TESIS
oleh:
IKA ARDIYANTO
136020300111032
Ika Ardiyanto, lahir di Pati, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Nopember
1980. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sumitro dan Prihatin.
2015). Pengalaman kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota
Kediri dan ditempatkan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Allah SWT, Tuhan yang telah menggetarkan hati sanubariku untuk benar-
benar tunduk sesuai keyakinan agama Islam. Saya bukan keturunan santri tetapi
meyakini Islam sebagai agama yang sempurna sampai akhir jaman.
Bapak Sumitro dan Ibu Prihatin, kedua orang tuaku yang menjadi lantaran
saya hidup di dunia dan jimat hidup yang selalu mendoakanku. Bapak H. Asnawi
dan Ibu Hj. Nurul Choiriyah, mertuaku yang bersedia memberikan putrinya untuk
menjadi isteriku.
Adikku Teguh Budiarto dan Verania Cartra Dewi, ipar- iparku Mbak Ula,
Mas Hasan, Icha, Fani dan Teguh. Keponakanku Syafa, Dhanan, Hasbi dan
Muzaky.
Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak selaku Pembimbing I, terima kasih
atas pencerahan etika, etnometodologi dan Pancasila kepada saya.
vi
Noval Adib, SE., M.Si., Ak., Ph.D selaku Pembimbing II, terima kasih atas
bimbingannya kepada saya.
Dr. M. Achsin, SE., SH., MM., M.Ec.Dev., Ak.,CPA selaku Penguji I, terima
kasih atas kritik, saran dan yang terpenting kehadirannya pada Ujian Akhir disela-
sela kesibukan beliau.
Dr. Aji Dedi Mulawarman,SP., MSA selaku Penguji II, terima kasih atas
penjelasan, diskusi dan buku “Yang Oetama” sebagai kenang-kenangan Bapak
kepada saya. Bapak adalah dosen yang nyentrik, nyeleneh dan luar biasa bagi
saya.
Grup Maknyak Institut, Hendra “Acong Muke Gile” Sahputra, Ari Bowo
Leksono “Tersenyum”, Ficky “Sastrawan Tampan” Susilo AW, Kangmas Roy
“Otobiografi” Alfan Tandianto, Rusman “Naib Wakatobi”, Adit “Jamur Ketua Kelas”
dan Hapri “Kelana” Mokoagow. Sahabat, setelah semuan yang kita lakukan di
warung mulai ngobrol dan diskusi diluar kelas, semoga dilain waktu dapat
bertemu lagi.
Geng Pemkot Kediri, Den Mas Arif “IT”, Eka Setya “Doraemon”
Wicaksana dan Widya Retno “DKP” Puspasari. Saya tidak tahu sepuluh tahun
lagi karir kita di Pemkot Kediri, yang saya tahu dua tahun ini kita lalui dengan
sebaik-baiknya.
vii
Rahmad “Bajul” Akbar Hakiki, terima kasih untuk menemani melekan
sampai pagi dalam susah dan senang di Malang dan Kediri.
STAR BPKP, terima kasih, thank you, kamsia dan matur nuwun atas
program beasiswanya.
Komik silat koleksiku yang menemani selama 2 tahun kuliah spesial Khun
Lung, Chin Yung, Tjan ID, Kho Ping Ho, SD. Liong, Gan KH, Gan KL dan masih
banyak yang belum saya sebutkan. Game Zynga Poker dan Bilyard yang
membuatku jadi gila. Kopi dan rokok teman setia yang menemaniku di
keheningan malam dan siang. Tidak lupa Radio Wijangsongo, Celestine Movies
dan MNC Sport yang menemaniku mengerjakan tugas dan tesis.
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
KATA PENGANTAR
(Kasus Pada Suatu Satuan Kerja Di Jawa Timur) dapat diselesaikan dengan
dengan pihak intern dan ekstern menjadi menarik dalam tataran praktik
baik adalah tesis yang cepat diselesaikan. Saya menyadari masih ada banyak
kekurangan baik dari tulisan, isi dan penyajian. Oleh karena itu kritik dan saran
Penulis
xi
xii
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Detroit (2013), Jefferson County (2011), Orange County (1994), Stockton (2012)
dan San Bernadino County (2012) walaupun Amerika Serikat diyakini memiliki
sistem pengendalian internal yang ketat dan auditor internal yang kinerjanya
kelemahan dalam sistem keuangan negara Indonesia di era Orde Baru yaitu: (1)
keuangan negara yang semrawut, (4) tidak adanya informasi tentang aset dan
hutang negara, dan (5) pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang tidak
yang memiliki tingkat korupsi tinggi di dunia dengan rangking 107 serta skor 34
Tabel Indeks Persepsi Korupsi di beberapa negara Asia Tenggara tahun 2012 -
1
2
termasuk perbankan, sumber daya alam, sumber daya manusia/tenaga kerja dan
imbalan tidak resmi, pemberian fasilitas secara tidak adil, bekerja tidak sesuai
ketentuan dan prosedur, tidak disiplin waktu, komisi atas transaksi jual/beli yang
menerima sumbangan.
Nielsen (2013) katakan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di Asia,
Amerika Latin, Mediterania dan Amerika Utara. Kasus korupsi yang beroperasi
biasanya dilakukan dengan 12 (dua belas) modus yang hampir sama (Nielsen,
pejabat menjadi masalah yang jauh lebih besar dari suap; 3) Perilaku korupsi
terkait dengan perilaku produktif, biasanya hasil dari korupsi digunakan untuk
membantu sesama dari hasil korupsi; 6) Hukum yang tidak realistis (mencari
antara partai politik, kepolisian, kejaksaan peradilan dan legislatif; 8) Adanya link
korupsi antara partai politik dan penerbit laporan yang berpotensi sebagai
penelitian terhadap kasus korupsi; 9) Dana kampanye dari calon reformis yang
campurnya IMF dan bank dunia yang memaksakan regulasi di suatu negara.
semester I Tahun 2014 pada pemerintah pusat, pemerintah daerah serta BUMN
dan lainnya berupa temuan SPI sebanyak 5.948 kasus dan temuan
7.173 kasus senilai Rp10,92 triliun yang dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini :
4
Tabel 1.2
Ikhtisar Hasil Temuan BPK Semester I Tahun 2014
Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2014 yang diunduh di www.bpk.go.id
belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan, dan kelebihan pembayaran selain
terukur. Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, dan
Konsep SPIP diadopsi dari sebuh grup studi: The Committee of Sponsoring
adalah segala upaya yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk mengarahkan
seluruh kegiatan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif, efisien
dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan
laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala
dan Daerah, dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Ada 5 tahap dalam proses
doing karena kondisi yang dihadapi setiap instansi pemerintah selalu dinamis
Tabel 1.3
Sosialisasi SPIP Pada Pemerintah Daerah dan Kementerian/Lembaga
Sumber: www.bpkp.go.id
Indonesia. Data yang diperoleh dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari
Tabel 1.4
Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara Tahun 2008-2013
No Jenis perkara 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
1 Pengadaan Barang dan jasa 18 16 16 10 11 9 80
2 Perizinan 3 1 3 7
3 Penyuapan 13 12 19 25 34 50 153
4 Pungutan 3 1 4
5 Penyalahgunaan Anggaran 10 8 5 4 3 30
6 TPPU 7 7
Jumlah 47 37 40 39 48 70 281
Sumber: Laporan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi 2012 dan 2013 yang diunduh di
www.kpk.go.id
baik pusat maupun daerah dengan rincian pada tabel 1.5 sebagai berikut :
bahwa SPIP masih belum efektif dalam memberikan keyakinan memadai atas
pemerintah daerah dan kota yaitu sebesar 4.701 dari 5.948 kasus (Ikhtisar Hasil
sektor publik lebih banyak berfokus pada menganalisis baik secara kuantitatif
9
(lebih dominan) atau kualitatif berfokus pada laporan formal dari institusi
bahkan dilakukan oleh negara yang mempunyai sistem pengendalian intern yang
kuat (Huefner, 2011). Penelitian kuantitatif cenderung untuk menguji teori bahwa
keuangan pemerintah (Sari, 2010) dan laporan hasil pemeriksaan BPK (Mulyani
beberapa peneliti (Wallace, 2010; Reginato, Paglietti dan Fadda, 2011; Wilopo,
yang diadopsi dari sektor privat untuk dilaksanakan di birokrasi yang tidak bebas
1. 2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terletak pada upaya untuk memahami arti Sistem
Kerja di Jawa Timur sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang
unsure saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan SPIP di Satuan
SPIP diarahkan pada penciptaan perilaku positif dan kondusif oleh seluruh
dapat diterapkan. Unsur kedua sampai dengan unsur kelima, fokus perhatian
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada suatu Satuan kerja di Jawa Timur ?”.
1. 4. Tujuan Penelitian
regulasi pemerintah. Keunikan yang didapat dari penelitian ini adalah makna
pemahaman atas SPIP dari Satuan Kerja serta tindakan yang dilakukan
TINJAUAN LITERATUR
daya manusia yang ada dalam organisasi. Penelaahan ulang atas alat-alat
dibawah ini:
Tabel 2.1
Definisi Sistem Pengendalian Intern
Organisasi Definisi
The Committee “An internal control is a process, affected by an entity’s board of
of Sponsoring directors, management and other personnel, designed to provide
Organization’s reasonable assurance regarding the achievement of objectives in
of the Treadway (1) effectiveness and efficiency of operations (2) Reliability of
Commission financial reporting and (3) compliance with applicable laws and
(COSO) regulations”.
The International “Internal control is an integral process that is effected by an
Organization of entity’s management and personnel and is designed to address
Supreme Audit risks and to provide reasonable assurance that in pursuit of the
Institutions entity’s mission, the following general objectives are being
(INTOSAI) achieved: executing orderly, ethical, economical, efficient and
effective operations, fulfilling accountability obligations, complying
with applicable laws and regulations and safeguarding resources
against loss, misuse and damage”.
Federal “An integral component of an organization’s management that
Government provides reasonable assurance that the following objectives are
United States being achieved: effectiveness and efficiency of operations,
General reliability of financial reporting and Compliance with applicable
Accounting laws and regulations”.
13
14
Office (GAO)
American “Internal control comprises the plan of organization and all of the
Institute of coordinate methods and measures adopted within a business to
Certified Public safeguard its assets, check accuracy and reliability of its
Accountant accounting data, promotes operational efficiency and encourage
adherence to prescribed managerial policies”.
Sumber : Data sekunder yang diolah
baik organisasi privat maupun sektor publik adalah kerangka kerja pengendalian
intern COSO yang didesain untuk memuaskan kebutuhan semua kelompok yang
pemegang otoritas (pasar modal). Konsep COSO telah digunakan secara luas di
Amerika Serikat dan telah diadopsi berbagai pihak baik organisasi profesi
melalui tata kelolausaha yang baik dan pengendalian intern yang efektif. COSO
proses yang dilakukan oleh manajemen dan personil lain dalam organisasi yang
berlaku. Tujuan pengendalian intern dari COSO lebih lanjut membahas tentang
aturan, internal audit sebagai bagian integral dari proses manajemen resiko serta
dan meningkatkan efektivitas ERM. Kerjasama ini membuahkan hasil pada tahun
16
terhadap hukum serta regulasi yang berlaku. Manajemen risiko dari COSO ERM
gambar 2.1:
internal control framework yang digunakan oleh perusahaan dan internal audit di
Objectives for Information and Related Technology (COBIT). CICA pada tahun
serta melaporkan pengendalian intern yang telah dilakukan. Babon (2009 : 78-
79) serta Olach dan Weeramantri (2009 : 11) menjelaskan konsep CoCo meliputi
dan Monitoring and Learning. COBIT lebih berfokus pada sistem informasi yang
anggaran dan korupsi (Baltaci dan Yilmaz, 2006). Desentralisasi fiskal telah
Bosnia, Colombia, India dan Filipina yang dilaksanakan oleh pemerintah lokal
politik dan penurunan pelayanan publik. Berikut ini disajikan sistem pengendalian
intern pemerintah daerah di berbagai negara dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
18
Tabel 2.2
Sistem Pengendalian Intern Di Berbagai Negara
Negara Sistem Pengendalian Intern di Masalah Yang Timbul dari
Pemerintahan Lokal Lemahnya Pengendalian
Intern
Argentina Kurangnya perangkat hukum Tingkat utang yang tinggi di
dan perundang-undangan serta pemerintah daerah dan
tidak ada kemauan politis untuk kegagalan dalam memberikan
meningkatkan sistem pelayanan kepada
pengendalian intern masyarakat.
Bosnia Kurangnya sistem pengendalian Penyalahgunaan, penipuan
intern dan audit dan penyimpangan anggaran;
korupsi yang meluas;
kesalahan dan
penyalahgunaan dana publik;
ketidakpuasan publik terhadap
lembaga-lembaga pemerintah.
Cina Ex ante kontrol belanja dan Masalah umum dalam
audit kepatuhan kepatuhan terhadap hukum
dan perundang-undangan;
ketidakpatuhan terhadap
praktik perpajakan
Colombia Kerangka hukum yang tidak Kelalaian, korupsi, dan
jelas untuk mendefinisikan penyalahgunaan dana publik.
fungsi dan tanggung jawab
lembaga kontrol fiskal; dan
mekanisme pengendalian intern
tidak efektif
India Ketidakefisienan kontrol dan Kasus yang sering terjadi
praktik audit,aturan pembukuan penyelewengan,
yang kuno, kurangnya informasi penyalahgunaan dan
yang tepat waktu dan dapat kecurangan; penyimpangan
diandalkan; fokus pada audit dan malpraktik dalam
kepatuhan, dan tidak memadai pengadaan; kurangnya
tindak lanjut temuan audit. kepatuhan terhadap peraturan
dan prosedur lain.
Indonesia Sistem kontrol dan audit yang Tindakan tidak etis dan tidak
lemah ekonomis karena korupsi yang
meluas, manajemen kas yang
tidak efisien, dan praktik-
praktik kolusi dalam
pengadaan.
19
ke sektor publik pada birokrasi modern. Salah satu contohnya yaitu penerapan
sistem pengendalian intern yang familiar di sektor privat untuk dimasukkan dalam
dan didasarkan pada hasil penilaian risiko yang telah dilakukan untuk
keandalan dan relevansi informasi baik yang bersumber dari dalam maupun dari
bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Sub unsur dari
mencapai kegiatan yang efektif dan efisien, laporan keuangan yang dapat
dicapai dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dapat dilihat pada gambar
fondasi yang memiliki dampak yang sangat kuat terhadap struktur kegiatan
organisasi.
organisasi dan sosiologi sebagai alat analisis yang komplek begitu juga yang
terjadi di sektor publik (public sector). Hubungan principal dan agen menjadi
(Schillemans, 2013; Megdal, 1983; Lane, 2000). Dalam sektor publik, hubungan
keagenan timbul saat terdapat satu pihak atau lebih (principal) yang
Masyarakat-Legislatif.
karena perbedaan distribusi informasi antara prinsipal dan agen (Giraldi, 2001).
perilaku agen yang menurut Jensen dan Meckling (1976) menyebabkan moral
hazard dan adverse selection. Kedua masalah lebih dikenal sebagai agency
agen setelah adanya hubungan keagenan. Bergman & Lane (1990) menyatakan
Moral hazard dan adverse selection seperti dijelaskan oleh Petrie (2002)
sebagai:
yang tidak sempurna dipantau oleh prinsipal sedangkan adverse selection terjadi
ketika principal tidak bisa meyakini telah memilih agen yang memiliki ketrampilan
24
yang dapat dipercaya (Gilardi, 2001). Praktik dalam kontrak antara principal dan
agen yang membedakan moral hazard dan adverse selection. Adverse selection
perilaku antara principal dan agent yang berfokus pada akuntabilitas dengan
lanjut Carr & Brower (2000) menyatakan: “opportunism implies that whenever
yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinsipal) yang
20-21). Dua asumsi dalam hubungan principal-agent adalah: konflik tujuan antara
pemilik kekuasaan (birokratik dan politisi) dan anggaran; agent lebih memiliki
yaitu sebuah kontrak antara principal menyewa orang lain (agent) untuk
Hubungan principal-agent menjadi ciri seluruh sektor publik lokal (Gyorgy dan
Gyorgy, 2011). Peran principal dan agen dimainkan secara bersamaan dengan
pelaku yang berbeda. Mandat yang diberikan principal untuk agen dapat
pemerintah daerah (agent) untuk menetapkan kondisi dan aturan umum dalam
eksekutif (agen) serta hubungan keagenan antara legislatif (agen) dan publik
(Hanafi dan Domai, 2012). Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang
melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Dalam perspektif keagenan, hal ini
merupakan bentuk kontrak (incomplete contract) yang menjadi alat bagi legislatif
untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif. Carr & Brower (2000)
seperti ini merupakan gambaran adanya asimetri informasi antara eksekutif dan
legislatif karena agen (eksekutif) menginginkan posisi yang relatif aman dan
nyaman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Halim dan Abdullah, 2006).
Perilaku oportunistik legislatif dapat terjadi pada dua posisi, yakni sebagai
prinsipal dan juga sebagai agen. Legislatif sebagai prinsipal bagi eksekutif
kebijakan yang sulit untuk ditolak oleh eksekutif meskipun usulan tersebut tidak
oportunistik legislatif sebagai agen bagi publik (pemilih) dapat terlihat dalam
2. 4. Penelitian Terdahulu
Benedek, Szentene dan Beres (2014), Huefner (2011), Reginato, Paglietti dan
Fadda (2011), dan Mare (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Wallace (1981) di
dilakukan Benedek, Szentene dan Beres (2014) terhadap 100 (seratus) laporan
audit pemerintah daerah di Hungaria pada tahun 2012 dan 2013 dengan temuan
bahwa aturan organisasi dan operasional tidak begitu dilaksanakan oleh 84%
(delapan puluh empat persen) pemerintah daerah yang diaudit terutama pada
memadai dilakukan oleh hampir 20% (dua puluh persen) pemerintah daerah
yang telah diperiksa. Oleh karena itu, unsur-unsur pengendalian yang kompleks
kontrol dasar (lingkungan pengendalian) yang berfungsi tidak tepat (lebih dari
dengan menganalisis 234 (dua ratus tiga puluh empat) laporan audit dan
atau substansial. Penelitian ini didasarkan pada survei yang dilakukan dengan
keuangan di Italia. Untuk tujuan ini, satu set alat pengendalian internal dan teknik
dianalisa untuk menilai sistem tersebut telah diadopsi dan digunakan. Reformasi
aturan pemerintah Italia dan tidak ada sanksi yang diberikan untuk entitas yang
standar yang diterima secara internasional dan dipraktikkan di Uni Eropa. Hasil
sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh Wilopo (2006), Mulyani dan
Suryawati (2011), Hanafi dan Domai (2012), Sari (2012) dan Herawati (2014).
SPI memiliki peran yang signifikan dalam menjaga kualitas laporan keuangan
instansi pemerintah (dalam hal ini adalah LKPD). Wilopo (2006) menyatakan
prosedur yang: (1) terkait dengan catatan keuangan; (2) menyediakan keyakinan
yang memadai bahwa laporan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi
yang diberikan; (3) menyediakan keyakinan yang memadai atas keamanan aset
teori bahwa SPI mempunyai peran dan fungsi yang signifikan dalam
dengan tehnik wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini adalah
dari penelitian ini bahwa Kabupaten Bungo belum sepenuhnya memenuhi kriteria
komponennya yaitu: yaitu (1) lingkungan pengendalian, (2) penilain resiko, (3)
METODE PENELITIAN
bahwa paradigma ini meliputi cakupan yang luas atas gagasan filosofis dan
menjelaskan dunia sosial dengan tujuan utama untuk melihat pelaku yang secara
langsung terlibat dalam proses sosial. Dalam pendekatan ini, ilmu sosial
konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna
pandang yang dapat dikaji dan menolak anggapan bahwa kebenaran atau
dunia ini terdiri dari banyak kebenaran yang saling terkait oleh sebab itu manusia
keterlibatan peneliti secara langsung dan intensif dalam kasus yang menjadi
33
34
obyek studinya untuk menemukan makna yang paling dalam dari suatu
fenomena.
dipahami sebagai penelitian yang menggunakan data kualitatif dan alat analisis
bersifat perasaan, norma, keyakinan, kebiasaan, sikap mental dan budaya yang
pandang dari obyek penelitiannya dan dapat diterima secara taken for granted
lahir tahun 1917 dan melanjutkan pendidikan doktornya pada tahun 1946 di
yang membuat peneliti tidak bebas dalam memahami kenyataan sosial menurut
berfokus pada pemikiran praktik, khususnya pada pemikiran praktik baik yang
dirinya tentang apa yang dilakukannya (cultural behavior), apa yang mereka
berada (cultural knowledge) dan benda-benda apa saja yang dibuat dan
(1996: 6) berfokus pada prosedur pekerjaan dan tidak berarti proses dalam
deskripsi prosedur yang telah dilakukan dan fenomena yang telah terjadi dalam
diilhami oleh fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund Husserl dan Alfred
dunia. Fenomenolog percaya bahwa pada makhluk hidup, tersedia berbagai cara
membentuk suatu fenomena, dan menggali makna dibalik suatu fenomena. Para
orang yang tertarik untuk menguak dan memahami cara aktor-aktor atau
satu sama lain secara masuk akal dan konsisten, dalam kegiatan dan aktivitas
a meaning bearing unit (kata, perilaku, kejadian) dapat memiliki lebih dari satu
Indeksikalitas adalah semua penentuan yang melekat pada suatu kata dan
sehari-hari yang mudah dipahami orang yang berasal dari pertukaran ujaran
yang muncul dari sifat indeksikal dan pengetahuan situasi ujaranlah yang dapat
juga berarti bahwa makna selalu terikat tempat dan tidak mungkin generalisasi
makna suatu kata yang berbeda yang berarti bahwa suatu kata karena kondisi-
konsep refleksivitas. Refleksivitas adalah suatu sifat khas kegiatan sosial yang
bersamaan. Dalam kegiatan sehari-hari, kita tidak sadar akan kenyataan bahwa
ketika kita sedang berbicara dan bertindak, pada waktu yang bersamaan kita
membangun makna, tatanan, dan rasionalitas yang sedang kita kerjakan saat itu.
Konsep refleksivitas yang ditekankan oleh Garfinkel berpijak pada para anggota
bisa dikenali, dibuktikan dan diamati melalui sifat rasional di dalam praktik yang
kongkret.”
memiliki kelemahan yaitu sering kali dianggap fokus pada hal-hal yang bersifat
permasalahan antara prinsipal dan agen yang terjadi selama pelaksanaan SPIP.
prinsipal dan agen. Pelaksanaan SPIP Satuan Kerja yang didekati dengan
keagenan seperti moral hazard, insentif yang diberikan prinsipal kepada agen
dan pengawasan yang dilakukan prinsipal kepada agen secara detil. Sistem
pengendalian intern yang selama ini terbiasa dilakukan oleh Satuan Kerja
yaitu sebuah kontrak antara principal menyewa orang lain (agent) untuk
menjadi ciri seluruh sektor publik lokal (Gyorgy dan Gyorgy, 2011). Peran Kepala
Satuan Kerja (agen) dari Kepala Daerah (prinsipal) dan Staf Satuan Kerja (agen)
40
tindakan tersembunyi yang dilakukan oleh agen yang tidak sempurna dipantau
dilakukan Kepala Satuan Kerja baik sebagai agen maupun prinsipal, Kepala
Daerah yang diposisikan sebagai prinsipal dan staf Satuan Kerja yang murni
menjadi agen.
3. 3. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian merupakan salah satu hal yang terpenting untuk
dipahami. Hal ini dikarenakan agar penelitian dapat berjalan secara sistematis
satu Satuan Kerja di Jawa Timur. Gambaran umum dari Satuan Kerja yang
peneliti ambil adalah Satuan Kerja setingkat Kantor (Eselon III/a) di Propinsi
Jawa Timur dengan jumlah pegawai 20 orang terdiri dari 1 orang golongan IV, 11
41
orang golongan III, 2 orang golongan II dan 6 orang tenaga kontrak. Penulis
dengan pihak ekstern serta kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah dalam
Kepolisian, Kejaksaan dan TNI) menjadi topik yang menarik dalam pelaksanaan
pelaksanaan SPIP. Penulis mengajukan usul untuk lebih dahulu berbaur dengan
objek penelitian selama kurang lebih 4 bulan dimulai pada awal Maret 2015.
makna dari informan dalam pelaksanaan SPIP secara tidak terstruktur dan
informal dalam berbagai situasi. Penulis diberi kemudahan oleh Kepala Satuan
Kerja sesuai dengan janjinya telah memberitahukan kepada anak buahnya untuk
Pembuat Komitmen yang dirangkap oleh Kepala Seksi, Kepala Tata Usaha,
oleh Kepala Seksi serta beliau sendiri (Kepala Satuan Kerja sebagai Pengguna
Anggaran). Perkenalan singkat dari Kepala Satuan Kerja kepada stafnya dan
sumber data utama diperoleh dari proses melihat, mendengar, merasakan dan
dokumen untuk kemudian dicatat dalam bentuk catatan lapangan, rekaman dan
pengambilan foto.
pemeriksaan BPK RI tahun 2010-2013 atas LKPD Kepala Daerah TA. 2010-
2013, dokumen SPJ, laporan hasil pemeriksaan BPK RI terhadap partai politik
yang digunakan untuk mencatat dan menyimpan hasil pengumpulan data berupa
dalam komputer dalam bentuk data cadangan di dalam hardisk komputer dan
hardisk eksternal.
(gesture yang ditampilkan oleh aktor di luar kesadaran aktor itu sendiri, dan
lainnya) dari suatu situasi dan ungkapan para aktor maupun makna antar suatu
suatu sifat khas kegiatan sosial yang mensyaratkan kehadiran sesuatu yang
dapat diamati dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, refleksivitas
merupakan salah satu inti dan kondisi utama yang harus diamati yang menjadi
menggunakan data yang diperoleh baik dari wawancara tidak terstruktur (dialog)
44
yang secara eksplisit dari para aktor yang berisi cara-cara aktor dalam
pengertian yang dapat dipahami hanya dalam konteks sebuah situasi dari yang
disampaikan informan dan kemudian akan menemukan indeks atau daftar istilah.
Dalam penelitian ini, indeksikalitas diperoleh dari Kepala Satuan Kerja, Pejabat
Data diperoleh dari proses wawancara tidak terstruktur (dialog), maupun dari
proses observasi partisipan dengan mengamati lebih dalam cara para aktor
situasi dan ungkapan para aktor dalam kegiatan sosial yang mensyaratkan
bersama pengumpulan data, analisis data dan penulisan data. Secara teknis,
45
proses analisis data dapat dilakukan baik pada saat maupun setelah
penelitian yang telah diuraikan di atas, maka secara ringkas digambarkan dalam
Penelitian ini dimulai dengan menggali fenomena yang terjadi di Satuan Kerja
Pemerintah.
pelaksanaan SPIP oleh Satuan Kerja. Realitas lapangan yang diperoleh dalam
menjadi dasar SPIP yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Langkah
4. 1. Pengantar
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
undangan. SPIP diharapkan dapat memberi keyakinan bahwa proses dan tujuan
serta bertanggungjawab.
teknis telah disusun pula untuk memudahkan Satuan Kerja dalam melaksanakan
SPIP di Satuan Kerja. Penulis menggali pemahaman dan arti SPIP untuk
47
48
beberapa orang yang peneliti anggap mewakili dan representatif di Satuan Kerja.
sebagai Kepala Satuan Kerja dengan latar belakang sarjana pendidikan yang
memiliki pengalaman kerja kurang lebih 25 (dua puluh lima) tahun bekerja di
buahnya sebagai seorang pimpinan yang baik hati, bijaksana, nyentrik, religius
dan mempunyai pengalaman kerja relatif lama yang meniti karir menjadi Pegawai
Negeri Sipil dimulai dengan ijazah SMA. Karirnya dimulai sebagai staf di salah
satu kecamatan yang bertugas membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) kemudian
menjadi Kepala Seksi, Kepala Bidang dan terakhir menjadi Kepala Satuan Kerja.
Bapak Hari sebagai Kepala Satuan Kerja menjelaskan arti dan pemahaman
dari atasan (Kepala Daerah, Gubernur dan lain sebagainya). Pengendalian SDM
di Satuan Kerja berfokus pada Tupoksi (Tugas, Pokok dan Fungsi) harus sesuai
49
dengan job description masing-masing Kepala Seksi yang termuat dalam struktur
organisasi. Struktur organisasi harus disahkan secara formal oleh Kepala Daerah
sekaligus menjabarkan Visi, misi, tujuan, kebijakan dari Satuan Kerja. Struktur
dari pegawai di Satuan Kerja dalam rangka pencapaian tujuan instansi dan
Kepala Seksi (Kasi) banyak yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh
Satuan Kerja. Contoh: Kepala Seksi yang seharusnya diisi oleh sarjana
pendidikan diisi oleh seseorang yang bergelar sarjana ekonomi. Sumber Daya
Manusia dari Satuan Kerja merupakan salah satu kendala karena pembagian
staf maupun Kepala Seksi dan Kepala TU terletak pada kewenangan Badan
personel yang dianggap sesuai untuk instansinya tetapi keputusan tetap berada
Fokus perhatian Bapak Hari sebagai Kepala Satuan Kerja salah satunya
terletak pada peningkatan Sumber Daya Manusia dan kompetensi dari stafnya.
sesuai dengan pangkat, golongan dan tupoksi. Staf yang menjadi “buangan” dari
Satuan Kerja lain dibina dan dimotivasi untuk dapat berubah serta bekerja
dengan baik. Rapat staf diadakan untuk membahas masalah-masalah yang perlu
terhadap pembentukan SDM yang tangguh dapat terlihat dari staf Satuan Kerja
50
yang memiliki pangkat golongan II (setara SMA) hanya 2 (dua) orang dari 20
(dua puluh) PNS. Staf lainnya sebelumnya telah disuruh mengikuti ujian
Penyesuaian Ijazah (PI) dari golongan II menjadi golongan III. Bapak Hari
Satuan Kerja lainnya. Peningkatan kompetensi staf dan Kepala Seksi dilakukan
organisasi Satuan Kerja. Sikap bapak Hari yang memiliki niat dan komitmen
untuk menunjang karir dari stafnya agar bisa berkembang serta melakukan
motivasi kepada bawahan agar mau berkembang dan membagi pekerjaan sesuai
tanggungjawab.”
meliputi usulan anggaran, kegiatan dan program untuk dibahas bersama dengan
DPRD dan Kepala Daerah. Kepala Satuan Kerja sekaligus pengguna anggaran
anggaran dan pelaksanaan kegiatan atau program sesuai dengan aturan yang
pengendalian untuk melihat dan melakukan reviu kinerja yang telah dilakukan
Satuan Kerja. Kepala Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran wajib untuk
bentuk laporan keuangan dan laporan kinerja yang mewajibkan Kepala SKPD
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab pejabat tata usaha selaku PPK atas
pelaksanaan wewenang yang telah diterimanya kepada kepala SKPD selaku PA.
melaksanakan sistem kontrol melalui SPIP untuk menjamin bahwa progam dan
keuangan daerah dapat dijalankan secara baik. Kepala SKPD dan PPKD selaku
dimana PPKD menyusun LKPD yang melingkupi satu instansi sebagai entitas
satu unit kerja sebagai entitas akuntansi, dapat menciptakan masalah keagenan
akibat adanya hubungan asimetri informasi antara PPK dan PPKD. Kualitas
APBD wajib disajikan berdasarkan SPIP yang memadai dan sesuai dengan SAP.
53
daerah dan kerjasama yang terpadu baik dengan kepolisian, kejaksaan, LSM,
jurnalistik, TNI, DPRD serta partai politik berada dalam Satuan Kerja yang
dipimpin Bapak Hari. Pekerjaan teknis yang berhubungan dengan pihak ekstern
Pemahaman Bapak Hari yang didasari realitas lapangan dan tugas yang
Bapak Hari (nama samaran) tidak membaca secara detil aturan pengendalian
Intern Pemerintah. Keyakinan dan optimistis dari Kepala Satuan Kerja dalam
Kerja) disampaikan oleh Bapak Darmaji (nama samaran yang bertugas sebagai
Karirnya dari staf, kepala seksi Kelurahan sampai menjadi Kepala Tata Usaha di
(anggaran), SDM dan kegiatan sebagai hal yang terpenting dalam Satuan Kerja.
Lebih detil dari tugas Bapak Darmaji yang merangkap Kepala TU dan
Kerja.
verifikasi SPP-LS yang diajukan oleh PPTK; meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-
dan menyiapkan laporan keuangan SKPD dan mengikuti rapat koordinasi internal
barang serta SKPKD terkait konsolidasi laporan keuangan dan barang daerah.
menerangkan bahwa aktivitas yang selama ini dilakukan adalah bagian dari
merupakan salah satu sub unsur dari kegiatan pengendalian yaitu otorisasi
akurat dan tepat waktu. Pekerjaannya sebagai Kepala Tata Usaha yang
aset meliputi pengurus serta bendahara barang di Satuan Kerja secara tidak
pemerintah sebagai kontrol dari pemerintah pusat diungkapkan oleh Bapak Sutaji
dan Bapak Hari untuk membuat Satuan Kerja lebih baik dalam pelaksanaan
Bapak Sutaji yang bertugas sebagai Pejabat Pembuat Komitmen dengan latar
kurang lebih 20 (dua puluh) tahun memberikan pendapatnya tentang arti Sistem
daerah kota atau kabupaten. Kontrol dari pemerintah pusat melalui PP Nomor 60
57
program. Dengan kata lain kegiatan atau program yang berada di daerah tidak
menyalahi aturan di tingkat lebih atas begitu juga penyeragaman kontrol dari
pemerintah pusat mengikat bagi semua daerah. Kontrol dari pemerintah lebih
lanjut bisa diartikan sebagai kontrol kepala daerah kepada kepala satuan kerja
dalam melaksanakan RPJMD yang secara detil dijabarkan dalam program dan
korupsi yang secara detil disebut korupsi politis (political corruption) dan korupsi
menerima atau menolak SPJ yang dibuat dari Pejabat Pelaksana Teknis
Anggaran. Satuan Kerja hanya memiliki satu Pejabat Pembuat Komitmen yang
yang diterima dan staf yang tersedia. Pengadaan barang dan jasa di Satuan
dengan latar belakang sarjana hukum yang mempunyai masa kerja kurang lebih
terkait dengan bantuan keuangan yang disalurkan melalui Satuan Kerja kepada
telah melakukan sub unsur “hubungan kerja yang baik” dalam lingkungan
yang merupakan salah satu unsur penting dalam informasi dan komunikasi SPIP.
Komunikasi yang efektif baik terhadap pihak internal maupun pihak eksternal
59
sebagai Bendahara Pengeluaran. Bapak Bagus meniti karir mulai dari ijazah
kerja kurang lebih 14 (empat belas) tahun mendefinisikan SPIP sebagai berikut :
melekat dari dalam para pelaku kegiatan terhadap segala sesuatu yang
dokumen pendukung; membuat register SPP, SPM dan SP2D; menyusun Buku
Kas Umum yang terdiri dari buku pembantu kas tunai, buku pembantu bank,
60
belum di SPJ-kan ke dalam buku panjar dalam rangka tertib administrasi untuk
sumber daya.
pengendalian intern pemerintah seperti yang telah dilakukan secara rutin bisa
Pernyataan ini didukung oleh Bapak Hari dengan keyakinan seorang birokrat
tidak jelas kan kita juga sulit (melaksanakan) tapi kalau kebijakan
dari Kepala Daerah yang diturunkan ke SKPD itu pasti ada melalui
Peraturan Daerah.
sebagai bentuk pelaksanaan SPIP dan tentu saja peneliti mengamati cara
bekerja, kebiasaan serta aturan yang disepakati baik tertulis maupun tidak
tertulis. Rutinitas kerja yang dilakukan oleh aparatur pemerintah tanpa disadari
dengan membentuk SPIP tetapi satuan kerja tidak mengetahui bahwa apa yang
eksplisit belum menyinggung tentang sub unsur tentang integritas dan nilai etika
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
integritas dan etika. Tegaknya integritas dan nilai etika orang-orang yang
etika bukan hal yang sederhana dan mudah dilaksanakan. Manfaat penegakan
integritas dan nilai etika antara lain untuk menekan tingkat korupsi,
dan nilai etika akan berakibat pada pelaksanaan SPIP yang kehilangan
4. 3. Ringkasan
Pengendalian Intern Pemerintah sesuai dengan apa yang telah dilakukan sehari-
REALITAS PELAKSANAAN
5. 1. Pengantar
COSO pada dasarnya digunakan oleh sektor privat yang bertujuan untuk
dan transparan.
PP Nomor 60 Tahun 2008 memberikan petunjuk teknis yang sangat detil dalam
63
64
salah satu Satuan Kerja di Jawa Timur terkait dengan Sistem Pengendalian
normatif yang ideal untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu
efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan
memberikan acuan teknis yang detil melalui lima sub unsur yang meliputi
intern di Satuan Kerja yang penulis teliti terdapat fenomena menarik terkait
pemerintah. Rutinitas kegiatan yang penulis dapat dari realitas lapangan ketika
tersendiri seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hari (Kepala Satuan Kerja)
sebagai berikut:
Sebenarnya kalau masalah anggaran kita sesuai dengan aturan
(Permen, Perda) cuma kita ada kendala masalah tunjangan.
Mestinya setingkat kita-kita (aparatur pemerintah) di Satker
tunjangannya sangat minim dan lain-lain hal yang tanda kutip juga
65
anggaran dilakukan dengan dalih sederhana bahwa kegiatan yang tidak penting
bisa dialihkan ke kegiatan lain tetapi tidak tercantum dalam anggaran atau bisa
juga bahwa nilai nominal satu kegiatan dikurangi dan ditambah dengan kegiatan
melalui prosedur perencanaan baik di satuan kerja maupun daerah. Unsur politik
dengan alokasi anggaran yang sudah menjadi “titipan” dari pihak-pihak yang
memiliki kepentingan baik pejabat politis maupun unsur dewan legislatif maupun
jelas lebih lanjut oleh Bapak Hari yang menyinggung masalah intervensi dari
Oportunisme bermakna ketika terjalin kerjasama antara prinsipal dan agen disisi
memberikan solusi atas perilaku agen tersebut dengan jalan prinsipal harus
memonitor perilaku agen serta memberikan insentif untuk memotivasi agen untuk
kondisi, yakni (1) terdapat beberapa prinsipal dengan masing-masing tujuan dan
kepentingan yang tidak koheren dan (2) prinsipal juga bisa bertindak tidak sesuai
sifatnya lebih sempit. Masalah tunjangan bagi pegawai negeri sipil di daerah
publik menjadi salah satu penyebab korupsi ketika gaji pegawai negeri tidak
ingin dipenuhi sebagai wujud tanggung jawab Kepala Satuan Kerja terhadap
Pokok-Pokok Kepegawaian berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai
Praktik untuk menambah tunjangan secara tidak resmi biasa dilakukan dengan
cara pengaturan keuangan tentunya dilakukan “tahu sama tahu” dalam Satuan
kepentingan bersama.
kehidupan birokrasi pemerintahan. Bisa dikatakan pada jaman Orde Baru pada
Orde Reformasi lebih bernuansa tunduk pada Kepala Daerah sebagai pejabat
dalam kebijakan publik menurut teori Rational Choice atau disebut juga dengan
Public Choice atau Social Choice yang intinya melihat kebijakan sebagai sebuah
atas keputusan tersebut (Fischer, 2007). Akar kebijakan tersebut berasal dari
teori ekonomi pilihan publik (economic of public choice) yang menyatakan bahwa
harus dipuaskan. Model ini dikembangkan atas dasar teori dari Anthony Downs
dengan kondisi yang terjadi di Indonesia yang sering melakukan pemilihan umum
dari tingkat kabupaten, provinsi dan pusat yang mengasumsikan bahwa para
langsung yang membutuhkan biaya politik yang tinggi sebagai money politic.
keluarga di birokrasi dan yang lebih berbahaya lagi dengan melobi Dewan
kepala daerah (2012), dan 23 kepala daerah (2013). Sementara itu, kepala
daerah atau wakil kepala daerah yang tersangkut di KPK hingga tahun 2014
anggaran, pajak dan retribusi daerah, pengadaan barang dan jasa, belanja hibah
kepentingan.
bisa disebut benar atau salah tergantung dengan kondisi politik yang masuk
70
Kerja tetapi merupakan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan kepada khalayak
umum. Sikap kehati-hatian untuk tidak direkam dari Bapak Darmaji dapat
mengikuti nilai total dari kegiatan. Bukti transaksi merupakan dokumen dasar
yang terjadi. Akibat pengaturan keuangan maka akan diikuti dengan melakukan
setting untuk memperoleh bukti atau bahkan membuat bukti transaksi yang
meyakinkan atau kalau perlu membuat stempel palsu. Kerjasama dengan suplier,
toko untuk memperoleh bukti transaksi biasa dilakukan baik Satuan Kerja
membeli atau menggunakan begitu juga apabila tidak membeli bisa juga
Toko atau suplier rekanan dari Satuan kerja kebanyakan mau membantu
memberikan bukti transaksi dengan alasan tetap belanja dan tidak kehilangan
pelanggan tetap. Pemilik toko biasanya disodori dengan kwitansi atau nota
71
kosongan dari Satuan Kerja yang tentu saja akan dimark-up baik harganya atau
kuantitas dari yang sebenarnya. Nota asli dari toko tetap disimpan untuk
sudah bukan hal yang memalukan lagi di lingkungan sektor publik terutama di
pemerintah daerah.
output kegiatan yang telah disusun juga akan menimbulkan kebohongan baru
mendasar dalam SPJ adalah memanipulasi bukti transaksi baik berupa faktur,
invoice, surat jalan, kwitansi dan lain-lain. Bukti transaksi bisa dibuat dengan
mudahnya tentu saja harus bekerjasama dengan toko, suplier dan penyedia
barang atau jasa. Ini merupakan seni tersendiri untuk menjalin relasi dengan
pihak ketiga dalam memainkan bukti transaksi karena bukti transaksi yang paling
lemah dan celah untuk terjadinya penyelewengan adalah kwitansi dan nota.
Pihak ketiga, suplier dan toko bersedia memberikan bukti yang asli tapi palsu
didasari motif ekonomi yaitu uang, relasi dengan birokrasi dan pembelian barang
atau jasa.
Sebenarnya suplier atau toko akan dirugikan karena transaksi ini terkait
dengan aspek perpajakan tetapi hal itu ditutupi oleh satuan kerja yang
lainnya yang terkait dengan transaksi jual beli, hanya saja pihak toko harus
menutupi transaksi ini untuk pelaporannya di Kantor Pajak terkait Pajak Tahunan
yang harus dibayarkannya. Biasanya aparat pemerintah akan mencari toko atau
suplier yang tidak termasuk Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau minimal yang
mempunyai resiko terkecil untuk urusan perpajakan. Bagi dinas atau satuan
berlebihan. Barang atau jasa yang dibeli dibawah harga yang sesungguhnya di
72
anggaran atau bahkan “pengaturan keuangan” tadi yang tidak dibeli, tetap saja
pajaknya dibayar.
Teknis pengaturan keuangan yang sempat penulis lihat pada salah satu
melakukan SPJ dengan membuat bukti transaksi berupa mengisi daftar hadir
rapat sosialisasi. Staf tersebut bernama Ibu Yulia dengan gaya yang ceria
“Saya mengisi yang kosong agar SPJ bisa penuh. Uangnya negara
aja, saya kerja kan disuruh sama atasan. Kalau masuk neraka ya
biar atasan saja, saya hanya membukakan palang pintunya. Ya gini
ini, saya merangkap melakukan SPJ pada dua seksi. Kita bekerja
untuk cari uang, bukan untuk cari kesel (letih).”
membuat bukti transaksi untuk proses SPJ. Pernyataan dari Ibu Yulia
penyerapan secara penuh anggaran kegiatan agar tidak setor kembali ke kas
kepada atasan diartikan sebagai bentuk bahwa staf hanya bertindak dan bekerja
keuangan didasari perintah dari atasan tercermin dari pernyataan Ibu Yulia yang
berprinsip bahwa staf hanya mengerjakan tugas yang diberikan dari atasan dan
pengendalian intern di Satuan Kerja. Benar dan salah dari sikap Ibu Yulia dalam
73
Peristiwa menarik yang terjadi di Satuan Kerja yang sempat penulis amati
adalah tentang pelaksanaan belanja bantuan keuangan partai politik yang ruwet
Satuan Kerja. Salah satu kegiatan yang menjadi fokus dari Satuan Kerja dan
dengan pihak partai politik menjadi menarik untuk dibahas dan dikaji.
keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah
partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
empat pilar berbangsa dan bernegara meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika dan budaya
APBD tahun anggaran sebelumnya dibagi dengan jumlah perolehan suara hasil
Pemilu bagi partai politik yang mendapatkan kursi periode sebelumnya. Alur
pengajuan bantuan keuangan partai politik dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut:
Parpol membuat
Laporan Pertanggung
jawaban
ketua atau sekretaris partai politik menggunakan kop surat dan cap stempel
partai politik serta melampirkan bukti administrasi berupa surat keputusan DPP
masing-masing partai politik; foto copy surat keterangan Nomor Pokok Wajib
Pajak; surat keterangan auntentifikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara
partai politik hasil Pemilu yang dilegalisir ketua atau sekretaris KPUD; nomor
rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan
yang telah diperiksa oleh BPK; surat pernyataan ketua partai politik yang
anggaran bantuan keuangan partai politik dan bersedia dituntut sesuai peraturan
Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
2013 berdasarkan perolehan suara Pemilihan Umum tahun 2009 pada salah
satu daerah di Jawa Timur untuk memudahkan ilustrasi dapat dilihat pada tabel
5.1 berikut:
Tabel 5.1
Keuangan Partai Politik Berdasarkan Perolehan Suara Pemilu Tahun 2009
NO NAMA BANTUAN PER JUMLAH NOMINAL
PARTAI SUARA PEROLEHAN BANTUAN
POLITIK (Rp) SUARA (Rp)
1 PDI 4.675,00 20.432 95.519.600
PERJUANGAN
2 PAN 4.675,00 19.376 90.582.800
3 P. 4.675,00 16.287 76.141.725
DEMOKRAT
4 PKB 4.675,00 14.564 68.086.700
5 PKNU 4.675,00 13.869 64.837.575
6 P. GOLKAR 4.675,00 11.412 53.351.100
7 P. HANURA 4.675,00 4.442 20.766.350
8 P. GERINDRA 4.675,00 4.663 21.799.525
9 PKS 4.675,00 4.283 20.023.025
10 PDS 4.675,00 3.389 15.843.575
11 PKPB 4.675,00 2.865 13.393.875
12 PPNUI 4.675,00 2.705 12.645.875
13 PBB 4.675,00 2.504 11.706.200
Jumlah 4.675,00 120.791 564.697.925
dalam 1 (satu) tahun berdasarkan perolehan suara Pemilihan Umum Tahun 2014
Tabel 5.2
Bantuan Keuangan Partai Politik Berdasarkan Perolehan Suara Pemilu
Tahun 2014
NO NAMA BANTUAN PER JUMLAH NOMINAL
PARTAI SUARA PEROLEHAN BANTUAN
POLITIK (Rp) SUARA (Rp)
1 PAN 4.675,00 28.797 95.519.600
2 PDI-P 4.675,00 25.535 90.582.800
3 PKB 4.675,00 20.572 76.141.725
4 GERINDRA 4.675,00 16.811 68.086.700
77
bantuan keuangan Partai Politik serta Tim Peneliti dan Pemeriksaan Persyaratan
berikut:
diberikan partai politik dapat dipahami dan dimengerti. Partai politik seringkali
menekan Satuan Kerja untuk segera mencairkan dana bantuan keuangan Partai
Politik sebaliknya Satuan Kerja kesulitan untuk memperoleh SPJ yang dibuat
oleh Partai Politik. Peristiwa tersebut menjadi masalah yang terus berulang dari
tahun ke tahun dengan inti masalah yang utama yaitu kesadaran dan
diberikan bahkan kemampuan dari pengurus partai politik untuk membuat SPJ
perlu dipertanyakan.
Seharusnya laporan SPJ sudah harus diterima oleh Satuan Kerja paling
laporannya. Penulis mencoba melakukan cross check dengan LHP BPK terkait
Kepala Daerah. Dari 13 partai politik penerima bantuan, hanya tujuh partai politik
kepada Kepala Daerah, tidak menyusun laporan sesuai dengan format laporan
yang ditentukan. Sekretaris daerah melalui kepala daerah sudah berupaya untuk
pertanggungjawaban.
79
pencairan dana bantuan keuangan partai politik yang belum bisa cair serta
tekanan dari pengurus partai politik untuk segera mencairkan bantuan keuangan.
Loyalitas dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas diperlihatkan oleh Pak
Darma ketika diberi tugas untuk menagih SPJ dari partai politik. Personel yang
tegas dan tanpa kompromi seperti karakter Bapak Darma dibutuhkan untuk
Kepala Satuan Kerja sudah menjadi resiko yang dihadapi walaupun ada juga
berikut:
Sikap yang tegas, keras dan kemampuan untuk menekan pengurus partai politik
Satuan Kerja menghadapi keluhan atau pengaduan dari pengurus partai politik
atas sikap stafnya pada satu sisi dan sikap melindungi serta bertanggungjawab
terhadap staf yang ditugasi menjadi bagian peredam masalah. Bapak Hari
80
mendapatkan resiko komplain dari pengurus partai politik tetapi hal tersebut
ternyata bantuan keuangan partai politik tahun 2015 yang belum bisa dicairkan
karena ada sekitar 6 (enam) dari 10 (sepuluh) partai politik belum mengajukan
tidak simpatik kepada partai politik disampaikan oleh Ibu Fatma yang bertugas
merupakan hak yang harus diterimanya dan merupakan kewajiban dari Satuan
tidak begitu penting dan diperhatikan. Tekanan kerja yang dihadapi Ibu Fatma
sebagai seorang verifikator dokumen administrasi lebih banyak dari pihak luar.
dilaksanakan apabila ditekan oleh pihak dari luar. Tugas verifikator dalam
Tabel 5.3
81
Keuangan kepada Partai Politik untuk menegur Partai Politik penerima bantuan
keuangan agar lebih cermat dalam melaksanakan pembukuan dan tertib dalam
mengajukan dana bantuan keuangan telah diberikan jelas tetapi pada praktiknya
pengurus partai politik bersikap acuh tak acuh dan menyepelekan masalah ini.
bantuan keuangan merupakan salah satu contoh kecil pengingkaran atas surat
waktu.
dari tahun ke tahun patut untuk dicermati dan diambil pelajaran yang berharga.
Masalah ini ruwet jadi bikin malas. Bantuan keuangan itu kan yang
menerima partai politik, yang menggunakan juga partai politik.
Begitu kalau SPJ-nya sampai akhir tahun ada yang kurang sesuai
atau belum memberikan SPJ yang dimarahi mesti saya sama
BPK. Saya sudah berupaya berkoordinasi dengan parpol terkait
dengan teknis membuat SPJ, sudah saya jelaskan dan bila ketemu
dalam sosialisasi sudah saya singgung kendala teknis tersebut
kepada pengurus parpol. Makanya saya memilih personel yang
berkarakter keras seperti Pak Darma dan Pak Yanto agar menekan
partai politik (pengurus) untuk segera memberikan SPJ kepada
kantor.
Pihak yang sering disalahkan oleh BPK apabila ada temuan yang kurang
politik (dokumen ini diberikan kepada partai politik) untuk melihat dan menilai
83
masalah ini. Kebanyakan temuan BPK terhadap SPJ partai politik terkait dengan
tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang lengkap. Temuan BPK ini
dapat diartikan bahwa partai politik tidak memberikan bukti yang valid atau bisa
juga BPK tidak bisa meyakini atas bukti transaksi yang sudah diberikan partai
politik bisa berupa seminar, lokakarya, dialog interaktif, sarasehan dan workshop.
umum, berlangganan daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip serta
pemeliharaan kantor.
birokrasi sesuai dengan kepentingan dan tujuannya tentu tidak jauh dengan
merupakan alasan yang rasional mengingat karir yang dibangun oleh pejabat
politik tidak ada tindak lanjut atau teguran terkait permasalahan yang berungkali
terjadi. Badan Pemeriksa Keuangan jarang sekali melakukan tindak lanjut atas
temuan terhadap partai politik. Hal ini bisa dimaklumi karena tugas BPK secara
84
politik. Titik pokok dari permasalahan bantuan keuangan partai politik menjadi
partai politik yang menjadi tanggungjawab dari Satuan Kerja. Tentu saja kalau
ada kekurangan bahkan kelalaian dalam administrasi, pihak pertama yang akan
ditegur adalah Satuan Kerja yang tidak menjalankan fungsi dan tugasnya secara
baik.
saat ini melalui transfer rekening partai politik dengan tujuan untuk mengontrol
bantuan tersebut agar tidak digunakan oleh salah satu oknum partai politik.
dicairkan oleh salah satu pengurus (ketua atau sekretaris partai politik) tetapi
bisa terjadi karena pengurus lama (yang mencairkan dana) dari partai politik tidak
lagi menjabat dan digantikan oleh pengurus baru yang tidak mau membuat SPJ
dengan alasan tidak tahu pemanfaatan dana bantuan keuangan tersebut. Hal
tersebut tidak serta merta menjadi salah dari Satuan Kerja apabila terjadi
Salah satu contoh isu nasional yang sedang hangat dibicarakan terkait
dengan perpecahan di tubuh salah satu partai politik besar di Indonesia yang
berimbas pada kepengurusan partai politik daerah. Satuan Kerja perlu untuk
keuangan pada partai yang sedang konflik. Pengurus partai politik di daerah
85
kepengurusannya yang paling sah dan diakui oleh pemerintah sebagai pihak
yang berhak menerima bantuan keuangan partai politik. Untuk itu Satuan Kerja
propinsi atau pemerintah pusat mengenai keabsahan partai politik yang memang
5. 4. Dilema Etika
terhadap pemerintah dapat dijaga. Nolan (1998) menjelaskan bahwa etika dan
nilai sebagai dasar bagi sektor publik, evolusi nilai khususnya tekanan antara
nilai lama dengan nilai baru serta tantangan etika dalam penerapan new public
memasuki lingkungan pejabat publik yang sering menimbulkan tipe baru dalam
dilema etika. Pada situasi ini, pemerintah memerlukan penerapan etika untuk
Etika berbicara nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan serta tentang hak dan kewajiban moral manusia. Hampir semua
86
tindakan benar dan salah tergantung pada perspektif individu untuk menentukan
pilihan. Dalam kondisi tertentu, pilihan itu tidak secara jelas pilihan antara benar
dan salah sehingga akan muncul situasi dilematis yang sangat membutuhkan
pertimbangan etika atau nilai yang menjadi prioritas individu atau organisasi. Nilai
etika merupakan sub unsur pokok dalam unsur lingkungan pengendalian yang
korupsi karena sebagian besar faktor penyebab korupsi terkait dengan masalah
etika tidak serta merta dikerdilkan dalam masalah ini. Penulis menemukan bahwa
tidak etis seperti pernyataan Bapak Hari (Kepala Satuan Kerja) pada waktu
berikut:
menjalankan ibadah haji sebagai sebuah dilema bagi dirinya disampaikan seperti
berikut:
individu dalam hal ini aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan etika ketika
dengan moral, etika bahkan agama tetapi tindakan melawan arus dalam birokrasi
yang disampaikan oleh Marquette (2012) tentang agama yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa agama dapat memiliki dampak pada sikap individu terhadap
korupsi tetapi memiliki dampak yang sangat sedikit pada perilaku korupsi yang
sebenarnya. Ini dibuktikan dengan banyak negara yang memiliki tingkat korupsi
Penulis sempat mendengarkan guyonan dari Kepala Seksi dan staf yang
membicarakan pribadi Bapak Hari sebagai Kepala Satuan Kerja. Bapak Firdaus
“Bapak Hari itu sakti. Pada waktu Kepala Daerah dahulu, dia
dipercaya sebagai orang kepercayaannya. Setelah ganti dengan
Kepala Daerah baru, pejabat-pejabat lama dimutasi tapi Bapak Hari
masih dipakai malah Satuan Kerja ini diberi tambahan anggaran
untuk tahun ini sangat banyak. Saya kena komitmen x persen,
asalkan ada sisa dari kegiatan sampai akhir tahun ya kita bagi
sama anak buah yang lainnya. Duite negara ae (uangnya negara
aja).”
kata-kata yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari untuk menyebut setoran
keuangan dalam satu sisi dan motif ekonomi di sisi yang lainnya. Satuan Kerja
yang sulit adalah mengurusi unsur kepentingan, politik dan “memelihara” jajaran
samping dalam praktiknya. Pernyataan jenaka yang keluar dari Bapak Hari ketika
sebagai berikut:
“Kita sudah bekerja seperti yang disuruh atasan, kalau ada dosa
yang nanggung biar atasan. Disuruh begitu ya saya lakukan.
Besok kalau atasan masuk neraka yang membukakan pintunya biar
saya. Kalau disuruh menemani disana ya tidak mau, saya mau
masuk surga saja. Bekerja di birokrasi sekarang ini sulit untuk
menghindari masalah tersebut”
bangsa yang percaya akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa tentunya tidak
Sumpah PNS:
89
bahwa Tuhan Yang Maha Esa menjadi saksi terhadap apa yang kita ikrarkan.
Pelanggaran akan sumpah untuk agama apapun merupakan dosa yang sangat
besar. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945 dan Negara
bingkai untuk bertindak yang tidak merugikan negara. PNS mengaku sebagai
agamis yang sudah menjadi budaya Indonesia. Namun disisi lain, justru orang
yang mengaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
tahun 2008.
lepas dari peran inspektorat sebagai auditor intern pemerintah yang mempunyai
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif
yang baik.
melaksanakan kegiatan. Praktik yang selama ini terjadi terkait dengan perilaku
yang menyimpang dari Satuan Kerja menjadi peristiwa yang dilematis mengingat
posisi inspektorat masih dibawah Kepala Daerah dan sejajar dengan Satuan
Kerja. Posisi Inspektorat yang berada dibawah Kepala Daerah menjadi dilema
bahkan kecurangan. Satuan Kerja baik secara langsung ataupun tidak langsung
“menemukan kesalahan”.
sebagai berikut :
91
provokatif :
Kerja terhadap inspektorat dilandasi pemikiran bahwa tugas yang selama ini
dilakukan oleh inspektorat bisa serta merta dilaksanakan oleh semua aparatur
pemerintah. Peran ideal inspektorat yang diharapkan oleh Satuan Kerja adalah
Satuan Kerja dalam melaksanakan program kegiatan sesuai dengan aturan yang
adalah watchdog harus berubah menjadi konsultan atau katalis yang berarti
serta merta menyalahkan Satuan Kerja. Mindset Inspektorat dan Satuan Kerja
paradigma lama yang menganggap Satuan Kerja sebagai “korban” atau pihak
semua Satuan Kerja sehingga dapat memetakan resiko dari semua Satuan
Kerja. Lingkungan pengendalian merupakan unsur yang paling penting dari SPIP
wewenang dan tanggungjawab, kebijakan SDM serta peran auditor intern yang
efektif.
bahwa inspektorat tidak pernah berbuat salah. Peristiwa menarik yang sempat
penulis ketahui dari “sikap menerima” dan menganggap Inspektorat tidak pernah
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan. Satuan Kerja tidak mencoba untuk berpikir
dilimpahkan kepada Inspektorat karena Satuan Kerja juga terlalu menerima dan
bernama Pak Kadir menanggapi keluhan yang dilontarkan oleh Satuan Kerja
Pak Kadir menjadi auditor di Inspektorat kurang lebih baru 5 (lima) tahun,
(Jabatan Fungsional Audit) dari BPKP. Auditor Inspektorat bisa memperoleh JFA
dari 2 (dua) instansi pemerintah yaitu Departemen Dalam Negeri dan BPKP.
Posisi auditor merupakan jabatan yang disegani bagi Satuan Kerja karena
Tanggapan Pak Doni yang lugas tersebut mengisyaratkan bahwa ada keluhan
Kepala Bidang atau masuk eselon III/a, ternyata ikut membantu memeriksa
angka kredit dari auditor fungsional yang merasa terkurangi dengan hadirnya
Irban yang ikut memeriksa Satuan Kerja. Sikap tersebut bisa dimaklumi karena
angka kredit sedangkan untuk Irban sama seperti dengan struktural lainnya yaitu
4 (empat) tahun.
Satuan Kerja. Irban berfungsi juga sebagai kepala tim pemeriksa akan
pejabat struktural inilah yang jarang diketahui oleh auditor fungsional yang
keuangan yang biasanya dilakukan Satuan Kerja maka akan dilakukan negoisasi
Pemeriksaan (LHP).
5. 6. Ringkasan
realitas yang terjadi terkait dengan bantuan keuangan partai politik, pengaturan
keuangan dalam birokrasi politik, dilema etika dan peran inspektorat yang cuma
Kerja tercermin dalam peristiwa atau kejadian tersebut. Interaksi dan konflik
secara politis dapat terlihat pada pelaksanaa bantuan keuangan partai politik.
96
pelaksanaan semu dari SPIP yang biasa dilakukan oleh aparatur pemerintah.
politik yang mewarnai birokrasi. Peran inspektorat yang cuma menyalahkan dan
6. 1. Pengantar
Hubungan keagenan yang terjadi antara prinsipal dan agen dalam relasi
pelaksanaan SPIP menjadi menarik untuk dibahas. Perilaku dari Satuan Satuan
dalam ilmu ekonomi, politik dan keuangan dapat berupa hubungan antara pihak
penjelasan dari aktor yang berperan dalam Satuan Kerja dalam melaksanakan
pengendalian intern.
Perilaku agen akan menjelaskan masalah yang terjadi secara riil dalam
pelaksanaan SPIP di Satuan Kerja. Penelitian ini akan membahas posisi Kepala
Satuan Kerja sebagai agen dari Kepala Daerah (prinsipal) dan staf di Satuan
Kerja sebagai agen dengan Kepala Satuan Kerja sebagai prinsipal. Perbedaan
posisi Kepala Satuan Kerja sebagai agen dan prinsipal akan menjelaskan
keagenan, sifat manusia, keorganisasian dan informasi dari agen baik yang
dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja dan staf akan dijelaskan dalam kerangka
pelaksanaan SPIP.
97
98
anggaran. Kepala Satuan Kerja merupakan agen yang dipercaya oleh Kepala
adanya praktik setoran kepada atasan, “komitmen” kepada pimpinan, upeti atau
bahasa lain yang bermakna sama yang dilakukan oleh Satuan Kerja kepada
eksekutif dan legislatif berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum (AKU) serta
pelaksanaan anggaran oleh eksekutif (Halim dan Abdullah, 2006). Satuan Kerja
tersebut lebih mudah dicapai. Satuan Kerja dalam proses perencanaan anggaran
menginginkan posisi yang relatif aman dan nyaman dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.
bertindak sebagai agen bagi Kepala Daerah dalam melakukan perintah “tidak
pengaturan keuangan intinya bagi Kepala Satuan Kerja untuk menghindari resiko
atas konsekuensi setor kepada Kepala Daerah dan tidak menyalahi aturan
tugas yang tidak merugikan Kepala daerah serta aturan dari pemerintah pusat.
transaksi.
Resiko lain yang berusaha untuk dihilangkan oleh Kepala Satuan Kerja
adalah intervensi pihak ketiga dalam birokrasi yang berkaitan dengan realisasi
tersebut harus diterima oleh Kepala Satuan Kerja sebagai alternatif terakhir untuk
menghindari konflik antara Satuan Kerja dengan partai politik dan Kepala Daerah
menikmati anggaran daerah. Prinsipal dalam masalah ini dirugikan juga oleh
semu dari prinsipal. Kontrol semu dari Kepala Daerah akan melibatkan peran
merupakan bentuk pembenaran dari perilaku agen yang juga berhak untuk
Kepala Satuan Kerja dengan Kepala Daerah karena perbedaan sebagian tujuan
yang ingin dicapai dalam mengelola APBD. Kepala Satuan Kerja sebagai pejabat
berperan untuk menampilkan citra yang baik bagi masyarakat terutama pada
Permasalahan dari staf Satuan Kerja sebagai agen lebih didominasi pada
keinginan untuk memperoleh insentif yang lebih baik. Posisi staf Satuan Kerja
(agen) dan kepala Satuan Kerja (prinsipal) dapat dilihat sebagai bentuk
tidaklah sama seperti yang dilakukan di sektor privat yang diukur berdasarkan
beberapa orang.
Insentif yang dapat dijustifikasi sebagai alat kontrol bagi staf Satuan Kerja
adalah insentif yang diberikan kepada agen karena melakukan tugas sebagai
peraturan Kepala Daerah. Tidak semua staf di Satuan Kerja memperoleh insentif
status struktural pegawai negeri sipil. Besaran insentif berbeda antara pemegang
Satuan Kerja masih ditemui juga motif mencari keuntungan dalam memenuhi
kepentingan pribadi. Pernyataan “kerja untuk mencari uang bukan mencari letih”
dari salah satu staf Satuan Kerja secara implisit mengindikasikan bahwa insentif
yang diterima selama ini masih belum cukup dari yang diharapkan. Tindakan
oportunistik staf Satuan Kerja yang terekam dalam pengamatan penulis seperti
penambahan staf honorer tanpa ijin terlebih dahulu Kepala Satuan Kerja,
pemakaian dana anggaran untuk bisnis diluar, pembelian peralatan kantor yang
tidak realistis, melakukan lobi dengan rekanan dan meminta fee kepada
Sistem dan prosedur yang ada saat ini telah didesain sedemikian rupa
melahirkan moral hazard yang dilakukan oleh staf Satuan Kerja terutama dalam
mekanisme transaksi belanja UP, GU, TU dan belanja LS. Pada sistem dan
prosedur UP, starting point terletak pada penentuan jumlah UP. Besaran UP
menjadi penting karena dapat memberikan peluang untuk lahir moral hazard.
SPD dan anggaran kas menjadi dasar dilakukannya belanja (Setelah DPA
Bentuk moral hazard yang mungkin terjadi adalah uang tersebut diambil
dari bank agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan taktis kantor maupun
103
barang yang diadakan oleh Satuan Kerja sendiri harus dilaksanakan dengan
menggunakan modal dari Satuan Kerja. Mekanisme ini akan menjadi penyebab
kebutuhan akan dana taktis Satuan Kerja semakin besar. Seiring dengan hal ini
termasuk memanfaatkan uang UP yang ada di tangan Satuan Kerja. Asal uang
tersebut dapat di-SPJ-kan hingga akhir tahun dan sisa UP tidak disetor lewat
tahun anggaran maka akan relatif aman dari pemeriksaan. Mekanisme kontrol
Satuan Kerja pada praktiknya berupa berita acara pemeriksaan kas yang
dilakukan tiap bulan, bisa menjadi tidak berarti ketika sudah ada “pemakluman”
berjamaah atas berapapun saldo kas di tangan dan di bank. Pemakluman ini
baik oleh bendahara, pengguna anggaran, PPK dan pemeriksa yang selama ini
berfokus pada sisa dana UP akhir tahun tidak boleh disetor melewati tahun
penyetoran sisa UP tidak boleh melebihi akhir tahun dan menjadikannya sebagai
beberapa kondisi yang dapat menjadi deviasi dalam sistem dan prosedur
belanja. SPJ belanja telah diharuskan dilengkapi dengan bukti transaksi yang
sah. Untuk menjadikan sebuah bukti menjadi sah atau clear secara administrasi
maka stempel maupun bukti yang lain dapat diperoleh dengan mudah dari para
penyedia jasa. Seakan “tahu sama tahu” pihak penyedia jasa sering kali bersedia
yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan praktik ini adalah perjalanan dinas
104
sistem dan prosedur yang telah didesain dengan baik. Definisi sebuah kegiatan
Pertanggungjawaban Dana TUP melebihi satu bulan sejak tanggal SP2D, hal ini
Dana yang tidak habis gunakan dalam waktu satu bulan tidak segera di
setorkan ke kas daerah, sehingga sisa dana TUP bisa saja di alokasikan pada
belanja tidak tepat sasaran atau sesuai peruntukan, selain itu berpotensi juga
pribadi. Tidak adanya sanksi yang tegas dari BUD dalam menyikapi
tanggungjawab Bendahara Pengeluaran di ambil alih oleh PPTK, hal ini akan
menimbulkan potensi moral hazard dari PPTK berupa tidak mebayar sepenuhnya
pertanggungjawaban UP sebelumnya.
terhadap terjadinya pemyimpangan. Hal ini berkaitan dengan bukti yang clear
oleh Satuan Kerja sampai dengan Rp 200 juta. Berkaitan dengan aturan ini,
maka belanja Satuan Kerja akan dengan sendirinya dapat dilakukan dengan
nominal yang kecil dan menghindari lelang. Mark-up bisa saja terjadi atau
bahkan spesifikasi riil dilapangan tidak sama. Alternatif lain, Satuan Kerja dapat
adalah Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan diotorisasi Pejabat Penerima
hasil pekerjaan belum benar-benar dilakukan. Biasanya hal ini dilakukan dengan
yang teranggarkan di APBD tidak dirinci berdasarkan mata anggaran yang jelas
yang memberi ataupun yang menerimanya dan tak jarang banyak kasus terkait
106
dengan dana hibah yang ditemukan oleh BPK seperti yang dijelaskan dalam
Belanja Bantuan Keuangan Partai Politik yang tidak dibarengi dengan rencana
penerima hibah yang tidak sesuai dengan Standar yang ditetapkan oleh undang-
SPJ yang clear tetapi bisa jadi tidak clean dapat menjadi permasalahan
yang pelik. Permasalahan seperti ini tidak dapat diurai dengan mudah karena
yang telah dibangun dengan baik. Diperlukan komitmen kuat dari semua
tim verifikasi di tingkat Satuan Kerja atas SPJ atau kelengkapan data SPM.
“laporan harian” yang memuat pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu beserta
dari Penyiapan dokumen SPP sampai pada penerbitan SPM oleh Kepala Satuan
(bendahara, PPK dan PPTK) dalam organisasi untuk memastikan bahwa salah
sebaik mungkin kegiatan yang akan didanai melalui mekanisme TUP untuk
keterlambatan ataupun penggunaan yang tidak tepat sasaran atau tidak sesuai
mengajukan SPP GU agar UP yang ada di kas bendahara selalu terisi dengan
mekanisme TUP.
akibat yang mendasar dalam pelaksanaan SPIP di Satuan Kerja. Penelitian ini
akan menjelaskan peran Kepala Daerah sebagai prinsipal bagi Kepala Satuan
Kerja (agen) serta Kepala Satuan Kerja (prinsipal) dan staf sebagai agen.
Kepala Satuan Kerja sebagai agen karena asimetri informasi yang dimilikinya
dan sistem akuntansi daerah. Instansi yang mendapat tugas untuk mengawasi
perilaku agen dalam masalah ini adalah inspektorat. Peran inspektorat dalam
hubungan keagenan sama seperti Satuan Kerja di daerah karena masih berada
kepentingan dari Kepala Daerah. Carr dan Brower (2000) menjelaskan adanya
konvensional seperti temuan awal Jensen dan Meckling (1976) yang menitik
interest).
seeking. Praktik setoran kepada atasan, pembagian proyek kepada rekanan tim
sukses dan kegiatan lain yang menguntungkan bagi Kepala Daerah merupakan
Indonesia.
109
antar sesama agen. Modus yang dipakai oleh inspektorat adalah melakukan
tawar menawar temuan dengan Satuan Kerja agar tidak dimasukkan dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan yang akan disampaikan Kepala Daerah atau paling
Dilema yang sering dihadapi oleh inspektorat pada saat betul-betul melakukan
atas keuntungan yang telah diambil dari Satuan Kerja dan memperkirakan batas
sanksi atau mutasi kepada agen Satuan Kerja. Tindakan tersebut tidak berlaku
atas masalah hukum yang ditemukan oleh kepolisian dan kejaksaan hingga
untuk mengambil keuntungan atas belanja tidak langsung yang mayoritas berisi
gaji PNS melainkan pada belanja langsung khususnya yang berkaitan dengan
proyek dan belanja modal. Teknik yang halus dan cantik dimainkan dengan
mematuhi prosedur keuangan yang tidak melanggar aturan serta koneksi dengan
Satuan Kerja (agen) lebih banyak terletak pada perilaku agen dan prinsipal yang
110
oportunistik baik yang dilakukan oleh prinsipal dan agen terutama pada
pihak. Penyusunan anggaran Satuan Kerja merupakan salah satu titik masalah
tidak adanya data-data pendukung dan tidak dilakukan evaluasi pada RKPD
yang diusulkan oleh bidang perencanaan Satuan Kerja. Tidak adanya proses
fotocopi, model belanja makan minum, belanja perjalanan dinas dan belanja rutin
yang setiap tahunnya dimunculkan akan tetapi anggarannya tidak dapat terserap
dengan baik. Selain itu tidak adanya perencanaan belanja yang baik sehingga
output, outcome dan impact dari kegiatan tidak tepat sasaran sehingga
dibutuhkan dan biasanya dinaikan pada belanja-belanja rutin yang lebih mudah
aset dengan jenis yang sama dan berulang-ulang pada suatu bidang dan atau
kegiatan.
Belum ada prosedur yang jelas dan timeline yang tepat untuk menyusun
harga barang sehingga tidak up to date atau dokumen harga satuan barang tidak
dokumen harga satuan tidak dapat menjadi patokan yang baik untuk dokumen
menghindari terlalu terlihat mencolok sehingga nilai harga barang yang ada pada
dokumen anggaran (RKA dan DPA) terlalu besar dibandingkan dengan harga
pasar yang ada terutama untuk belanja yang jarang menjadi objek pemeriksaan
contohnya seperti belanja ATK atau belanja yang nilai nominalnya di bawah Rp
300.000,00.
Tidak ada penetapan bahwa setiap belanja modal harus ditampung pada
barang peralatan kantor (laptop, printer, mesin fax, dan USP) dan mebeuler
kantor (kursi lipat, meja). Tidak adanya pengaturan atau kebijakan mengenai
6. 4. Ringkasan
posisi Kepala Satuan Kerja sebagai agen terhadap Kepala Daerah (prinsipal) dan
staf Satuan Kerja (agen) terhadap Kepala Satuan Kerja (prinsipal). Perilaku
oportunistik dan moral hazard baik yang dilakukan oleh agen serta prinsipal
7. 1. Pengantar
sektor publik mempunyai tujuan yang jelas. Leading sector dari aturan SPIP ini
memakan waktu hampir 7 (tujuh) tahun sejak dikeluarkan pada tahun 2008.
Fenomena yang menarik dari kurun waktu 2008 sampai 2015 ternyata praktik
ujian dan tantangan di masa yang akan datang dalam evaluasi pelaksanaannya.
SPIP merupakan sistem yang dibuat oleh manusia tentunya ada kelemahan
untuk dicari dan dilanggar. Esensi sistem pengendalian baik di sektor privat
113
114
yang perlu untuk dikaji lebih lanjut dalam melanjutkan atau membangun sebuah
sistem pengendalian intern. Penjelasan pada bab ini akan mengupas tentang
dengan latar belakang motivasi individu, sosial, politik dan budaya lokal yang
pengendalian intern dengan unsur budaya lokal di Satuan Kerja. Hasil dari
pelaksanaan SPIP Satuan Kerja akan dijelaskan sebagai paradoks regulasi dan
praktik.
SPIP di Satuan Kerja pemerintah. Kejadian unik yang sempat penulis saksikan
terjadi di Satuan Kerja menarik untuk dikaji dalam perspektif budaya dalam
pelaksanaan SPIP. Penulis sempat mengamati beberapa hari sebelum hari raya
lebaran suasana di Satuan Kerja terlihat sangat ramai baik dari staf PNS,
kantor. Beberapa pejabat yang ada di Satuan Kerja terlihat sibuk untuk
menghindari kejaran dari wartawan yang tiba-tiba mendatangi Kantor untuk ijin
bertemu kepala Satuan Kerja. Kepala Satuan Kerja sedang rapat dengan Kepala
sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Kerja tentang kejadian ini dan
“Biasa kalau hari raya begini minta THR ke Satuan Kerja dengan
alasan mau silaturahim. Mereka biasa ngrosak (mencari-cari untuk
tujuan tertentu) di hari-hari begini dengan keliling ke Satuan Kerja.”
“ngrosak” dalam birokrasi. Istilah “ngrosak” sulit untuk ditemukan padanan kata
yang sesuai dalam kamus bahasa Jawa Timur tetapi sangat familiar di telinga
berasal dari bunyi “krosak” yang berasal dari suara dedaunan yang kering
semacam daun bambu yang kering. Padanan kata dalam bahasa Indonesia yang
oknum wartawan untuk meminta Tunjangan Hari Raya sudah menjadi kebiasaan
dari tahun ke tahun. Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan oleh oknum wartawan
bahkan oleh oknum LSM dan masyarakat sipil untuk meminta sumbangan (uang)
kepada Satuan Kerja di pemerintahan. Satuan Kerja juga telah menyiapkan dana
untuk menghadapi peristiwa khusus yang tentu saja dana yang disiapkan Satuan
Kerja untuk memberikan THR tidak dianggarkan dalam APBD dan merupakan
ditanggung oleh Satuan Kerja dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah tidak
akan bisa mengatur kebiasaan yang sudah menjadi budaya dalam birokrasi
ada seorang yang mengaku wartawan senior mengajak istrinya untuk minta
sumbangan di Satuan Kerja dan hal itu dilakukan seminggu sekali. Keluhan juga
dilontarkan oleh Bapak Bagus yang diutarakan kepada penulis sebagai berikut:
116
Satuan Kerja sehingga mau minta sumbangan untuk alasan tertentu. Praktik ini
semacam itu. Ketakutan birokrasi didasarkan atas tulisan sepihak dari wartawan
dengan mengambil jalan “win-win solution” selama masih bisa untuk diatur.
Penolakan atas permintaan dari oknum wartawan senior tersebut akan berakibat
pada tercorengnya nama baik Satuan Kerja apabila sampai keborokan Satuan
Kerja diekspos di media masa. Selama bisa diselesaikan dengan jalan damai,
massa, penyebar informasi dan pembentuk opini yang bebas dari campur tangan
dan paksaan dari manapun. Di sisi lain pemerintah publik taat pada Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik yang berisi
tersebut cukup kuat bagi wartawan untuk menanyakan informasi terkait dengan
117
keuangan. Biasanya hal ini dijadikan “kartu truf” bagi oknum wartawan untuk
masalah ini daripada harus berurusan ruwet dengan wartawan, jalan yang
terhadap Satuan Kerja. Salah satu fungsi LSM adalah mengawasi jalannya
sebagai alat untuk menikmati keuangan negara. Modus yang dilakukan oleh LSM
LSM pribadi kepada Kepala Daerah melalui Satuan Kerja atau langsung LSM
kepada Satuan Kerja. Perlu diketahui bahwa salah satu tugas pokok dari Satuan
Kerja dalam penelitian ini adalah mengurusi wartawan, LSM dan organisasi
masyarakat lainnya. LSM meminta bantuan dana kepada Satuan Kerja dengan
Langkah yang diambil oleh Kepala Satuan Kerja biasanya hampir sama dengan
tertentu yang dilakukan di daerah. Biasanya untuk kasus ini aparat keamanan
serta kebiasaan yang terus berulang dari tahun ke tahun di birokrasi pemerintah.
Tindakan dari Satuan Kerja selama ini mengakomodasi tindakan ngrosak oknum
wartawan dengan memberikan iklan sebagai solusi yang baik. Proposal LSM
tidak semuanya bisa dipenuhi mengingat banyaknya LSM yang ada di daerah
Budaya “ngrosak” tidak hanya dilakukan oleh pihak luar tetapi juga
dilakukan oleh staf Satuan Kerja mendekati hari raya. Kegundahan dan
kosentrasi kerja sudah terpecah oleh kegiatan keagamaan yang akan dirayakan.
Kerja untuk segera memberikan bingkisan lebaran dapat disimak dari pernyataan
“Kapan ini bingkisan lebaran dan THR dibagikan? Iso gak goreng
kopi (bisa tidak goreng kopi) hari raya kali ini, keluarga di rumah
sudah menanti berita baik dari kantor.”
119
Kejadian tersebut merupakan bentuk permintaan berupa bingkisan atau THR dari
Satuan Kerja kepada seluruh staf. PNS tidak memperoleh Tunjangan Hari Raya
dari pemerintah dan tidak ada istilah dalam Undang-Undang atau peraturan lain
yang menyebutkan Tunjangan Hari Raya. Secara budaya, rata-rata Satuan Kerja
memberikan bingkisan atau THR kepada seluruh staf dari hasil “sisa pengaturan
keuangan” untuk dibagikan pada hari raya Lebaran. Staf dan aparatur
walaupun tidak diatur dalam Undang-Undang. Tentu saja staf Satuan Kerja
mengetahui adanya THR dan bingkisan hari raya dari praktik penyisihan
anggaran pemerintah. Pelajaran yang dapat diambil dari budaya “ngrosak” yang
pembagian bingkisan dan THR walaupun dilakukan dengan cara yang tidak
dalam Nota Keuangan 2016 bahwa PNS akan memperoleh THR di luar gaji ke-
Diharapkan dari rencana pemberian THR oleh pemerintah pusat kepada PNS
tidak ada lagi praktik pemberian THR dari hasil pengaturan keuangan seperti
yang dilakukan oleh Satuan Kerja tempat penulis melakukan penelitian atau
belahan dunia. Negara Cina memiliki masalah yang serupa dengan Indonesia
120
atau bank milik pemerintah. Banyak pejabat pemerintah Cina masih menjunjung
tinggi budaya lama tentang kejujuran dan integritas tetapi kasus pelanggaran
Studi Jacoby (2010) memberikan pandangan berbeda tentang budaya lokal yang
Turki yang berdekatan dengan Uni Eropa mengalami krisis budaya korupsi
negara Uni Eropa. Hasil yang didapatan Turki saat ini adalah melakukan
perluasan modal dari Uni Eropa, mengurangi biaya transaksi dalam usaha
tahun 2003 didasari oleh semangat penerapan konsep New Public Management
dan akuntabilitas serta efisiensi pemerintahan (Sarker, 2006). Salah satu ciri
khas dari NPM adalah berusaha untuk mengaplikasikan pengalaman dan praktik
sektor privat ke sektor publik. Sektor privat dipandang merupakan bentuk yang
ideal bagi sektor publik sebagai cermin untuk berbenah diri dalam membentuk
yang diadaptasi dari kerangka kerja sistem pengendalian COSO. SPIP sebagai
praktiknya.
Keunggulan SPIP terletak pada petunjuk teknis yang detil dan rinci
aturan yang ada. Instansi pemerintah tidak memerlukan penafsiran atas aturan
teknis yang ada karena sosialisasi dan pendampingan telah dilakukan oleh BPKP
terjerat pengadilan hukum. Ironisnya ketika SPIP telah dikeluarkan sejak tahun
2008 sampai 2015, kasus-kasus korupsi justru semakin meningkat dari tahun ke
122
korupsi di Indonesia. Patut diduga bahwa SPIP selama ini hanya sekedar sistem
yang tidak membumi untuk diterapkan di Indonesia atau Sumber Daya Manusia
dari aparatur pemerintah kurang siap dalam melaksanakan SPIP. Atas dugaan
tersebut penulis mencoba untuk melakukan penelitian pada salah satu Satuan
yang memiliki tugas, pokok dan fungsi yang memiliki interaksi dengan pihak
intern.
menjadi penting karena secara natural langsung dipahami oleh aktor pelaku di
rutin dan pelaporan merupakan indeksikalitas yang Satuan Kerja pahami dalam
memaknai SPIP. Satuan Kerja tidak memahami detil dari PP 60 tahun 2008 yang
besar telah dilakukan oleh Satuan Kerja tetapi aktor yang melaksanakan tidak
mengetahui bahwa tindakan yang selama ini dikerjakan merupakan bagian dari
pengendalian intern (Badara dan Saidin, 2013; Amundo dan Inanga, 2009;
2013), mengurangi aktivitas fraud dalam organisasi (Amundo dan Inanga, 2009)
pengendalian merupakan ruh dalam kesuksesan SPIP yang dijabarkan pada nilai
yang efektif serta hubungan kerja yang baik. Penerapan nilai integritas dan etika
dengan baik apabila ada nilai integitas dan etika yang diterapkan sungguh-
sungguh oleh pelaku pengendali intern. Integritas dan nilai-nilai etika mencakup
yang dapat mendorong personil untuk terlibat dalam perilaku yang tidak jujur,
legal dan etis dapat ditunjukkan pada praktik pengaturan keuangan di Satuan
khususnya komitmen dari Kepala Satuan Kerja belum bisa memberikan garansi
untuk lepas dari jeratan politis dalam kekacauan sistem politik di Indonesia yang
transaksi baik berupa faktur, invoice, surat jalan, kwitansi dan lain-lain.
korupsi aparatur pemerintah pada era Suharto yang lebih pada kepentingan
pemerintah melakukan korupsi pada era Orde Baru cenderung berfokus pada
membantu sanak keluarga untuk bekerja, teman dan lainnya dalam satu
kelompok. Aparatur pemerintah pada era orde baru memiliki gaji yang sedikit
dijelaskan dengan memakai teori fraud triangle dan fraud diamond. Teori fraud
triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi kecurangan yaitu
kebutuhan untuk melakukan fraud atas dasar perintah dari atasan. Tekanan dari
atasan lebih cenderung pada external pressure yang dilakukan atas dasar
Baltaci dan Yilmaz (2006) menyatakan sistem kontrol dan audit yang lemah di
tindakan fraud. Teori fraud triangle disempurnakan menjadi fraud diamond oleh
capability (kemampuan) yang berarti orang atau pihak tertentu yang mempunyai
pengetahuan dan keahlian sebagai personal kunci) atau yang berwenang dalam
agama dan etika menjadi tidak berdaya berhadapan dengan sistem birokrasi
Integritas dan etika merupakan sub unsur yang paling penting dalam lingkungan
reformasi birokrasi yang sejalan dengan tujuan ekonomi, efisiensi dan efektivitas
(Preston, 1999). Pendapat Zekos (2004) tentang benturan antara etika dengan
“Antitesis dari etika versus korupsi sangat jelas, sementara etika dapat
menyebabkan maksimalisasi nilai dalam jangka panjang, korupsi
menyebabkan nilai minimalisasi dalam jangka panjang tanpa
maksimalisasi nilai jangka pendek. Norma etika bisa berubah dan
dipengaruhi oleh budaya, teknologi dan agama yang mempengaruhi
secara paralel konsepsi korupsi sebagai perbuatan yang salah.”
menjelaskan korupsi sebagai isu moral yang meresapi jiwa individu terhadap
126
konsep anti-korupsi.
Kerja merupakan tindakan tidak etis dan tidak dibenarkan secara agama tetapi
tidak dalam praktik kehidupannya. Ungkapan yang sesuai atas fenomena ini
bahwa negara yang memiliki tingkat korupsi tinggi ternyata memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi pula dengan mengambil lokasi penelitian di India dan
Nigeria.
Aparatur pemerintah adalah abdi negara yang harus setia dan loyal
Pegawai Negeri Sipil merintis karir sehingga disebut pejabat karir harus mentaati
dari aparatur pemerintah itu sendiri diharapkan menjadi benteng yang kokoh
Kasim (2013) memotret kondisi birokrasi Indonesia yang rumit karena mengikuti
pelayanan publik; (2) Kolusi antara pejabat pemerintah dan pelaku usaha yang
mengarah pada praktik mark-up pengadaan barang dan jasa serta pemberian
dapat dilihat pada praktik kegiatan bantuan keuangan partai politik yang ruwet.
ditetapkan tetapi kendala yang dihadapi Satuan Kerja karena beberapa pengurus
Kerja sehingga menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan. Hasil temuan BPK
keuangan partai politik telah jelas diberikan kepada pengurus partai tetapi
kejadian tersebut berulangkali dilakukan oleh partai politik. Kepala Satuan Kerja
dalam hal ini hanya bisa melakukan koordinasi dan melakukan sosialisasi untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi partai politik dalam menyusun SPJ. Peristiwa
Mraovic (2010) dan Mwangi (2008) yang membahas pendanaan atau bantuan
pendanaan oleh negara kepada partai politik sebaliknya masyarakat sipil Ghana
mengkritik hal tersebut dengan alasan partai politik penyebab korupsi dan harus
partai politik akibat skandal korupsi dari bantuan keuangan kepada partai politik
(Matakovic dan Mraovic, 2010). Kritik dengan latar belakang kondisi perpolitikan
mengemban misi agar menjauhkan partai politik dari penggunaan uang rakyat
yang berasal dari APBN atau APBD. Partai politik hingga kini telah dianggap
terhadap partai politik. Kejadian tersebut ditambah dengan banyak kader partai
atau para politsi yang tersangkut kasus korupsi dan konflik internal partai yang
yang besarannya signifikan dari total belanja partai politik akan membuat partai
politik merasa rugi juga tidak memanfaatkannya. Dalam kondisi demikian, sanksi
penggunaan bantuan keuangan, akan efektif. Sanksi ini juga bisa dikenakan bagi
partai politik yang tidak menyampaikan laporan keuangan partai politik tahunan
129
pertanggungjawaban tidak menyulitkan partai politik. Apabila hal itu sudah bisa
inspektorat yang diinginkan oleh Satuan Kerja dalam praktiknya adalah fungsi
kedudukan inspektorat yang berada dibawah Kepala Daerah dan sejajar dengan
Satuan Kerja yang mengalami hal yang sama dalam praktik-praktik tersebut.
bersumber dari APBD dan APBN diakibatkan oleh lemahnya pengendalian dan
130
pengawasan yang banyak tersebut tidak diikuti dengan kinerja yang diharapkan.
Hal ini berarti bahwa peran dan fungsi pengawasan intern dan pengawasan
oportunistik yang dilakukan oleh prinsipal dan agen (Carr dan Brower, 2000)
keagenan dalam pelaksanaan SPIP dapat dijelaskan dalam posisi Kepala Satuan
Kerja sebagai agen terhadap Kepala Daerah (prinsipal) dan staf Satuan Kerja
(agen) terhadap Kepala Satuan Kerja (prinsipal). Tindakan oportunistik dan moral
hazard baik yang dilakukan oleh agen serta prinsipal menjustifikasi bahwa
moral hazard dari pihak agen dan prinsipal adalah motif maksimilasi kepentingan
satunya adalah untuk kepentingan pribadi (self interest). Perilaku agen dan
pribadi. SPIP tidak bisa berjalan dengan baik apabila Satuan Kerja tidak bisa
“setoran komitmen” kepada Kepala Daerah dan tekanan dari pihak ekstern yang
Kepala Daerah sebagai pejabat politik yang diusung partai politik berusaha untuk
dirinya sendiri apapun alasan yang ingin dipakai. Pelaksanaan SPIP Satuan
tersebut terjadi. Ibarat aturan yang telah dibuat sekan-akan telah dilaksanakan
132
sesuai dengan regulasi formal tetapi meninggalkan esensi yang lebih penting dari
aturan tersebut. Dengan kata lain, SPIP adalah aturan formal yang dijalankan
oleh Satuan Kerja seperti yang ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah tetapi
esensi dari sistem pengendalian intern belum dapat dirasakan dalam praktiknya.
Bukti lain untuk melihat dan memahami realitas pelaksanaan SPIP dapat
diketahui atas persinggungan SPIP dengan budaya lokal Jawa yang pada salah
berisi lebih dari 300 suku dengan etnis Jawa sekitar setengah dari populasi
Indonesia. Jawa telah menjadi komunitas etnis inti dalam keadaan beragam etnis
oleh budaya Jawa yang dipersepsikan pada dua presiden Indonesia, Sukarno
dan Suharto, yang menggunakan aturan pribadi sebagai bagian dari tradisi
korupsi di Indonesia dapat dilihat pada bukti adat Jawa kuno berupa
pertukaran hadiah adalah norma bisnis di Indonesia yang tidak boleh dianggap
korupsi. Nepotisme dan kolusi bisa dijelaskan dalam budaya tradisional Jawa
dengan budaya Jawa terkait dengan perilaku korupsi pejabat adalah budaya
korupsi dengan jalan disamarkan sehingga dapat diterima dalam konteks budaya
budaya Cina yang dipraktekkan juga oleh pejabat pemerintah untuk mengambil
133
petunjuk administrasi teknis perubahan ekonomi oleh negara negara Uni Eropa.
budaya “ngrosak” baik yang dilakukan oleh pihak ekstern maupun pihak intern
pemerintah itu sulit. Budaya “ngrosak” merupakan bagian dari budaya Jawa
Indonesia. Budaya “ngrosak” yang dilakukan oleh pihak ekstern maupun aparatur
pemerintah itu sendiri tidak akan terjadi apabila pelaksanaan SPIP terutama
komitmen pimpinan, kejujuran, integritas dan perilaku etis yang dilakukan dalam
Kerja anggaplah seperti fungsi kontrol dari luar untuk melakukan tugasnya dalam
melakukan cross check program dan kegiatan. Satuan Kerja apabila benar-benar
menerapkan clean government tentu saja tidak perlu untuk takut kepada pers
dan LSM.
SPIP terutama tentang integritas dan nilai etika ternyata tidak bisa memberikan
energi positif untuk menjalankan sistem seperti yang pemerintah inginkan dalam
Kepala Satuan Kerja sebagai orang yang dipercaya Kepala Daerah harus bisa
mampu menciptakan lingkungan birokrasi yang bersih, jujur dan lepas dari
birokrasi di Indonesia selama ini yang akhirnya menyeret banyak Kepala Daerah
bagian melakukan fraud. SPIP hanya sebagai salah satu alat sedangkan
yang melanda Indonesia tanpa diimbangi dengan akhlak budi pekerti yang
nilai etika.
7. 4. Ringkasan
SPIP sebagai sistem yang diadopsi dari COSO ketika diterapkan di sektor
publik perlu untuk dikaji ulang dalam pelaksanaanya. Bukan berarti SPIP gagal
seperti dijelaskan dalam Satuan Kerja dalam penelitian ini tidak mencampuri
SPIP. Tindakan yang dilakukan baik oleh Satuan Kerja dan pihak ekstern
akan tereduksi apabila unsur-unsur politik, sosial dan budaya tidak mencampuri
PENUTUP
8. 1. Simpulan
Pemerintah sesuai dengan apa yang telah dilakukan sehari-hari yang dianggap
pengendalian intern.
menarik untuk dicari akar penyebabnya melalui sudut pandang politik, budaya
dan mentalitas aparat pemerintah menjadi titik kajian dalam pelaksanaan SPIP
136
137
tidak banyak diangkat dalam penelitian karena dianggap rahasia dan tabu untuk
pemerintah masih bisa membedakan baik dan buruk atas tindakan yang selama
ini dilakukan. Perilaku tidak etis aparatur pemerintah seharusnya tidak perlu
terjadi dengan mengembalikan fungsi utamanya untuk tunduk dan patuh kepada
Belanja Bantuan Keuangan Partai Politik yang ruwet. Satuan Kerja mempunyai
politik pada salah satu Satuan Kerja di Jawa Timur tidak serta merta merupakan
kegiatan. Fungsi konsultatif selama ini tidak berjalan padahal Satuan Kerja
sangat membutuhkannya.
melihat perilaku oportunistik serta moral hazard yang dilakukan baik oleh agen
kepentingan pribadi baik yang dilakukan oleh agen dan prinsipal dalam
dilihat pada budaya “ngrosak” baik yang dilakukan oleh pihak ekstern dan
menikmati uang negara bagi pihak ekstern yang dijelaskan dalam budaya
Tunjangan Hari Raya untuk Pegawai Negeri Sipil yang selama ini tidak
8. 2. Saran
nilai etika. Integritas dan etika merupakan kunci kesuksesan pelaksanaan SPIP
selain dari faktor komitmen atau keinginan yang kuat dari pimpinan. Kepala
yang bersih lepas dari intervensi politik, sosial dan budaya yang merusak atau
8. 3. Keterbatasan Penelitian
informan bisa dipahami berbeda dalam suatu kejadian atau fenomena. Peneliti
jika fenomena yang tampak adalah fenomena yang bersifat tabu untuk
keterbatasan data. Data penelitian ini hanya berupa data wawancara dan
Abdullah, Syukriy. 2009. Penelitian APBD: Pengantar untuk Agency Theory. Link
blog: http://syukriy.wordpress.com/2009/10/13/penelitian-dengan-topik-
apbd-pengantar-untuk-agency-theory/
Abdullah, Syukriy dan Jhon Andra Asmara. 2007. Perilaku Oportunistik Legislatif
dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris Atas Aplikasi Agency di
Sektor Publik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 10 (1).
Amudo, A. dan Inanga, E. L., 2009. Evaluation of internal control systems: A case
study from Uganda. International Research Journal of Finance and
Economics. Vol 3. h 124 –144.
Andvig, Jens Chr., Odd-Helge Fjeldstad, Inge Amundsen, Tone Sissener & Tina
Søreide. 2001. Corruption A Review of Contemporary Research. Chr.
Michelsen Institute Development Studies and Human Rights Report.
Badara, Mu'azu Saida., dan Saidin, Siti Zabedah., 2013. Impact of the Effective
Internal Control System on the Internal Audit Effectiveness at Local
Government Level, Journal of Social and Development Sciences, Vol 4
No 1, h 16-23.
140
141
Carr, Jered B. & Ralph S. Brower. 2000. Principled Opportunism: Evidence From
The Organizational Middle. Public Administration Quarterly (Spring):
109-138.
Chow, Gregory, C. 2006. Corruption and China’s Economic Reform in the Early
21st Century. International Journal Of Business, 11(3).
Cressey, Donald R.1953. Others people money. A study in the Social Psychology
of Embezzlement. Montclair: Patterson Smith
Defitri, SY. 2010. Kajian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Jurnal Ilmiah
Advance. Volume 4 Nomor 2 Maret – Agustus
Fischer, Frank. 2007. Handbook of Public Policy Analysis. Theory, Politics, and
Methods. CRS Press.
Gamar, Nur. 2014. “Wabah” Dalam Peran Auditor Internal Di Pemerintah Daerah.
Tesis (tidak dipublikasi). Program Magister Akuntansi Universitas
Brawijaya.
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan masalah keagenan di
pemerintahan daerah: Sebuah peluang penelitian anggaran dan
akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2(1): 53-64. Artikel ini juga
dimuat diblog berikut: http://kelembagaandas.wordpress.com/teori-
agensi-principal-agent-theory/abdul-halim-dan-syukriy-abdullah/.
Hindriani, Hanafi dan Domai. 2012. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran di Daerah (Studi
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun). Wacana, Volume 15
Nomor 3
Jacoby, Tim. 2010. Turkey And Europe: Culture, Capital And Corruption. Review
of International Studies. Volume 36. p 663–684.
Jasin, M. (2013). Birokrasi Zero Korupsi. Jakarta. Penerbit Itjen News Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama RI
Lane, Jan-Erik. 2000. The Public Sector – Concepts, Models and Approaches.
London: SAGE Publications.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja sektor Publik. Edisi kedua. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Megdal, S. B., 1983. The determination of local public expenditures and the
principal and agent relation: A case study. Public Choice 40: 71-87
144
Mulyani dan Suryawati. 2011. Analisis Peran Dan Fungsi Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP/PP No.60 Tahun 2008) Dalam Meminimalisasi
Tingkat Salah Saji Pencatatan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 7 Nomor 2
Nielsen, P.R. 2003. Corruption Networks And Implications For Ethical Corruption
Reform. Journal of Business Ethics 42. Netherlands
Nolan, Lord. 1998. Just And Honest Government. Public Administration And
Development. Volume 18, p 447-455.
Olach, Tom dan Weeramantri, Shayamini. 2009. How COSO has Improved
Internal Controls In The United States. Internal Auditing. Nov/Des 2009
Raho, B. 2007. Teori sosiologi Modern. Edisi pertama. Jakarta. Penerbit Prestasi
Pustaka.
Supriyanto, Didik dan Wulandari, Lia. 2012. Bantuan Keuangan Partai Politik.
Metode Penetapan Besaran, Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan.
Jakarta : Yayasan Perludem.
Van Slyke, D. M., 2006. Agents or Stewards: Using Theory to Understand the
Government-Nonprofit Social Service Contracting Relationship. Journal of
Public Administration Research and Theory. Vol. 17:157–187
146
Wolfe, David T., Dana R. Hermanson. 2004. The fraud diamond: Considering the
Four Elements of Fraud. The CPA Journal, 38-42.