Anda di halaman 1dari 206

IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN

KUNJUNGAN NARAPIDANA BERBASIS


ONLINE
(STUDI PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN LOWOKWARU
KELAS 1 MALANG)

SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

ERLYA AYU PRAMESTI


NIM. 165030101111072

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2020
TANDA PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 25 Mei 2020

Jam : 10.00 – 11.00 WIB

Skripsi Atas Nama : Erlya Ayu Pramesti

Judul : Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana


Berbasis Online (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Dan dinyatakan

LULUS

Majelis Penguji

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr. Ainul Hayat, S.Pd, M.SiAnita Tri Widiyawati, SS., MA


NIP. 197307132006041001 NIP. 2013048603222001

Penguji I Penguji II

Dr. Irwan Noor, M.A Nana Abdul Aziz, S.AP, M.AP


NIP. 196110241986011002 NIP. 198407132015041004
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judiil Implementasi Program Layman Kunjungan Narnpidana Berbasis


Online (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas I
Malang)

Disusun Oleh : Erlya Ayn Pramesti

NlM 165030101111072

Fakalta.s : Ilmu Administrasi

Jurusan : Administrasi Publik

Program Studi : llmu Adminisrasi Publik

Ma1ang, 15 Februari 2020

K.omisi Pembimbing,

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr. Ainul Hayat S.Pd.. Anita Tri Widvawati. SS. MA


M.SI
NIP l97307l32006041001 NIP 2013048603222001
RINGKASAN

Erlya Ayu Pramesti, 2020. Implementasi Program Layanan Kunjungan


Narapidana Berbasis Online (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang). Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Ainul Hayat, S.Pd., M.Si., Anita
Tri Widiyawati, SS., MA. 175 hal + xii

Program layanan kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga


Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang merupakan sebuah program yang
dimulai pada awal tahun 2018. Program layanan kunjungan narapidana berbasis
online ini berfokus pada pemberian layanan yang memudahkan keluarga narapidana
saat melakukan pendaftaran kunjungan. Tujuan Penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program layanan kunjungan
narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,
(2) Mendeskripsikan dan menganalisis faktor penghambat implementasi program
layanan kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang. Program layanan kunjungan narapidana berbasis online
diharapkan mampu mempermudah antrean pengunjung. Tetapi, justru menemui
kendala dengan jumlah pengunjung yang relatif sedikit. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif yang mempelajari masalah dan menganalisis
menggunakan data yang diperoleh.
Hasil penelitian, terdiri dari 6 variabel yang menggunakan teori implementasi
kebijakan publik oleh Van Meter dan Van Horn. Pertama, memberikan fakta bahwa
program layanan kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang dibuat dengan tujuan sasaran keluarga narapidana dan
pedoman Standar Operasional Pegawai. Kedua, sumber daya teknologi telah
digunakan dengan baik dan sumber daya manusia dianggap kurang berpengalaman
dibidangnya. Ketiga, komunikasi antara pegawai dengan pengunjung belum berjalan
dengan baik. Keempat, karakteristik badan pelaksana telah dilakukan pembagian
tugas dan peran. Kelima, Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik dapat dilihat pada
keadaan di lapangan bahwa masih banyak keluarga narapidana yang belum paham
terkait layanan kunjungan online. Keenam, Sikap pelaksana yang belum
berpengalaman menimbulkan hambatan pada proses pelayanan kunjungan narapidana
berbasis online.
Program layanan kunjungan narapidana berbasis online masih menemui
beberapa kendala dalam pelaksanaanya, kendala tersebut dapat diminimalisir dengan
cara memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia, pemberian arahan saat
proses pelaksanaan sedang berlangsung, serta pemberian sosialisasi oleh pihak
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang kepada keluarga narapidana.

Kata Kunci: Implementasi, Program, Layanan Kunjungan Online

iii
SUMMARY

Erlya Ayu Pramesti, 2020. Implementation of Online Based Prisoner Visit


Service Program (A Case Study on Lowokwaru Class 1 Prison in Malang). Dr.
Ainul Hayat, S.Pd., M.Si., Anita Tri Widiyawati, SS., MA. Page 175 + xii

The online-based prisoner visiting service program at the Class 1 Prison in


Malang is a program that began in early 2018. The online-based prisoner visiting
service program focuses on providing services that make it easier for prisoners'
families when registering visits. The purpose of this study is (1) to describe and
analyze the implementation of an online-based prisoner visit service program at the
Lowokwaru Class 1 Prison in Malang, (2) to describe and analyze the inhibiting
factors of online-based prisoner service assistance programs at the Lowokwaru Class
1 Prison in Malang. Online based prisoner visit program is expected to make it easier
to queve. However, find a little visitor constrains. The research use descriptive
qualitative methods that study the problem and analyze from the many documents
obtained.
The results of the study, consisting of 6 variables. First, it provides the fact
that the online based prisoner visit service program at the Lowokwaru Class 1 Prison
in Malang is made with the aim of inmates' families and the Employee Operational
Standards guidelines. Second, technology resources have been used well and human
resources are considered less experienced in their fields. Third, communication
between employees and visitors has not gone well. Fourth, the characteristics of the
implementing agency have been done the division of tasks and roles. Fifth, the Social
and Political Economic Environment can be seen in the situation on the ground that
there are still many families of prisoners who do not understand about online visiting
services. Sixth, the attitude of inexperienced implementers raises obstacles in the
process of online-based prisoner visit services.
The online-based prisoner visit service program still encounters several
obstacles in its implementation, these constraints can be minimized by providing
training to human resources, providing guidance while the implementation process is
underway, and providing socialization by the Lowokwaru Class 1 Prison in Malang
to prosiners' families.

Keywords: Implementation, Program, Prisoner Visit Service Based Online

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online” Studi di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu

Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MD., Ph.D, selaku Ketua Jurusan

Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Adminitrasi Univeristas

Brawijaya.

3. Bapak Dr. Fadillah Amin, M.AP, Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Adminitrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya.

4. Bapak Dr. Ainul Hayat, S.Pd, M.Si dan Ibu Anita Tri Widiyawati, S.S.,

M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing

dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi.


v
5. Bapak Sukarna Trisna Amd.IP, SH selaku Kepala Seksi Registrasi

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang dan Bapak Dion

Kusuma selaku Staff Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ijin

penelitian serta membantu kelancaran penelitian ini.

6. Kedua orang tua serta adik yang telah memberikan doa dan dukungan

penuh selama proses pembuatan skripsi.

7. Teman-teman yang memberikan dukungan serta semangat yang

mendorong penulis menyelsaikan tugas akhir ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, April 2020

Erlya Ayu Pramesti

vi
DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI...........................................................................i


PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI............................................................ii
RINGKASAN..............................................................................................................iii
SUMMARY.................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................13
1.4 Kontribusi Penelitian..........................................................................................14
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................................................15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................17


2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................................17
2.2 Kebijakan Publik................................................................................................22
2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik.....................................................................22
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik................................................................24
2.2.3 Model-Model Implementasi Kebijakan.....................................................25
2.3 Implementasi Program.......................................................................................33
2.3.1 Pengertian Implementasi Program............................................................33
2.3.2 Tujuan Penilaian Program.........................................................................35
2.3.3 Unsur-Unsur Implementasi Program.........................................................36
2.3.4 Hambatan dalam Implementasi Program..................................................38
2.3.5 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Program................................39
2.4 Pelayanan Publik................................................................................................40
2.4.1 Pengertian Pelayanan Publik.....................................................................40
2.4.2 Prinsip Pelayanan Publik...........................................................................42
2.4.3 Asas-Asas Pelayanan Publik.....................................................................44
2.4.4 Jenis-Jenis Pelayanan Publik.....................................................................46
2.4.5 Standar Pelayanan Publik..........................................................................48
2.5 Electronic Government......................................................................................50
2.5.1 Pengertian Electronic Government...........................................................50
2.5.2 Tipe-Tipe Electronic Government.............................................................51
2.5.3 Manfaat dan Tujuan Electronic Government............................................56
2.5.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Electronic Government..............58

2.6 Kunjungan Narapidana Lembaga Pemasyarakatan............................................60


2.6.1 Lembaga Pemasyarakatan.........................................................................60
2.6.2 Pengertian Narapidana..............................................................................62
vii
2.6.3 Kunjungan.................................................................................................63

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................66


3.1 Jenis Penelitian...................................................................................................66
3.2 Fokus Penelitian.................................................................................................68
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................................69
3.4 Sumber Data.......................................................................................................70
3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................71
3.6 Instrumen Penelitian...........................................................................................75
3.7 Analisis Data......................................................................................................76
3.8 Uji Keabsahan Data............................................................................................80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................81


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................................81
4.1.1 Gambaran Umum LAPAS Lowokwaru Kelas 1 Malang.........................81
4.1.2 Struktur Organisasi LAPAS Lowokwaru Kelas 1 Malang........................84
4.1.3 Data Jumlah Narapidana LAPAS Lowokwaru Kelas 1 Malang................89
4.1.4 Aplikasi Kunjungan Online Lapas Lowokwaru Kelas 1 Malang..............91
4.2 Penyajian Data Penelitian..................................................................................93
4.2.1 Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis
Online........................................................................................................93
1. Standar dan Sasaran Kebijakan.............................................................94
2. Sumber Daya.......................................................................................106
3. Komunikasi Antarbadan Pelaksana.....................................................116
4. Karakteristik Badan Pelaksana............................................................121
5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik............................................126
6. Sikap Pelaksana...................................................................................133
4.2.2 Faktor Penghambat Implementasi Program Layanan Kunjungan
Narapidana Berbasis Online....................................................................139
1. Faktor Internal.....................................................................................139
2. Faktor Eksternal...................................................................................144
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................................147
4.3.1 Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis
Online......................................................................................................147
1. Standar dan Sasaran Kebijakan............................................................148
2. Sumber Daya........................................................................................150
3. Komunikasi Antarbadan Pelaksana......................................................152
4. Karakteristik Badan Pelaksana.............................................................154
5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik.............................................157
6. Sikap Pelaksana.....................................................................................158
4.3.2 Faktor Penghambat Implementasi Program Layanan Kunjungan

Narapidana Berbasis Online......................................................................161


1. Faktor Internal.......................................................................................161
2. Faktor Eksternal.....................................................................................163

BAB V PENUTUP...................................................................................................169
5.1 Kesimpulan......................................................................................................169
vii
5.2 Saran.................................................................................................................172

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................174
LAMPIRAN.............................................................................................................178
ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi Jumlah Data Kunjungan Keluarga Narapidana Th 2018-


2019
.....................................................................................................................
10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…...............................................................................19
Tabel 4.2 Temuan Realita...........................................................................................165
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kinerja Implementasi Kebijakan Publik Van Meter dan Van Horn......29
Gambar 3.1 Model Analisis Data Interaktif Miles Huberman...................................76
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang
...............................................................................................................
84
Gambar 4.2 Data Isi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang..........90
Gambar 4.3 SOP Pendaftaran Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi.................99
Gambar 4.4 Alur Layanan Kunjungan Warga Binaan Pemasyarakatan..................100
Gambar 4.5 Pengunjung Mendaftar dan Mengambil Nomor Antrian.....................100
Gambar 4.6 Pengunjung Menunggu Panggilan Nomor Antrian..............................101
Gambar 4.7 Penggeledahan Barang.........................................................................101
Gambar 4.8 Penggeledahan Badan..........................................................................102
Gambar 4.9 Proses Kunjungan................................................................................102
Gambar 4.10 Berita Suryamalang Aplikasi Kunjungan Online Lapas Lowokwaru .104
Gambar 4.11 Pengunjung Bertanya Kepada Pegawai...............................................113
Gambar 4.12 Login Pengunjung Kunjungan Online.................................................114
Gambar 4.13 SOP Pendaftaran Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi...............124
Gambar 4.14 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat per Responden............................131
Gambar 4.15 Pelayanan Kunjungan LAPAS.............................................................137
Gambar 4.16 Pengunjung Cetak Nomor Antrian Kunjungan Online........................138
xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara...............................................................177


Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian...........................................................181
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian....................................................182
Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing….....................................................183
Lampiran 5 Logbook Penelitian...................................................................185

Lampiran 6 Curriculum Vitae.......................................................................187

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi merupakan proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya

yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan

elektronik yang terbentuk karena adanya kemajuan teknologi di bidang

komunikasi. Pengaruh globalisasi dapat mencakup seluruh aspek kehidupan

masyarakat seperti permasalahan ekonomi, politik, dan sosial budaya. Kondisi

masyarakat yang seperti ini menuntut hadirnya pemerintah yang mampu

memenuhi berbagai tuntutan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan

mereka, terutama dalam mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya dari

pemerintah. Pemerintah harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

dan tuntutan masyarakat yang semakin beragam. Sehingga pada kondisi yang

semakin terbuka seperti ini pelayanan publik menjadi lebih transparan, efektif,

efisien, dan ekonomis.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, yang dimaksud pelayanan publik adalah Kegiatan atau rangkaian

1
2

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh pelayanan

publik. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pemenuhan

kebutuhan pelayanan publik merupakan tugas dari pemerintah. Di Negara-

negara berkembang dapat dilihat mutu pelayanan publik merupakan masalah

yang sering muncul, karena pada negara berkembang pada umumnya

permintaan akan pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk

memenuhinya sehingga pelayanan yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat kurang terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Menurut Ridwan dan Sudrajat (2009:19) pelayanan publik merupakan

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara

terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan dari masyarakat itu

sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

63/KEP/M.PAN/2003 Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Isu utama yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah menciptakan

pelayanan publik yang berkualitas. Adapun komponen standar pelayanan

sekurang-kurangnya meliputi dasar hukum, persyaratan berupa sistem,


3

mekanisme dan prosedur, jangka waktu penyelesaian, biaya atau tarif, produk

pelayanan seperti sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, kompetensi pelaksana

pengawasan internal, penanganan pengaduan seperti saran dan masukan,

jumlah pelaksana, jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

yang dilakukan sesuai dengan standar pelayanan, jaminan keamanan dan

keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman

yakni bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan evaluasi kinerja

pelaksana (Alfisyahrin, 2018:62). Kualitas pelayanan publik akan dirasakan

oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pemberian pelayanan kepada

masyarakat harus sesuai dengan asas-asas pelayanan. Asas-asas pelayanan

menurut (Keputusan MENPAN No. 63 Tahun 2003) dalam Atik dan Ratminto

(2005:19-20):

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.
4

c. Kondisonal

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisensi dan

efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan

harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan satu suku, ras,

agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

Penggunaan sistem informasi oleh pemerintah atau instansi dalam

segala bidang tugas dan fungsi pemerintah yang didalamnya terdiri dari

berbagai segi, seperti pemerintahan, tata usaha negara, pengurusan rumah

tangga negara dan pembangunan. Sistem informasi dalam praktek

pemerintahan diperuntukkan untuk keperluan pengambilan keputusan dari

suatu lembaga pemerintahan, dan karena peran pemerintahan berkaitan

dengan kepentingan publik maka segala sistem informasi yang dipergunakan

harus memenuhi syarat efisien, efektif, dan ekonomis.


5

Implementasi e-government di Indonesia didasarkan pada Instruksi

Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government. Berdasarkan regulasi tersebut dijelaskan

bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance)

dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya

kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Penerapan e-government

harus mencakup segala kebutuhan layanan publik.

Pekerjaan yang dahulu dilakukan secara manual dan membutuhkan

waktu yang lama, kini dengan bantuan teknologi internet dan sistem

komputerisasi yang canggih menjadikan pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat

diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat. Sistem online atau daringpun

semakin popular. Teknologi internet saat ini sudah dimanfaatkan diberbagai

bidang. Dibidang pemerintahan, pemanfaatan teknologi bersifat online dikenal

dengan sebutan Electronic Government atau E-Government. World Bank yang

dikutip oleh Indrajit (2002:2) mendefinisikan e-government sebagai berikut

“ E-Government refers to the use by government agencies of


information technologies (such a Wide Area Network, the Internet, and
mobile computing) that have the abbility to transform relations with
citizens, business, and other ar of government’’.

E-Government merujuk pada penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah (seperti: Wide Area, Network, Internet, dan Mobile computing)

yang memugkinkan pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan

masyarakat, dunia bisnis dan pihak lain yang berkepentingan. Negara


6

Indonesia merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi nilai Hukum dan

Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu bukti bahwa Indonesia merupakan

Negara yang menganut hukum yaitu didirikannya sebuah Lembaga

Kementrian yaitu Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau yang biasa

disebut dengan Kemenkumham. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44

Tahun 2015 Kemenkumham mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di

bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pemerintahan untuk membantu

Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Dalam pelaksanaannya, Kemenkumham memiliki unit pelaksana

teknis dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yaitu Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa Pemasyrakatan

adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan

bagian akhir dari sistem pemindanaan dalam tata peradilan pidana. Lembaga

Pemasyarakatan didirikan dengan tujuan agar membina Warga Binaan agar

menjadi Warga Negara yang lebih baik dan mampu menjalankan tugas serta

kewajiban sebagaimana menjadi warga negara yang baik. Adanya Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1

Ayat (2) “ Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan

batas serta tata cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan


7

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.” Penghuni Lembaga Pemasyarakatan yaitu

Warga Binaan Pemasyarakatan yang sudah berstatus Narapidana (Napi) dan

masih berstatus tahanan.

Lembaga Pemasyarakatan selain berperan sebagai Lembaga yang

membina Warga Binaan agar menjadi warga negara yang baik, Lembaga

Pemasyarakatan juga melaksanakan fungsi pelayanan publik terhadap

keluarga narapidana yang hendak mengunjungi Warga Binaan. Warga Binaan

mempunyai hak atas kunjungan keluarga, seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1995 Pasal 14 ayat 1 (h) “ Narapidana

berhak menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya”. Pelaksanaan tata kelola pemerintah terutama pelayanan kepada

masyarakat, sebuah instansi atau lembaga negara diharuskan mempermudah

layanan tersebut melalui sistem elektronik atau layanan berbasis Online.

Dalam penyelenggaraan kunjungan terhadap Narapidana, Lembaga

Pemasyarakatan memiliki alur serta syarat yang diberikan kepada keluarga

Narapidana. Pelaksanaan terkait pelayanan yang dilakukan oleh Lembaga

Pemasyarakatan tidak hanya diberikan kepada narapidana tetapi juga kepada


8

keluarga narapidana. Layanan berbasis online diharapkan pemerintah akan

mempercepat dan mempermudah proses pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat termasuk pada Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Seperti di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang telah menerapkan program

layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online. Keluarga Narapidana dapat

melakukan pendaftaran secara online dan mendapatkan nomor antrian untuk

kunjungan. Pendaftaran kunjungan narapidana berbasis online diharapkan

oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang dapat mengurangi antrian

panjang dan diharapkan dapat memberi dampak yang efektif dan efisien

dalam menjalankan pelayanan kunjungan.Kunjungan narapidana langsung

dilaksanakan oleh bagian registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1

Malang.

Keluarga Narapidana dapat melakukan pendaftaran serta registrasi

melalui website yang telah disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang. Setelah melakukan registrasi atau pendaftaran

secara online maka keluarga narapidana ketika melakukan kunjungan kepada

Warga Binaan tidak menjalankan antrian manual. Keluarga Warga Binaan

hanya melaksanaan tata tertib yang diberikan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan terkait dengan syarat untuk bisa masuk dan melakukan

kunjungan terhadap Warga Binaan.


9

Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat sebuah permasalahan

yang dianggap masih kerap terjadi antara keluarga Warga Binaan dengan

petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang, kurang pahamnya

keluarga narapidana terkait adanya sebuah sistem pelayanan baru yang

diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.

Keluarga Narapidana yang hendak mengunjungi Warga Binaan masih banyak

yang melakukan registrasi pendaftaran kunjungan secara manual. Sehingga

keluarga narapidana datang dan menunggu antrean yang panjang.

Permasalahan lain yang terjadi pada penggunaan kunjungan narapidana

berbasis online, adanya hambatan pada server eror yang tidak dapat

diprediksi. Sehingga dalam proses pelayanan kunjungan online narapidana

tidak berjalan dengan lancar dan keluarga narapidana harus menggunakan alur

pendaftaran kunjungan kepada narapidana dengan cara manual. Dalam

pelaksanaan kunjungan manual, keluarga narapidana yang hendak

mengunjungi harus hadir beberapa jam sebelum antrian kunjungan dibuka dan

antre untuk mendapat nomor antrian yang cukup lama, ketika nomor antrian

sudah didapat oleh keluarga narapidana atau warga binaan dilanjutkan dengan

proses selanjutnya untuk memenuhi syarat serta aturan untuk melaksanakan

kunjungan. Akibatnya, pengunjung tidak mendapatkan waktu berkunjung

karena jam berkunjung yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang telah habis. Maka, keluarga narapidana harus

menunda lain waktu dan kembali mendaftarkan diri untuk melaksanakan


10

dihari yang berbeda. Berdasarkan permasalahan terkait jumlah keluarga

narapidana yang melaksanakan kunjungan, maka dapat diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Rekapitulasi Jumlah Data Kunjungan Keluarga Narapidana


Tahun 2018-2019

TAHUN ONLINE MANUAL

2018 12.436 73.298


2019 23.143 69.018
Total 35.579 142.316

Sumber : Diolah dari Data Jumlah Kunjungan Narapidana Lapas


Kelas 1 Lowokwaru Malang Tahun 2018-2019
Berdasarkan data tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan

keluarga narapidana yang mendaftar melalui sistem online tidak dapat

melebihi pendaftar yang menggunakan sistem manual. Pengunjung memilih

melakukan pendaftaran kunjungan melalui sistem online karena keluarga

narapidana belum mengetahui apabila Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang telah memiliki program pendaftaran kunjungan berbasis

online. Belum adanya sosialisasi menjadi alasan mengapa pengunjung tetap

menggunakan cara manual dalam melaksanakan pendaftaran. Data yang

disajikan menunjukkan selama dua tahun dijalankannya sistem kunjungan

narapidana berbasis online pengunjung yang menggunakan sistem kunjungan

narapidana berbasis online tidak seimbang dengan pengunjung manual.


11

Permana (2017) dalam risetnya membahas mengenai pelaksanaan

sistem layanan kunjungan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di

Rumah Tahanan Negara Wonogiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem

layanan kunjungan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan sudah terorganisir

tetapi masih ditemukan faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaanya

seperti kurangnya sarana dan prasarana dalam melaksanakan pelayanan

kunjungan kepada keluarga narapidana. Wahyuni (2017) dalam risetnya

menjabarkan tujuan mengenai membangun dan merancang Sistem Informasi

Penjadwalan Kunjungan Narapidana agar mempermudah penjadwalan

kunjungan. Sistem Informasi ini berbasis website. Menjelaskan bagaimana

proses dari kunjungan narapidana melalui sistem yang telah dibuat. Ramadani

(2017) dalam risetnya dipaparkan bentuk pelayanan terhadap narapidana

termasuk dalam hak narapidana terkait kunjungan keluarga. Penelitian-

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan

kemampuan sumber daya manusia dalam melaksakan pelayanan dan

peningkatan sarana serta prasarana. Dapat dilihat dalam penelitian terdahulu

bahwa masih ditemukan faktor-faktor yang menghambat proses pelayanan

tersebut.

Program layanan kunjungan narapidana berbasis online

diselenggarakan oleh LAPAS Kelas 1 Malang agar mempermudah proses

pelayanan kunjungan. Layanan online ini dapat mengurangi antrean panjang


12

serta pengunjung dapat melakukan pendaftaran dimanapun dan kapanpun

tanpa harus khawatir tidak mendapat waktu jam berkunjung. Maka, pelayanan

kunjungan dapat dilakukan secara cepat dan tidak berbelit-belit. Lokasi yang

dipilih peneliti untuk melakukan penelitian terdapat pada Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Alasan memilih lokasi tersebut

karena Kota Malang memiliki dua Lembaga Pemasyarakatan yaitu Lembaga

Pemasyarakatan Perempuan dan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas

1 Malang. Namun, Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang merupakan

satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan di kawasan Kota Malang yang telah

menerapkan program layanan kunjungan narapidana berbasis online.

Sedangkan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan masih melaksanakan sistem

pelayanan kunjungan narapidana berbasis manual. Alasan peneliti memilih

lokasi penelitian pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

karena jarak tempuh dari tempat tinggal peneliti dengan lokasi penelitian

mudah dijangkau dengan mempertimbangkan biaya/tarif yang digunakan

cukup terjangkau. Berdasar Fenomena-fenomena yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengkaji ataupun meneliti terkait

pelaksanaan pelayanan kunjungan narapidana dengan mengangkat judul

penelitian yaitu “Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana

Berbasis Online (studi kasus pada Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang)’’.


13

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan diatas, maka

pernyataan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah implementasi program layanan kunjungan narapidana

berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang?

b. Apa saja faktor penghambat implementasi program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal yang ingin penulis capai dalam penelitian ini

dengan menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan dan menguji

data, hingga penelitian capai diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program layanan

kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor penghambat implementasi

program layanan kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.


14

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara akademis

maupun secara praktis bagi pihak yang ingin megetahui Implementasi

Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas 1 Malang. Adapun kontribusi penelitian yang ingin

dicapai adalah:

1. Kontribusi Akademis

Hasil penelitian mengenai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan layanan kunjungan khususnya mengenai penelitian

lebih lanjut tentang implementasi Program Layanan Kunjungan

Narapidana Berbasis Online di Lembaga Pemasyrakatan. Selain itu

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang ingin melakukan

penelitian sejenis.

2. Kontribusi Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta

menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penelitian

bagi penulis mengenai Implementasi Program Layanan Kunjungan

Narapidana Berbasis Online pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas

1 Malang.

b. Sebagai bahan evaluasi dan informasi bagi Lembaga

Pemasyarakatan untuk dijadikan acuan dalam Implementasi


15

Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang.

1.5 Sistematikan Penulisan

Sistematika Pembahasan berguna untuk memperjelas pemahaman dari isi

penelitian. Adapun rinciannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian yaitu

Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana

Berbasis Online. Pada bab ini juga menjelaskan rumusan

masalah sebagai bahan penelitian, kemudian penjelasan terkait

tujuan penelitian, kontribusi penelitian baik secara akademis

maupun praktis, dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian empiris yaitu beberapa penelitian

terdahulu yang relevan dan menguraikan teori atau konsep

yang berkaitan dengan topik penelitian yang meliputi

penelitian terdahulu, Kebijakan Publik, Implementasi program,

Pelayanan Publik, E-Government dan Kunjungan Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan.
16

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian apa yang akan

digunakan peneliti dalam meneliti ini. Metode penelitian ini

terdiri dari: jenis penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi

penelitian beserta alasannya, sumber data, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan uji

keabsahan data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan gambaran umum, penyajian data dan

penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini

menguraikan tentang hasil penelitian yang telah diolah

kemudian dilakukan analisis antara hasil penelitian dengan

teori yang relevan, sehingga hasilnya menemukan jawaban dari

masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumya.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian hasil dari penelitian yang

terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran. Di dalam

kesimpulan menguraikan tentang hal-hal secara garis besar,

dan dalam saran berisi tentang masukan untuk Lembaga

Pemasyarakatan, maupun peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat

diuraikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli yang relevan dengan topik

penelitian yang akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembahasan

lebih lanjut. Oleh karena itu, yang akan dijelaskan sebagai dasar dalam

pembahasan adalah sebagai berikut:

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperbanyak dan memperkaya

teori yang ada. Beberapa studi yang membahas tentang pelayanan kunjungan

narapidana. Ada beberapa rujukan diantaranya:

1. Permana (2017)

Jurnal yang berjudul, Pelaksanaan Sistem Layanan Kunjungan

Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara

Wonogiri Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kepada Publik

Berdasarkan UU No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pelaksanaan sistem

layanan kunjungan narapidana. Penelitian ini menggunakan teknik

17
18

penelitian kualitatif dengan proses pengumpulan data berupa

observasi dan wawancara.

2. Wahyuni (2017)

Skripsi yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi

Penjadwalan Kunjungan Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas 1 di Kabupaten Jenepoto Sulawesi Selatan.

Penelitian ini menjabarkan tujuan mengenai membangun dan

merancang Sistem Informasi Penjadwalan Kunjungan Narapidana

agar mempermudah penjadwalan kunjungan. Penelitian ini

menggunakan teknik kualitatif dengan proses pengumpulan data

berupa observasi, wawancara dan studi literatur.

3. Ramadani (2017)

Jurnal yang berjudul Pelayanan Terhadap Narapidana di Rumah

Tahanan Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pelayanan terhadap

narapidana termasuk dalam hak narapidana terkait kunjungan

keluarga. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif.


19

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Terkait Kunjungan Narapidana


Lembaga Pemasyarakatan
NO Nama, Judul, Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Tahun
Metodologi
1 Ryan Adi Permana, Layanan kunjungan Dalam hasil Dalam hasil
Pelaksanaan Sistem ini dilaksanakan oleh penelitian tersebut penelitian tersebut,
Layanan Kunjungan petugas Rutan sebagai sama dijelaskan membahas terkait
Bagi Warga Binaan bentuk pemberian mengenai hak dengan pelayanan
Pemasyarakatan di hak-hak warga binaan narapidana untuk yang diberikan
Rumah Tahanan pemasyarakatan sesuai mendapatkan oleh Lembaga
Negara Wonogiri dengan undang- kunjungan dari Pemasyarakatan
Dalam Rangka undang teman, keluarga, berupa pemberian
Peningkatan pemasyarakatan atau orang hak kunjungan
Pelayanan Kepada tentang pemberihan tertentu. kepada keluarga
Publik Berdasarkan hak untuk dikunjungi narapidana.
UU No 12 Tahun oleh keluarga atau Namun, dalam
1995 Tentang orang orang tertentu, pembahsan hasil
Pemasyarakatan, pelayanan prima penelitia tersebut
2017, Kualitatif. kepada pengunjung memiliki
dan warga binaan perbedaan karena
pemasyarakatan ini dalam sistem
adalah wujud pelayanan yang
pelayanan publik yang diberikan masih
dilakukan petugas menggunakan
pemasyarakatan sistem layanan
terhadap masyarakata kunjungan manual.
serta sebagai salah Tanpa ada sistem
satu wujud pelayanan terbaru
pemenuhan hak-hak menggunakan
warga binaan teknologi berupa
pemasyarakatan sesuai pendafaran
undang-undang yang kunjungan warga
berlaku. binaan dengan
sistem elektronik.
20

2 Ulpa Wahyuni, Sistem informasi Penelitian tersebut Pemaparan hasil


Rancang Bangun penjadwalan memaparkan hasil penelitian tersebut
Sistem Informasi kunjungan narapidana yang sama dengan membahas
Penjadwalan di Lembaga penelitian saya mengenai
Kunjungan Pemasyarakatan terkait dengan penggunaan
Narapidana di Kelas I Kabupaten memanfaatkan teknologi informasi
Lembaga Jeneponto Sulawesi penggunaan terkait dengan
Pemasyarakatan Kelas Selatan adalah sistem sistem innformasi sistem informasi
1 di Kabupaten yang melakukan untuk yang digunakan
Jenepoto Sulawesi kegiatan penjadwalan memberikan untuk memberikan
Selatan, 2017, teknik kunjugan bagi tahanan penjadwalan informasi
kualitatif. dan narapidana yang kunjungan kepada penjadwalan
ingin atau sedang narapidana. kepada keluarga
dikunjungi oleh narapidana.
keluarga, penasehat Namun, dalam
hukum. Sistem pemaparan hasil
Informasi ini penelitian tersebut
berbasis web. hanya
Menjelaskan memanfaatkan
bagaimana proses dari teknologi sebagai
kunjungan narapidana pemberi informasi
melalui sistem yang penjadwalan
telah dibuat. kunjungan
keluarga
narapidana tanpa
memberikan
pelayanan
tambahan berupa
proses pendafatran
keluarga
narapidana dengan
sistem online.
21

3 Piti Wili Ramadani, Pelayanan kunjungan Dalam penelitian Penelitian tersebut


Pelayanan Terhadap di rumah tahanan tersebut memiliki membahas
Narapidana di Rumah belum sepenuhnya persamaan terkait mengenai
Tahanan Teluk bisa dikatakan baik membahas pelayanan yang
Kuantan Kabupaten karena masih pelayanan yang diberikan kepada
Kuantan Singingi, terdapat keluhan dilakukan petugas narapidana, salah
2017. Teknik dari narapidana Lembaga satunya adlaah
kualitatif. seperti lama jam Pemasyarakatan, pemberian
kunjung yang salah satunya pelayanan terkait
berkurang dari dalam hak narapidana
petugas, susah memberikan yaitu mendapatkan
bertemu keluarga pelayanan kepada kunjungan dari
karena tidak di izinkan keluarga keluarga. Namun,
oleh petugas narapidana terkait dalam pembahasan
dengan alasan dengan hanya membahas
terlalu banyak yang penerimaan bentuk-bentuk
berkunjung. kunjungan. pelayanannya saja
salah satunya
kunjungan tanpa
membahas
bagaimana proses
dan bagaimana
sistem yang
digunakan dalam
memberikan
pelayanan
kunjungan bagi
keluarga
narapidana.
22

2.2 Kebijakan Publik

2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan dewasa ini diartikan dengan istilah program, keputusan,

undang-undang, aturan, ketentuan-ketentuan, kesepakatan dan rencana

strategis. Menurut Dunn (2000:131), analisis kebijakan adalah disipilin

ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian

multipel dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan,

secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan

dengan kebijakan. Berdasarkan pendapat di atas diketahui pembuatan

kebijakan bersifat politisi, dan analisis kebijakan digunakan dalam proses

pembuatan kebijakan. Para analisis kebijakan merupakan satu dari banyak

tipe pelaku kebijakan lainnya dalam sistem kebijakan.

Menurut Dunn (2000:132), kebijakan publik adalah pola

ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling

tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat

oleh badan atau kantor pemerintah.

Kebijakan publik diperoleh melalui suatu proses pembuatan kebijakan.

Pembuatan kebijakan adalah terlihat sebagai sejumlah proses dari semua

bagian dan berhubungan kepada sistem sosial dalam membuat sasaran

sistem. Menurut Thompson dalam Syafaruddin (2008:77), kebijakan

publik adalah proses pembuatan keputusan memperhatikan faktor


23

lingkungan ekternal, input (masukan), proses (transformasi), output

(keluaran), dan feedback (umpan balik) dari lingkungan kepada pembuat

kebijakan.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009:19) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or not to

do” (apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak untuk

dilakukan). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah

mengenai perwujudan tindakan dan bukan merupakan pernyataan

keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu pilihan

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan kebijakan

publik karena mempunyai dampak yang sama dengan pilihan pemerintah

untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa kebijakan berarti

seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang

membimbing suatu organisasi. Kebijakan dengan demikian mencakup

keseluruhan petunjuk organisasi dengan kata lain, kebijakan adalah hasil

keputusan manajemen puncak yang dibuat dengan hati-hati yang intinya

berupa tujuan-tujuan, prinsip dan aturan-aturan yang mengarahkan

organisasi melangkah kemasa depan. Secara ringkas ditegaskan bahwa

hakikatnya kebijakan sebagai petunjuk dalam organisasi yang

berimplikasi bagi kehidupan masyarakat.


24

2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Winarno (2007:113) implementasi kebijakan publik

merupakan usaha untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam

pelaksanaan kebijakan publik serta variabel-variabel yang

mempengaruhinya. Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling

krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program

harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang

diinginkan.

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertain luas yaitu

merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur,

teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk

menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang

diinginkan.Program atau kebijakan yang sudah dibuat harus dilakukan

oleh para aparat yang berkepentingan. Suatu kebijakan yang telah

dirancang pasti memiliki suatu target yang akan dicapai. Target tersebut

akan terealisasi apabila kebijakan tersebut diimplementasikan. Dapat

diketahui bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan output dan

outcomes.

Sedangkan Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2007:135)

mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan

dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup


25

usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-

tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka

melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang

ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh

organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-

keputusan kebijakan. Implementasi mencakup proses kegiatan yang

dilakukan oleh berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan

suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran

kebijakan itu sendiri. Jadi, implementasi kebijakan publik ialah aktivitas

atau rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

program yang telah dievaluasi dengan keputusan kebijakan sebelumya

untuk kemudian dirumuskan kembali agar dapat dilaksanakan dalam

rangkaian kebijakan guna mengurangi masalah yang timbul sebelumnya.

2.2.3 Model-Model Implementasi Kebijakan

Dalam proses implementasi kebijakan, ada beberapa model yang dapat

digunakan agar sebuah kebijakan dapat dilaksanakan dengan tepat dan

hasilnya sesuai dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan sebelumnya.


26

Adapun model-model implementasi kebijakan yang dikemukakan

oleh beberapa ahli yaitu:

a. Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn

Pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van

Meter dan Van Horn merupakan sebuah abstraksi atau performasi

suatu kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk

meraih kinerja implementasi kebijakan yang berlangsung dalam

hubungan berbagai variabel. Ada enam variabel, menurut Van Meter

& Van Horn, yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan

publik (dalam Agustino, 2016:133; Indiahono, 2009:38; Abdul Wahab

2012:77; Subarsono, 2006:7) sebagai berikut:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang

hendak dicapai oleh program atau kebijakan. Kejelasan dan

sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik sehingga di

akhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari

kebijakan atau program yang dijalankan.

2. Sumber daya

Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dikungan finansial

dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau

kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino


27

(2016:142) “Sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan

proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan

pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu”.

3. Komunikasi antarbadan pelaksana

Komunikasi antar badan pelaksana menunjuk kepada mekanisme

prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan

program. Menurut Hogwood dan Gunn dalam Abdul Wahab

(2012:77) bahwa “Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut

persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk

struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut

pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan

kebijakan”.

4. Karakteristik badan pelaksana

Karakteristik badan pelaksana menunjuk seberapa besar daya

dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang,

hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat-sifat atau ciri-ciri

badan/instansi pelaksana kebijakan hal ini sangat penting karena

kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak

dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para

badan atau instansi pelaksananya. Menurut Subarsono kualitas

dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri para


28

aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi

dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya

(Subarsono, 2006:7)

5. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik menunjuk bahwa

lingkungan dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi

kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri. Lingkungan sosial,

ekonomi dan politik juga merupakan faktor yang menentukan

keberhasilan sebuah kebijakan. Kinerja keberhasilan implementasi

kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino,

2016:144) “Sejauh mana lingkungan eksternal ikut mendukung

keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan, lingkungan

ekternal tersebut adalah ekonomi, sosial dan politik”.

6. Sikap pelaksana/disposisi

Sikap pelaksana atau disposisi menunjuk bahwa sikap pelaksana

menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Sikap

pelaksana disini adalah pertama, pemahaman dan pendalaman

terhadap kebijakan, kedua arah respon mereka apakah menerima,

netral, atau menolak.


29

Gambar 2.1 Kinerja Implementasi Kebijakan Publik


(Sumber: Van Meter dan Van Horn dalam Indiahono (2009:40))
Teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn dalam

Indiahono telah dijelaskan mengenai 6 variabel yang mempengaruhi

kinerja keberhasilan kebijakan publik. Alasan peneliti menggunakan teori

Van Meter dan Van Horn yaitu, menurut peneliti teori tersebut cocok

digunakan dalam penelitian program layanan kunjungan narapidana

berbasis online dikarenakan terdapat teori lingkungan sosial, ekonomi dan

politik. Dimana teori tersebut diartikan oleh penulis sebagai respon

masyarakat terhadap program layanan kunjungan narapidana berbasis

online.

b. Model George C. Edward III

Model implementasi Edward III dalam Widodo (2007:96-110) ini

menawarkan dan mempertimbangkan 4 faktor dalam implementasi

kebijakan publik, yaitu “communication resources, disposition or


30

attitudes, and bureaucratic structure”. Edward memiliki 4 variabel

yang menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang

terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

Sebagai penjelasannya sebagai berikut:

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau

wacana dari komunikator kepada komunikan. Akan tetapi

komunikasi kebijakan merupakan suatu proses penyampaian

informasi kebijakan dalam mempersiapkan pelaksanaan

kebijakan agar proses implementasi kebijakan dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

2. Sumber daya

Sumber daya memiliki peran yang sangat penting dalam

suatu implementsi kebijakan. Sumber daya dalam hal ini

berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk

mendukung dan membantu keberhasilan sebuah implementsi

kebijakan. Sumber daya ini meliputi berbagai sumber yaitu:

a. Sumber daya manusia (Staff)

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

implementasi kebijakan, karena implementasi

kebijakan akan berjalan dengan baik apabila


31

dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas manusia itu

sendiri.

b. Anggaran (Budgetrary)

Anggaran dalam imlementasi kebijakan merupakan

kecukupan modal atau investasi atas suatu program

atau kebijakan yang sedang diimplementasikan untuk

menjamin atau pembiayaan yang cukup dalam

melaksanakan kebijakan, karena tanpa adanya anggaran

yang memadai dan cukup untuk digunakan dalam

pelaksanaan tersebut, maka implementasi kebijakan

tidak akan bisa berjalan dengan semestinya.

c. Fasilitas (Facility)

Fasilitas sarana dan prasarana merupakan salah satu

faktor yang sangat mendukung dalam implementasi

kebijakan, contohnya: bangunan gedung, tanah, alat

tulis maupun teknologi yang mampu mendukung dan

menunjang dalam menjalankan kebijakan.

d. Informasi dan Kewenangan (Information and

Authority)

Informasi yang tepat dan relevan dapat membantu

pelaksanaan kebijakan serta kewenangan yang dimiliki

dalam membuat informasi atau data yang diambil dapat


32

mendukung kebijakan yang dilaksanakan dapat berjalan

efektif dan efisien sesuai dengan yang diinginkan.

3. Disposisi

Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, dan

kecendurungan perilaku kebijakan yang dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh untuk mewujudkan kebijakan tersebut sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Keberhasilan

dan kegagalan suatu implementasi tergantung dari pelaksana

kebijakan, apakah siap yang dilakukan tepat atau tidak tepat

dalam memberikan keputusan implementasi kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi meliputi dua hal yaitu mekanisme

dan struktur organisasi itu sendiri. Mekanisme dalam

implementasi kebijakan ini berbentuk Standard Operation

Procedure (SOP) yang dijadikan pedoman dan tuntutan bagi

setiap pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan agar

kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Kemudian struktur birokrasi mencakup aspek struktur

organisasi, pembagian kewenangan dan hubungan unit-unit

organisasi dengan organisasi yang lain. Struktur organisasi

dalam implementasi kebijakan memiliki pengaruh yang

penting, karena jika semakin gemuk struktur organisasi maka


33

pengawasan juga akan lemah dan menyebabkan implementasi

kebijakan kurang berjalan dengan efektif dan efisien serta

organisasi pun akan menjadi tidak fleksibel.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan sebuah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (Nugroho, 2009:494). Namun,

implementasi kebijakan publik ini tidak dapat dijalankan dalam suatu

kebijakan yang umum, tetapi perlu disederhanakan secara spesifik melalui

program-program sebagai turunan dari kebijakan publik tersebut. Kebijakan

publik akan disederhanakan menjadi sebuah program agar lebih rinci dalam

melaksanakan tugas pemerintah atau pelayanan publik.

2.3 Implementasi Program

2.3.1 Pengertian Implementasi Program

Implementasi program merupakan langkah-langkah pelaksanaan

kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program tersebut (dalam Arif

Rohman, 2009:101-102). Menurut Van Meter dan Van Horn sebagaimana

dalam Suryana (2009:47) mendefinisikan “Implementasi adalah suatu

proses interaktif antara suatu perangkat tujuan dengan tindakan atau

bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang

mendahuluinya, dengan kata lain implementasi merupakan kegiatan yang


34

dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilar

organisasi, interpretasi dan pelaksanaan”.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Grindle dalam

Simangunsong (2016:4) bahwa implementasi merupakan proses umum

tindakan politik dan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program

tertentu. Implementasi juga merupakan sebuah upaya untuk menciptakan

hubungan yang memungkinkan tujuan dari kebijakan dapat teralisasikan

sebagai sebuah hasil dari aktivitas pemerintahan. Upaya yang dilakukan

tentu untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.

Berbicara mengenai suatu program menurut Abdul Wahab (2012:25)

mengemukakan apabila berbicara mengenai suatu program, maka pada

umunya yang dimaksud adalah suatu lingkup kegiatan pemerintah yang

relatif khusus dan sukup jelas batas-batasnya. Isi dari suatu program agar

dikatakan bermanfaat antara lain harus meliputi: adanya kelompok

sasaran, terjadinya jangkauan perubahan, terdapatnya sumber daya dan

adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui program. Dengan

adanya program maka kegiatan yang sudah direncanakan lebih teroganisir

dan tertata. Implementasi program biasanya dilakukan oleh instansi

pemerintah, lembaga atau masyarakat. Pemerintah telah mengeluarkan

berbagai program untuk menyelesaikan permasalahan pada masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sebuah program tidak akan bisa berjalan tanpa adanya


35

implementasi, sebuah implementasi sangat berperan penting untuk

menyelesaikan sebuah program. Program telah disusun sedemikian rupa

dan harus dijalankan dengan baik oleh pemerintahan agar menciptakan

kesejahteraan masyarakat.

2.3.2 Tujuan Penilaian Program

Tujuan dari penilaian program adalah untuk mengukur keberhasilan

suatu penilaian program berfungsi sebagai pembantu, pengontrol

pelaksana program agar dapat diketahui tindak lanjut dari pelaksanaan

program (Arikunto, 2013:10). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa penilaian program bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu

program dalam upaya mencapai tujuan sebagai alat pengambilan

keputusan. Arikunto (2013:7) menjelaskan bahwa dari pengambilan

keputusan memunculkan 4 (empat) kemungkinan, yaitu:

a. Dilanjutkan dan disebarluaskan, karena program tersbeut

berdampak sama bila diterapkan program lain.

b. Dilanjutkan tetapi hanya pada program tersebut, ada

persyaratan yang khusus bila diterapkan program yang lain.

c. Dilanjutkan hanya pada program yang bersangkutan dan

memerlukan perubahan, penambahan atau penyempurnaan.


36

d. Dihentikan karena hasil dari program tersebut berampak negatif

atau tidak memiliki dampak yang signifikan bagi program tersebut

maupun program lainnya.

2.3.3 Unsur-Unsur Implementasi Program

Program merupakan tindak lanjut dari kebijakan yang dilakukan oleh

subjek tertentu untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program juga

merupakan suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang memiliki suatu acuan

yang sama. Subjek pelaksana program dilakukan oleh instansi pemerintah,

lembaga, atau masyarakat. Tujuan dan sasaran ditentukan sehingga

pelaksanaan program menjadi lebih fokus.

Tachjan (2008:26) mengenai unsur-unsur dari implementasi kebijakan

atau program yang mutlak harus ada adalah:

a. Program yang dilaksanakan

Menurut Tachjan (2008:31) menyebutkan bahwa program adalah:

“Suatu program dapat didefinisikan sebagai rencana


komprehensif yang mencakup penggunaan masa depan sumber
daya yang berbeda dalam pola terintegrasi dan membentuk
urutan tindakan yang diperlukan dan jadwal waktu untuk setiap
kegiatan dalam rangka mencaapi tujuan yang dinyatakan”.

b. Unsur Pelaksana

Menurut Tachjan (2008:28) unsur pelaksana adalah

implementator, penjelasannya sebagai berikut:


37

“Pelaksana kebijakan merupakan pihak yang menjalankan


kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran
organisasi, pengambilan keputusan perencanaan, penyusunan
program, pengorganisasian, penggerakan manusia, pelaksanaan
operasional, pengawasan serta penilaian”.

c. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran adalah target utama yang akan dituju dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan atau program. Tachjan

(2008:36) mengatakan bahwa:

“Kelompok sasaran yaitu sekelompok orang atau organisasi


dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang
akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”.

Program merupakan unsur utama yang harus ada untuk tercapainya

suatu kegiatan implementasi unsur kedua yang harus dipenuhi dalam

proses implementasi adanya adalah kelompok masyarakat yang menjadi

sasaran program, sehingga masyarakat terlibat secara langsung dalam

pencapaian suatu program. Ketiga yaitu berhasil atau tidaknya suatu

program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksananya.

Pelaksanaan menjadi penting dikarenakan organisasi ataupun perorangan

bertanggungjawab dalam pengelolaan mauoun pengawasan dalam proses

pengimplementasian suatu program.


38

2.3.4 Hambatan dalam Implementasi Program

Dalam pelaksanaan implementasi program pasti memiliki hambatan.

Menurut Sunggono (1994:149) faktor-faktor penghambat dalam

implementasi program adalah:

1. Isi Program

Pertama dalam mengimplementasikan program gagal dikarenakan

masih samanya isi kebijakan, apa yang menjadi tujuan tidak

menjadi cukup terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas,

atau program-program teralu umum atau sama sekali tidak ada.

Kedua karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstren dari

kebijakan yang akan disasarkan. Ketiga, program yang akan

diimpelementasikan juga mengajukan adanya kekurangan-

kekurangan yang sangat berarti. Keempat, karena kurangnya

sumber daya yang memadai, seperti waktu, biaya dan tenaga

manusia.

2. Informasi

Implementasi program mengimplementasikan bahwa pemegang

peran yang terlibat langsung mempunyai perlu atau sangat

berkaitan untuk dapat memainkan perannya dnegan baik.

Informasi ini justru tidak ada, misalnya dengan adanya gangguan

komunikasi.
39

3. Dukungan

Pelaksanaan kebijakan agar berjalan sangat sulit apabila pada

pengimplementasiannya tidak cukup dukungan untuk

melaksanakan kebijakan tersebut.

4. Pembagian Potensi

Sebab yang berkaitan dengan kegagalan implementasi program

juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku

yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini yang berkaitan

dengan difensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana.

Stuktur organisasi pelaksana dapat menimbulkan masalah-masalah

apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang

disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai dengan adanya

pembatasan-pembatasan yang kurang jelas.

2.3.5 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Program

Suatu program akan berjalan dengan efektif apabila dalam pembuatan

atau implementasinya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Adapun unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam implementasi

program menurut (Sunggono, 1994:158) adalah:

1. Peraturan hukum dan kebijakan yang baik, dimana terdapat

ketidakcocokan antara kebijakan yang dibuat dengan hukum yang

tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.


40

2. Mantalitas petugas dalam menerapkan hukum dan kebijakan. Para

petugas hukum harus memiliki mental yang baik dalam

menerapkan peraturan ataupun kebijakan. Sebab dengan tidak

adanya kekuatan mental yang baik akan terjadi gangguan dan

hambatan dalam melaksanakan suatu kebijakan.

3. Fasilitas, dalam melaksanakan suatu program atau kebijakan yang

harus didukung dengan fasilitas yang baik dan memadai, agar tidak

menimbulkan hambatan dalam pelaksanaanya.

4. Warga masyarakat sebagai obyek, diperlukan adanya kesadaran

masyarakat, kepatuhan hukum, dan perilaku masyarakat seperti

yang dkehendaki peraturan yang berlaku.

Dari Penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah

program akan mempercepat pemenuhan kebutuhan masyarakat dan

proses pemerintahan. Program yang diberikan guna memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

2.4 Pelayanan Publik

2.4.1 Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan Publik Menurut Pasolong (2007:128) pelayanan pada

dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, kelompok

dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk


41

memenuhi kebutuhan. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 1

butir 1 tentang Pelyanan Publik menyebutkan Pelayanan Publik adalah “

Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrastif

yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.

Pelayanan publik menurut Ridwan dan Sudrajat (2009:19) pelayanan

publik merupakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai

penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan

dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Sedangkan keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/2003 Pelayanan publik adalah

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan pertauran perundang-undangan.

Dari beberapa pernyataan dan definisi pelayanan publik oleh para ahli dan

peraturan perundang-undangan pemerintah dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik memrupakan tanggung jawab instansi pemerintahan di

pusat maupun daerah dalam melaksanakan kegiatan atau rangkaian

kegiatan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta menawarkan

keputusan atau kebijakan yang berupa jasa, barang, dan/atau pelayanan


42

administratif. Bentuk pelayanan publik yang demikian bertujuan mencapai

kepuasan masyarakat, sehingga terjalin sebuah keselarasan antara visi

pemerintah dengan kebutuhan masyarakat.

2.4.2 Prinsip Pelayanan Publik

Konsep pelayanan publik yang baik memiliki prinsip pelayanan publik

yang menjadi pedoman maupun landasan dasar supaya pelayanan publik

yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2004 dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:21-23) tentang Pedoman

Tatalaksana Pelayanan Umum disebutkan bahwa terdapat sepuluh prinsip

dalam pelayanan umum, yaitu:

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayaanan

publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.


43

3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik dapat diterima dengan benar, tepat, dan

sah.

5. Keamanan

Proses dan pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggungjawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan

publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana sarana kerja, peralatan kerja dan

pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.


44

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan

Pemberian layanan harus bersikap disiplin, sopan santun, dan

ramah, serta memberi pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat

serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan

bahwa tatacara atau tatalaksana dalam memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat harus muncul kesadaran diri sendiri maupun faktor

lingkungan dan faktor pendukung dalam memberikan layanan kepada

masyarakat. Agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat

berjalan sesuai dengan tujuan serta kebutuhan yang masyarakat inginkan.

Dan sesuai dengan proses analisis pengimplementasian program layanan

kunjungan narapidana berbasis online.

2.4.3 Asas-Asas Pelayanan Publik

Agar kepuasan masyarakat dapat terpenuhi dalam proses pelayanan

publik, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan

menurut (Keputusan MENPAN No. 63 Tahun 2003) dalam Ratminto dan

Atik Septi Winarsih (2005:19-20) sebagai berikut:


45

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti;

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas;

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan

harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan satu suku, ras,

agama, golongan, gender, dan status ekonomi;


46

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, terlihat bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik harus disesuaikan dengan peraturan

yang telah ditetapkan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Aparatur pemberi layanan harus memberikan semua

kemampuan serta tanggungjawab yang penuh untuk menjalankan tugas

dan melaksanakan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Beberapa asas yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dianalisis pula

proses implementasi program layanan kunjungan narapidana berbasis

online.

2.4.4 Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Setiap organisasi atau instansi pemerintahan memiliki konsep

pelayanan yang berbeda.perbedaan konsep juga meliputi jenis-jenis

pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintahan atau organisasi.

Menurut Pasolong (2007:129) terdapat beberapa jenis pelayanan publik

yang disediakan pemerintah, diantaranya:

1. Pelayanan Administratif

Jenis pelayanan menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi

yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan,


47

sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasan terhadap suatu

barang dan sebagainya.Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu

Tanda Penduduk (KTP), Pajak Kendaraan Bermotor, Akte

Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat

Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Izin Mendirikan Bangunan

(IMB), Paspor, dsb.

2. Pelayanan Barang

Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang

yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon,

penyediaan tenaga listrik, air bersih, dsb.

3. Pelayanan Jasa

Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan pemeliharaan

kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dsb.

Jenis-jenis pelayanan tersebut merupakan jenis pelayanan yang

sering digunakan oleh banyak masyarakat. Fungsi dari jenis

pelayanannya juga berbeda-beda karena pelayanan yang diberikan

menyesuaikan dengan kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Oleh

karena itu, berdasakan teori tersebut jelas bahwa pemberian layanan

harus disesuaikan dan mampu menjawab segala kebutuhan dan aspirasi

masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan.


48

2.4.5 Standar Pelayanan Publik

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibukukan dalam

penyelenggara pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau

penerima layanan. Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya

meliputi dasar hukum, persyaratan berupa sistem mekanisme prosedur,

jangka waktu penyelesaian, biaya atau tarif, produk pelayanan seperti

sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, kompetensi pelaksanaan pengawasan

internal, penanganan pengaduan seperti saran dan masukan, jumlah

pelaksana, jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan yang

dilakukan sesuai dengan standar pelayanan, jaminan keamanan dan

keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa

aman yakni bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan evaluasi

kinerja pelaksana (Alfisyahrin, 2018:62). Sehingga setiap pelaksanaan dan

penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian dan kejelasan bagi

penerima layanan. Menurut Menpan No. 63 Tahun 2003, Standar

Pelayanan Publik meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan

penerima layanan termasuk pengaduan.


49

2. Waktu Penyelasaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian layanan

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

5. Saran dan Prasarana

Penyediaan saraana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka standar

pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah harus memenuhi

syarat serta kriteria baik dari segi infrastruktur atau kemampuan yang

dimiliki oleh aparatur. Agar pelaksanaan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan.


50

2.5 Electronic Government

2.5.1 Pengertian Electronic Government

Electronic Government atau yang biasa disingkat E-Government

adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk

memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta

hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. E-Government dapat

diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk

meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau

proses kepemerintahan yang demokratis. World Bank yang dikutip oleh

Indrajit 2002:2) mendefinisikane-government sebagai berikut

“E-Govenrment refers to the use by government agencies of


information technologies (such a Wide Area Network, the
Internet, and mobile computing) that have the abbilityto
transform relations with citizens, business, and other ar of
government”.

E- Government merujuk pada penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah (seperti: Wide Area, Network, Internet, dan Mobile

Computing) yang memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan

hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak lain yang

berkepentingan. Sedangkan menurut Indrajit (2002:36) E-Government

merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan

masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan, dengan melibatkan


51

penggunaan teknologi informasi (terutama internet) dengan tujuan

memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan.

Impelementasi E-Government di Indonesia didasarkan pada Instruksi

Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Startegi

Nasional Pengembangan E-Government. Berdasarkan regulasi tersebut

dijelaskan bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good

governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien

diperlukan adanya kebijakan strategi pengembangan E-Government.

Penerapan E-Government harus mencakup segala kebutuhan layanan

publik.

Maka, berdasarkan penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam membangun pemerintahan agar mampu melayani segala kebutuhan

masyarakat harus menjalankan pengembangan dan stategi melalui

teknologi informasi agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

dapat berjalan secara efektif.

2.5.2 Tipe-Tipe Relasi E-Government

Tipe-tipe relasi E-Government menurut indrajit (2002:41) adalah

sebagai berikut:

1. Government to Citizen/Government to Customer (G2C)

Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling

umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan


52

berbagai portofolio tenologi informasi dengan tujuan untuk

memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Dengan kata

lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi E-Government bertipe

G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya

melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat

dengan mudah menjangkau pemeritahannya untuk pemenuhan

berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Government to Citizen

adalah penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh

pemerintah ke masyarakat. Memungkinkan pertukaran informasi

dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah contoh G2C :

pajak online, mencari pekerjaan, layanan jaminan sosial, dokumen

pribadi (kelahiran dan akte perkawinan, aplikasi paspor, lisensi

pengarah), layanan imigrasi, layanan kesehatan, beasiswa,

penanggulangan bencana.

2. Government to Business (G2B)

Governmnet to Business adalah transaksi-transaksi elektronik

dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang

dibuthkan bagi kelangan bisnis untuk bertransaksi dengan

pemerintah. Mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke

pemrintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien

melalui peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik.


53

Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B adalah system E-

Procurement. Manfaatnya adalah:

a. Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan

aplikasi berbagai web untuk menghitung besarnya pajak yang

harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan melalui

internet.

b. Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan

sejumlah pihak swasta dapat dilakukan melalui website

(sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi),

mulai dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender,

pengambilan formulir informasi Term of Reference (TOR),

sampai dengan mekanisme pelaksanaan tender itus sendiri

yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender;

c. Proses pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari

lembaga pemerintahan (misalnya untuk back-office dan

administrasi) dapat dilakukan secara efisien jika konsep

semacam E-Procurement diterapkan (menghubungkan antara

kantor-kantor pemerintah dengan para supplier nya.

d. Perusahaan yang ingin melakukan proses emacam merger dan

akuisisi dapat dengan mudah berkonsultasi sehubungan dengan

aspek-aspek regulasi dan hukumnya dengan berbagai lembaga

pemerintahan terkait; dan lain sebagainya.


54

3. Government to Government (G2G)

Government to Government adalah memungkinkan komunikasi

dan pertukaran informasi online antara departemen atau lembaga

pemerintahan melalui basis data terintegrasi. Contoh: Konsultasi

secara online, blogging untuk kalangan legislatif, pendidikan

secara online, pelayanan kepada masyarakat secara terpadu.

Disamping prestasi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah

yang lebih baik sejak reformasi, tentunya penerapan dari

E-Government ini dapat memberikan tambahan manfaat yang

lebih kepada masyarakat:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para

stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri)

terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisensi di

berbagai bidang kehidupan bernegara;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan

konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,

relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun

stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;


55

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untk mendapatkan

sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya

dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat

secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan

yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global

dan trend yang ada; dan

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai

mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai

kebijakan publik secara merata dan demokratis.

4. Government to Employes (G2E)

Aplikasi ini diperuntukan untuk meningkatkan kinerja dan

kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan

yang bekerja disejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

Contohnya sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para

pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan lembaga-

lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotek dan lain-lain)

dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi,

kejuruan, dan lain-lain).

Maka, dapat disimpulkan bahwa tipe-tipe relasi pemerintahan berbasis

online atau Electronic Government memilikiberbagai macam jenis. Jenis -


56

jenis tiap relasi adanya E-Governement ini berbeda. Dapat dibedakan sesuai

dengan kebutuhan pemerintah. Tetapi, pada dasarnya adanya Electronic

Government ini ditujukan untuk mengefektivkan proses pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat.

2.5.3 Manfaat dan Tujuan Electronic Government

Menurut Indrajit (2002:5) manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya

konsep e-government bagi suatu Negara, antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para

stakeholder nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri)

terutama dalam hal kinerka efektivitas dan efisiensi di berbagai

bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintah dalam rangka penerapan konsep

Good Governence.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan

interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya

untuk keperluan aktivitas sehari-hari.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-

sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak

berkepentingan.
57

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara

tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan

dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengembilan berbagai kebijakan publik

secara merata dan demokratis.

Menurut Thahjanto dan Salam (2004:254), tujuan yang penting dari

implementasi e-government adalah terwujudnya pemerintahan yang lebih

bertanggungjawab bagi warganya. Selain itu, untuk melaksanakan maksud

tersebut pengembangan Electronic Government diarahkan untuk mencapai

empat tujuan menurut Inpres RI No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan e-government, yaitu:

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik

yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan

masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah

Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan

dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk

meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan

memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan

perdagangan internasional.
58

3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan

lembaga-lembaga Negara serta penyediaan fasilitas dialog publik

bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan

kebijakan Negara.

4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan

dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar

lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Bersadarkan penjelasan terkait manfaat adanya electronic government

yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

yang diharapkan pemerintah dengan mempermudah serta menjadikan

pelayanan kepada masyarakat dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif

dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat pelayanan kepada masyarakat.

Pelayanan masyarakat mampu dilaksanakan secara tepat dan cepat sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

2.5.4 Kebijakan dan Stategi Pengembangan Electronic Government

Dalam lampiran Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional pengembangan e-government, dengan mempertimbangkan kondisi

saat ini, pencapaian tujuan strategis e-government perlu dilaksanakan melalui

enam strategi yang berkaitan erat yaitu sebagai berikut:


59

1. Mengembangangkan sistem pelayanan yang handal, terpercaya

serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan

dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi keseluruh wilayah

Negara. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan

pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen

dan proses kerja instansi pemerintah.

2. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah agar dapat

mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.

3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang

ingin dicapai adalah standarisasi yang berkaitan dengan

interopabilitas pertukaran dan transaksi informasi antar portal

pemerintah. Standarisasi dan prosedur yang berkaitan dengan

manajemen dokumen dan informasi elektronik.

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan

industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang

ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam

mempercepat pencapaian tujuan strategis e-government.

5. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Baik pemerintah

maupun masyarakat.

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematis melalui tahapan

yang realistis dan terukur dalam pengembangan e-government,


60

dapat diaksanakan dengan empat tingkatan, yaitu: persiapan,

pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.

Berdasarkan pemaparan penjelasan di atas, terdapat strategi

yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menerapkan kebijakan

pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dan pemerintahan dengan

menggunakan electronic government. Beberapa strategi yang

dicanangkan harus melalui rangkaian proses agar berjalan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan Negara.

2.6 Kunjungan Narapidana Lembaga Pemasyarakatan

2.6.1 Lembaga pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat LAPAS

menurut Situmorang (2019:95) adalah tempat untuk melaksanakan

pembinaan kepada narapidana atau warga binaan pemasyarakatan dan

proses pembinaan adalah proses yang tidak dapat dipisahkan dengan

sistem pemasyarakatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pemasyarakatan adalah kegiatan

untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan

pidana. Dijelaskan pula dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995


61

pasal 1 ayat (2) tentang Pemasyarakatan, sistem pemasyarakatan

adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan

Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan

Pemasyarakatn agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan

dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung

jawab.

Berdasarkan beberapa pengertian yang disebutkan pada

Undang-Undang, Lembaga Pemasyarakatan tidak hanya merupakan

tempat untuk membina, membimbing dan mendidik narapidana,

melainkan tujuannya adalah setelah mereka menyelesaikan masa

pidananya, mereka memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

menyesuaikan diri sehingga mampu di terimam oleh masyarakat luar.

Penghuni dari Lembaga pemasyarakatan adalah orang yang kemudian

dinyatakan melakukan tindakan melanggar hukum dan telah di

putuskan bersalah melalui proses pengadilan.


62

2.6.2 Pengertian Narapidana

Menurut Sahardjo dalam Panjaitan dan Simorangkir (1995:38)

narapidana bukanlah orang hukuman melainkan orang tersesat yang

mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat tidak dapat

dicapai dengan siksaan melainkan dengan bimbingan.Narapidana

adalah orang yang sedang menjalani pidana penjara. Pengertian

narapidana menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari narapidana adalah orang yang

sedang menjalani hukuman karena telah melakukan tindak pidana.

Berdasarkan pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang

menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatn.

Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang dipidana

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh hukuman

tetap. Dengan demikian, pengertian narapidana adalah seseorang yang

melakukan tindak kejahatan dan telah dinyatakan bersalah oleh hakim

di pengadilan serta dijatuhi hukuman penjara.


63

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

narapidana adalah seseorang yang memperoleh hukuman atau jatuhan

pidana yang wajib melaksanakan pembinaan di dalam Lembaga

Pemasyarakatan. Dalam sistem pemasyarakatan pembinaan tidak dapat

dipisahkan dalam membina narapidana atau warga binaan

pemasyarakatan.

2.6.3 Kunjungan

Kunjungan menurut Ramadani (2017:6) Pelayanan kunjungan

narapidana adalah suatu bentuk pelayanan dari pihak keluarga yang

mengunjungi narapidana yang sedang menjalani hukuman di rumah

tahanan. Warga binaan Pemasyarakatan memiliki hak seperti yang

tertuang dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 14 ayat 1

(h), Narapidana berhak menerima kunjungan keluarga, penasihat

hukum, atau orang tertentu lainnya.

Sistem layanan kunjungan berlaku dengan mengacu pada

Standar Operasional Pegawai Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-02-02

Tentang Pendaftaran Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi.

Berikut adalah alur tentang pelaksanaan sistem layanan kunjungan

sesuai standar operasional prosedur meliputi:


64

a. Pendaftaran Kunjungan

Disini adalah langkah awal yang dilakukan oleh pengunjung

yang hendak mengunjungi warga binaan Pemasyarakatan.

Pengunjung menyerahkan identitas diri berfoto untuk didata di

Sistem Database Pemasyarakatan. Pengunjung juga diharuskan

menitipkan jaket, topi, tas, alat komunikasi kepada petugas yang

bertugas di tempat pendaftaran. Data pengujung tersebut akan

dimasukkan ke dalam Sistem Database Pemasyarakatan yaitu

sistem teknologi informasi berupa aplikasi sebagai alat bantu

dalam melakukan proses manajemen terhadap proses

pemasyarakatan di Indonesia.

b. Pintu Utama

Pintu utama adalah akses menuju ke dalam area rutan atau

Lembaga Pemasyarakatan di sini pengunjung diwajibkan

menyerahkan kartu pendaftaran beserta kartu identitas berfoto,

dimana di sini satu orang satu identitas yang artinya jika satu

rombongan ada tiga orang berarti pengunjung harus menyerahkan

tiga identitas. Petugas pintu utama akan menyesuaikan kembali

kecocokan kartu identitas dari pengunjung serta kelengkapan. Pada

pintu ini pula petugas memberikan arahan selanjutnya kepada

pengunjung untuk mengantri pada proses selanjutnya yaitu proses

penggeledahan barang dan badan.


65

c. Ruang Penggeledahan Badan dan Barang

Standar operasional prosedur layanan kunjungan menjelaskan

bahwa semua barang bawaan pengunjung harus digeledah supaya

menanggulangi masuknya barang terlarang ke dalam area, selain

penggeledahan barang juga dilakukan penggeledahan badan

pengunjung yang dilakukan oleh petugas penggeledahan. Terdapat

ruang khusus untuk penggeledahan badan di mana penggeledahan

dilakukan oleh petugas geledah sesuai dengan jenis kelamin

apabila pengunjung yang datang wanita maka petugas wanita yang

melaksankaan penggeledahan badan begitu pula sebaliknya. Selain

penggeledahan badan penggeledahan barang bawaan pun juga

dilakukan oleh petugas.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

kunjungan merupakan hak bagi narapidana yang mendapatkan jatuhan

hukuman pidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Kunjungan

diperbolehkan untuk sanak saudara, penasihat hukum atau orang

tertentu lainnya. Pelayanan kunjungan bagi keluarga narapidana

dilaksanakan dan dipatuhi sesuai dengan aturan yang berlaku.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian yang penting dalam kegiatan penelitian

karena metode penelitian berguna untuk memperlancar proses penelitian dapat

menentukan arah kegiatan penelitian, sehingga peneliti dapat mencapai tujuan sesuai

yang diinginkan. Metode adalah sebuah prosedur untuk mengetahui sesuatu dengan

menggunakan langkah-langkah yang sistematis. Menurut Singarimbun dan Effendi

(1989:8) menyatakan bahwa “Penelitian merupakan suatu proses yang panjang.

Penelitian berawal dari minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya

berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian

yang sesuai dan seterusnya. Hasil akhinya, pada gilirannya melahirkan gagasan dan

teori baru pula, juga merupakan proses yang tiada hentinya”. Berdasarkan uraian di

atas metode penelitian adalah suatu cara untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna memecahkan, menemukan,

mengembangkan dan menguji masalah yang diteliti, agar memperoleh hasil yang

dapat dipertanggung jawabkan.

1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan

kualitatif dalam penelitian ini merupakan suatu proses pemahaman analitis

berdasarkan metodologi yang digunakan untuk menyelidiki suatu situasi tentang

66
67

fenomena konflik antar kelompok sosial dan pengelolaanya. Kualitatif deskripstif

adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari masalah-masalah atau

fenomena yang terjadi di masyarakat kemudian dianalisis dengan menggunakan

pernyataan berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Moleong (2000:6)

“Penelitian yang bersifat kualitatif deskripstif data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, atau berupa kutipan-kutipan data”.

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah studi kasus. Studi kasus adalah

penelitian dan penyelidikan empiris yang menyelediki fenomena dalam konteks

kehidupan nyata.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000:3) “Metode penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Menurut mereka, pengertian kualitatif tersebut diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara utuh. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang digunakan

pada penelitian ini, penulis dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari

permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses pencarian dari

setiap data yang ada di lapangan. Dengan harapan agar informasi yang dikaji

lebih mendalam, alamiah, dan rasional.

Sesuai penjelasan di atas, dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan

jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menganalisis dan

menjelaskan mengenai “Implementasi Program Layanan Kunjungan


68

Narapidana Berbasis Online”. Penelitian ini menggunakan prosedur-prosedur

sesuai dengan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan penjelasan ruang lingkup pembahasan masalah

yang diteliti, agar peneliti terhindar dari pengumpulan data yang bersifat umum

dan terlalu luas. Melalui fokus penelitian maka peneliti terhindar dari terjadinya

pembiasan dalam membahas masalah yang diteliti. Fokus penelitian menurut

Sugiyono (2014:32) “fokus penelitian bersifat menyeluruh yang menetapkan

penelitian berdasarkan keseluruhan situasi sosial yang meliputi aspek tempat,

pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis”. Melalui arahan suatu

fokus maka seorang peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang

perlu dikumpulkan, dan data mana yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan

sumber penelitian. Sehubungan dengan topik penelitian yang diteliti, maka

peneliti memberikan fokus penelitian, yaitu:

1. Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis

Online berdasarkan teori implementasi oleh Van Meter dan Van

Horn untuk menentukan seberapa efektiv pelaksanaan yang

dinyatakan oleh ketepatan, komunikasi, serta ukuran-ukuran lain.

Semakin baik akan mempermudah implementasi, begitu pula

apabila buruk maka akan menghambat implemetasi.


69

a) standar dan sasaran kebijakan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online

b) Sumber daya program layanan kunjungan narapidana

berbasis online

c) komunikasi antarbadan pelaksana program layanan

kunjungan narapidana berbasis online

d) Karakreristik badan pelaksana program layanan kunjungan

narapidana berbasis online

e) Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang

mempengaruhi program layanan kunjungan narapidana

berbasis online

f) Sikap pelaksana/disposisi program layanan kunjungan

narapidana berbasis online

2. Faktor penghambat dalam implementasi program layanan

kunjungan narapidana berbasis online

a. Faktor internal

b. Faktor eksternal

1.3 Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

Lokasi dan situs penelitian menurut Iskandar (2008:219) adalah situasi

lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian. Lokasi dan

situs penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.


70

Alasan peneliti memilih lokasi dan situs penelitian ini karena Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang adalah satu-satunya Lembaga

Pemasyarakatan di Kota Malang yang telah menggunakan layanan kunjungan

narapidana berbasis online. Selain itu, karena jarak tempuh dari tempat tinggal

peneliti menuju Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang yang

dekat dan dengan biaya/tarif yang terjangkau.

1.4 Sumber Data

Menurut Arikunto (2013:14), yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Setiap penelitian memerlukan

data untuk menambah informasi dalam pengambilan kesimpulan. Sumber data

penelitian merupakan asal data yang diolah dan dijadikan bahan untuk

pembahasan dalam penelitian ini.

Jenis data yang menunjang penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data menurut Sugiyono

(2014:225). Sumber data tersebut diperoleh dari pihak terkait

sebagai informan yang sesuai dengan objek penelitian. Peneliti

juga melakukan observasi terkait keadaan di lapangan. Data

diperoleh dari pihak informan melalui wawancara secara langsung.


71

Dalam penelitian ini, sumber data yang peneliti pilih mengenai

program layanan kunjungan narapidana berbasis online di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang adalah:

1) Bapak Sukarna Trisna, Amd.IP, SH, selaku Kepala Seksi

Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas Lowokwaru

Kelas 1 Malang

2) Bapak Dion Kusuma, selaku Anggota Seksi Registrasi

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono (2014:225) sumber data yang

tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya

melalui dokumen. Data sekunder pada penelitian ini adalah:

a. Standar Operasional Pegawai Nomor:

W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran

Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi

b. Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat per Responden dan per

Unsur Pelayanan

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses menggali data di lapangan, sedangkan

teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


72

1. Observasi

Observasi yang digunakan oleh peneliti merupakan observasi

non partisipan menurut Riyanto (2010:98) adalah observasi yang

dilakukan peneliti berupa mengumpulkan data yang dibutuhkan

tanpa menjadi bagian dari situasi yang terjadi. Peneliti mengamati

dan mencatat secara sistematis terhadap informasi yang diperoleh.

Metode ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menurut Spradley

dalam Sugiyono (2014:313) mengatakan bahwa objek dalam

penelitian kualitatif yang diobservasi dinamakan situasi sosial

yang terdiri dari tiga komponen yaitu:

1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang

berlangsung;

2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan

peran tertentu;

3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi

sosial yang sedang berlangsung.

Pada penelitian ini observasi dilakukan di saat aktivitas

penerimaan program layanan kunjungan narapidana yang

dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan. Observasi ini


73

bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelayananan program

kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang dan mengetahui juga keadaan

pengunjung.

2. Wawancara

Wawancara atau interview menurut Esterberg dalam Sugiyono

(2014:231) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Metode wawancara yang dipergunakan

adalah semi structure interview yaitu wawancara dimana

pewawancara telah menyiapkan serangakaian pertanyaan dan

urutannya, namun arah wawancara tidak harus sensitif dan menjadi

lebih dalam terhadap berbagai temuan yang diperoleh selama

berlagsungnya wawancara. Teknik penentuan informan dalam

penelitian ini dengan memilih orang tertentu yang akan

memberikan data yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2014:84)

teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data

dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan. Narasumber

yang dipilih peneliti adalah:


74

1. Bapak Sukarna Trisna selaku Kepala Seksi Registrasi di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

2. Bapak Dion Kusuma selaku Anggota Seksi Registrasi di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

Peneliti memilih narasumber tersebut atas dasar pertimbangan

karena narasumber tersebut merupakan pegawai yang turun

langsung ke lapangan dalam menjalankan proses pelayanan

program layanan kunjungan narapidana berbasis online.

Teknik wawancara mendalam dipergunakan untuk

mengungkapkan data subyektif tentang program layanan

kunjungan narapidana berbasis online. Teknik wawancara

mendalam dipergunakan untuk mengungkapkan data subyektif

tentang bagaimana implementasi program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data menurut Arikunto (2013:236), bahwa yang

dimaksud dengan metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa foto ataupun dokumen

mengenai pelaksanaan program layanan kunjungan. Dokumen

yang berbentuk tulisan, misalnya Standar Operasional Pegawai,


75

dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program layanan

kunjungan narapidana berbasis online. Sedangkan dokumen

berbentuk gambar, misalnya foto terkait dengan pelaksanaan

program layanan kunjungan narapidana berbasis online.

1.6 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Menurut Arikunto (2013:151), yang dimaksud instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti Sendiri

Dimana dalam penelitian kualitatif peneliti selain sebagai

perencana, analisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian,

sekaligus sebagai pengumpul data utama pelaksanaan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online.

2. Pedoman Wawancara

Sebagaimana panduan atau pedoman dalam melakukan wawancara

agar dalam wawancara tidak ada pertanyaan yang tertinggal dan

wawancara dapat dilakukan dengan terstruktur dan lancar.

3. Alat Tulis (catatan)


76

Note yaitu alat tulis yang digunakan peneliti untuk mencatat hasil-

hasil penelitian, baik dari hasil wawancara maupun observasi

untuk membantu peneliti agar mempermudah dalam melakukan

penyajian data atau pembahasan data.

4. Alat Perekam

Handphone merupakan alat perekam yang digunakan saat

wawancara antara peneliti dengan narasumber wawancara. Agar

peneliti tidak meninggalkan sumber informasi penting dari

narasumber.

1.7 Analisis Data

Sebagai langkah selanjutnya, data yang telah dikumpulkan, yang masih

mentah dan berdiri sendiri-sendiri kemudian dianalisis untuk melakukan

klasifikasi data dan untuk menghubungkan sendiri data yang diperoleh dan

kemudian diambil kesimpulan terhadap hasil data tersebut. Menurut Patton dalam

Moleong (2000:103), yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar. Maka, dalam menganalisis data peneliti menggunakan model

analisis data interaktif sebagai berikut:


77

Gambar 3.1 Model Analisis Data Interaktif


Sumber : Miles, Huberman, dan Saldana, 2014

Langkah-langkah dalam proses analisis data, pada tahap pengumpulan

data dan kondensasi data dilakukan dalam satu langkah analisis. Karena, tahap

pengumpulan data ketika berada langsung di lapangan kemudian dipaparkan

serta dirangkum dan langsung diolah melalui tahap kondensasi data. Dalam buku

mereka terdapat alur atau tahapan kegiatan analisis data kualitatif yaitu sebagai

berikut:

1. Data Condensation (Kondensasi Data)

Kondensasi data merupakan peringkasan data kontak langsung dengan

orang, kejadian dan situasi. Peneliti membuat catatan lapangan dan

menyimpan data yang didapat. Kemudian, peneliti melakukan

pengumpulan data dari proses program layanan kunjungan narapidana

berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

yang terdiri dari foto keadaan di lapangan, dokumen atau data-data yang

terkait dengan program layanan kunjungan online dan wawancara kepada


78

pihak yang terlibat, kemudian keseluruhan data tersebut dianalisis yang

berfungsi sebagai telaah yang sifatnya menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi ke lapangan ,

wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan,

serta dokumentasi berupa foto ditransformasikan menjadi rangkuman,

tabel, dan gambar. Data yang telah ditransformasi menjadi rangkuman,

tabel, dan gambar telah disesuaikan dengan fokus penelitian. Sesuai

dengan kegiatan dari kondensasi data bertujuan untuk lebih memfokuskan

data-data yang telah didapatkan melalui proses pengumpulan data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data oleh peneliti di sesuaikan agar data terorganisir, tersusun

dalam pola hubungan. Sehingga makin mudah dipahami dan

merencanakan penelitian selanjutnya. Peneliti menyusun data yang

relevan sehingga sekumpulan informasi dapat disimpulkan dam memiliki

makna tertentu. dilakukan dengan cara menampilkan data dari sekumpulan

informasi yang didapat dari implementor dan pengunjung, foto dan data-

data program layanan kunjungan narapidana berbasis online. Dimulai dari

alur layanan kunjungan narapidana, proses pelayanan yang baik atau tidak

oleh pegawai Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, data

terkait proses pelayanan kunjungan narapidana berbasis online serta

informasi yang didapat dari pengunjung bahwa belum semua pengunjung


79

memahami alur layanan kunjungan narapidana berbasis online serta rasa

kurang nyaman terhadap cara penyampaian saat proses pelayanan

kunjungan. Pada tahap penyajian data, peneliti menyajikan data penelitian

yang telah selesai melalui tahap kondensasi data. Data disajikan

kemudian dideskrisikan sesuai dengan fokus penelitian hal tersebut

bertujuan agar penelitian dapat fokus dan mempermudah dalam analisis

data.

3. Conclusion: Drawing/ Verifying (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Dari tahapan penyajian data peneliti berusaha mencari makna dari data

yang telah dianalisis dan ditelaah sedemikian rupa. Mendeskripsikan dan

melihat kesesuaian dari data dan pengaruh yag didapat peneliti,

melakukan perbandingan dari data keadaan lapangan atau bukti dengan

teori. Makna yang muncul dari data tersebut juga harus mempunyai

validitas yang berdasarkan kebenaran dan kecocokan pada penelitian,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sesuai dengan masalah yang

dibuat. Dari masalah yang ada di program layanan kunjungan narapidana

berbasis online Lembaga Pemasyaakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa proses pelaksanaan

pelayanan tersebut belum optimal.


80

1.8 Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan

dengan cara membandingkan data-data yang diperoleh dari wawancara, observasi

dan dokumentasi. Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2013:330) triangulasi

sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda. Oleh

karena itu peneliti selalu mengecek data hasil wawancara, data hasil observasi dan

data hasil dokumentasi yang telah didapatkan serta dikaitkan satu dengan yang

lainnya kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Dari proses penelitian yang telah

dilakukan melalui proses wawancara dengan implementor serta keluarga

narapidana, keadaan di lapangan yang dirasa oleh peneliti belum berjalan dengan

baik karena pegawai yang melaksanakan pelayanan belum benar-benar

memahami Standar Pelayanan Pemasyarakatan akibat kurangnya pengalaman,

kemudian masih banyaknya keluarga narapidana yang kurang paham terkait

dengan alur proses pelaksanaan pendaftaran pada program layanan kunjungan

narapidana berbasis online.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang beralamat di

Jalan Asahan No.7, Kel. Bunulrejo, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa

Timur, Kode Pos 65126. Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang tenar dengan nama Lembaga Pemasyarakatan lowowkaru. Namun,

faktanya berkata lain, karena Lembaga Pemasyarakatan ini tidak terletak di

kelurahan maupun kecamatan Lowokwaru. Melainkan di Kelurahan

Bunulrejo, Kecamatan Blimbing Kota Malang. Bangunan Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru ini menjadi saksi tiga kali pergantian zaman.

Pertama, lapas ini dibangun sejak zaman penjajahan Belanda. Untuk tahun

pembuatannya ada dua versi data, yakni tahun 1918 dan 1921. Tetapi,

bangunan tersebut didirikan pada masa pemerintah Belanda bersamaan

dengan mereka membangun perumahan di daerah celaket. Kemudian,

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang tersebut jatuh ke

tangan penjajah jepang saat menjajah tanah air sejak tahun 1942. Terakhir,

81
82

bangunan Lembaga Pemasyarakatan ini menjadi saksi zaman kemerdekaan

Negara Indonesia.

Pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, Malang tak luput dari

penguasaan Jepang. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang yang jatuh ke tangan jepang juga beralih fungsi. Penjara tersebut

digunakan sebagai tempat penampungan para pejuang pribumi untuk

diinterogasi. Pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

pula tentara Indonesia disiksa dan dibantai. Ketika Belanda kembali

memasuki Malang yang peristiwanya dikenal dengan sebutan Agresi Militer

pada 1947, bangunan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru pun tak luput

dari aksi bumi hangus yang dilakukan tentara pribumi. Seluruh kompleks

bangunannya dibakar hingga hanya tersisa tembok penyekatnya saja. Hal ini

dilakukan agar bangunan yang dinilai strategis tersebut tak bisa dikuasai dan

digunakan kembali oleh Belanda.

Saat ini, fungsi dari Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang masih tidak berubah. Bangunan ini masih digunakan sebagai penjara

untuk terpidana yang menghabiskan masa tahanan mereka. Menariknya,

lokasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang ini berada di

antara perumahan penduduk Kota Malang yang padat. Lembaga

Pemasyarakatan merupakan bagian terkahir dari sistem peradilan hukum

dengan tujuan menampung, merawat, membina, serta melindungi narapidana.

Disamping menjalankan hukuman, Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru


83

Kelas 1 Malang digunakan sebagai tempat pembinaan dan bimbingan untuk

narapidana. Jadi, meskipun seorang narapidana kehilangan kebebasan

bergerak mereka namun mereka tidak kehilangan kebebasan berkarya.

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang selain menjadi

lembaga yang memberikan binaan bagi terpidana yang menghabiskan masa

tahanan juga memberikan pelayanan kepada narapidana dan keluarga

narapidana. Narapidana mendapatkan pelayanan sebagai contoh untuk

pengurusan pembebasan bersyarat dan cuti bersyarat. Sedangkan pelayanan

yang diberikan kepada keluarga narapidana berupa pelayanan kunjungan.

Visi dari Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya adalah terwujudnya Lembaga

Pemasyarakatan Kelas 1 Malang yang PASTI (Profesional, Akuntabel,

Sinergi, Transparan, dan Inovatif).

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan oleh Lembaga

Pemasyatakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, maka ditetapkan misi sebagai

berikut:

1. Melaksanakan pengamanan dengan pasti;

2. Melaksanakan pembinaan dengan pasti;

3. Melaksanakan pelayanan dengan pasti;

4. Melaksanakan managemen rumah tangga dan ketatausahaan dengan pasti.


84

4.1.2 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang

Pelaksanaan tugas dan fungsi di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang telah dilakukan pembagian sesuai dengan

bidangnya. Struktur organisasi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang ditetapkan untuk mengatur garis wewenang dan

tanggung jawab pada masing-masing bagiannya. Berikut adalah struktur

organisasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru


Kelas 1 Malang
Sumber: Bagian Umum lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang
85

Berdasarkan gambar di atas, berikut ini deskripsi tugas dan fungsi

pada setiap jabatan pada Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang:

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas)

Kalapas merupakan penanggung jawab tunggal yang bertugas

mengkoordinasikan pembinaan kerja, administrasi keamanan dan tata

tertib serta pengelolaan ketatusahaan meliputi urusan kepegawaian,

keuangan dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam

rangka pencapaian tujuan Pemasyarakatan Narapidana atau penghuni

Lembaga Pemasyarakatan.

2. Bidang Tata Usaha

Tugas: Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga

Pemasyarakatan

Fungsi:

a. Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan;

b. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumahtangga

Bidang Tata Usaha terdiri dari:

a. Sub. Bag Kepegawaian dan Keuangan: bertugas melakukan

urusan kepegawaian dan keuangan;


86

b. Sub. Bag Umum: bertugas melakukan urusan surat menyurat,

perlengkapan dan rumah tangga.

3. Bidang Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)

Tugas: Menjaga Keamanan dan Ketertiban Lembaga

Pemasyarakatan Fungsi:

a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana;

b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;

c. Melakukan pengawalan penerimaan, penempatan, dan

pengeluaran narapidana;

d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan

e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga

Pemasyarakatan yang dipimpin oleh seorang kepala dan langsung

membawahi petugas keamanan Lembaga Pemasyarakatan.

4. Bidang Pembinaan

Tugas: Memberikan bimbingan pemasyarakatan kepada narapidana

Fungsi:

a. Melakukan registrasi dan membat statistic serta dokumentasi sidik jari

narapidana;
87

b. Memberikan bimbingan pemasyarakatan, mengurus kesehatan dan

memberikan perawatan bagi narapidana.

Bidang Pembinaan terdiri dari:

a. Seksi Registrasi: bertugas melakukan pencatatan dan membuat

statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana, pelaksanaan

kunjungan

b. Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan: bertugas

memberikan bimbingan dan penyuluhan rokhani serta memberikan

latihan olahraga, peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti pelepasan

dan kesejahteraan narapidana serta mengurus kesehatan dan

memberikan perawatan bagi narapidana

5. Bidang Kegiatan Kerja

Tugas: Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan

mengolah hasil kerja

Fungsi:

a. Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana dan mengolah

hasil kerja;

b. Mempersiapkan fasilitasi sarana kerja


88

Bidang Kegiatan Kerja terdiri dari:

a. Seksi Bimbingan kerja dan Pengolahan Hasil Kerja: bertugas

memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana

serta mengolah hasil kerja;

b. Seksi Sarana kerja: bertugas mempersiapkan fasilitasi sarana kerja

6. Bidang Keamanan dan Ketertiban (KAMTIB)

Tugas: Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian

tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang

keamanan dan menegakkan tata tertib.

Fungsi:

a. mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian

tugas pengamanan;

b. menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan

yang bertugas serta menyiapkan laporan berkala di bidang keamanan

dan menegakkan tata tertib.

Bidang Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari:

a. Seksi Keamanan: bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan

perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan;


89

b. Seksi Pelaporan Tata Tertib: bertugas menerima laporan harian dan

berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta

mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan

tata tertib.

4.1.3 Data Jumlah Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang

Lembaga Pemasyarakatan merupakan lembaga yang bertugas untuk

memberikan bimbingan kepada narapidana yang telah mendapatkan jatuhan

hukuman sesuai dengan masa tahanan. Seperti halnya di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang yang memiliki jumlah

narapinana sebagai berikut:


90

Gambar 4.2 Data Isi Lapas Kelas 1 Malang


Sumber: Bagian Umum Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang memiliki

jumlah penghuni narapidana berjumlah 3.101 ribu orang dengan kapasitas

penghuni yang seharusnya hanya berjumlah 1.282 orang. Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang terdiri dari narapidana, tahanan,

dan narapidana pertanian Ngajum. Golongan Narapidana terdiri dari: Pidana

Mati berjumlah 4 orang, pidana seumur hidup berjumlah 13 orang, hukuman

lebih dari setahun berjumlah 2.534 orang, pidana hukuman 3 bulan hingga 1
91

Tahun berjumlah 111 orang, hukuman yang menjalani subsider berjumlah 15

orang. Dengan total jumlah narapidana 2.677 orang.

Golongan dari tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas

1 Malang, terdiri dari: tahanan Kepolisian berjumlah 9 orang, tahanan

Kejaksaan berjumlah 44 orang, tahanan Pengadilan Negeri berjumlah 346

orag, tahanan Pengadilan Tinggi berjumlah 20 orang, tahanan Mahkamah

Agung berjumlah 5 orang. Total jumlah tahanan adalah 424. Sedangkan

narapidana yang sedang melaksanakan hukuman karena melalukan kesalahan

atau terkena penyakit serius yang menular berjumlah 1 orang dan narapidana

yang melaksanakan tugas luar pertanian Ngajum berjumlah 6 orang.

4.1.4 Aplikasi Kunjungan Online Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang

Hak mendapatkan kunjungan merupakan salah satu hak yang dimiliki

oleh narapidana ketika menjalankan masa tahanan di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Kunjungan kepada narapidana

tersebut dapat dilaksanakan oleh keluarga, teman, penasihat hukum dan

orang yang berkepentingan lainnya. Oleh karena itu, peluncuran aplikasi

Kunjungan Online diberlakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang untuk mempermudah proses kunjungan. Peluncuran dan

pelaksanaan kunjungan online telah diberlakukan sejak tahun 2018 hingga

saat ini.
92

Berikut adalah jumlah keluarga narapidana yang melaksanakan

kunjungan melalui sistem online dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Data Kunjungan Keluarga


Narapidana Tahun 2018-2019

TAHUN ONLINE MANUAL

2018 12.436 73.298


2019 23.143 69.018
Total 35.579 142.316

Sumber : Diolah dari Data Jumlah Kunjungan Narapidana Lapas


Kelas 1 Lowokwaru Malang Tahun 2018-2019

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui jumlah pengunjung keluarga

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang selama

tahun 2018 sampai 2019 memiliki jumlah yang sangat berbeda. Jika dlihat

pada tahun 2018 pengunjung dengan penggunaan sistem online berjumlah

12.436 orang dan pengguna sistem manual berjumlah 73.298 orang.

Sedangkan, pada tahun 2019 jumlah pengunjung sistem online mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 23.143 orang dan

pengguna sistem manual berjumlah 69.018 orang. Apabila dilihat dari

pelaksanaan kunjungan narapidana perbandingan melalui sistem online dan

manual selama 2 (dua) tahun terakhir memliki total yang berbeda dan

ditunjukkan jumlah pengunjung online berjumlah 35.579 orang dan

pengunjung manual berjumlah 142.316 orang.


93

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis

Online

Pada tahapan kebijakan publik, implementasi kebijakan publik

merupakan tahapan yang penting dan sangat menentukan hasil dari

pelaksanaan suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Tujuan dari

kebijakan publik akan akan tercapai dengan adanya proses implementasi yang

memenuhi persyaratan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn

dalam Agustino (2016:133). Pada tahapan implementasi ini, tentu akan

ditemukan variabel-variabel yang terkait dengan keberhasilan ataupun

kegagalan sebuah implementasi kebijakan.

Dalam penelitian ini dibahas mengenai implementasi program layanan

kunjungan narapidana berbasis online, namun dalam pelaksanaanya masih

terdapat beberapa kendala atau masalah yang terjadi. Untuk itu peneliti

membahasnya menggunakan teori Van Meter dan Van Horn yang membentuk

ikatan (linkage) antara kebijakan dan pencapaian (performance). Ada enam

variabel, menurut Van Meter dan Van Horn, yang mempengaruhi kinerja

implementasi kebijakan publik yaitu: (1) Standar dan sasaran kebijakan; (2)

Sumber daya; (3) Komunikasi Antarbadan Pelaksana; (4) Karakteristik Badan


94

Pelaksana; (5) Lingkungan Sosial, Ekonomi,dan Politik; (6) Sikap

Pelaksana/Disposisi.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Dalam membuat kebijakan ini ada standar dan sasaran yang

ditetapkan. Dalam pembuatan kebijakan terdapat sebuah standar dalam

menjalankan kebijakan atau program tersebut. Standar yang dibuat agar

proses pelaksanaan sesuai dengan aturan atau cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan dalam pembuatan kebijakan atau program terdapat pula sasaran

yang ditujukan agar tercapai sesuai dengan tujuan yang telah dirancang.

Standar dan sasaran kebijakan yang telah dibuat dan ditetapkan harus

dijalankan oleh seluruh implementor dari kebijakan atau program tersebut.

Adapun standar yang diterapkan dalam pembuatan program layanan

kunjungan narapidana berbasis online sesuai dengan Standar Operasional

Pegawai Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran

Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi. Sasaran kebijakan ini yaitu untuk

masyarakat atau pengunjung narapidana yang terdiri dari keluarga, teman,

penasihat hukum, dan orang tertentu lainnya.

Berikut adalah hasil wawancara peneliti kepada Bapak Sukarna Trisna

sebagai Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas

1 Malang menyatakan bahwa:


95

“Dalam program kunjungan online ini kan adalah program atau


inovasi yang diunggulkan di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru. Karena bisa dikatakan juga kunjungan online
belum dilakukan di semua Lembaga Pemasyarakatan, hanya
Lembaga Pemasyarakatan tertentu saja yang melakukan
program layanan itu. Awal mula sebenernya karena adanya
perintah dari Kemenpan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Kemudian dari Direktur Jenderal
Pemasyarakatan mengeluarkan sebuah Surat Keputusan berupa
standar yang dilakukan dalam pelaksanaan pelayanan standar
pemasyarakatan dan juga mengacu pada standar layanan
kunjungan yang diberikan oleh Dirjen Pemasyarakatan. Yaitu
Standar Operasional Pegawai Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-
02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan Berbasis Teknologi
Informasi.” (Wawancara pada 6 Januari 2020, pukul 08.30
WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang).

“Kalau sasaran atas diluncurkannya kunjungan online ini jelas


kepada masyarakat (pengunjung), dalam peluncuran ini
memang dibuat untuk memudahkan keluarga narapidana
terutama keluarga tetap seperti ibu,anak,saudara selain tiu juga
kerabat atau teman dari narapidana. Agar lebih mudah ya untuk
melakukan kunjungan kepada anak, suami, bapak.”
(Wawancara pada 6 Januari 2020, pukul 08.30 WIB, di
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Peneliti juga melakukan wawancara dengan anggota seksi Registrasi

yang melaksanakan langsung tugas pelayanan kunjungan. Berikut juga hasil

wawancara peneliti kepada Bapak Dion Kusuma sebagai Anggota Seksi

Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang menyatakan

bahwa:

“Standar dalam pelaksanaan pelayanan kunjungan online ini


yang saya tahu diatur di Standar Operasional Pegawai Nomor:
W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan
Berbasis Teknologi Informasi. Saya juga masih mempelajari
mengenai SK tersebut karena saya masih pegawai baru. Yang
96

jelas standar yang saya laksankan mengacu dari surat tersebut.”


(Wawancara pada 09 Januari 2020, pukul 09.00 WIB, di
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

“Sasaran jelas kepada pengunjung. Karena yang saya tahu


proses pendaftaran kunjungan narapidana dulu hanya melalui
proses manual, kemudian dianggap tidak efektif dan ingin
melaksanakan pembaruan inovasi pelayaanan. Dumunculkan
pendaftran kunjungan online ini.” (Wawancara pada 09 Januari
2020, pukul 09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang”
Standar dan sasaran kebijakan dari program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini yang dimaksud merupakan proses pendaftaran

oleh keluarga narapidana untuk melaksanakan kunjungan berupa proses yang

memanfaatkan teknologi atau melalui cara online. Program layanan

kunjungan narapidana berbasis online ini merupakan bentuk pelayanan yang

dilakukan oleh pegawai Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang dengan standar yang sesuai dan diatur dalam Standar Operasional

Pegawai Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran

Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi. Dimana sasaran dalam pelaksaan

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini merupakan

keluarga, teman, ataupun kerabat dari narapidana. Pelaksanaan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini merupakan inovasi

unggulan dari Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, agar

proses pelaksanaan pelayanan publik dapat berjalan dengan baik serta efektif

dan efisien.
97

Selain wawancara dengan pelaksana program layanan kunjungan

narapidana berbasis online, peneliti juga mewawancarai masyarakat atau

pengunjung yang menggunakan program layanan kunjungan berbasis online

ini. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati selaku ibu dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

menyatakan bahwa:

“Tergantung bisa tepat bisa tidak. Seperti saya memang


menggunakan program online itu sekarang. Yang
mendaftarkan juga anak atau cucu saya. Tapi kadang saya
juga masih pakai yang lama. Jadi, saya dating kesini baru
daftar. Soalnya, kalau pesan online kan memang harus tau
cara menggunakan, sedagkan saya tidak paham. Terus juga
perlu jaringan internet. Sedangkan saya juga jarang
menggunakan jaringan internet. Jadi, ya kadang saya
menggunakan cara online kalau tidak ya saya daftar
langsung kesini. Apalagi kalau untuk keluarga narapidana
yang lain ada yang sudah lanjut usia tidak mengerti
internet dan tidak menggunakan Handphone android ya
sepertinya tidak merasakan manfaat karena tetap memilih
menggunakan pendafatran manual yang dianggap mudah.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang).
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

menyatakan bahwa:

“Ya Sebenernya tepat, soalnya memang kita dimudahkan


ya. Tapi itu tadi kita sebelumnya nggak diajari cara-
caranya. Jadi, ya masih bingung. Apalagi yang kaya saya
sudah tua, ndak paham sama internet ya masih bingung
gunakannya.” (Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul
98

10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru


Kelas 1 Malang).
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Kalau saya ya setuju, sama ibu ya. Kan dari Lapas


memang nggak ada pemberitahuan sebelumnya. Kalau
buat yang sudah lanjut usia memang agak susah ya, tapi
kalau saya yang sedikit banyak paham internet ya mudah
saja. Malah cepat.” (Wawancara pada 13 Januari 2020,
pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang).
Menurut hasil wawancara dengan masyarakat atau pengunjung dari

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang bahwa

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini dapat digunakan

sesuai dengan keadaan dari keluarga narapidana atau pengunjung. Karena

penggunaan online disesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan keluarga

narapidana tersebut. Dimana sasaran dalam pelaksanaanya hanya dilakukan

oleh beberapa pengunjung atau keluarga yang memang mampu memanfaatkan

cara online yang membutuhkan jaringan internet.

Peneliti juga menyertakan isi dari Standar Operasional Pegawai

Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan

Berbasis Teknologi Informasi yang dimana menurut hasil wawancara di atas

Standar Operasional Pegawai dari layanan kunjungan adalah peraturan

tersebut meliputi:
99

Gambar 4.3 SOP Pendafatran Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi


Sumber: Standar Pelayanan Pemasyarakatan, 2014

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Standar

Operasional Pegawai terkait dengan pendafatran kunjungan berbasis online

yang memliki kualifikasi pelaksana yang mampu teliti dan terampil

menggunakan Sistem Database Pemasyarakatan, memahami peraturan terkait

kunjungan Warga Binaan Pemasyarakatan, dapat memberikan pengarahan

yang baik kepada pengunjung, dan mampu dilaksanakan sesuai aturan yang

berlaku. Berikut peneliti juga menyertakan alur dalam pelaksaan kunjungan

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, sebagai

berikut:
100

Gambar 4.4 Alur Layanan Kunjungan Warga Binaan Pemasyarakatan


Sumber: Standar Pelayanan Pemasyarakatan, 2014

Gambar 4.5 Pengunjung Mendafar dan Mengambil Nomor Antrian


Sumber: Data Diolah Peneliti
101

Gambar 4.6 Pengunjung Menunggu Panggilan Nomor Antrian


Sumber: Data Diolah Peneliti

Gambar 4.7 Penggeledahan Barang


Sumber: Data Diolah Peneliti
102

Gambar 4.8 Penggeledahan Badan


Sumber: Data Diolah Peneliti

Gambar 4.9 Proses Kunjungan


Sumber: Data Diolah Peneliti
103

Gambar tersebut adalah hasil observasi peneliti di lapangan, langkah

pertama pengunjung melakukan proses registrasi dengan mendaftarkan diri ke

petugas kunjungan di UPT Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang. Berikutnya, pengunjung harus mengambil nomor antrian. Kemudian

pengunjung menunggu panggilan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang sesuai dengan nomor antrian. Selanjutnya, proses

penggeledahan barang bawaan dan penggeledahan badan pengunjung yang

dilakukan oleh petugas sesuai dengan jenis kelamin pengunjung. Selanjutnya

pengunjung dipertemukan dengan narapidana atau tahanan oleh petugas

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang di tempat yang telah

disediakan yaitu ruang kunjungan. Ruang kunjungan adalah tempat dimana

warga binaan pemasyarakatan atau narapidana bertemu dengan sanak saudara,

dan orang tertentu, di ruangan ini tidak ada pembatas atau penghalang yang

membatasi warga binaan pemasyaratakatan atau narapidana dengan

pengunjung. Tetapi, di ruangan ini terdapat petugas yang bertugas mengawasi

kunjungan dan terdapat CCTV di area tersebut.

Peneliti juga menyertakan pemberitaan media elektronik terkait

dengan peluncuran Kunjungan Narapidana berbasis Online oleh Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, sebagai berikut:


104

Gambar 4.10 Aplikasi Kunjungan Online LAPAS Lowokwaru


Sumber: Suryamalang.tribunnews (19 Januari 2020)

Berdasarkan dari gambar 4.10 di atas dijelaskan bahwa peluncuran

pendaftaran kunjungan narapidana berbasis online ini disaksikan oleh

beberapa pihak yaitu para pelaksana dan agen media elektronik. Dimana

media elektronik akan memberikan masyarakat informasi terkait dengan

kunjungan online tersebut. Pada pemberitaan oleh media elektronik tersebut

dapat dilihat bahwa Kepala Lembaga Pemasyarakatan lowokwaru Kelas 1

Malang tersebut menjelaskan bahwa peluncuran aplikasi ini adalah aplikasi

pelayanan berbasis teknologi dan ditujukan bagi keluarga narapidana apabila

ingin berkunjung.
105

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini merupakan suatu program pelayanan publik

yang diluncurkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

sebagai inovasi dalam melaksakanakan pembenahan proses pelayanan publik

serta menjadi inovasi unggulan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang. Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan aturan atau

prosedur yang diberlakukan yaitu Standar Operasional Pegawai Nomor:

W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan Berbasis

Teknologi Informasi. Dimana sasaran dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini adalah masyarakat atau pengunjung dari

narapidana yaitu sanak saudara dan orang tertentu. Namun, dalam

pelaksanaan pelayanan yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan belum

semua pengunjung melaksanakan dan memanfaatkan program tersebut,

karena pengunjung menyesuikan dengan kebutuhan mereka dimana program

yang bersifat online tersebut memerlukan jaringan internet. Selain itu,

keluarga narapidana juga tidak sedikit yang kurang memahami teknologi dan

tidak memahami cara penggunaan program layanan kunjungan online. Jadi,

pengunjung yang telah lanjut usia tersebut memilih menggunakan cara yang

manual dalam proses pendaftaran kunjungan kepada warga binaan

pemasyarakatan.
106

2. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Dalam menunjang

keberhasilan suatu kebijakan sangat dibutuhkan dukungan sumber daya yaitu,

sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya lainnya yang berperan

mendukung proses pengimplementasian suatu kebijakan. Manusia menjadi

sumber daya yang memiliki peranan terpenting dalam impelementasi suatu

kebijakan atau program kemudian didukung dengan sumber daya lain, seperti

sumber daya teknologi yang sekarang merupakan sumber daya yang marak

digunakan oleh masyarakat. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses

implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan

berkompeten sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan yang

ditetapkan, namun ketuka sumber daya itu tidak berjalan dengan semestinya

maka kebijakan tersebut sulit untuk dikatakan berhasil. Peningkatan kualitas

manusia juga diharapkan dapat menunjang proses pelaksanaan suatu

kebijakan atau program yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.

1) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam merupakan suatu komponen penting

dalam melaksanakan suatu kebijakan atau program yang sudah matang

direncanakan dan memiliki suatu tujuan yang jelas. Sumber daya manusia
107

merupakan suatu sumber daya yang memberi kontribusi bagi pencapaian

tujuan-tujuan organisasi serta memberikan kepastian bahwa pelaksanaan

fungsi dan kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi

kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat. Namun, dalam

pelaksanaan sebuah kebijakan atau program yang telah dirancang

sebelumnya, perlu adanya kualifikasi terhadap sumber daya yang akan

menalaksanakan kebijakan tersebut. Agar tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya dapat terlaksana dengan baik. Seperti halnya di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Pada sebuah instansi

pemerintah termasuk Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang perlu adanya suatu kecakapan sumber daya manusia yang mampu.

Berikut adalah wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna

sebagai Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyaratakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Menurut saya terkait sumber daya manusia di sini bisa


dikatakan cukup ya walau belum benar-benar bagus
sekali, bisa dilihat dari kemarin Lembaga Lapas
Lowokwaru Kelas 1 Malang baru saja mendapat
pengahargaan dari pusat yaitu WBK. Namun, seperti
saya pun masih harus banyak belajar. Tetapi, karena
sebelumnya pegawai yang masuk di sini (Lembaga
Pemasyararakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
merupakan pegawai yang lolos dari beberapa tahan
seleksi oleh pemerintah. Kebetulan dibagian registrasi
ini memang banyak diisi dengan pegawai muda. Jadi
apabila dikatakan kemampuan IT itu bagus sekali
dibandingakn dengan saya. Tetapi, ada beberapa
kekurangan seperti kurang pahamnya terkait
pengalaman bagaimana lapas itu sendiri. Jadi masih
108

harus belajar banyak terkait bagaimana standar dan


aktivitas bagaimana pekerjaan disini.” (Wawancara
pada 06 Januari 2020, Pukul 08.30 WIB, di Lembaga
Pemasyarkatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berikut adalah wawancara peneliti dengan Bapak Dion Kusuma

sebagai Anggota Staff Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Sumber daya manusia di sini (Lembaga


Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang) menurut
saya cukup banyak untuk jumlah anggota, apalagi
Lapas sini termasuk Lapas yang besar ya di Jawa
Timur. Untuk sumber daya manusia sendiri dari segi
kemampuan dari yang sudah lama dan baru cukup baik.
Tapi yang memang harus ditingkatkan melalui
pelatihan-pelatihan.” (Wawancara pada 09 Januari
2020, Pukul 09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut adalah wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati selaku ibu

dari warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“Pegawainya kan muda-muda ya baru semua kalau


kasih arahan ya kadang masih salah. Tapi saya say a
wajar kan mereka masih belajar. Tapi ya saya gini
kadang ikut bingung.” (Wawancara pada 13 Januari
2020, Pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berikut adalah wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu dari

warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“Sama, saya juga bingung, waktu itu saya juga tanya


cara sama aturan ya beda satu sama yang lain. Mungkin
kurang pengalaman kan sebelumnya. Masih baru”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, Pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)
109

Berikut adalah wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak

dari warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“Kaya mbak lihat di depan kan di bagian pendaftaran


ada keluarga yang bolak-balik banyak yang tanya ke
pegawai. Nah kadang mereka udah tanya ke pegawai
yang satu tapi kurang jelas, jadi ya tanya lagi.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, Pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)
2) Sumber Daya Teknologi

Sumber daya teknologi saat ini merupakan sumber daya yang menjadi

unggulan seluruh masyarakat. Sumber daya teknologi merupakan bentuk

bukti dari kemajuan teknolgi Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi (IPTEK).

Dalam proses pelaksanaan sebuah kebijakan atau pelaksanaan sebuah

program saat ini diperlukan adanya sumber daya teknolgi untuk

mengefektifkan dan mengefisiensi pekerjaan yang dilaksnakan.

Pemutakhiran sumber daya teknologi dapat dimanfaatkan untuk sarana

informasi, komunikasi.

Sumber daya teknologi dapat membantu proses pelaksanaan sebuah

kebijakan atau program agar mudah diselesaiakan dengan waktu yang

tidak lama. Seperti halnya di instansi pemerintah saat ini terutama dalam

proses pelaksanaan pemerintah berbasis electronic government sangat

diperlukan adanya sebuah sumber daya teknologi agar mudah terjangkau

dan mudah terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapakn sebelunya.
110

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang juga

menggunakan sebuah sumber daya teknologi dalam proses pelayanan

kepada keluarga narapidana atau pengunjung. Berikut adalah hasil

wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna sebagai Kepala Seksi

Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Kalau sumber daya teknologi Lembaga


Pemasyarakatan Lowokwaru ini ya cukup lah lumayan.
Apalagi ditambah memang sekarang diharuskan
menggunakan IT. Apapun pekerjaan disini sudah
menggunakan IT, jadi pegawai dituntut untuk mampu
menggunakan IT sekarang. Inovasi unggulan yang ada
di sini (Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang) juga berbasis online seperti kunjungan ini.
Kita juga menggunakan teknologi informasi dalam
melaksanakannya. Tapi ya kembali lagi kalau teknologi
kadang masih sering terhambat karena jaringan
internet. Termasuk terkadang adanya jaringan yang
nagadat. Itu hambatan teknologi di program online ini.
Komputer apabila tiba-tiba berhenti tidak dapat
digunakan juga menghambat. Sama sarana
komputernya sih yang saya rasa masih kurang
jumlahnya.” (Wawancara pada 06 Januari 2020, Pukul
08.30 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang)

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dion Kusuma

sebagai Anggota Staff Seksi Regstrasi Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:


111

“Itu kan termasuk tugas saya di seksi registrasi ini,


menurut saya di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang sudah menggunakan
sumber daya teknologi ya baik soalnya dibuat website
ini kan untuk daftar kunjungan. Seperti tugas yang
saya laksanakan saat ini seperti kunjungan online,
kunjungan online kan menggunakan teknolgi
informasi. Pendafatran nya menggunakan website
yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang untuk keluarga
narapidana. Ditambah pelayanan yang menggunakan
teknologi ini belum dilaksanakan di beberapa
Lembaga Pemasyarakatan di Jawa Timur.”
(Wawancara pada 09 Januari 2020, pukul 09.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati selaku ibu

dari warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“Bagus di sini untuk teknologinya, kaya aplikasi juga


disediakan kan sama Lapas di sini. Jadi ya klau paham
internet ya mudah soalnya udah disediakan
sebenernya.” (Wawancara pada 13 Januari 2020, Pukul
10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang)

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu

dari warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“ya mudah kalau pakai internet nanti di sini juga


disediakan kan kayanya alat buat cetak nomor kaya gitu
itu udah disediakan juga sama lapas sini. Ndak perlu
keluar-keluar.” (Wawancara pada 13 Januari 2020,
Pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
112

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak

dari warga binaan pemasyarakatan, menyatakan bahwa:

“Di depan tadi kan disediakan itu mbak buat yang scan
barcode, sama alat cetak. Aplikasi juga disediakan. Alat
yang buat geledah juga canggih ya menurut saya
sebenernya bagus tapi ya balik lagi kurang ada
sosialisasi jadi yang tahu saja yang bisa gunakan.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, Pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti, dapat

dilihat bahwa sumber daya yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, terdiri dari sumber daya manusia dan sumber

daya teknologi sudah dikelola dan diarahkan sesuai dengan aturan yang

diberikan. Utamanya dengan standar aturan mengenai standar pelayanan

pemasyarakatan. Sumber daya manusia yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang memiliki jumlah anggota yang

cukup banyak dibandingkan dengan Lembaga Pemasyarakatan di Jawa

Timur. Namun, tetap diperlukan adanya sebuah petihan agar meningkatkan

kemampuan sumber daya manusianya. Sedangkan, teknologi informasi di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru kekas 1 Malang sudah dibuktikan

dengan penggunaan website sebagai proses pelayanan kepada masyarakat

(keluarga narapidana) dalam proses pendafatran kunjungan. Lembaga

Pemasyarkatan menjadikan teknologi informasi berupa website untuk

meningkatkan inovasi dan program.


113

Peneliti juga menyertakan hasil observasi keaadan di lapangan

terkait dengan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, sebagai berikut:

Gambar 4.11 Pengunjung Bertanya Kepada Pegawai


Sumber: Data Diolah Peneliti

Pada Gambar di atas dijelaskan bahwa pengunjung sedang bertanya

kepada pegawai apa yang dianggap belum dimengerti terhadap alur

pelaksanaan pelayanan kunjungan online. Pengunjung menanyakan hal yang

dianggap masih membingungkan. Peneliti juga menyertakan foto website

yang digunakan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

dalam proses pelayanan kepada keluarga narapidana berupa program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini, dalam pelayanan tersebut

pengunjung melakukan registrasi pertama berupa mengisi data diri sesuai

dengan petunjuk pengisian data yang ada di dalam website dan formulir,

sebagai berikut:
114

Gambar 4.12 Login Pengunjung Kunjungan Online


Sumber: Website Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Malang

Berdasarkan gambar di atas, merupakan isi halaman kedua website

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang yang digunakan

dalam proses pelaksanaan kunjungan online oleh keluraga narapidana.

Dapat dijelaskan bahwa gambar tersebut merupakan langkah awal oleh

pengunjung dalam proses pendaftaran diri untuk mendapatkan nomor

antrian sebelum melaksakan sebuah kunjungan kepada sanak saudara yang

berada di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Proses

memasukkan dan melengkapi data diri sesuai dengan apa yang dibutuhkan
115

dalam website dan data Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang dalam pelaksanaan langkah awal mendapatkan nomor antrian

pengunjung. Apabila sudah mendapat nomor antrian, maka pengunjung

dapat melakukan tahap selanjutnya untuk memasuki pintu utama dan

melakukan penggeledahan.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

dilakukan di lapangan. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses

pelaksanaan program layanan kunjungan narapidana berbasis online di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang memiliki dua

sumber daya yang menjadi poin penting dalam pelaksanaanya, yaitu

sumber daya manusia dan sumber daya teknologi. Sumber daya manusia

yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

memiliki jumah anggota yang cukup banyak. Namun dalam proses

pelaksaan tugas dan fungsi yang ada di lapangan menurut peneliti pegawai

kurang maksimal, karena kurangnya pengalaman karena bisa dikatakan

implementor adalah pegawai yang baru maka masih perlu adanya pelatihan

oleh pegawai untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas terkait tugas

serta standar yang digunakan pegawai dalam proses pelaksanaan pelayanan

kepada keluarga narapidana.

Penggunaan sumber daya teknologi Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang telah melakukan pembenahan dan

peningkatan dengan memunculkan website untuk keluarga narapidana agar


116

melakukan pendaftaran sebelum dapat melakukan kunjungan kepada warga

binaan pemasyarakatan. Namun, dalam proses pelaksanaan masih sering

mengalami kendala terkait dengan jaringan internet yang masih sering

tersendat termasuk kurangnya jumlah sarana teknologi berupa komputer

dalam penerimaan pendafatran keluarga narapidana yang hendak

melaksanakan kunjungan melalui website yang disediakan oleh Lembaga

Pemasyarkatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.

3. Komunikasi Antarbadan Pelaksana

Komunikasi merupakan salah satu peran dan poin penting yang

diperlukan dalam setiap implementasi suatu kebijakan. Program layanan

kunjungan narapidana berbasis online dalam implementasinya perlu adanya

komunikasi yang baik agar maksud dan tujuan dari adanya program ini

mampu tersampaikan dengan baik dan pelaksanaannya berjalan dengan

lancar. Karena semakin baik koordinasi dan komunikasi yang dilakukan di

antara pelaksana-pelaksana yang terlibat dalam program tersebut mampu

melaksanakan dan proses pencapaian tujuan program dapat dilaksanakan

dengan efektif. Komunikasi termasuk faktor vital daalam sebuah organisasi

agar program-program dapat terealisasi sesuai dengan tujuan dan

sasarannya. Komunikasi juga merupakan suatu proses yang cukup sulit

karena dalam meneruskan pesan-pesan ke dalam organisasi yang memiliki

berbagai macam individu dan struktur organisasi harus disampaikan


117

dengan baik, mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh masyarakat,

serta harus sesuai dengan standar dan sasaran kebijakan atau program agar

tidak ada perbedaan tafsir dalam kebijakan tersebut.

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna

sebagai Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang menyatakan bahwa:

“Kalau komunikasi yang dilakukan di sini kepada pegawai ya


sudah dilakukan. Kalau pegawai memang dibentuk sebuah tim
khusus, bernama tim pelayanan publik. Tim ini hanya ada di
seksi saya di seksi registrasi, karena hanya seksi saya yang
langsung melaksanakan pelayanan publik. Selain itu, tiap pagi
juga pasti dilaksanakan apel pagi untuk membahas kurang
lebih tentang hasil kerja tiap bagian atau seksi disini oleh
kalapas. Tapi, kalau dari saya sendiri komunikasi kepada
anggota ya pasti setiap hari karena saya juga ikut turun
langsung ke lapangan, jadi, kalau ada pegawai yang kurang
paham ya bisa langsung ditanyakan ke saya. Ditambah
pegawai di seksi registrasi ini banyak yang pegawai baru, jadi
butuh banyak bimbingan.” (Wawancara pada 06 Januari 2020,
Pukul 08.30 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang)
“Untuk pemberian sosialiasi sebetulnya dari keluarga
narapidana atau pengunjung sendiri memiliki sebuah
komunitas. Mereka juga melakukan perkumpulan. Sehingga
dari perkumpulan tersebut ada pembicaraan ya yang bisa
disebut adanya pesan berantai dari satu orang ke orang lain
untuk melakukan pendafatran kunjungan dengan pendaftaran
di website resmi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas
1 Malang.” (Wawancara pada 06 Januari 2020, pukul 08.30
WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Berikut peneliti juga melampirkan hasil wawancara mengenai

komunikasi antarimplementor program layanan kunjungan narapidana


118

berbasis online dengan Bapak Dion Kusuma Selaku Anggota Staff Seksi

Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Kalau pelaksanaan kunjungan kan kadang tidak hanya dari


registrasi, tapi juga ada piket dari pegawai seksi lain. Kalau
pemeriksanya perempuan memang kadang beda dari yang laki-
laki. Kalau petugas yang laki-laki agak santai. Komunikasi
yang terjadi antara anggota dengan kepala seksi yaitu Bapak
Nanok bisa dikatakan cukup baik. Karena, pelaksanaan
kunjungan online ini kan kita sendiri yang melakukan
pelayanan secara langsung kepada masyarakat (keluarga
narapidana) kecuali penggeledahan. Peggeledahan dilakukan
apabila ada piket saja. Jadi, apabila kita melayani langsung dan
saya selaku anggota dengan kawan yang lain apabila ada hal
yang kurang paham, biasanya langsung kita komunikasikan
dengan kepala atau sesama anggota. Kita juga anggota
registrasi khususnya, memiliki tim yang bernama tim
pleayanan publik.” (Wawancara pada 09 Januari pukul 09.00
WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang.”
“Selama saya menjadi pegawai disini, pelaksanaan kunjungan
online baru saja dilaksanakan. Jadi, dari pengunjung dari yang
sangat sedikit hingga semakin lama semakin meningkat.
Sosialisasi memang belum dilakukan secara resmi. Tapi,
menurut saya poster cara kunjungan baru berupa pendaftaran
kunjungan online sudah dipasang di bagian depan di ruang
pendafaran, jadi ya menurut saya cukup. Karena pengunjung
juga bisa membaca pengumuman tersebut.” (Wawanacara pada
09 Januari 2020, pukul 09.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Peneliti juga melaksanakan wawancara kepada keluarga warga binaan

pemasyarakatan atau pengunjung terkait adanya program layanan kunjungan

narapidana berbasis online. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan


119

Ibu Sutinah selaku pengunjung atau keluarga warga binaan pemasyarakatan,

menyatakan bahwa:

“Kalau sosialisasi kayanya belum, hanya saja awalnya saya


sedang berbicara dengan pegawai Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang ya diberitahu kalau disini
memiliki cara pendaftaran baru lewat website. Saya juga
mendapatkan informasi dari sesama keluarga narapidana kalau
disini menggunakan kunjungan lewat online. Gimana ya, kalau
yang periksa barang bawaan kan campur ya petugas laki dan
perempauan. Kalau perempuan ya kadang kalau meriksa
nadanya agak tinggi, beda dengan yang laki-laki. Kecuali kalau
memang ada yang melanggar petugas laki-laki juga tetep saja
pasti marah. Tapi, kalau bagaimana melakukan pemeriksaan
nya itu baik, tidak dibeda-bedakan” (Wawancara pada 13
Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati selaku ibu dari

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Ya sudah sesuai, tapi kalau petugas perempuan memanag


agak beda. Lebih tegas. Kalau petugas laki-laki lebih kalem.
Apalagi dalam proses penggeledahan juga sangat ketat. Jadi
menurut saya ya sudah dilaksanakan dengan baik tugasnya.
Menurut saya sudah cukup.” (Wawancara pada 13 Januari
2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:
120

“Waktu pendaftaran sampe proses penggledahan ya sebenernya


pegawainya sudah melaksanakan tugasnya sudah sesuai. Tapi
kalau perempuan memang kadang agak bikin kaget nadanya
kalau ada yang tidak sesuai dengan ketentuan langsung naik.
Buat pengunjung kaget juga kadang. Kan kadang tetep ada ya
pegunjung yang tidak sesuai sama aturan. Melangar.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi di lapangan

dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi antar pelaksana program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini sudah dilaksanakan.

Dimana para pegawai Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

terutama pada Seksi Registrasi yang melaksanakan program pelayanan publik

secara langsung dapat dilihat bahwa para pegawai ikut turun langsung untuk

mendaftar para pengunjung. Pegawai Lembaga Pemasyarkatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang telah membentuk tim khusus dalam pelayanan kepada

masyarakat (keluarga narapidana) yang bernama tim pelayanan publik.

Program layanan kunjungan berbasis online yang diberikan oleh

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang apabila dikatakan oleh

keluarga narapidana, mereka belum mendapatkan sosialisasi yang diadakan

secara resmi oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

terkait alur dan aturan dalam proses pendaftaran kunjungan narapidana

melalui sistem online. Bagaimana cara komunikasi atau bicara dari pegawai

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang saat melaksanakan

proses pemeriksaan barang juga dirasa berbeda oleh keluarga narapidana.


121

Petugas wanita di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

apabila melaksanakan tugas melaksanakan penggeledahan tidak jarang

menggunakan nada tinggi.

4. Karakteristik Badan Pelaksana

Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah karakteristik badan pelaksana. Hal ini

sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat

banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen

pelaksananya. Misalnya, impelementasi kebijakan publik yang berusaha untuk

merubah perilaku manusia secara radikal, maka agen pelaksana program itu

haruslah berkarakteristik tegas dan disipilin dalam melaksanakan aturan

sesuai dengan sanksi hukum yang telah ditetapkan. Selain itu, cakupan atau

luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala

hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi

kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

Karakteristik agen pelaksana yang baik terutama pada sikap yang disiplin

akan memperlancar proses pelaksanaan suatu program atau kebijakan berjalan

dengan baik dan dapat dengan mudah mencapai tujuan suatu kebijakan atau

program yang telah ditetapkan sebelumnya.


122

Dari pendapat Van Meter dan Van Horn, peneliti memahami bahwa

karakteristik dari badan pelaksana kebijakan atau program sangat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi kebijakan

publik. Dalam pelaksanaan suatu implementasi suatu program untuk

masyarakat diharapkan perlu adanya karakteristik badan pelaksana yang

menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.

Berikut adalah wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna

sebagai Kepala Seksi Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

kelas 1 Malang menyatakan bahwa:

“Pasti dalam pelaksanaan kunjungan online ini harus dilakukan


cukup maksimal. Karena, ini kan unggulan inovasi pelayanan
publik disini. Jadi saya selaku Kasi Registrasi dalam
pelaksanaan pelayanan publik memang harus bersikap lebih
tegas. Karena bisa dibilang anggota saya hampir semua
merupakan pegawai baru dan muda. Jadi dalam perlu ada
bimbingan khusus. Sikap disiplin juga. Oleh karena itu saya
juga memberi dokumen terkait standar pelayanan
pemasyarakatan agar mereka memahami pelayanan di
Lembaga Pemasyarakatan ini seperti apa. Standar yang saya
beri itu dari Standar Operasional Pegawai Nomor:
W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan
Berbasis Teknologi Informasi dan mengitkan setiap hari
apabila ada suatu kesalahan yang dilaksanakan selama
melakukan proses pelayanan kepada masarakat atau
pengunjung di sini.” (Wawancara pada 06 Januari 2020, pukul
08.30 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Peneliti juga melaksanakan wawancara dengan anggota dari seksi

registrasi terkait dengan tugas anggota staff registrasi dalam pelayanan publik
123

khususnya inovasi saat ini berupa program layanan kunjungan narapidana

berbasis online. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dion

Kusuma sebagai Anggota Staff Seksi Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Tugas saya di sini melakukan pelayanan kepada masyarakat


(keluarga narapidana), pengurusan lain seperti Cuti Bersyarat,
Pembebasan Bersyarat. Karena di seksi registrasi ini memang
mengurusi pelayanan kepada narapidana dan keluarga
narapidana. Contohnya seperti sekarang yaitu kunjungan
online untuk pengunjung di sini (Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang). Sebagai pegawai disini, saya
memang harus dituntut memang wajib mengikuti aturan yang
berlaku. Tanggung jawab juga dengan apa yang jadi tugas
saya. Apalgi tugas saya terkait dengan pelayanan jadi ya harus
tanggung jawab, disiplin. Tugas utama saya di kunjungan
online ini saat keluraga narapidana yang mau melakukan
kunjungan ke anak atau saudara yaitu saat registrasi awal di
depan. Pendaftaran online atau manual. Di tim pelayanan
publik dibagi-bagi tiap orangnya untuk mengerjakan
pelayanan. SOP yang saya gunakan juga ada dari aturan yang
diberlakukan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang” (Wawancara pada 09 Januari 2020, pukul 09.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Peneliti juga menyertakan dokumen terkait dengan alur yang sesuai

dengan Standar Operasional Pegawai yang dilaksanakan dalam melakukan

pelayanan kepada keluarga narapidana dalam pelaksanaan program layana

kunjungan narapidana berbasis online sebagai berikut:


124

Gambar 4.13 SOP Pendaftaran Kunjungan Berbasis Teknologi Informasi


(Antrian Online)
Sumber: Standar Pelayanan Pemasyarakatan, 2014
125

Gambar di atas menunjukkan Standar Operasional Pegawai dalam

melaksanakan program layanan kunjungan narapidana berbasis online.

petugas pendaftaran melakukan pemanggilan pengunjung berdasarkan nomor

antrian yang dibawa oleh pengunjung. Ketika pengunjung telah melaksanakan

pemanggilan nomor antrian, maka petugas menerima form kunjungan dan

nomor antrian fisik yang dimiliki oleh keluarga warga binaan

pemasyarakatan. Selanjutnya, petugas memeriksa form dan mecocokkan

identitas dari warga binaan pemasyarakatan dengan pengunjung. Apabila telah

cocok, petugas melakukan perekaman data pengunjung berupa E-KTP, sidik

jari, dan foto keluarga narapidana. Langkah selanjutnya pencetakan surat ijin

kunjungan. Mengarahkan pengunjung pada loker untuk menitipkan barang

bawaan yang dianggap tidak boleh masuk dan dibawa ke dalam Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1Malang saat melakukan kunjungan. Dan

petugas mengarahkan kembali pengunjung kepada porter selanjutnya untuk

penggeledahan barang bawaan dan badan.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di lapangan

maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik badan pelaksana dalam

menjalankan sebuah program sangat perlu dilakukan. Karakteristik badan

pelaksana yang baik, memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dengan baik

akan memperlancar proses pelaksanaan sebuah kebijakan atau program agar

tercapai sesuai dengan aturan. Dilihat dari karakteristik agen pelaksana

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini para petugas atau
126

pegawai berusaha menerapkan sikap yang bertanggung jawab dan disiplin

serta melaksanakan sebuah tugas sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun,

kurangnya pengalaman dari pegawai masih terjadi dalam pelaksanaan. Aturan

yang berkaitan dengan Standar Operasional Pegawai yang tertuang dalam

Standar Pelayanan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang agar program yang disusun berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan tujuan.

5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Lingkungan ekomoni sosial dan politik merupakan aspek yang penting

dalam pelaksanaan sebuah kebijakan atau program. Lingkungan eksternal juga

mempengaruhi proses berjalannya sebuah pelaksanaan kebijakan atau

program dari instansi-instansi yang ada di pemerintahan. Apabila lingkungan

ekonomi sosial dan politik keadaanya mendukung, maka dalam proses

pelaksanaan sebuah kebijakan atau program dari instansi pemerintah juga

berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Pada instansi pemerintahan memiliki beberapa pihak eksternal dalam

menjalankan proses kebijakan atau program yang telah dirancang sebelumnya.

Terutama pada instansi yang melakukan sebuah pelayanan publik dan

langsung bersentuhan dengan masyarakat secara langsung. Maka, lingkungan

eksternal juga ikut mempengaruhi. Seperti halnya pada Lembaga


127

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang yang membuat sebuah inovasi

pelayanan publik berupa program layanan kunjungan narapidana berbasis

online. Pada program tersebut lingkungan sosial dari pihak eksternal juga

mempengaruhi pada proses pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online, pihak eksternal tersebut adalah keluarga dari

narapidana yang hendak melakukan kunjungan kepada sanak saudara yang

menjadi warga biaan pemasyarakatan.

Peneliti melakukan wawancara terkait dengan lingkungan sosial,

ekonomi dan politik dalam proses pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan

Bapak Sukarna Trisna selaku Kepala Seksi Registrasi di Lembaga

Pemasyrakatan Lowowkaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaan program layanan kunjungan


narapidana berbasis online ini bisa dikatakan ya sudah
diterima dengan baik oleh keluarga narapidana yang
hendak melaksanakan kunjungan dengan sanak saudara
yang menjadi warga binaan pemasyarakatan di sini
(Lemaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang), walaupun memang banyak sih yang belum
paham cara-caranya. Termasuk memang pegawai kita
yang masih baru, jadi perlu evaluasi. kita melakukan
sebuah tes kepada keluarga narapidana dengan
memberikan kuesioner untuk mengukur indek kepuasan
pelayanan secara umum ya yang diberikan oleh petugas
kepada masyarakat (Keluarga pengunjung dari
narapidana Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang) untuk mengukur seberapa puas
dengan pelayanan yang ada di sini (Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang). Dari
128

hasil jawaban pengunjung kemudian hasilnya kami


proses, dan ditemukan hasil dari jawaban semua
pengunjung di sini. Dan hasil nya juga cukup baik.
Memang ada satu atau dua poin yang paling rendah dari
poin pelayanan yang lain. Tapi kami akan jadikan
motivasi untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada
disini. Termasuk dengan adanya kuesioner tersebut kita
semua di sini (Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang) juga mendapatakan penghargaan dari
pusat. Yaitu WBK atau Wilayah Bebas Korupsi.”
(Wawancara pada 06 Januari 2020, pukul 08.30 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan Kepala Seksi

Registrasi melainkan juga melakukan wawancara dengan Anggota Staff Seksi

Registrasi sebagai pelaksana program layanan kunjungan narapidana berbasis

online. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak Dion Kusuma selaku

Anggota Staff Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang, menyatakan bahwa:

“Respon keluarga yang saya lihat bagi mereka yang


bisa menggunakan dan memanfaatkan layanan
kunjungan online ini cukup baik. Karena saya rasa
mereka juga merasakan proses yang lebih cepat ya.
Keluarga narapidana bisa melakukan pendafatran
dimana saja. Mungkin bagi keluarga narapidana yang
lanjut usia dan kurang memahami teknologi ya kurang
mendapatkan dan merasakan manfaat dari adanya
proses pendaftaran kunjungan online ini. Selama saya
bertugas disini, juga tidak sedikit keluarga narapidana
yang bertanya mengenai cara pendafatran melalui
website kami (Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang), jadi ya kami kasih tau dan kami
tuntun gimana cara mendaftarkan diri melalui online.
Agar lain waktu keluarga narapidana melakukan
pendafatran kunjungan lewat pendafatran kunjungan
129

online ini.” (Wawancara pada 09 Januari 2020, pukul


09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang)

“Kalau permasalahan baru sepertinya tidak ada dari


diberlakukan nya inovasi program layanan kunjungan
narapidana berbasis online ini. Malah memperlancar
proses pelayanan yang kami lakukan kepada keluarga
narapidana berbasis online. dan saya rasa malah lebih
tertata dengan adanya pendaftaran keluarga narapidana
melalui online ini.” (Wawancara pada 09 Januari 2020,
pukul 09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Selain kepada Kepala dan Staff Seksi Registrasi peneliti juga

melakukan wawancara kepada keluarga narapidana yang hendak melakukan

kunjungan. Berikut adalah hasil wawancara dengan Ibu Mujiati sebagai

keluarga narapidana, menyatakan bahwa:

“Respon saya dengan adanya pendaftaran kunjungan


online ini ya sedikit bingung, tapi sebenernya mudah.
Kita datang kesini tidak perlu antri lama. Apalagi
rumah saya juga jauh. Jadi kalau ada pendaftaran online
tidak perlu datang pagi. Sampai di sini (Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang) juga
tidak antri panjang. Tetapi ya kalau seperti saya yang
masih dibantu anak cucu masih bisa pakai pendafatran
kunjungan online ini. Tapi kalau keluarga narapidana
yang lain yang sudah lanjut usia tidak bisa
menggunakan HP dan rumahnya jauh itu kasian.
Pegawainya ya kadang suka masih dibenarkan sama
kepala ya, paling karena kurang pengalaman kan. Setau
saya pegawai baru soalnya.” (Wawancara pada 13
Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
130

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Permasalahan baru dari program ini saya rasa tidak


ada. Soalnya pendaftaran kunjungan ya dilakukan tetap
seperti biasa. Kunjungan online atau manual ya tetap
dilakukan seperti biasa. Ya hanya saja kalau keluarga
narapidana yang masih kurang paham internet ya ndak
paham. Apalagi yang sudah tua. Harus ada sosialisasi
biar ada contoh langsung. Ya pegawainya yang muda-
muda itu kadang masih tanya yang lebih senior
memang buat arahkan pengunjung.” (Wawancara pada
13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“ Pegawainya kan banyak yang baru. Kadang ada yang


salah kasih pemberitahuan. Mungkin karena mereka
masih baru ya. Program ini bagus menurut saya,
soalnya kan setahu saya masih belum ada ya ditempat
lain. Ya tapi tetap harus ada sebenernya sosialisasi.
Gimanapun kan rata-rata disini sudah lanjut usia
pengnjungnya. Jadi ya perlu ada sosialiasi biar
pengunjung lebih paham.” (Wawancara pada 13 Januari
2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan lingkungan sosial

masyarakat atau keluarga narapidana terkait dengan kunjungan online.

Peneliti mendapatkan data terkait dengan indeks atas respon atau tingkat

kepuasan dari keluarga warga binaan pemasyarakatan terkait dengan


131

pelayanan yang diberikan oleh pegawai kepada keluarga narapidana yang

hendak melaksanakan kunjungan online dengan warga binaan

pemasyarakatan, sebagai berikut:

Gambar 4.14 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat per Responden dan per
Unsur Pelayanan
Sumber: Standar Pelayanan Pemasyarakatan, 2020
132

Berdasarkan gambar di atas, pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang melakukan sebuah evaluasi hasil kerja pada bulan januari 2020 dari

inovasi pelayanan publik yang sedang dikembangkan melalui kuesioner yang

diberi dan diisi oleh pengunjung. Dimana dari hasil kuesioner yang berjudul

Indeks Kepuasan Masyarakat per Responden dan per Unsur Pelayanan

menunjukkan hasil yaitu, nilai Indeks Kepuasan Masyarakat setelah

dikonversi menunjukkan hasil nilai 82,03 dari dua puluh satu (21) indeks

pelayanan. Tetapi, hasil paling rendah ada pada informasi tentang jasa layanan

yang diketahui dengan jelas. Peneliti melihat keaadan di lapangan, bahwa

kesesuaian standar pelayanan dirasa kurang baik oleh pengunjung karena

pegawai yang mengarahkan dikategorikan adalah pegawai baru yang kurang

pengalaman dan kurang memahami alur kunjugan online.

Berdarkan hasil wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan di

lapangan, keluarga narapidana menerima dengan adanya program tersebut.

Tetapi, keluarga narapidana masih banyak yang belum benar-benar paham

bagaimana alur dalam proses pelaksanaan pendafaran diri untuk mendapatkan

nomor antrian dalam pelaksanaan kunjungan online ini. Karena, keluarga

narapidana tidak mendapatkan pemberitahuan berupa sosialisasi dari pihak

Lembaga pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.


133

6. Sikap Pelaksana/Disposisi

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan atau

program sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi

suatu kebijakan publik atau program. Sikap (disposisi) menunjuk pada

karakteristik yang menempel erat pada implementor kebijakan seperti kognisi

(pemahaman) tentang kebijakan, tanggapan terhadap kebijakan dan intensitas

yang dimiliki oleh implementor. Ketiga hal tersebut adalah yang terkandung

dalam sikap implementor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan

publik atau program untuk pelayanan pubik. Sikap pelaksana besumber dari

komunikasi antar para implementor dan dari lingkungan ekonomi, sosial, dan

politik. Kemudian dari sikap pelaksana akan menghasilkan sebuah prestasi

kerja, prestasi kerja yang diperoleh suatu instansi dapat berhasil atau tidak

atas tujuan yang telah dirancang dan ditetapkan. Seperti halnya di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang sikap pelaksana juga menjadi

poin penting dari inovasi berupa program layanan kunjungan narapidana

berbasis online.

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna

sebagai Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas

1 Malang, menyatakan bahwa:

“Saya sangat mendukung dengan adanya inovasi yang


dibuat di Lembaga Pemasyarkatan Lowokwaru Kelas 1
Malang ini terkait dengan program pelayanan
134

kunjungan narapidana berbasis online ini, karena ini


suatu inovasi yang sangat bagus menurut saya terutama
denagn mendapatkannya penghargaan di sini (Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang) berkat
diluncurkannya inovasi kunjungan online ini, banyak
masyarakat yang menganggap Lembaga
Pemasyarakatan itu hanya memiliki tugas yang itu-itu
saja. Padahal, di Lembaga Pemasyarakatan itu tidak
hanya bersinggungan langsung dengan narapidana saja,
melainkan juga dengan masyarakat atau keluarga
narapidana. Saya juga tetap mencoba dengan petugas
yang lain membuat sebuah inovasi lain terkait dengan
pelayanan kepada keluarga narapidana dalam proses
pelaksanaan kunjungan. Karena saat ini memang
pelayanan publik sedang gencar untuk ditingkatkan.
Selain itu, juga memahami standar-standar yang harus
dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan dalam
melaksanakan sebuah pelayanan publik.” (wawancara
pada 06 Januari 2020, pukul 08.30 WIB, di Lembaga
Pemasyarkatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

“Kalau semua pelaksana kunjungan online di seksi


saya, anggota-anggota saya kan memang masih banyak
pegawai baru yang belum pernah melaksanakan tugas
ini sebelumnya, maka dari itu saya mengajak seluruh
anggota saya untuk memahami dan mempelajari aturan,
cara dalam proses pelayanan kunjungan narapidana
terutama pada proses pelaksanaan pelayanan kunjungan
narapidana berbasis online ini. Dan yang saya rasakan
dari awal mereka menjadi pegawai dan pelaksana di
pelayanan kunjungan hingga saat ini berkat usaha
belajar mereka dan selalu ada komunikasi atar anggota
dengan anggota dan antara anggota dengan saya para
anggota saya yang notabennya pegawai baru saat ini
sudah memahami bagaimana proses, alur, aturan, dan
tugas mereka dalam melaksanakan proses pelayanan
publik yaitu proses pelaksanaan kunjungan narapidana
berbasis online atau manual di lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.”
(Wawancara pada 06 Januari 2020, pukul 08.30 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)
135

Peneliti turut melakukan wawancara kepada angggota seksi registrasi

terkait sikap selama manjalankan proses pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat atau keluarga narapidana terkait dengan pelayanan kunjungan

online tersebut. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dion Kusuma

sebagai Anggota Seksi Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Sikap saya selama menjadi bagian di seksi registrasi


Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang
ini yang bangga karena mendapat pengalaman baru dan
berkontribusi dalam memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat atau keluarga pengunjung warga
binaan pemasyarakatan. Saya dengan teman-teman lain
yang turun langsung dalan proses pelaksanaan program
layanan kunjungan online ini juga mendukung dan
berusaha semaksimal mungkin untuk melayani
masyarakat. Karena, saat saya menjalankan program
baru ini tugas yang saya lakukan pada tahap awal
proses kunjungan keluarga narapidana itu mudah,
hanya menggunakan teknologi. Apalagi teknologi kan
lebih cepat dan lebih mudah. (Wawancara pada 09
Januari 2020, pukul 09.00 WIB, di Lembaga
Pemasyrakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
“Saya sendiri memang harus lebih banyak komunikasi,
konsultasi dengan pegawai yang lebih senior terutama
dengan kepala seksi saya, karena masih banyak hal
yang harus saya pelajari terkait dengan proses
kunjungan keluarga warga binaan pemasyarakatan.
Masih dalam tahap proses belajar juga tentang aturan,
standar pegawai dalam melayani masyarakat atau
keluarga narapidana. Mempelajari standar operasional
pegawai terkait dengan standar pelayanan
pemasyarakatan. Tetapi, karena setiap hari itu tugas
saya dari awal penempatan ya kurang lebih ya saya
sudah paham, hanya saja ada hal yang masih harus saya
tanyakan ke kawan saya aatu langsung ke Kepala Seksi
136

Registrasi di sini (Lembaga Pemasyarakatan


Lowokwaru Kelas 1 Malang).” (Wawancara pada 09
Januari 2020, pukul 09.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan keluarga narapidana

terkait dengan sikap pengunjung dengan adanya program layanan kunjungan

narapidana berbasis online. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan

Ibu Mujiati selaku keluarga narapidana, menyatakan bahwa:

“Ya senang karena ada pendaftaran bagi pengunjung


dengan cara online, karena kalau mengerti caranya dan
bisa menggunakan program itu ya sangat mudah dan
sangat membantu. Saya yang dulu kalau mau
kunjungan dengan anak saya harus datang pagi hari dan
kalau sudah sampai disini harus mau tidak mau antri
cukup panjang. Dan pendafatran dulu tidak seperti
sekarang yang tertata rapi. Sekarang saya kalau dibantu
dengan anak atau cucu saya dan saya juga mempunyai
jaringan internet di Handphone ya menggunakan
program pendafatran kunjungan online ini tidak perlu
seperti dahulu yang datang pagi hari dan antri panjang.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang).
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu dari

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Saya setuju dengan programnya. Tapi, masih kurang


paham kalau saya ya, mudahnya mudah tapi saya juga
ndak paham jadi ya tetap ndak bisa pakai. Tapi
sebenernya ya senang juga kalau bisa. Kan kalau bisa
juga cepet ndak antri lama-lama, nunggu bentar terus
langsung ke pemeriksaan.” (Wawancara pada 30
137

Januari 2020, pukul 10.00 WIB. Di Lembaga


Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Kalau saya ya setuju. Kan mempermudah ya itu. Terus


kalau yang saya lihat kalau ada yang pilih online kan
sebenernya juga yang manual juga berkurang ya. Ya
setuju saya ada program online ini. Ndak lama-lama
juga.”( (Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00
WIB. Di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas
1 Malang)
Berikut hasil observasi peneliti mengenai sikap pelaksana saat

melaksanakan program layanan kunjungan narapidana berbasis online,

sebagai berikut:

Gambar 4.15 Pelayanan Kunjungan Petugas LAPAS


Sumber: Data Diolah Peneliti
138

Gambar 4.16 Pengunjung Cetak Nomor Antrian Kunjungan Online


Sumber: Data Diolah Peneliti

Pada gambar di atas adalah hasil observasi peneliti bahwa pengunjung

tersebut sedang mencetak nomor antrian yang didaftarkan di website

kunjungan online, pengunjung turut mendukung adanya program tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang peneliti

lakukan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru kelas 1 Malang dengan

beberapa narasumber terkait. Peneliti menarik kesimpulan bahwa selama

pelaksanaan program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini para

implementor mendukung dan berusaha dengan baik dalam proses pelaksanaan

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini. Pengunjung juga

merasakan manfaat dengan adanya program baru yaitu program layanan

kunjungan narapidana berbasis online yang diberikan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang karena pengunjung tidak perlu

antri yang sangat panjang dan datang pagi hari.


139

4.2.2 Faktor Penghambat Implementasi Program Layanan Kunjungan

Narapidana Berbasis Online

Faktor penghambat yang dimaksud adalah hambatan atau rintangan

dalam suatu kebijakan yang menyebabkan suatu implementasi kebijakan

kurang berjalan dengan lancar atau belum tercapainya suatu tujuan utama dari

kebijakan atau program tersebut. Faktor penghambat dibagi menjadi dua yaitu

faktor penghambat internal dan faktor penghambat eksternal.

1. Faktor Penghambat Internal

a. Sumber Daya Manusia

Faktor penghambat internal adalah hambatan dalam kebijakan

atau program yang datangnya berasal dari para pelaksana kebijakan

atau program tersebut. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan

Bapak Sukarna Trisna selaku Kepala Seksi Registrasi Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Sampai saat ini hambatan yang terjadi di program


layanan kunjungan narapidana berbasis online ini ya
kadang dari pegawai-pegawai baru yang kurang paham
cara-cara pelaksanaan kan, selain itu ya yang
beruhubungan dengan teknologi informasi,
menggunakan online. Kita dituntut untuk mampu
menggunakan teknologi. Kalau seperti saya kan sudah
cukup usia jadi, terkait dengan teknologi harus banyak
140

belajar. Selain itu, ya bisa dilihat sendiri anggota saya


di seksi registrasi ini kebanyakan adalah pegawai baru.
Jadi, ya memang harus masih dituntun dan diajarkan
tugas dan fungsi di sini (Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang). Pelatihan itu memang
kami perlukan sebetulnya.” (Wawancara pada 06
Januari 2020, pukul 08.30 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan anggota seksi

registrasi terkait dengan kendala atau hambatan yang terjadi. Berikut

adalah hasil wawancara dengan Bapak Dion Kusuma selaku Anggota

Seksi Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang, menyatakan bahwa:

“ Kendala yang saya rasakan ya jaringan internet yang


suka tidak lancar. Karena program layanan kunjungan
online ini sangat perlu adanya jaringan internet. Jadi,
kadang kalau jaringan nya susah juga menghambat
proses bekerja saya. Jaringan internet kan tidak dapat
diprediksi selalu bagus, jadi kalau tiba-tiba mendadak
tidak lancar otomatis proses pelaksanaan kunjungan
online juga tidak berjalan lancar, dan saya yang turun
langsung melayani masyarakat juga otomatis mendapat
keluhan dari pengunjung warga binaan
pemasyarakatan.” (Wawancara pada 09 Januari 2020,
pukul 09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Peneliti juga melakukan wawancara dengan keluarga

narapidana. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati

selaku ibu dari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:


141

“Pegawainya banyak yang muda memang. Ya mungkin


masih belum begitu paham ya. Jadi ya kadang ada yang
kebalik atau slaah kasih arahan ke pengunjung. Tapi ya
mungkin karena itu tadi. Kan ya masih baru.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu

dari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang. Menyatakan bahwa:

“Iya bener, awal-awal itu malah agak lama ya waktu


melayani. Masih muda-muda paling ya belum pernah
kan melayani kunjungan gini sebelumnya. Jadi ya
masih belajar, kurang paham.” (Wawancara pada 13
Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak

dari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang, menyatakan bahwa:

“Kalau saya ya maklum soalnya kan dibagian


pelayanan kunjungan kayanya masih pada belajar,
pegawai muda. Belum ada pengalaman sebelumnya.
Sebelum ini kan pegawai lama memang, kalau sekarang
dipegang pegawai baru ya masih belajar kayanya.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

dengan narasumber terkait dengan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini maka dapat disimpulkan bahwa, salah satu
142

hambatan yang dialami petugas adalah sumber daya manusia yang masih

kurangnya pengalaman dari pegawai baru mengenai pelayanan yang

sesuai dengan aturan atau Standar Pelayanan Pemasyarakatan.

Kemudian, untuk sumber daya teknologi, jaringan internet yang tidak

dapat diperediksi apabila sewaktu-waktu mengalami kendala apabila

tidak berjalan dengan lancar.

b. Komunikasi

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah sebagai salah

satu ibu dari warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Kalau cara pegawai disini melayani ya cukup, tetapi


misal dibagian pemeriksaan kalau petugas nya wanita
memang beda, nadanya sering tinggi kalau misal lagi
memeriksa, beda dengan pegawai laki-laki, lebih santai.
Jadi ya kadang agak ganggu, apalagi kalau yang
disentak itu orang yang sudah berumur. Memang belum
ada sosialisasi dari sini (Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang).” (Wawancara pada 13
Januari 2020. Pukul 10.00 WIB. Di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berikut hasil wawancara peneliti terkait komunikasi para

pelaksana program layanan kunjungan online dengan Bapak Ardi selaku

bapak dari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang, menyatakan bahwa:

“Jadi, apabila ada keluarga yang mau menggunakan


layanan pendaftaran kunjungan online ini ya harus
bertanya ke keluarga yang lain saat melakukan
pendafatran kunjungan online, soalnya kan nggak
143

paham. Nggak ada sosialisasi. Pegawainya memang


yang wanita yang kadang masih suka kurang sabar.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di
Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati selaku ibu

dari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang, menyatakan bahwa:

“Memang nggak paham kalau saya, saya taunya dari


sesama pengunjung. Ya itu tadi kalau pegawai wanita
gampang marah ya kalau misal geledah, pegawai yang
laki-laki lebih santai.” (Wawancara pada 13 Januari
2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan
Lowowkaru)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dion Kusuma

selaku Anggota Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“ Pegawai disini kan bukan cuma laki-laki kan tapi ada


ibu-ibu pegawai dari beberapa seksi, dan disini
memang untuk pelayanan kunjungan memang dibantu
dari seksi lain, untuk cara penyampaian saat pelayanan
kunjungan dari ibu-ibu pegawai ya kadang memang
kurang baik, menggunakan nada tinggi. Tapi pasti ada
alasannya, terutama buat keluarga narapidana yang
bandel tidak sesuai aturan. (Wawancara pada 09 Januari
09.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan

perwakilan keluarga narapidana dan anggota staff registrasi di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, dapat

disimpulkan bahwa hambatan yang terjadi terkait dengan komunikasi


144

karena cara penyampaian saat pelayanan yang menggunakan nada

tinggi oleh pegawai yang menyebabkan kurang nyaman oleh keluarga

narapidana. Selain itu, belum adanya sosialisasi yang dilakukan secara

resmi oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang terkait dengan alur atau tata cara menggunakan website yang

disediakan dalam proses pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online.

2. Faktor Penghambat Eksternal

Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Ibu Mujiati

selaku keluarga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Awal menggunakan program layanan ini ya kurang


paham, masih bingung. Gimana alurnya apalagi saya
juga sudah usia tidak pintar menggunakan internet.
Bukan hanya saya, keluarga yang lain mereka yang
sudah lanjut usia juga belum paham bagaimana alur dan
tata cara menggunakan program online ini. Seperti saya
juga yang membantu anak dan cucu saya dirumah.
Kalau pengunjung yang masih muda ya mungkin lebih
paham. Tetapi, kalau seperti saya ya kurang paham.”
(Wawancara pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB,
di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)
145

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sutinah selaku ibu dari

Narapidana di lembaga Pemasarakatan Lowowkaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Saya ndak paham sama sekali, saya juga sudah tua


ndak pakai handphone yang modern kaya sekarang
yang pakai internet. Jadi ya ndak paham. Dari pegawai
sini juga ndak diajarkan gimana langkah-langkahnya
jadi ya saya ndak paham penggunaanya.” (Wawancara
pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowowkaru kelas 1 Malang)
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ardi selaku bapak dari

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowowkaru Kelas 1 Malang,

menyatakan bahwa:

“Awalnya ya nggak paham ya, terus ya tanya sama


pengunjung yang pakai online itu, terus saya coba
daftar sendiri ya akhirnya bisa. Kalau awal-awal itu ya
ndak paham sama sekali, nggak dikasih tau juga kan.
Cuma alur kunjungan online itu gimana.” (Wawancara
pada 13 Januari 2020, pukul 10.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sukarna Trisna

selaku Kepala Seksi Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Kadang ya masih banyak keluhan dari pengunjung


keluarga warga binaan pemasyarakatan yang belum
memahai tata cara dan alur bagaimana menggunakan
layana online kami untuk mendapatkan nomor antrian
dalam proses pelaksanaan kunjungan. Dan masih ada
keluarga narapidana yang lanjut usia tidak memiliki
handphone android, jadi tidak paham teknologi.”
146

(Wawancara pada 06 Januari 2020, pukul 08.30 WIB,


di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1
Malang)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Dion Kusuma

selaku anggota seksi staff Registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, menyatakan bahwa:

“Sampai ini saat ini ya sering mendapat keluhan dari


keluarga narapidana yang tidak memahami layanan
yang kami berikan. Belum memahaminya karena tidak
mengerti cara dan alur dalam pelaksanaan pendafataran
online di website resmi kami.” (Wawancara pada 09
Januari 2020, pukul 09.00 WIB, di Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang)
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

peneliti lakukan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokaru Kelas 1 Malang

terkait dengan hambatan pada lingkungan ekomoni, sosial dan politik. Maka

dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya keluarga narapidana yang masih

belum memahami terkait dengan cara registrasi pada pelaksanaan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online. Keluarga narapidana yang

sudah lanjut usia dan tidak pernah serta tidak paham menggunakan teknologi

masih perlu adanya pemberitahuan dan tuntunan terkait dengan alur untuk

mendapatkan nomor antrian di program layanan kunjungan narapidana

berbasis online yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang.
147

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Uraian pada pembahasan ini digunakan untuk memaparkan dan

menjelaskan temuan-temuan pokok yang berkaitan dengan Implementasi

Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online guna mewujudkan

program pelayanan bagi keluarga narapidana yang baik dan sesuai dengan

teori-teori yang digunakan.

4.3.1 Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis

Online

Implementasi kebijakan atau implementasi program merupakan proses

pelaksanaan kebijakan atau program dimana dalam pelaksanaanya

berdasarkan pedoman serta tujuan yang telah ditetapakan dan mengarah pada

tujuan yang telah disepakati. Program layanan kunjungan narapidana berbasis

online ini adalah sebuah inovasi pelayanan publik yang bertujuan untuk

meningkatkan kulaitas pelayanan publik kepada keluarga narapidana untuk

melakukan kunjungan. Berdasarkan Standar Operasional Pegawai Nomor:

W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan Berbasis

Teknologi Informasi. Ada beberapa kriteria yang mempengaruhi

implementasi program layanan kunjungan narapidana berbasis online menurut

Van Meter dan Van Horn dalam Indiahono (2009:38) yaitu, diantaranya:

Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi Antarbadan


148

Pelaksana, Karakteristik Agen Pelaksana, Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan

Politik, Sikap Pelaksana/Disposisi.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas yaitu,

merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur,

teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk

menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

Program atau kebijakan yang sudah dibuat harus dijalankan atau dilakukan

oleh para aktor yang berkepentingan. Suatu kebijakan yang telah dirancang

pasti memiliki suatu capaian dan target yang akan dicapai. Target tersebut

akan terealisasi apabila kebijakan tersebut di implementasikan. Menurut

Tahir (2012:4) menyatakan bahwa indikator dari suatu implementasi

kebijakan dapat dilihat dari apa yang menjadi substansi kebijakan itu, siapa

aktor pelaksananya dan apa pula yang menjadi target sasaran implementasi

kebijakan itu.

Berkaitan dengan pendapat di atas, bahwa salah satu indikator dalam

implementasi adalah mengenai standar dan sasaran kebijakan. Menurut Van

Meter dan Van Horn dalam Agustino (2016:133) standar dan sasaran

kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau

kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik
149

sehingga di akhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari

kebijakan atau program yang dijalankan tersebut. Maka dari itu pada poin

pertama ini peneliti membahas mengenai standar dan sasaran kebijakan atau

program dari program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini.

Adapun standar yang ditetapkan dalam pelaksanaan program layanan

kunjungan narapidana berbasis online ini pada Standar Operasional Pegawai

Nomor: W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan

Berbasis Teknologi Informasi. Sasaran dari kebijakan ini adalah peningkatan

kualitas pelayanan kepada masyarakat (keluarga narapidana) untuk

melaksanakan kunjungan kepada warga binaan pemasyarakatan agar proses

pendafatran kunjungan dapat dilaksanakan lebih teratur dan lebih cepat.

Proses pelaksanaan diawali dengan mengambil nomor antrian pengunjung,

menunggu panggilan, penggeledahan barang dan badan, kemudia melakukan

kunjungan. Namun, dapat dilihat bahwa baris antrian pengunjung lebih

banyak pada antrian manual dibandingkan online.

Berdasarkan hasil keseluruhan wawancara dan observasi peneliti dapat

diambil kesimpulan bahwa program layanan kunjungan narapidana berbasis

online tujuannya untuk memudahkan dalam proses pelaksanaan pelayanan

publik khususnya bagi masyarakat atau keluarga narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang dalam pelaksanaan kunjungan

kepada warga binaan pemasyarakatan yang didasarkan pada Standar


150

Pelayanan Pemasyarakatan. Sasaran program layanan ini adalah pengunjung

dari narapidana. Di lapangan tetapi kenyataanya program ini belum tercapai

dengan maksimal, karena proses pendaftaran melalui proses online di laman

internet yang disediakan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang dianggap belum berjalan dengan baik karena masyarakat atau

pengunjung dari narapidana yang kurang memahami alur dan tidak terlalu

menguasai proses penggunaan internet dalam pendaftaran kunjungan

narapidana.

2. Sumber Daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat bergantung dari

kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya

merupakan salah satu faktor penting dalam proses implementasi suatu

program atau kebijakan. Tanpa adanya dukungan sumber daya yang

memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, suatu program atau

kebijakan akan sulit bahkan gagal dilaksanakan. Sumber daya manusia

merupakan sumber daya yang paling penting dalam implementasi kebijakan,

karena sumber daya manusia merupakan sumber penggerak dari sumber

daya lainnya yang nantinya digunakan dalam pelaksanaan suatu kebijakan.

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2016:133) keberhasilan

proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya

yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.


151

Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menurut adanya

sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang

diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. Begitu juga yang

dikemukakan oleh Indiahono (2009:38) bahwa sumber daya salah satunya

juga menunjuk pada sumber daya manusia untuk melaksanakan program

atau kebijakan. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-

sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk

diterapkan.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa sumber

daya manusia yang dimiliki dalam program layanan kunjungan narapidana

berbasis online ini belum maksimal. Karena dalam proses pelaksanaan

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini dilaksanakan oleh

pegawai yang masih baru dalam melaksankan tugas pelayanan. Diharapkan

pegawai mampu memahami dan mempelajari proses pelaksanaan kunjungan

sesuai dengan standar operasional pegawai yang ditetapkan di standar

pelayanan pemasyarakatan. Pelaksana program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini telah memanfaatkan teknologi internet berupa

website untuk menerima pendaftaran dari keluarga narapidana yang

mendaftarkan diri melalui sistem online, pengunjung mengisi semua data

yang diperlukan untuk proses kunjungan.


152

Menurut peneliti perihal sumber daya manusia dalam program layanan

kunjungan narapidana berbasis online ini sudah bekerja dengan cukup, tetapi

perlu adanya pelatihan khusus kepada pegawai oleh Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang terkait Standar Pelayanan

Pemasyarakatan.

Sumber daya teknologi pada program layanan kunjungan narapidana

berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang

telah memanfaatkan penggunaan teknologi ataupun internet cukup baik

berupa website. Seluruh keluarga warga binaan pemasyarakatan yang ingin

melaksanakan kunjungan kepada narapidana dan mendaftarkan nomor

antrian secara online dapat melalui laman website resmi yang disediakan

oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.

3. Komunikasi Antarbadan Pelaksana

Sebagai salah satu unsur penting dalam implementasi program layanan

adalah komunikasi yang baik antar aktor pelaksana dapat menghasilkan

kinerja implementasi sebuah kebijakan atau program yang sesuai dengan

hasil dan tujuan yang diharapkan. Karena, komunikasi merupakan bagian

penting dalam implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn dalam

Abdul Wahab (2012:77) bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut

persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-

struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan

yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan.


153

Berdasarkan pendapat di atas, maka salah satu faktor implementasi

adalah mengenai komunikasi. Menurut Van Meter dan Van Horn dalam

Agustino (2016:133) koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan publik. Komunikasi antarpelaksana menunjuk

kepada mekanisme prosedur yang dirancangkan untuk mencapai sasaran dan

tujuan program. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak

yang melaksanakan program tersebut, maka asumsinya kesalahan-kesalahan

akan sangata kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang mengenai komunikasi dalam

program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini dilaksanakan oleh

pegawai Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang yang berada

pada posisi seksi registrasi. Secara umum dalam pelaksanaan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini di lapangan terdapat di

lapangan sudah cukup untuk para pelaksana program tersebut. Hanya saja,

komunikasi yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru kelas 1

Malang masih dikatakan belum berjalan dengan baik antara keluarga

narapidana yang ingin melaksanakan kunjungan dengan Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang. Karena, Penyampaian atau

nada bicara yang digunakan oleh pegawai Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, terutama pada pegawai wanita dirasa masih

membuat kurang nyaman para pengunjung, karena nada tinggi yang


154

menganggu para pengunjung. Serta, belum adanya sosialisasi yang

dilakukan secara resmi oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang. Sehingga para pengunjung hanya mendapatkan informasi

melalui pesan berantai dari sesama pengunjung warga binaan

pemasyarakatan.

Peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi dalam program layanan

kunjungan narapidana berbasis online ini dianggap kurang optimal karena

komunikasi hanya berjalan baik antara pegawai atau aktor yang

melaksanakan program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini.

Komunikasi antara pihak dari Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas

1 Malang dengan keluarga narapidana yang hendak melaksanakan

kunjungan melalui sistem online harus diperbaiki dengan melakukan

sosialisasi secara berkala dan pelatihan pegawai dalam proses komunikasi

saat pelayanan agar dapat dipahami dengan baik oleh pengunjung.

4. Karakteristik Badan Pelaksana

Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan adalah karakteristik badan pelaksana. Menurut Van

Meter dan Van Horn dalam Indiahono (2009:38) mengatakan bawa pusat

perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi informal dan organisasi

formal yang akan terlibat pada pengimplementasian kebijakan publik.

Karakteristik badan pelaksana menunjuk seberapa besar daya dukung

struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi


155

yang terjadi di internal birokrasi. Keberhasilan kebijakan atau program bisa

dillihat dari sifa-sifat atau ciri-ciri badan atau isntansi pelaksana kebijakan,

hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan

sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para

badan atau instansi pelaksananya. Menurut subarsono kualitas dari suatu

kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri para aktor pelaksana,

kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,

pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

salah satu poin penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik program

bagi masyarakat diperlukan adanya karakteristik agen pelaksana. Hal ini

sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat

banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen

pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan publik yang berusaha

untuk merubah perilaku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek

itu haruslah berkarakterstik tegas, keras, dan ketat dalam melaksanakan

aturan sesuai dengan sanksi hukum yang telah ditetapkan. Selain iu, cakupan

atau luas wilayah implementasi kebijakan publik perlu juga diperhitungkan

manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan

impelementasi kebijakan, maka seharunya semakin besar pula agen yang

dilibatkan.
156

Dari pendapat Van Meter dan Van Horn, peneliti memahami bahwa

karakteristik dari badan pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi kebijakan publik. Dalam

pelaksanaan program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini telah

dibentuk tim khusus yaitu tim pelayanan publik Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang. Dalam hal ini karakteristik badan pelaksana

program layanan kunjungan narapidana berbasis online telah melaksanakan

tugasnya masing-masing.

Tugas dari aktor pelaksana program layanan kunjungan narapidana

berbasis online oleh anggota staff registrasi dilakukan atas langkah-;angkah

dari Standar Operasional yang telah ditetapkan dan dikerjakan melalui

website yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang. Langkah yang dilakukan yaitu, melakukan pemanggilan sesuai

nomor natrian yang dilakukan oleh keluarga pengunjung pada laman resmi

website Kemudian menerima form dan melakukan verifikasi form data diri

pengunjung dengan warga binaan pemasyarakatan. Apabila telah sesuai

maka melakukan proses selanjutnya yaitu melakukan perekaman data kepada

pengunjung atau keluarga warga binaan pemasyarakatan dengan cara

perekaman E-KTP dan proses finger print. Apabila telah dilaksanakan akan

maka, para petugas seksi Registrasi melakukan prosedur selanjutnya untuk

mencetak surat ijin kunjungan untuk keluarga narapidana.


157

Menurut peneliti berdasarkan dari wawancara dan observasi di

lapangan. Karakteristik badan pelaksana dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang telah melaksanakan sesuai peran . Namun, masin belum berjalan

dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada keluarga narapidana

dalam proses pelaksanaan kunjungan kepada warga binaan pemasyarakatan

karena kurangnya pengalaman terkait bidangnya.

5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Hal lain yang menjadi perhatian dalam menilai kinerja implementasi

kebijakan publik dalam perspekif yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van

Horn dalam Agustino (2016:133) alah sejauh mana lingkungan eksternal

berperan dalam keberhasilan atau kegagalan kebijakan publik yang telah

ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi faktor kegagalan kinerja implementasi kebijkaan atau

program, begitupun sebaliknya jika lingkungan kondusif maka akan

mendorong keberhasilan dari kebijakan publik yang diterapkan. Oleh karena

itu, peran lingkungan juga harus diperhatikan dalam upaya implementasi

program layanan kunjungan naarpidana berbasis online ini.

Menurut Indiahono (2009:38) bahwa lingkungan ekonomi, sosial, dan

politik menunjuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi dapat

mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri. Sejalan

dengan pendapat Van Meter dan Van Horn yang menyatakan bahwa faktor
158

lingkungan dapat mempengaruhi kinerja implementasi kinerja implementasi

suatu kebijakan. Indikator mengenai kondisi ekonomi, sosial, ekonomi

dalam program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini peneliti

menyimpulkan bahwa tidak semua keluarga narapidana yang melaksanakan

kunjungan memahami cara melakukan pendafatran kunjungan melalui

sistem online. Namun, dari hasil kuesioner pengunjung, pengunjung dirasa

belum puas akan pelayanan oleh pegawai baru yang dirasa masih kurang

pengalaman terkait pelayanan kunjungan online. Maka, perlu adanya

pelatihan secara konsisten bagi pegawai baru dalam proses pelayanan.

Berdasarkan observasi dan wawancara langsung di lapangan. Maka,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa indikator lingkungan sosial, ekonomi,

dan politik dalam program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini

belum optimal. Respon masyarakat terkait program layanan tersebut

menerima tetapi cukup banyak keluarga narapidana yang kurang memahami

terkait dengan cara penggunaan program layanan kunjungan dengan sistem

online.

6. Sikap Pelaksana/Disposisi

Variabel keenam yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik menurut Van Meter dan Van Horn dalam

Agustino (2016:133) bahwa sikap pelaksana atau disposisi menunjuk sikap

pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Sikap


159

pelaksana disini adalah pertama pemahaman dan pendalaman terhadap

kebijakan, kedua arah respon mereka apakah menerima, netral, atau

menolak. Sikap penerimaan atau penolakan mempengaruhi sukses atau

tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Menurut Indiahono

(2009:38) sikap pelaksana menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi

variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa antusianya para

implementor terhadap pelaksanaan program atau kebijakan.

Dari pendapat Van Meter dan Van Horn, peneliti memahami bahwa

sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.

Sikap (disposisi) menunjuk pada karekteristik yang menempel erat pada

implementor kebijakan seperti pemahaman tentang kebijakan. Kedua hal

tersebut adalah yang terkandung dalam sikap implementor yang

mempengaruhi proses implementasi kebijakan publik.

1) Respon Implementor Terhadap Kebijakan atau Program

Respon implementor atau pelaksana perlu diperhatikan dalam

proses implementasi suatu kebijakan. Pelaksanaan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini dapat dikatakan

tidak ada implementor yang menolak dengan adanya program

layanan kunjungan online ini, karena program tersebut memang

dibuat untuk memperbaiki proses pelayanan publik yang

disesuaikan dengan Standar Operasional Pegawai Nomor:


160

W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan

Berbasis Teknologi Informasi. Yaitu, pembaharuan dan

peningkatan dalam proses pelayanan publik khususnya dalam

proses kunjungan yang dilakukan dengan meluncurkan sebuah

inovasi berupa kunjungan online.

2) Pemahaman

Pemahaman implementor merupakan hal yang penting dalam

menilai sikap pelaksana terhadap suatu kebijakan atau sebuah

program. Pemahaman implementor terhadap kebijakan akan

mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Namun, sebaliknya,

apabila implementor kurang memahami kebijakan maka akan

mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

Implementasi program layanan kunjungan narapidana berbasis

online menunjukkan bahwa keadaaan di lapangan pemahaman

seluruh pelaksana belum maksimal. Karena, bertambahnya jumlah

sumber daya manusia baru yang belum berpengalaman dengan

keadaan Lembaga Pemasyarakatan Lowowkaru Kelas 1 Malang.

Terutama petugas yang melaksanakan pelayanan kunjungan maka

diharapkan kedepannya agar pemahaman tersebut dapat diberikan

secara terus menerus agar pegawai baru dapat memberikan

informasi yang benar dan pengunjung dapat memahami alur

kunjungan dengan tepat.


161

4.3.2 Faktor Penghambat Impelentasi Program Layanan Kunjungan

Narapidana Berbasis Online

Faktor penghambat adalah suatu hambatan atau rintangan dalam

suatu kebijakan yang menyebabkan suatu implementasi kebijakan

kurang berjalan dengan lancar atau belum tercapainya tujuan utama

dari kebijakan tersebut. Dalam suatu implementasi kebijakan harus

mengetahui apa-apa saja faktor penghambat agar suatu implementasi

tersebut dapat berjalan dengan optimal. Faktor penghambat disini

dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal.

1. Faktor Penghambat Internal

a. Sumber Daya Manusia

Faktor penghambat disini adalah variabel-variabel yang belum

terpenuhi dalam implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van

Horn. Faktor penghambat pertama adalah sumber daya sarana dan

prasarana, menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino

(2016:142) adalah keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Berjalannya program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini

dirasa masih belum maksimal. Sumber daya manusia juga dirasa

belum benar-benar sepenuhnya memahami terkait dengan Standar

Pelayanan Pemasyarakatan. Hal tersebut karena kurangnya


162

pengalaman sebelumnya terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi

pelayanan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang.

Hal tersebut menjadi hambatan dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online, karena proses pelaksanaan pelayanan

tersebut perlu adanya sarana dan kualitas pegawai yang mendukung

agar program layanan kunjungan narapidana berbasis online dapat

dilaksanakan dengan baik.

b. Komunikasi

Faktor penghambat internal lainnya adalah komunikasi. Menurut

Hogwood dan Gunn dalam Abdul Wahab (2012:77) bahwa

“Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan

mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur

administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang

lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan”. Pelaksanaan

sebuah kebijakan juga bergantung pada bagaimana penyampaian dan

pelaksanaan secara langsung pelayanan dari sisi komunikasi.

Dalam program layanan kunjungan narapidana berbasis online

ini komunikasi menjadi faktor penghambat karena bagaimana cara

penyapampaian dalam proses pelayanan oleh pegawai Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang dan belum adanya

kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang kepada keluarga


163

narapidana yang akan melaksankan kunjungan. Pelaksanaan pelayanan

secara langsung oleh pegawai dirasa kurang baik, karena cara

berkomunikasi dengan nada bicara yang tinggi sehingga pengunjung

dirasa kurang nyaman. Selain itu, belum sosialisasi mengakibatkan

banyak keluarga warga binaan pemasyarakatan yang masih belum

paham terkait dengan pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online tersebut. Hal tersebut menjadi faktor

penghambat dalam program layanan kunjungan narapidana berbasis

online ini sebagaimana yang dikatakan oleh Van Meter dan Van Horn

dalam Agustino komunikasi merupakan suatu proses penyampaian

informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana

kebijakan. Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para

pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang

perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan

baik. Namun, nyatanya informasi ini justru tidak ada.

2. Faktor Penghambat Eksternal

a. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Faktor penghambat eksternal di program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang adalah dari lingkungan sosial, ekonomi dan politik

yaitu masih cukup banyaknya keluarga narapidana yang belum

memahami betul cara menggunakan program layanan kunjungan


164

narapidana berbasis online ini, hal tersebut menjadi kendala utama

dalam pelaksanaanya. Faktor tersbut disebabkan karena masih belum

adanya sosialisasi mengenai program layanan kunjungan narapidana

berbasis online. Sosialisasi yang belum dilakukan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang menyebabkan keluarga

narapidana yang telah lanjut usia juga tidak memahami cara atau alur

yang jelas untuk menggunakan layanan tersebut.

Hal tersebut dikatakan penghambat dalam kebijakan program

layanan kunjungan narapidana berbasis online ini sebagaimana yang

dikatakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2016:144)

adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan

ekonomi, sosial, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang

permasalahan dari kegagalan kinerja implementasi. Implementasi

kebijakan publik megasumsikan bahwa para pemegang peran yang

terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat

berkaitan utnuk dapat memainkan perannya dengan baik. Namun,

dalam pelaksanaan di lapangan justru tidak ada informasi. Dampaknya

dari program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini tidak

langsung mendorong para keluarga narapidana yang akan

melaksanakan kunjungan untuk tidak memanfaatkan program yang


165

telah diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang karena kurangnya informasi dari pihak terkait.

Tabel 4.2 Temuan Realita

Rumusan Masalah Fokus Penelitian Temuan Realita

1. Bagaimanakah A. Standar dan Sasaran  Standar yang ditetapkan dalam


implementasi Kebijakan pelaksanaan program layanan
program layanan kunjungan narapidana berbasis
kunjungan online berdasar pada Standar
narapidana berbasis Operasional Pegawai Nomor:
online di Lembaga W11.PAS.PAS11.OT-02-02
Pemasyarakatan Tentang Pendaftaran
Lowokwaru Kelas 1 Kunjungan Berbasis
Malang? Teknologi Informasi Sasaran
dari program layanan tersebut
adalah keluarga narapidana
agar proses proses pelayanan
kunjungan lebih cepat dan
mudah.
 Program layanan ini
belum tercapai dengan
maksimal, karena
pengunjung masih banyak
yang belum menggunakan
kunjungan sistem online
 Indikator sasaran program
layanan kunjungan narapidana
berbasis online belum tercapai
dengan baik, karena kurang
pahamnya keluarga narapidana
terhadap cara mendaftarkan di
website Lembaga
Pemasyarakatan lowokwaru
Kelas 1 Malang
166

B. Sumber Daya  Peran sumber daya manusia


dalam program layanan
kunjungan narapidana
berbasis online dinilai belum
maksimal. Karena kurangnya
pengalaman dan pemahaman
terhadap pelaksanaan
pelayanan tersebut.
 Sumber daya teknologi dalam
program layanan kunjungan
narapidana berbasis online ini
telah berjalan dengan baik,
dimana pengunjung tidak
peru datang ke kantor untuk
mendaftar, hanya cukup lewat
website Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang.

C. Komunikasi Antar  Komunikasi dalam program


Agen Pelaksana layanan kunjungan
narapidana berbasis online ini
dianggap kurang optimal
karena komunikasi hanya
berjalan baik antara agen
pelaksana. Sedangkan, antara
petugas dengan pihak
keluarga narapidana belum
berjalan dengan baik. Karena
proses penyampaian atau cara
berbicara dalam pelayanan
yang menyebabkan keluarga
narapidana kurang nyaman
serta belum adanya sosialisasi
dari pihak Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang.
167

D. Karakteristik Agen  Karakteristik agen pelaksana


Pelaksana dalam menjalankan pelayanan
kunjungan narapidana
berbasis online ini telah dibagi
sesuai tugas dan peran.
Namun, keadaan di lapangan
belum berjalan dengan baik.
Karena kurangnya
pengalaman oleh para
implementor terhadap
tugasnya.

E. Lingkungan  Lingkungan ekonomi, sosial,


Ekonomi, Sosial, dan politik dari program
dan Politik layanan kunjungan narapidana
berbasis online ini belum
maksimal. Respon masyarakat
dengan adanya program
layanan kunjungan narapidana
berbasis online ini
menyetujui. Tetapi, keluarga
narapidana tidak semuanya
paham akan cara
mendaftarkan diri pada sistem
layanan kunjungan online
tersebut.

F. Sikap Pelaksana  Respon implementor sangat


mendukung terkait dengan
adanya program layanan
kunjungan narapidana
berbasis online tersebut, guna
meningkatkan kualitas
pelayanan.
 Pemahaman dari para
implementor belum berjalan
dengan baik, karena
kurangnya pengalaman
terhadap pelaksanaan
pelayanan
kunjungan kepada narapidana.
168

2. Apa saja faktor A. Faktor Penghambat  Sumber daya pada program


penghambat Internal layanan kunjungan
implementasi narapidana berbasis online,
program layanan utamanya pada sumber daya
kunjungan manusia masih belum
narapidana berbasis optimal, kurangnya
online di Lembaga pengalaman terkait standar
Pemasyarakatan pelayanan kunjungan menjadi
Lowokwaru Kelas faktor penghambat.
1 Malang?  Komunikasi pada
pelaksanaan program layanan
kunjungan narapidana
berbasis online sudah
berjalan baik anatara para
implementor. Namun, antara
implementor dengan keluarga
narapidana belum optimal,
karena cara penyampaian saat
proses pelayanan yang
kurang baik, sehingga
menimbulkan perasaan tidak
nyaman oleh pengunjung.
Serta belum adanya
sosialisasi oleh pihak
Lembaga Pemasyarakatan
Lowokwaru Kelas 1 Malang.
B. Faktor Penghambat  Faktor penghambat eksternal
Eksternal pada program layanan
kunjungan narapidana berbasis
online ada pada keluarga
narapidana, karena masih
banyak pengunjung yang
merasa bingung dan belum
memahami terkait cara
mendaftarkan diri melalui
aplikasi atau website Lembaga
Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang. Karena
belum adanya sosialiasi dari
pihak terkait.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait implementasi program

layanan kunjungan narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana Berbasis Online.

a) Standar yang ditetapkan dalam pelaksanaan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang adalah Standar Operasional Pegawai Nomor:

W11.PAS.PAS11.OT-02-02 Tentang Pendaftaran Kunjungan Berbasis

Teknologi Informasi. Sasaran dari program ini adalah keluarga

narapidana.

b) Sumber daya dalam program layanan kunjungan narapidana berbasis

online terdiri dari sumber daya manusia dan teknlogi. Sumber daya

manusia program layanan kunjungan narapidana berbasis online di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang ini dinilai belum

optimal, karena sumber daya manusia yang menjalankan program

pelayanan tersebut belum sepenuhnya memahami standar operasional

pegawai, memang diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia

169
170

terkait dengan Standar Pelayanan Pemasyarakatan karena tenaga baru dari

pegawai yang dirasa masih kurang pengalaman dalam tugasnya. Peran

sumber daya teknologi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang sudah cukup baik dalam penggunaan teknologi ataupun internet.

c) Komunikasi antarbadan pelaksana dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang kurang optimal. Karena komunikasi hanya berjalan baik

pada pelaksana program kunjungan online tersebut. Sedangkan,

komunikasi antara pihak Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang dengan keluarga narapidana belum berjalan dengan baik.

Dibuktikan dengan cara penyampaian saat proses pelayanan yang kurang

baik sehingga muncul rasa tidak nyaman oleh pengunjung, serta belum

adanya sosialiasi terkait dengan program kunjungan online.

d) Karakteristik badan pelaksana dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang dalam menjalankan pelayanan kunjungan narapidana

berbasis online ini telah dibagi sesuai tugas dan peran. Namun, keadaan di

lapangan belum berjalan dengan baik. Karena kurangnya pengalaman oleh

para implementor terhadap tugasnya.

e) Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik berupa respon masyarakat

dengan adanya program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini


171

menyetujui. Tetapi, keluarga narapidana tidak semuanya paham akan cara

mendaftarkan diri pada sistem layanan kunjungan online tersebut.

f) Sikap pelaksana program layanan kunjungan narapidana berbasis online di

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang ini dapat

dikatakan bahwa tidak ada implementor yang menolak adanya program

ini. Begitu juga dengan pengunjung yang dapat memanfaatkan program

kunjungan online tersebut juga merasa dimudahkan dalam mendapatkan

nomor antrian.

2. Faktor Penghambat Implementasi Program Layanan Kunjungan Narapidana

Berbasis Online

Faktor penghambat internal dalam program layanan kunjungan

narapidana berbasis online yang pertama adalah sumber daya. Sumber daya

manusia dirasa belum optimal karena kurangnya pengalaman terkait dengan

pelayanan yang sesuai dengan Standar Operasional Pegawai. Faktor

penghambat internal kedua, adalah komunikasi. Komunikasi dinilai menjadi

faktor penghambat karena cara penyampaian saat proses pelayanan yang

kurang baik sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman oleh pengunjung.

Faktor penghambat eksternal, adalah lingkungan ekonomi sosial dan politik.

Masih cukup banyak keluarga narapidana yang belum memahami betul

mengenai program layanan kunjungan narapidana berbasis online menjadi


172

kendala utama dalam pelaksanaanya. Belum adanya sosialisasi yang

dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang.

5.2 Saran

Program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini merupakan

program yang dibuat dan dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang untuk meningkatkan pelayanan dan

memudahkan pelayanan kepada masyarakat. Namun, memiliki beberapa

hambatan dan penulis merekomendasikan saran sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan kepada

pegawai atau sipir baru di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang. Diberikannya pelatihan dan pemahaman terkait tugas dan fungsi

dalam menjalankan tugas akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya pada bidang

tertentu terutama bidang pelayanan Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang. Pelatihan yang diberikan alangkah lebih baik oleh Kepala

Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang, Kepala Bidang

dan Kepala Seksi masing-masing. Pelatihan tersebut dilaksanakan melalui

dua tahap, tahap pertama dengan waktu 1-2 hari untuk pelatihan terkait

kompetensi pokok. Kedua, pelatihan dengan sistem pengujian dalam


173

pengimplementasian tugas yang dilakukan secara berkala dalam kurun

waktu seminggu sekali dengan durasi harian

2. Pemberian arahan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Kelas 1 Malang, Kepala Bidang dan Kepala Seksi kepada seluruh anggota

pada saat proses pelaksanaan pelayanan kepada keluarga narapidana

khususnya kunjungan agar mengutamakan keramahan dan kesopanan saat

bertutur atau berperilaku agar tidak timbul perasaan tidak nyaman oleh

keluarga narapidana.

3. Memberikan sosialisasi atau pemberitahuan kepada para pengunjung atau

keluarga narapidana terkait dengan cara dan alur untuk mendaftarkan diri

melalui website yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Lowokwaru Kelas 1 Malang terkait dengan program layanan kunjungan

online. Sebaiknya sosialisasi dan pemberitahuan langsung yang diberikan

oleh pegawai LAPAS Kelas 1 Malang dilakukan sebelum melaksanakan

kunjungan.

4. Pemberian evaluasi saat diluar jam dinas oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1 Malang kepada pegawai yang

dianggap tetap tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaan tugas

pelayanan. Evaluasi dapat dilakukan selama 2 minggu sekali yang diawali

dengan pengawasan cara kerja dari dimulainya pemberian pelatihan untuk

pelaksanan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan


Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Agustino, Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Alfisyahrin, Muhammad. 2018. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Arif, Rohman. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:


Laksbang Mediatama

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Atik dan Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, Disertai dengan Pengembangan


Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan
Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dunn, William. 2000. PengantarAnalisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah


Mada Press

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Analysis.


Yogyakarta: Gava Media

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic government: strategi pembangunan dan


pengembangan sistem pelayanan public berbasis teknologi digital. Yogyakarta:
Andi.

Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-Government.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan


Kualitatif). Jakarta: GP Press

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:


Bumi Aksara

Jumlah Penduduk Kota Malang Menurut Kelompok Umur Diakses pada 18 Januari
2020 dari https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2019/05/15/20/jumlah-

174
penduduk-di-kota-malang-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2011-
2020.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Narapidana. https://kbbi.web.id. Diakses 20


September 2019

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang


Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kunjungan Online. Diakses pada 15 Januari 2020 dari


https://lapaskelas1malang.id/kunjungan-online/

Miles, M. B., Huberman, A.M., & Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A
Methods Sourcebook. Thousand Oaks: SAGE Publications, Inc

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penlelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Nugroho, Riant. 2009. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Panjaitan, Petrus I dan Pandapotan S. 1995. Lembaga Pemasyarakatan Dalam Sistem


Peradilan Pidana. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2015 tentang Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

Permana. 2017. Pelaksanaan Sistem Layanan Kunjungan Bagi Warga Binaan


Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Wonogiri, Dalam Rangka
Peningkatan Pelayanan Kepada Publik Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan. 111-116

Ramadani. 2017. Pelayanan Terhadap Narapidana di Rumah Tahanan


(RUTAN)Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Vol.4 (2). 6-7

Ridwan, Juniarso dan Sodik Sudrajat, Achmad. 2009. Hukum Admknistrasi Negara
dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa

Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta:


Djambatan

175
Sejarah Kota Malang Diakses pada tangal 19 Januari 2020 dari
https://malangkota.go.id/sekilas-malang/sejarah-malang/

Simangunsong, Fernandes. 2016. Metodologi Peneltian Pemerintahan. Bandung:


Alfabeta

Singarimbun, M. dan Effendi, S., ed. 1989 Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia

Situmorang, Victorio H. 2019. Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Bagian Dari


Penegakan Hukum. Vol.13(1).85-98

Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta: PT. Karya
Unipress

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-17.OT.0201 Tahun


2014 Tentang Standar Pelayanan Pemasyarakatan

Suryana, Siti Erna Latifi. 2009. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian


Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang. Tesis. Program Magister
Studi Pembangunan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi


Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Rineka Cipta

Tachjan. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Aipi Puslit KP2W Lemlit
UNPAD

Tahir, Arifin. 2014. Kebijaka Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah


Daerah. Bandung; Alfabeta

Undang-Undang No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995, Tentang


Pemasyarakatan

176
Wahyuni. 2017. Rancang Bangun Sistem Informasi Penjadwalan Kunjungan
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 di Kabupaten Jeneponto
Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Sarjana Studi Sistem Informasi. Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar

Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo

177
LAMPIRAN

Lampiran 1:

Pedoman Wawancara

A. Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang

1. Apa standar program layanan kunjungan narapidana berbasis online?

2. Apa sasaran Program layanan kunjungan narapidana berbasis online?

3. Bagaimana sumber daya dalam penerapan program layanan kunjungan

narapidana berbasis online ini?

4. Bagaimana komunikasi para implementor program layanan kunjungan

narapidana berbasis online?

5. Apakah sudah ada sosialisasi kepada keluarga narapidana tentang program

layanan kunjungan narapidana berbasis online?

6. Apa tugas Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan dalam

berjalannya program layanan kunjungan narapidana berbasis online ini?

7. Bagaimana respon keluarga narapidana terhadap program layanan

kunjungan narapidana berbasis online?

8. Apakah muncul permasalah baru setelah adanya program layanan

kunjungan narapidana berbasis online?

9. Bagaimana sikap Kepala Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan

setelah berjalannya kebijakan program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

178
10. Apakah seluruh implementor program layanan kunjungan narapidana

sudah memahami cara berjalannya program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

11. Apa penghambat internal dalam program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

12. Apa penghambat eksternal dalam program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

B. Anggota Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kelas 1

Malang

1. Apa standar program layanan kunjungan narapidana berbasis online?

2. Apa sasaran Program layanan kunjungan narapidana berbasis online?

3. Bagaimana sumber daya dalam penerapan program layanan

kunjungan narapidana berbasis online ini?

4. Bagaimana komunikasi para implementor program layanan

kunjungan narapidana berbasis online?

5. Apakah sudah ada sosialisasi kepada keluarga narapidana tentang

program layanan kunjungan narapidana berbasis online?

6. Apa tugas Anggota Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan dalam

berjalannya program layanan kunjungan narapidana berbasis online

ini?

7. Bagaimana respon keluarga narapidana terhadap program layanan

kunjungan narapidana berbasis online?

179
8. Apakah muncul permasalahan baru setelah adanya program

layanan kunjungan narapidana berbasis online?

9. Bagaimana sikap Anggota Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan

setelah berjalannya kebijakan program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

10. Apakah seluruh implementor program layanan kunjungan narapidana

sudah memahami cara berjalannya program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

11. Apa penghambat internal dalam program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

12. Apa penghambat eksternal dalam program layanan kunjungan narapidana

berbasis online?

C. Keluarga Narapidana

1. Apakah menurut keluarga narapidana program layanan kunjungan

narapidana berbasis online sudah tepat?

2. Apakah sudah ada sosialisasi kepada keluarga narapidana

tentang pelayanan kunjungan narapidana berbasis online?

3. Apakah para pelaksana dalam menjalankan program layanan

kunjungan narapidana sudah sesuai?

4. Bagaimana respon keluarga narapidana terhadap program layanan

kunjungan narapidana berbasis online?

180
5. Apakah muncul permasalahan baru setelah adanya program

layanan kunjungan narapidana berbasis online?

6. Bagaimana sikap keluarga narapidana setelah berjalannya program

layanan kunjungan narapidana berbasis online?

181
Lampiran

Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Bapak Sukarna Trisna dengan Bapak Dion Kusuma Selaku
Kepala Seksi dan Anggota Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru
Kelas 1 Malang

Wawancara dengan ibu Mujiati selaku Keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan

182
Lampiran 3:

Surat Keterangan Penelitian

183
Lampiran

Surat Tugas Pembimbing

184
185
Lampiran 5:

Logbook Penelitian

186
187
Lampiran 6:

Curriculum Vitae

1. Nama Lengkap : Erlya Ayu Pramesti

2. Tempat Tanggal Lahir : Malang, 23 Agustus 1998

3. Alamat Tempat Tinggal : Perum. Taman Anggrek J/5, Asrikaton, Pakis, Kab.

Malang

4. Nomor Telepon 085703060843

5. E-mail : ayuerlya8@gmail.com

6. Riwayat Pendidikan :

a. TK (2003-2004) TK PLUS AL KAUTSAR MALANG

b. SD (2004-2010) SD PLUS AL KAUTSAR MALANG

c. SMP (2010-2013) SMP NEGERI 8 MALANG

d. SMA (2013-2016) SMA NEGERI 10 MALANG

7. Pengalaman Organisasi :

a. SMA

 Tim Pemandu SMA Negeri 10 Malang (2015)

 Tim Marketing dan Communication SMA Negeri 10 Malang (2015)

 Tim UKS SMA Negeri 10 Malang (2014)

b. Perguruan Tinggi

 Humanistic Election Organizer (2016)

 Mafia Mengabdi (2018)

188

Anda mungkin juga menyukai