Anda di halaman 1dari 9

Nama : Izza Ulfa Dwiyanti

Kelas : 3A/TPHP
NIM : 3202006036
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia (Menyadur Novel)

AZZAHRA
(Widya Arrahma)

Azzahra Al Ghifary, seorang penulis yang berusia 20 tahun. Hari ini ia berulang tahun
tepat yang ke 20 tahun. Dihari spesialnya, ia mendapatkan kado, yaitu sebuah kabar bahagia,
bahwa buku terbitannya sudah terjual lebih dari 300 buah. Namun alih-alih bahagia yang ia
dapat, melainkan sebuah tamparan dan siksaan dari kedua orang tuanya. Azzahra tinggal
dengan orang tuanya. Ia memiliki adik yang juga mengikuti jejaknya sebagai seorang penulis,
namun nasib sang adik tidak seperti dirinya. Hal inilah yang membuat kedua orang tua
Azzahra menjadi benci kepadanya. Si ayah marah besar, karena Zahra memajang buku dan
piagamnya di bupet samping kamar Zahra sendiri. Ayahnya beranggapan bahwa Zahra
sengaja menaruhnya dengan maksud meledek atau meremehkan adiknya yang belum bisa
seperti dirinya.
Akhirnya sang ibu pun murka dan mengambil semua buku dan piagam milik Zahra
untuk di bakarnya. Sang ibupun mengambil kertas yang diduga itu adalah dokumen penting,
dan melemparkannya kepada Zahra, dan memberi tahukan bahwa Zahra bukanlah anak
kandung dari pasangan suami istri itu. Zahra terduduk lemas dengan sebuah isakan yang terus
keluar dari bibirnya. Ia tidak menyangka bahwa ia bukanlah anak kandung dari orang tua nya
yang sudah membesarkannya selama 20 tahun dengan kekerasan yang selalu ia dapatkan.
Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia mengambil kertas itu dan pergi ke kamarnya untuk
mengemasi barang-barang nya untuk pergi menuju rumah orang tua kandungnya.
Zahra Kembali mengusap air matanya yang terus keluar, mengingat semua kejadian
dirumah ini. Rumah masa kecilnya, dimana rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang
karena terdapat kehangatan keluarga didalam nya, namun berbeda dengan rumah yang
ditempati olehnya yang penuh dengan amarah kepadanya. Zahra sedang menunggu ojek
online yang di pesan nya untuk menuju kediaman orang tua kandung nya. Sesekali ia melihat
alamat yang diberikan oleh ibu angkat nya.
Aditya Al Ghifary
Jl. Pramuka No. 11 Pekalongan
Tidak lama ojek pesanannya datang, dan segera ia pergi menuju stasiun kereta api untuk
kerumah orang tua kandungnya.
3 jam waktu yang ditempuh oleh Zahra dari kota masa kecilnya. Kini ia sudah ada di
depan sebuah rumah dengan nuansa bewarna cokelat muda berlantai 2 yang didepannya
terdapat taman kecil dan air mancur, serta garasi yang terbuka dengan menampakkan 2 buah
mobil dan 3 unit motor terparkir rapi disana. Zahra pun mulai masuk dan mengetuk pintu
rumah itu. Tidak lama keluarlah seorang wanita paruh baya yang diduga adalah asisten rumah
tangga yang bekerja disana. Ia menanyakan tujuan kedatangan Zahra, dan memanggilkan
tuan dan nyonya nya dengan menyuruh Zahra menunggu di ruang tamu.
15 menit kemudian, keluarlah seorang wanita datang dan menghampiri Zahra. Ia
adalah Fatim istri dari Aditya Al Ghifary. Fatim menanyakan keperluan Zahra datang ke
rumahnya dengan mencari suaminya. Zahra pun memberikan sebuah map yang berisi kan
kertas yang diberikan oleh ibu angkat nya, dan Fatim menerimanya. Fatim tekejut dengan isi
didalam map itu. Ia membacanya dan melihat ke arah Zahra. Fatim menanyakan kebenaran
itu kepada Zahra. Apakah yang berdiri di depannya adalah Azzahra Al Ghifary, Anak
kandung dari Aditya Al Ghifary. dan Zahra mengangguk dan membenarkan nya. Zahra
bertanya apakah Fatim adalah ibu kandungnya, dan Fatim menjawab bahwa ia bukanlah ibu
kandung dari Zahra. Fatim adalah istri kedua ayah kandungnya. Fatim menarik tangan Zahra
dan mengelusnya, seakan ia tahu bagaimana hancurnya seorang anak korban perceraian
kedua orang tuanya, dan bahkan Zahra belum pernah melihat bagaimana wajah dari orang tua
kandungnya.
Zahra menunggu kedatangan ayah kandungnya yang diceritakan oleh Fatim, bahwa
ayahnya bekerja mengurus sebuah caffe yang sekarang sudah memiliki 2 cabang. Tidak lama
suara motor terdengar, dan itu adalah ayah nya. Aditya menyuruh Zahra untuk masuk, Zahra
pun mengikuti ayahnya dari belakang dan duduk di ruang tamu, sedangkan ayahnya masuk
ke kamar menemui istrinya. Aditya menanyakan kepada Fatim akan kedatangan putrinya, dan
Fatim menjelaskannya. Namun Aditya merasa belum siap untuk menemui anaknya, karena
Azzahra bukan lah anak yang ia harapkan. Aditya meminta istrinya untuk membawa Zahra ke
kamar atas untuk beristirahat, dan akan menemuinya esok hari. Fatim pun melaksanakan
perintah suaminya itu.
Disisi lain seorang pria muda sedang menatap heran kearah Zahra yang sedang ada
dirumahnya, dan heran mengapa ayahnya seakan menghindari, namun ibunya bersikap
lembut kepada wanita yang ada dirumahya. Pria itu bernama Fahmi, anak dari Fatim dan
Aditya. Ia menanyakan kepada ibunya akan wanita yang ada di rumahnya. Dan ibunya pun
menjelaskan bahwa ia adalah anak dari pernikahan ayahnya dulu, yang sekarang menjadi
kakak nya. Fahmi pun merasa senang karena akhirnya ia memiliki saudara dan tidak lagi
menjadi anak tunggal.
Keesokan harinya, dipagi hari, keluarga Al Ghifary sedang melakukan rutunitas pagi,
yaitu sarapan bersama di meja makan. Tidak ada suara yang keluar selain dentingan sendok
dan garpu yang beradu diatas piring masing-masing. 15 menit setelahnya, mereka semua
sudah selesai dengan sarapannya. Tiba-tiba Aditya memandang ke arah Zahra dan
menanyakan nya, apakah Zahra sudah bertemu dengan ibu kandungnya. Zahra pun menjawab
ayahnya, dan Aditya menyuruh Fahmi untuk mengantarkan Zahra kerumah Aisyah, ibu
kandungnya, sebelum ia berangkat kuliah, dan diangguki oleh Fahmi.
Sesampainya dirumah Aisyah, Fahmi memencet bel rumah, dan menampak kan sosok
pria seumuran Fahmi, dan itu adalah Arvan, anak dari Aisyah dan suami nya yang sekarang.
Arvan terkejut dengan kedatangan Fahmi bersama seorang wanita, yang ia tahu bahwa Fahmi
tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Ia menanyakan kepada Fahmi siapa wanita di
sebelahnya, dan Fahmi tidak menjawab, melainkan menanyakan keberadaan ibunya Arvan.
Arvan pun memanggil kan ibunya, tak lama turunlah sosok wanita dengan pakaian seperti
wanita karir, dan ia menanyakan hal yang sama dengan pertanyaan Arvan. Namun tak lama
Zahra angkat bicara dan memperkenalkan nama nya. Namun Aisyah tidak mengenalnya.
Akhirnya Zahra memberikan map yang juga ia berikan kepada ayahnya. Aisyah pun
mengambil map itu dan membacanya. Betapa terkejutnya ia setelah membaca map itu. Ia
pun berdiri dari duduknya dan mengusir Zahra dari rumahnya. Zahra hanya tertunduk lemah
dan menangis. Aisyah pun mengusir Zahra dan pergi meninggalkan nya di ruang tamu. Tidak
lama kepergian ibunya, Arvan menanykan kebenaran kepada Fahmi bahwa Zahra adalah
kakaknya, dan Fahmi menganggukkan kepalanya.
Setelah kepergian Aisyah, Arvan mengelus kepala kakak nya yang ada di pelukan
Fahmi yang sedang menangis itu, dan berusaha untuk menenangkan nya. Melihat Zahra yang
menangis dan sedang sedih, Fahmi memutuskan untuk tidak masuk kuliah dan meminta izin
kepada dosen nya. Setelah bertukaran nomor HP dengan Arvan, Fahmi dan Zahra pamit
pergi, Fahmi berniat membawa kakak nya untuk pergi ke mall untuk sekedar menghilangkan
kesedihan kakak nya, namun ditolak oleh Zahra, dan Zahra meminta untuk pulang dan ingin
istirahat. Sesampai nya mereka di kediaman Al Ghifary, mereka disambut oleh Aditya dan
juga Fatim. Aditya terkejut, mengapa anak laki-laki nya tidak berangkat kuliah, melainkan
pulang ke rumah bersama Zahra. Ia marah pada Fahmi. Dilain sisi, Fatim yang melihat Zahra
sedang bersedih, langsung menyuruh nya untuk segera pergi ke kamar nya untuk langsung
istirahat.
Fahmi menjelaskan kepada kedua orang tua nya mengenai keadaan nya yang tidak
pergi kuliah, dan keadaan Zahra yang diusir oleh ibu kandung nya. Di sisi lain, dikamarnya,
Zahra masih menangis dengan meratapi keadaan nya. Ia bermonolog sendiri, mengapa
kehadiran nya sama sekali tidak di inginkan oleh siapapun, termasuk oleh orang tua
kandungnya sendiri. Malam harinya, disaat ingin turun ke bawah, Zahra tidak sengaja
mendengar pembicaraan Fahmi dan ayahnya. Aditya menjelaskan masa lalunya kepada anak
laki-laki nya, karena selalu di desak oleh Fahmi yang selalu ingin tahu, apalagi melihat kakak
nya yang tidak diperlakukan dengan baik oleh orang tua kandungnya sendiri. Aditya
mengatakan bahwa kehadiran Zahra sama sekali tidak diinginkan. Adytia dan Aisyah
menikah karena unsur perjodohan dan tidak adanya dasar cinta. Namun lagi lagi Fahmi
bertanya, dan dicegah oleh sang ayah, karena belum waktun nya untuk ia mengetahui
segalanya.
Di balik dinding, Zahra kembali menangis setelah mendengar pembicaraan ayahnya
dan adik tirinya itu. Mengapa ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang
tulus dari orang tua kandungnya. Keesokan harinya, setelah melakukan sarapan, Aditya
membuka suara, dan bertanya kepada Zahra, mengapa sang anak tidak melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi. Zahra pun menjawab bahwa saat ia bersama orang tua angkat
nya, ia yang menjadi tulang punggung keluarga, dan tidak melanjutkan pendidikan. Namun
Aditya menatap Zahra dengan tatapan meremehkan. Mengapa Zahra tidak mengambil
beasiswa seperti Fahmi, namun dijawab oleh Zahra, bahwa ia dulu mendapatkan beasiswa, di
dua Universitas sekaligus, namun orang tua angkatnya melarangnya, dengan alasan, siapa
yang akan mencari uang, jika ia kuliah. Jadilah Zahra bekerja sebagai buruh pabrik dan
sebagai seorang penulis.
Melihat sang suami yang sedang naik pitam dengan jawaban Zahra, Fatim
memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Zahra untuk mengelola Caffe milik
keluarganya. Namun ditolak oleh Aditya, dengan alasan Zahra tidak ada keahlihan di dunia
bisnis. Namun tidak sampai disitu, Fatim kembali meyakinkan suaminya, untuk memberikan
kesempatan kepada anak perempuan nya itu. Dengan berat hati, Aditya memberikan
kesempatan kepada Zahra dengan mengelola caffe cabang dalam waktu 3 bulan untuk
menaikkan omset nya. Fatim pun tersenyum dengan suaminya, yang mendapatkan tatapan
tajam dari suaminya itu.
Pagi harinya, Zahra sedang ada dimobil bersama dengan Fatim untuk menuju caffe,
sengaja Fatim mengajak Zahra lebih awal, karena ingin memperkenalkan nya dengan
karyawan lain nya. Setelah melakukan perkenalan, Fatim pamit pulang, meninggalkan Zahra
sendiri dengan karyawan lain nya agar mereka bisa saling mengenal satu sama lain.
Satu bulan dilewati Zahra dalam mengelola caffe, belum menunjukkan perubahan
yang jelas. Ia memikirkan bagaimana caranya menaikkan omset caffe dalam waktu 2 bulan
yang tersisa. Ia pulang kerumah, dan mendapatkan pertanyaan dari sang ayah yang
meremehkan nya bahwa Zahra tidak bisa mengelola caffe dengan baik. Zahra naik ke
kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Setelah melakukan kewajiban nya sebagai seorang
muslim, ia kembali menduduk kan tubuhnya di balkon kamar nya, dan membuka akun
Instagram nya. Ia melihat dekorasi caffe yang menarik dikalangan anak milenial sekarang ini,
dan ia memutuskan untuk membahasnya bersama karyawan nya besok pagi di caffe sebelum
buka.
Setelah Zahra melakukan rapat kecil bersama karyawan nya di caffe, ia memutuskan
untuk melaksanakan sholat dhuha bersama karyawan lain nya. Tindakan ini mulai diterapkan
oleh Zahra kepada karyawan caffe sebelum membuka caffe, dan sangat disetujui oleh
karyawan lain nya. Beberapa minggu setelah nya, Zahra merenovasi caffe nya, dan
sementara waktu caffe ia alihkan pada stand pasar malam dan di bantu oleh adik nya Fahmi,
Arvan dan Arvin. Tak ia sangka pendapatan di stand lebih banyak dari pendapatan nya di
caffe. Satu ketika, datang seorang lelaki yang diduga adalah sepupu dari Fahmi dan tidak
menutup kemungkinan itu juga sepupu dari Zahra, bernama Raka. Raka yang tidak
mengetahui Zahra adalah sepupunya dan anak dari om nya Aditya pun, menuduh Fahmi
berpacaran dengan yang bukan mahrom nya, dan mengancam Fahmi untuk melaporkan nya
kepada nenek dan kakek nya.
Mendengar akan dilaporkan kepada nenek dan kakek nya, Fahmi yang di tuduh pun
memberi tahu abang sepupunya, bahwa Zahra adalah kakak nya, dan juga sepupunya, yang
berarti cucu dari nenek dan kakek nya. Mendengar penjelasan dari Fahmi, Raka terdiam
sejenak, kemudian berpamitan kepada Fahmi dan Zahra untuk pulang, dan memberitahukan
nya kepada nenek dan kakek nya. Kehadiran Zahra sangat di tunggu- tunggu oleh kakek dan
nenek nya. Hal ini lah yang membuat hubungan Adytia dan ayah nya memburuk, lantaran
Aditya dan Aisyah memberikan Zahra kepada orang lain. Sesampainya Raka dirumah, ia
memberi tahukan kepada nenek dan kakek nya bahwa Zahra, cucu nya sudah Kembali. Dan
kabar ini sangat membuat sepasang suami istri paru baya ini sangat terharu mendengar
cucunya sudah kembali. Mereka menyuruh Fahmi untuk membawa Zahra kerumah nya. Dan
keberuntungan berpihak pada Fahmi, sesampainya mereka di rumah nenek dan kakek nya,
mereka sudah tertidur, dan memutuskan untuk pulang kerumah ayahnya. Disatu sisi, Fahmi
dan Zahra sedang takut akan ayahnya.
Sesampainya mereka dirumah, Aditya menyambut dengan tatapan penuh amarah, ia
lepas kendali dan menampar Zahra dengan sangat kuat, sehingga Zahra tersungkur dan
mimisan, yang membuat Fahmi dan Fatim merasa sangat khawatir.
Keesokan harinya, dikediaman kakek dan nenek nya, Raka sedang menyiapkan mobil,
untuk mengantarkan nenek dan kakek nya ke rumah om nya, untuk bertemu dengan Zahra. Di
lain tempat, Fahmi mendapatkan telepon dari sang ayah Aditya, yang menyuruhnya untuk
cepat pulang bersama Zahra. Hal yang ditakutkan kedua nya pun terjadi. Dengan pasrah,
mereka berdua pulang kerumah, dan benar saja, di depan rumah terparikir dengan rapih mobil
milik Raka. Mereka masuk dengan kepala menunduk, dan Zahra mendapatkan tatapan tajam
dari sang ayah. Zahra mengalami kecapean, dan ia menderita sakit PSTD (Post Traumatic
Stressdisorder), yaitu gangguang kejiwaan pada orang yang mengalami trauma. Zahra telah
mengalami kekerasan dari ia masih kecil. Hal ini yang membuat Zahra mengidap penyakit
PSTD. Zahra yang takut akan tatapan sang ayah, sakit dikepalanya kembali menyerang, dan
menyebabkan ia kembali mimisan. Melihat Zahra yang mimisan sontak membuat keluarga itu
panik, terkecuali Aditya sang ayah. Tak lama kemudian si kembar Arvan dan Arvin, adik
Zahra itu pun yang melihatnya, dan mengetahui akan penyakit kakak nya, sontak membawa
Zahra ingin pergi ke rumah sakit. Namun dicegah oleh sang kakek, karena tidak mengenali si
kembar.
Setelah menjelaskan siapa si kembar, mereka membawa Zahra ke rumah sakit.
Setelah itu Zahra sadar, dan ia menyadari bahwa ia sedang berada di rumah sakit. Ia melihat
adik adiknya serta Raka sepupunya ada di dalam ruangan itu. Melihat Zahra sudah sadar,
Zahra meminta untuk pulang, karena ia bosan dengan rumah sakit. Namun di cegah oleh
adiknya, bukan Zahra namanya jika tidak keras kepala, akhirnya sang adik pergi menemui
dokter, untuk meminta izin pulang, namun Zahra belum bisa pulang sekarang, melainkan
nanti sore baru ia akan diperbolehkan pulang. Zahra pun pasrah. Melihat gerak gerik Zahra
yang sedang memikirkan sesuatu, Raka pun bersuara, ia mengatakan bahwa om nya sedang
di sidang oleh kakek dan nenek nya, seakan ia tahu apa yang sedang dipikrkan oleh Zahra.
Dilain tempat, masih dikediaman Aditya, orang tuanya sedang marah kepadanya,
lantaran ia memperlakukan Zahra dengan tidak baik. Mereka memutuskan akan membawa
Zahra tinggal bersama nya jika Aditya masih memperlakukan Zahra dengan tidak baik.
Mendengar perkataan mertuanya itu, Fatim menolak, ia tidak mau anak sambungnya itu
tinggal bersama mertuanya. Ia sudah menganggap Zahra seperti anak kandungnya sendiri.
Namun hal itu tidak bisa diganggu gugat, Zahra tetap akan tinggal bersama nenek dan
kakeknya.
Suatu Ketika Zahra sedang berjalan di mall dengan keluarganya, ada keluarga ayah
dan ibu kandungnya, serta pasangan mereka masing-masing serta adik adik Zahra. Namun
bukan bahagia yang Zahra dapatkan, melainkan kesedihan yang ia dapatkan, karena
keberadan nya sama sekali tidak di anggap di kedua keluarga itu. Zahra memutuskan untuk
pergi dari tempat itu, dan meuju taman. Ia menangis di sana. Namun tiba-tiba Raka datang
dan melihat seorang wanita yang sedang menangis. Ia tak menyadari bahwa itu adalah Zahra.
Sesampainya di depan wanita itu, ia baru sadar bahwa itu adalah Zahra sepupunya. Zahra
yang terkejut dengan kedatangan pria itu pun sontak ia mengangkat kepalanya dan mendapati
Raka sedang berdiri di depannya. Raka pun bertanya akan keadaan Zahra, mengapa ia berada
di taman sendirian dan sedang menangis. Zahra pun menceritakan nya. Akhirnya Raka
memutuskan untuk membawa Zahra kerumah kakek dan neneknya, dan diangguki oleh
Zahra.
Sesampainya mereka di kediaman kakek dan nenek nya, mereka disambut oleh orang
tua Raka. Raka pun menanggilkan nenek dan kakek nya dan memberitahukan kedatangan
Zahra. Zahra memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan nenek nya. Dilain tempat Fahmi,
Arvan, dan Arvin menyadari keberadaan Zahra yang tidak lagi ada di sekitarnya. Mereka
memutuskan untuk menelpon kakak nya, dan menanyakan keberadaan kakak nya. Setelah
tersambung, Zahra memberitahukan bahwa dia berada di rumah kakek dan nenek nya, dan
ingin menenangkan diri sebentar disini.
Beberapa hari kedatangan Zahra dirumah nenek dan kakek nya, membuat Raka mulai
menyukai gadis itu, ya walaupun mereka sepupuan, mereka tidak ada hubungan darah, dan
sah- sah saja jika mereka bersama. Sampai satu ketika Zahra merasa rindu dengan ayahnya,
dan ia memimpikan ayahnya, bahwa sang ayah sedang sakit. Zahra meminta Raka untuk
mengantarkan nya kerumah ayahnya. sesampainya mereka di rumah Aditya, Zahra disambut
oleh sang ibu, yaitu Fatim. Ia menanyakan keberadaan ayahnya, dan Fatim yang tahu pun
menyuruhnya masuk. Sesampainya mereka di ruang keluarga, Aditya sedang duduk, dan
memperhatikan anak dan istrinya berjalan menuju ke arahnya. Rasa rindu dan bahagia sedang
dirasakan oleh Aditya. Ia sangat merindukan putrinya. Zahra pun langsung memeluk tubuh
sang ayah yang sedang tidak sehat.
Sore harinya, Zahra menemani ibu dan ayahnya periksa kedokter mengenai penyakit
sang ayah. Zahra yang tidak tahu mengenai penyakit sang ayah pun menanyakan nya kepada
dokter, dan dokterpun menjelaskan nya. Zahra yang sudah mengetahui penyakit sang ayah
pun merasa sangat sedih, lantaran sang ayah belum menemukan pendonor yang cocok untuk
jantungnya. Sampai disuatu hari, Zahra meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke suatu
tempat yang belum pernah ia kunjungi, dengan alasan ingin berlibur dan menenangkan
pikiran. Sang ayah pun memberikan izin kepada Zahra, mengingat selama ini ia telah
memperlakukan putrinya dengan buruk, dan keinginan Zahra yang ini akan diwujudkan nya
mengingat ia akan menebus semua rasa bersalahnya.
Satu bulan kepergian Zahra yang diketahui oleh orang tua nya bahwa Zahra sedang
berlibur. Dan dalam satu bulan ini pula Aditya sudah sembuh dari penyakitnya. Fahmi yang
merasa tidak enak dengan kata liburan yang dikatakan ayah nya pun, menanyakan kembali
pada sang ayah, dimana lokasi kakak nya yang sedang berlibur. Dengan ragu pun, Aditya
juga merasakan hal yang sama dengan Fahmi. Akhirnya mereka memutuskan kerumah orang
tua Adytia, untuk menanyakan keberadaan putrinya itu. Sesampainya mereka di sana, orang
tua Aditya pun juga menanykan keberadaan Zahra kepada mereka. Mereka mengira selama
ini Zahra tinggal kembali bersama orang tua kandungnya, namun mereka salah. Kedatangan
Aditya yang tidak disertai dengan Zahra pun sontak membuat sepasang suami istri paruh
baya itu khawatir. Dan mereka menunggu kedatangan Raka untuk meminta penjelasan.
Setelah Raka tiba, mereka langsung menanyakan kepada Raka akan keberadaan
Zahra. Raka yang sudah mengetahui semua nya pun hanya diam dan terduduk lesu. Ia
menatap tajam kearah Aditya, dan mengatakan bahwa Zahra sudah ada di suatu tempat yang
indah dan membuat Zahra tenang dan aman di sana. Aditya yang tidak mengetahui maksud
dari perkataan Raka pun meminta penjelasan kepada keponakan nya itu. Akhirnya Raka
membawa mereka ke tempat pemakaman, mereka semua heran, mengapa mereka dibawa ke
pemakaman, sementara mereka hanya ingin bertemu dengan Zahra. Sesampainya di depan
pusaran makam, betapa terkejutnya mereka semua, bahwa yang di batu nisan itu bertuliskan
nama Azzahra Al Ghifary Binti Aditya Al Ghifary. Mereka tidak percaya, dan menatap Raka
penuh tanya. Raka pun memberikan sebuah surat yang dititipkan oleh Zahra sebelum ia pergi
untuk selama lamanya.
Aditya yang membaca surat itu, sontak membuatnya tidak percaya, dimana, putri
yang tidak pernah mendapatkan kasih saying nya itu, mendonorkan jantungnya untuk sang
ayah. Dan saat ia ingin menebus semua rasa bersalahnya terhadap putrinya itu, Allah
berkehendak lain. Azzahra anaknya, telah tiada. Dan dia sangat menyesali semua nya. Aisyah
yang mengetahui nya pun sontak membuat nya hilang kesadaran, karena putri yang selama
ini tidak ia jaga, sudah pergi meninggalkan semuanya dengan penuh rasa bersalah.
Kepergian Zahra membuat semua orang disekitarnya merasa sangat kehilangan.
Terutama untuk ayah dan ibu kandungnya. Mereka sangat menyesal telah memperlakukan
Zahra dengan tidak baik, dan saat ingin menebus semua rasa bersalahnya, Zahra telah tiada,
dan meninggalkan mereka semua.
Tepat di hari kelahiran Zahra yang ke 22 tahun, Aditya, ayahnya mengunjungi makam
sang anak, ia menangis di pusaran makam anaknya. Ia belum bisa menerima kepergian sang
anak. Ia memeluk makam itu dengan memposisikan bahwa gundukan tanah itu adalah tubuh
sang putri. Ia mencurahkan semua isi hatinya pada makam Zahra, dan meminta maaf atas
kesaalahan nya. Setelah ia mencium nisan sang putri, ia pun kembali pulang ke rumah. Tidak
lama kepergian Aditya, Aisyah pun datang dengan membawa bunga untuk sang putri tercinta.
Ia melakukan hal yang sama dengan Aditya. Ia memeluk dan mencium nisan anaknya. Dan ia
menumpahkan segala isi hatinya pada sang anak. Ia berharap akan dipersatukan kembali
dengan sang anak di surga nya Allah. Selamat ulang tahun putrinya umi, jawabnya pada
makam sang anak.

Anda mungkin juga menyukai