‫صـل ۥ ِ� عام ي ِ� أ ِن‬ َ ‫ٱلنسـن ِبوا ِلدي ِه حلته أمه ۥ وهنا عل وه ٍن و ِف‬ ‫ووصينا ِإ‬
ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ
‫) َوإن ج ٰـ َهداك ع ٰٓل أن ت ش‬١٤( �‫ٱل ِص ي‬ ُ َ َّ َ َ
ۡ ‫ڪ ۡر ل َوِل َوا ِلد ۡيك إ َل‬ ُ ۡ
‫�كَ ِب� َما لي َس‬ ِ ۬ ِ ِ ِ ‫ٱش‬
َّ�ُ‫ٱلد ۡن َيا َم ۡع ُر ًوف ۖا َو َّٱتب ۡع َسب َيل َم ۡن أ نَ� َب إ َ َّۚل ث‬ ُّ �‫َل َك بهۦ ع ۡ ٌ۬ل َف َل ُتط ۡ ُع َم ۖا َو َصاح ۡ ُ� َما ف‬
ِ ‫ِب‬ ِ ِ ِ
ِ ِ ِ
ۡ‫) َي ٰـ ُب نَ َّ� إ نَّ َ� ٓا إن َت ُك ِم ۡث َق َال َح َّب ٍ۬ة ِّمن‬١٥( ‫ون‬ َ ُ َ ۡ َ ُ‫ََّ َِ ۡ ُ ۡ ُ َ ُ َ ّ ُ ُ َ ُ ۡ ت‬
ِ ِ ‫ِإل مر ِجعك فأن ِبئڪم ب�ا كن� تعمل‬
ٌ َ َ َّ َّ ُۚ َّ َ ۡ‫َ ۡ َ ۬ َ َ ُ ف َ خۡ َ َ ۡ ِف َّ َ ٰ َ َ ۡ ف ۡ أَ ۡ َ أ‬
‫ات أو ِ� ٱلر ِض ي� ِت ِب�ا ٱلل ِإن ٱلل ل ِطيف‬
َٓ ََٰ ۡ ۡ َ َ ُۡ َ َۡ َ ۡ
ِ ‫ٱلسمـو‬
ۡ ‫ٱ‬ ُۡ َ َ �َ ِ ‫صر ٍة أ َّو‬‫ق‬ َ �َ ِ ٰ‫َخ ٌ۬رد ٍل فتك َن‬
‫وف وٱنه ع ِن ٱلنك ِر وٱص ِب� عل ما‬ ِ ‫) يـ ُب ن َّ� أ ِ ِ� ٱلصل ٰوُة وأم ۡر ِب� َلع ُر‬١٦(ۖ �‫َخ ِب ي‬
ۡ‫أ‬ َ َ َّ َ
١٧( ‫أ َص َابك ِإن ذا ِلك ِم ۡن َع ۡز ِم ٱل ُم ِور‬
Arttinya : “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anak-
nya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, jan-
ganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan
(Allah) adalah bebar-benar kezaliman yang besar. Dan kami per-
intahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu bapaknya
ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tamba, dan menyapihnya dalam dua tahun. Ber-
syukur kepada-Ku dan dua orang ibu bapakmu, hanya kepa-
da-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
menyekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan-
mu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepa-
da-Ku lah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (Luqman berkata), “Hai anakku, sesung-
guhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan beada
dalam batu atau langit atau didalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan”. ( Q.S Luqman 13-17).
Seorang pendidik hendaknya mengajarkan kepada anak-anak-
nya sesuatu yang di perintahkan oleh Al-Qur’an dan hadist.
Menurutal-Maghribi, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan nasehat kepada anak diantaranya : (Al-Maghribi,
2019: 259).

-20-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
1. Nasehat itu hendaknya terus menerus dan diulang-
ulang serta diperbaharui, karena tabiat manusia itu lupa,
dengan adanya pengulangan maka teringatlah apa yang
ada dipikirannya.
2. Hendaknya nasehat tersebut menggunakan cara yang
mudah sesuai usia anak yang diajarinya, sesuai daya
tangkap dan akalnya.
3. Hendaknya orang yang memberi nasehat seorang yang
bijak memiliki keilmuan yang cukup dalam mendidik.
4. Hendaknya seorang penasehat menyesuaikan perbuata-
nnya dengan perkataannya dengan tidak adanya perbe-
daan, karena panutan yang baik adalah kunci keberhasi-
lan nasehat yang baik.
5. Hendaknya dia mengajarkan anak-anak untuk menyimak
dengan baik dan memperhatikan apa yang diucapkan.
6. Hendaknya seorang pendidik mengikuti jejak nasehatnya
kepada anak-anak dan bersikap adil terhadap yang dipan
dangnya demi kemashlahatn anak-anak.
7. Hendaknya dia memperkuat perilaku yang benar, memo-
tivasi anak-anak untuk melakukannya dan memberikan
pendorong-pendorong yang bersifat maknawi maupun
materi.

d. Metode Membawa Kisah


Menceritakan kisah bisa membangkitkan keyakinan sejarah
pada dri anak, di samping itu juga dapat menambah spirit anak
serta memabangkitkan rasa keislaman yang mendalam. Orang tua
bisa menceritkan kisah-kisah islami sebagaimana yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan kisah-kisah para Nabi Allah. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111.
َ َ َ ٰ َ ‫َ َ ۡ َ َ ف َ َ ۡ ۡ َ ٌ۬ ّ أُ ْ ۡ أَ ۡ َ ٰ ۗ َ َ َ َ ً۬ ُ ۡ َت‬
‫ڪن ت ۡص ِد َيق‬ ٰ
ِ ‫صم ِع ب�ة ِلو ِل ٱللبـ ِب ما كن ح ِد ۬يثا يف�ى و‬
‫ـ‬ ‫ل‬ ِ ‫لقد كن ِ� قص‬
َ ُ ۡ ُ ۬ ۡ َ ّ ً ۡ َ َ َ ً۬ ُ َ ۬ َ‫ُ ّ ۡ ش‬ َ ۡ َ ِ َ ۡ َ َ ۡ َ‫َّ َ ن‬
١١١( ‫)ٱل ِذى ب ي� يدي ِه وتف ِصيل ڪ ِل � ٍء وهدى ورحة ِلقو ٍم يؤ ِمنون‬
Artinya: “ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” ( Q.S.Yusuf:111)

-21-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
(132)
Metode membawa kisah ini mempunyai potensi besar da-
lam meningkatkan potensi anak, khususnya dalam memberikan
teladan dan pelajaran dalam meyakini sejarah Islam yang dapat
dijadikan cermin kehidupan. Nilai-nilai pendidikan yang ter-
kandung dalam kisah ini diperlukan sebagai bekal pengetahuan
bekal akidah di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Sebagaimana kisah-kisah yang ditulis dalam bukunya Hamid Ah-
mad Ath-Thahir, yang banyak menceritakan kisah-kisah dalam
al-Qur’an seperti : Kisah Qabil dan Habil, Musa dan Khidir, Su-
laiman dan Balqis, Ashabul kahfi, Musa dan Qarun . (Ath-Tha-
hir, 2012:9)

e. Metode Pembiasaan ( Habituasi)


Menurut Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan dengan cara
mengajarakan dan pembiasaan adalah pilar terkuat dalam pen-
didikan dan metode paling efektif dalam membentuk iman anak
serta meluruskan akhlaknya. (Nasih Ulwan, 1995 : 65).
Metode Pembiasaan merupakan metode yang paling ampuh
dilakukan keluarga dalam mendidik ibadah anak usia dini. Men-
didik anak melalui pembiasaan dalam Islam akan mewujudkan
ikatan masyarakat di sela –sela pengalihannya dari amal fardi
(yang dilakuka sendiri) sampai amal jama’I (yang dilakukan se-
cara berjamah),sebagaimana hal tersebut terjadi pada salat dan
puasa. Salat Jum’at merupakan bukti terbaik dalam hal ini, mas-
jid-masjid tidak cukup bagi para jamaah untuk menunaikan salat
Jum’at, demikian pula pada bulan puasa dimana semua manusia
menunggu waktu yang sama untuk berbuka puasa. (Al-Maghri-
bi,2019:265).
Mengajak anak ke masjid terutama anak laki-laki untuk shalat
merupakan bentuk pembiasaan yang dilakukan seorang ayah ter-
hdadap anaknya. Demikian juga pembiasaan membaca Al-Quran
setelah salat Magrib dilakukan di rumah juga merupakan pem-
biasaan yang harus di pertahankan oleh orangtua. Hal ini dapat
menjadi rutinitas pembiasaan ibadah yang kelak dilakukan anak
setelah ia dewasa.
Dalam hal pendidikan melalui pembiasaan, Rasulullah

-22-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Saw senantiasa mengajarkan dengan disertai pelatihan dan
pengamalan diantaranya yakni: tatacara bersuci, berwudhu,
melaksanakan salat, berhaji dan berpuasa.(Suwaid, 2003:340).
Orangtua wajib membiasakan atau melatih anak-anak mereka
pergi ke Masjid, juga melaksanakan salat di rumah maupun dise-
kolah. Hadist Rasulullah Saw yang artinya:
“Hadist Saad bin Waqqas ra. Diriwayatkan daripada Mus’ab
bin Saad r.a katanya: Aku pernah sembahyang di sisi ayahku.
Aku rapatkan tangan antara kedua lututku. Lalu ayahku ber-
kata kepadaku: Letakan kedua telapak tangamu pada lututmu.
Kemudian aku melakukan hal itu sekali lagi. Lalu ayah memukul
tanganku sambil mengatakan ; sesungguhnya kita dilarang dari
melakukan ini yaitu meletakan tangan di antara dua lutut dan kita
diperintahkan supaya meletakkan tangan di antara dua lutut dan
kita diperintahkan supaya meletakan tangan di atas lutut.(H.R.
Muslim).
Salat subuh sangat bagus bagi jiwa dan raga anak-anak, sen-
tuhan air dan udara dingin serta keheningan pagi dapat mem-
berikan ketenangan pada jiwa, meskipun anak-anak yangbelum
baligh belum punya kewajiban mengerjakan salat akan tetapi, hal
ini dapat menjadi kebiasaan baginya. Demikain dengan sedekah
yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi berkesinambungan
yang nantinya akan menjadikan anak berjiwa sosial, juga dapat
menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.
Pendidikan yang dilakukan sejak dini akan memudahkan anak
jika ia dewasa. Senada dengan itu, mendidik dan membiasakan
anak diwaktu kecil paling menjamin untuk mendatangkan hasil,
(Nash Ulwan, 1995:65) sedangkan mendidik dan melatih setelah
dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan. Sebagaima-
na seorang penyair berkata:
Adalah berguna mendidik anak di waktu kecil
Dan tidak berguna mendidiknya pada usia dewasa
Adalah mudah meluruskan ranting yang bengkok
Dan tidaklah mudah meluruskannya jika telah
Menjadi batang.
Dengan demikian pembiasaan adalah salah satu faktor yang

-23-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
memperkuat proses penanaman nilai-nilai keagamaan anak.
Metode ini sangat cocok untuk hal-hal rutin yang dilaksanakan
setiap hari seperti; shalat, membaca al-qur’an, membaca su-
rat-surat pendek, do’a sehari-hari, bagi anak usia dini.

f. Metode Perumpamaan
Menurut Muhammad Abduh, perumpamaan yaitu suatu frase
yang digunakan untuk menceritakan peristiwa tertentu yang se-
rupa dan sama dengan yang sedang dialaminya. (Bajuri, 2006 : ).
Perumpamaan juga bisa juga mengukuhkan ilmu pengeta-
huan di dalam pikiran anak. Firman Allah Swt surat Ibrahim ayat
24-25.
‫ف‬ َ ۬ َ ُ َ َ ۬ َ َ ً۬ َ ً۬ َ َ ً۬ َ َ ُ َّ َ َ َ‫َ َ ۡ تَ َ َ ۡ َ ض‬
�ِ ‫كة ط ِّي َبة كش َج َر ٍة ط ِّي َب ٍة أ ۡصل َها ث� ِب َ ٌت َوف ۡر ُ َعا‬
ِ ‫أل � كيف �ب ُ ٱلل مثال‬
َّ َ َ ۡ ‫ن ۡ َ ّ َ ۗ َ َ ضۡ ُ َّ ُ ۡ أ‬ َّ ُ َ َ ُ ‫ُۡ ت‬ ٓ َ َّ
‫اس‬
ِ ‫�ب ٱلل ٱلمثال ِللن‬ ِ ‫) َّتؤ ِ ٓ� َأڪلها ك ِح ي ِۭ� ِب ِإ�ذ ِن ر ِب�ا وي‬٢٤(َ ‫َٱلس َّما ِء‬
٢٥( ‫)ل َعل ُه ۡم َي َتذڪ ُرون‬
Artinya: “ Tidakkah kamu memeperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik, akarnya kuat dan cabangnya
menjulang kelangit. Pohon itu menghasilkan buahnya setiap waktu dengan
seijin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia
agar mereka selalu ingat.” ( Q.S. Ibrahim:24-25)

g. Metode Targhib (janji) dan Tarhib (Ancaman)


Tabiat manusia merupakan perpaduan sekaligus kombinasi
antara kebaikan dan keburukan. Al-Qur’an menawarkan upa-
ya ini dalam metode targhib ( Janji) dan tarhib (ancaman) oleh
karenanya perbuatan baik anak-anak perlu mendapat imbalan
(reward) dan perbuatan buruk., sebelum hal itu terjadi perlu ada
pemagaran. Satu hal yang harus tetap di pegang oleh orang tua
adalah keseimbangan dan keadilan dalam memberikan targhib
dan tarhib yang seimbang.
Abu Yaqien menegmukakan bahwa imbalan atau janji ( tar-
ghib) dan hukuman atau ancaman ( tarhib) tidak harus berupa
materi. ((Yaqien, 1999 :10) . Tepuklah pundaknya dan katakan,
“Engkau hebat”, usaplah kepalanya, ancungkan jempol, dan

-24-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
tersenyumlah. Namun dalam hal pemberian targhib atau janji
menurut Amani Ar-Ramadi, haruslah sesegera mungkin supaya
anak tahu bahwa semua itu adalah hasil dari apa yang ia kerjakan.
(Amani Ar-Ramadi, 2017 :179).
Metode targhib dan Tarhib akan efektif jika digunakan se-
cara adil dan proposional. Metode ini harus benar-benar dipaha-
mi oleh orang tua agar hasilnya maksimal. Oleh karena itu, dalam
memberikan targhib atau tarhib orang tua perlu melandasin-
ya dengan sikap kasih sayang tanpa harus keluar dari fitrah dan
aturan yang sudah ditetapkan Allah Swt.

G. Kegiatan Parenting
Parenting secara bahasa berasal dari bahasa Inggris, yakni
Parent yang berarti orang tua. ( Jhon M.Echols, 2015:418). Se-
dangkan dalam kamus Okford, parenting adalah the process of
caring for your chil or children. (Hornby, 2010:1067).
Menurut Sudjana Parenting termasuk kedalam pendidikan
orang dewasa atau program pendidikan keorangtuan, yaitu pen-
didikan bagi orang dewasa dalam lingkungan masyarakat, agar
mereka dapat mengembangkan kemampuan memperkaya peng-
etahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah di-
miliki, memperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan
prilaku orang dewasa. (Sudjana, 2010:45).
Parenting merupakan pendidikan yang diberikan kepada
orang tua agar dapat mendidik anaknya sesuai dengan usianya,
sehingga dapat tercipta anak yang diharapkan orangtuanya. Da-
lam hal ini, Hasan Syamsi mengatakan bahwa mendidik anak
membutuhkan seni dan metode yang khusus. Pendidikan anak
bukanlah proses biasa yang akan diketahui dan dikuasai seiring
perjalanan waktu, namun aka selalu berproses biasa yang akan
diketahui dan dikuasai seiring perjalanan waktu, namun akan se-
lalu berproses dan berlanjut.( Hasan Syamsi, 2011: ).

H. Dasar-Dasar Parenting
1. Dasar Normatif
Orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak mempunyai

-25-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
peranan penting dalam pendidikan dan pengasuhan anak dalam
mengembangkan potensi anak. Hal ini sesuai firman Allah Swt
surat At-Tahrim ayat 6.
ٌ َ َ َ ُ ۡ َ ُ َّ َ ُ ُ َ ً۬ َ‫َ ٰٓ َ ُّ َ َّ نَ َ َ ُ ْ ُ ٓ ْ َ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ن‬
‫ٱل َج َارة َعل يۡ َ�ا َمل ٰٓـ ِٕٮكة‬
ِ ‫يـأ ي�ا ۬ ٱل ِذ ي� ۬ءامنوا قوا أنفسك وأ َه ِليك �را وقودها ٱلناس و‬
َ َ ُ ۡ ۡ ٓ َّ َ َ ُ ۡ َ َّ ٌ َ ٌ َ
٦( ‫ٱلل َما أ َم َر ُه َو َيف َعلون َما ُي ۡؤ َم ُرون‬ ‫ِ)غلظ ِشداد ل يعصون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan kel-
uargamu dari api neraka”.( Q.S. At-Tahrim ayat 6).

Rasulullah Saw Bersabda :


َ َ َ
َ ّ ِ ‫ َفأ َب َو ُاه يُ َ� ِّو َدا ِن ِه أ ْو ُي َ� ِ ّج َسا ِن ِه أ ْو ُي َن‬،‫ُ ُّك َم ْوُل ْو ٍد ُي ْوَل ُد َع َل ْال ِف ْط َر ِة‬
‫صا ِن ِه‬
Artinya :“ setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci (fi-
trah), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasra-
ni, dan Majusi.”?. ( H.R. Bukhari).

2. Dasar Yuridis
1. Disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Ta-
hun 2003 pasal 7 ayat 2 menyebutkan, “ Orang tua dari
anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendi-
dikan dasar kepada anaknya.” (UU RI, 2003:7)
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 23, Tahun 2002
pasal 26 ayat 1 tentang kewajiban dan tanggung jawab
keluarga dan orang tua. (UU RI, 2002)

3. Dasar Psikologis
Manusia dikatakan sebagai makhluk “ psycho-physics neu-
tral” yaitu makhluk yang memiliki kemandiran ( self ensteem)
jasmaniah dan rohaniah. (M. Arifin, 2004:56). Potensi kemandi-
rian menurut Ahmad Tafsir dikatakan juga sebagai kemampuan
atau pembawaan. (Ahmad Tafsir, 1992 : 56). Dan adapun yang
mempengaruhi tumbuh kembang potensi anak adalah lingkun-
gan keluarga yang mendidiknya.

-26-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
4. Dasar Sosialogis
Selain manusia sebagai makhluk “ pshcho-physics nautral”
juga sebagai makhluk “homo-socius” yaitu berwatak dan berke-
mampuan dasar atau yang memiliki garizah ( insting) untuk hid-
up dimasyarakat. (Sururin, 2004 : 1).
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan
makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan untuk berinterak-
si dengan kelompok dalam lingkungannya. Dalam berinteraksi
dengan lingkungannya ada kecenderungan pengaruh-pengaruh
yang masuk dalam diri pribadi baik dalam hal tingkah laku, gaya
bicara, maupun pola hidup. (Ngalim Purwanto, 2003:5).

I. Prinsip-Prinsip Parenting
Dalam mengasuh anak ada beberapa prinsip yang harus diper-
hatikan orang tua, yaitu memelihara fitrah anak ( almuhafazoh),
mengembangkan potensi anak ( at-tanmiyah), ada arahan yang
jelas ( at-taujih), bertahap (at-tadaruj), (Umi Shofi, 20013:5).

1. Memelihara Fitrah Anak (al-muhafazoh)


Upaya yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak-anakn-
ya, harus didasarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah (suci) yaitu telah beriman kepada Islam. ( Chotib Toha,
1996:9).
Dalam hal ini fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang
cenderung menerima kebenaran. Oleh karena itu, secara fitrah
manusia cenderung berusaha mencari serta menarima kebenaran
walaupun hanya bersemayam di dalam hati kecilnya.

2. Mengembangkan potensi anak (at-tanmiyah)


Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dimana fitrah
adalah yaitu potensi yang ada pada diri seorang anak, potensi
itu bisa menjadi baik dan juga buruk tergantung pengaruh yang
didapat oleh anak tersebut. Sebagaimana Allah Swt berfirman
dalam surat Asy-Syam ayat:8)
َۡ ُ‫َ)ف َأ َ ۡل َم َها ج ُ ف‬
٨( ‫� َور َها َوتق َو َ ٰٮا‬
-27-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. Asy-Syam:8).

3. Ada arahan yang jelas (at-taujih)


Maksud mengarahkan anak pada kesempurnaan, menga-
jarinya dengan berbagai aturan diniyah, tidak menuruti segala
permintaan anak yang kurang baik untuk dirinya baik di masa
kanak-kanak maupun setelah remaja dan dewasa. (Umi Shofi,
11).
Potensi terpendam dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir
akan menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadian serta
alat untuk mengabdi kepada Allah sehingga bimbingan terhadap
perkembangan fitrah harus menuju arah yang jelas. (Jalaluddin,
2001 : 1).

4. Bertahap (at-tadaruj)
Mendidik anak harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan
ketelatenan, tidak tergesah-gesah ingin melihat hasilnya, namun
bertahap sedikit demi sedikit hingga anak mengerti dan paham
akan apa yang kita ajarkan. Pendidikan sebaiknya dilakukan se-
cara bertahap sesuai dengan tahap kemampuan dan usia perkem-
bangan anak. Anak akan mudah menerima memahami, mengha-
fal dan mengamalkan bila pendidikan dilakukan secara bertahap.
(Irwan Prayetno, 2003 : 1)
Jadi, setiap anak pasti mengalami tahap perkembangan agama
sesuai dengan tingkat perkembangan usia. Masing-masing fase
punya potensi untuk dipengaruhi sehingga dalam memberikan
bimbingan dan arahan, orang tua harus memperhatikan tahap-
tahap tersebut agar tidak keliru dalam menempatkan metode.

J. Tipe-Tipe Parenting
Jenis-jenis pola asuh orang tua masing-masing memiliki
karakteristik dan ciri khas yang berbeda sehingga tergantung
bagaimana kira mempraktikannya sebagai teknik dan pedoman
untuk merawat anak dengan pendekatan yang berbeda pula.
Secara garis besar ada 3 pola asuh (parenting) yang diterapkan

-28-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
kepada anak, yaitu: (Irwan Prayetno, 2003 : 111)

1. Pola asuh otoriter


Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang melakukan
kehendak, mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, me-
maksa anak untuk berperilaku seperti orang tuanya, dan mem-
batasi anak untuk bertindak atas nama sendiri.
Perilaku yang dapat mencirikan orang tua atau pendidik yang
otoriter di anataranya sebagai berikut:
a. Anak harus mematuhi peraturan orang tua atau pendidik,
dan tidak boleh membantah
b. Orang tua atau pendidik lebih cenderung mencari kesala-
han pada pihak anak dan kemungkinan menghukumnya
c. Jika terdapat perbedaan pendapat orang tua atau pendi-
dik dengan anak, anak dianggap sebagai seorang yang
suka melawan dan membangkang
d. Lebih cenderung memberikan perintah dan larangan ter-
hadap anak
e. Lebih cenderung memaksakan disiplin
f. Orang tua atau pendidik lebih cenderung menetukan se-
gala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksa-
na (orang tua atau pendidik berkuasa). (Zuhari Idris, 1987
: 39-40)

2. Pola asuh permisif


Pola asuh permisif merupakan kebalikan dari pada otoriter,
pola asuh merupakan pola asuh yang berpusat pada anak, dima-
na anak mempunyai kebebasan yang sangat luas untuk menen-
tukan segala sesuatu yang diinginkan sampai-sampai tidak ada
batasan aturan-aturan maupun larangan-larangan dari orang tua
atau pendidik. (Chabib Toha, 1996:112).
Ciri perilaku orang tua atau pendidik permisif yang dijabar-
kan oleh Zahari Idris sebagai berikut:
a. Mendidik anak acuh tak acuh, pasif dan masa bodoh
b. Lebih menentukan pemberian material pada anak

-29-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
c. Membiarkan saja apa yang lakukan anak (memberi kebe-
basan untuk mengatur dirinya).
d. Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat
dengan keluarga maupun teman sebayanya. (Zahari id-
ris,1987:41)
3. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengkauan
orang tua atau pendidik terhadap kemampuan anak. Anak diberi
kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua
atau pendidik. Orang tua pendidik selalu mendorong anak un-
tuk membicarakan apa yang diinginkannya secara terbuka. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang urgen dan bersifat prinsipil, seperti da-
lam pemilihan agama dan pilihan hidup yang bersifat universal
dan absolut tidak diserahkan kepada anak.
Perilaku yang mencirikan pola asuh orang tua yang demokra-
tis adalah:
a. Ada kerja sama antara orang tua dengan anak
b. Anak diakui sebagai pribadi
c. Ada bimbingan sebagai pribadi
d. Ada control dari orang tua yang tidak kaku.

-30-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

BAB II
PENDIDIKAN IBADAH ANAK
USIA 4-10 TAHUN
A. Kegiatan Belajar 1
MENGAJARKAN SYAHADATAIN
Capaian Pembelajaran:
Diharapkan kepada orang tua setelah membaca kegiatan be-
lajar ini dapat menerapkan kandungan Syahadatain kepada anak-
anak. Dapat mengindentifikasi alasan mengapa kita wajib mem-
baca lafaz syahadatain.

Pokok Materi:
1. Q. S. Al-Insan 76:13
2. Q.S. Al-Insan 76:22

Uaraian Materi:
Syahadat, La ilaaa illallah Muhammad Rasulullah adalah utu-
san Allah, merupakan kunci Islam. Syahadatain merupakan kali-
mat thaiyyibah (yang baik), yang lebih berat timbangan dari pada
seluruh langit dan bumi. Orang tua dalam mengajarkan syaha-
datain kepada anak-anakya pertama kali adalah ketika anak lahir
ke dunia.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ahkam al-maulud mengatakan:
“ Di awal waktu ketika anak-anak mulai bisa berbicara hendaklah
mendiktekan kepada mereka kalimat la ilaha illallah Muhammad

-31-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Rasulullah, dan hendaklah sesuatu yang didengar oleh telinga
mereka adalah makrifatullah (menegnai Allah) dan mentahid-
kan-Nya. Dan mengajarkan kepada anak bahwa Allah berada
diatas singgasana-Nya yang senantiasa melihat dan mendengar
perkataan mereka dan Ia senantiasa bersama mereka dimana pun
ia berada. Sebaimana kisah yang dibawakan oleh Ibnu Zhafar
Al-Makki mengenai kisah yang menarik tentang kecintaan seo-
rang anak untuk mengulang-ulang kalimat Syahadatain.
Beliau mengatakan: Telah sampai kepadaku sebuah kisah bah-
wa Abu Sulaiman Dawud bin Nushair at-Tha’I ketika berumur
lima tahun dipasrahkan oleh ayahnya kepada seorang pendidik.
Sang guru mulai mengajarinya dengan mendiktekan ayat-ayat al-
Qur’an, ketika si anak telah memepelajari surat al-Insan dan telah
menghafalnya, maka suatu hari di hari Jumat sang ibu melihatnya
sedang menatap ke tembok dengan merenung sambil menunjuk
sesuatu dengan tanganya. Ibunya pun akhirnya mengkhawatir-
kan mentalnya lalu emanggilnya: “Wahai Dawud, bangkit dan
bermainlah dengan anak-anak yang lain” Ia tidak mau memenuhi
saran ibunya dan akhirnya ibunya menariknya sevcara paksa dan
mengancamnya. Ia kemudian berkata: “ada apa dengan ibu? Ada
yang tidak berkenan pada ibu?” Sang ibu balik bertanya: “Dima-
na pikiranmu?” ia menjawab: “Akalku sama hamba-hamba Allah.
Dimana mereka?, Tanya ibunya lagi. Ia menjawab: “ Di surga.”
Ibunya bertanya lagi: “sedang apa mereka?” ia menjawab:
َ َ ۬ َ َ َ ۖ ٓ َ‫َ ۡ أ‬
‫ُّم َّت ِك ِٔـ ي نَ� ِف ي َ�ا َعل ٱل َرا ِٕٮ ِك ل َ ي َ� ۡون ِف ي َ�ا ش ۡ� ًسا َول ز ۡ َم ِر ي ً۬�ا‬
Artinya: “Di dalamnya mereka bertelekan dia atas dipan. Di da-
lamya mereka tidak merasakan teriknya matahari dan tidak pula mera-
sakan dingin yang menusuk.” (Q.S. Al-Insan 76:13).

Ia terus membaca ayat-ayat selanjutnya hingga sampai pada


firman Allah:
ُ ۡ ُ َ َ ۬ ٓ ۡ ُ َ َ َ َ ٰ َ َّ
‫ك َج َزا ًء َوكن َس ۡع ُيك َّمشك ًورا‬‫ِإن هـذا كن ل‬
Artinya: “Dan perbuatanmu tentu akan disyukuri (diberi balasan).”
(Q.S. Al-Insan 76:22).

-32-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Sesudah itu sang anak melontarkan pertanyaan-pertanyaan
kepada ibunya: “wahai ibuku, tahukah engkau apa yang telah
mereka perbuat dahulu?” sang ibu tidak bisa menjawab, dan
akhirnya ia berkata kepadanya: “Biarkan aku sejenak hingga aku
selesai bertamasya menjelajahi mereka!” Setelah itu sang ibu per-
gi membawanya kehadapan sang ayah untuk memberitahukan
perihal anaknya. Ayahnya keudian berkata kepadanya:”Wahai
Dawud, amalan mereka dahulu adalah mengucapkan la ilaha il-
lah Muhammad Rasulullah .” maka Dawud pun akhirnya mengisi
sebagaian besar waktunya dengan ucapan kalimat ini.
Dialog cara orang tua mengajarkan syahadatain kepada anak:
Ibu : Nak, tau tidak apa itu syahadatain?
Anak : Tau bu…di sekolah umi guru selalu mengajar
kannya
Ibu : Kalau begitu, bagaimana lapaz syahadatain
Anak : Asyahadualla ilahaillah waasyhaduanna Muham
mad Rasulullah
Ibu : Alhamdulillah…..kamu memang anak hebat…

Test Formatif:
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar.
1. Mengapa kita perlu mengajarkan Syahadatain pada anak
a. Supaya anak mendengar nama Allah sejak usia dini
b. karena syahadatain merupakannilai tauhid ajaran Islam
c. Agar anak mengenal Allah sebagai Tuhan yang Esa
d. A,b,dan c semua benar
2. Sejak kapankah kita mengenalkan nilai-nilai Islam pada
anak ?
a. Sejak anak lahir ke dunia
b. sejak usia dini
c. sejak usia remaja
d. sesudah dewasa

-33-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
B. Kegiatan Belajar 2
MENGAJARKAN AZAN
Capaian Pembelajaran:
Diharapkan setelah membaca kegiatan belajar ini saudara
dapat lebih mudah mengajarkan azan kepada anak untuk itu
saudara dapat : mengindentifikasi penyebab anak harus belajar
azan, mengidentifikasi cara orang tua mengajarkan azan pada
anak, mengindentifikasi dialog mengajarkan azan pada anak.

Pokok Materi:
1. H.R Bukhari
Uraian Materi:
Jika Bapak ibu memiliki anak laki-laki, maka Bapak/Ibu wa-
jib mengajarkan azan pada anak laki-laki tersebut. Hal ini sesuai
dengan hadist Rasulullah Saw;
“Abu Mahdzurah bercerita, “Aku bersama 10 orang rema-
ja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu,
Rasulullah adalah orang yang paling benci. Mereka kemudi-
an menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula
menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka.
Rasulullah Saw bersabda, “ Bawa kemari 10 orang remaja itu! “
Beliau memerintahkan, “ Azanlah kalian! “ kamipun menyeru-
kan azan. Rasulullah bersabda, “Alangkah baiknya suara anak
remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu
dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah. “Beliau bersabda
demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemu-
dian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya, :tentu
engkau sudah hafal bukan? “ Abu Mahdzurah tidak mencukur
rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya. “
Hadist diatas dapat dijadikan dasar bahwa orang tua wajib
mengajarkan dan melatih anak agar mengumandangkan azan di
rumah. Hal ini dapat meningkatkan kecintaannya kepada kepada
Allah, untuk melakukan shalat tepat waktu, dan mampu melaku-
kan shlat berjamaah di masjid.

-34-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

Dialog cara ayah mengajarkan azan kepada anak laki-laki:


Anak : “Ayah, aku ingin seperti Bilal bin Rabbah.”
Ayah : “Masya Allah…coba lapazkan ayah ingin
dengar.”
Anak : Allahu Akbar 2x
Asyahadu an Laailaaha illallah 2x
Asyahadu anna Muhammadan Rasulullah 2x
Hayya’alassholah 2x
Hayya ‘alal falah 2x
Allahu Akbar 2x
Laa ilaha illaallah….
Ayah : “Alhamdulillah….kamu hebat.”

Tugas Orang Tua:


1. Prektekan dialog degann orangtua di tempat pertemuan

-35-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
2. Peraktekan dialog dengan anak dan diskusikan hasilnya da
lam pertemuan

Tes Formatif
Pilihlah jawaban-jawaban paling benar a,b, dan c dengan cara
memberi tanda silang (X). Jawaban lebih dari satu.
1. Mengapa anak harus belajar azan:
e. Agar anak pandai azan
f. Agar anak senang mendengarkan azan
g. Agar anak suka shalat berjamaah
h. Agar anak kelak bisa mengisi azan di Masjid.
2. Cara orang tua mengajarkan azan kepada anak
a. Memberiakan pengajaran bacaan apa yang harus disu
arakan
b. Praktek lansung di rumah
c. Memeriksa bacaan anak
d. Memberi reward
3. Dialog tersebut dapat mengajarkan kepada anak untuk :
a. Belajar azan
b. Senang azan
c. Berani tampil azan di Masjid
d. Suka shalat di Masjid

C. Kegiatan Belajar 3
MENGAJARKAN WHUDU
Capaian Pembelajaran:
Diharapkan setelah membaca kegiatan belajar ini orang tua
dapat lebih mudah mengajarkan whudu kepada anak. Hal ini
dilakukan agar anak terbiasa dan memahami apa manfaat yang
didapat jika melakukan berwudhu.

Pokok Materi:
1. Q.S. Al-Maidah :6

-36-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
2. H.R Bukhari

Uraian Materi:
Wudhu merupakan kunci dalam melaksanakan salat, maka
orang yang melaksanakan salat disayraiatkan terlebih dahulu suci
dari hadas, baik hadas kecil maupun hadas besar. menurut Nor-
hadi (2009:12) wudhu merupkan kunci sah dan tidaknya salat.
Apabila wudhu sah, maka ada kemungkinan salatnya bisa sah,
kalau seseorang tidak melakukan larang-larangan lainnya. Wud-
hu juga merupakan suatu langkah awal yang benar-benar harus
sempurna sebelum melangkah pada amalan ibadah yang lainnya.
Setiap muslim yang beriman diperintahkan untuk melaksanakan
salat dan sebelum melaksanakan salat wajib berwudhu terlebih
dahulu, sebagaiman yang diperintah Allah SWT dalam surat al-
Maidah ayat 6
َ ۡ ‫ك إ َل‬ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ْ ُ ۡ َ ٰ َ َّ َ ۡ ُ‫ٰٓ َ ُّ َ َّ نَ َ َ ُ ٓ ْ َ قُ ۡ ت‬
َ‫ٱل َر ِاف ِق‬ ِ ۡ ‫ك وأي ِدي‬ ‫ـأ ي�ا ٱل ِذ ي� ءامنوا ِإذَا �� ِإل ٱلصلو ِة فٱغ ِسلوا وجوه‬
َۡ َ ُ َ ْ
ۡ ُ ‫وس‬
�‫ك َوأ ۡر ُجلڪ ۡم ِإل ٱلك ۡع َب ۡ ي ِن‬ ِ ‫َو ۡٱم َس ُحوا ِب ُ� ُء‬
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hen-
dak menegerjakan slata, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
samapi dengan kedua mata kaki.” ( Depag RI, 2002:109).
Berdasarkan arti ayat diatas bahwasannya wudhu merupaka
syarat sah diterimanya salat, tanpa adanya wudhu maka tidak
sahlah amalan ibadahya. Oleh karena itu wudhu haris dilakukan
dengan baik dan sempurna. Penjelasan ayat diatas didukung oleh
hadis Nabi Saw bersabda dari Abu Hurairah meriwayatkan
َ َ َ َ ُ َ ََ َ ُ ُ ََْ َ
‫أح ِد ْك ِإذا أ ْح َدث َح تَّ� َي َت َو َّضأ‬ ‫ ال يقبل الهل صالة‬:‫وقال صىل الهل عليه وسل‬
Artinya; “ Nabi saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima
salat salah satu dari kalian jika ia berhadas sampai ia berwudhu.”
( H.R Bukhari Muslim, No.194)
Pengenlan wudhu pada anak anak usia dini dapat dilakukan
dengan cara demonstran, hal ini dilakukan agar anak lebih mu-
dah memahaminya. Maka dari itu peran orang tua sangatlah
diperlukan.

-37-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Contoh dialog orang tua yang mengajarkan wudhu pada anak:
Ibu : “Adek…sebelum salat kita ambil wudhu dulu
ya…”
Anak : “Adek belum tau wudhu bu…?”
Ibu : “ Ia..nanti ibu ajarkan ya…sekarang kita ke ka
mar mandi dulu”.
Anak : “ Bagaimana cara wudhunya bu…?”
Ibu : “ Pertama baca niat lalu cuci tangan dulu,
kemudian kumur-kumur, basuh hidung, muka,
tangan sampai ke siku , basuh kepala dan
telinga lalu yang terakhir cuci kaki, kemudian
baca doa.”
Anak : “Horeee…Alhamdulillah Adek jadi bisa wudhu
sama seperti ibu…”

Tes Formatif
Pilihlah jawaban-jawaban paling benar a,b, c dan d dengan
cara memberi tanda silang (X). Jawaban lebih dari satu.
1. Sebutkan pengertian wudhu?
a. Bersuci
b. Tayamum
c. Thahara
d. A,b,dan c semua benar
2. Sejak kapankah orang tua mulai mengajarkan wudhu?
a. Sejak anak dalam kandungan
b. Sejak usia dini
c. Sejak anak remaja
d. A, b dan c benar semua

-38-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
D. Kegiatan Belajar 4
MENGAJARKAN SALAT
Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca kegiatan belajar ini saudara dapat mengua-
sai secara mendalam cara mengajarkan salat kepada anak. Secara
khusus saudara dapat: mengindentifikasi penyebab anak harus
belajar salat, mengindentifikasi cara orang tua mengajarkan salat
kepada anak, mengidentifikasi dialog mengajarkan anak salat.

Pokok Materi:
1. Q.S Thaha 20:132
2. Q. S Luqman 31:17
Uraian Materi:
Salat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang berakal,
salat dapat dilakukan anak-anak walaupun usianya sangat belia.
Hal ini dilakukan agar menjadi pembelajaran dan pembiasaan
kelak sesudah dewasa. Allah memerintahkan shalat sebagaimana
yang terdapat pada surat Thaha ayat 132:
ۡ ُ ۡ َۗ ُ ُ َّ‫َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ َ ٱ َّ َ ٰ َ ۡ َ َ ۖ َ َ ُ َ ۡ ً۬ ۖ ن‬
‫ٱصط ِب ۡ� َعل يۡ َ�ا ل ن ۡس َٔـلك ِرزقا ۡ� ُن نَ ۡ�زقك َوٱل َع ٰـ ِق َبة ِل َّلتق َوى‬‫وأمر أهلك ِب�لصلو ِة و‬
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta reze-
ki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adaah bagi orang yang bertaqwa.” (Q.S Thaha 20:132).
Adapun pembelajaran salat dapat dimulai dari usia 7 tahun di
usia inilah anak-anak diharapkan mendapat pendidikan ibadah
salat dari orang tuanya dan jika ia berusia 10 tahun orang tua wa-
jib memeberi sanksi kepada anak tersebut . hal ini sesuai dengan
hadist Rasulullah Saw:
Artinya: “Perintahkanlah anak-anakmu untuk salat ketika tel-
ah berumur tujuh tahun. Dan apabila telah berumur 10 tahun
belum salat, maka ia pukullah ia.” (H.R Bukhari)
Anjuran salat juga telah di tanamkan oleh Luqman kepada
anaknya sesuai dengan Firman Allah Swt dalam surat Luqman

-39-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
ayat 17:
َ َ َّ َۖ َ ٓ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ‫َ ٰ ُ نَ َّ َ ق َّ َ َ ۡ ٱ‬
‫ٱص ِب ۡ� َع ٰل َما أ َص َابك ِإن ذ ِلك‬ ِ ‫ٱلصل ٰوة َوأ ُم ۡر ِب� َل ۡع ُر‬
‫وف وٱنه ع ِن ٱلنك ِر و‬ ُ‫يـبۡ� َ ۡأ ِ ِ� ۡ أ‬
ُ
‫ِمن عز ِم ٱلم ِور‬
Artinya: “Hai anakku, dirikalah shalat dan suruhlah (manusia) me-
negerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mung-
kar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S.
Luqman 31:17).
Contoh dialog orang tua yang mengajarkan salat pada anak-
nya:
Ayah : “Azan sudah terdengar tuh…ayo kita sholat..?”
Anak : “Kok terburu-buru sih..Ayah…?”
Ayah : “Salat itu lebih afdhol di laksanakan di awal wak
tu.”
Anak : “Tapi Adek belum hafal bacaan salat Ayah..”
Ayah : “Kamu jadi ma’mum dulu ..ikuti gerakan
Ayah..”
“Baru nanti Ayah ajarkan bacaan salatnya den
gan benar.”
Anak : “Insya Allah..Adek ambil wudhu’ dulu, ya
Ayah…”

Tugas Orang Tua:


1. Praktekkan dialog ini dengan orang tua murid yang lain di
tempat kegiatan parenting
2. Praktekkan dialog ini dengan anak. Dan mendiskusikan
hasilnya dalam kegiatan parenting.

Tes Formatif
Pilihlah jawaban paling benar (a, b, c, dan d) dengan cara
memberi tanda silang (X) jika dianggap benar. Dan jawaban
boleh lebih dari satu.

-40-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
1. Mengapa anak harus belajar salat:
a. Salat wajib setiap muslim
b. Salat tiang agama
c. Salat dapat mencegah yang mungkar
d. Salat dapat menyuruh kebaikan
2. Orang tua dapat mengajarakan salat pada anak dengan
cara:
a. Memperaktekan salat kepada anak
b. Memberi contoh
c. Membiasakan salat di rumah
d. Membetulkan bacaan salat

E. Kegiatan Belajar 5
MENGAJAK SALAT BERJAMAAH
Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca kegiatan pembelajaran ini Bapak/Ibu dapat
menguasai secara mendalam cara mengajak anak salat berja-
maah. Secara khusus Bapak/Ibu dapat mengindetifikasi alasan
mengapa harus mengajak anak untuk salat berjamaah di Masjid,
dan menindentifikasi cara mengajak anak salat berjamaah.

Pokok Materi:
1. Hadist Riwayat Muslim
2. Hadist Riwayat Ahmad

Uraian Materi:
Bagi seorang muslim salat merupakan salah satu rukun Is-
lam yang wajib dilaksanakan baik laki-laki maupun perempuan.
Mengajak anak-anak untuk salat berjamaah ke Masjid terutama
bagi anak laki-laki dapat dibaisakan oleh ayahnya. Paling tidak
jika ayah sibuk bekerja sehingga ia baru pulang setelah isya, ayah
dapat mengajak anaknya untuk shalat subuh berjamaah di Mas-
jid. Bila tidak memungkinkan juga paling tidak di waktu-waktu
libur bisa mengajak anaknya untuk salat berjamaah di masjid.

-41-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Salat subuh sangat bagus bagi jiwa anak dan raga anak-anak,
sentuhan air dan udara dingin serta keheningan pagi dapat mem-
berikan ketenangan pada jiwa. Semua pakar sepakat bahwa ba-
ngun di pagi hari merupakan kebiasaan yang sangat baik bagi
kesehatan jiwa maupun kesehatan jasmani. Meskipun anak-anak
yang belum baligh belum punya kewajiban menegerjakan salat,
pembiasaan ini akan besar manfaatnya ketika mereka beranjak
dewasa, dan bila mereka mencintai hal ini, mereka akan menja-
ga kebiasaan tanpa terasa memberatkan. Bila anak-anak mampu
melaksanakan salat subuh berjamaah dengan berkesinambungan
maka salat-salat yang lain insha Allah menunaikan salat yang lain
akan lebih mudah dilakukan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Ra-
sulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ‫َ ْ َ َ َ ٌ ْ َ َ َ َ ُ َ ن‬
‫ َول ْو َي ْع ُلون َما ِف ي ِ� َما‬، ‫العش ِاء‬
ِ ‫ليَس صالة أثقل عل املن ِاف ِق ي� ِمن صال ِة الفج ِر و‬
ً َ ُ َ‫أ‬
‫لت ْو َها َول ْو َح ْبوا‬
Artinya: “Tidak ada salat yang lebih berat bagi orang munafik
selain dari salat Shubuh dan salat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu
keutamaan yang ada pada kedua salat tersebut, tentu mereka
akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari
no. 657).

Sebagi orang tua sudah sepatutnya kita membimbing ibadah


Salat pada anak, agar mereka senantiasa berada di jalan yang be-
nar. Mengajari anak salat bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.
Sebagaimana hadist Rosulullah Saw:

َّ ‫ه ْاب َن ُة َز ْي َن َب ب ْنت‬
�ِّ ‫الن ِب‬ ِ ِ َ ْ ‫اص َو‬ ‫ع‬َ ‫اس َوُأ َم َام ُة ب ْن ُت َأ� ْال‬
َ َّ ‫الن َّ� ﷺ َي ُؤ ُّم‬
‫الن‬ َّ ‫َر َأ ْي ُت‬
َ ِ ‫ِب‬ ِ ‫ِب‬
‫الس ُج ِود أ َع َاد َها (رواه مسمل‬ ُّ ‫)ﷺ َع َل َعا ِت ِق ِه َفإ َذا َر َك َع َو َض َ َعا َوإ َذا َر َف َع ِم َن‬
ِ ِ
Artinya: “ Rasulullah Saw pernah salat menjadi imam sambil
menggendong Umamah Binti Zainab binti Rosulullah. Umamah
adalah putri Abil Ash bin Rabi’ah. Ketika beliau sujud, beliau
letakkan Umamah. Ketika beliau berdiri, beliau gendong Uma-
mah.” (H.R. Muslim).

-42-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Banyak hal yang dapat dilakukan orang tua untuk tetap men-
gajarkan salat pada anaknya. Pembiasaan –pembiasaan yang ser-
ing dilakukan orang tua kepada anaknya akan menyerap daya in-
gat anak ketika ia tumbuh dewasa. Hal inilah yang kelak akan di
wariskan juga pada generasinya.
Dialog cara orang tua mengajarkan salat berjamaah kepada
anak:
Ibu : “Nak ayo ..kita salat berjamaah ya.
Anak : “Ia bu, tapi jangan lama-lama ya bu.”
Ibu : “Ia ..salatnya tidak lama …
Anak : “Adek suka bosan kalau lama-lama salatnya.”
Ibu : “Kalau adek bosan adek bisa duduk aja tapi
jangan ganggu yang lain salat ya….”
Anak : “Ia bu…”

Test Formatif;
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar.
1. Mengapa kita harus mengajak anak shalat berjamaah?
a. Membiasakan anak shalat berjamaah
b. Merupakan kewajiban orang tua
c. Salat hukumnya wajib
d. Membiasakan salat dimasjid dianjurkan sejak usia dini
2. Cara mengajakan salat berjamaah yang baik:
a. Salat berjamaah di masjid
b. Salat berjamaah di rumah
c. Salat berjamaah pada waktu hari raya
d. Salat berjamaah di sekolah.

-43-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
F. Kegiatan Belajar 5
MELATIH ANAK BERPUASA
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat melatih, dan membiasakan anak berpuasa, namun tidak
memaksakanya. Hal ini dapat merangsang rasa keagamaan anak,
dan akan terbiasa menjalakan puasa tanpa adanya perintah dari
kelak jika anak dewasa
Pokok Materi:
1. H.R. Bukhori
2. H.R Imam Abu Dawud

Uaraian Materi:
Salah satu syarat sahnya puasa adalah telah balighnya seseo-
rang, namun supaya anak terbiasa dengan berbagai ibadah, maka
perlu bagi orang tua untuk membiasakannya. Jika orang tua
menunggu anak baligh baru dilatih puasa, maka mustahil mereka
langsung mau dan mampu untuk menjalankannya. Jika di seko-
lah para guru berhasil dalam membiasakan berbagai ibadah pada
anak-anak didiknya, maka kita pun sebagai orang tua harus bisa
melakaukan hal yang sama. Untuk itu diperlukan pengorbanan
dalam menjalankan pembiasaan ibadah puasa pada anak, yakni,
membiarkan anak dalam keadaan menahan rasa haus dan lapar.
Pembiasaan ibadah puasa pada anak usia dini di perlukan ke-
bijakan pengajaran dari orang tua agar dapat menyampaikan apa-
apa saja hikmah dari puasa bagi anak sejak dini agar anak dapat
merubah paradigma yang mengiringnya pada kesimpulan bah-
wa puasa membuatnya ‘Menderita’, menjadikannya puasa akan
membuatnya ‘ bahagia’karena sangat bermanfaat bagi dirinya.
Mulai umur berapakah anak diajarkan untuk puasa? Ini ter-
gantung dari kemampuan anak dan dorongan kuat dari orang tua
untuk mendidik dan melatih anak-anaknya untuk berpuasa.para
ulama berpendapat, hukum melaksanakan puasa disamakan den-
gan hukum melaksanakan shalat bagi anak kecil. Sebagaimana
hadist yang dituturkan oleh Abdullah bin Amrbin Asha Radhi-
yallahuanhu :

-44-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
َ�‫ا� ُب ْو ُ ْه َع َل يْ َ�ا َو ُ ْه َأ ْب َن ُاء َع شْ� ِس ِن ْ ن‬
‫ِ ي‬ ‫ي‬ َّ �‫ُم ُر ْوا َأ ْ َول َد ُ ْك ب‬
ْ‫ َو ض‬، �َ‫لص َل ِة َو ُ ْه َأ ْب َن ُاء َس ْبع ِس ِن ْ ن‬
ِ ِ ِ
‫ال َض ِاجع‬ َ ْ �‫ َو َف ّر ُق ْوا َب ْي نَ ُ� ْم ِ ف ي‬،
ِ
Artinya: “Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu melaksanakan salat ketika mereka be-
rumur tujuh tahun dan pukullah mereka (kalau mereka tdak mau
melaksanakan salat) ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka.”(H.R. Imam Abu Daud).

Menurut Abdul Karim Zaidan, menyuruh anak berpuasa baik


itu anak laki-laki maupun anak perempuan kalau mereka sang-
gup adalah sesuatu yang bagus dan orang tua harus mnyuruh
anaknya berpuasa seperti ia menyuruh anaknya untuk salat.pem-
berian sanksi dalam berpuasa tidakah sama seperti salat. jika
anak telah berusia 10 tahun tidak mau shalat maka orang tuan-
ya wajib memeberi pukulan terhadap anaknya. Namun berbeda
dengan puasa, bagi anak puasa lebih berat dibandingkan dengan
shalat. orang tua dapat menganjurkan dan membimbing anakn-
ya berpuasa tanpa harus memukulnya. Sebagaimana hadist Nabi
Saw :
َ َ َْ ْ َ ْ َ‫أ‬ ُ َ ُ َ َ
‫غ َداة َعاش َور َاء ِإل ق َرى الن َص ِار َم ْن أ ْص َب َح ُمف ِط ًرا فل ُي تِ َّ� َب ِق َّية َي ْو ِم ِه َو َم ْن أ ْص َب َح‬
َ ُ ُ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ً ‫َ ئ ً َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ ّ َ ئ‬
‫وم ْر َسل‬ ‫ص ِا�ا فليص قالت فكنا نصومرسل الن� ص ِا�ا فليص قالت فكنا نص‬
َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ ْ ُّ ‫َّ ّ َ ْ ُ َ ُ َ ّ ُ ْ َ َ َ َ نَ ْ َ ُ َ ُ ُ ِب ي‬
‫الن ِب ي� ب َعد ونص ِوم ِصبياننا و ج�عل لم اللعبة ِمن ال ِع ِن ف ِإذا بك أحده عل‬
َ ُ َ َ َ َّ
‫الط َع ِام أ ْعط ْي َن ُاه ذاك َح تَّ� َيكون ِع ْن َد‬
Artinya: Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meng-
utus (utusannya) ke kampung-kampun kaum anshar pada pagi
hari ‘Asyura (yaitu hari ke-10 bulan Muharram) (dengan pesan)
: “Barangsiapa yang memasuki pagi hari ini dalam keadaan dia
tidak bershaum, maka hendaknya dia menyempurnakan waktu
yang tersisa dari hari tersebut (dengan bershaum), dan barangsia-
pa yang memasuki pagi hari ini dalam keadaan bershaum, maka
hendaknya dia melanjutkan shaumnya.” Kemudian dia (Ar-Ru-
bayyi’) berkata : “Sehingga sejak hari itu kami melakukan shaum
pada hari tersebut (’Asyura) dan memerintahkan anak-anak kami
untuk bershaum. Untuk itu kami membuat mainan (anak-anak)
yang terbuat dari wol. Jika salah satu di antara anak-anak kecil

-45-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
tersebut menangis karena ingin makan, kami berikan kepada dia
mainan tersebut hingga datangnya waktu ifthar (berbuka).”
Dalam riwayat Muslim (1136) dengan lafazh :
ْ ُ َ ُّ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ‫َ َ َ َ ُ ن‬
‫اه الل ْع َبة تل ِه ي ِ� ْم َح تَّ� ُي ِت ُّموا َص ْو َ ُم ْم‬‫ف ِإذا سألو� الطعام أعطين‬
Artinya: “Jika ada yang menangis minta makanan, kami pun
memberikannya sehingga datang waktu berbuka puasa.” (H.R.
Bukhari).
Kisah lain menyebutkan, suatu ketika, seorang peminum arak
dihadapkan kepada jhalifah Umar bin Khathab r.a di bulan Ra-
madhan. Sang khalifah pun berkata kepadanya:
“Celakalah kamu! Anak-anak kami saja beruasa!” Beliaupun
memukulnya.” (H.R.Bukhari).
Dari penjelasan hadist diatas menyatakan bahwasanya pada
masa itu anak-anak sudah dibiasakan berpuasa oleh orang tu-
anya. Para orang tua juga dapat mengalihkan perhatian mereka
dengan memberikannya mainan kesukaan anak sehinga melupa-
kan dari rasa haus dan lapar.
Contoh dialog orang tua melatih anak puasa:
Anak : “Ibu….besok adek ikut puasa ya.”
ibu : “Adek mau ikut puasa juga ya..”
Anak : “Ia bu..biar sama seperti kakak.”
Ibu : “Tapi adek tidak boleh nangis ya kalau puasa.”
Anak : “Puasanya boleh sebentar aja bu.”
Ibu : “Boleh..hari ini adek puasanya dari makan sa
hur sampai jam 10 pagi aja ya, besok bari di
tambah lagi waktunya.
Anak : “ Ia bu…”

Test Formatif
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita harus melatih anak berpuasa?
a. Agar terbiasa menjalankannya

-46-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
b. Supaya anak tau bahwa puasa adalah hal yang wajib
dilakukan
c. Untuk melatih kesabaran anak
d. Agar anak dapat berempati dengan sesama
2. Usia berapakah anak harus dilatih puasa?
a. Usia 4-5 tahun
b. Usia 6-7 tahun
c. Uisa 8-10 tahun
d. Semua benar

G. Kegiatan Belajar 6
BERCERITA TENTANG KEUTAMAAN PUASA
DAN LARANGAN DALAM PUASA
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat menceritakan keutamaan-keutamaan puasa dan larangan
puasa kepada anak agar anak dapat mengerti tentang apa itu pua-
sa, kenapa diwajibkan .

Pokok Materi:
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 183
2. Hadist Riwayat Muslim

Uraian Materi:
Anak merupakan amanah sekaligus fitnah. Mereka adalah
amanah Allah Swt untuk kita sehingga harus kita didik dan
kita rawat dengan benar supaya tidak menjadi fitnah di kemu-
dian hari. Betapa pun berat proses pendidikan anak, maka itu
tetap harus dilakukan. Pendidikan ibaratnya sebuah coretan , jika
orang tua memberikan coretan secara salah, akan tercetak anak
yang salah pula, yaitu kafir atau durhaka, demikian juga dengan
pemberian pendidikan yang benar, akan mencetak anak yang
saleh dan salihah. Sekali lagi peran orang tua merupakan sen-
tral dalam membentuk sikap mental serta perilaku anak. Itulah

-47-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
sebabnya Rasulullah menggambarkan posisi orang tua terhadap
sang anak sebagai berikut. Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw
ebagai berikut:
“ Mereka adalah yang menyebabkan surgamu atau ner-
akamu.” (H.R Ibnu Majah)
Begitu pentingnya peran orang tua dalam mendidik anakn-
ya terlebih-lebih lagi pendidikan ibadah. Kesalahan didik akan
menyebabkan seorang anak melenceng dari fitrahnya sehingga
di dunia hidupnya tergelincir demikian juga di akhirat. Untuk
itu menceritakann keutamaan dan larangan dalam menjalan iba-
dah merupakan pemdidikan yang harus dilakukan sebelum men-
jalankannya.
Sesuai dengan Dalil Al-Qur’an yang mewajibkan puasa ada-
lah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
َ
ۡ ُ ‫ك َل َع َّل‬
‫ك‬ ۡ ُ ‫ٱلص َي ُام َ َكا ُك ِت َب َع َل َّٱل ِذ ي نَ� ِمن َق ۡب ِل‬
ِّ ‫ك‬ُ ُ ‫َٰٓ ي أ� يُّ َ�ا َّٱل ِذ ي نَ� َء َام ُن ْوا ُك ِت َب َع َل ۡي‬
َ ُ َ
‫ت َّتقون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah 1:183)
Pada bulan Ramadhan, setiap muslim yang sehat diwajib-
kan berpuasa pada siang hari. Puasa dalam pengertian bahasa
adalah menahan dan berhenti dari sesuatu yang dilarang. Se-
dangkan menurut istilah agama artinya menahan dari segala hal
yang membatalkan puasa, yaitu makan, minum dan hubungan
kelamin. Waktu puasa adalah sejak terbit fajar (waktu subuh)
hingga matahari terbenam. Dengan kata lain, sejak masuk waktu
Subuh hingga masuk waktu Maghrib dan disertai dengan niat.
Larangan utama dalam keutamaan puasa adalah makan, dan
minum, dimulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Ketika melaksanakan ibadah puasa, manusia bebas, tidak ada
yang mengawasi dari pihak luar kecuali dari Allah semata. Tidak
ada seorangpun yang dapat mengetahui apakah seorang itu se-
dang berpuasa atau tidak. Jika ia tidak berpuasa, tidak akan ada
yang tahu.  Dia sendirilah yang mengetahui rahasia tentang dir-
inya, apakah ia benar berpuasa atau tidak. Ini berarti bahwa ses-

-48-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
eorang telah melatih diri sendiri untuk jujur dalam pelaksanaan
ibadah dan dari hal tersebut ia akan merasakan manfaat beriman
kepada Allah SWT. Hanya taqwa orang tersebut kepada Allah sa-
jalah yang mendorong untuk benar-benar dan sungguh berpuasa.
Bertaqwa kepada Allah merupakan salah satu dari enam Rukun
Iman dalam agama Islam.

Contoh dialog orang tua yang menjelaskan keutamaan puasa


dan larangannya:
Anak : “Ayah…boleh gak Adek kumur-kumur?
Haus..”
Ayah : “ Massya Allah…Adek harus bisa menahan
lapar dan haus dari fajar hingga maghrib..”
Anak : “kan Adek Cuma kumur-kumur, Yah…..”
Ayah : “Itu amal yang makruh…kalau airnya tertelan
bagiamana? Kan puasa Adek jadi batal.”
Anak : “Astagfirullah…”

Test Formatif:
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas

-49-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita harus memberikan pengetahuan tentang
keutamaan
puasa?
a. Agar anak mengerti kenepa kita harus puasa
b. Agar anak tau tentang keistimewaan bulan Ramadan
c. Agar anak tau tentang pahala orang yang berpuasa
d. Semua
2. Apa pentingnya kita memberitau tentang larangan puasa?
a. Agar anak dapat mengerti apa saja yang membatalkan
puasa
b. Supaya anak mengerti makna puasa yang sebenarnya
c. Anak dapat menhindari segala larangan
d. Semua benar

H. Kegiatan Belajar 9
MENGAJARKAN PUASA DI MULAI DARI BULAN
SYA’BAN
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang
tua dapat mengajarkan puasa kepada anak dimulai dari bulan
Sya’ban agar anak sudah terbiasa puasa karena sebelum masuk
bulan Rmadhan anak terlebih dahulu sudah berpuasa.

Pokok Materi:
1. H.R. Bukhori Muslim
2. H.R An-Nasa’i

Uraian Materi:
Bulan Sya’ban merupakan pintu gerbang menuju Ramadan
Bulan ini jatuh sebelum Ramadhan tiba. Oleh karena itu perlu
melakukan berbagai persiapan baik fisik maupun mental dalam
menyambut datangnya bulan Ramadhan. Sebagaimana hadist

-50-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Nabi Saw:
َ
َ َ َّ ْ َ‫الس َن ِة ش‬
،‫� ًرا تَ� ًّما ِإل ش ْع َبان‬ َّ ‫ أ َّن ُه َ ْل َي ُك ْن َي ُص ُوم ِم َن‬،‫الهل َع َل ْي ِه َو َس َّ َل‬
ُ ‫الن ّ� َص َّل‬ َّ ‫َعن‬
َ ‫ي‬ ‫ب‬
ِ ُ ِ
ِ
‫َو َي ِصل ِب ِه َر َم َضان‬
Artinya: “Bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam belum
pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau
sambung dengan ramadhan.” (H.R. An Nasa’i)

Rosulullah juga mencontohkan kepada kita bahwasanya beli-


au melakukan puasa di bulan Sya’ban dan memperbanyak puasa
sunnah sebelum datangnya bulan Ramadan. Sabda Rasulullah
Saw:
َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ‫َ ْ َ ُ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ ُ ش‬
‫ ف ِإن ُه كن َي ُص ُوم‬،‫� ًرا أ ك ث َ� ِم ْن ش ْع َبان‬ ‫ل يك ِن الن ِب يُّ� صل الهل علي ِه وسل يصوم‬
َّ ُ َ َ
‫ش ْع َبان ك ُه‬
Artinya: “Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan
Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan
penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Kita dapat membiasakan menyambut datangnya bulan Ram-
dan dengan melakukan berbagai persiapan pada bulan Sya’ban.
Bagi anak bisa di beri latihan pada akhir bulan sya’ban caranya
dengan memberi pengertian dan informasi bahwa bulan sya’ban
akan berakhir dan kita semua akan memasuki bulan Ramadhan,
anak-anak diharapkan sudah dilatih untuk menjalankan ibadah
puasa Ramadhan. Orang tua bisa mulai bercerita bagaimana nan-
ti seluruh keluarga menghabiskan waktu selama Ramadhan seb-
ulan penuh. Bagaimana beberapa kebiasaan akan berubah yaitu,
kebiasaan makan pagi di ganti dengan makan sahur, kebiasaan
makan malam di ganti dengan berbuka puasa yang di tandai den-
gan suara Azan magrib, bagaimana menahan rasa lapar dan haus.
Dengan berbagai persiapan dan informasi ini diharapkan anak-
anak mampu melewati Ramadhan selama sebulan penuh.
Contoh dialog orang tua mengajarkan puasa di bulan Sya’ban:
Anak : Ibu…kenapa puasa hari ini, kan belum bulan

-51-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
puasa (Ramadan)
Ibu : Ia nak, ini bulan Sya’ban. Sebelum tiba bulan
Ramadan kita di sunahkan untuk puasa sebe
lumnya.
Anak : Adek boleh puasa seperti ibu..?
Ibu : Adek mau puasa..?
Anak : Ia bu…biar sama seperti ibu…
Ibu : Alhamdulillah…Adek memang pintar.

Test Formatif:
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita harus mengajari anak puasa pada bulan
Sya’ban?
a. Agar anak tidak terkejut lagi menjalakan puasa pada bu
lan Ramadan
b. Agar anak terbiasa puasa di bulan Sya’ban
c. Agar anak mengerti bulan-bulan istimewa
d. Semua benar
2. Menagapa kita harus menyambut bulan Ramadan dengan
suka cita?
a. Karena Ramadan bulan yang dinanti umat Islam seluruh
dunia
b. Karena Ramadan banyak berkah didalamnya
c. Karena Ramadan bulan silaturrahmi
d. Semua benar

Test Formatif
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita perlu memberi latihan puasa pada anak

-52-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
secara bertahap?
a. Agar anak tidak menagis dalam menjalakan puasa
b. Agar anak tidak terkejut
c. Agar anak belajar puasa walaupun setengah hari
d. Agar anak merasa orang tua tidak memaksanya
2. Apakah dalam pemberian latihan puasa pada anak usia 4
tahun sama dengan anak usia 6 tahun?
a. Sama saja
b. Tidak sama
c. Anak uisa 6 tahun harus lebih banyak waktunya dari
pada anak usia 4 tahun
d. Jawaban b dan c benar

I. Kegiatan Belajar 10
MENGHIBUR ANAK KETIKA MEREKA BERPUASA
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat menghibur anaknya yang sedang puasa agar anak merasa
terhibur dan tidak teringat kalau ia sedang puasa, sehingga tanpa
disadari waktu berbuka puasapun tiba.

Pokok Materi:
H.R. Imam Bukhari
H.R. Imam Abu Daud

Uaraian Materi:
Proses keimanan seorang anak dipengaruhi oleh tempaan
orang tuanya. Dari pemberian teladan yang baik dan tempaan
yang kontinu, seorang anak bisa menginternalisasi nilai-nilai ag-
ama dalam kehidupannya. Demikian pela dengan pembiasaan ke-
giatan ritual keagamaan. Tidak perlu dipaksa, anak akan melaku-
kan apa yang biasa dilakukan orang tuanya.

-53-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Pelatihan puasa yang baik dilakukan sedini mungkin. Anak-
anak harus dilatih utnuk berpuasa karena puasa merupakan salah
satu rukun Islam yang wajid dilaksanakan. Memang, anak-anak
akan merasakan lapar dan haus. Namun, akan lebih bijaksana jika
orang tua menyampaikan berbagai faedah puasa bagi jiwa dan
fisik anak. Dengan cara ini anak akan mengubah paradigma yang
menggiringnya kepada kesimpulan bahwa puasa membuatnya
‘menderita’ menjadi puasa akan membuatnya ‘bahagia’ karena
sangat bermanfaat bagi dirinya.
Mulai umur berapa mereka dilatih puasa? Ini bergantung ke-
pada kemampuan anak dan dorongan kuat dari orang tua untuk
mendidik dan melatih anak-anaknya berpuasa. Para ulama ber-
pendapat, hukum melaksanakan puasa disamakan dengan hu-
kum melaksanakan salat bagi anak kecil, seperti yang dituturkan
oleh Abdullah bin Amr bin Ash. Ia berkata bahwa Rasulullah
shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ُ�َ‫� ِس ِن ْ ي ن‬
ْ ‫ْ نَ َ ضْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ش‬
‫ع‬ ‫اء‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ �‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ب‬ �‫ا‬ ‫و‬ ، �‫ي‬ ‫ن‬
ِ ‫س‬ِ ‫ع‬ ‫ب‬
َ َّ �‫ُر ْوا َأ ْ َول َد ُ ْك ب‬
ْ ‫لص َل ِة َو ُ ْه أ ْب َن ُاء َس‬
ِ ِ ِ َ َ ْ ‫َ َ ّ ُ ْ َ ْ نَ ُ ِ ْ ف‬
‫ وف ِرقوا بي�م ِ ي� الض ِاج ِع‬،
Artinya: “suruhlah anak-anakmu melaksanakan salat ketika
mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka (kalau mer-
eka tidak mau melaksanakan salat) ketika mereka sudah beru-
mur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR
Imam Abu Daud)
Bagaimana para pendahulu mengajarkan anak-anak mereka
berpuasa? Dituturkan dari ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia ber-
kata tentang puasa Asyura:
“kami selalu berpuasa pada hari tersebut dan menyuruh
anak-anak kami untuk berpuasa. Kamipun membuat mainan
dari kulit untuk mereka. Jika ada yang menangis minta makanan,
kami pun memberikannya (mainan itu) sehingga datang waktu
berbuka puasa.” (HR Imam Bukhari)
Kisah ini mencerminkan peran orang tua atau orang dewasa
disekitar anak untuk mengajak mereka melakukan puasa. Pasti
mereka akan rewel karena mengalami lapar dan haus. Pada saat
seperti ini, pihak orang tua sebaliknya menghibur dengan berb-
agai cara untuk ‘mengalihkan perhatian’ anak sehingga perhatian

-54-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
mereka tidak berpusat pada rasa lapar dan hausnya. Betapa para
pendahulu telah memberikan contoh bagaimana meraka menga-
lihkan perhatian anak-anak dari rasa haus dan laparnya sehingga
anak berhasil puasa penuh pada hari itu.
Yang paling utama, anak diberi pemahaman bahwa puasa mer-
upakan sarana pelatihan fisik dan mental, juga spiritualnya. Den-
gan puasa, kita sebagai hamba merasajan ‘rindu’ yang mendalam
untuk memenuhi perintah Allah Subhanaahu wa Ta’aala; dengan
puasa, fisik (pencernaa) beristirahat sejenak dari rutinitasnya seh-
ingga lebih sehat; dan dengan puasa yang menahan rasa haus dan
lapar tersebut, dapat menempa mental anak. Dengan pemaha-
man semacam ini, anak akan merasa puasa adalah kebutuhannya
sehingga memandang ritual puasa bukan beban baginya.
Dialog orang tua untuk menghibur anak yang sedang puasa:
Anak : “ Ummi adek haus ..adek boleh minum ya..”
Ibu : “ Adek ..sabar ya. Waktu berbuka sebentar
lagi.”
Anak :” Tapi adek sudah haus sekali Mi..”
Ibu : “Kalau begitu kita main-main aja yuk…sem
bari menunggu waktu berbuka.”
Anak : “Kita jalan-jalan naik sepeda motor ya bu…
sekalian kita beli es cream.”
Ibu : “ Boleh..”

Test Formatif;
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Apakah yangharus dilakukan orang tua untuk menghibur
anak yang sedang puasa?
a. Dengan cara bermain
b. Menceritakan dogeng kesukaan anak
c. Mengajak anak jalan-jalan
d. A,b,dan c benar
2. Kenapa kita harus menghibur anak yang sedang puasa?

-55-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
a. Agar anak semangat saat menjlankan ibadah puasa
b. Agar anak tidak merasakan waktu lamanya berpuasa
c. Agar anak tidak memikirkan rasa haus dan laparnya
d. A,b, dan c. benar

J. Kegiatan Belajar 11
MENGUMPULKAN ANAK-ANAK SAAT TIBA
BERBUKA BERPUASA
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang
tua dapat menjalankan atau mengumpulan anak untuk berbuka
puasa. Hal ini dilakukan agar anak kelak terbiasa untuk berbuka
puasa dengan keluarganya. Dan anak akan menunggu saat-saat
berbuka puasa bersama

Pokok Materi:
Uraian Materi:
Puasa sanagt berkaitan erat dengan menahan rasa lapar dan
haus dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Lintasan
waktu yang teramat panajang ini mengandung 2 keutamaan yang
berkaitan dengan makanan yang bisa dinikmati, yaitu adanya sa-
hur dan berbuka. Ketika anak berlatih puasa, orang tua biasanya
hanya menekankan kapan waktu berbuka puasa. Pada hal anak
harus juga kita ajarkan sahur dan berbuka puasa, karena keduan-
ya mengandung nilai ibadah dan mengandung berkah.
Anak-anak harus kita ajarkan untuk sahur dan berbuka puasa
tepat pada waktunya. Dengan demikian anak akan terbiasa nan-
tinya setelah ia dewasa. Terkadang ada anak yang mencoba me-
manjangkan waktu puasa dengan alasan supaya mendapat pahala
yang banyak. Pada hal menyegerakan makan sahur dan berbuka
puasa merupakan salah satu dari bentuk ibadah. Nah disinilah
peran orang tua dalam memahamkan kepada anak kenapa kita
harus sahur dan berbuka puasa. Sebagaimana hadist Rasulullah
Saw,

-56-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
‫ا�ئ‬
ُ ِ ‫الص‬ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َّ‫َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ َ َ ْ َ َ ن‬
َّ ‫الش ْم ُس فقد أفط َر‬ ‫ال� ُار َوغ َاب ِت‬ �‫ِإذا أقبل الليل وأد ب‬
Artinya: “Apabila malam telah datang dan siang telah pergi
serta matahari telah terbenam maka sungguh orang yang berpua-
sa telah berbuka” (H.R. Muttafaqun alaih)
Kemudian hadist tersebut didukung dengan hadist yang men-
yatakan anjuran untuk berbuka dengan kurma. Berdasarkan sab-
da Rasulullah Saw yang artinya:
“JIka seseorang di antara kalian berbuka, berbukalah den-
gan kurma karena ia mengandung berkah. Jika tidak mendapa-
tkannya, berbukalah dengan air karena air itu suci.” (H.R. Imam
Tarmiji).
Dari kedua hadist diatas bahwa kita diminta untuk menyegera-
kan berbuka setelah seharian penuh kita menjalankan puasa.
Anak telah menahan lapar dan haus seharia penuh, alangkah
baiknya jika ternyata orang tua meneyediakan beragam makanan
kesukaan anak sehingga menambah semangat anak dalam men-
jalankan ibadah puasa. Ha ini dianggap tidaklah berlebihan kare-
na kita masih melatih tahapan anak untk berpuasa.
Ketika akan melakukan sahur dan berbuka, anak juga harus
dibimbing masalah etika makan dalam berpuasa. Selain tetap ber-
pedoman pada sabda Rasul, “Bacalah basmalah, makan dengan
tangan kananmu, dan ambillah makanan yang dekat kepadamu,”
kita ajarkan anak tetap mengatur jumlah makanan yang sebai-
knya mereka santap. Walaupun mereka telah menahan lapar
dan haus seharian, mereka tetap tidak diperbolehkan menyan-
tap makanan secara berlebihan, apalagi dengan durasi waktu
yang berturut-turut. Umumnya, anak-anak telah ‘mengumpul-
kan’ makanan yang hendak dimakan sejak pagi. Ada tukang jajan
lewat, mereka panggil. Melihat-lihat meja yang berisi kudapan,
mereka memilih beberapa kudapan untuk dijadikan makanan
pembuka saat berbuka. Ketika ibu membuat es dawe, es buah,
atau es kolak, mereka telah menyisihkan satu mangkuk khusus
yang ditaruh dikulkas. Jika jam telah menunjukkan angka 17.00,
semua ‘persediaan’ dikeluarkan dan dijejer dimeja makan. Betapa
sangat banyak, seolah-olah mereka mampu menghabiskan dalam
beberapa jam saja. Tindakan ini perlu diluruskan karena sangat

-57-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
tidak menyehatkan. Perut telah istirahat seharian penuh, maka
etika dalam ‘mengisinya’ juga tidak bisa diberikan secara tiba-tiba
dan dengan jumlah yang sangat banyak. Alih-alih mereka sehat,
malahan mereka bisa sakit perut dan mengganggu ibadah shalat
Maghribnya.
Ketika keluarga akan berbuka, hendaknya ayah memi-
mpin doa sebelum makan. Sesuai sunnah Rasullah, makanlah
kurma dan seteguk air. Jika hal ini belum ‘mengganjal perut’,
anak diperbolehkan memakan makanan pembuka, yang berupa
makanan ringan. Anak biasanya ingin ‘membalas dendam’ kare-
na telah menahan rasa lapar dan haus. Beri penjelasan bahwa
persediaan makanan kita telah mencukupi dan setiap anggota
keluarga sudah mendapatkan bagiannya masing-masing.
Dialog orang tua mengumpulkan anak untuk berbuka puasa:
Ibu : “Anak-anak ayoo bersiap-siap berbuka puasa .”
Anak : “ Ia bu….sebentar ya bu..adek masih main
dulu.”
Ibu : ”Adek sudah mainnya, ayo bantu ibu ambilkan
sendok di dapur”
Anak : “ Baik bu..”
Ibu : “Siapa yang pimpin doa berbuka hari ini..?
Anak : “ Adek bu….”

Test Formatif;.
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Bagaimana cara mengumpulkan anak-anak saat tiba ber
buka puasa?
a. Mengajarkan anak mengenai disiplin waktu
b. Baca cerita hingga menjelang buka puasa
c. Membuat makanan kesukaan anak
d. Membuat minuman kesukaan anak
2. Kapan tiba waktu anak-anak akan menunggu saat berbuka
puasa

-58-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
a. Menjelang dzuhur
b. Menjelang ashar
c. Menjelang maghrib
d. Menjelang isya’

K. Kegiatan Belajar 12
MEMBERIKAN SUPORT DAN REWARD
KEPADA ANAK YANG BERPUASA
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat memberika support dan reward pada anak yang sedang
melaksanakan puasa dan yang telah menjalankan ibadah puasa.
Dengan demikian anak akan merasa senang jika orang tuanya
memberi perhatian, apalagi hadiah sesuatu hal yang paling di
tunggu-tunggu dari seorang anak.

Pokok Materi:
Uaraian Materi:
Memberi Support merupakan bentuk dukungan orang tua
kepada anaknya dalam melatih ibadah puasa sehingga ibadah
tersebut berhasil di laksanakan. Selain support orang tua juga
perlu memberikan sedikit hadiah bagi anak-anak yang masih
pada tahap latihan puasa sehingga dapat merangsang semangat
anak dalam menjalankan ibdaha tersebut. Hadiah ini hanya se-
bagai stimulant awal saja, seiring dengan pertambahan usia anak
diharapkan sedikit demi sedikit dihilangkan sehingga tidak mer-
usak orientasi anak dalam beribadah.
Hadiah tidak harus yang mahal, hadiah juga tidak perlu be-
rupa benda. Akan tetapi hadiah bisa diberi melalui pujian dih-
adapan orang lain, tepukan di bahu, pelukan, sehingga pujian
tersebut dirasakan anak dan membuat anak bahagia. Jika di ta-
hun ajaran baru, kita mampu membelikan beragam peralatan se-
kolah yang baru buat anak-anak, mengapa di bulan Ramadhan
kita tidak melakukan hal yang sama? Anak-anak tetaplah sama

-59-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
dianapun mereka berada. Terkadang membutuhkan stimulus
untuk merangsang semangatnya dalam melakukan berbagai hal,
termasuk dalam beribadah. Untuk menyambut Ramadan, men-
gapa kita tidak mencoba memebelikan sesuatu yang memang
sangat di perlukan dalam ibadah anak seperti; sajadah anak, peci,
mukenah yang baru, membeli buku bacaan baru, baju baru un-
tuk mengawali puasa pertamanya, yang akan dikenakan ketika
berbuka puasa pertama di masjid. Ramadan bulan yang sangat
istimewa untuk hanya dilewatkan begitu saja. Dengan peralatan
barunya diharapkan anak dapat menyambut Ramadan dengan
penuh suka cita dan menjadikan Ramadan selalu dinantikan oleh
anak-anak karena mereka bisa mengidentikkan bahwa mereka
akan memperbarui semangatnya dalam beribadah di bulan Ra-
madan.
Dialog orang tua memberikan support dan reward:
Ibu : “Anak-anak siapa hari ini yang puasa”
Anak : “Adek sama kakak bu..”
Ibu : “Bagus…puasanya harus semangat ya
sayang….”
Anak : “Ibu..kalau kami puasanya penuh satu bulan
kami beri hadiah ya bu…”
Ibu : “Ia pasti ibu beri hadiah kesukaan anak-anak
ibu…”
Anak : “ Horeeee…..”

Test Formatif;
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita harus memberi support kepada anak yang
berpuasa
a. agar anak semangat dalam menjalankan puasa
b. agar anak mengetah manfaat dari puasa
c. anak merasa mendapat perhatian penuh daro orang tu-
anya
d. a,b,c semua benar

-60-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
2. Apa saja bentuk reward yang harus diberikan kepada anak?
a. Makanan dan mainan kesukaan anak
b. Baju dan sepatu
c. Pujian yang membuat anak merasa gembira
d. A,b,c semua benar

L. Kegiatan Belajar 13
MENGAJARKAN SEDEKAH
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat mengajarkan dan membiasakan anak gemar bersedekah
kerena kebiasaan ini akan melatih anak tulus dan ikhlas saat
melakukannya, sedekah bukan cuma jadi kewajiban saja melain-
kan datang dari kerinduan dalam hati se kecil.

Pokok Materi:
Q.S. Al-Baqarah 1: 261
H.R. Muslim, Abu Dawud dan Nasai

Uraian Materi:
Sedekah adalah suatu pemberian dari seseorang kepada orang
lain yang membutuhkan tanpa dibatasi oleh tenggang waktu ser-
ta jumlah. Sedekah juga tidak hanya berbentuk materi akan tetapi
bisa juga dengan non materi. Kalau ada orang yang menolong
orang buta yang ingin menyeberang jalan itu sudah termasuk
sedekah karena telah mengorbankan waktu dan tenanga untuk
menolong orang buta tersebut. Sedekah merupakan ibadah yang
sangat dianjurkan dalam Islam, walaupun sedekah yang kita ber-
ikan hanya sedikit namun pahalanya sangat besar di sisi Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang
berbunyi:
ُّ ‫َ ف‬ َ َۢ َ َ َّ ‫َّ َ ُ َّ نَ ُ ُ َ َ ۡ َ َ ُ ف‬
‫ٱلل َكث ِل َح َّب ٍة أن َبت ۡت َس ۡب َع َس َن ِابل ِ� ِك‬ ِ ‫ٲل ۡم ِ� َس ِب ِيل‬ ‫مثل ٱل ِذ ي� ي ِنفقون أمو‬
َ ٌ
�ٌ ‫ٲسع ع ِل ي‬ َ ُ َّ َ ُ ٓ َ َ ُ
ِ ‫ٱلل ُيضـ ِعف ِلنيشاء‌ۗ وٱلل و‬
َ ٰ َ ُ َّ ‫ُس ۢن ُب َ ۬ةٍل ِّم ْا َئ ُة َح َّب ٍ۬‌ۗة َو‬
Artinya: “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-

-61-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada ti-
ap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya
lagi Maha Mengetahui. ( Q.S. Al-Baqarah 1:261)
Bahkan sedekah merupakan satu diantara tiga amalan yang
tidak akan pernah putus ketika seseorang meninggal. Sebagaima-
na disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhi-
yallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
َ ْ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ َْ ُ ْ َ َ َ
‫ات ِإالن َسان انقط َع َع ْن ُه َع ُل ِإال ِم ْن ثالث ٍة ِإال ِم ْن َص َدق ٍة َج ِار َي ٍة أ ْو ِع ٍل ُين َتف ُع‬ ‫ِإذا م‬
ُ‫ب ِه َأ ْو َوَل ٍد َص ِال َي ْد ُعو َل‬
ٍ ِ
Artinya, “Bila seorang hamba meninggal, maka terputuslah
amalnya kecuali 3 perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfat,
serta anak saleh yang senatiasa mendoakan kebaikan baginya.” (
H.R Muslim, Adu Dawud an Nasai)
Hadist diatas menjelaskan bahwasanya amal pertama adalah
sedekah jariyah. Pahala amalan ini akan terus mengalir sekali-
pun seseorang telah meninggal dunia. Sebagai contoh, seseorang
yang membangun masjid, maka selama masjid digunakan untuk
beribadah, maka selama itu pula pahalanya akan mengalir. Amal
kedua adalah ilmu yang bermanfaat. Seseorang yang memiliki
ilmu akan lebih baik tidak egois dan menyebarkan ilmunya ke
orang lain. Jika ilmu yang diajarkan terus tersebar luas, maka
pahalanya juga akan mengalir ke orang yang mengajarkannya.
Amal ketiga adalah anak saleh yang selalu mendoakan orang tu-
anya. Anak yang saleh pasti akan sadar bahwa hidupnya di dunia
berkat kasih sayang, perjuangan dan bimbingan orang tuanya.
Maka doa anak saleh tersebut akan selalu mengalir ke orang tu-
anya walaupun sudah di alam kubur.
Memberikan pendidikan sedekah pada anak sejak dini dapat
menjadi petunjuk bahwa masih banyak orang yang kurang be-
runtung di luar sana. Berikut tips-tips yang dapat diterapkan
orang tua kepada anaknya:
1. Menumbuhkan rasa empati
Cara menumbuhkan empati adalah menunjukkan bahwa di

-62-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
luar sana masih banyak saudaranya yang kurang beruntung. Mis-
alnya dengan cara mengunjungi panti asuhan atau panti jompo.
2. Tidak terpaku pada hal-hal yang bersifat materil
Selalu ingatkan si kecil bahwa semua harta benda yang di-
miliki anak bukan miliknya sepenuhnya. Maka sebaiknya jangan
terlalu terpaku dengan hal-hal materil. Anak pun jadi lebih me-
mahami bahwa bela rasa jauh lebih penting dari uang atau barang
miliknya.
3. Menanamkan keikhlasan
Mengajari anak untuk memberi tanpa pamrih, agar anak bisa
bersedekah tanpa mengharap imbalan atau pujian. Orang tua ha-
rus selalu melatih si kecil untuk selalu bersyukur dan jangan ter-
lalu perhitungan. Caranya adalah dengan menjadi teladan yang
baik bagi anak.
Dialog oaring tua mengajarkan sedekah pada anak:
Ibu : “Adek….tolong berikan roti ini kepada
anak pengemis itu ya..
Anak : “Lho..kenapa diberikan kepada
pengemis itu bu…? “
Ibu : “Ia sayang…. Siapa tau di lapar dan
belum makan. Kasihan kan”
Anak : “Bu kenapa sih kita harus kasihan
sama pengemis..?”
Ibu : “Ia sayang..karena pengemis juga ma
nusia yang perlu makan” kita harus
bersyukur karena kita jauh lebih baik
dari pengemis itu.”
Anak : “ Ia bu…kasihan pengemis itu …besok
adek kasih makanan lagi ya bu….,”

Test Formatif:
Pilihlah jawaban paling benar a, b, c, dan d dengan cara mem-
beri tanda silang (X) jika dianggap benar
1. Bagaimana cara mengajarkan anak bersedekah?

-63-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
a. Memberi teladan langsung
b. Mengajak anak jalan-jalan
c. Mengajak anak belanja
d. Bercerita tentang sedekah

1. Diamanakh temapat yang dapat dijadikan pembelajarn


sedekah bagi anak ?
a. Di Masjid
b. Di lampu merah
c. Panti asuan
d. A, b dan c benar semua

M. Kegiatan Belajar 14
MENGAJARKAN ZAKAT
Capaian Pembelajaran:
Capaian pembelajaran pada kegiatan ini diharapkan orang tua
dapat mengajarkan dan memahamkan pada anak apa itu zakat,
serta bagaimana cara pelaksanaannya. Sehingga anak dapat se-
dikit memahami tentang arti zakat dan orang-orang yang dapat
menerima zakat.

Pokok Materi:
Q.S. At-Taubah:103
Q.S Al-Baqarah: 43
Uraian Materi:
Allah berfirman,
ُ َّ ‫ُخ ۡذ ِم ۡن َأ ۡم َ ِول ۡم َص َد َق ً۬ة ُت َط ّه ُر ُ ۡه َوتُ زَ� ِّك ي�م ب َ�ا َو َص ّل َع َل يۡ� ۡۖم إ َّن َص َل ٰو َت َك َس َك ٌ۬ن َّ ُل ۡۗم َو‬
‫ٱلل‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
�ٌ ‫َ ِس ٌيع َع ِل ي‬
Artinya: “ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, yang
dengan zakat itu kamu membersihkan dan manyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menja-
di) ketentraman bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (At-Taubah:103).

-64-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
FirmanNya juga,
َّ ‫ٱلز َك ٰو َة َو ۡٱر َك ُع ْوا َم َع‬
�َ‫ٱلر ِك ِع ي ن‬ َّ ‫َوَأ ِق ُيم ْوا‬
َّ ‫ٱلص َل ٰو َة َو َء ُات ْوا‬

Artinya: “ Dirikan lah shalat dan tunaikanlah zakat.”(Al-Baqa-


rah:43)
Zakat adalah salah satu diantara rukun islam yang lima dan
termasuk ibadah yang sangat penting.
Dari Ibnu Umar ,dia berkata, Rasulullah bersabda,” Islam
dibangun di atas lima dasar: (yaitu) bersaksi bahwa tidak ada tu-
han yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad
itu utusan Allah,mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa
dibulan ramadhan, dan berhaji ke Baitullah bagi siapa yang mam-
pu menggadakan perjalanan kesana.”
Karenanya orang tua selaku pendidik wajib mengajarkan
rukun-rukun agama kepada anak-anaknya, dan mengajarkan
bahwa zakat adalah pembersih hatra dimana zakat adalah ibadah
yang wajib.
Allah berfirman,
َ‫َ َ ۡ ُ َ ُ ۚ َ َ ٓ َ َ ۡ تُ ّ شَ ۡ ف‬ َٓ َ ۡ ّ ُ ُ ۡ َ ّ َ َّ ۡ ُ
‫� ٍ۬ء ُ� َو‬ ‫ٱلرزق ِ َلن َيشا ُء ِم ۡن ِع َب ِاد ِهۦ ويق ِدر ل ۥ وما أنفق� ِمن‬ ِ ‫ُقل ُ ِإ ۖن ر ِب� يبسط‬
َ�‫ٱلرٲز ِق ن‬ َ ُ ُ ۡ
‫ي خ� ِلفه ۥ َوه َو خ ۡي ُ� َّ ِ ي‬
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-ham-
ba-Nya dan menyempitkan bagi [siapa yang dikehendaki-Nya]”.
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
(Q. S. Saba:39).
FrmanNya juga,
ُ ُ َ‫َ ٓ ۗ ُ ُ ْ َ َ أ‬ َ َّ ‫ڪ َّن‬ َ َُ َ َ َّ
‫ٱلل يَ ۡ� ِدى َمن َيشا ُء َو َما ت ِنفقوا ِم ۡن خ ۡي ٍ۬� َف ِلنف ِسڪ ۡۚم‬ ِ ‫ل ۡي َس َعل ۡيك هد ٰ ُٮ ۡم َول ٰـ‬
َ َ ۡ ُ َ ۡ ُ‫َ َ ُ ُ َ َّ ۡ َ ٓ َ َ ۡ َّ ۚ َ َ ُ ُ ْ ۡ َ ۡ ۬ ُ َ َّ َ ۡ ُ ۡ َ ت‬
‫ن� ل تظ ُلون‬ ‫ٱلل وما ت ِنفقوا ِمن خ ي ٍ� يوف ِإليڪم وأ‬ ِ ‫وما ت ِنفقون ِإل ٱب ِتغاء وج ِه‬

Artinya: “Apa pun kebaikan (harta) yang kalian infakkan, maka


(kebaikannya) adalah untuk diri kalian sendiri. Dan (hendaklah) kalian
tidak menginfakkan (sesuatu) kecuali karena mencari Wajah Allah. Dan
apa pun harta yang kalian infakkan, niscaya kalian akan diberi (pahala)
secara penuh dan kalian tidak akan dizhallimi (dirugikan).’’(Al-Baqa-

-65-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
rah: 272)

FirmanNya juga,
َ َ‫َّ َ َ َ ُ َ َ ۬ ف ۡ أ‬ ‫ۡ ُ َ َ ٓ َّ نَ ُ ۡ ُ ْ ف‬
‫� ً ب� ِ� ٱل ۡر۬ ِض ي ۡ� َس بُ ُ� ُم‬ ِ ‫صوا ِ� َس ِب ِيل‬
ۡ ‫ٱلل ل ي ۡست ِطيعون ض‬ ِ ‫ِللفقرا ِء ٱل ِذ� أح‬
ْ ُ ُ َ َ ۗ ً َ ۡ َ َّ َ ُ َٔ ۡ َ َ ۡ ُ ٰ َ ُُ ‫ۡ َ ُ َ ۡ ي َ ٓ َ َ َّ َ ُّ َ ۡ ف‬
‫ٱل ِاهل أغ ِنياء ِمن ٱلتعف ِف تع ِر�م ِب ِسيمـهم ل يسـلون ٱلناس ِإلافا وما ت ِنفقوا‬ ‫ج‬
َ َ َّ َّ َ َ
�ٌ ‫ِم ۡن خ ي ٍ� ف ِإن ٱلل ِب ِهۦ ع ِل ي‬
۬ ۡ

Artinya: “Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh


jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang
yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri
dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mer-
eka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah:273)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, Allah ber-
firman,
َ َ َْ
‫ا� َآد َم! أن ِف ْق َعل ْيك‬
َ‫َ ي� ْ ن‬
‫ب‬
Artinya: “Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya kamu akan
diberi nafkah .’’
Dari Adi bin Hatim bahwa Rasulullah bersabda,
“ Jagalah diri kalian dari (azab) neraka meski (berinfak) den-
gan separuh kurma.’’
Dari Jabir, dia berkata, dia berkata, “ Sedikit pun Raulullah
tidak pernah berkata, ‘Tidak’ ketika beliau diminta sesuatu.’’
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash,
“Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah.’Amal apakah
yang terbaik dalam Islam?’ Beliau menjawab, ’Kamu member-
ikan makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu
kenal dan orang yang kamu tidak kenal.’’
Dan dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya,
َ َ ‫ٌَ ف‬ َّ َ َّ َّ َّ َ ُ َ ْ َ َ ً َ َ ْ َّ َ
‫الل َص َل الل َعل ْي ِه َو َس َل َو َم َ َعا ْاب َنة َلا ََو ِ ي� َي ِد َ ْابن ِت َ�ا َم َسك َت ِان‬
ِ ‫أن امرأة أتت رسول‬
َّ َ ّ َ ُ ْ ُّ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ‫ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ن‬ َ َ
ُ‫الل‬ ‫غ ِليظ َت ِان ِمن ذه ٍب فقال لا أتع ِط ي� زكة هذا قالت ل قال أيس ِك أن يس ِور ِك‬

-66-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
َ َّ َّ َّ ‫� َل َع تْ ُ� َما َف َأ ْل َق تْ ُ� َما إ َل‬
‫الن ِب يّ� َصل الل َعل ْي ِه‬ َ‫ب� َما َي ْو َم ْالق َي َام ِة ِس َو َار ْ ن� ِم ْن نَ�ر َق َال فَ خ‬
ِ ِ ٍ َّ ِ ‫ِ ِ َّ َ َ ِ ُ َّ ي‬
ِ ِ ‫َو َس َل َوقال ْت َها ِل ِل َع َّز َو َجل َوِلرس‬
‫ول‬ ُ َ

Artinya: ”Bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah


dengan membawa anaknya, ditanggannya ada dua gelang tebal
dari emas, beliau pun langsung bertanya kepadanya, ‘Sudahkah
kamu tunaikan zakat barang ini? ‘ Wanita itu menjawab, ‘Belum’.
Beliau pun menjawab, ‘Sukakah kamu kalau Allah akan me-
makaikan gelang kepadamu dengan dua gelang dari api pada
Hari Kiamat? ‘Segeralah wanita itu melepasnya dan meletakkan-
nya pada Nabi seraya berkata. ‘Keduanya untuk Allah dan Ra-
sul-Nya’.

Dialog orang tua mengajarkan zakat kepada anak:


Ayah : “Ayah mau bayar zakat, kamu mau iku?”
Anak : “Kenapa kita harus bayar zakat ayah?”
Ayah : “itu adalah perintah Allah….karena di dalam
harta kita juga ada hak orang lain.”

-67-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Anak : “kan sehari-hari kita sudah sering memberi
pada orang lain, Ayah?”
Ayah : “ Itu namanya sedekah..hukumnya sunnah. se
dangkan zakat hukumnya wajib.”

Test Formatif;
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita perlu memperkenalkan zakat kepada anak?
a. Agar anak tau manfaat zakat.
b. Agar anak bisa menumbuhkan sikap empati kepada
oranglain.
c. Agar anak terbiasa menolong orang yang kesusahan.
d. Semua jawaban benar.
2. Bagaimana cara mengajarkan zakat pada anak?
a. Mengajak anak melihat sendiri orang yang kesusahan.
b. Mengajarkan anak untuk sedekah.
c. Mengajak anak untuk membayar zakat.
d. Jawaban a,b,dan c benar semua.

N. Kegiatan Belajar 15
MENGENALKAN ZAKAT FITRAH
Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca isi materi diharapkan orang tua dapat men-
genalkan zakat kepada anak, sehingga anak dapat memahami apa
itu zakat, kenapa kita harus zakat dan sebagainya.

Pokok Materi:
1. H.R. Adu Dawud
2. H.R Muslim

-68-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Uraian Materi:
َ ْ ْ َ َ َ َّ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ
‫الل َعل ْي ِه َُو َس َل زكة ال ِفط ِر َص ًاعا ِم ْن تَ ْ� ٍر أ ْو َص ًاعا ِم ْن‬ ِ ‫فرض رسول‬
‫الل صل‬
َ�‫ال ْس ِ ِل ن‬ُ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ‫َ َ ْ ُ ّ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ أ ْ ث‬ َ
‫ي‬ ‫ش ِع ي ٍ� عل ال ِر والعب ِد والذك ِر والن� والص ِغ ي ِ� والك ِب ي ِ� ِمن‬
Artinya: Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, “ Rasulullah
mewajibkan zakat fitrah (yaitu) satu sha’ gandum bagi budak
maupun orang merdeka, laki-laki maupun wanita, anak kecil
maupun orang dewasa dari kalangan kaum Muslimin, dan beliau
menyuruh agar ia ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk
shalat (Idul Fitri).
oleh karena itu, wajib bagi seorang pendidik mengajarkan ke-
pada anak-anaknya tentang begaimana dan kapan (menunaikan)
zakat agar meraka terbiasa dengan hal-hal tersebut serta mempe-
lajarinya, disertai dengan zakat, juga menjelaskan kepada mereka
manfaat zakat bagi kehidupan kaum Muslimin, baik bagi yang
kaya maupun yang miskin.
Orang yang patut mendapatkan sedekah dari seorang Muslim
adalah keluarganya dan orang yang memiliki ikatan rahim den-
gannya, berdasarkan sabda Raulullah,
َ َّ َ ْ َّ َ ‫َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ً َّ ئ‬ َّ ُ َ َ
‫الرف ِث‬ ِ ‫ف َرض َر ُسول‬
‫ زكة ال ِفط ِر طرة ِللص ِ ِا� ِمن اللغ ِو و‬-‫صىل الهل عليه وسمل‬- ‫الل‬
ْ ً ُ
�‫َوط ْع َمة ِل َل َس ِاك ي ِن‬
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan
zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkara
yang sia-sia dan perkataan kotor, sekaligus untuk memberikan
makan orang-orang miskin.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Bagaimana cara mengenalkan zakat fitrah pada anak?
a. Dengan video game.
b. Buku cerita.
c. Jawaban a dan b benar.
2. Kapan waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah?
a. Pada awal ramadhan
b. Pada akhir ramadhan

-69-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
c. Sesudah salat idhul fitri
d. Setelah salat subuh sampai menjelang sholat idhul fitri

O. Kegiatan Belajar 17
MENGAJARKAN HAJI DAN UMRAH
Capaian Pembelajaran:
Pada capaian pembelajaran ini setelah orang tua memahami
isi materi, diharapkan orang tua dapat memberi pemahaman ke-
pada anak mengenai haji dan umrah.

Pokok Materi:
1. Q.S. Al-Hajj:27-28
2. Q.S. Ali Imran :97
3. H.R. Bukhari
4. H.R. An-Nasa’i

Uraian Materi:
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima yang wa-
jib dilaksanakan bagi muslim dan muslimah. Sebagaimana fir-
man Allah Swt dalam surat Al-Hajj ayat 27-28
َ ّ َ‫ُ ّ ف‬ ۡ‫أ‬ َ ّ ُ َ َ ً۬ َ ُ ۡ‫ٱ ۡ َ ّ َ أ‬ َّ �‫َوَأ ِّذن ف‬
‫� ِع ٍ۬يق‬ ‫وك ِر َجاال َوع ٰل ڪ ِل َض ِام ۬ ٍر َ ي� ِت ي نَ� ِمن ِك ٍج‬ ‫اس ِب�ل ِج ي�ت‬ ‫ٱلن‬ ِ
ُ َ‫ّ َ شۡ َ ُ ْ ِ َ َ ٰ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ُ ْ ۡ َ َّ ف ٓ َّ ۬ َّ ۡ ُ َ ٰ َ َ َ َ َ ق‬
‫ٱلل ِ� أ ي� ٍم معلومـ ٍت ع ٰل ما رز�م‬ ِ ‫) ِلي�د َوا منـ ِفع لم ويذ َڪروا ٱس‬٢٧(
َ ۡ ٓ ۡ ْ ۡ ْ ُُ َ ۡ‫ۡ أ‬
�َ ‫ِّم ۢن بَ ِ� َيم ِة ٱلن َع ٰـ ِ ۖم فكوا ِم نۡ َ�ا َوأط ِع ُموا ٱل َبا ِٕٮ َس ٱلف ِق ي‬
Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerja-
kan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh, agar mereka menyaksikan berbagai manfaat
bagi mereka, dan agar mereka menyebut Nama Allah pada hari-
hari yang telah ditentukan, atau rizki yang telah Allah berikan
kepada mereka.” (Al-Hajj:27-28)

-70-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Allah juga berfirman,
ۡ ُّ ِ َّ َ َ َّ َ ۗ ً۬ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َۖ َ ۡ ُ َ َّ ٌ۬ ٰ َ ّ َ ُۢ ٰ َ َ
‫ح ٱل َب ۡي ِت َم ِن‬ ‫اس ج‬
ِ ‫امنا َو ِل ِل عل ٱلن‬ ِ ‫ِيه ءايـت ب ِينـت م ۬ۚقام ِإ ب� ِه ي� ومن دخل ۥ كن ء‬
‫ي‬ َ َّ ‫يال َو َمن َك َف َر َفإ َّن‬
َ�‫ٱلل َغ ن ٌّ� َعن ۡٱل َع ٰـ ِل ن‬ ً َ َۡ َ َ َ ۡ
‫ٱستطاع ِإلي ِه س ِب‬
ِ ِ ِ
Artinya: “Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah
adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang-
orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsia-
pa mengingkari (kewajiban haji), maka ketahuilah bahwa Allah
Mahakaya (tidak memerlukan suatu) dari seluruh alam.” (Ali Im-
ran:97)
Haji termasuk rukun islam, dari Ibnu Umar bahwa Rasulul-
lah bersabda, “Islam dibangun atas lima fondasi: (Yaitu) bersak-
si bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji ke baitullah, dan puasa (dibulan) Ramad-
han.”
Juga dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda,
“Umrah ke umrah lainnya adalah penghapus dosa diantara
keduanya, dan haji mabrur tiada lain balasannya kecuali surga.”
Juga dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, “Iringi-
lah antara haji dan umrah, karena keduanya akan menghilangkan
dosa dan kefakiran sebagaimana ubub (alat tiup tungku pandai
besi) menghilangkan karat besi, emas dan perak, dan haji yang
mabrur tidak ada balasannya melainkan surge.”
Ibnu as-Sunni meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata,
“Seorang anak datang kepada Nabi, lalu berkata, ‘Aku ingin ber-
haji. ‘Dia pun berjalan bersama Rasulullah. Lalu beliau bersabda,
‘Wahai anak kecil, semoga Allah membekalimu dengan takwa,
mengarahkanmu kepada kebaikan, dan memenuhi hasratmu. ‘Ke-
tika anak itu kembali kepada Nabi, beliau bersabda, ‘Wahai anak
kecil, semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu, dan
menggantikan biaya yang telah kamu keluarkan.”
Inilah pendidikan yang sebenarnya-semoga Allah melimpah-
lan shalawat dan salam kepadanya-, beliau peduli terhadap pen-
gajaran bagi anak, memperhatikan haji dan menanamkannya di
hati mereka dan mendoakan agar haji mereka diterima. Semua

-71-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
itu menunjukkan perhatian Nabi terhadap pengajaran haji bagi
anak-anak.
Al-Bukhari, Ahmad, dan at-Tirmidzi dan dia menshahih-
kan-nya meriwayatkan dari as-Sa’ib bin Yazid, dia berkata, “Aku
diajak menunaikan haji bersama Rasulullah dalam haji Wada’,
‘ketika aku berumur tujuh tahun.”
An-Nasa’I meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, Ra-
sulullah bersabda, “Jihadnya yang sudah tua, anak kecil, orang
lemah, dan wanita adalah haji dan umrah.”
Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Rasulullah bertemu kafifah di Rau-
ha, beliau bertanya, ‘Siapa kalian?’ Mereka menjawab, ‘Orang-
orang Islam.’ Merekapun bertanya, ‘Siapa engkau?’ Beliau men-
jawab, ‘Rasulullah. ‘Maka seorang wanita mengangkat anaknya,
lalu berkata, ‘Sahkah hai (anak) ini?’ Beliau menjawab, ‘Ya, dan
kamu akan mendapatkan pahala’.

-72-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Dialog oaring tua mengenai haji dan umrah kepada anak:
Anak : “Ummi, kenapa sih Ayah dan Ummi
belum pergi haji?”
bu : “ Haji itu memenag wajib..tapi bagi
orang yang mampu.”
Anak : “Ooo jadi kita masih belum mampu
ya?”
Ibu : “Makanya Ibu dan Ayah menabung
untuk menjadi mampu berhaji.”
Anak : “Kalau begitu, Adek akan selalu ber
doa agar Ayah dan Ibu bisa pergi haji.”
Ibu : “ Aamiin…”

Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas


dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa orang tua memberi pengenalan tentang ibadah
haji dan Umrah?
a Agar anak dapat memahami haji dan umrah
b. Agar anak dapat membedakan haji dan umrah
c. Anatara haji dan umrah merupaka ibadah
d. a,b,c semua benar
2. apakah manfaatnya anak dibawah haji atau umrah
a. agar anak lebih mengenal Islam
b.agar anak terbiasa dengan ibadah
c. dengan haji dan umrah dapat menanamkan rasa cin
tanya kepada Baitullah.
d. A,b,c benar semua

-73-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
P. Kegiatan Belajar 18
MENGAJARKAN PENTINGNYA HARI ARAFAH
KEPADA ANAK
Capaian pembelajaran:
Pada capaian pembelajaran kali ini diharapkan orang tua
dapat mengajarkan kepada anak dan memberi penjelasan akan
pentingnya hari Arafah yang merupakan salah satu ibadah haji.

Pokok Materi:
1. Q.S Ath Thur: 21
2. Q.S. Al-Haj :27
3. H.R Imam Abu Dawud
4. H. R Bukhari

Uraian Materi:
Hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahun
merupakan salah satu hari yang paling utama sepanjang tahun.
Bahkan dalam madzhab Syâfi’i disebutkan bahwa jika ada orang
yang mengatakan, ‘Isteri saya jatuh talak pada hari paling utama’,
maka talak tersebut jatuh pada hari Arafah. Adapun Keistime-
waan hari ini berdasarkan pada dalil umum dan khusus. Dalil
umum yaitu hadits Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa,
ُ َ ْ‫أَ َّ ْ َ ش‬ َ ‫الل م ْن‬ َّ َ ُّ َ َ َّ ُ ِ َّ ُ َ َ ْ َّ َ ْ َ
�‫ َ ي‬:‫ فقالوا‬.» � ِ َّ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ِ �‫ي‬ ‫ال‬ ‫ه‬ِ ‫ذ‬ِ ‫ه‬ ِ ِ ‫ما ِمن أ ي� ٍم العمل الصال ِف ي ِ�ن أحب ِإل‬
َ‫الل إ َّال َر ُج ٌل َخ َرج‬ ‫َّ َ َ َ َ ْ َ ُ ف‬ ‫َ ُ َ َّ َ َ ْ ف‬
َ
ِ ِ ‫الهاد ِ� س ِب ِيل‬ ‫وال ِج‬:‫الل ؟ قال‬ ِ ‫ال َه ُاد ِ� َس ِب ِيل‬
‫الل وال ج‬
ِ ‫رسول‬
َْ ‫َ ْ َ َ َ َ ْ ِ َ ْ ْ ْ َ َ ش‬
‫ال فل ي� ِجع ِمن ذ ِلك ِب� ٍء‬ ِ ِ ‫”بنف ِس ِه وم‬.ِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalam-
nya lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada hari–hari yang
sepuluh ini”. Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan
Allâh ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak juga
jihad di jalan Allâh, kecuali orang yang keluar mempertaruhkan
jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatupun.” (HR
al-Bukhâri no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafazh ini adalah

-74-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
lafazh riwayat at-Tirmidzi)
Maksud dari hadist diatas adalah sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah yang merupakan rangkaian hari paling utama sepan-
jang tahun. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menga-
takan, “Siang hari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih
utama daripada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhân, dan
malam sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama daripada
malam sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Hadits ini juga menun-
jukkan disyariatkan memperbanyak amal saleh di sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah, dan hari Arafah termasuk di dalam-
nya. Adapun dalil khusus yang menunjukkan keistimewaan hari
Arafah di antaranya adalah sebagai berikut;
Ibunda kaum mukminin, Aisyah Radhiyallahu anhuma meri-
wayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ُ ُ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ َْ َ
�َّ ‫ َو ِإن ُه ل َي ْدنو ث‬،‫الن ِار ِم ْن َي ْو ِم َع َرفة‬
َّ ‫الل فيه َع ْب ًدا م َن‬
ِ ِ ِ ُ َ ‫َما ِم ْن َي ْو ٍم أ ك ث َ� ِم ْن أن ُي ْع ِتق‬
َ ُ ُ َ َ َ َ َْ ُ
‫ َما أ َر َاد َه ُؤال ِء ؟‬:‫الال ِئكة ف َيقول‬ ‫ُي َب ِاه ِب ِ�م‬
Artinya: “Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla mem-
bebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah,
dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di de-
pan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR.
Muslim no. 1348)

Maksud dari hadist ini adalah, tidak ada yang mendorong


seseorang untuk meninggalkan negeri, keluarga dan kenikmatan
mereka (untuk menunaikan ibadah haji) kecuali ketaatan kepada
Allâh Azza wa Jalla dan pencarian ridhanya. Dan adapun doa di
hari Arafah merupakan doa terbaik. Sebagaimana Abdullah bin
Amr Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alai-
hi wa sallam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

َّ َ َ ‫الدعاء ُد ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ ن‬
ُ ‫النب ُّي ْو َن ِم ْن َق ْب ْل َال إ َهل إ َّال‬ ُّ �ُ ْ ‫َخ‬
‫الهل‬ ِ ِ ‫ َوخ ي� ما قلت أ َ� و ُ ّ ِ َ َ ِ ي‬،‫عاء ي َو ِم ع َ ْرف ُة‬ ِ ‫ي‬
ْ‫احل ْم ُد َو ُه َو َعل ِك ش ي‬
ٌ�‫� ٍء ق ِد ْ ي‬ ُ ‫َو ْح َد ُه َال شَ� ْي َك َ ُل ُل‬
َ ‫امللك َو ُل‬
ِ
Artinya: Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan se-
baik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan

-75-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
adalah La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wala-
hul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.” (HR. at-Tirmidzi no.
3585)

Adapun wukuf Di Arafah Merupakan Rukun Haji Yang Pal-


ing Pokok. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditan-
ya oleh sekelompok orang dari Nejed tentang haji, maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
َُ َْ
‫ال ُّج َع َرفة‬
Artinya: “Haji itu adalah Arafah”. [HR. at-Tirmidzi no. 889)

Maksud hadits ini adalah bahwa wukuf di Arafah merupakan


tiang haji dan rukunnya yang terpenting. Barang siapa mening-
galkannya, maka hajinya batal, dan barangsiapa melakukannya,
maka telah aman hajinya.

Puasa di hari Arafah juga memiliki keutamaan yang besar,


puasa sehari ini menghapuskan dosa dua tahun, sebagaimana di-
jelaskan dalam hadits Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َّ َ َّ َ ُ َ ْ َ ‫َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ ُ َ ّ َ َّ َ َ َّ ت‬
‫الس َنة ال ِ ت� َب ْع َد ُه‬‫الل أن يك ِفر السنة ال ِ� قبل و‬ ِ ‫ِصيام يو ِم عرفة أحت ِسب عل‬
Artinya: “Puasa hari Arafah aku harapkan dari Allâh bisa
menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahn-
ya. (HR. Muslim no. 1162)
Dialog orang tua menjelaskan pentingnya hari Arafah:
Anak : “Ibu…apa sih…hari Arafah itu.?”
Ibu : “ Hari Arafah adalah hari ke 9 bulan
Dzulhijjah.”
Anak : ”Mengapa hari Arafah juga termasuk
hari yang istimewa.?”
Ibu : “Karena hari Arafah merupakan ba
gian dari ibadah. Pada hari itu banyak
umat muslim yang melakukan puasa

-76-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
agar menambah pahala dan ampunan
Allah Swt.”
Anak : “Kalau begitu jika hari Arafah tiba..ka
kak mau puasa seperti ibu puasa pada
hari Arafah.”
Ibu : “ Anak hebat. Semoga jadi anak sole
hah ya sayang…”


Test Formatif
Jawablah soal-soal di bawah ini berdasarkan bacaan di atas
dengan memilih jawaban-jawaban yang benar:
1. Mengapa kita perlu mengajarkan tentang Hari Arafah
kepada
anak?
a. Supaya anak mengetahui hikmah hari arafah
b. Supaya anak mengenal amalan ibadah haji
c. Supaya melatih anak untuk beribadah di hari arafah
d. Semua jawaban benar
2. Apa saja bentuk ibadah yang dianjurkan di hari arafah?
a. Puasa
b. Salat
c. Zakat
d. Semua benar.

-77-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

-78-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

DAFTAR PUSTAKA
Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Jakarta: Darul
Haq, 2019
Ali, Yunasril, Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, Jakarta:
Zaman, 2012
Ath-Thahir, Hamid Ahmad, Kisah-kisah Dalam Al-Qur’an Un-
tuk Anak, Bandung: Irsyad Baitussalam, 2012
Ar-Ramadi, Amani, Menanamkan Iman Kepada Anak: Jakarta:
Istabul, 2017
Amir, Najib Khalid, Mendidik Cara Nabi Saw, terj. M. Iqbal
Haetami, Bandung: Pustaka Hidayah,2002
Armayanti, Raisah dan Masganti, Model parenting Islami pada
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, Medan, Perdana Publishing,
2019
An-Naisaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedia
Hadist Shahih Muslim, Jakarta:Almahira, 2012
Bassya, Hasan Syamsi, Kaifa Turabbi Abna’aka fi Hadza al-
zaman, diterjemahkan oleh mohammad Zainal Arifin dengan
judul: Mendidik Anak Zaman Kita, Jakarta: Zaman, 2011
Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Al-Lu’Lu’ Wal Marjan, Jakar-
ta, Pustaka Assunnah, 2008
Chomaria, Nurul, Ayah, Ibu Ajari Aku Puasa, Jakarta: Gema
Insani, 2013
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Mizan Me-
dia Utama, 2010
Hafsah, Pengembangan Beribadah Anak Usia Dini, Medan, Per-

-79-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
dana Publising, 2016.
Hayati, Metode Melatih Anak Berpuasa Bagi Pemula, Jurnal
PAUD, vol. 5 No. 1, 2016
Hornby, A S, Oxford Advanced Leraner’s Dictionary of Current
English, New York: Oxford University Press, 2005
https://almanhaj.or.id/9630-keutamaan-hari-arafah.html,
diakses pada tanggal 7 Mei 2020.
Jalal, Abdul Fatah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Bandung: Di-
ponogoro, 1988
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT: Raja Grafindo, 1998
Kurniawan, Andree Tiono, Perkembangan Jiwa Agama Anak,
Jurnal Elementary, Jurnal Humaniora, Vol 1no. 1, 2015
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Muhammad, Abu Abdullah bin Ismail al-Bukhari, Ensiklope-
dia Hadist, Shahih Al-Bukhari, Jakarta: Almahira, 2012
Prayitno, Irwan, Membangun Potensi Anak Tugas Dan Perkembn-
agn Pendidikan Anak Dan Anak Sholeh, Jakarta: Pustaka Tartibua-
na, 2003
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000
Quthb, Muhammad Ali, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan
Islam, Bandung: Cv. Diponogoro, 1993
Rahman, Jamaal Abdur, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasu-
lullah, Bandung: Irysad Baitus Salam, 2005
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensin-
do, 2014
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2018
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Kesera-
sian Al-Qur’an Vol 15, Jakarta Lentera Hati, 2002
Sit, Masganti, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta:
Kencana, 2017
Psikologi Agama, Medan: IAIN Press, 2000
Shofi, Ummi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar: Kiat-Kiata
Mendidik Ala Rasulullah, Surakarta: Afrah Publising, 2017

-80-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Grafindo Persada, 1997
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo, 2011
Surya, Muhammad, Bina Keluarga, Semarang: Cv. Aneka Ilmu,
2001
Suradi, Ahmad, Sistem Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Kon-
sep Islam, Al-Athfal, Vol. 4 No. 1. 2018.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz, Prophetic Parenting,
Yogyakarta: Pro-U Media, 2009.
Sudjana, Djudju, Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan sejarah
Perkembangan Filsafah dan Teori Pendukung Asas, Bandung: Falah
Production, 2010
Sulaiman, Abu Dawud, Ensiklopedia Hadist Sunan Abu Dawud,
Jakarta: Almahira, 2013
Sumanti, Solihah Titin, Dasar-Dasar Materi Pendidikan Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Band-
ung: Remaja Rosdakarya, 1992 Pustaka Pelajar, 1996
Toha, Chabib, Kapita Selecta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pus-
taka Pelajar, 1996
Tuasikal, Muhammad Abduh, Materi Parenting Fikih Puasa un-
tuk Anak, Yogyakarta: Rumaysho, 2020.
Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakar-
ta: Pustaka Amani, 1995
Undang-Undang RI Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun
1997, Surabaya : Media Center, 2006
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Penjelasanya, Semarang:Aneka Ilmu, 1992
Yasin, A. Fattah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang:
UIN Malang Press, 2008.

-81-
Modul: Pendidikan Ibadah Anak Usia Dini

-82-

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai