Anda di halaman 1dari 190

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DI


UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK
TAHUN 2015

SKRIPSI

ZAHRINA
1106054284

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JULI 2015

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DI


UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK
TAHUN 2015

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat

ZAHRINA
1106054284

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
DEPOK
JULI 2015

ii Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang tak pernah putus
menurunkan rahmat, karunia dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Rasa syukur atas setiap anugerah, kesempatan berharga dan keluarga baru
selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Penelitian skripsi
mengenai Evaluasi Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia ini
menjadi prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Selama 4 tahun berkuliah
serta dalam penulisan skripsi ini begitu banyak bantuan, dukungan serta
pembelajaran yang peneliti dapatkan dan merupakan hal yang sangat berharga, oleh
karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1) Ibu Puput Oktamianti SKM , MM selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, berdiskusi dan memberikan masukan dalam penyusunan tugas
akhir ini. Terimakasih atas kesabaran, kesediaan meluangkan waktu, saran
dan kritik sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan lebih baik.
2) Bapak Dr. Hamid Chalid, S.H, LL.M sebagai wakil rektor 4 yang sudah
meluangkan waktunya untuk menjadi informan dan sekaligus menjadi
penguji luar.
3) Ibu DR. Dra. Rita Damayanti, MSPHpenguji dalam, yang telah memberikan
banyak saran dan masukan yang berguna.
4) Bapak Pujianto, SKM, MKes selaku kepala departemen AKK,
5) Mas Pri, Mbak Dian, Mbak Nephy dan seluruh staff departemen AKK, yang
telah membantu dalam memudahkan perizinan serta kelengkapan buku
pedoman.
6) Segenap pihak keluarga besar Universitas Indonesia yang telah membantu
baik dlaam perizinan maupun proses selama penelitian dilakukan di
Universitas Indonesia.
7) Kedua orang tua yang telah mendukung secara penuh dan sabar dalam
menyertai. Keluarga yang selalu menjadi alasan saya untuk berjuang agar
bisa bermanfaat Mama, Bapak, Ashifa, Aisyah, ka Ekal.

vi Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


8) Seluruh rekan rekan seperjuangan peminatan Administrasi Kebijakan
Kesehatan dan terutama mahasiswa Manajemen Pelayanan Kesehatan atas
sharing pengalaman dan bertukar pikiran selama perkuliahan Aina,
Meiynana, Euis, Putri regita, Aulia Khairina.
9) Saudara-saudaraku di SGD 18 yang telah melewati 4 tahun kebersamaan di
FKM UI sejak masa OKK sampai kita akan meraih cita dan kebermanfaatan
lebih luas lagi Ka Nana, Aina, Florence, Zaza, Eva, Asiyah, Meiynana,
Nisita.
10) Keluarga Kastrat Pedjoeang BEM IM FKM UI 2013 yang telah memberikan
kesempatan setahun belajar berharga.
11) Keluarga Kastrat Reformers yang telah mengenalkan penulis pada dunia
pergerakan, kesejahteraan rakyat dan tentunya isu penegndalian tembakau.
12) Keluarga BPH BEM IM FKM UI 2013 yang sudah banyak mengajarkan
tentang sinergis dan bagaimana mewujudkan perubahan dalam hal sederhana
13) Seluruh keluarga 9cm, sebuah organisasi yang begitu mengajarkan saya
tentang keikhlasan, pengabdian dan kebersamaan. Yang kita bangun bersama
atas dasar kepedulian untuk Ka Wize, Ka Hilda, Ka Ida, Ka Rina, Ifa, Ka
Jihan dan lainnya.
14) Tiara UI Keluarga yang sungguh mengajarkan bahwa mimpi itu harus
diperjuangankan, selalu menjadi pengingat di kala lupa dan selalu menjadi
pendorong agar menjadi bidadari yang dirindukan surga.
15) Keluarga K2N UI terutama teman sehidup selama mengabdi satu bulan di
perbatasan kalimantan Eva, Fai, Hani, Embun, Afina, Tanto, K Firman
Penulis menyadari bahwa tentunya banyak kekurangan dalam proses
penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun dari
semua pihak sangat diharapkan. Demikian Skripsi ini penulis buat agar dapat
bermanfaat dan menjadi salah satu upaya pengendalian tembakau melalui
implementasi Kawasan Tanpa Rokok yang lebih baik di Universitas Indonesia.

Depok, 06 Juli 2015

Zahrina

vii

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
ABSTRAK

Nama : Zahrina
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul : Evaluasi Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas
Indonesia, Depok tahun 2015

Indonesia menjadi negara ketiga dengan konsumsi tembakau terbesar di dunia dan
terus meningkat prevalensinya. Paparan asap rokok akan membahayakan bagi orang
lain, perokok pasif akan menjadi korban dari perilaku merokok yang semena-mena.
Kawasan Tanpa Rokok merupakan peraturan yang harus diterapkan berdasarkan UU
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Tempat Belajar mengajar menjadi salah
satu Kawasan Tanpa Rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah. Universitas Indonesia
sebagai institusi pendidikan yang menjadi contoh dan peduli lingkungan sudah
mentapkan UI sebagai kawasan Tanpa Rokok berdasarkan SK Rektor UI. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
universitas Indonesia Tahun 2015. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif
dengan mertode wawancara mendalam dan observasi dengan pendekatan kerangka
kerja logis. Hasil penelitian adalah Kawasan Tanapa Rokok UI belum memiliki
indikator yang sesuai dengan peraturan kementerian kesehatan dan belum optimal
dalam pelaksanaannya. Faktor kendala utama adalah tidak adanya komitmen,
konsistensi, ketegasan penegakan peraturan, kejelasan tanggung jawab dan
wewenang Pelaksana Tugas Harian KTR UI sehingga akan berdampak pada alokasi
anggaran dan aktivitas dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok serta output yang
dicapai.

Kata Kunci : Evaluasi, Kawasan tanpa Rokok, Kerangka Kerja Logis

ix Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


ABSTRACT

Name : Zahrina
Study Program : Kesehatan Masyarakat
Title : Evaluation of Smoke Free Area Implementation in
University of Indonesia on 2015

Indonesia in the third position country with the world's largest tobacco consumption.
Exposure to cigarette smoke will harm to others, passive smokers will become
victims of smoking behavior is arbitrary. Smoking Area is a rule that should be
applied based on Law Number 36 Year 2009 on Health. University become one of
the smoke free area decided by the Government. University of Indonesia as an
educational institution have a regulation to be smoke free campus. The purpose of
this study was to analyze the implementation Smoking Area in the university of
Indonesia Year 2015. This is qualitative research with in-depth interviews and
observations methods with the logical framework approach. Results of the study
were smoke free area in UI doesnt have indicators in accordance with the rules and
the health ministry has not been optimal in practice. The main limiting factor is the
lack of commitment, consistency and the clear of responsibility and authority of the
Pelaksana Tugas Harian KTR UI so that it will have an impact on the budget
allocation, the activity in the implementation of non-smoking area as well as the
output achieved.

Keywords: Evaluation, Smoke Free Area, Logical Framework

x Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
SURAT PENYATAAN TIDAK PLAGIAT ..............................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Tujuan ............................................................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.5.1 Manfaat bagi Institusi .............................................................................. 6
1.5.2 Manfaat bagi Pemerintah Daerah ............................................................. 6
1.5.3 Manfaat bagi Akademik........................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8


2.1 Pendekatan Kerangka Kerja Logis .................................................................. 8
2.2 Evaluasi ....................................................................................................... 10
2.3 Konsep Evaluasi dan Kerangka Kerja Logis ................................................. 13
2.4 Rokok dan Fakta Konsumsi Rokok............................................................... 15
2.5Analisa Impementasi Kebijakan Pengendalian Tembakau di Indonesia.......... 18
2.6 Kawasan tanpa Rokok .................................................................................. 20
2.6.1 Obyek Pengawasan ................................................................................ 21
2.6.2 Kewajiban Penanggung Jawab KTR setempat ....................................... 21
2.6.3 Indikator Keberhasilan........................................................................... 22
2.6.3.1 Indikator Keberhasilan berdasarkan Pedoman Perda KTR 22
2.6.3.2 Indikator Keberhasilan berdasarkan Pedoman Kemenkes 23
2.6 Peraturan Kawasan tanpa Rokok Universitas Indonesia ............................... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEPTIONAL ............................................................ 26


3.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 26
3.2 Definisi Istilah .............................................................................................. 31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 36

xi
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
4.1 Jenis Penelitian............................................................................................. 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 36

4.3 Sumber Data ................................................................................................ 37


4.4 Informan Penelitian ...................................................................................... 38
4.5 Pengelolaan Data.......................................................................................... 40
4.6 Validitas Data............................................................................................... 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 43


5.1 Gambaran Umum Universitas Indonesia....................................................... 43
5.1.1 Wilayah ................................................................................................. 43
5.1.2 Jumlah Civitas ....................................................................................... 44
5.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Universitas Indonesia .......................................... 45
5.1.4 Struktur Organisasi Universitas Indonesia ............................................. 46
5.2 Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia .......................................... 47
5.2.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia ........................... 47
5.2.2 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia ............................ 49
5.2.3 Petunjuk Teknis SK Rektor Tentang Kawasan Tanpa Rokok ................. 49
5.2.4 Gambaran Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia ... 52
5.3 Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia.53
5.3.1 Tercapai dan terdokumentasikannya Indikator Kawasan Tanpa Rokok .. 53
5.3.1.1 Gambaran Hasil 53
5.3.1.2 Aktivitas dan Input. 57
5.3.2 Ada Teguran bagi yang Merokok di Lingkungan KTR .......................... 65
5.3.2.1 Gambaran Hasil 65
5.3.2.2 Aktivitas dan Input 66
5.3.3 Tidak Ada Tanda, Iklan, Promosi, Penjualan serta Sponsor Rokok ........ 69
5.3.3.1 Gambaran Hasil 69
5.3.3.2 Aktivitas dan Input 71
5.3.4 Adanya Sanksi bagi yang Melanggar KTR ............................................ 72
5.3.4.1 Gambaran Hasil 72
5.3.4.2 Aktivitas dan Input 73
5.4 Profil Informan ............................................................................................. 77

BAB 6 PEMBAHASAN ....................................................................................... 80


6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 80
6.2 Input ............................................................................................................ 80
6.2.1 Kelompok Kerja .................................................................................... 82
6.2.2 Tenaga Pengawas .................................................................................. 82
6.2.3 Anggaran ............................................................................................... 83
6.2.4 Kajian KTR ........................................................................................... 83
6.2.5 Kebijakan/Peraturan .............................................................................. 84
6.2.6 Infrastruktur .......................................................................................... 85
6.2.7 Media .................................................................................................... 86
6.3 Aktivitas....................................................................................................... 87
6.3.1 Pengorganisasian Pelaksana KTR .......................................................... 87
6.3.2 Sosialisasi KTR ..................................................................................... 88
6.3.3 Melaksanakan Penyuluhan KTR, Bahaya Merokok, dan Etika Merokok 89

xii
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
6.3.4 Melaksanakan Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 90
6.3.5 Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi ............................................... 92
6.4 Output .......................................................................................................... 93
6.4.1 Tercapai dan Terdokumentasikannya Indikator Kawasan Tanpa Rokok . 93
6.4.2 Ada Teguran bagi yang Merokok di Lingkungan KTR .......................... 94
6.4.3 Ada Pelarangan terhadap Tanda, Iklan, Promosi, Sponsor dan Penjualan
Rokok ............................................................................................................ 95
6.4.4 Adanya Sanksi bagi yang Melanggar ..................................................... 96
6.5 Dukungan Input Aktivitas Output dalam Kerangka Kerja Logis dan
Evaluasi ............................................................................................................. 97

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 100


7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 100
7.1 Saran .......................................................................................................... 103
7.2.1 Bagi Universitas Indonesia .................................................................. 103
7.2.2 Bagi Fakultas/Fasilitas Umum di Universitas Indonesia ....................... 104
7.2.3 Bagi Civitas Universitas Indonesia ...................................................... 104
7.2.3 Bagi Peneliti Lain ................................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 106

xiii
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Evaluasi dalam Kerangka Kerja Logis 15


Tabel 2.2 Indikator Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Belajar mengajar 24
Tabel 3.1 Definisi Istilah...31
Table 4.1 Informan Penelitian...38
Tabel 5.1 Jumlah Mahasiswa Universitas Indonesia44
Table 5.2 Jumlah Civitas Universitas Indonesia .45
Tabel 5.3 Konten Petunjuk Teknis KTR UI..50
Table 5.4 Indikator KTR FKM UI 53
Tabel 5.5 Hasil Observasi Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia..56
Table 5.6 Sanksi Denda Kawasan Tanpa Rokok 72
Tabel 5.7 Infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok..76
Table 5.8 Karakteristik Informan 77
Tabel 6.1 Tingkat Kepatuhan Kawasan Tanpa Rokok Kota Bogor92
Table 6.2 Evaluasi dalam Kerangka Kerja Logis 98
Table 6.3 Dukungan Indikator Input terhadap Aktivitas 98

xiv
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Logis..26


Gambar 3.2 Indikator Kawasan Tanpa Rokok..... 27
Gambar 3.3 Indikator Kawasan Tanpa Rokok 27
Gambar 3.4 Indikator Kawasan Tanpa Rokok 28
Gambar 3.5 Indikator Kawasan Tanpa Rokok 28
Gambar 3.6 UC-wide Tobacco Free Policy Implementation Logic Model ......29
Gambar 6.1 Indikator yang Sudah dilaksanakan dalam Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok UI .99

xv
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan rokok menjadi hal menarik yang terus mendapat perhatian
masyarakat. Peningkatan prevalensi perokok terus terjadi terutama di negara-negara
berkembang. Kematian akibat konsumsi tembakau mencapai 5 juta setiap tahunnya
yang 70% diantaranya terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (WHO,
2004). Pada laporan WHO 2008 diperkirakan terdapat 200.000 orang meninggal
dunia akibat penyakit terkait tembakau di Indonesia (WHO, 2008).
Perokok di Indonesia berjumlah 90 juta jiwa (36.3%) dimana jumlah perokok
laki-laki sebesar 68,8% sedangkan perokok perempuan 6,9% (Riskesdas, 2013).
Peningkatan prevalensi perokok terus terjadi dari tahun 1995 sampai 2010 sebesar
27% (Fakta Tembakau, 2014). Indonesia menjadi negara ketiga dengan konsumsi
tembakau terbesar di dunia (4,8%) setelah China (30%) dan India (11,2%) (Fakta
tembakau di Indonesia, 2012). Survei yang dilakukan oleh Global youth Tobacco
Survey (GYTS) tahun 2009 menyebutkan bahwa 78% perokok mengaku mulai
merokok sebelum umur 19 tahun dan sepertiga dari siswa sekolah mengaku mencoba
menghisap asap rokok pertama kali sebelum umur 10 tahun (Fact Sheet TCSC,
2012).
Peningkatan jumlah perokok aktif secara tidak langsung meningkatkan jumlah
perokok pasif atau yang disebut secondhand smoker. Sebesar 85% rumah tangga
terpapar asap rokok dan 81 % anak muda di Indonesia terpapar asap rokok di tempat
umum dan 65% terpapar di rumah masing-masing (Riskesdas, 2013).
Penggunaan tembakau merupakan salah satu risiko paling utama dari empat
penyakit tidak menular (PTM) yaitu kardiovaskular, kanker, penyakit paru-paru
kronis dan diabetes selain itu juga faktor utama dari penyakit infeksi, tuberkulosis
dan infeksi saluran pernapasan bawah (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Perilaku
merokok tidak hanya mengancam kesehatan pribadi tetapi juga membebankan
kerugian secara sik dan ekonomi kepada orang lain. Beban ini meliputi risiko orang

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


2

lain yang terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya dan biaya yang dibebankan
pada masyarakat untuk perlayanan kesehatan. Kerugian kumulatif ekonomi secara
makro di Indonesia tahun 2013 sebesar 378,75 triliun rupiah yang mencakup
pengeluaran masyarakat untuk membeli tembakau (138 T), kehilangan tahun
produktif karena kematian prematur, sakit dan disabilitas (235,4 T), total biaya rawat
jalan dan rawat inap karena penyakit terkait tembakau (5,35 T) (Kosen, 2013).
Pencegahan bahaya rokok dan produk tembakau harus dilaksanakan untuk
melindungi perokok dan orang disekitarnya dari penyakit dan gangguan kesehatan.
WHO membuat kesepakatan terkait pengendalian tembakau yaitu Framework
Convention on Tobacco Control dan langkah pelaksanaan pengendalian tembakau
berupa strategi MPOWER (Monitor, Protect, Offer Help, Warn, Enforce, Raise Tax).
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan bagian dari strategi MPOWER pada poin
protect yaitu melindungi perokok pasif dari asap rokok (WHO, 2009).
Kawasan Tanpa Rokok perlu ditetapkan karena tidak ada ambang batas
minimum paparan asap rokok di udara. Asap Rokok Orang Lain (AROL) adalah
kombinasi yang dihasilkan dari ujung batang rokok yang mneyala dengan asap yang
dihembuskan oleh si perokok. Asap rokok ini mengandung 7000 bahan kimia beracun
69 diantaranya bersifat karsinogen (Fact Sheet YLKI, 2014). Perokok pasif memiliki
risiko 20%-30% mengalami jantung koroner (CDC (2009) dalam Giatrininggar,
2012). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengamanan terhadap bahaya merokok
melalui penetapan KTR untuk membatasi ruang gerak para perokok.
Penetapan KTR telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012. Menteri
Kesehatan juga telah melakukan perumusan MOU (Memorandum of Understanding)
dengan Kementerian Dalam Negeri untuk menekankan pemberlakuan KTR.
Peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tersebut
tertuang dalam peraturan nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
Peraturan bersama ini sudah menyebutkan adanya sanksi bagi pihak pelanggar,
namun masih perlu diperkuat dengan petunjuk operasional dan konsistensi

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


3

implementasinya di lapangan (Policy Paper TCSC IAKMI, 2012). Tempat yang


ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok antara lain tempat ibadah, tempat kegiatan
belajar mengajar, tempat umum dan lain lain.
Mahasiswa sebagai generasi penerus dan penentu kemajuan bangsa harus
memiliki kondisi sehat secara utuh untuk mencapai tingkat produktivitas yang
optimal. Universitas sebagai tempat proses belajar mengajar harus menjadi Kawasan
Tanpa Rokok untuk mendukung tebentuknya pola hidup sehat dan perlindungan
terhadap paparan asap rokok. Berdasarkan penelitian Erna Kurniawati menggunakan
data sekunder Survei Perilaku Sehat Tahun 2010, tempat kuliah merupakan tempat
tertinggi kedua setelah tempat umum sebagai tempat biasa merokok responden di
Universitas Indonesia yaitu sebesar 31,2% (Kurniawati, 2010).
Gambaran perilaku merokok mahasiswa Universitas Indonesia (UI) tahun 2010
yaitu sebesar 12,5% yang merupakan perokok aktif, angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan data Riskesdas 2010 (7,7%) dan GATS 2011 (7,5%) (Kurniawati,
2010). Penelitian Saadah pada tahun 2009 menunjukan jumlah mahasiswa UI yang
merokok mencapai 41% (Giatrininggar, 2012).
Berdasarkan survey KTR yang dilakukan oleh Pers Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, batang rokok yang dihabiskan mahasiswa FISIP
UI antara 5-10 batang sebesar 38% dan lebih dari 10 batang juga 38%. Tingginya
konsumsi rokok harian tentu berakibat pada perilaku merokok di sembarang tempat.
Sehingga 47% merasa tidak nyaman merokok ditempat khusus dibandingkan di
tempat umum. Sebesar 64% tidak setuju dengan penerapan KTR. Banyak mahasiswa
FIB UI yang juga pesimis terhadap penerapan KTR UI 2012 khususnya di kantin
(Suara Mahasiswa, 2012).
Universitas Indonesia merupakan Universitas yang sudah mencanangkan dan
memiliki SK Rektor mengenai KTR sebelum keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor
109 Tahun 2012. Rancangan UI sebagai KTR sudah dimulai sejak tahun 2003 namun
masih mengalami pro-kontra kemudian ditindak dengan kebijakan fakultas yang
terlebih dahulu menetapkan KTR yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK).

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


4

FKM mengeluarkan Surat Keputusan Dekan pada tahun 2007 lalu FIK pada
tahun 2008. Tahun 2011 dikeluarkan SK Rektor UI nomor 1805/SK/R/UI/2011 yang
melarang setiap orang menghisap atau menikmati rokok di KTR UI. UI terdiri dari
tiga ilmu rumpun dan vokasi diantaranya rumpun ilmu sosial dan humaniora, rumpun
ilmu sains dan teknologi, rumpun ilmu kesehatan dan vokasi. Kebijakan KTR di UI
diterima cukup baik di rumpun kesehatan, namun dianggap pesimis dapat
dilaksanakan di rumpun sosial humaniora (LK2 FH UI, 2014).
Hasil analisis hubungan antara rumpun fakultas dengan perilaku merokok
menunjukan 21,8% dari fakultas vokasi yang merokok, 15,1% dari rumpun fakultas
humaniora, 7,3% dari rumpun fakultas sains dan teknologi dan 1,4% dari rumpun
fakultas kesehatan (Kurniawati, 2010). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
pandangan terhadap pelaksanaan kebijakan KTR UI. Penerimaan Rumpun Sosial
terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok sangatlah minim. Berdasarkan hasil
penilaian di tingkat Universitas, FIB dan FISIP adalah fakultas yang mempunyai
reputasi paling buruk dalam penerapan KTR (FISIPERS, 2013). Pelaksanaan KTR di
fakultas rumpun sosial tidak mendapat sambutan cukup baik, hal ini bisa
dimungkinkan dari nilai pandangan terhadap rokok serta perbedaan tingkat
pengetahuan dan kesadaran terhadap perilaku merokok.
Sejak tahun 2013, FISIP dan FH memulai untuk menerapkan KTR, sementara
FIB dan Vokasi belum menunjukan adanya upaya untuk melaksanakan KTR. Pada
rumpun sains dan teknologi pelaksanaan KTR terbaik adalah di Fakultas Ilmu
Komputer (FASILKOM). Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti dengan
mahasiswa di FASILKOM, kepatuhan terhadap kebijakan KTR di FASILKOM
cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya asap rokok dan orang merokok di
wilayah kampus fasilkom walaupun tidak ada tanda peringatan dilarang merokok.
Pelaksanaan KTR juga sudah cukup baik di rumpun ilmu kesehatan (Dennys, 2014).
Dalam melakukan evaluasi pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas
Indonesia akan dianalisis indikator komponen input, aktivitas dan output serta
dukungan dan hambatan antar komponen. Logical Framework atau Kerangka Kerja
Logis (KKL) merupakan sebuah pendekatan identifikasi dan evaluasi dalam

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


5

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program dengan melihat hubungan


antar komponen input/aktivitas/output.
Oleh karena itu penelitian Evaluasi Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Universitas Indonesia dengan pendekatan Kerangka Kerja Logis (Logical Framework
Approach) dimaksudkan untuk mengetahui capaian serta kendala dalam implementasi
KTR di Universitas Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


SK KTR di Universitas Indonesia telah ditandatangani dan berlaku sejak tahun
2011. Akan tetapi pelaksanaan KTR di Universitas Indonesia belum optimal di
seluruh fakultas maupun tempat umum di Universitas Indonesia. Hal ini ditunjukan,
dengan masih ditemukannya orang yang merokok dan penjualan rokok di lingkungan
Universitas Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Bagaimana evaluasi pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas
Indonesia?.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Dianalisisnya pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dengan pendekatan
Kerangka Kerja Logis di Universitas Indonesia tahun 2015.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Diketahui gambaran pelaksanaan KTR di Universitas Indonesia tahun 2015.
2. Diketahui kesesuaian pedoman dari SK mengenai KTR dengan
implementasi.
3. Diketahui komponen input meliputi komite, anggaran, peraturan, tenaga
pengawas, infrastruktur dan media.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


6

4. Diketahui komponen aktivitas meliputi pengorganisasian tugas dan tanggung


jawab, sosialisasi, penyuluhan dan melaksanakan pengawasan dan penegakan
hukum.
5. Diketahui komponen output meliputi terwujudnya 7 indikator kawasan tanpa
rokok, ada teguran bagi yang merokok di lingkungan KTR, tidak ada tanda,
iklan, penjualan, promosi dan sponsor rokok, serta adanya sanksi bagi yang
melanggar KTR.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat bagi Institusi
Diperolehnya gambaran pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas
Indonesia serta faktor yang mendukung dan menghambat implementasi. Hasil
penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan advokasi bagi pengambil kebijakan
setempat guna memperbaiki pelaksanaan KTR di Universitas Indonesia. Selain itu
penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi rujukan peran stakeholder dalam upaya
penegakan kawasan tanpa rokok yang sesuai dengan peraturan berlaku.

1.5.2 Manfaat bagi Mahasiswa


Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa
mengenai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok UI serta implementasinya selama lima
tahun setelah ditetapkan SK Rektor UI tentang KTR UI. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat mendorong mahasiswa untuk lebih memahami dan mematuhi peraturan
Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia.

1.5.3 Manfaat bagi Akademik


Hasil penelitian ini dapat memberi informasi terkait gambaran pelaksanaan
kawasan tanpa rokok di Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
masukan dalam menentukan peran akademisi dalam rangka penguatan implementasi
KTR Universitas Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok di Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan di Universitas Indonesia pada
tahun 2015. Responden merupakan representatif dari stakeholder yang terkait dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di UI baik dari pihak pembuat kebijakan maupun
tataran pelaksana. Metode penelitian menggunakan studi kualitatif karena berusaha
memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam mengenai pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Kerangka Kerja Logis


Logical Framework Approach atau disebut juga Kerangka Kerja Logis (KKL)
adalah instrumen atau cara analisis yang akan meningkatkan perencanaan dan
pelaksanaan. KKL adalah metode yang sistematis untuk mengatur dan
menganalisis tujuan pembangunan dan asumsi terhadap kondisi ideal. Kerangka
Kerja Logis menekankan hubungan sebab akibat antara elemen kunci. Komponen
yang dianalisis dalam pendekatan Kerangka Kerja Logis berupa input, activities,
outputs, purpose dan goals. Kerangka Kerja Logis berorientasi pada tujuan,
perencanaan dan manajemen proyek (NORAD, 1998).
Menurut SIDA (2004) dalam A Summary of theory behind the KKL method
(The Logical Framework Approach) KKL digunakan untuk:
1) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan di sektor tertentu dari masyarakat
2) memfasilitasi, memilih dan menetapkan prioritas antara proyek
3) merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan secara efektif
4) tindak lanjut dan mengevaluasi proyek-proyek pembangunan.
Kerangka Kerja Logis merupakan proyek pembangunan yang dipandang
sebagai kausal terkait tahapan peristiwa. Hal ini dijelaskan di tingkat Input,
aktivitas, output, tujuan dan sasaran. Karena tidak yakin bahwa peristiwa ini akan
benar-benar terjadi, proses ini dipandang sebagai urutan hipotesis pembangunan
yang dapat dianalisis dan dijelaskan (NORAD, 1998). Asumsi yang dapat diambil
diantaranya:
jika input yang tersedia, maka aktivitas akan berlangsung. Jika aktivitas
dilaksanakan, maka output akan diproduksi.
jika output yang dihasilkan, maka tujuan akan dicapai.
dalam jangka panjang maka akan memberikan kontribusi pada pemenuhan
tujuan.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


9

KKL mengusulkan prosedur tujuh langkah dalam perencanaan proyek


pembangunan (NORAD dalam Jens B Aune, 1995) :
1. Analisis partisipatif, mengidentifikasi kelompok target. Terutama kelompok
dianalisis dengan memperhatikan masalah utama, minat, potensi, dan
hubungan. Keputusan diambil pada kepentingan dan masalah apa yang menjadi
prioritas.
2. Analisis masalah, mengidentifikasi fokus masalah dan membangun hubungan
sebab/akibat melalui penggunaan 'pohon masalah'.
3. Analisis tujuan, transformasi 'pohon masalah' menjadi 'pohon tujuan'.
4. Alternatif yang berbeda, pilihan untuk proyek tersebut. Penilaian ini dapat
didasarkan pada teknis, keuangan, ekonomi, kelembagaan, sosial, dan
lingkungan kelayakan.
5. Mengidentifikasi elemen tujuan utama (Jangka panjang tujuan keseluruhan),
tujuan (Tujuan operasional), output (hasil yang dijamin oleh proyek), kegiatan,
dan masukan.
6. Asumsi, menjelaskan tentang kondisi yang harus ada jika proyek ini berhasil,
tetapi yang berada di luar kendali proyek.
7. Mengidentifikasi indikator-kinerja standar yang harus dicapai dalam rangka
mencapai tujuan, tujuan, dan output.

Keuntungan dalam menggunakan pendekatan Kerangka Kerja Logis yaitu :


1. Hal ini dapat memastikan pertanyaan mendasar dan kelemahan yang dianalisis,
dalam rangka memberikan pengambil keputusan dengan lebih baik dan
informasi yang lebih relevan.
2. Panduan analisis sistematis dan logis dari elemen kunci yang saling terkait
merupakan proyek yang dirancang dengan baik.
3. Meningkatkan perencanaan dengan menyoroti hubungan antara unsur-unsur
proyek dan faktor eksternal.
4. Memberikan dasar yang lebih baik untuk pemantauan yang sistematis dan
analisis efek proyek.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
10

5. Memfasilitasi pemahaman bersama dan komunikasi yang lebih baik antara


pengambil keputusan, manajer dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam
proyek.
6. Manajemen dan manfaat administrasi dari prosedur standar untuk
mengumpulkan dan menilai informasi.
7. Penggunaan KKL dan pemantauan sistematis menjamin kelangsungan
pendekatan ketika staf proyek asli diganti.

Keterbatasan dari Kerangka Kerja Logis yaitu


1. Kekakuan dalam administrasi proyek mungkin timbul ketika tujuan dan faktor
eksternal yang ditentukan di awal terlalu ditekankan. Hal ini dapat dihindari
dengan mengevaluasi elemen kunci (indikator) dan disesuaikan.
2. KKL adalah alat analitik umum oleh karena itu KKL hanya salah satu dari
beberapa alat untuk digunakan selama persiapan proyek, pelaksanaan dan
evaluasi, dan itu tidak menggantikan analisis sasaran kelompok, analisis biaya-
manfaat, waktu perencanaan, analisis dampak, dll
3. Manfaat penuh memanfaatkan KKL dapat dicapai hanya melalui pelatihan
sistematis untuk semua pihak yang terlibat dan tindak lanjut terhadap
metodologi.

2.2 Evaluasi
Evalausi secara etimiologi dalam kamus ilmiah populer adalah penaksiran,
penilaian, perkiraan, keadaan dan penentu nilai. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata evaluasi diartikan dengan penilaian. Evaluasi adalah suatu proses
yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan
tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan
dan penyusunan saran pada setiap tahap dari pelaksanaan program (Azwar, 1996).

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
11

Evaluasi adalah a) cara sistematis untuk belajar dari pengalamanpengalaman


yang dimiliki dalam meningkatkan perencanaan yang baik dengan melakukan
seleksi yang cermat terhadap alternatif yang akan diambil; b) merupakan proses
berlanjut dengan tujuan kegiatan pelayanan kesehatan menjadi lebih relevan,
efisien dan efektif; c) proses menentukan suatu keberhasilan atau mengukur
pencapaian suatu tujuan dengan membandingkan terhadap standar/indikator
menggunakan kriteria nilai yang sudah ditentukan; d) didukung oleh informasi
yang sahih, relevan dan peka (WHO, 1990).
Menurut Suharyadi dalam Bappenas (2007: 80) Evaluasi adalah suatu proses
untuk membuat penilaian secara sistematik mengenai suatu kebijakan, program,
proyek, atau kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan
terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan
pemangku kepentingan.
Anderson dalam Arikunto (2006: 1) memandang Evaluasi sebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan. Sehingga dapat disimpulkan evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan
yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Tujuan Evaluasi
1. Mengukur efek suatu program/kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan
membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya program
tersebut. Mengukur efek menunjuk pada perlunya metodologi penelitian.
Sedang membandingkan efek dengan tujuan mengharuskan penggunaan
kriteria untuk mengukur keberhasilan.
2. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan menilai
kesesuaian dan perubahan program dengan rencana.
3. Memberikan umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan/
penyempurnaan implementasi.
4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan
keputusan lebih lanjut mengenai program di masa datang.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
12

Fungsi Evaluasi (William N. Dunn; Ripley)


Evaluasi kebijakan berfungsi untuk memenuhi akuntabilitas publik,
karenanya sebuah kajian evaluasi harus mampu memenuhi esensi akuntabilitas
tersebut, yakni:
1. Memberikan Eksplanasi yang logis atas realitas pelaksanaan sebuah
program/kebijakan. Untuk itu dalam studi evaluasi perlu dilakukan
penelitian/kajian tentang hubungan kausal atau sebab akibat.
2. Mengukur Kepatuhan, yakni mampu melihat kesesuaian antara
pelaksanaan dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Melakukan Auditing untuk melihat apakah output kebijakan sampai pada
sasaran yang dituju? Apakah ada kebocoran dan penyimpangan pada
penggunaan anggaran, apakah ada penyimpangan tujuan program, dan
pada pelaksanaan program.
Jika dilihat dari pentahapannya, menurut Suharto (2006) secara umum
evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi pada tahap perencanaan
Evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih
dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan
terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan
Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana.
Terdapat perbedaan dengan konsep monitoring. Evaluasi bertujuan untuk
mengetahui apakah yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program
tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan
monitoring bertujuan melihat pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana
dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan
evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuan,
apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut
akan memecahkan masalah yang akan dipecahkan.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
13

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan


Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak
pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan
pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan
rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan
tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai

2.3 Konsep Evaluasi dalam Kerangka Kerja Logis


Menurut Dale (2001) fokus utama evaluasi diilustrasikan oleh hubungan
antara variabel inti evaluasi, yaitu evaluasi dampak, efisiensi, efektivitas, relevansi,
dan keberlanjutan. Dalam evaluasi, perencanaan menunjukan kerangka kerja logis
dan pencapaian yang dibandingkan dan dianalisis menggunakan lima kriteria evaluasi
tersebut untuk menarik kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan lalu akan dibuat
rekomendasi dan pembelajaran. Lima kriteria evaluasi dan hubungan antara kriteria
dengan logframe. Berikut penjelasan mengenai kriteria evaluasi dan hal yang
dianalisis
1. Efisiensi (Efficiency), didefinisikan sebagai hubungan jumlah dan kualitas
output yang dihasilkan dengan sumberdaya yang dikeluarkan. Hal ini berguna
untuk mempertimbangkan pertanyaan seputar cost-efficient dari aktivitas yang
dilakukan, apakah tujuan akan dicapai tepat waktu, dan cara efisien untuk
mengimplementasikan intervensi yang dilakukan.
2. Efektivitas (Effectiveness), menunjukkan sejauh mana output yang
direncanakan, efek yang diharapkan, dan dampak yang dimaksudkan dapat
tercapai. Dalam evaluasi efektifitas berguna untuk mempertimbangkan
pertanyaan sejauh mana tujuan program tercapai dan faktor apa yang
mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan.
3. Relevansi (Relevance), menilai sejauh mana program atau proyek
menempatkan masalah pada prioritas utama, terutama dilihat dari studut
pandang stakeholder, khususnya oleh penerima manfaat program/proyek.
Dalam evaluasi yang terkait relevansi akan berguna untuk mempertimbangkan

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
14

pertanyaan seputar sejauh apa tujuan dari intervensi berlaku, apakah intervensi
aktivitas dan output konsisten dengan tujuan akhir, proses pencapaian program,
dampak dan efek yang diharapkan.
4. Dampak (Impact), lazimnya bersifat jangka panjang, berupa konsekuensi tidak
langsung yang luas dari program/proyek yang dimaksudkan oleh penerima
manfaat. Dampak dapat dibedakan menurut dampak positif maupun dampak
negatif sesuai dengan sudut pandang penilaianya. Hal yang dapat
dipertimbangkan meliputi apa yang terjadi dari hasil intervensi, apa perbedaan
nyata yang dihasilkan dan berapa orang terpengaruh.
5. Keberlanjutan (Sustainability), merupakan pemeliharaan atau pengaruh
tambahan perubahan positif yang dihasilkan oleh program atau proyek sesudah
proyek berakhir dilaksanakan. Melalui tindakan keberlanjutan diharapkan
program/proyek dapat dilanjutkan meskipun intervensi sudah berakhir, baik
oleh organisasi yang sama ataupun oleh organisasi yang berbeda.Hal ini
berguna untuk mempertimbangkan sejauh apa manfaat dari intervensi berlanjut
dan faktor apa yang paling besar mempengaruhi pencapaian keberlanjutan.

Pada gambar hubungan 5 kriteria tersebut dengan logframe, terlihat bagian


berwarna menunjukan dimana fokus dalam memeriksa setiap kriteria evaluasi dalam
analisis relevansi maka perlu diperiksa apakah tujuan yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, kelompok target dan kebijakan yang ada. Dalam menguji
efektifitas dapat dilihat tujuan yang dicapai melalui indikator output. Dalam
menganalisis efisiensi fokus pada tingkat input yang dikonversi menjadi output
melalui activities Dampak dilihat dari tingkat pencapaian keseluruhan goal dan
berhubungan dengan tingkat purpose. Menguji sustainability fokus pada apakah
manfaat yang diperoleh akan dipertahankan, mempertimbangkan keberlanjutan
Inputs, Activities dan Outputs. Hal ini menjadi pedoman untuk melaksanakan evaluasi
dengan kerangka kerja logis.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
15

Tabel 2.1 Evaluasi dalam Kerangka Kerja Logis


Relevance Effectiveness Efficiency Impact Sustainability
Post- Goal
Implementation Purpose
Implementation Outputs
Activities
Inputs

Sumber : Module 4 Monitoring and Evaluation with Logical Frameweork


Approach Strengthening Monitoring and Evaluation System (SMES) Project

2.4 Rokok dan Fakta Konsumsi Rokok


Rokok adalah produk berbahaya dan adiktif. Hasil olahan tembakau yang
terbungkus termasuk cerutu/bentuk lainnya yang dihasilkan dari Nicotiana
Tambacum dan spesies lainnya yang mengandung NIKOTIN dan TAR atau tanpa
bahan tambahan. Definisi istilah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2013,
rokok adalah gulungan tembakau yang kira-kira sebesar kelingking dan
dibungkus oleh daun nipah, kertas dan lainnya. Menurut Departemen Kesehatan
pada tahun 2009 rokok merupakan zat berbahaya dan adiktif berisi 4000 bahan
kimia, 69 diantaranya adalah karsinogenik. Rokok terdiri dari beberapa jenis ada
yang disebut rokok putih (tanpa cengkeh) dan ada rokok kretek (terdapat
campuran cengkeh). Selain itu berkembang rokok elektrik saat ini, dan mulai
marak dikonsumsi anak dan remaja. Menurut Framework Convention On
Tobacco Control (FCTC) WHO produk tembakau adalah produk yang dibuat
dengan menggunakan seluruh atau sebagian dari daun tembakau sebagai bahan
dasar yang diproduksi untuk digunakan sebagai rokok yang dikonsumsi dengan
cara digisap, dikunyah atau disedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat
berbentuk sigaret, kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang
disedot, dan tembakau tanpa asap.
Jenis jenis rokok dibedakan menjadi beberapa berdasarkan bahan
pembungkusnya, bahan baku isi rokok atau proses pembuatan rokok dan
penggunaan filter pada rokok. Secara umum berikut jenis jenis rokok :

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
16

a. Kawung : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.


b. Klobot : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
Jagung.
c. Cerutu : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
Tembakau.
d. Rokok Putih : Rokok yang bahan pembungkusnya yaitu kertas,
bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapat efek rasa dan aroma
tertentu.
e. Rokok Kretek : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh. Sigaret Kretek Tangan proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting
dengan menggunakan tangan atau alat bantu
sederhana. Sigaret Kretek Mesin proses pembuatannya
menggunakan mesin.
f. Rokok Klembak : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau , cengkeh dan kemenyan yang diberi sausa
untuk memberi efek rasa dan aroma tertentu.
g. Rokok Filter : Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
h. Rokok Non Filter : Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
Beberapa zat berbahaya yang terkandung didalam rokok menyebabkan
kematian, Rokok adalah penyebab kematian terbesar yang dapat dicegah di dunia.
Satu dari 10 kematian orang dewasa disebabkan konsumsi rokok. Tiap tahun rokok
menyebabkan kematian 5,4 juta orang (WHO, 2004) atau rata-rata satu kematian
setiap 5,8 detik. Tahun 2008 , perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga
terbesar di dunia setelah China dan India.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
17

Kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok tiap tahun


mencapai 427.948 orang atau 1.172 orang per hari. Tahun 2010 diperkirakan 6 juta
orang meninggal akibat penyakit terkait tembakau, termasuk 196.260 orang di
Indonesia atau 12,7% dari total kematian pada tahun yang sama (1.539.288) (Fact
Sheet, 2012).
Data Kementerian Kesehatan menunjukan (Riskesdas, 2010 pada Buku Peta Jalan
Pengendalian Produk Tembakau Indonesia, hal 22) :
a. 92 juta warga Indonesia (non-smoker) merupakan perokok pasif
b. 43 juta anak merupakan perokok pasif, diantaranya 31,6 juta berusia 5-18
tahun 11,4 juta berusia 0-4 tahun. Hampir setengah dari anak secara
teratur menghirup udara yang tercemar asap rokok di tempat umum.
Lebih dari 40% anak memiliki setidaknya satu anggota keluarga merokok.
c. Lebih besar dari 200.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit
yang berhubungan dengan rokok.
Perokok pasif pada orang dewasa mengakibatkan stroke, iritasi saluran napas,
kanker saluran nasal, kanker payudara, penyakit jantung koroner, kanker paru,
penyempitan pembuluh darah, gangguan reproduksi pada wanita. Pada ibu hamil
yang merupakan perokok pasif akan melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) danmenyebabkan lebih dari 600.000 kematian dini setiap tahun di
dunia (Buletin Jendela Datadan Informasi Kesehatan Semester II, 2012,
www.depkes.go.id). Perokok pasif pada anak mengakibatkan tumor otak, infeksi
saluran tengah, kanker kelenjar getah bening, gangguan pernapasan dan fungsi paru,
asma, kanker darah bahkan kematian mendadak.
Berdasarkan data yang dihimpun WHO, selama periode 1970 hingga 2000,
konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan hingga 7 kali lipat, yaitu dari
sekitar 33 Milyar batang menjadi 217 Milyar Batang. Pada tahun 2000-2002, tercatat
terjadi penurunan jumlah konsumsi rokok yang disebabkan adanya peningkatan harga
riil rokok pada tahun 1998. Kondisi tersebut ternyata semu, karena departemen
keuangan menemukan adanya rokok ilegal dan pemalsuan cukai. Penurunan jumlah
konsumsi rokok tersebut membuat Departemen Keuangan membekukan peningkatan

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
18

cukai tahunan selama 2003-2004 dengan tujuan untuk menyehatkan industri.


Ternyata kebijakan tersebut berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi rokok
pada tahun 2008, yaitu mencapai 240 Milyar batang, setelah pada tahun 2005
mencapai 214 Milyar batang. Dari tahun 2025 hingga 2008, jumlah konsumsi rokok
di Indonesia memang cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 214 Milyar pada
tahun 2005, 220 Milyar pada tahun 2006, 238 Milyar pada tahun 2007, dan 240
Milyar pada tahun 2008 (Koran tempo, 2009 dalam WHO dalam Wahyu).

2.5 Analisis Implementasi Kebijakan Pengendalian Tembakau di Indonesia


Aturan pengendalian tembakau ada yang bersifat filosofis normatif yaitu yang
sejalan dengan pengendalian tembakau walaupun tidak eksplisit mengatur masalah
tembakau. Derajat peraturan tersebut memiliki posisi yang tinggi dalam tata urutan
perundang-undangan diantaranya Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindngan
Anak, dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Fakta
Tembakau TCSC, 2014).
Selain itu ada aturan normatif implementatif yang berada dibawah konstitusi
Undang-Undang yang substansinya merupakan tindak lanjut dari peraturan diatasnya
misalnya Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan
Bupati/Walikota dan lain-lain. Dalam Undang-undang Kesehatan ada 4 pasal yang
secara khusus mengatur kebijakan pengendalian tembakau yaitu pasal 113,114,115,
dan 116 yang menyebutkan mengenai penggunaan zat adiktif pada produk tembakau,
pengendalian produk tembakau dan Kawasan Tanapa Rokok. Sedangkan dalam
Undang-undang tentang perlindungan anak konteksnya adalah bahwa anak memiliki
hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah dan lembaga negara untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (dalam hal ini termasuk produk tembakau).

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
19

Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sudah
ditegaskan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1. Sehingga jelas dasar
hukum yang melindungi dan mengharuskan pemerintah membuat kebijakan
pengendalian tembakau (Fakta Tembakau TCSC, 2014).
Sebelum ditandatanganinya PP 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Aturan
yang ada masih bersifat normatif dan belum mengatur lebih lanjut pelakasanaan dan
upaya strategis dalam kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia. Secara
substansif Perturan Pemerintah ini masih sangat lemah akan tetapi ini adalah satu-
satunya regulasi yang secara khusus mengatur maslaah pengendalian tembakau di
Indonesia.
Kebijakan tentang pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok saat ini diatur
dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers dan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran yang belum mengatur pelarangan total iklan,
promosi, dan sponsor rokok. Substansi yang ada didalamnya hanya membatasi dalam
membuat materi iklan rokok. Kemudian diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 109
Tahun 2012.
Penetapan cukai rokok di Indonesia juga masih rendah yaitu 57% . Indonesia
masih jauh lebih rendah dalam menetapkan pajak dan cukai rokok dibandingkan
dengan negara di ASEAN. Rokok masih ditemukan dapat dijual eceran. Peringatan
kesehatan pada bungkus rokok yang disyaratkan FCTC menempati minimal 50% dari
kedua sisi gambar bungkus rokok belum dipenuhi. Kebijakan mengenai peringatan
kesehatan bergambar di indonesia mulai diterapkan 24 Juni 2014 dimana setiap
bungkus rokok harus mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk kata dan
gambar pada 40% dari bungkusnya. Saat ini Indonesia sudah memiliki Peta jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok. Peta jalan ini diatur dalam Peraturan
Menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013. Peraturan ini bertujuan
untuk mewujudkan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak konsumsi rokok
yang terintegrasi, efektif dan efisien (Fauzi, Zakiyah, Ainul, 2014).

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
20

2.6 Kawasan Tanpa Rokok


Dalam Pasal 115 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok adalah fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
Pemerintah daerah diwajibkan juga untuk menetapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya.
Peraturan lain mengenai Kawasan Tanpa Rokok yaitu Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No 188/Menkes/PB/1/2011 dan No. 7
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Sesuai amanat
konstitusional seharusnya peraturan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok dibuat
dan diimplementasikan dengan baik. Penanggungjawab dan pelaksana harus ditunjuk
dan harus serius melaksanakan dan menjadikan kawasan tanpa rokok sebagai hal
prioritas. Merokok diruangan tertutup akan sangat berbahaya bagi kesehatan.
Karenanya, pada awal pemberlakukan KTR dibutuhkan bantuan untuk menjamin
kepatuhan sebelum masyarakat menjadi terbiasa dan perilaku tidak merokok di ruang
tertutup menjadi norma sosial.
Kepatuhan maksimal dapat diperoleh dengan keseimbangan antara sosialisasi
pada setiap lapisan masyarakat termasuk penanggung jawab kawasan dan aparat
penegak hukum, adanya kesamaan pemahaman semua pihak tentang definisi dan
aturan yang berlaku dan penegakan hukum yang konsisten. Istilah Pengawasan
dalam PERDA KTR mengandung unsur Penegakan Hukum sehingga keduanya
sering digunakan secara bergantian. Temuan/luaran Pengawasan berbentuk
pelanggaran akan dikenai Sanksi yang jenisnya tergantung dari kurun waktu
terjadinya. Pengawasan/Penegakan Hukum Pelaksanaan Pengawasan/Penegakan
Hukum PERDA KTR disusun dengan mempertimbangkan aspek cost effectiveness
dan pelembagaan dengan: Mengintegrasikan kegiatan ke dalam sistem berjalan, baik
sistem pemantauan wilayah oleh sektor kesehatan yang memiliki wilayah kerja
administratif disertai sistem penegakan hukum terhadap pelanggaran yang berlaku

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
21

bagi setiap PERDA: Memanfaatkan sistem pemantauan program rutin oleh


Puskesmas di wilayah kerjanya (Soerojo, 2011).

2.6.1 Obyek Pengawasan


1. Ada tidaknya tanda dilarang merokok yang cukup jelas dan mudah terbaca
(segera terlihat ketika memasuki kawasan) di (semua) pintu masuk gedung.
2. Ada tidaknya orang merokok di tempat yang ditetapkan sebagai KTR.
3. Ada tidaknya AREA/RUANGAN merokok dalam gedung dengan/tanpa
ventilasi untuk menghilangkan asap rokok.
4. Ada tidaknya tanda tanda promosi/iklan rokok di KTR; Penjualan rokok di
KTR hanya dibenarkan bagi yang memiliki izin usaha untuk menjual.
5. Ada/tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di KTR sebagai
tambahan.
6. Ada tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan sebagai KTR.
7. Ada tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan sebagai KTR.

2.6.2 Kewajiban Penanggung Jawab KTR Setempat


Mengacu pada PERDA KTR, Penanggung jawab KTR setempat (Pengelola
gedung, Pimpinan/Manajer instansi) berkewajiban untuk
a. Meletakkan tanda dilarang merokok yang cukup besar, mudah terbaca, di
tempatkan di pintu masuk dan tempat-tempat yang dipandang perlu dan tidak
mengganggu keindahan tempat/kawasan.
b. Melarang/menegur/meminta keluar/ melaporkan pada PPNS, orang merokok di
kawasan.
c. Tidak membuat area/ ruang khusus untuk merokok di dalam gedung.
d. Tidak menempatkan asbak atau sarana pendukung merokok di kawasan tanpa
rokok.
e. Tidak membolehkan iklan/promosi rokok di KTR. Khusus untuk penjualan rokok
hanya dibenarkan dilakukan oleh tempat yang memiliki izin khusus untuk
menjual.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
22

2.6.3 Indikator Keberhasilan


2.6.3.1 Indikator berdasarkan pedoman PERDA KTR oleh TCSC IAKMI
a. Indikator dampak:
Penurunan keluhan/ angka kesakitan di sarana KTR
Penurunan angka kunjungan rawat inap penyakit berhubungan dengan asap rokok
b. Indikator luaran:
100% bebas asap rokok di semua bangunan tertutup di 7 sarana KTR yang
ditetapkan.
c. Indikator proses (=Indikator pengawasan = Indikator kepatuhan):
Di 7 sarana KTR yang ditetapkan dalam PERDA:
1. Ada tanda larangan merokok (+).
2. Tidak ada orang merokok dalam gedung (-).
3. Tidak ada area/ruang merokok di dalam gedung (-).
4. Tidak ada asbak/sarana merokok (-).
5. Tidak ada iklan/promosi rokok (-).
d. Pengukuran:
1. Pemantauan dan inspeksi rutin.
2. Survei tingkat kepatuhan secara berkala.
3. Survey morbiditas lanjutan di sarana KTR dan fasilitas kesehatan.
4. Adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk merokok,
menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan rokok.
5. Larangan menjual dalam definisi KTR dikecualikan bagi tempat umum yang
memiliki izin usaha untuk menjual.
e. Prinsip Larangan Merokok di KTR
Diberlakukan di semua tempat (bangunan) tertutup yang digunakan oleh umum
dan pekerja, dan di transportasi umum. Tempat tertutup adalah tempat atau ruang
yang ditutup oleh atap dan atau dibatasi oleh satu dinding atau lebih terlepas dari
material yang digunakan dan struktur permanen atau sementara;

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
23

f. Indikator yang Dipantau dalam Pelaksanaan KTR


1. Ada tanda dilarang merokok yang jelas dan mudah terbaca oleh di pintu-
pintu masuk gedung (segera terlihat dan terbaca ketika memasuki area
gedung).
2. Tidak ada asbak dan sarana lain yang mendukung orang merokok.
3. Tidak ada area/ruang merokok dengan atau tanpa ventilasi dalam ruang
tertutup.
4. Tidak ada tanda-tanda iklan/promosi rokok
5. Ada tindakan peneguran terhadap orang merokok di kawasan tanpa rokok
oleh Penanggung Jawab.
6. Kawasan atau petugas yang ditunjuk PJ KTR untuk mengawasi pelaksanaan
KTR setempat (pengawas intern).

2.6.3.2 Indikator berdasarkan pedoman Kawasan Tanpa Rokok oleh


kementerian Kesehatan republik Indonesia Tahun 2011
Diperlukan sebagai alat ukur dalam pengembangan kawasan tanpa rokok.
Indikator Input :
1. Adanya kajian mengenai kebijakan kawasan tanpa rokok dan sikap serta
perilaku sasaran terhadap kebijakan kawasan tanpa rokok.
2. Adanya komite/kelompok kerja penyusunan kebijakan kawasan tanpa rokok.
3. Adanya kebijakan kawasan tanpa rokok.
4. Adanya infrastruktur kawasan tanpa rokok
Indikator Proses :
1. Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
2. Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok.
3. Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan hukum.
4. Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi.

Indikator Output :
1. Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua tatanan.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
24

Tabel 2.2 Indikator Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Belajar mengajar

Tatanan Indikator Input Indikator Proses Indikator


Output

Tempat 1. Adanya 1. Terlaksananya 1. Lingkungan


Proses kebijakan sosialisasi kebijakan tempat proses
Belajar tertulis tentang KTR baik secara belajar
Mengajar KTR. langsung (tatap mengajar
2. Adanya tenaga muka) maupun tidak tanpa asap
yang langsung (melalui rokok.
ditugaskan media cetak, 2. Siswa yang
untuk elektronik). tidak
memantau 2. Adanya pengaturan merokok
KTR di tempat tugas dan tanggung menegur
proses belajar jawab dalam siswa yang
mengajar. pelaksanan KTR. merokok di
3. Adanya media 3. Terpasangnya lingkungan
promosi pengumuman KTR.
tentang kebijakan KTR 3. Perokok
larangan melalui poster, tanda merokok di
merokok/KTR. larangan merokok, luar KTR.
mading, surat 4. Adanya
edaran, pengeras sanksi bagi
suara. yang
4. Terpasangnya tanda melanggar
KTR di tempat KTR.
proses belajar
mengajar.
5. Terlaksananya
penyuluhan KTR
dan bahaya merokok
dan etika merokok.
Sumber : Buku Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2011

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
25

2.7 Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu tempat proses belajar
mengajar harus menjadi kawasan bebas dari asap rokok sesuai dengan
Undang-Undang kesehatan No.36 Tahun 2009 pasal 117. Tingginya jumlah
perokok di UI sesuai penelitian Saadah pada tahun 2009 menunjukan jumlah
mahasiswi UI yang merokok mencapai 41%, semakin memperkuat alasan
untuk menjadikan UI sebagai kawasan asap rokok. Pencanangan dimulai pada
tahun 2003. Rektor UI saat itu mendeklarasikan UI sebagai kawasan tanpa
rokok. Sosialisasi dilakukan guna mewujudkan KTR UI. Tepat pada bulan
september 2011, UI resmi dideklarasikan sebagai kawasan tanpa rokok
berdasarkan surat keputusan rektor UI nomor 1805/SK/R/UI/2011.
Dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI tentu ada hambatan dan
penolakan yang terjadi. FKM dan FIK adalah fakultas yang sudah memiliki
SK dekan ketika itu. Sedangkan penerapan di rumpun fakultas sosial
humaniora dan vokasi belum berjalan baik. Berdasarkan penelitian pada tahun
2013 hasil analisis hubungan antara rumpun fakultas dengan perilaku
merokok diperoleh bahwa sebanyak 21,8% dari fakultas vokasi yang
merokok, 15,1% dari rumpun fakultas ilmu sosial dan humaniora, 7,3%
rumpun sains dan teknologi dan 1,4% dari rumpun kesehatan yang merokok
(Kurniawati, 2010). Terdapat hubungan yang signifikan antara rumpun
fakultas dengan perilaku merokok. Sehingga pelaksanaan kawasan tanpa
rokok di setiap fakultas memiliki tantangan tersendiri.
Pihak fakultas memegang peranan penting untuk pelaksanaan aturan
KTR UI. Walaupun sering dihadapkan pada posisi dilematis terutama di
fakultas dengan jumlah perokok aktif yang tinggi, ketegasan dan komitmen
dalam penegakan KTR UI harus tetap dilaksanakan. Peraturan KTR UI harus
ditegakan dengan proses perubahan bertahap untuk memudahkan penerimaan
aturan tersebut.

UNIVERSITAS INDONESIA
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Teori


Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan Logical
Framework atau Kerangka Kerja Logis (KKL). Dengan pendekatan KKL
komponen input, aktivitas, output memiliki hubungan yang memungkinkan
beberapa aktivitas menjadi satu output. Antar komponen juga memiliki hubungan
yang saling terkait dan mampu dijelaskan dengan lebih detil. Assumptions atau
asumsi merupakan kondisi penting untuk keberhasilan program yang dianggap
sebagai kondisi positif.

GOALS ASSUMPTIONS

PURPOSES ASSUMPTIONS

OUTPUTS ASSUMPTIONS

ACTIVITIES
ASSUMPTIONS

INPUTS ASSUMPTIONS
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Logis
Sumber : The Logical Framework Approach, NORAD 1999
Dari pendekatan kerangka kerja logis dan desain evaluasi maka kerangka
pikir dalam penelitian evaluasi kawasan tanpa rokok di Universitas Indonesia
adalah dengan mengkombinasikan setiap indikator berdasarkan pedoman
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan
Tahun 2011 dan Pedoman yang disusun oleh Tobacco Control Support Centre
juga merujuk pada logic model penelitian di UC. Sehingga kerangka konsep yang
ditentukan seperti yang tergambarkan dalam bagan kerangka konsep. Kerangka
konsep tersebut dipilih untuk dapat memunculkan hal-hal yang dapat dianalisa
dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia secara
komprehensif.

25

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


27

Indikator Proses (Indikator Indikator Luaran : Indikator Dampak :


Pengawasan = Kepatuhan) :

1. Ada tanda larangan 100% bebas asap rokok 1. Penurunan Keluhan /


merokok (+) di semua bangunan angka kesakitan di
2. Tidak ada orang merokok tertutup di sarana KTR sarana KTR
2. Penurunan angka
dalam gedung (-) yang ditetapkan
kunjungan rawat jalan
3. Tidak ada area/ruang peraturan dan inap penyakit
merokok di dalam gedung berhubungan dengan
asap rokok
(-)
4. Tidak ada asbak/sarana
merokok (-)
5. Tidak ada iklan/promosi
rokok (-)

Gambar 3.2 Indikator Kawasan Tanpa Rokok


Sumber : Buku 1. Pedoman Pengawasan/Penegakan Hukum Perda Kawasan
Tanpa Rokok

Input : Proses : Output :

1. Adanya kajian mengenai 1. Terlaksananya sosialisasi 1. Terwujudnya


kebijakan kawasan tanpa penerapan Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa
rokok dan sikap serta perilaku Rokok. Rokok di semua
sasaran terhadap kebijakan 2. Diterapkannya Kawasan tatanan.
kawasan tanpa rokok. Tanpa Rokok.
2. Adanya komite/kelompok 3. Dilaksanakannya
kerja penyusunan kebijakan pengawasan dan penegakan
kawasan tanpa rokok. hukum.
3. Adanya kebijakan kawasan 4. Dilaksanakannya
tanpa rokok. pemantauan dan evaluasi.
4. Adanya infrastruktur kawasan
tanpa rokok
Gambar 3.3 Indikator Kawasan Tanpa Rokok
Sumber : Buku 1. Pedoman Pengawasan/Penegakan Hukum Perda Kawasan
Tanpa Rokok

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


28

Input : Proses : Output :

1. Kajian mengenai 1. Terlaksananya Sosialisasi 1. Terwujudnya


Kebijakan KTR dan Sikap Penerapan KTR. Kawasan
serta Perilaku Sasaran 2. Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok
terhadap KTR Tanpa Rokok di Semua
2. Komite/Kelompok Kerja 3. Dilaksanakannya Tatanan
Penyusunan Kebijakan Pengawasan dan
KTR. Penegakan Hukum.
3. Adanya Kebijkan KTR. 4. Dilaksanakannya
4. Adanya Infrastruktur KTR. Pemantauan dan Evaluasi.

Gambar 3.4 Indikator Kawasan Tanpa Rokok


Sumber : Indikator umum KTR Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Input : Proses : Output :

1. Adanya kebijakan 1. Terlaksananya sosialisasi 1. Lingkungan tempat


tertulis tentang KTR. kebijakan KTR baik secara proses belajar
2. Adanya tenaga yang langsung (tatap muka) mengajar tanpa asap
ditugaskan untuk maupun tidak langsung rokok.
memantau KTR di (melalui media cetak, 2. Siswa yang tidak
tempat proses belajar elektronik). merokok menegur
mengajar. 2. Adanya pengaturan tugas dan siswa yang merokok
3. Adanya media tanggung jawab dalam di lingkungan KTR.
promosi tentang pelaksanan KTR. 3. Perokok merokok di
larangan 3. Terpasangnya pengumuman luar KTR.
merokok/KTR. kebijakan KTR melalui 4. Adanya sanksi bagi
poster, tanda larangan yang melanggar
merokok, mading, surat KTR.
edaran, pengeras suara.
4. Terpasangnya tanda KTR di
tempat proses belajar.

Gambar 3.5 Indikator Kawasan Tanpa Rokok


Sumber : Indikator di Tempat Proses Belajar Mengajar Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Gambar 3.6 IUC-wide Tobacco Free Policy Implementation Logic Model
Sumber : Kerangka Kerja Logis Penelitian Evaluation of the Implementation of the University of California Tobacco-free Policy,
Center For Tobacco Control Research and Education

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


30

Kerangka Konsep Penelitian


Input
Activity Output

Penurunan Keluhan/angka kesakitan di sarana Kawasan Tanpa Rokok


Komite/Pokja
Pengorgansasian Pelaksana KTR Terrcapai dan

Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua Tatanan


terdokumentasikannya
Tenaga Pengawas
Sosialisasi KTR Indikator Kawasan Tanpa Rokok

Anggaran Melaksanakan Penyuluhan KTR, Ada Teguran bagi yang Merokok


Bahaya Merokok dan Etika di Lingkungan KTR
Merokok
Kajian KTR

Purposes :
Tidak Ada Tanda, Iklan, Promosi,

Goals :
Melaksanakan Pengawasan dan Penjualan serta Sponsor Rokok
Kebijakan/ Peraturan Penegakan Hukum

Infrastruktur Adanya Sanksi bagi yang


Melaksanakan Pemantauan Melanggar KTR
dan Evaluasi
Media

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


31

3.2 Definisi Istilah


Tabel 3.1 Definisi Istilah
Cara Memperoleh
Istilah Definisi Alat Bantu Informasi
Informasi
Komite / Adanya komite/kelompok kerja Pedoman Wawancara Didapatkan informasi mengenai kondisi,
Kelompok penyusunan kebijakan kawasan Wawancara mendalam dan komitmen dan motivasi SDM dalam
Kerja tanpa rokok dan memantau telaah dokumen pelaksanaan KTR.
pelaksanaan KTR.
Tenaga Petugas yang ditugaskan untuk Pedoman Wawancara Diketahui siapa yang menjadi tenaga
Pengawas melakukan pengawasan, peneguran Wawancara mendalam pengawas, apa tanggung jawab, tugas
dan pemberian sanksi. dan wewenang tenaga pegawas.
Anggaran Anggaran atau dana untuk Pedoman Telaah data Besaran dan sumber anggaran yang
mendukung pelaksanaan kawasan Wawancara sekunder dan dialokasikan untuk pelaksanaan KTR.
tanpa rokok. wawancara
Kebijakan / Kebijakan dan peraturan yang ada Pedoman Wawancara Peraturan, Surat Keputusan dan
Peraturan di Universitas Indonesia ataupun Wawancara mendalam, telaah ketetapan lain terkait pengaturan
Fakultas tentang pelaksanaan data sekunder kawasan tanpa rokok.
kawasan tanpa rokok.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


32

Cara Memperoleh
Istilah Definisi Alat Bantu Informasi
Informasi
Kajian KTR Dilakukannya survey atau kajian Pedoman Wawancara dan Diketahui ada atau tidaknya langkah
mengenai analisis situasi dan sikap Wawancara data sekunder analisis situasi dalam pelaksanaan
sasaran terhadap kebijakan kawasan Kawasan Tanpa Rokok.
tanpa rokok.
Media Bentuk saluran informasi yang Pedoman Wawancara Diketahui media yang telah dibuat dan
memuat konten kawasan tanpa Wawancara mendalam, telaah digunakan dalam pelaksanaan KTR UI.
rokok. dan formulir data sekunder,
observasi observasi
Infrastruktur Membuat SK, Instrumen Pedoman Wawancara, telaah Didapatkan informasi mengenai sarana
Pengawasan, Materi sosialisasi Wawancara, data sekunder, dan infrastruktur untuk mendukung
penerapan KTR, Pembuatan dan Draft SK, observasi pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI.
penempatan tanda larangan instrument,
merokok, Mekanisme dan saluran materi dan
penyampaian pesan tentang KTR di lain lain.
tempat proses belajar mengajar,
Materi pelatihan bagi pengawas
KTR, Materi Pelatihan kelompok
sebaya tentang cara berhenti
merokok.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


33

Cara Memperoleh
Istilah Definisi Alat Bantu Informasi
Informasi
Sosialisasi Terlaksananya sosialisasi kebijakan Pedoman Wawancara Diketahui terdapat tanda sosialisasi
KTR baik secara langsung (tatap Wawancara mendalam, KTR dan atau pernah dilakukan
muka) maupun tidak langsung observasi, telaah sosialisasi KTR.
(melalui media cetak, elektronik). media
Terpasangnya pengumuman
kebijakan KTR melalui poster,
tanda larangan merokok, mading,
surat edaran, pengeras suara.
Terpasangnya tanda KTR di tempat
proses belajar mengajar.
Melaksanakan Kegitan Pemantauan dan Evaluasi Pedoman Wawancara Didapatkan informasi tentang kegiatan
Pemantauan yaitu terhadap kebijakan yang Wawancara mendalam, telaah yang berkaitan dengan pemantauan dan
dan Evaluasi telah dilaksanakan, meminta media/dokumen, evaluasi kawasan tanpa rokok yang
pendapat komite dan melakukan observasi dilakukan. Misalnya rapat rutin, rapat
kajian terhadap permasalahan koordiansi dan atau membuat survey
yang ditemukan dan putusan tingkat kepatuhan.
apabila diperlukan penyesuaian
terhadap masalah kebijakan.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


34

Cara Memperoleh
Istilah Definisi Alat Bantu Informasi
Informasi
Pengorganisasi Adanya pengaturan tugas dan Pedoman Wawancara Diketahuinya peran pelaksana dan
an Tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam Wawancara mendalam, telaah penanggungjawab kawasan tanpa rokok.
Wewenang pelaksanaan KTR. dokumen

Melaksanakan Terlaksananya kegiatan pemberian Pedoman Wawancara Didapatkan informasi penyuluhan yang
Penyuluhan informasi baik kepada mahasiswa, Wawancara mendalam, telaah sudah dilaksanakan.
KTR, Bahaya dosen ataupun karyawan terkait media
Merokok dan Kawasan tanpa Rokok, Bahaya
Etika Merokok Merokok dan Etika Merokok.
Melaksanakan Upaya-upaya untuk memastikan Pedoman Wawancara Didapatkan informasi mengenai
Pengawasan berjalannya peraturan Kawasan Wawancara mendalam pengawasan dan penegakan peraturan
dan Penegakan Tanpa Rokok UI. KTR.
Hukum

Tercapai dan Indikator yang digunakan dalam Pedoman Wawancara Diketahui kondisi dan indikator yang
terdokumentasi KTR untuk mengukur keberhasilan Wawancara, mendalam, digunakan pelaksanaan KTR UI.
kannya pelaksanaan KTR UI. Formulir observasi
Indikator KTR Observasi

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


35

Cara Memperoleh
Istilah Definisi Alat Bantu Informasi
Informasi
Ada Teguran Ada teguran terhadap orang yang Pedoman Wawancara Didapatkan informasi mengenai
bagi yang merokok di wilayah KTR. Wawancara mendalam tindakan peneguran yang dilakukan.
Merokok di
Lingkungan
KTR
Ada Melarang masuknya intervensi Pedoman Wawancara Diketahui tidak adanya iklan,
pelarangan industri rokok melalui iklan, Wawancara, mendalam, promosi,sponsor dan penjualan rokok.
tanda, promosi, sponsor/beasiswa dan Formulir observasi
iklan/promosi, penjualan rokok di lingkungan Observasi
sponsor, dan kampus UI.
penjualan
rokok
Adanya sanksi Terdapat sanksi berupa Pedoman Wawancara Didapatkan informasi mengenai sanksi
bagi yang teguran/denda atau lainnya sesuai Wawancara mendalam, telaah yang diberikan dan pemberlakuan
melanggar SK Rektor . dokumen sanksi.
KTR.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif yaitu mencari
jawaban atas masalah atau isu yang diteliti melalui penggalian terhadap pengalaman
orang-orang yang mempunyai hubungan dengan masalah/isu tersebut, temuan pada
penelitian kualitatif kemudian dikumpulkan, disusun, dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan konsep yang mampu dipergunakan untuk menjawab maasalah yang
diteliti dengan penalaran induktif atau penalaran interpretif (Wibowo, 2014:145).
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan analisis melalui
wawancara mendalam dengan informan kunci untuk mendapatkan gambaran
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di UI. Melakukan observasi di beberapa tempat
untuk meninjau pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di UI serta melakukan analisis
terhadap data sekunder berupa media dan catatan mengenai KTR UI. Penulis memilih
beberapa informan dari pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KTR UI yang
dianggap representatif. Kemudian menganalisis data yang diperoleh untuk melihat
kesesuaian pedoman dengan pelaksanaan di lapangan dalam bentuk evaluasi
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia dengan pendekatan
kerangka kerja logis terhadap indikator Kawasan Tanpa Rokok.

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian


Lokasi penelitian adalah di wilayah Universitas Indonesia. Wawancara
mendalam dilakukan di lokasi PAU UI (Pusat Administrasi Universitas), PLK UI
(Pembinaan Lingkungan Kampus) dan beberapa fakultas yaitu Fakultas Teknik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan dan Vokasi.
Sedangkan observasi dilakukan di seluruh kawasan UI Depok yang ditetapkan
sebagai KTR. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2015.

36

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


37

4.3 Sumber Data


Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam (In-
Depth Interview) dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kawasan
tanpa rokok di UI baik tingkat fakultas maupun Universitas. Wawancara
dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang telah di uji coba sebelumnya
serta alat perekam. Informan yang akan diwawancarai yaitu orang-orang dan
stakeholder yang merepresentasikan kawasan Universitas Indonesia. Selain itu
peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Metode observasi dapat
dilakukan seorang peneliti dengan menyiapkan seperangkat instrumen penelitian,
yang dikenal dengan cheklist observation (Mukhtar dalam Alifa, 2013 : 100-
101). Sehingga peneliti mengamati 7 indikator yang dipantau dalam KTR
menggunakan formulir observasi untuk melihat ada tidaknya penemuan terhadap
7 indikator KTR tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan metode dokumentasi/studi literatur.
Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Arikunto dalam Alifa, 2006). Dalam hal ini peneliti mendapatkan data berupa
SK Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Universitas Indonesia, SK Rektor Nomor 1006/SK/R/UI/2012 Tentang
Pengangkatan Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR UI, SK Dekan FT UI,
FKM UI, FIK UI, dan FISIP UI, Pedoman Teknis Pelaksanaan KTR UI,
Notulensi Focus Group Discussion Evaluasi dan Jaring aspirasi mahasiswa
terhadap KTR UI dan artikel terkait KTR UI baik di media cetak ataupun online.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


38

4.4 Informan Penelitian


Informan penelitian ditentukan berdasar prinsip dalam pengambilan sampel
pada penelitian kualitatif dengan teknik Purpossive sampling dan snowball.
Purposive sampling dilakukan dimana peneliti memiliki kecenderungan untuk
memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, pilihan informan dan
jumlahnya dapat berkembang sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam
memperoleh data (Patton dalam Sutopo, 2006 : 64). Dalam menemukan informan
yang tepat peneliti juga menggunakan snowball sampling dengan mendapatkan
rekomendasi sejumlah nama informan untuk diwawancarai selanjutnya.
Dalam teknik purposive sampling untuk memilih informan peneliti
menggunakan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keputusan Rektor UI Tentang KTR UI
sehingga dapat diketahui siapa saja pimpinan, unit ataupun pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI. Informan yang dipilih dibagi menjadi tiga
klasifikasi yaitu pejabat struktural yang memiliki kewenangan di tingkat Universitas
Indonesia sebagai Pelaksana Tugas Harian KTR UI tingkat Universitas Indonesia,
pejabat struktural tingkat fakultas dan atau unit sebagai Pelaksana Tugas Harian KTR
UI dan pengurus inti kelompok kerja KTR UI. Kemudian dalam pelaksanaan
penelitian ada rekomendasi nama sebagai informan untuk mendapatkan jawaban
lebih dalam dan jelas terkait KTR UI.
Tabel 4.1 Informan Penelitian
Informasi yang
Klasifikasi Informan Informan Jumlah
dicari
Anggota Struktural Wakil rektor 4
Pelaksana Tugas bidang SDM, Informasi mengenai
Harian KTR UI Hukum dan indikator input,
3 orang
tingkat PAU (Pusat Kerjasama aktivitas dan output
Administrasi Staff Kantor dalam pelaksanaan
Universitas) Komunikasi UI KTR UI di tingkat

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


39

Kepala universitas
Perlengkapan
Direktorat fasiltas
dan Umum
Anggota Pelaksana
Tugas Harian KTR Informasi mengenai
FISIP UI indikator input,
Ketua Fasilitas FT activity dan output
UI dalam pelaksanaan
Anggota Pelaksana Manajer KTR UI di tingkat
Tugas Harian KTR Kemahasiswaan Fakultas dan/atau
4 orang
UI tingkat Fakultas / dan Umum Vokasi Unit Kerja
unit UI
Koordinator Ketentuan lebih
Satpam PLK UI lanjut mengenai
(Pembinaan pelaksanaan KTR di
Lingkungan tingkat Fakultas/Unit
Kampus)
Informasi mengenai
Latar belakang dan
sejarah penetapan
Ketua, Sekretaris KTR UI,
Anggota kelompok dan Bendahara terbentknya
3 0rang
kerja KTR UI Kelompok Kerja Komite/Kelompok
KTR UI Kerja dan indikator
input, activity,
output KTR UI

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


40

Penentuan Informan yang mewakili Fakultas dan atau Unit yang


diwawancarai mempertimbangkan karakteristik dan pelaksanaan KTR yang sudah
berjalan di fakultas dan/atau Unit tersebut. Peneliti memilih masing-masing satu
fakultas berdasarkan pengelompokan rumpun ilmu, antara lain rumpun fakultas
kesehatan (FK, FIK, FARMASI, FKG, FKM), rumpun fakultas sosial humaniora
yaitu FISIP UI, rumpun fakultas sains dan teknologi (FT) dan vokasi. Peneliti
menetapkan FISIP dan FT dengan alasan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok yang
mulai dijalankan di fakultas tersebut.

4.5 Pengelolaan Data


Pengelolaan data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam,
observasi dan analisis data sekunder untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia. Pertanyaan yang diajukan dibuat
berdasarkan pedoman KTR dan telah diujicobakan untuk mengetahui kesesuaian
jawaban dan ketepatan waktu. Daftar pertanyaan dibuat dalam pedoman wawancara
untuk dapat menggali permasalahan sesuai alur yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian kualitatif analisa data yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi pola
dan hubungan dari data yang dihasilkan (W. Lawrence Neuman dalam Alifa, 1997) .
Menurut Wibowo teknik dalam analisis data kualitatif yaitu analisis konten,
menentukan tema analisis, menentukan konsep analisis, menentukan unit analisis,
merancang kategori, menyusun tingkatan dari kategori dan melihat hbungan antar
kategori (Wibowo, 2014). Berdasarkan bagan spradley ada 9 macam hubungan antar
kategori diantaranya;strict inclusion, spatial, cause-effect, dan rationale, (Spradley
dalam Wibowo, 1979). Kemungkinan/variasi hubungan antar kategori yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu hubungan cause effect, function, dan rationale
yaitu melihat sebab akibat, penggunaan dan alaan.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


41

Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengelolaan data :


1. Data dikumpulkan berupa data primer meliputi hasil wawancara mendalam,
dimana data tersebut direkam dan dibuat catatan kemudian dilakukan verbatim
untuk membuat transkrip. Transkrip diolah kembali menjadi matriks untuk
mempermudah analisis data.
2. Melakukan observasi atau pemantauan langsung terhadap 7 indikator yaitu (Ada
tidaknya orang yang merokok, tanda KTR, asbak/korek api, penjualan rokok,
iklan promosi/sponsor rokok). Mendokumentasikan hasil observasi lewat foto
dan formulir pemantauan.
3. Berdasarkan kerangka teori, kerangka konsep dan pedoman wawancara peneliti
membuat matriks dengan melakukan pemilahan data yang relevan sesuai
indikator.
4. Kategorisasi dilakukan terhadap data primer ataupun sekunder yang mempunyai
karakter dan pola yang sama dan interpretasi terhadap data yang diperoleh dari
hasil penelitian. Kategori data tersebut kemudian ditinjau kembali berdasarkan
landasan teori dan indikator kerangka kerja logis yang sudah ditentukan.
5. Melakukan pembahasan terhadap indikator kerangka kerja dan analisis data yang
diperoleh. Mencari alternatif penjelasan dari hasil analisis melalui referensi atau
teori lain.

4.6 Validitas Data


Hasil penelitian dikatakan valid apabila kualitas dari data dan informasi yang
terkandung didalam penelitian tersebut dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan
(Alifa, 2014). Untuk mendapatkan akurasi data maka peneliti melakukan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah dimana peneliti menggunakan berbagai metode
pencarian data untuk mendapatkan gambaran dari fenomena baik melalui wawancara,
diskusi kelompok terarah, pengamatan, telaah dokumen yang dilakukan untuk
memperkuat keshahihan dan memperkecil bias dari data dan informasi yang
diperoleh untuk menjawab fenomena yang sedang diteliti (Wibowo, 2013).

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


42

Triangulasi sumber data melakukan pengecekan terhadap konsistensi dari


berbagai sumber data dengan menggunakan metode yang sama (Patton dalam
Wibowo, 2014). Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dan pertanyaan yang
sama terhadap beberapa narasumber sesuai dengan klasifikasi informan. Triangulasi
metodologi dilakukan dengan melakukan lebih dari satu teknik pengumpulan data
antara lain wawancara mendalam, observasi dan analisis data sekunder berupa hasil
notulensi diskusi kelompok terarah mahasiswa, media cetak dan media online
mengenai KTR UI. Triangulasi teori dilakukan dengan mengkombinasi beberapa
kerangka teori dalam penelitian. Triangulasi waktu dilakukan dalam metode
pengamatan yaitu mengumpulkan data pada waktu yang berbeda tetapi menggunakan
instrument yang sama (Ksimchi et al dalam wibowo, 1991).

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Universitas Indonesia


Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka, multi
budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI terus berupaya
menjadi Universitas terkemuka di dunia melalui penemuan, pengembangan dan difusi
pengetahuan secara regional dan global. UI bermula pada tahun 1849 dan UI
merupakan representasi institusi pendidikan dengan sejarah paling tua di Asia. Telah
menghasilkan lebih dari 400.000 alumni, UI secara kontinyu melanjutkan peran
pentingnya di level nasional dan dunia. Sehingga UI menjadi percontohan bagi
Universitas lain di Indonesia. Universitas Indonesia berniat untuk menghasilkan
bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang lebih makmur dan demokratis, dengan
berfokus pada perdamaian, keadilan dan nilai-nilai peduli lingkungan yang kuat.

5.1.1 Wilayah
UI terletak di dua lokasi yaitu di Salemba, Jakarta Pusat, dan kampus kedua
terletak di lingkungan hijau Depok di Jawa Barat. Sebagian besar dan pusat kegiatan
UI dilaksanakan di Kampus Depok. Berdasarkan alokasi Rencana Tata Ruang
Kawasan Kampus,terdapat empat komponen ekosistem di lingkungan Kampus UI
Depok (Priono, 2014) , yaitu:
a. Bangunan fisik gedung dan penyangga hijauan lansekap 170 ha.
b. Ekosistem Perairan 32 ha.
c. Kawasan Hutan Kota 100 ha dan
d. Sarana prasarana penunjang termasuk penyangga lingkungan 12 ha.
UI memiliki konsep go green dengan beberapa fasilitas transportasi umum
yang disediakan bis kuning dan sepeda. Kawasan hutan UI yang juga cukup luas
membuat UI menjadi universitas yang memang concern kepada lingkungan.

43

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


44

5.1.2 Jumlah Sivitas


Saat ini UI terdiri dari 13 Fakultas, Program Pasca Sarjana dan Program
Vokasi. Ketigabelas fakultas tersebut adalah Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi,
Ilmu Keperawatan, Farmasi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Teknik,
Psikologi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat,
Ilmu Pengetahuan Budaya, Ilmu Komputer. Program Studi yang terdapat di UI saat
ini berjumlah 291 program studi, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 47.166 orang
dan 309 orang mahasiswa asing yang mengikuti program bergelar maupun non-gelar
Tabel 5.1 Jumlah Mahasiswa Universitas Indonesia
Tahun
Program
2013/2014 2014/2015
Vokasi 3.125 3.572
Sarjana
- Reguler 17.836 17.551
- Paralel 5.151 5.863
- KKI 1.270 1.285
- Ekstensi 2.298 2.105
Profesi 1.030 938
Spesialis 2.556 2.580
Magister 8.924 9.112
Doktor 1.745 1.782

Jumlah 43.935 44.788

Sumber : Pemelihara Data Kantor Komunikasi Universitas Indonesia (2015)

Berdasarkan data dari Direktorat PSDM Universitas Indonesia jumlah civitas


Universitas Indonesia adalah sebagai berikut

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


45

Tabel 5.2 Jumlah Civitas Universitas Indonesia


Tahun Jumlah Mahasiswa Jumlah Jumlah Pegawai Total
Dosen
2010 36.237 6.771 3.105 46.513
2011 36.958 6.812 3.095 46.865
2012 37.170 4.263 3.255 44.688
2013 37.415 4.504 3.464 45.383
Rata-rata 36.945 5.587 3.229 44.862
Sumber : Direktorat Pendidikan dan Direktorat PSDM Universitas Indonesia (2014)

5.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Universitas Indonesia


Visi
Mewujudkan Universitas Indonesia menjadi PTN BH yang mandiri dan
unggul serta mampu menyelesaikan masalah dan tantangan pada tingkat nasional
maupun global, menuju unggulan di Asia Tenggara
Misi
1. Menyediakan akses yang luas dan adil, serta pendidikan dan pengajaran yang
berkualitas.
2. Menyelenggarakan kegiatan Tridharma yang bermutu dan relevan dengan
tantangan nasional serta global.
3. Menciptakan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur dan mampu
bersaing secara global.
4. Menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan visi UI.
Tujuan
1. Pendidikan yang inklusif.
2. Peserta didik agar menjadi lulusan yang cerdas dan bernurani.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
4. Peran serta aktif sivitas akademika dalam pembangunan dan pengabdian
masyarakat.
5. Peran sebagai penyelenggara pendidikan tinggi dan kerjasama.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


46

6. Kolaborasi, kemitraan, dan kesempatan untuk pengayaan budaya dan


pendidikan berkelanjutan.
7. Pengembangan profesional bagi semua warga Ul dan dalam teknologi yang
bermanfaat.

5.1.4 Struktur Organisasi Universitas Indonesia

(Lampiran)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


47

5.2 Kawasan Tanpa Rokok


Kawasan Tanpa Rokok mulai dicanangkan di Indonesia pada tahun 1990
berdasarkan hasil seminar yang dilakukan oleh Lembaga Menanggulangi Masalah
Merokok (LM3). Kemudian dalam UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
menyebutkan bahwa kawasan belajar mengajar ditetapkan sebagai kawasan tanpa
rokok. Berdasarkan pedoman dari Kementrian Kesehatan tempat kegiatan belajar
megajar seharusnya sudah 100% KTR artinya tidak boleh lagi menyediakan ruangan
khusus merokok. Namun dalam SK Rektor yang dibuat terdapat peraturan peralihan
yang memperbolehkan untuk menyediakan ruangan khusus merokok sebagai salah
satu bagian dari sosialisasi. Indikator Kawasan Tanpa Rokok dibuat oleh Kementrian
kesehatan meliputi UU No. 36 tahun 2009 dan kemudian dibuat peraturan turunannya
yaitu PP Nomor 109 Tahun 2012. Kemudian ditetapkan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/Menkes/PB/I/2011 dan No.7 Tahun
2011 sebagai acuan pelaksanaan KTR.

5.2.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


Pencanangan pertama kali Universitas Indonesia sebagai UI Bebas Rokok
adalah pada peringatan Hari Jantung Sehat dalam kegiatan senam bersama. Prof.
Usman mengumumkan pencanangan UI sebagai KTR pada tanggal 25 Juli 2003,
akan tetapi baru sebatas pencanangan dan belum ada SK. Inisiasi SK Kawasan Tanpa
Rokok Universitas Indonesia dimulai sejak tahun 2009, dimana terdapat dorongan
untuk mewujudkan UI yang peduli terhadap isu rokok dan mewujudkan UI menjadi
tempat belajar mengajar yang menerapkan KTR. Ibu Rita Damayanti (FKM UI), Ibu
Hanny dan Ibu Murtiwi (FIK UI) yang memang peduli terhadap isu tersebut
menemui Bapak Komaruddin selaku Direktur Kemahasiswaan pada tanggal 15 Juni
2009. Hasil diskusi seputar pemetaan kekuatan untuk mewujudkan UI sebagai KTR,
siapa yang akan menjadi leading sector, pengajuan RKAT, SK Rektor dan
pentahapan implementasi Kawasan Tanpa Rokok. Selanjutnya pertemuan diadakan
untuk membahas overview gerakan UI Bebas Rokok 2012, pelibatan lintas sektor dan
Rencana Tindak Lanjut.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


48

Kemudian di tanggal 30 Juli 2009 pertemuan persiapan SK Rektor tentang UI


KTR dilaksanakan. Pada pertemuan selanjutnya dibahas mengenai agenda
penandatanganan Piagam dan SK Rektor UI KTR yang rencananya akan
dilaksanakan pada kegiatan mahasiswa baru dan akan ada pembacaan puisi dari
Taufik Ismail berjudul Tuhan Sembilan Senti. Bulan Desember 2009 UI resmi
menghentikan dan menolak beasiswa dari perusahaan rokok yang ditindaklanjuti di
bagian kemahasiswaan, walaupun pada saat itu banyak protes, teror dan tuntutan
yang diarahkan kepada direktur kemahasiswaan.
Selain itu di akhir tahun 2009 mulai dibentuk kelompok kerja KTR UI yang
meminta perwakilan fakultas dan perwakilan unit yang ada di UI, tim pokja akan
dibuat semipermanen namun belum diputuskan. Januari 2010 kembali dilakukan
pertemuan sekaligus pengumpulan formulir kesediaan menjadi tim pokja, persiapan
SK Rektor terkait Pokja KTR dan akan melakukan survey kepada mahasiswa baru
terkait perilaku merokok. Di tahun 2010 pertemuan dan pembahasan untuk
mewujudkan KTR UI rutin berlangsung. Seminar peringatan hari kartini juga
dilaksanakan dengan mengangkat tema perempuan dan rokok, demikian juga dengan
peringatan HTTS dan Aksi dukungan penolakan WTA pada oktober 2010 oleh
mahasiswa UI dan beberapa dosen yang terlibat.
Pada tanggal 9 Maret 2011 dilakukan rapat finalisasi SK KTR UI di Biro
Hukum PAU yang dihadiri pokja KTR UI, Kemahasiswaan, PLK dan Ketua Biro
Hukum. Dalam diskusi finalisasi yang masih menjadi catatan yaitu penamaan spot
merokok serta aturan peralihan pada masa sosialisasi dengan menyediakan fasilitas
untuk perokok mempertimbangkan dana dan kepentingan tempat khusus merokok
tersebut. Pada tanggal 31 Maret juga dilakukan pertemuan yang membahas mengenai
pengawasan dan pembinaan KTR UI oleh PLK UI serta koordinasi mengenai
penetapan sanksi.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


49

Sehingga dapat disimpulkan SK Rektor mengenai Kawasan Tanpa Rokok UI


awalnya didorong dan diinisiasi beberapa orang yang kemudian melibatkan lintas
sektor dengan melakukan pertemuan dan audiensi yang dimaksudkan mengajak untuk
turut serta mendukung UI menjadi kawasan bebas asap rokok, setelah dimulai lewat
kemahasiswaan yang kemudian menegaskan untuk menolak beasiswa dari
perusahaan rokok, pelarangan penerimaan sponsor dan iklan rokok. Kemudian
dibentuk kelompok kerja yang terdiri dari perwakilan fakultas yang bekerja secara
sukarela dan juga pimpinan unit untuk membahas peraturan mengenai Kawasan
Tanpa Rokok. Seminar juga dilakukan dalam rangka menuansakan isu pengendalian
tembakau dan atau rokok menjadi lebih prioritas dan masyarakat UI menyadari
bahaya merokok. Pembuatan SK Rektor dilakukan oleh biro hukum dalam posisi
struktural. Koordinasi, konsistensi dan komitmen dari pejabat struktural dan anggota
nonstruktural yang memiliki motivasi untuk mewujudkan UI untuk menjadi Kawasan
Tanpa Rokok akhirnya menghasilkan Keputusan Rektor tentang Kawasan Tanpa
Rokok yang merupakan awal untuk penegakan KTR UI menuju UI Bebas Asap
Rokok.

5.2.2 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


1. Mewujudkan mahasiswa UI menjadi generasi muda yang sehat dan cerdas;
2. Menurunkan jumlah perokok dan mencegah perokok pemula bagi warga UI;
3. Meningkatkan produktivitas kerja dan pelayanan umum yang optimal di UI;
4. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih di lingkungan UI;
5. Mengurangi kerugian material dalam hal ini mengurangi risiko bahaya
kebakaran di lingkungan UI.

5.2.3 Petunjuk Teknis SK Rektor Tentang Kawasan Tanpa Rokok


Setelah Surat Keputusan Rektor UI Nomor 1805/SK/R/UI/2011tentang Kawasan
Tanpa Rokok Universitas Indonesia (KTR UI) resmi ditetapkan maka dibuatlah
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor
1805/SK/R/UI/2011 Tentang KTR UI. Petunjuk teknis ini dibuat didasari oleh SK
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


50

Rektor UI Tentang KTR UI, PP 109 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Tembakau
yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan. Dokumen petunjuk teknis disusun memuat mengenai
1. Kedudukan Koordinator Pelaksanaan Tugas Harian KTR UI dalam
pelaksanaan pembinaan dan
2. pengawasan kegiatan KTR UI;
3. Alur tindakan dan pengawasan KTR UI dalam flowchart KTR UI;
4. Sosialisasi KTR UI dalam bentuk terapi berhenti merokok di PKM UI.
Petunjuk Teknis terdiri dari 5 bagian yaitu :
Tabel 5.3 Konten Petunjuk Teknis KTR UI
Pendahuluan Bagian ini berisikan latar belakang dan tujuan dari
diberlakukannya Kawasan Tanpa Rokok UI di tingkat Fakultas,
Program Pasca Sarjana, dan Universitas. Sasaran ditujukan
kepada seluruh Sivitas Akademika Universitas Indonesia
khususnya pimpinan unit kerja di lingkungan Universitas dan
menjelaskan mengnai definisi / pengertian umum yang digunakan
dalam keputusan Rektor tentang KTR UI.
Kedudukan dan Kedudukan Koordinator Pelaksana Tugas Harian menyatu
Fungsi kedalam struktur organisasi Universitas Indonesia yang dipimpin
Koordinator oleh pimpinan unit kerja masing masing.
Pelaksana Tugas Memiliki fungsi untuk membuat dan mensosialisasikan materi
Harian petunjuk teknis, mengkoordinasikan materi petunjuk teknis dan
menyelenggarakan kegiatan yang terkait dengan KTR UI.
Sehingga materi petunjuk teknis yang dibuat meliputi prosedur
sosialisasi, prosedur pengawasan dan prosedur pembinaan.
Prosedur Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR UI melakukan
Sosialisasi KTR sosialisasi dan membagikan tanda KTR UI, menetapkan,
UI mengawasi dan melaporkan pelaksanaan sosialisasi. Pimpinan
membuat tim pelaksana KTR UI di unit kerja masing-masing.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


51

Penetapan spot merokok sementara merupakan strategi


sosialisasi.
Prosedur Pengawasan di tingkat universitas yaitu melalui rapat rutin,
Pengawasan melaporkan pelaksanaan KTR UI kepada pimpinan Universitas,
memberikan pembinaan kasus khusus di tingkat fakultas,
berkoordinasi dengan pihak yang berwenang untuk melarang
produksi, penjualan atau promosi rokok, berkoordinasi dengan
Humas UI untuk tidak menerima sponsor rokok dan melarang
kegiatan yang berkaitan dengan industri rokok, berkoordinasi
dengan kemahasiswaan untuk memantau pelaksanaan pemberian
beasiswa dengan syarat bukan perokok, melakukan pelatihan bagi
satuan pengamanan, membantu satpam yang ingin berhenti
merokok dengan mengarahkan ke klinik berhenti merokok.
Pengawasan di tingkat fakultas yaitu dengan mengarahkan
perokok untuk merokok di spot yang telah ditentukan (dilakukan
oleh Tim Pelaksana Tugas harian KTR UI), membantu perokok
yang ingin berhenti merokokok dengan mengarahkan ke Klinik
Bantuan Stop Merokok di PKM UI, pemantauan dan
pembatalan/peneguran terhadap kegiatan yang disponsori atau
terkait industri rokok, dan melakukan pemantauan agar tempat-
tempat di bawah wewenang fakultas tidak memproduksi, menjual
atau mempromosikan rokok.
Prosedur Terhadap pelanggaran KTR UI bersifat pembinaan dengan
Pembinaan peneguran lisan tercatat sebanyak tiga kali, peneguran lisan
tertulis yang tidak diindahkan akan menjadi teguran tertulis
sebanyak tiga kali yang dilaporkan pada pihak pimpinan dan
himbauan untuk mendapat bantuan dari Klinik Bantuan Stop
Merokok. Apabila tidak diindahkan maka akan diterapkan
pembinaan sesuai aturan tata tertib UI.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


52

Selain itu sebagai turunan dari SK Rektor UI Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang


Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia (KTR UI) maka dibuat pula Keputusan
Rektor UI Nomor 1006/SK/R/UI/2012 Tentang Pengangkatan Koordinator Pelaksana
Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Universitas Indonesia. Terdapat
pengangkatan nama-nama yang ditetapkan sebagai Koordinator Pelaksana Tugas
Harian KTR UI yang memiliki tugas untuk
1. Membuat dan mensosialisasikan bahan-bahan/materi Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Keputusan Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011.
2. Mengkoordinasikan materi Petunjuk Teknis untuk dibuat dalam Keputusan
Rektor Universitas Indonesia.
3. Menyelenggarakan Kegiatan yang terkait dengan Kawasan Tanpa Rokok.
Dalam penetapan tersebut disebutkan bahwa yang bertugas menjadi koordinator
meliputi Rektor beserta pimpinannya, Ketua Pelaksana, Sekeretaris dan Bendahara,
anggota PAU yang merupakan perwakilan unit serta anggota fakultas yaitu Dekan
sebagai pengarah didampingi satu orang perwakilan fakultas.

5.2.4 Gambaran Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


Berdasarkan petunjuk teknis Kawasan tanpa Rokok UI tempat yang
dinyatakan tidak boleh merokok adalah sebagai berikut
1. Ruang kuliah
2. Ruang kerja dosen
3. Ruang kerja unit pelaksana
4. Ruang kerja adminsitrasi
5. Gedung Rektorat
6. Selasar dengan atap
7. Halte bis kuning
8. Perpustakaan
9. Laboratorium
10. Kantin
11. Dan tempat beratap lainnya yang berada di lingkungan kampus UI
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


53

Kawasan UI yang sangat luas dan jumlah sivitas yang besar mengharuskan
peraturan ini harus berjalan bottom up yang dimulai dari kesadaran dan motivasi
secara personal. Sebagian besar tanda KTR sudah dipasang di lokasi yang ditentukan
tersebut akan tetapi di halte bikun sama sekali tidak ada tanda KTR UI.

5.3 Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia


5.3.1 Tercapai dan Terdokumentasikannya Indikator Kawasan Tanpa Rokok
5.3.1.1 Gambaran Hasil
Dalam melakukan pemantauan Kawasan Tanpa Rokok Indikator yang sering
digunakan adalah ada tidaknya orang merokok, tanda KTR, asbak/korek api,
iklan/promosi/sponsor rokok, penjualan rokok, puntung rokok, dan bau rokok.
Indikator tersebut pernah digunakan dalam survey tingkat kepatuhan Perda DKI
Jakarta oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Peraturan Daerah Bali oleh
akademisi dan tercantum dalam pedoman pengawasan dan penegakan perda KTR.
Universitas Indonesia belum membuat indikator tertentu dalam melaksanakan
Kawasan Tanpa Rokok baik indikator dalam manajemen ataupun indikator yang
dipantau sebagai tolak ukur tingkat kepatuhan KTR.
Belum ada dokumentasi survey indikator (P1)
Walaupun UI tidak memiliki indikator dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok secara tertulis. FKM pada tahun 2009 melakukan review mengenai
kebijakan ini dan dibentuklah Tim Peduli FKM UI Tanpa Rokok dan menggalang
kelompok kerja mahasiswa pengendalian masalah tembakau FKM UI. Selain itu
dibuat juga indikator FKM UI Tanpa Rokok sebagai berikut.
Tabel 5. 4 Indikator KTR FKM UI
Input Proses Output
1. Adanya kebijakan 1. Tersosialisasinya 1. Lingkungan kampus
tertulis tentang FKM kebijakan KTR di FKM UI tanpa asap
UI Tanpa Rokok lingkungan civitas rokok
akademika secara

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


54

2. Adanya Tenaga yang langsung maupun tidak 2. Mahasiswa yang tidak


ditugaskan untuk langsung merokok menegur
memantau FKM UI mahasiswa yang
Tanpa Rokok 2. Adanya pengaturan merokok di lingkungan
tugas dan tanggung kampus FKM UI
3. Adanya media jawab dalam
promosi tentang pelaksanaan KTR di 3. Pentingnya KTR
larangan merokok atau FKM UI menjadi salah satu
KTR bahan ajar perkuliahan
3. Terpasangnya mahasiswa di FKM UI
pengumuman kebijakan
KTR melali poster,
tanda larangan merokok,
madding dan media
lainnya di FKM UI

Keberlangsungan capaian pelaksanaan KTR UI untuk mewujudkan UI bebas


asap rokok juga belum sepenuhnya diperoleh. Masih banyak ditemukan perilaku
merokok.
Jadi memang SK ini harus diturunkan dalam itu tadi, perubahannya si tidak
terlalu signifikan, ya kalau saya liat ya.. selama SK ini belum diturunkan ke
dalam petunjuk pelaksanaan teknis ya seperti itu gugus tugasnya selama
belum ada belum jalan. (P3)
Karena begini di banyak tempat di ruang-ruang karyawan banyak bau rokok
berarti mereka juga diam ngeorokok di WC ngerokok di bagian ruangan ada
sebuah ruangan bagian infrastruktur,aduh itu bau asap rokok. berkali2
diingatkan tetap sedikit banget perubahan. Kan di kantin fisip itu dulu
diterasnya masih ngerokok ada, sekarang udah ga da. Udah ga berani di
situ (P4)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


55

Beberapa temuan di Fakultas semenjak ada Surat Keputusan Rektor terdapat


perubahan yang terjadi walaupun tidak signifikan. Perubahan terjadi di beberapa
area di FISIP UI dimana sejak digunakan tanda sosialisasi kebiasaan merokok di
tempat tersebut sudah tidak ada. Namun kebiasaan merokok di kantin yang sering
disebut Takor (Taman Korea) belum berubah. Walaupun sudah dipasang banyak
tanda dan spanduk. Perilaku merokok di area Takor masih sangat tinggi.
Soalnya yang paling parah ya kalau di fisip itu takor, itu betul-betul
mereka mahasiswa udah tidak lagi menghiraukan. Mereka justru
menggunakan takor sebagai tempat mereka, dan mereka yang tidak merokok
yang malah tersingkir. (P3)
Berbeda dengan FISIP, perubahan budaya merokok yang sebelumnya tinggi
di kantin Fakultas Teknik perlahan mulai berubah. Hal ini didukung oleh
disediakannya smoking room di Fakultas Teknik. Perubahan yang terjadi juga
didukung setelah adanya SK Dekan dan sosialisasi yang dilakukan.
Lumayan lumayan sudah digunakan. Khusus kantin sudah ada budaya,
budaya itu sudah terbentuk tuh di mahasiswa bahwa kalau di kantin mau
merokok mereka harus ke apa.. ke smoking room, smoking area. (P5)
Sedangkan gambaran secara umum dari perubahan yang terjadi di
lingkungan Universitas Indonesia adalah mulai adanya perasaan segan untuk
merokok sembarangan dan tingkat kepatuhan di rumpun ilmu kesehatan yang sudah
cukup baik.
Dampak yang mana ini kah KTR? Yang penting di rumpun kesehatan
patuh. Yang lain juga sebenarnya tau kalau UI KTR sii.. jadi rada2 takut
laah,,,. (P2)
Ya yang saya perhatikan itu ada kesungkanan, tapi gini misal saya lagi
lewat kedapatan karyawan merokok buru-buru matiin, tapi saya ga bisa
bilang apa-apa ke karyawan gitu aja, besok dia ngerokok lagi, kan ga setiap
hari saya ketemu. (P10)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


56

Pengamatan dilakukan untuk melihat sejauh apa pelaksanaan Kawasan


Tanpa Rokok di Universitas Indonesia berjalan. Indikator yang dilihat adalah
sebagai berikut

Tabel 5.5 Hasil Observasi Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


No Indikator FISIP FIB FE F.Psikologi FH
1 Tanda Dilarang Ada Ada Ada Ada Ada
Merokok
2 Area/Ruang untuk Ada Ada Ada Tidak ada Tidak
Merokok Ada
3 Asbak/Korek Api - - Ada - -
4 Orang Merokok Ada Ada Ada Ada Ada
5 Iklan/Promosi/Spons - - - - -
or/Beasiswa Rokok
6 Penjualan Rokok - Ada - Ada -
(Alfamart)
7 SK Dekan/ Ada Belum Ada Ada Ada
Keputusan Pimpinan ada

No Indikator FMIPA FASILKOM FT Vokasi RIK


1 Tanda Dilarang Merokok - Ada Ada Ada Ada
2 Area/Ruang untuk Merokok Tidak Tidak Ada Ada Ada -
ada
3 Asbak/Korek Api - - - - -
4 Orang Merokok Ada Ada Ada Ada -
5 Iklan/Promosi/Sponsor/Beasiswa - - - - -
Rokok
6 Penjualan Rokok Ada Tidak Ada - Ada -
7 SK Dekan/ Keputusan Pimpinan - - Ada - Ada

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


57

No Indikator Perpustakaan PAU Masjid

Halte Bis
Asrama

Kuning
. Pusat UI

UI
1 Tanda Dilarang Merokok Ada - Ada Ada -
2 Area/Ruang untuk Merokok - - - - -
3 Asbak/Korek Api - - - - -
4 Orang Merokok Ada Ada Ada Ada Ada
5 Iklan/Promosi/Sponsor/Beas - - - - -
iswa Rokok
6 Penjualan Rokok Ada - Ada - Ada
7 SK Dekan/ Keputusan Ada - - Ada -
Pimpinan

5.3.1.2 Aktivitas dan Input


Dalam mencapai keberhasilan 7 indikator tersebut. Pencapaian output ini harus
didukung oleh keseluruhan indikator aktivitas yang dilaksanakan yaitu
pengorganisasian pelaksana KTR, sosialisasi, penyuluhan, melaksanakan pengawasan
dan penegakan hukum dan melakukan pemantauan dan evaluasi. Sehingga setiap
input menjadi komponen penting yang mendukung aktivitas dan ketercapaian kondisi
ideal yang diharapkan dari Kawasan Tanpa Rokok.
A. Aktivitas
Keberhasilan untuk mewujudkan Kawasan tanpa Rokok dengan tercapainya
kepatuhan terhadap indikator yang dipantau dalam KTR memang dipengaruhi oleh
kelima aktivitas dalam kerangka konsep penelitian ini dan didukung oleh semua
input. Namun berikut adalah aktivitas yang cukup besar memiliki peran terhadap
ketercapaian indikator kepatuhan yang dipantau.
1. Sosialisasi
Sudah dilakukan sosialisasi berupa media tanda larangan merokok ataupun
penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan isu rokok ataupun KTR
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


58

Sudah dilakukan sosialisasi untuk Mahasiswa baru dan pada saat event
HTTS serta melalui media yang dibuat humas. (P2)
Kalau pegawai, dosen lewat dekan. (P1)
mensosialisasikan KTR di lingkungan mahasiswa, tapi baru ya.. mahasiswa
baru di lingkungan UI. (P3)
Setiap Fakultas dan ataupun unit kerja memiliki cara masing masing untuk
melakukan sosialisasi
Di tingkat fakultas belum ada sosialisasi selain pemasangan poster. (P3)
Dipasang di web di twitter, kemudian di fb gitu pengingatan bahwa UI
adalah Kawasan Tanpa Rokok setiap acara kita apa kita selalu ingatkan
kembali gitukan, nah itu yang bisa dilakukan ya.. itu. (P8)
2. Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi
Belum dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk meninjau
keberhasilan penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia
Tidak ada. Jadi kita hanya melihat secara informal saja, tapi secara
sistematis tidak ada. (P1)
Pemantauan hanya dilakukan oleh perorangan melihat temuan-temuan
kemudian dilaporkan. Evaluasi secara sistematis belum dilakukan. (P2)
Kalau dengan evaluasi misal kita bisa setahun sekali kita evaluasi, ada
gambaran laporan dari A fakultas A bagimana fakultas B bagaimana C
bagaimana. Kalo dengan evaluasi tentu ada beberapa yang harus diperbaiki
atau harus ditingkatkan terus atau bagaimana. Nah sekarang ini menurut
saya belum ada semacam kayak gitu.(P7)
Hal ini juga mendapat dukungan dari pernyataan salah satu informan, bahwa
tidak ada evaluasi berkala. Di tingkat fakultas FT dan FISIP yang sudah
menerapkan KTR di fakultasnya dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan KTR melalui rapat koordinasi yang biasanya di rapat tingkat fakultas.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


59

Lebih banyak diskusi informal, kalau rapat semester ini belum pernah da
rapat, semester lalu lebih intens, sibuk masing-masing, belum ada. Belum
ada sistem, belum punya sistem untuk melaksanakan KTR secara formal
belum ada. (P8)
Secara rutin dan koordinasi saja. Jadi kita ada rapat koordinasi..Sebulan
sekali (P5).
B. Input
Berikut adalah beberapa input yang diperlukan untuk mencapai kepatuhan
terhadap 7 indikator pemantauan
1. Kelompok Kerja
Dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia sudah ada
Komite atau kelompok kerja yang ditetapkan oleh rektor. Berikut adalah nama-
nama yang ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas Harian KTR UI :
Penanggung Jawab : Rektor Universitas Indonesia
Pengarah : 1. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
2. Wakil Rektor Bidang SDM, Keuangan dan Administrasi
Umum
3. Wakil Rektor Bidang Penelitian Pengembangan dan
Kerjasama Industri
4. Direktur Pembinaan Sumber Daya Manusia
5. Direktur Umum dan Fasilitas
6. Direktur Keuangan
7. Direktur Pendidikan
8. Direktur Kemahasiswaan
9. Kepala Kantor Komunikasi
10. Kepala Kantor Pelayanan Hukum dan Peraturan
Ketua Pelaksana : Rita Damayanti
Sekretaris : Wisni Bantarti
Bendahara : Hanny Handayani

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


60

Anggota PAU : 1. Farida Haryoko (Kepala Humas UI)


2. Ardiansyah (Humas UI)
3. Rike Yolanda Sari (Kepala Biro Hukum)
4. Dadan Erwandi (Ketua PLK)
5. Arman Nefi (Direktur Kemahasiswaan)
6. Edward Kurniawan
7. Ika Malika (Balai Konseling PKM UI)
Anggota Fakultas Pengarah : Dekan Fakultas
Anggota : (Dosen/Pegawai yang peduli dan mau terlibat)
Pokja terbentuk atas inisiasi Ibu Rita, Ibu Hanny dan ibu Murtiwi yang peduli
dan memiliki konsentrasi terhadap isu rokok. Kemudian mencoba untuk melibatkan
dan mengajak pihak-pihak lain untuk bergabung. Kemudian dibentuk dalam Tim
Pelaksana Tugas Harian yang ditetapkan dalam SK Rektor.
Ada pokja dan sudah di buat SK Rektornya, terdiri dari perwakilan fakultas
dan aktivis-aktivis. (P1)
Iya kita kumpul terus kita cari cari lagi, siapa nih yang bisa diajak. udah
terbentuk pokja. (P2)
Oh, iya awalnya si pertama si saya ada concern soal rokok, kemudian
diajak bu rita, nah awalnya disitu tuh jadi bu rita memang banyak mengajak
saya, ga banyak si, namun memang ada kalanya ketemu dalam beberapa kali
pertemuan untuk ini membahas ini KTR itu tahun berapa ya.. KTR ini kan,
SKnya 2011 nah ini, sebelum itu tuh sekitar tahun 2010-lah, nah awalnya
memang ke concern pribadi saya sebetulnya. (P3)
Pertemuan rutin tim pokja berjalan aktif diawal pembahasan SK Rektor tahun
2011-2012 namun setelah pembuatan juknis belum ada pertemuan untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas
Indonesia.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


61

Ada pokja KTR UI Saya udah ga ikut berapa lama ya, bulan mei ini kayanya
ga denger, udah HTTS kemarin kan?. Setahun mungkin lebih dari sekali , kan
biasanya kan sekitar bulan mei mereka intensif tapi bulan mei ini kayanya ga
ada. (P8)
Selain pernyataan tersebut terlihat pula bahwa pertemuan akhir-akhir ini
sudah tidak jalan, berdasarkan catatan notulensi rapat terakhir KTR UI. Tidak
berjalan konsistennya kelompok kerja karena memang sifatnya yang masih
sukarela, tidak ada reward dan punishment dan terkendala kesibukan serta prioritas
masing-masing orang di Tim Pokja KTR UI.
Dengan kerjaan yang nyambi-nyambi, ga ada reward segala macem, ya.. Ya
motivasi sendiri, ga ada reward punishment.. ya kalau kita, kita-kita aja kalau
sayanya aktif kalau saya sama bu rita ga aktif yaa ga aktif hhe Apalagi sibuk
sibuk semua kan ? Iya sii.. semua pihak dilibatkan. Cuma masalahnya aktif
atau engga. (P2)
2. Anggaran
Dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI tidak ada anggaran yang secara
khusus dialokasikan dengan perencanaan yang baik dan penganggaran yang tepat.
Selain itu tidak ada keharusan kepada unit ataupun pihak terkait untuk
menganggarkan pelaksanaan KTR
Belum ada anggaran yang dikhususkan. Di pokja hanya dari donasi atau
dianggarkan ke unit tertentu di tigkat UI. (P1)
Iya jadi masuk RKAT-nya unit yang terlibat , abis gimana donk. Ga ada di
struktur organisasi kan berarti ga ada budgetnya . Itu dia , harusnya masuk.
Uang patungan tim pokja untuk kegiatan internal pokja dan administratif
atau untuk membantu kegiatan mahasiswa. (P2)
Penganggaran hanya tergantung fakultas, unit kerja ataupun divisi masing-
masing. Anggaran dikeluarkan lewat anggaran Humas ataupun Fasilitas. Kelompok
kerja sendiri memiliki anggaran dari dana sukarela yang digunakan untuk kegiatan
administratif internal pokja ataupun membantu kegiatan mahasiswa.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


62

Pendanaan masuk ke dalam struktur-struktur itu. Kalau dana kita ada


paling dari seminar, pembicaranya nyerahin untuk tim Pokja. Tapi Cuma
sedikit. (P1)
Anggaran itu diserahkan ke fakultas masing-masing unit semua gitu
misalnya, apa namanya. Membangun signage tanda-tanda atau kampanye.
Itu terserah fakultas masing-masing. (P10)
Anggaran yang paling besar yaitu untuk sosialisasi pembuatan spanduk,
poster dan tanda dilarang merokok.
Engga, engga saya ga tau tapi yang jelas itu humas, tapi mereka kan karena
pimpinan desakan pimpinan fakultas ya jadi mereka pasti dianggarkan Jadi
prioritas, hmm.. jadi memang belum dana untuk KTR tapi hanya lewat humas
spanduk dan sosialisasi nya juga masih. (P3)
ga ada.. spanduk itu dari Humas Fisip, spanduk-spanduk itu humas yang
mengeluarkan jadi anggarannya humas. (P4)
Di fakultas teknik anggaran terbesar yaitu pada pembuatan infrastruktur
dengan menyediakan ruangan khusus merokok.
Dari fakultas, sudah dianggarkan. Iya kita anggarkan. Hmm bisa ratusan
juta, untuk smoking area itu yang memakan banyak biaya. Kaca segala
macem kan di beberapa titik dan masuk anggaran bagi kita. (P5)
3. Kebijakan/Peraturan
Dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI sudah ditetapkan SK Rektor
Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia
dan dijadikan acuan fakultas dan unit kerja
tapi itu sudah ditanda tangani. Kemudian keluarlah SK itu tahun 2011.(P1)
Jadi akhirnya baru dibuat deh, SK rektornya gitu. (P2)
pertama kali UI dicanangkan bebas rokok itu ini... kita waktu memperingati
hari, hari jantung sehat, waktu itu kan ada senam bersama, waktu itu
rektornya prof. usman waktu itu di 25 juli 2003 itu dicanangkan UI sebagai
KTR tapi kan belum ada SK nya baru dicanangkan aja. (P2)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


63

Peraturan di Fakultas juga merujuk pada SK Rektor sebetulnya merujuk ke


sk rektor, karena yang paling ideal itu. (P4)
saya kurang tau persis kalau yang merumuskan SK Dekan, tetapi kayanya si
acuannya dari rektor. (P5)
kita selalu mengacu ada peraturan yang ada di rektor. (P6)
sifatnya ini kita dari instansi pendidikan dan sudah jelas pimpinan UI
menerapkan SK Rektor Sebagai petugas garda terdepan mau tidak mau harus
mendukung kebijakan dari pimpinan. (P7)
Iya, SK Rektor. Tapi kalo PLK sendiri ada kebijakan pimpinan PLK. (P7)
Upaya revisi dilakukan terhadap peraturan mengingat tinjauan dalam
pengawasan dan penegakan KTR UI yang belum berjalan baik. Selain itu ada
beberapa ketidaksesuaian pelaksanaan di fakultas dan SK yang ada terutama dalam
ruangan khusus merokok dan penerapan sanksi.
Maka perlu ada semacam ehmm revisi atas SK yang lama menjadi SK rektor
yang baru dan bentuknya diubah dari SK menjadi peraturan, ehm, tapi
sampai sekarang belum di teken itu tapi udah final ya.. di saya masih di
bahas. (P10)
Bahasannya misalnya dari hukum mengevaluasi SKnya. Dan SKnya katanya
mau diubah. Tapi saya belum follow up lagi. SK diubah itu kan harus tanda
tangan dulu. (P1)
FKM dan FIK merupakan dua fakultas yang sudah memiliki Surat keputusan
Dekan tentang kawasan Tanpa Rokok sebelum dikeluarkannya SK Rektor UI
Nomor 1805/SK/R/UI/2011. FKM mulai menerapkan aturan ini melalui Keputusan
Dekan FKM UI No. 156/SK/FKMUI/2007 pada bulan September 2007. Kebijakan
itu ditetapkan dengan pertimbangan bahwa merokok merupakan aktivitas yang
membahayakan kesehatan, merugikan diri perokok dan disekitarnya, dan upaya
menjadikan FKM UI sebagai percontohan kampus sehat.
Fakultas Ilmu Keperwatan mulai mendorong penerapan KTR sejak 13
November 2001 dengan melakukan survey perokok di FIK kemudian hasilnya
diserahkan ke dekan. Kemudian pada tanggal 20 Agustus 2008 baru dilakukan
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


64

pertemuan pencanangan Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Ilmu Keperawatan.


Pada tanggal 21 Agustus 2008 ditetapkanlah Keputusan Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UI Nomor 057/SK/D/FIK/UI/2008 Tentang Kampus Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Diantaranya
menetapkan sanksi RP 50.000,00 setiap tindakan merokok di FIK UI.
Menurut keterangan Bapak Deni sebagai mahalum Vokasi, pada dasarnya
sejak pertama kali vokasi didirikan selalu mengacu pada peraturan yang ada di
rektor termasuk mengenai Kawasan tanpa Rokok. Vokasi sudah menerapkan
peraturan tidak boleh merokok dan ditegaskan untuk kawasan tertentu seperti dalam
gedung, ruang kelas dan lain lain. Penerapan tersebut belum diperkuat dengan SK
Dekan atau peraturan program Vokasi. Saat ini sudah dianggarkan untuk membuat
spot merokok dan akan memulai perumusan untuk membuat SK mengenai
Kawasan tanpa Rokok di Vokasi.
4. Media
Media sebagai salah satu perangkat sosialisasi yang sudah disediakan adalah
design dan beberapa plang yang dipasangkan di beberapa titik kawasan Universitas
Indonesia.
Media yang sudah disediakan yaitu berupa poster, spanduk, stiker Media
ada di juklak seperti papan dan stiker. (P1)
Gambar spanduk/leaflet Humas desain sendiri, dia buat-buat kan nih, media
nih. Nih dia buat sendiri nih kaya gini nih. Engga, humas, humas jadi media
sendiri-sendiri kaya saya buat media sendiri pas acara pengmas (Pengabdian
Masyarakat BEM FIK) , pengmas saya sendiri terkait ini.. Humas buat
sendiri sebar-sebar (P2)
Humas sendiri menyediakan Ya sejauh ini kita menyediakan spanduk,
himbauan-himbauan, apa stiker itu kita semuanya membuat himbauan itu.
Yang elektronik lah yang lebih gampang, kan tidak mengeluarkan dana.
Kalau spanduk masih , tapi kalau rambu permanen yg pakai besi itu kita ga
bisa. (P8)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


65

Pembuatan media seperti poster , spanduk, tanda larangan merokok sangat


bergantung pada komitmen koordinator pelaksana tugas harian KTR UI untuk
menginstruksikan pembuatannya kepada unit terkait.
Jadi ini memang karena pimpinan fakultas itu tadi, memang apa ehm..
spanduk-spanduk itu dibikin memang pertama ya atas itu awareness dari
pimpinan fakultas KTR ini kebetulan ketemu dengan kita nih, yang grassroot
ini. (P3)

5.3.2 Ada Teguran bagi yang Merokok di Lingkungan KTR


5.3.2.1 Gambaran Hasil
Teguran sudah dilaksanakan baik oleh kesadaran pribadi maupun oleh
pelaksana tugas harian KTR UI namun belum mencakup keseluruhan civitas UI.
Saya bilang mba saya udah duluan di sini jadi kalau anda merokok
mengganggu saya dong, saya memilih tempat ini karena merasa aman dari
asap rokok baru itu ,kayak gitu-gitu teguran lisan aja. (P4)
Sudah, kalau teguran sudah mbak sanksinya yang belum. Jadi kan kalau SK
itu kan yang merokok itu di foto. (P5)
Masih ada rasa sungkan dan takut untuk menegur orang yang merokok.
Kesungkanan itu biasanya diakibatkan oleh posisi dan status sosial. Hal ini menjadi
kendala
Sudah untuk pelaksanaan cuma yang agak merepotkan kalau satpam
misalnya menegur dosen. (P6)
Itu ada himbauan atau semacam paling tadi ya pimpinan ke staff ya. Ya
memang ke situ si tadi, lebih hierarki , itu kalau sesama apalagi lintas susah,
itu ga mungkin, Kamu negur dosen walaupun gimana ga berani, sesama
dosen aja ga berani, apalagi yang menegur senior dosennya.(P8)
Sudah ada peneguran yang dilakukan. Walaupun masih banyak yang
enggan menegur atasan/dosen. (P3)
Ada peneguran, tapi kan tadi ditegur disini pindah kesini. Kewenangan
menegur, siapa yang berwenang. Siapa penegaknya. (P9)
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


66

Peneguran ini dimaksudkan untuk membuat kesadaran dan tidak


membenarkan perilaku merokok
Tapi kalau orang ditegur dan konsisten, orang itu lama-lama enggak enak
juga. Sadar sendiri akhirnya. (P1)

5.3.2.2 Aktivitas dan Input


Selain harus adanya petugas khusus atau tenaga pengawas yang ditunjuk untuk
melakukan peneguran. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kebijakan
ini sudah tersosialisasikan dengan baik sehingga ada suatu kesadaran bersama tentang
norma perilaku merokok yang tidak tepat dan berhak untuk diperingatkan. Kesadaran
itu juga dapat diberikan dengan melakukan penyuluhan mengenai Kawasan Tanpa
Rokok, bahaya merokok ataupun etika merokok.
A. Aktivitas
1. Pengorganisasian Tugas dan Tanggung Jawab
Sudah ada pengorganisasian tugas dan tanggung jawab secara umum seperti
yang tertulis di SK Rektor Nomor 1006 akan tetapi pelaksanaannya belum optimal
dan belum ada perincian wewenang tugas dan tanggung jawab pelaksana tugas harian
yang lebih operasional.
Sudah ada juknis yang memandatkan pelaksana tugas harian KTR menyatu
dengan struktur administratif namun pelaksanaannya belum optimal. Secara
struktural tidak berjalan dengan baik. Di SK Cuma ada nama struktur
organisasinya aja dan tugasnya. Peran dan sebagainya terserah masing-
masing fakultas. (P1)
Pokja sendiri tidak memiliki kuasa karena tidak masuk dalam struktur
organisasi hanya berfungsi sebagai pengingat dan mengarahkan.
Kita kan ada di SK tapi di struktur organisasi enggak ada apa apanya. (P2)
Berarti ini diluar indikator kinerja gitu ya jadi ini sifatnya volunteering,
sukarela gitu untuk sebagai pokja KTR . Ya.. sebenarnya gitu si.. saya juga ga
ada surat tugas dari fakultas bahwa saya yang perwakilan KTR FISIP. (P3)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


67

Secara umum fakultas-fakultas melibatkan satpam dalam melakukan


pengawasan dan penegakan namun dibantu oleh pimpinan yang concern dan
mahasiswa. Menurut perwakilan PLK Setiap orang harus terlibat dan jangan hanya
menjadikan PLK atau satuan pengamanan sebagai satu satunya tenaga pengawas
dalam pengorganisasian Pelaksana KTR UI.
Ya. Mudah-mudahan tidak salah kaprah ya. Semua mengandalkan hanya
kepada petugas keamanan. Karena petugas keamanan hanya sebagai
pelaksana tetapi pengembangan itu harus didukung oleh peranan pimpinan,
peranan kepala lembaga dan lingkungan. (P7)
Siapa yang bertanggungjawab perlu dipertegas agar dalam implementasinya
tidak saling mengandalkan dan melempar. Kebijakan yang perlu peranan lintas sektor
harus dikerjakan secara bersama-sama dengan komitmen yang tinggi.
Karena banyak pihak gitu, eeh,, ya agak susah bagi humas ketika
pengampunya sendiri ga tau gitu. Jadi ini sebenarnya klise-lah di UI. Ketika
ada suatu peraturan, ketika ada suatu sistem diterapkan ya kan. Kebijakan
apapun yg bertanggungjawab itu harusnya pengampunya. Banyak suatu
sistem ga bekerja karena melibatkan lintas unit. Nah itu. (P8)
Menurut bapak Wakil rektor pengkajian terhadap pengorganisasian Pelaksana
KTR ini harus ada untuk melihat sejauh mana efektifitas pembuatan perangkat
tersebut dengan tugas dan wewenang masing-masing
Bisa jadi,,, itu kan kemudian kita kembalikan kepada PLK atau kita bikin
satu wadah baru atau apa. It just a question kalau memang udah PLK aja
terus ya sudah PLK tapi kan perlu dikaji kenapa selama ini ga efektif. Kan
memang ga efektif iya ga? Ga jalan itu kan berarti PLKnya ada apa dengan
PLK itu yang harus dinilai. (P10)
FISIP belum membentuk gugus tugas sebagai tim pelaksana tugas harian
secara struktural padahal di SK Dekan sudah mengamanatkan untuk pembentukan
gugus tugas. Tanggung jawab untuk membuat tim pelaksana dan perangkat yang
terkait penerapan KTR ini sendiri dibawah Manajer Kemahasiswaan dan Umum.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


68

Melibatkan gerakan yang peduli tentang isu rokok ini perlu dilakukan, upaya
mendorong lewat kegiatan kemahasiswaan sudah dicoba di FIK agar ada suatu
kegiatan yang rutin dan dilakukan untuk mendukung pelaksanaan KTR ini.
Saya kan beberapa kali minta ke BEM , salah satunya nih ya di mahasiswa
BEM buat donk ini seperti BSOnya kegiatan yang khusus jadi setiap tahun
jadinya ada, karena kan BSO misalnya masuk keg.pengmas aja pengemas
belum tentu rokok. Saya sudah beberapa kali usul terutama ke BEM FIK
tolong dong dibuat BSOnya, BSO, BSO antikau beneran jadi karena kalau
mereka jadi BSO kan ada anggarannya ini nya ada aktivitas , jadi kegiatan
mahasiswa pasti ke arah sana. (P2)
2. Melaksanakan Penyuluhan KTR, Bahaya Merokok dan Etika Merokok
Penyuluhan dilakukan hanya berdasarkan kegiatan seperti pelaksanaan HTTS
Tahun 2012. BEM Rumpun Ilmu Kesehtan mengadakan Pawai keliling UI untuk
mensosialisasikan KTR UI sekaligus untuk memberikan penyuluhan kepada perokok.
Materi mengenai KTR , bahaya merokok dan etika merokok biasanya masuk dalam
konten seminar yang beberapakali diadakan oleh UI antara lain tahun
2010,2011,2012,2013,2014.
Enggak si, kita enggak sampe kesitu karena kita kalau udah sampe masuk
teknis gitu udah berat ya. Kita lebih kepada mengarahkan, misalnya mau
ngadain penyuluhan oke kita bantu sosialisasi-nya kita bantu publikasinya
semuanya kita yang pegang. Jadi kalau kita merencanakan detail bahwa
klinik anti merokok ini semua kita ga bisa ga punya kompetensi. (P8)
Pelatihan untuk konseling berhenti merokok sendiri pernah dilakukan oleh tim
pokja dan khusus diberikan kepada perangkat Koordinator Pelasana Tugas Harian
KTR UI. Antusiasme dalam pelatihan itu cukup baik dengan banyaknya permintaan
pelatihan lanjutan.
Itu cuman seharian satu hari deh apa setengah hari saya juga lupa ya, tapi
itu tidak terlalu mendalam. Waktu itu kita ada rencana ada permintaan nih,
dari temen-temen fakultas lain kalau bisa agak mendalam gitu ya.. tapi waktu
itu belum sempet gitu. Jadi waktu itu hanya sekedar mengenalkan bahwa ini
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


69

loh, sebenarnya kita bisa membantu para perokok dengan memberikan


konseling. (P3)
B. Input
1. Tenaga Pengawas
Secara garis besar berdasarkan SK dan Petunjuk Teknis yang telah dibuat
tenaga pengawas diserahkan kepada Satuan Pengamanan dan dibantu oleh Tim
Pelaksana Tugas Harian KTR UI. Namun belum ada kekuatan yang medorong untuk
menjalankan tugas dan wewenang sebagai tenaga pengawas.
Di Pokja sendiri kita tidak membentuk yang baru. Jadi background
sebenarnya adalah satpam di PLK itu. Saya belum approach lagi untuk yang
sekarang. (P1)
Iya karena PLK juga waktu ditawarin yang jadi polisinya ogah-ogahan. Kan
nanti tugas tambahan donk saya harus ngawasin orang merokok segala
macem. Waktu itu si gitu, ga tau kalau sekarang ya, ketuanya.(P2)
Ini belum terbentuk gugus tugasnya belum ada, kalau dari pelaksana tugas
harian kan dekan SK rektor, nah gugus tugasnya belum ada.. siapa yaa..
Waktu itu si Pak Dekan pernah ya mengadakan pertemuan dengan semua,
satpam gitu ya.. pak dekan sudah dan juga mahalum dan wadek itu ya untuk
segera membentuk gugus juga. (P3)
Iya security, semuanya sebenarnya dari tim fasilitas juga sama. (P5)
Seluruhnya untuk pengawasannya. Semua pimpinan itu harus bener
masalah larangan merokok. (P7)
Yang berjalan selama ini hanyalah lewat kesadaran pribadi, dari
pelaksana tugas harian KTR UI ataupun satuan pengamanan. Satpam sudah
dilibatkan, mahasiswa hanya sekedar informal saja.(P6)
Sebagai pihak yang seharusnya menjadi tenaga pengawas, PLK akan siap apabila
ada instruksi dan perintah yang jelas dari pimpinan. Walaupun memang kendalanya
adalah pada keterbatasan personil dan keberanian menegur. Selain itu banyak pula
satuan pengamanan sebagai perangkat dari PLK yang masih merokok.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


70

5.3.3 Tidak Ada Tanda, Iklan, Promosi, Penjualan serta Sponsor Rokok
5.3.3.1 Gambaran Hasil
UI memulai dengan melarang beasiswa dan sponsor untuk kegiatan-kegiatan
dan acara di UI lewat kemahasiswaan dan diharapkan menjadi contoh untuk
perguruan tinggi lain. Namun bentuk ketegasan untuk menolak intervensi industri
rokok dalam bentuk beasiswa, sponsor atupun lainnya tentu tidak mudah.
Pokoknya sejak desember 2009 itu yang hebat juga itu pak ini, karena dia
akan diteror juga sama pabrik rokok. Terus setrelah itu perguruan tinggi ga
berani. Jadi waktu itu kalau ada pertemuan, direktur kemahasiswaan seluruh
Indonesia, Pak Kamarudin kan cerita dia nyampein itu ya ga terlalu
ditanggapi juga.(P2)
Ooh engga, soalnya sejak dulu kita mengacu ke SK rektor, sponsor kita
engga beasiswa juga engga. ini engga yg jelas dikoerasi ini udh engga (P3)
Tapi kan kita bisa liat dari kemahasiswaan udah jelas udah dikunci tidak
menerima beasiswa atau bisa dibatalkan , gitu jadi itu yang paling
signifikan. (P8)
Selain tidak menerima beasiswa dari perusahaan rokok UI juga menerapkan
peraturan untuk menyertakan surat pernyataan bukan perokok aktif sebagai syarat
penerima beasiswa yang ada di UI. Pelarangan terhadap bentuk intervensi industri
rokok ternyata masih ada beberapa kasus tawaran-tawaran dari perusahaan.
Tawaran tawaran dari industri rokok masih terjadi di Universitas Indonesia.
Gak boleh, soalnya beberapa kali itu mbak godaan, di kantin tuh sponsor
ya. (P5)
Pernah terjadi satu kasus dimana masih ada iklan rokok di kantin tenda biru
pondok cina dan juga spot salah satu perusahaan rokok di asrama UI yang langsung
ditindak tegas.
Pernah ada. Contohnya Di tenda-tenda biru itu pernah ada poster rokok,
mereka pasang iklan rokok. Terus kepada mahasiswa yang melakukan
kegiatan-kegiatan dilarang keras menggunakan sponsor dari rokok. Kan
setiap mahasiswa ataupun dari UKM-UKM lain yang mengadakan kegiatan
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


71

untuk masalah itu paling utama dilarang keras untuk menerima sponsor dari
rokok. (P7)
misalnya kita ngeliat, oh disana.. di asrama.. asrama masih ada yang jual
rokok. Jadi kita tanya pak kok gini gini gini, jadi lebih ke arah konfirmasi.
Ngambil datanya juga informal maksudnya ga trstruktur. Cuma temuan-
temuan aja kita sampaikan ke kemahasiswaan terus kemahasiswaan
merespon, oh iya nanti.. misalnya kaya, kan ada ruang sampoerna ya, itu ya..
diasrama. (P2)
Sponsor, iklan , promosi rokok dan beasiswa memang sudah dilarang total di
Universitas Indonesia akan tetapi penjualan masih dilakukan di lingkungan
Universitas Indonesia.
kita juga maunya ga, kayak misalnya di takor itu ada satu penjual rokok
udah secara formal sudah dtegur sama fakultas, udah dberi surat peringatan
untuk tidak menjual rokok. (P4)
Kita udah coba sarankan ke kantin untuk tidak berjualan rokok dan itu
sudah dijalankan, perkara mereka mendapatkan rokok di luar itu kita tidak
bisa batasi. (P5)
Saya itu paling sebel di indomart tuh masih jual, itu yang di perpustakaan
kemarin saya liat masih dipajang. (P3)

5.3.3.2 Aktivitas dan Input


Dalam melakukan pelarangan tanda, iklan, promosi, sponsor, beasiswa dan
penjualan rokok yang berperan penting adalah pemegang wewenang atau yang
menduduki jabatan struktural seperti pimpinan di tingkat PAU, fakultas, unit kerja
ataupun departemen. Hal tersebut akan didukung juga oleh peraturan yang ada.
Sehingga aktivitas yang mendukung tercapainya output ini adalah melaksanakan
pengawasan dan penegakan hukum yang kemudian ditentukan dari kelompok kerja
fungsional dan struktural serta adanya kebijakan/peraturan. Dalam memastikan tidak
adanya pelanggaran yang terjadi maka diperlukan pemantauan dan evaluasi, maka
tenaga pengawas akan memiliki peran dalam mencapai indikator ini.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


72

5.3.4 Adanya Sanksi bagi yang Melanggar KTR


5.3.4.1 Gambaran Hasil
Dalam SK Rektor sanksi tidak disebutkan dalam bentuk denda begitupun
dalam petunjuk teknis pelaksanaan KTR UI. Akan tetapi beberapa fakultas yang
memiliki SK Dekan dan beberapa unit kerja seperti PLK menerapkan sanksi denda.
Fakultas yang sudah memiliki SK Dekan antara lain :
Tabel 5.6 Sanksi Denda Kawasan Tanpa Rokok
Fakultas Denda Keterangan
FKM 100.000 Sudah disosialisasikan dan
dilaksanakan
FIK 50.000 Sudah disosialisasikan dan
dilaksanakan
FT 100.000 Sudah disosialisasikan dan
belum dilaksanakan
PLK UI 100.000 Sudah disosialisasikan dan
dilaksanakan tapi hanya
diawal-awal saja

Berikut adalah beberapa penyataan yang mendukung mengenai sanksi yang


diterapkan dalam tatanan fakultas ataupun UI dalam upaya penegakan Kawasan
Tanpa Rokok Universitas Indonesia.
Akhirnya sejak saat itu di PLK dibuat aturan satpam kalau merokok dulu
dendanya baru 25.000 sekarang mereka sampai 100.000 tapi ga tau sampai
sekarang, katanya si.. kebanyakan yang dulu si sempet terkumpul uang
sekian terus mereka gunakan lagi untuk macem-macem. (P2)
Di FISIP tidak ada sanksi, sanksi-pun belum ada ga seperti di FT ya kan,
ada sanksinya 100ribu.(P3)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


73

Sebenarnya kalau sanksi kita ada ya, berapa ya denda tuh 100.000 kalau ga
salah. Udah tertera di SK. Cuma kita belum mengimplementasikan itu adalah
, Cuma kita kan spotnya belum lengkap. (P5)
Belum. Artinya tau kalau ada aturan tapi belum untuk pelaksanaan. Yang
melanggar mau diapain. (P7)
Dalam tingkat UI memang belum ada ketentuan mengenai sanksi denda hanya
berupa sanksi teguran lisan dan atau tulisan yang sifatnya lebih ke arah pembinaan.
Hal ini dikarenakan adanya peninjauan kembali terhadap upaya penegakan peraturan
yang sudah dibuat dengan melihat efektifitas dan risiko yang mungkin muncul.
Ga ada, sanksinya aja bingung apa, apalagi kita . Apa yang mau
disosialisasiin. (P8)
Kita mau itu di draftnya ditulis, orang yang kedapatan merokok itu wajib
membayar denda 100.000. ga gede karena kan yang merokok banyak juga yg
gajinya ga besar kalau kita taro. Itu aja 100.000 mereka udah sangat banyak
. Bisa mengganggu perekonomian mereka dg hanya 100.000 gitu, jadi
soalnya bukan soal 100.000 200.000 soal sejuta atau berapapun tapi
bagaimana kita menegakannya. (P10)

5.3.4.2 Aktivitas dan Input


Dalam memberikan sanksi, indikator dalam activity yang mempengaruhi
adalah pengorganisasian pelaksana KTR, karena dalam hal ini harus jelas siapa yang
menjadi pengawas dan bagaimana mekanismenya. Selain itu pengawasan dan
penegakan hukum juga menjadi alasan untuk diterapkannya sanksi.
A. Aktivitas
1. Melaksanakan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Mekanisme Pengawasan dan penegakan hukum mengenai KTR UI masih
terus dicari dan didiskusikan yang terbaik. Sejauh ini pengawasan dan penegakan
hukum sangat bergantung pada komitmen dan bagaimana pimpinan memandang ini
sebagai hal yang prioritas.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


74

Belum ada perangkat yang melakukan pengawasan dan penegakan hukum.


Hanya dilakukan dengan tim yang peduli KTR. (P3)
Permasalahan penegakan hukum juga terjadi jika membicarakan mngenai spot
untuk merokok yang dalam SK hanya untuk masa transisi atau peralihan maksimal 2
tahun sedangkan ini sudah lewatdari 3 tahun.
Smoking area. Jadi SK ini bertahap, sebenarnya ngga boleh ada smoking
area, Cuma tergantung dari kesiapan fakultas. Maunya dari UI semuanya.
(P1)
Perhatian Dekan terpilih yang cukup baik terhadap KTR dan dukungan
gerakan dosen dan mahasiswa yang peduli KTR akhirnya membuat pelaksanaan KTR
di FISIP UI mulai ditegakan. Kawasan Tanpa Rokok di PLK sudah ditetapkan sejak
Kepemimpinan yang lama yaitu saat Pak Dadan menjadi ketua. Penerapannya adalah
dengan memasang tanda dilarang merokok serta sepanduk Kawasan Tanpa Rokok.
Sedangkan upaya pengawasan dan penegakan di FT UI yaitu dengan dibangunnya
spot merokok dan akan diterapkannya sanksi denda.

B. Input
1. Kajian Kawasan Tanpa Rokok
Sebelum diberlakukannya SK belum ada kajian Kawasan tanpa Rokok.
Sehingga tidak diketahui bagaimana kondisi dan respon publik terhadap kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok yang akan dibuat. Pernah dilakukan survey yang dilakukan
oleh puslitkes dan memprediksikan bahwa aturan ini akan alot di beberapa fakultas
diantaranya FIB, FISIP dan FT
Yang saya tau hasil surveynya bu rita punya, itu dari puslitkes ya. Kalau ga
salah ya itu ya.. itu memang perilaku merokok di kalangan mahasiswa itu
memang cukup tinggi ya.. terutama fisip ya haha. Dan saya baru tau kalau
perilaku merokok mahasiswanya itu sangat sangat tinggi ya.. itu dari hasil
surveynya bu rita yaa. (P3)

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


75

Kajian dilakukan berupa assessment saat pertemuan antara manajer


kemahasiswaan yang membahas dan melakukan analisis situasi mengenai perilaku
merokok mahasiswa UI.
Pada saat itu setiap manajer kemahaiswaan masing-masing presentasi
posisi kawasan tanpa rokoknya. Itu semua mengatakan mana aturannya,
tidak ada aturannya. Jadi kalo kita ingin bergerak harus ada payung
hukumnya. Kemudian hal itu mendorong tim kita untuk meminta bantuan tim
kita meminta bantuan dari teman-teman hukum untuk membuat SK Rektor.
Secara legislatif tidak ada. Kita buat SK itu karena ada pertemuan itu. Kalau
dibilang pertemuan itu seperti assessment, karena setiap manajer akademik
itu bercerita. (P1)
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Humas UI yang menyatakan
bahwa Direktur kemahasiswaan beserta manajer kemahasiswaan memiliki peranan
dalam melakukan kajian sebelum penerapan peraturan KTR UI.
Kalau dari awal awal iya, kita terutama kemahasiswaan si lebih banyak, Iya
kemahasiswaan ui , banyak kemahasiswaan fakultas kan. (P8)
Sudah pernah ada Kajian berupa diskusi dan pertemuan serta pembagian
kuesioner yang sayangnya belum diolah hasilnya.
Kajiannya informal, kita paling rapat-rapat, oh iya nih disana. Jadi bukan
kajian terstruktur buat kebijakan gitu engga.. Cuma rapat-rapat aja, didalam
rapat-rapat itu ada kajian-kajian kalau diliat dari notulennya ya.. nih, kita
menyebar kuisioner untuk mendapat data dasar tentang perilaku merokok di
UI. (P2)
2. Infrastruktur
Berdasarkan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok yang
dikeluarkan oeh Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Infrastruktur yaitu
meliputi surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung jawab dan pengawasan
KTR, instrumen pengawasan, materi sosialisasi penerapan KTR, pembuatan dan
penempatan tanda laranagan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan,
pelatihan bagi pengawas KTR, pelatihan kelompok sebaya tentang cara berhenti
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


76

merokok. Berikut adalah data yang didapat dari wawancara dan observasi pada saat
penelitian

Tabel 5.7 Infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok


Komponen Infrastruktur Keterangan
surat keputusan dari pimpinan tentang Sudah dibuat oleh Fakultas kecuali
penanggung jawab dan pengawasan KTR FIB, Vokasi dan Fasilkom
instrumen pengawasan Belum ada
materi sosialisasi penerapan KTR Cukup banyak
pembuatan dan penempatan tanda Hanya dibeberapa kawasan UI dan
larangan merokok Fakultas yang memiliki komitmen
tinggi terhadap KTR UI
mekanisme&saluran penyampaian pesan Melalui twitter Humas UI (Pengaduan
tentang KTR) tetapi tidak secara
khusus dibuat suatu akun
pelatihan bagi pengawas KTR Pelatihan pernah dilakukan satu kali
kepada Tim Pokja dalam satu hari
berupa pelatihan untuk membantu
berhenti merokok.
pelatihan kelompok sebaya tentang cara Sudah dilakukan oleh mahasiswa saat
berhenti merokok HTTS saja. Dan pelatihan kepada tim
Pokja KTR UI dalam satu hari

Pelanggaran merokok di PLK UI akan dikenakan denda RP. 25.000,- karena


sudah ada yang kena dan masih cenderung diabaikan kemudian ditambahkan menjadi
Rp 100.000,- . Bukan hanya yang diketahui merokok orang-orang yang membiarkan
seseorang tetap merokok padahal ada di dekat si perokok tersebut harus turut
menanggung denda yang dikenakan kepada si perokok. Pada awalnya peraturan ini
dijalankan cukup baik sampai pada akhirnya kesadaran itu muncul dengan sendirinya.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


77

Engga si, kita ga sampe kesitu karena kita kalau udh sampe masuk teknis
gitu udah berat ya. Kita lebih kepada mengarahkan. Misalnya mau ngadain
penyuluhan oke kita bantu sosialisasinya kita bantu publikasinya semuanya
kita yang pegang.(P8)
Terdapat sedikit pemahaman yang berbeda yaitu mengatakan bahwa smoking
area merupakan infrastruktur.
Kalau masukan kita ke bagian infrastruktur, kemarin dari pengadaan. Kita
kasih masukan untuk membangun semacam smooking room walaupun
sebenarnya salah. Tapi paling tidak kita sudah lokalisir si perokok supaya
ngga kemana-mana.(P7)

5.4 Profil Informan


Informan yang diwawancarai dalam penelitian Evaluasi Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok merupakan representasi dari stakeholder/unit yang terlibat dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia yaitu Koordinator
Pelaksana Tugas Harian KTR UI yang menduduki jabatan struktural di struktur
organisasi UI, Koordinaator Pelaksana Tugas Harian Fakultas/Unit Kerja dan
Kelompok Kerja KTR UI yang tidak secara strukturul dalam memastikan
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok UI.
Tabel 5.8 Karakteristik Informan
Kate Informan Jabatan Pendidikan Keterlibatan
gori
Pelaksana Tugas Harian KTR UI Struktural Universitas
P10 Hamid Chalid Wakil Hukum tata Dimandatkan untuk bertanggung
rektor 4 Negara jawab terhadap revisi SK Rektor
mengenai KTR UI. Membawahi
SDM, LBBH, kerja sama.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


78

P9 Paryono Fasilita Memiliki wewenang dalam


s dan pemasangan tanda permanen
Umum untuk KTR serta dalam
pembuatan spot khuss merokok
apabila diperlukan.
P8 Ardiansyah Humas Teknik Membuat design poster dan tanda
UI Industri KTR dan terlibat daolam kegiatan
dan peringatan HTTS sebagai upaya
Teknologi meningkatkan kesadaran terhadap
Informatika isu rokok.
Pelaksana Tugas Harian KTR UI Fakultas/Unit Kerja
P7 Komarudin Koordinator SMU (MAN Mengkoordinasikan satuan
2 Keamanan 2 Jakarta) pengamanan di lingkungan
PLK UI Universitas Indonesia
P6 Deni D Kesa Manajer S3 Melakukan inisiasi dan
Kemahasis perencanan untuk
waan mewujudkan KTR di
Vokasi Vokasi UI
P5 Nanharta Ketua Menginisiasi dan
Fasilitas FT mengusulkan penyediaan
UI infrastruktur ataupun sarana
untuk berjalannya KTR di
FT UI
P4 Awang Ruswandi Kepala Unit Dosen Perwakilan FISIP UI dalam
Mutu dan Administras KTR UI dan menjadi bagian
Akademik i Fiskal tim Pelaksana Harian KTR
FISIP UI UI.
Komite/Kelompok Kerja KTR UI
P3 Wisni Bantarti Sekretaris Kesejahera Perwakilan FISIP UI dalam

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


79

Pokja KTR an Sosial KTR UI di tim pokja.


UI FISIP UI Membantu kegiatan
sosiasisai KTR UI.
P2 Hanny Handayani Dosen, Ilmu Membantu tim pokja KTR
Bendahara Keperawat UI untuk pelaksanaan.
Pokja KTR an
UI
P1 Rita Damayanti Ketua Pokja Kesehatan Inisiator dan Penggerak
KTR UI Masyarakat dalam pelaksanaan KTR UI

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Data sekunder yang didapatkan hanya berupa catatan notulensi pertemuan
kelompok kerja, peraturan SK Rektor, Peraturan SK Rektor mengenai
pengangkatan Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR UI, petunjuk teknis,
media kampus, media cetak UI dan lain lain. Hal ini karena belum ada
perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis sehingga tidak ada pelaporan
pemantauan yang terdokumentasikan.
2. Masih ada satu informan yang belum diwawancarai yaitu Rektor UI sebagai
pimpinan tertinggi Universitas Indonesia karena terkendala missinformasi
birokrasi surat disposisi oleh bagian sekretariat Rektor UI.
3. Evaluasi tidak dilakukan dengan melibatkan mahasiswa sebagai informan. Hal
tersebut dilakukan karena adanya keterbatasan waktu dan agenda pertemuan
yang dapat mengumpulkan mahasiswa lintas fakultas. Hal ini diantisipasi
dengan menggunakan data sekunder berupa hasil diskusi jaring aspirasi
mahasiswa yang diadakan oleh Departemen Lingkungan Hidup BEM UI pada
akhir tahun 2013 yang ditinjau dari aspek hukum, sosial dan kesehatan.

6.2 Input
6.2.1 Kelompok Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komite merupakan sejumlah orang
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu (terutama yang berhubungan
dengan pemerintahan). Komite atau kelompok kerja dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok UI yang dimaksud yaitu pihak yang terdiri dari anggota struktural UI
dan anggota nonformal yang bersedia dan memiliki ketertarikan dalam upaya
mewujudkan KTR UI. Komite ini dibentuk untuk melaksanakan penyusunan

80

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


81

kebijakan KTR, pembuatan petunjuk teknis, melakukan kegiatan sosialisasi dan


memberikan saran dan masukan terhadap peninjauan pelaksanaan.
Komite atau yang lebih dikenal sebagai Kelompok kerja (Pokja) KTR UI sudah
terbentuk di tingkat UI dan aktif mengadakan pertemuan dan konsolidasi. Output
yang dihasilkan antara lain ditetapkannya SK Rektor pada tahun 2011 dan pedoman
petunjuk teknis pelaksanaan pada tahun 2012. Pokja KTR UI juga secara rutin
mengadakan kegiatan sosialisasi pada mahasiswa baru dalam seminar ataupun
peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Akan tetapi jika dianalisis sejak tahun
2013 tidak lagi dilakukan pertemuan dan mengalami ketidakaktifan pada 2 tahun
terakhir ini. Keaktifan sangat tergantung pada komitmen, motivasi serta adanya
kesibukan dari anggota Pokja. Pokja KTR UI sendiri sudah ditetapkan dengan SK
Rektor namun kewenangan untuk implementasi KTR lebih banyak dijajaran
struktural seperti dekanat fakultas ataupun pejabat rektorat UI. Kejelasan terhadap
tugas dan tanggung jawab juga belum ada, baik dalam bentuk peraturan ataupun
pedoman. Situasi ini membuat ketidaktahuan Pokja terhadap tugasnya terkait KTR
UI.
Salah satu sebab belum optimalnya Pokja adalah motivasi. Motivasi timbul
karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan faktor dari luar diri
manusia. Faktor dalam diri manusia (disebut motivasi internal) berupa sikap,
pendidikan, kepribadian, pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor
luar diri manusia (motivasi ekternal) berupa gaya kepemimpinan atasan, dorongan
atau bimbingan seseorang, dan perkembangan situasi (Wursanto, 2000). Oleh karena
itu diperlukan peningkatan motivasi kepada Tim Pokja baik di tingkat struktural
ataupun sukarelawan. Sistem menjadi salah satu upaya untuk tetap membuat
komitmen dan motivasi dari anggota tetap terjaga. Menurut Ishak (2003)
meningkatkan motivasi dapat dilakukan dengan rasa hormat, informasi, perilaku,
hukuman dan perasaan. Serta diperlukannya pihak yang menjadi penanggung jawab
melakukan pemantauan dan mengingatkan untuk pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok. Oleh karena itu dapat diupayakan sistem reward-punishment seperti ; 1)
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


82

menjadikan keterlibatan aktif anggota dalam pelaksanaan KTR sebagai nilai tambah
indikator kinerja atau memberikan insentif tambahan; 2) memberikan penghargaan
untuk pemimpin tingkat unit ataupun fakultas yang berhasil mengimplementasikan
KTR dengan baik; 3) memberikan surat himbauan terhadap anggota pokja yang tidak
terlibat aktif.
Sejauh ini belum ada wewenang tambahan yang diberikan kepada kelompok
kerja nonstruktural sehingga penegakan Kawasan Tanpa Rokok sangat bergantung
pada pimpinan fakultas atau unit kerja. Pembagian tugas dan wewenang antara
pelaksana tugas harian KTR UI perlu ditetapkan dengan jelas. Pelaksana tugas harian
KTR UI nonstruktural dapat diberikan tanggungjawab dalam hal sosialisasi tingkat
universitas. Pelaksana Tugas Harian struktural tingkat fakultas/unit kerja sebaiknya
membentuk tim pelaksana dan keharusan untuk menganggarkan dana untuk
pelaksanaan KTR UI. Pelaksana Tugas Harian KTR UI struktural tingkat Universitas
sebaiknya dapat mempersiapkan infrastruktur dan memantau pelaksanaan KTR di
seluruh kawasan Universitas Indonesia.

6.2.2 Tenaga Pengawas


Tenaga pengawas menjadi salah satu faktor penting dalam penegakan peraturan.
Selama berjalannya KTR UI pihak satuan pengamanan sering diandalkan untuk
melakukan pengawasan terhadap perilaku merokok akan tetapi hal tersebut belum
berjalan baik karena kurangnya sosialisasi dan masih adanya rasa sungkan untuk
menegur. Berdasarkan pedoman kementerian kesehatan mengenai pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok. Penunjukan tenaga untuk memantau KTR menjadi salah satu
indikator, namun tidak dijelaskan secara detail bentuk pemantauan yang harus
dilakukan.
Melihat fungsi dari tenaga pengawas, tenaga pengawas dapat diberikan arahan
untuk melakukan inspeksi mendadak, peneguran dan pemberian sanksi. Tenaga
pengawas juga harus diberikan pelatihan yang memadai sesuai dengan pedoman

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


83

langkah-langkah pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Proses Belajar


Mengajar (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

6.2.3 Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam
bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang
(Poerwanto, 2014). Metode penyusunan anggaran dapat berbasis kinerja yaitu
prosedur atau mekanisme untuk memperkuat keterkaitan antara dana yang diberikan
kepada instansi/lembaga pemerintah dengan hasil/dampak ataupun keluaran, melalui
pengalokasian anggaran yang didasarkan pada informasi formal tentang kinerja.
Kebijakan KTR UI tidak dibawah satu unit ataupun pengampu, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada anggaran tertentu yang dialokasikan khusus untuk
pelaksanaan KTR UI secara utuh dan sistematis. Karena tidak ada perencanaan yang
baik, maka anggaran hanya akan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan
saat itu.

6.2.4 Kajian KTR


Sebelum suatu peraturan diimplementasikan, diperlukan adanya kajian untuk
melihat akan sejauh apa kebijakan ini tepat dan efektif dilaksanakan. Kajian KTR
bertujuan untuk melihat respon publik dan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya melalui pengkajian ulang bagaimana sikap dan perilaku sasaran
(karyawan/guru/dosen/siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok sebagai
dasar membuat kebijakan (Kementrian Kesehatan, 2011) .
Dalam menetapkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok UI tidak ada kajian yang
dibuat khusus untuk melihat respon publik. Dasar yang dipakai untuk membuat
kebijakan adalah hasil pertemuan dan diskusi antara manajer kemahasiswaan dan
umum antar fakultas mengenai perilaku merokok yang semakin meresahkan serta
pembahasan urgensi untuk pelarangan beasiswa rokok. Survey yang mendukung
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


84

untuk penetapan Kawasan Tanpa Rokok di UI salah satunya adalah mengenai


perilaku merokok mahasiswa yang menyebutkan bahwa rumpun sosial humaniora
dan vokasi merupakan fakultas dengan jumlah perokok terbanyak (Kurniawati,
2013). Hal tersebut menimbulkan resistensi terhadap penetapan Kawasan Tanpa
Rokok di Fakultas sosial humaniora dan vokasi (LK2 FH UI, 2014).
Isu rokok dan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok merupakan hal yang seringkali
menuai pro kontra, tidak terkecuali pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Universitas Indonesia. Berdasarkan analisis peneliti dari hasil diskusi kajian
kelompok mahasiswa, artikel dan media kampus yang membahas mengenai KTR UI.
Pada dasarnya dukungan terhadap kebijakan KTR UI sudah ada mengacu pada UI
yang menjunjung tinggi green campus dan untuk terwujudnya udara bersih dan sehat.
Namun, banyak sekali permintaan untuk meninjau penerapan KTR UI terutama dari
aspek sanksi dan ketersediaan area merokok. Oleh karena itu kajian KTR UI menjadi
perlu untuk dilakukan guna menyepakati sistem pelaksanaan yang dapat diterima dan
dipatuhi semua pihak. Dalam melakukan kajian semua pihak sebaiknya terlibat,
termasuk mahasiswa.

6.2.5 Kebijakan/Peraturan
Peraturan merupakan tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk
mengatur, peraturan sebagai landasan hukum untuk menerapkan suatu kebijakan.
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok UI berbentuk Surat Keputusan Rektor, yaitu SK
Rektor UI Nomor 1805/SK/R/2011. Peraturan dalam bentuk SK dalam konteks
peraturan perlu ditinjau kembali mengingat sifat dan berlakunya Kawasan Tanpa
Rokok. Ada 3 bentuk kegiatan pengambilan keputusan yaitu :
1. Keputusan atau ketetapan (beschikkings) bersifat individual konkret, berlaku
sekali dan bersifat administratif. Sebagai contoh adalah tentang pengangkatan X
sebagai rektor UI
2. Peraturan (regeling) sifatnya umum dan abstrak, berlaku terus menerus dan
digunakan utuk menyebut hasil kegiatan pengaturan.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


85

3. Tetapan (Vonis) penghakiman atau putusan


Kebijakan KTR yang berbentuk SK tidak tepat secara istilah karena KTR
bersifat umum dan dijalankan terus menerus, sehingga saat ini sedang diakukan revisi
baik terhadap konten dan materi penegakan maupun terhadap bentuk yang akan
diganti dari SK Rektor UI menjadi peraturan UI. Landasan hukum yang digunakan
dalam pembuatan SK KTR UI sudah merujuk pada Peraturan Pemerintah antara lain
UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dan PP 109 Tahun 2012 serta seperangkat
peraturan lain. Dalam segi konteks ada penyesuaian, salah satunya adalah dengan
menyediakan tempat khusus merokok sebagai bentuk sosialisasi masa transisi dan
hanya boleh disediakan 2 tahun sejak penandatanganan SK KTR UI yang kemudian
akan kembali disesuaikan untuk selanjutnya. Tempat kegiatan belajar mengajar
seharusnya sudah menerapkan KTR 100% dan tidak memasukan area khusus
merokok sebagai indikator. Peraturan yang dibuat di tingkat fakultas berbentuk Surat
Keputusan Dekan yang konteks dan kontennya disesuaikan dengan kondisi fakultas
masing-masing. Beberapa peraturan di Fakultas tidak sama dengan SK Rektor.
Contohnya penyediaan dan penambahan spot merokok di Fakultas Teknik yang tidak
sesuai ketentuan SK Rektor.

6.2.6 Infrastruktur
Infrastruktur merupakan prasarana sebagai penunjang terlaksananya Kawasan
Tanpa Rokok dengan baik. Adapun berdasarkan pedoman Kawasan Tanpa Rokok
dari Kementrian Kesehatan RI infrastruktur berupa Surat Keputusan dari pimpinan
tentang penanggungjawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok, instrumen
pengawasan, materi sosialisasi penerapan kawasan tanpa rokok, pembuatan dan
penempatan tanda larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan
tentang KTR, pelatihan bagi pengawas KTR, pelatihan kelompok sebaya bagi
karyawan/guru/dosen/siswa tentang cara berhenti merokok.
Infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok UI belum tersedia dengan baik dan belum
ada mekanisme yang memastikan penyediaan infrastruktur di setiap fakultas dan unit.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


86

Bagian dari infrastruktur yang sudah mulai banyak dicanangkan oleh fakultas yaitu
Surat Keputusan Dekan akan tetapi siapa yang menjadi penanggung jawab dan
pengawas itu belum jelas. Instrumen pengawasan sama sekali tidak ada. Materi
sosialisasi sudah dibuat dan disebarkan berupa design poster dan tanda Kawasan
Tanpa Rokok. Pelatihan bagi pengawas juga belum dilaksanakan. Pelatihan
kelompok sebaya sudah dilaksankan di fakultas kesehatan.
Infrastruktur bukan hanya mengatur mengenai kawasan tetapi harus dapat
mendukung penegakan dan pengawasan pelaksanaan KTR UI. Surat Keputusan
Dekan dan/atau pimpinan memiliki daya dukung yang kuat untuk penegakan KTR UI
di tingkat fakultas/unit kerja. Komponen infrastruktur lain sebaiknya mulai untuk
disediakan untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan KTR UI. Klinik Bantuan Stop
Merokok merupakan bagian dari infrastruktur yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Keberadaan klinik ini dapat menjadi rujukan para mahasiswa yang ingin untuk
berhenti merokok.

6.2.7 Media
Media merupakan sarana komunikasi untuk memberikan informasi mengenai
peraturan KTR UI. Media yang sudah disediakan berupa design spanduk dan poster.
Selain itu juga dibuat beberapa brosur diantaranya brosur Klinik bantuan Stop
Merokok. Selain media cetak terdapat juga tanda KTR yang dipasang di media
elektronik. Dalam pembuatan media diserahkan kewenangan dari masing-masing
fakultas atau unit kerja.
Media luar ruang yang cukup baik digunakan adalah tanda KTR dalam bentuk
spanduk yang berukuran besar karena lebih mudah dan jelas terlihat. Akan tetapi
media seperti spanduk biasanya memiliki waktu penggunaan bukan dalam jangka
panjang, akan lebih mudah rusak dan kusam. Sedangkan media permanen seperti
papan plang atau tiang besi akan lebih dapat digunakan dalam jangka panjang.
Media dalam ruang sebagai tanda larangan merokok didalam gedung di
beberapa tempat di UI dibuat hanya menggunakan stiker ataupun printout yang
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


87

dilaminating. Media seperti ini memang lebih murah namun lebih mudah rusak dan
kurang memiliki nilai estetika. Tanda larangan merokok yang lebih permanen akan
lebih baik dipasang didalam ruang.
Media informasi mengenai KTR ataupun bahaya merokok dalam bentuk lain
seperti leaflet, flyer, stiker baiknya diproduksi secara massal dan disediakan di
tempat-tempat seperti PKM, Perpustakaan Pusat, Asrama sehingga penyampaian
informasi menjadi lebih masif. Dalam memanfaatkan teknologi, konten mengenai
Kawasan Tanpa Rokok dan bahaya merokok dapat lebih intens dimasukan ke website
universitas maupun fakultas. Peraturan dari SK Rektor atau SK Dekan ada baiknya
juga dapat diunduh lewat web.

6.3 Aktivitas
6.3.1 Pengorganisasian Pelaksana KTR
Pengorganisasian merupakan suatu proses yang menghasilkan (struktur
organisasi). Struktur organisasi adalah visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan
(personel) dalam suatu institusi (Notoatmodjo, 2007). Ada dua macam hal yang
dapat diorganisasikan untuk tercapainya tujuan yaitu pengorganisasian kegiatan dan
pengorganisasian tenaga pelaksana yang mencakup pengaturan hak dan wewenang
sehingga setiap kegiatan memilki penanggungjawab.
Pengorganisasian pelaksana KTR UI sebenarnya sudah dilakukan dengan
ditetapkannya Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR UI. Namun belum optimal
berjalan karena tidak adanya penjelasan lebih teknis dan operasional mengenai tugas
pokok dan fungsi dari Pelaksana Tugas Harian KTR UI. Sehingga ada ketidakjelasan
mengenai tanggungjawab dan wewenang siapa penanggungjawab, pelaksana, dan
pengawas Kawasan Tanpa Rokok UI.
Pengorganisasian akan lebih ideal jika dilakukan penunjukan terhadap orang
yang bertanggung jawab atas wewenang dan tugasnya kemudian dilakukan perincian
terhadap hal-hal yang harus dikerjakan. Pengorganisasian mencakup dua hal yaitu

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


88

struktur organisasi yang memiliki garis komando yang jelas dan Manajemen Sumber
Daya Manusia (Manajemen oleh Robbins&Coulter, 2010).
Salah satu tahap yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah memberikan kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan melalui
pelatihan (manajemen, 2014). Sehingga struktur dan tim pokja yang telah ditentukan
dapat diberi wewenang serta tanggungjawab yang jelas. Pelatihan kepada tim pokja
perlu juga diberikan untuk meningkatkan pengetahuan, komitmen serta kinerja terkait
pelaksanaan KTR UI.

6.3.2 Sosialisasi KTR


Peraturan Kawasan Tanpa Rokok UI dapat berjalan baik apabila setiap sivitas
UI mengetahui adanya peraturan ini dan memahami pentingnya untuk menjaga
kesehatan serta lingkungan dengan tidak merokok di sembarang tempat. Oleh karena
itu sosialisasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dilaksanakan dan harus
dilakukan terus menerus. Sejauh KTR UI berjalan, sosialisasi cukup aktif dilakukan
baik kepada mahasiswa baru maupun kepada warga UI lewat kegiatan seminar.
Sosialisasi lewat tanda/spanduk/poster Kawasan Tanpa Rokok sudah mulai terlihat di
fakultas fakultas namun tidak banyak ditemui di lingkungan UI seperti halte bis
kuning dan tempat umum di UI lainnya. Sosialisasi kepada karyawan UI juga harus
dilakukan melalui pimpinan unit masing-masing, dan dapat berbentuk himbauan saat
pertemuan atau koordinasi ataupun melalui surat edaran.
Peningkatan kepatuhan terhadap 8 indikator pemantauan KTR di Kota Bogor
(Priyono, 2014) tidak lepas dari implementasi dan inspeksi yang dilakukan dan juga
sosialisasi. Sosialisasi dilakukan cukup baik di Kota Bogor, sejak memiliki Perda
KTR pada tahun 2009 dithun 2010 telah dilakukan sosialisasi berupa : 1) melibatkan
media massa baik melalui konferensi pers atau pemberitaan, 2) Mengadakan
sosialisasi ke berbagai kalangan dengan menyelenggarakan seminar dan mengundang
tokoh pendidikan, hotel dan restoran, serta organisasi lainnya, 3) Mendistribusikan
dan menyebarkan Stiker Tanda Larangan Merokok ke semua tatanan yang termasuk
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


89

KTR. Sehingga dari hal tersebut Universitas Indonesia dapat melakukan berbagai
upaya sosialisasi lainnya untuk mendukung pengawasan dan penegakan hukum KTR
UI.
Pelaksana Tugas Harian KTR UI tingkat Universitas juga dapat memberikan
Surat Edaran kepada Fakultas/Unit kerja. Pimpinan Fakultas juga dapat memberikan
Surat Edaran kepada Departemen/Unit Kerja dibawahnya. Hal ini dilakukan oleh
Pemerintah Kota Pontianak sebagai salah satu upaya sosialisasi untuk kemudian
diterapkannya KTR. Hasil kegiatan monitoring (survey kepatuhan) di Pontianak
terlihat adanya tingkat kepatuhan dari tahun 2012 sampai 2014 (Dinas Kesehatan
Pontianak, 2014).

6.3.3 Melaksanakan Penyuluhan KTR, Bahaya Merokok, dan Etika Merokok


Sebagai upaya untuk mewujudkan ditegakannya Kawasan Tanpa Rokok UI
akan lebih efektif jika dilakukan juga secara grassroot dengan memperluas kesadaran
warga UI mengenai KTR, bahaya merokok ataupun etika merokok. Fakta sosiologis
mengenai perilaku merokok yaitu (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2014).
1. rokok dianggap sebagai barang normal, dijual bebas seperti sembako,
siapapun bisa beli, diiklankan dan dipromosikan.
2. Merokok adalah aktivitas normal bukan perbuatan tercela bahkan dianggap
keren dan modern
3. Merokok ditempat umum juga masih dianggap wajar dan bukan suatu
pelanggaran
Oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan yang terjadwal rutin untuk mengubah
persepsi tersebut. Dalam pelaksanaannya penyuluhan belum dilakukan secara masif.
Hanya beberapa kali dilaksanakan seminar (setahun satu-dua kali) biasanya saat
peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Penyuluhan dapat dilakukan melalui
edukasi langsung ataupun diskusi terbuka yang dapat dilaksanakan secara komunal
ataupun personal. Penyuluhan secara komunal yang dimaksud adalah
menyelenggarakan kegiatan seminar. Sedangkan secara personal atau kelompok kecil
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


90

dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan penyuluhan dengan membagikan flyer


ataupun leaflet sambil menjelaskan bahaya rokok. Selain itu juga dapat melalui klinik
konseling berhenti merokok. Contoh penyuluhan dalam kelompok kecil pernah
dilakukan pada Hari tanpa tembakau Sedunia tahun 2012 dimana dilaksanakan lomba
mengumpulkan puntung rokok, meminta orang yang sedang merokok berhenti dan
perokok diberikan edukasi mengenai bahaya merokok.
Penelitian di Universitas Sumatera Utara menunjukan bahwa persepsi tentang
kawasan tanpa rokok mempunyai pengaruh terhadap dukungan penerapan kawasan
tanpa rokok [p=0,004] sehingga direkomendasikan organisasi mahasiswa dapat
menyelenggarakan program-program yang mendukung penerapan KTR (Tria,
Juanita, fauzi, 2014). Salah satunya dengan mengadakan kegiatan rutin penyuluhan.

6.3.4 Melaksanakan Pengawasan dan Penegakan Hukum


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/Menkes/PB/1/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Bab
IV Pembinaan dan Pengawasan dilakukan melalui
a. Sosialisasi dan Koordinasi
b. Pemberian Pedoman
c. Konsultasi
d. Monitoring dan Evaluasi
e. Pemberian Penghargaan
Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh pimpinan dan biaya pelaksanaannya
dianggarkan dari institusi atau organisasi struktur bersangkutan. Pengawasan dan
penegakan KTR UI belum menemukan sistem yang efektif dan efisien untuk
dilaksanakan. PLK yang membawahi satuan pengamanan di lingkungan UI belum
secara jelas menerima tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas. Masalah perilaku
merokok menjadi begitu kompleks dengan tingginya jumlah pelanggaran, paradigma
yang berkembang di masyarakat dan batasan terhadap hierarki. Hal ini menjadi
kendala dalam menentukan siapa yang selayaknya menjadi pengawas. Mekanisme
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


91

denda dan sanksi juga dikhawatirkan akan menimbulkan pelanggaran-pelanggaran


baru seperti pungutan liar. Sehingga dalam pengawasan dan penegakan hukum
memang harus dilakukan secara bersama-sama dan lintas sektor akan tetapi harus ada
suatu sistem ataupun mekanisme yang memastikan pengawasan dan penegakan
hukum Kawasan Tanpa Rokok UI.
Tidak terlaksananya pengawasan dan penegakan juga diakibatkan oleh tidak
adanya perencanaan yang baik dan tidak berjalannya Pelaksana Tugas Harian yang
disebutkan dalam pedoman petunjuk Teknis KTR UI. Untuk mencapai keberhasilan
penerapan dan penegakan diperlukan perencanaan yang baik dan SDM yang
memadai. (TCSC IAKMI, 2012).
Penelitian kepatuhan mahasiswa terhadap penerapan kawasan bebas asap rokok
Universitas Hasanudin menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan
penerapan kawasan bebas asap rokok dengan sikap (p=0,012) dan lingkungan sosial
(p=0,007) sedangkan tidak ada hubungan dengan variabel pengetahuan. (Leida,
Jamal, Ansariadi, 2014). Sehingga perlu dukungan semua pihak secara sosial antara
mahasiswa juga peningkatan sikap positif, demikian yang disebutkan dalam
penelitian tersebut. Upaya penegakan lain yang dapat dijadikan contoh berdasarkan
penelitian Ramdhani (No Tobacco Community, 2014) adalah TIPIRING KTR. Dinas
Kesehatan Kota Bogor dan Satuan Polisi Pamong Praja segera bekerjasama dengan
petugas tim gabungan untuk melaksanakan TIPIRING (Tindak Pidana Ringan) di
area yang merupakan Kawasan Tanpa Rokok. Pelanggar dan pengelola gedung akan
ditegur dan dikenakan denda antara 20.000-50.000 namun terkadang pelanggar tidak
hadir persidangan sehingga hakim memutuskan verstek. TIPIRING KTR merupakan
salah satu pemberian efek jera terhadap pelanggar KTR, selain itu pengelola gedung
juga akan lebih memperhatikan tanda KTR yang wajib dipasang.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


92

6.3.5 Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi tentang kebijakan yang dilaksanakan harus dilakukan
secara berkala. Pemantauan dan evaluasi ini dapat dilakukan melalui jajak pendapat
pendapat komite, mahasiswa dan stakeholder lainya dan melakukan kajian terhadap
permasalahan yang ditemukan dan putusan penyesuaian kebijakan.
Sejauh yang berjalan, tidak ada agenda atau kegiatan yang dijadwalkan rutin
dalam rangka pemantauan dan evaluasi kawasan tanpa Rokok. Selama 4 tahun
berjalan KTR UI masih berfokus seputar sosialisasi untuk membuat sivitas
mengetahui mengenai adanya peraturan KTR UI. Sedangkan bagaimana upaya
pemantauan dan evaluasi belum diarahkan secara jelas. Beberapa kali evaluasi
dilakukan secara parsial dan tidak rutin antara lain lewat diskusi publik dan jaring
aspirasi mahasiswa terhadap peraturan KTR UI, ataupun rapat yang berjalan di
tingkat dekanat fakultas ataupun rapat pimpinan di UI yang tidak diagendakan
khusus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bambang Priyono dari No Tobacco
Community di Bogor sejak awal tahun 2011. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
(Monev) secara berkala terbukti meningkatkan kepatuhan.
Tabel 6.1 Tingkat Kepatuhan Kawasan Tanpa Rokok Kota Bogor
Monev I II III IV V VI VII
Tingkat 26% 78% 81% 68% 72,2% 76,5% 81,4%
Kepatuhan

Monev dilakukan di seluruh gedung untuk melihat tingkat kepatuhan pengelola


gedung terhadap KTR setiap 4 bulan sekali. Petugas yang melaksanakan yaitu
petugas dari Promosi Kesehatan (promkes) Kota Bogor dan relawan yang bukan
promkes yang sudah ditraining. Indikator yang harus diperhatikan petugas saat
monev antara lain : tidak ada orang merokok, tidak ada ruang khusus merokok,
terdapat tanda larangan merokok disetiap pintu masuk gedung, tidak tercium asap
rokok, tidak ditemukan asbak/korek api, tidak ditemukan puntung rokok, tidak ada
iklan/promosi/sponsor rokok, tidak ditemukan penjualan rokok.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


93

6.4 Output
6.4.1 Tercapai dan Terdokumentasikannya Indikator Kawasan Tanpa Rokok
Berdasarkan indikator yang dipantau dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
dalam buku Pedoman Pelatihan Pengawasan/Penegakan Hukum Kawasan Tanpa
Rokok dan formulir pemantauan wilayah KTR di Palembang berikut adalah indikator
ketercapaian kepatuhan terhadap KTR
1. Ada tanda Dilarang Merokok atau Kawasan Tanpa Rokok
2. Ada Area/ruang untuk merokok
3. Tidak ditemukan asbak/korek api
4. Tidak ada orang yang merokok
5. Pelarangan iklan/promosi/sponsor rokok
6. Tercium bau asap rokok
7. Ditemukan puntung rokok
8. Tidak ada penjualan rokok
Tidak ada pemantauan KTR yang dilakukan di Universitas Indonesia sehingga
tidak ada bentuk tertulis ketercapaian atas indikator tersebut. Berdasarkan wawancara
dan observasi yang peneliti lakukan perilaku merokok masih sering di temui di
lingkungan universitas Indonesia terutama kantin dan tempat berkumpul mahasiswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian Esti di FIB UI tahun 2012 bahwa tempat yang
paling banyak mengandung asap rokok adalah kantin (94,3%), tempat parkir (85,8%),
toilet (75,5%), dan sarana olahraga fakultas (67%) (Giatrininggar, 2012). Area untuk
merokok hanya ada di FT dan FISIP. Penjualan rokok masih ditemukan di FIB,
FMIPA dan minimarket seperti alfamart di Fakultas Psikologi dan Indomaret Di
Perpustakaan UI. Sedangkan iklan, promosi, sponsor dan beasiswa rokok sudah
dilarang secara tegas dan menyeluruh. Dari fenomena yang peneliti amati rumpun
sosial humaniora merupakan yang paling rendah tingkat kepatuhannya terhadap KTR
akan tetapi sudah cukup melakukan banyak upaya pelaksanaan KTR. Rumpun
kesehatan sendiri yang memang jarang ditemui orang yang merokok tidak memiliki
perkembangan yang signifikan dalam upaya pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


94

Bentuk tanda larangan merokok yang lebih efektif adalah dengan menggunakan
visualisasi gambar dan design yang menarik bukan hanya tulisan yang normatif.
Sedangkan untuk kriteria ruang khusus merokok sebaiknya berada di ruang terbuka.
Berdasarkan penelitian (IK Suarjana dkk, 2014) Penempatan kawasan khusus
merokok didalam ruangan meskipun dengan pembatasan fisik, tidak melindungi
mereka yang berada di kawasan bebas rokok. Kawasan merokok harus berada di luar
gedung/di ruangan terbuka. Penelitian tersebut melakukan pengukuran particular
matter (PM 2,5) menggunakan alat monitor kualitas udara dylos di bebrapa lokasi
kawasan bebas rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan swisscontact
Indonesia Foundation yang menyebutkan bahwa pemisahan area smoking dan non-
smoking tidak efektif karena asap rokok tetap menyebar (Fellarika dkk, 2013). Area
khusus merokok tetap diperlukan dalam upaya penegakan peraturan KTR UI, namun
kriteria dan persyaratannya sangat harus diperhatikan. Mengingat sampai saat ini
banyak fakultas yang menyediakan area merokok tanpa mengikuti pedoman
daimanapun dan sebenarnya telah menyalahi SK Rektor karena sejak tahun 2013
seharusnya suda tidak lagi disediakan area/tempat khusus merokok. Tempat khusus
merokok yang diisyaratkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan
udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.
b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan
untuk beraktivitas.
c. Jauh dari pintu masuk dan keluar
d. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

6.4.2 Ada Teguran bagi yang merokok di Lingkungan KTR


Peneguran terhadap orang yang merokok sudah mulai dilakukan. Pemasangan
tanda ataupun spanduk mengenai Kawasan Tanapa Rokok memperkuat argumentasi
dan keberanian untuk melakukan tindakan peneguran terhadap perokok. Peneguran
juga sering dilakukan oleh pimpinan, dosen dan karyawan yang peduli terhadap
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


95

pelaksanaan KTR UI. Peneguran yang selama ini dilakukan hanya lewat peneguran
lisan dan tidak pernah dalam bentuk tulisan.
Peneguran sebaiknya dilakukan oleh semua sivitas dengan kesadaran bahwa
Universitas Indonesia adalah Kawasan Tanpa Rokok. Setiap orang berhak atas hidup
sehat. Seringkali ketakutan dan enggannya melakukan peneguran karena ada stigma
bahwa merokok adalah hak asasi manusia. Jika kita tinjau kembali, setiap orang juga
berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat, hal tersebut juga disebutkan
dalam UUD 1945 pasal 28. Hak individu dalam konteks manusia sosial, tidak berdiri
sendiri. Prinsip utama hak asasi adalah tidak mengurangi, apalagi menghilangkan
kebutuhan individu atau kelompok lain yang bersifat universal. Misalnya, hak atas
udara yang sehat (Lamuri, 2011). Merokok adalah bentuk ketidakberdayaan melawan
adiksi nikotin dan berakibat kepada kesehatan, sehingga rasa tanggung jawab untuk
tidak membawa segala risiko gangguan kesehatan akibat rokok harus dipahami oleh
perokok. Peneguran adalah upaya untuk memberikan pemahaman dan sebagai
langkah dalam denormalisasi perilaku merokok.
Berdasarkan hasil wawancara tempat khusus merokok sangat dirasakan
diperlukan untuk menumbuhkan keberanian dalam melakukan peneguran serta
sebagai sarana efektif untuk sosialisasi peraturan KTR UI, namun dalam
pembuatannya tempat khusus merokok harus memenuhi kriteria sebagaimana
disebutkan sebelumnya.

6.4.3 Ada Pelarangan terhadap Tanda, Iklan, Promosi, Sponsor, dan Penjualan
Rokok
Pelarangan terhadap beasiswa sudah dilakukan sejak tahun 2009 sudah berjalan
dengan tegas dan baik. Syarat penerima beasiswa dari kemahasiswaan UI juga
disertai dengan formulir bukan perokok aktif. Iklan, promosi dan sponsor rokok juga
sudah dengan tegas dilarang, walaupun beberapa kali ada penawaran terutama untuk
area kantin dan kegiatan seni.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


96

Penjualan rokok masih ditemui di lingkungan Universitas Indonesia. Beberapa


kantin di fakultas masih menjual rokok secara terang-terangan dan minimarket yang
ada di UI masih melakukan penjualan rokok dan mendisplay produk rokok. Cara
untuk memastikan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia yang bersih dari
segala bentuk iklan, promosi, sponsor dan beasiswa rokok harus dilakukan
pemantauan dan evaluasi dengan konsisten. Membuat mekanisme saluran informasi
juga dapat dilakukan sehingga akan memudahkan pelaporan apabila ditemukan
pelanggaran dan tidak hanya mengandalkan pemegang jabatan atau pelaksana tugas
harian KTR UI yang sudah ditentukan dalam melakukan penindakan terhadap
pelanggaran.
Pelarangan terhadap iklan rokok menjadi hal yang cukup penting, Lovato C,
Watts A, STAD, 2011 menyebutkan bahwa papran iklan rokok di media menciptakan
gambaran positif tentang rokok. Anak muda bukan perokok yang menerima paparan
iklan rokok tinggi akan lebih mungkin menjadi perokok. Terpaan iklan, promosi, dan
sponsor rokok sejak usia belia meningkatkan persepsi positif akan rokok dan
keingintahuan akan penggunaan rokok. Terpaan ini membuat anak/remaja melihat
rokok kurang berbahaya dan sesuatu yang lazim. (WHO, 2013). Universitas
merupakan tempat menempuh pendidikan dan mayoritas terdiri dari mahasiswa yang
merupakan usia muda dan dimana peningkatan prevalensi perokok meningkat 272%
dari tahun 1995 -2007 pada usia 15-19 tahun. Sehingga pelarangan terhadap tanda,
iklan, promosi, sponsor dan penjualan rokok harus tegas dilaksanakan.

6.4.4 Adanya Sanksi bagi yang Melanggar


Sanksi merupakan suatu bagian dari penegakan hukum, tidak ada sanksi denda
yang tertulis didalam SK KTR UI. Bentuknya berupa teguran lisan dan atau tulisan.
Mekanisme dan sanksi apa yang tepat untuk diberikan terhadap pelanggaran KTR
harus dirumuskan lebih lanjut dan harus dibuat mekanisme yang melibatkan banyak
pihak. Sehingga fungsi pengawasan bukan hanya dilakukan oleh satu pihak tertentu.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


97

Kawasan Tanpa Rokok merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran KTR bisa
dalam dua hal, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Melakukan survey
ataupun jajak pendapat untuk penetapan sanksi diperlukan untuk diterapkannya
sanksi terhadap pelanggaran. Sehingga terjadi penegakan peraturan dengan baik.

6.5 Dukungan Input Activity Output dalam Kerangka Kerja Logis dan
Evaluasi
Evaluasi pendekatan kerangka kerja logis terkait dengan kawasan tanpa rokok
menggunakan 7 indikator input, 5 indikator aktivitas dan 4 indikator output. Purpose
dan goal tidak masuk dalam indikator yang diteliti. Komponen evaluasi yang dapat
dianalisis adalah efisiensi, efektifitas dan sustainability dari Kawasan Tanpa Rokok di
Universitas Indonesia dengan melihat indikator dari masing-masing tahap tersebut.
Aktivitas berupa sosialisasi, pengawasan dan pembinaan cukup efisien dilihat
dari kegiatan yang dilakukan namun tidak cukup efektif untuk mencapai tujuan dan
mendapat output yang diharapkan. Selain itu dapat ditambahkan kegiatan penunjang
lainnya seperti pelatihan dan penegakan hukum untuk implementasi KTR UI.
Berdasarkan indikator dalam input yang diteliti efisiensi akan tercapai apabila setiap
orang dalam komite/pokja menjalankan perannya dengan optimal sesuai tanggung
jawab dan kewajiban yang telah ditetapkan.
Tenaga pengawas sebaiknya diintegrasikan ke pihak PLK dengan adanya
pembinaan kepada seluruh satuan pengamanan sebagai tenaga pengawas. Anggaran
akan lebih efisien dengan membuat perencanaan yang baik yang selama ini belum
dilakukan. Kajian KTR akan membantu dalam mewujudkan efektifitas penegakan
peraturan serta kebijakan/peraturan sebaiknya mengacu pada SK Rektor karena
selama ini banyak ketidaksesuaian yang signifikan antara fakultas dan peraturan di
universitas. Infrastruktur dan media sudah cukup efisien dibuat secara jumlah namun
harus dipikirkan kembali strategi untuk efisiensi penyediaan infrastruktur dan media.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


98

Tabel 6.2 Evaluasi dalam Kerangka Kerja Logis


Relevance Effectiveness Efficiency Impact Sustainability
Post- Goal
Implementation Purpose
Implementation Outputs
Activities
Inputs

Peran dari setiap indikator input yang mendukung aktivitas dapat ditunjukkan
dalam tabel berikut :
Tabel 6.3 Dukungan Indikator Input terhadap Aktivitas

Input

Infrastrukt
Pengawas

Anggaran

Peraturan
Komite

Tenaga

Kajian

Media
KTR
Aktivitas

ur
Pengorganisasian
Pelaksana KTR
Sosialisasi KTR
Melaksanakan Penyuluhan
KTR,Bahaya Merokok
dan Etika Merokok
Melaksanakan
Pengawasan dan
Penegakan Hukum
Melakukan Evaluasi dan
Pemantauan
Setiap bagian yang berwarna merupakan tanda bahwa input tersebut adalah
yang cukup mendukung terlaksananya aktivitas. Sedangkan antara aktivitas dan
output dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk mencapai output terwujudnya dan
terdokumentasikannya KTR akan diperlukan sosialisasi dan pemantauan dan
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


99

evaluasi. Pelaksanaan peneguran didukung aktivitas berupa pengorganisasian


pelaksana agar dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab sekaligus siapa yang
akan menjadi tenaga pengawas. Selain itu agar peneguran dilakukan semua pihak
diperlukan pula penyuluhan KTR, bahaya merokok dan etika merokok. Pelarangan
iklan,sponsor dan promosi rokok akan didukung kuat oleh adanya komitmen
pemimpin yang dalam hal ini dapat termasuk dalam aktivitas pengawasan dan
penegakan hukum. Output keempat yaitu berupa sanksi akan terlaksana dengan
adanya aktivitas pengawasan dan penegakan hukum.
Dari informasi wawancara mendalam yang didapatkan dan analisis terhadap
mediadan artikel terkait KTR UI serta pengamatan langsung yang dilakukan oleh
peneliti. Indikator yang sudah ada dan berjalan baik dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok Universitas Indonesia adalah sebagai berikut

Input Aktivitas Output

Komite/Pokja Ada teguran bagi


yang merokok
Sosialisasi
Kebijakan/
Peraturan Tidak ada tanda,
ilan, promosi,
Media sponsor dan
beasiswa rokok

Gambar 6.1 Indikator yang Sudah dilaksanakan dalam Pelaksanaan Kawasan


Tanpa Rokok UI

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari aspek input yaitu :
1. Komite/Kelompok Kerja sudah dibentuk namun belum berjalan dengan optimal,
sejauh ini masih sangat bergantung kepada komitmen dan motivasi dari
Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR UI secara pribadi.
2. Tenaga Pengawas yang tertulis di dalam SK Rektor disebut petugas dan Tim
Pelaksana Tugas Harian KTR UI, namun pada pelaksanaannya satuan
pengamanan diharapkan bisa menjadi petugas dibantu oleh tim peaksana tugas
harian KTR UI yang samapai saat ini belum ditunjuk lebih lanjut.
3. Anggaran belum dialokasikan secara khusus dan ditetapkan dengan perencanaan
yang baik.
4. Kajian terhadap kebijakan yang diterapkan berupa hasil survey perilaku merokok
dan temuan lapangan yang kemudian didiskusikan sebagai bahan pertimbangan
kebijakan KTR UI.
5. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia telah ditetapkan
dalam Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 1805 /SK/R/UI/2011 dan
diperjelas dalam Petunjuk Teknis. Sedangkan kelompok kerja KTR UI
ditetapkan melalui Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor
1006/SK/R/UI/2012 Tentang Pengangkatan Koordinator Pelaksana Tugas Harian
Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Universitas Indonesia. Peraturan KTR
tingkat fakultas dalam bentuk SK Dekan baru dimiliki oleh beberapa Fakultas
yaitu FISIP, FKM, FIK, FK, FKG, FT, FH, dan F.Psikologi.
6. Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian yaitu surat keputusan dari
pimpinan tentang penanggung jawab dan pengawasan KTR, instrumen
pengawasan, materi sosialisasi penerapan KTR, pembuatan dan penempatan
100
Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


101

tanda laranagan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan, pelatihan


bagi pengawas KTR, pelatihan kelompok sebaya tentang cara berhenti merokok.
Sebagian infrastruktur telah tersedia namun pelaksanaannya yang belum optimal.
Sedangkan infrastruktur yang belum ada meliputi pelatihan bagi tenaga
pengawas, instrumen pengawasan, dan mekanisme dan saluran penyampaian
pesan.
7. Media promosi tentang larangan merokok dari KTR UI sudah dibuat seperti
design poster, spanduk, brosur klinik bantuan stop merokok. Ada juga pihak
pihak yang membuat stiker , leaflet dan lain lain. Media tersebut dibuat oleh
Pelaksana Tugas Harian tingkat UI dan Fakultas.

Activity dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia :


1. Pengorganisasian Pelaksana KTR belum dilaksanakan dengan baik, sudah
tertulis akan tetapi dalam pelaksanaannya belum semua pihak berkomitmen
untuk menjalankan perannya sebagai Koordinator Pelaksana Tugas Harian KTR
UI.
2. Sosialisai KTR UI sudah cukup aktif dilakukan 5 tahun terakhir. Sosialisasi
dilakukan dalam bentuk seminar dan pemasangan tanda serta menggunakan
media web fakultas.
3. Penyuluhan untuk Pelatihan terapi berhenti merokok sudah dilakukan oleh
kelompok kerja dalam sesi satu hari. Penyuluhan KTR, Bahaya Merokok dan
etika merokok juga biasa dilakukan oleh masahasiswa dalam peringatan Hari
Tanpa Tembakau Se-Dunia melalui kegiatan BEM UI dan BEM Fakultas
Kesehatan ataupun UKM dan Komunitas Mahasiswa UI yang peduli terhadap
isu kesehatan dan rokok.
4. Pengawasan dan Penegakan peraturan belum berjalan baik, karena belum ada
infrastruktur, kejelasan pihak yang ditunjuk sebagai pengawas dan kesadaran
terhadap Kawasan Tanpa Rokok belum dirasakan seluruh Sivitas UI.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


102

5. Pemantauan dan Evaluasi tidak dilakukan secara sistematis. Pada tahun 2010-
2012 masih aktif dibahas perkembangan dan kelanjutan KTR dalam pertemuan
rutin, sedangkan selanjutnya tidak ada tindak lanjut dari pelaksanaan KTR UI.
Dokumen ataupun catatan tertulis juga belum ada.

Output dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia


1. Indikator Kawasan Tanpa Rokok yang digunakan yaitu 7 aspek meliputi
ditemukan atau tidaknya tanda Dilarang Merokok, area/ruang untuk merokok,
asbak/korek api, orang merokok, Iklan/promosi rokok, puntung rokok, dan
penjualan rokok. Dari indikator tersebut belum digunakan UI sebagai tolak ukur
pelaksanaan KTR UI juga belum ada pencatatan dan pemantaun seacra
sistematis terhadap indikator tersebut. Beberapa indikator masih belum tercapai
dengan ditemukannya orang merokok dan penjualan rokok di beberapa tempat.
Sedangkan yang sudah berjalan cukup baik yaitu pelarangan iklan/promosi
rokok.
2. Teguran sudah dilakukan dalam kawasan KTR UI. Namun di kawasan yang
memang banyak perokok seperti di kantin dan area yang tidak terawasi, teguran
masih belum optimal dilakukan baik oleh satuan pengamanan ataupun kesadaran
warga UI sendiri.
3. Iklan, promosi, sponsor dan beasiswa telah seacra total dilarang oleh Universitas
Indonesia. Dalam hal ini Universitas Indonesia menjadi pelopor dan contoh baik
ketegasan institusi pendidikan untuk menerapkan KTR. Namun penjualan rokok
masih terlihat di beberapa fakultas diantaranya Fakultas MIPA, FIB, serta di
minimarket seperti di Fakultas Psikologi dan perpustakaan pusat UI.
4. Sanksi yang tertulis di Surat Keputusan Rektor berupa teguran lisan, kemudian
teguran tulisan dan pengarahan sanski sesuai dengan pimpinan atau fakultas/unit
bersangkutan. Serta diberikan himbauan lebih lanjut di Klinik Bantuan Stop
Merokok akan tetapi tidak berjalan sebagaimana mestinya karena terkendala

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


103

tenaga pengawas juga terhadap keberadaan Klinik Bantuan Stop Merokok yang
belum jelas. Beberapa Fakultas/Unit kerja yang sudah menerapkan sanksi cukup
baik adalah FIK dan PLK. Sedangkan FT memiliki konsep pemberian sanksi
yang menarik dengan melibatkan seluruh sivitas melalui pelaporan lewat foto
terhadap orang yang merokok dan melanggar KTR, akan tetapi baru akan
dilaksanakan secara penuh apabila ruangan khuss merokok sudah cukup tersedia.

Pelaksanaan KTR UI belum berjalan optimal karena tidak adanya konsistensi


dan komitmen perangkat pelaksana tugas harian KTR UI. Ketiadaan pihak ataupun
unit sebagai penanggung jawab yang bertugas mengarahkan dan menerima laporan
juga menjadi kendala yang akhirnya berpengaruh terhadap alokasi anggaran,
penunjukan tim untuk pengawasan dan penegakan KTR UI. Komitmen dan ketegasan
pimpinan dan pihak yang memegang wewenang menjadi komponen penting dalam
keberhasilan Kawasan Tanpa Rokok yang berkaitan dengan iklan, promosi, sponsor
dan beasiswa industri rokok. Teguran akan dapat dilakukan secara masif dan
melibatkan banyak pihak serta sivitas UI dengan dukungan sosialisasi penyediaan
infrastruktur serta kesadaran terhadap perilaku merokok yang merugikan. Sanksi
yang sudah ada tidak akan dapat dilaksanakan apabila belum ada tenaga pengawas
ataupun perangkat serta mekanisme yang jelas dalam memberikan sanksi tersebut.

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Universitas Indonesia
a. Menyelesaikan Revisi peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok UI dengan
mempertimbangkan penempatan dan ketentuan spot untuk merokok yang hanya
diperbolehkan untuk fakultas dengan jumlah perokok yang tinggi dalam jangka
waktu tidak lebih dari 3 tahun sejak revisi ditetapkan.
b. Menunjuk secara jelas tenaga pengawas yang dalam hal ini merekomendasikan
PLK (satpam), pimpinan dan tim pelaksana tugas harian KTR UI.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


104

c. Melakukan pembaharuan terhadap pengangkatan perangkat dan Koordinator


Pelaksana Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia.
d. Membuat peta jalan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia.
e. Mengadakan pemantauan dan evaluasi secara berkala seperti 2 kali dalam
setahun untuk meninjau pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas
Indonesia melalui pertemuan rutin yang diagendakan membahas KTR UI.
f. Melakukan sosialisasi secara konsisten dan menumbuhkan kesadaran sivitas UI
untuk mematuhi pertauran KTR UI.
g. Melakukan pengecekan minimal untuk pemasangan tanda KTR UI di tempat
yang telah ditetapkan dilarang merokok yang tertera di petunjuk teknis KTR UI.
h. Mengaktifkan kembali keberadaan Klinik Bantuan Stop Merokok dan
meningkatkan pelayanan konseling berhenti merokok.

7.2.2 Bagi Fakultas/Fasilitas Umum di Universitas Indonesia


a. Mendorong pimpinan Fakultas untuk membuat tim pelaksana tugas harian KTR.
b. Mengalokasikan anggaran untuk pengawasan dan penegakan KTR UI.
c. Membuat indikator dan perencanaan pelaksanaan KTR UI yang disesuaikan
dengan kondisi fakultas dengan tetap mengacu pada SK Rektor.
d. Melakukan sosialisasi dan memberikan himbauan untuk perokok mengunjungi
Klinik Bantuan Stop Merokok.
e. Menegakan sanksi dengan tegas.

7.2.3 Bagi Civitas Universitas Indonesia


a. Berkoordinasi satu sama lain antara pejabat struktural, aktivis dari kalangan
dosen , karyawan ataupun mahasiswa mengenai pelaksanaan KTR UI.
b. Mematuhi peraturan untuk tidak merokok sembarangan.
c. Menjadikan organisasi mkeahasiswaan sebagai salah satu komponen untuk
mendukung pelaksanaan KTR UI.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


105

7.2.4 Bagi Peneliti lain


a. Melakukan penelitian kuantitatif untuk mengukur dan melihat ketercapaian dan
efektifitas peraturan.
b. Melakuakan penelitian dengan tempat yang lebih komprehensif meliputi seluruh
fakultas dan area yang dinyatakan dilarang merokok di Universitas Indonesia.
c. Melakukan pengukuran kualitas udara di lingkungan KTR UI.

Universitas Indonesia

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


106

DAFTAR PUSTAKA

Alifa, S. (2014). Skripsi : Peran Kelompok Rentan dalam Penanggulangan


Bencana dan Pengurangan Resiko Bencana di Desa Tangguh Bencana.
Depok : Universitas Indonesia.
Asmadi, D. A. (2011). Analisis Implementasi Pemungutan Pajak Reklame atas
Reklame Rokok pada Warung dan Kios di Kabupaten Bogor. Depok:
Universitas Indonesia.
Aune, J. B. (2000). Logical Framework Approach and PRA - mutually exclusive
or complementry tools for project planning. Vol.10 Number 5, 689-690.
Barus, H. (2012). Skripsi : Hubungan Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Rokok
dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Mahasiswa FKM dan FISIP .
Depok: Universitas Indonesia.
BOND. (2003). Logical Framework Analysis.
Brandt, A. M. (2007). The Cigarette Century. New York: Basic Books.
Chamin, M. (2011). A Giant Pack of Lies Bongkah Raksasa Kebohongan
Menyorot Kedigdayaan Industri Rokok di Indonesia. Jakarta: KOJI
Communication bekerja sama dengan TEMPO Institute.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI.
(2014, Mei). Pengendalian Tembakau Selamatkan Nyawa Selamatan
Uang.
Fajrina, R. (2014, Juli 5). Kawasan Tanpa Rokok UI. Retrieved Februari 2015,
from http://suaramahasiswa.com/efektivitas-kawasan-tanpa-rokok-ui/
Febriani, T. (2014). Pengaruh Persepsi Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Dukungan Penerapannya di Universitas Sumatera
Utara. ICTOH 2014 (p. 21). Jakarta: TCSC - IAKMI.
Firman B. Aji, M. S. (1990). Perencanaan dan Evaluasi Suatu Sistem untuk
Proyek Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Giatrininggar, E. (2012). Persepsi Mahasiswa FIB UI terhadap Surat Keputusan
Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rook (KTR)
Universitas Indonesia Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia.

106

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


107

Humas UI. (2010, May 24). Universitas Indonesia. Retrieved Februari 2015, from
http://www.ui.ac.id/download/UIUpdate052011.pdf
Humas UI. (2014, Mei 29). Seminar Memperingati Hari Tanpa Tembakau
Sedunia. Retrieved Februari 2015, from Universitas Indonesia:
http://old.ui.ac.id/id/news/archive/7602
Humas UMY. (2014, Desember 18). Perguruan Tinggi Perlu Tetapkan KTR.
Retrieved Maret 2015, from http://www.umy.ac.id/perguruan-tinggi-perlu-
tetapkan-ktr-kawasan-tanpa-rokok.html
Hutapea, Ronald. 2013. Why Rokok ? Tembakau dan Peradaban Manusia.
Jakarta : Bee Media.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Direktorat
Riset
Kurniawati, E. (2013). Skripsi : Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Keluarga, Teman
dekat dan Keterpaparan Iklan Rokok terhadap PErilaku Merokok pada
Mahasiswa Universitas Indonesia (Analisis data Sekunder Survei Perilaku
Sehat Tahun 2010). Depok: Universitas Indonesia.
Kuswarjanti, A. (2002). Skripsi : Telaah Pustaka Tentang Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok di Tempat Umum. Depok: Universitas Indonesia.
LK2 FH UI. (2014, Agustus 7). Diskusi Rutin : Kawasan Tanpa Rokok UI, Jargon
Vs Realita. Retrieved Maret 2015, from http://lk2fhui.com/?p=444
Mackay, S., Ericsen, M., The Tobacco Atlas, Geneva : World Health
Organization, 2010.
Maulana, I. (2012). Skripsi : Penilaian Warga Kota Bogor terhadap Efektivitas
PEraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok di tatanan Tempat-tempat
Umum di Kota Bogor Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Mayani. (2014). Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Pontianak. ICTOH
2014 (p. 67). Jakarta: TCSC IAKMI.
Meiynana. (2015). Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Desa Siaga Aktif di Kecamatan
Karangsembung Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.
Depok: Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
108

Mustikawati, R. (2012). Skripsi : Analisis Implementasi Kebijakan Tentang


Kawasan Tanpa Rokok dalam Angkutan Kota Jurusan Sukasari-Bubulak
di Kota Bogor. Depok: Universitas Indonesia.
No Tobacco Community. (2014). TIPIRING KTR Merupakan Terobosan
Kepatuhan Perda KTR. ICTOH 2014 (p. 23). Jakarta: TCSC- IAKMI.
NORAD. (1999). The Logical Framework Approach (LFA). 1-11.
Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurjanah. (2014). Penilaian Kualitas Udara Akibat Paparan Asap Rokok Orang
Lain di Kota Semarang. ICTOH 2014 (p. 75). Jakarta: TCSC - IAKMi.
Overseas Development Institute. (2013). Evaluation Report : Youth Empowering
Programme 2010-2013. 1-52.
Priono, N. J. (2014). Perencanaan Teknik Operasional Pada Pengelolaan
Sampah Padat Fakultas dan Fasilitas Umum di Universitas Indonesia,
Depok Tahun 2014. Depok: Universitas Indonesia.
Priyono, B. (2014). Meningkatkan Tingkat kepatuhan Terhadap Perda KTR di
Kota Bogor. ICTOH 2014 (p. 70). Jakarta: TCSC - IAKMI.
Ramadhani, A. S. (2012). Skripsi : Analisa Yuridis terhadap Larangan Peredaran
Rokok Kretek Indonesia di Amerika Serikat Akibat Pemberlakuan Section
907(a)(1)(A) Family Smoking Preventon and Tobacco Control Act,
ditinjau dari Agreement on Technical Barrier to Trade. Depok:
Universitas Indonesia.
Republika. (2012, Mei 29). UI Bebas Rokok Pada 2012. Retrieved Februari 2015,
from Republika Online: http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/lingkungan/09/05/29/53147-ui-bebas-rokok-pada-2012
Riana Sinaga, B. f. (2014). Mengukur Pajanan Asap Rokok di Jakarta. ICTOH
2014 (p. 73). Jakarta: TCSC - IAKMI.
SMES - Strengthening Monitoring and Evaluation System (SMES) Project.
(2009). Monitoring and Evaluation with Logical Framework Approach.
Stephen P. Robbins, M. C. (2010). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sulistiadi, W. (2010). Studi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten/Kota
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
109

TCSC IAKMI. (2011). Buku Pedoman : Pelatihan Pengawasan / Penegakan


Hukum Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta: TCSC - IAKMI.
TCSC. (2011). Policy Paper : Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya.
Jakarta: TCSC - IAKMI.
TCSC. (2013). Atlas Tembakau Indonesia. Jakarta: TCSC.
Thaha, I. L. (2014). Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Penerapan Kawasan Bebas
Asap Rokok di Kampus Universitas Hasanuddin. ICTOH 2014 (p. 22).
Jakarta: TCSC - IAKMI.
Tobacco Control Support Center IAKMI. (2014). Bunga Rampai : Fakta
Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia. Jakarta: TCSC - IAKMI.
Triana, A. Z. (2014). Skripsi : Analisis Implementasi Peraturan daerah Kota
Palembang Nomor 07 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di
SMK Muhammadiyah 2 Kota Palembang Tahun 2014. Palembang :
Sriwijaya.
University of Wisconsin-Extension. (2013). Enhancing Program Performance
with Logic models.
Wibowo, A. (2014). Metodologi PEnelitian Praktis Bidang Kesehatan. Depok:
PT Rajagrafindo Persada.
World Health Organization (2008). The Global Burden Disease : update Geneva:
World Health Organization.

Universitas Indonesia
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
MATRIKS WAWANCARA

Indikator P1 P2 P3
Variabel

(Ibu Rita) (Ibu Hanny) (Ibu Wisni)

1. Komite/ Ada pokja dan sudah Sudah terbentuk Pokja, Ada Pokja tingkat UI.
Pokja di buat SK yang dibentuk secara Belum ada pokja tingkat
Rektornya, terdiri informal kemudian fakultas di FISIP
dari perwakilan keluar SK.
fakultas dan aktivis- Tidak ada pertemuan Oh, iya awalnya si
aktivis. rutin yang dijadwalkan. pertama si saya ada
Diawal cukup aktif concern soal rokok,
membahas. kemudian diajak Bu rita,
naah awalnya disitu tuh
iya kita kumpul terus jadi Bu rita memang
kita cari cari lagi, siapa banyak mengajak saya,
nih yang bisa diajak. ga banyak si.. namun
udah terbentuk pokja, memang ada kalanya
ketemu dalam beberapa
Dengan kerjaan yang kali pertemuan untuk ini
nyambi-nyambi, ga ada membahas ini KTR itu
reward segala macem, tahun berapa ya.. KTR
ya. Ya motivasi sendiri, ini kan, SK nya 2011.
ga ada reward SKnya 2011 nah ini,
Input

punishment.. ya kalau sebelum itu tuh sekitar


kita , paling kita-kita aja tahun 2010-lah, nah
kalau saya-nya aktif awalnya memang ke
kalau saya sama bu rita concern pribadi saya
ga aktif yaa ga aktif hhe sebetulnya.
Apalagi sibuk sibuk
semua kan ?
Iya sii.. semua pihak
dilibatkan. Cuma
masalahnya aktif atau
enggak.
2. 2. Tenaga Belum ada yang Belum ada yang Belum ada yang
Pengawas ditetapkan secara ditunjuk untuk menjadi ditetapkan tapi sudah
resmi yang menjadi tenaga pengawas. Setiap disosialisasikan dan
tenaga pengawas. orang menjadi bagian diarahkan kepada
Sejauh ini hanya dalam melakukan satpam. Namun masih
melibatkan satpam pengawasan. banyak kendala
dan PLK
Sekarang kayanya, ga Ini belum terbentuk
Di Pokja sendiri kita tau nih banyak satpam2 gugus tugasnya belum
tidak membentuk muda saya ngeliatnya ada, kalau dari pelaksana

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


yang baru. Jadi masih banyak yang tugas harian kan dekan
background merokok saat mereka SK rektor, nah gugus
sebenarnya adalah dinas. tugasnya belum ada..
satpam di PLK itu. siapa yaa.. Waktu itu si
Saya belum approach Iya karena PLK juga Pak Dekan pernah ya
lagi untuk yang waktu ditawarin yang mengadakan pertemuan
sekarang. jadi polisinya ogah- dengan semua , satpam
ogahan. Kan nanti tugas gitu ya.. Pak Dekan
Jadi misalnya gedung tambahan dong saya sudah dan juga mahalum
rektorat, ya di harus ngawasin orang dan wadek itu ya untuk
rektorat yang harus merokok segala macem. segera membentuk gugus
bertanggung jawab, Waktu itu si gitu, ga tau juga, tapi sampai
sebagai pimpinan di kalau sekarang ya, sekarang belum.
Rektor harusnya, ketuanya. Kan, kalau Mungkin masih pada
kalau fakultas yang yang ini aja, yang perda sibuk gitu ya, masih
bertanggung jawab depok kan, itu tarik- ngurusin yang lain..
dekanat. Dekan itu tarik-kan juga , katanya
bentuk tim yang ngamanin pamong
praja tapi satpol PPnya
Iya, misalnya lagi juga
gedung PLK, ya
ketua PLK di sana
yang bisa
mengamankan
3. Anggaran Belum ada anggaran Belum ada anggaran Belum ada anggaran
yang dikhususkan. Di khusus KTR. yang dialokasikan
pokja hanya dari Sejauh ini anggaran khusus.
donasi. Atau dianggarkan sesuai
dianggarkan ke unit kebutuhan untuk apa. Engga, engga saya ga tau
tertentu di tigkat UI. tapi yg jelas itu humas,
Iya jadi masuk tapi mereka kan karena
untuk pendanaan RKATnya unit yang pimpinan desakan
masuk ke dalam terlibat , abis gimana pimpinan fakultas ya jadi
struktur-struktur itu. donk. Ga ada di struktur mereka pasti dianggarkan
Kalau dana kita ada organisasi kan berarti ga Jadi prioritas, hmm.. jadi
paling dari seminar- ada budgetnya . Itu dia , memang belum dana
seminar, harusnya masuk untuk KTR tp hanya
pembicaranya Uang patungan tim [okja lewat humas spanduk
nyerahin untuk tim untuk kegiatan internal Dan sosialisasi nya juga
Pokja. Tapi Cuma pokja dan administratif masih..
sedikit atau untuk membantu
kegiatan mahasiswa.
Adanya dari unit-
unitnya seperti yang
dikatakan Pak Anis
*Tidak ada dana

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


khusus untuk KTR
Iya. Jadi itu salah
satu kelemahan. Kita
tidak ada kolaborasi
yang buat unit
sendiri. Jadi misalnya
tim ini
menganggarkan dan
kita harus masuk ke
dalam RKAT orang
lain. Kita tidak bisa
membuat RKAT
4. Kajian KTR Pada saat itu setiap Menggunakan survey Menggunakan data dari
manajer data merokok dilakukan puslitkes (Pusat
kemahaiswaan di FIK Penelitian kesehatan
masing-masing FKM UI)
presentasi posisi Kalau di UI hanya
kawasan tanpa menggunakan temuan Yang saya tau hasil
rokoknya. Itu semua yang kemudian surveynya bu rita punya,
mengatakan mana dikomunikasikan. itu dari puslitkes ya.
aturannya, tidak ada Kalau ga salah ya itu ya..
aturannya. Jadi kalo kan 2001 nih mulai saya itu memang perilaku
kita ingin bergerak survey saya cek, yang di merokok di kalangan
harus ada payung fik ya.. berapa si.. mahasiswa itu memang
hukumnya. petugas yang merokok cukup tinggi ya. terutama
Kemudian hal itu di fik, petugas fisip ya haha. Dan saya
mendorong tim kita mahasiswa itu segala baru tau kalau perilaku
untuk meminta macem kan 13 merokok mahasiswanya
bantuan tim kita november 2001. terus itu sangat sangat tinggi
meminta bantuan dari hasilnya saya sampaikan ya itu dari hasil
teman-teman hukum ke dekan. oh ternyata surveynta bu rita yaa.
untuk membuat SK pustakawan sekian
Rektor. persen terutama sopir
waktu itu. Tapi
Secara legislatif tidak alhamdulillah sekarang
ada. Kita buat SK itu semua udah engga. Jadi
karena ada pertemuan awalnya itu, saya kasih
itu. Kalau dibilang data dulu survey yang
pertemuan itu seperti merokok gini loh
assessment, karena kondisinya di fik. terus
setiap manajer dulu tahun 2003 itu
akademik itu pertama kali UI
bercerita dicanangkan bebas
rokok itu ini... kita
waktu memperingati
hari, hari jantung sehat,

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


waktu itu kan ada senam
bersama, waktu itu
rektornya prof. usman
waktu itu di 25 juli 2003
itu dicanangkan UI
sebagai KTR tapi kan
belum ada SK nya baru
dicanangkan aja. Kalau
FIKnya kalau tadi kan di
rektornya 25 juli 2003
kalau di fiknya 23
agustus 2003 oleh
dekan, gitu... itu juga
pencanangan blm ada
SK. terus itu kan buat
sknya harus disela2
keg.dekan ya.. kalau di
fik itu tgl.. sk dekan fik
dg denda 50.000 itu 21
agustus 2008. Coba
berapa tahun? dari
2003.. 5 tahun
ya kalau sk rektor ya
ituu..

Ngambil datanya juga


informal maksudnya ga
terstruktur. Cuma
temuan2 aja kita
sampaikan ke
kemahasiswaan terus
kemahasisswaan
merespon, Kajiannya
informal, kita paling
rapat-rapat, oh iya nih
disana. Jadi bukan
kajian terstruktur buat
kebijakan gitu engga..
Cuma rapat-rapat aja,
didalam rapat-rapat itu
ada kajian-kajian kalau
diliat dari notulennya
ya.. nih, kita menyebar
kuisioner untuk
mendapat data dasar
tentang perilaku

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


merokok di UI. Tapi
belum diolah datanya

5. Kebijakan / SK Rektor UI -SK Rektor UI SK Rektor UI


Peraturan -Kebijakan acuan untuk
Waktu itu jaman KTR dari training2 dan Heehm.. ini memang
gonjang ganjing Pak adaptasi dari kampus di kalau menurut saya si SK
Gumilar, tapi itu luar negeri. dekan ini harus direvisi,
sudah ditanda -Pembuatan buku juknis sama halnya dg ini yg tak
tangani. Kemudian kunjung tiba..
keluarlah SK itu Kan banyak nih masalahnya ini gitu deh..
tahun 2011. Waktu peraturan yg harus di ini belum direvisi ini
itu memang yang buat UI. Tapi dia tetep belum, disini kan ada nih.
bebas sebenarnya memprioritaskan buat Ini ga ada ini karena
yang dibreak semua SK rektor itu, bagus si gugus tugasnya belum
tidak merokok, cuma jadi dia support. Kan ada.
kan ada waktu bahasa hukumnya beda Juknis blm ada, jadi
peralihannya. Nah itu ya, kalau yang buat kita makanya ini kan harus
terlalu optimis tahun sama orang hukum. Jadi diturunkan lagi. Tapi kan
2012 bersih, saya akhirnya baru dibuat SK ini dibuat mengacu
sebenarnya agak deh, SK rektornya gitu. pada ini kan. Terus kan
kontra, Cuma tim Gitu jadi 15 juni 2009 pasti mengacu pada ini
kan, kalau sudah tuh, kita sama sama , ya kan.
optimis masa mau habis itu baru masuk ke
kita turunin. Nah, itu SDM UI. Karena kan
yang terjadi dan kalau direktur
kemudian setelah itu kemahasiswaan
dibuat juklaknya, urusannya mahasiswa
pedomannya untuk kalau karyawan harus
masing-masing masuknya SDM UI,
bagaimana, apa tugas akhirnya kita ketemu
dari fakultas, itu coba sama direktur SDMnya
kita rincikan supaya waktu itu direkturnya
lebih operasional. Pak Doni, wakilnya Pak
Jadi kalau di susunan Aci, sama koordinasi
organisasi SK seperti juga dengan kasubdit
bisa kita blended sama Pak Dadan. Pak
antara antara Dadan kan orang FKM
struktural, kemudian ya.
dosen yang memang
komitmen dengan
anti rokok. Jadi
keterlibatan yang
ditingkat UI rektorat
itu adalah aktivis dan
struktural. Kalau

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


mahasiswa di tingkat
fakultas.
6. Infrastruktur Hanya menyediakan Menyediakan sign. Menyediakan sign
sign Klinik berhenti merokok
Klinik berhenti
merokok Iya, sekarang masih,
masih belum nih, masih
Katanya mau blm apa namanya belum
menganggarkan. settle. Tapi sudah
Tidak tau apakah dikasih tempatnya
berjalan atau tidak. disatelit, tinggal
Yang penting waktu dikembangin nih
itu kita diminta
bantuan
Klinik mengadakan
training berhenti
merokok.

Media ada di juklak.


Seperti papan, stiker
Itu minimalnya.
7. Media Poster, leaflet, Flyer Dimuatnya liputan Poster
tentang HTTS atau
Media ada di juklak. rokok Enggak, enggak jadi
Seperti papan, stiker memang ga ada langkah2
Humas desain sendiri, yang dibuat terencana.
dia buat-buat kan nih, Jadi ini memang karena
media nih. Nih dia buat pimpinan fakultas itu
sendiri nih kaya gini nih. tadi, memang apa ehm..
Engga, humas, humas spanduk-spanduk itu
jadi media sendiri- dibikin memang pertama
sendiri kaya saya buat ya atas itu awareness
media sendiri pas acara dari pimpinan fakultas
pengmas (Pengabdian KTR ini kebetulan
Masyarakat BEM FIK) , ketemu dg kita nih, yang
pengmas saya sendiri grassroot ini.
terkait ini. Humas buat
sendiri sebar-sebar
8. Pengorganisas Sudah ada juknis Belum ada kejelasan Belum ada kejelasan
ian Pelaksana yang memandatkan pemberian wewenang wewenang dan tanggung
KTR pelaksana tugas jawab masih bersifat
Activity

harian KTR menyatu Kita kan ada di SK tapi sukarela.


dengan struktur di struktur organisasi Secara struktural tidak
administratif namun enggak ada apa apanya . berjalan dengan baik
pelaksanaannya Cuma SK aja makanya
belum optimal. kurang begitu kuat, Informal awalnya

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Secara struktural begini kalau kita mau informal.. lenih iformal
tidak berjalan dengan ngasih punishment kita ya..Jadi siapa deh yang
baik. kan selama ini minta concern kita duduk
tolongnya PLK, PLK bersama sama
Di SK Cuma ada tolong donk tegor. bagaimana nih gitu ya
nama struktur Jadi fungsinya yang kedepannya.
organisasinya aja dan semacam mendorong Berarti ini diluar
tugasnya. Peran dsb gitu indikator kinerja gitu
terserah masing2 Iya Cuma nyuruh ya jadi ini sifatnya
fakultas nyuruh , volunteering, sukarela
gitu untuk sebagai pokja
KTR
Ya.. sebenarnya gitu si..
saya juga ga ada surat
tugas dari fakultas bahwa
saya yang

9. Sosialisasi Sudah ada sosialisasi Sudah dilakukan Di tingkat fakultas belum


KTR contohnya saaat sosialisasi untuk Maba ada sosialisasi selain
HTTS dan PMB dan pada saat event pemasangan poster
Maba HTTS serta melalui
media yang dibuat mensosialisasikan KTR
Sosialisasi di setiap humas di lingkungan
ada kesempatan. mahasiswa, tapi baru ya..
Misalnya kerja sama Iya untuk sosialsisasi mahasiswa baru di
dengan promosi KTR lingkungan UI. Nah
kesehatan dalam Kalau gitu kaya humas. waktu itu kita ada
suatu event, untuk mendatangkan taufik
pendanaan masih dari ismail membacakan
luar. puisi. Itu yang saya ingat,
Kalo dibilang event, terus kemudian kita ada
ada. Missal OMB, itu beberapa apa namanya,
ada. Tapi kalo untuk pelatihan secara informal
masing-masing untuk misalnya konsel
fakultas terserah merokok

Kalau pegawai, dosen Oh ya sosialisasinya?


lewat dekan Belum belum ada
mungkin pada sibuk
semuanya. Sebenrnya
kan kalau disini dari
gugusnya. Disini
Waktu itu kan ada
rencana utk
mensosialisasikan ke
departemen. Setau saya si

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


belum ya itu
pembentukan gugus
tugasnya aja dia belum
ada jadi yaa..
10. Melaksanakan Pelatihan konseling Pelatihan konseling Pelatihan konseling
Penyuluhan hanya diberikan hanya diberikan kepada hanya diberikan kepada
KTR, Bahaya kepada pokja pokja pokja
Merokok dan
Etika Itu cuman seharian satu
Merokok hari deh apa setengah
hari saya juga lupa ya,
tapi itu tidak terlalu
mendalam. Waktu itu
kita ada rencana ada
permintaan nih, dari
temen2 fakultas lain
kalau bisa agak
mendalam gitu ya.. tapi
waktu itu belum sempet
gitu. Jadi waktu itu hanya
sekedar mengenalkan
bahwa ini loh,
sebenarnya kita bisa
membantu para perokok
dengan memberikan
konseling.
Kemudian utk dr segi
penyuluhan belum ada
ya,
Beluum.. belum sama
sekali ga ada

11. Melaksanakan Pengawasan dan Belum ada perangkat Belum ada perangkat
Pengawasan Penegakan Peraturan yang melakukan yang melakukan
dan belum dilaksanakan pengawasan dan pengawasan dan
Penegakan dengan optimal penegakan hukum penegakan hukum.
Hukum Hanya dilakukan dengan
Smoking area tim yang peduli KTR.
Jadi SK ini bertahap,
sebenarnya engga Oh, soal waktu engga
boleh ada smoking belum ada.. seinget saya
area, Cuma itu waktu itu menajdi
tergantung dari tanggung jawab, pak
kesiapan fakultas. dekan meng-ini-kan ke
Maunya dari UI wadek 1 terus sama
semuanya manajer mahalum untuk

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


mensosialisasikan KTR
ini untuk membentuk
gugus tugas ini. Gugus
tugasnnya ini paling,
satpam2 itu diharuskan
menegur
12. Melaksanakan Beluma ada Belum ada pemantauan Belum ada pemantauan
Pemantauan pemantauan dan dan evaluasi dan evaluasi secara
dan Evaluasi evaluasi secara formal
formal Pemantauan hanya
dilakukan oleh Z :Kalau evaluasi
Tidak ada. Jadi kita perorangan melihat berkalanya ada ga bu?
hanya melihat secara temuan-temuan
informal saja, tapi kemudian dilaporkan. Ga ada,
secara sistematis Evaluasi secara
tidak ada. sistematis belum
dilakukan.
Kalau ada pertemuan
tim Pokja hanya
sekedar saat
berdiskusi. Jadi tim
Pokja pernah
menempelkan stiker
kawasan tanpa rokok,
mahasiswa berani
copot stikernya. Tapi
kalau dari fakutas
yang membuat
mahasiswa tidak
berani.
13. Tercapai dan Belum ada Belum ada dokumentasi Belum ada dokumentasi
Terdokumenta dokumentasi survey survey indikator survey indikator
sikannya indikator
Indikator Ga ada, ga da, ga ada..
Kawasan Belum ada semua ini ga ada. Jadi
Tanpa Rokok implementasinya. Denda
dikenakan nah ini ga
Output

ada juga. Jadi memang


SK ini harus diturunkan
dalam itu tadi,
Perubahannya si tidak
terlalu signifikan, ya
kalau saya liat ya..
selama SK ini belum
diturunkan ke dalam
petunjuk pelaksanaan

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


teknis ya seperti itu
gugus tugasnya selama
belum ada belum jalan.
Soalnya yang paling
parah ya kalau di fisip itu
takor, itu betul2 mereka
mahasiswa udah tidak
lagi menghiraukan.

14. Ada Teguran Sudah ada peneguran Sudah ada peneguran Sudah ada peneguran
bagi yang yang dilakukan yang dilakukan yang dilakukan.
Merokok di Walaupun masih banyak
Lingkungan Sistemnya sudah ada. yang enggan menegur
KTR Tapi pelaksanaannya atasan/dosen.
di masing-masing
pimpinan. Dalam
penekanannya tidak
menekankan ada
sanksi, ada sanksi,
tapi kita langsung
masuk ke tata tertib
yang berlaku. Kita
membuat ini
filosofinya adalah
ingin menciptakan
mahasiswa yang
cerdas dan sehat, jadi
menyelamatkan
generasi muda. Jadi
waktu dia menemui
puntung rokok, dia
ngerti bahaya nya.
Jadi jangan merasa
benar . setidaknya
mahasiswa UI itu
lebih sopan.
Jadi pelanggaran-
pelanggaran kembali
lagi, kalau yang
melanggar dosen ya
bisa berupa teguran
tercatat atau hanya
teguran saja. Kalau
lebih dari tiga kali
dosen bagaimana,
mahasiswa

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


bagaimana. Kita tidak
menekankan harus
sama. Kalau di FK
denda 100.000, FT
kalau tidak alah
denda juga. Kita ngga
bakal tega, jadi susah.
Tapi kalau orang
ditegur dan konsisten,
orang itu lama-lama
ngga enak juga. Sadar
sendiri akhirnya
15. Tidak Ada Sudah tidak ada Sudah tidak ada Sudah tidak ada
Tanda, Iklan, tanda,iklan, promosi tanda,iklan, promosi dan tanda,iklan, promosi dan
Promosi, dan sponsor rokok. sponsor rokok. sposor rokok.
Penjualan Penjualan rokok Penjualan rokok masih Penjualan rokok masih
serta Sponsor masih ada di ada di beberapa tempat ada di beberapa tempat.
Rokok. beberapa tempat.
Pokoknya sejak Ooh engga, soalnya sejak
desember 2009 itu yang dulu kita mengacu ke SK
hebat juga itu pak ini, rektor, sponsor2 kita
karena dia akan diteror engga beasiswa juga
juga sama pabrik rokok. engga.
Terus setelah itu ini engga yg jelas
perguruan tinggi ga dikoperasi ini udh engga,
berani. Jadi waktu itu tp kalau ditakar saya
kalau ada pertemuan, disana ga kuat, kalau
direktur kemahasiswaan saya bilang disitu barbar
seluruh Indonesia, Pak
Kamarudin kan cerita
dia nyampein itu ya ga
terlalu ditanggapi juga.
Kalau ga salah ada,
swasta apa ya kalau ga
salah dia bisa
maksudnya ngikutin
juga. Kaya misalnya
univ.pelita harapan kan
dia swasta he'ehm. dia
termasuk sii.. masukin
kampusnya sebgai KTR.
16. Adanya Sanksi didalam Sanksi didalam Sanksi didalam peraturan
Sanksi bagi peraturan sudah ada peraturan sudah ada sudah ada namun belum
yang namun belum namun belum dijalankan dijalankan secara
melanggar dijalankan secara secara optimal optimal.
KTR optimal.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Akhirnya sejak saat itu sanksipun blm ada ga
di PLK dibuat aturan seperti di FT ya akan, ada
satpam kalau merokok sanksinya 100ribu.
dulu dendanya baru
25.000 sekarang mereka
sampai 100.000 tapi ga
tau sampai sekarang,
katanya si.. kebanyakan
yang. Dulu si sempet
terkumpul uang sekian
terus mereka gunakan
lagi utk macem-macem.
Kendala yg Kendala sebetulnya Kalau dengan program, Ya sebetulnya sii,, ini
signifikan adalah kita tidak project thank you yaa,, ya.. emm apa ya,
punya organisasinya. lumayan deh, ada sampe kesinambungan kita
Antara ada dan tiada. ada SK, tapi kalau mau untuk bertemu gitu ya..
Oganisasi ada, tapi lebih optimal lagi serius seperti ini mau direvisi
penggerakannya dijalanin sampai sekarang belum2
harus diakui, karena sebenerbenrnya UI KTR juga. Nah makanya itu
memang ini bukan ya karena kan ga ya, jadi lebiha pada, siapa
seperti Tupoksi. semua universitas punya yang punya waktu
Semua unit-unit itu SK KTR kan, kemudian bisa gitu ya
punya pekerjaannya. maksudnya udah ada diimplementasikan gitu
Saya Cuma aktivis- prestasi itu.. ya.. jadi memang gini loh
aktivis. Saya sendiri kadang2 apa kita seperti
tidak punya proyek ini diingatkan kembali.
untuk terkait rokok. ya kendalanya Oh ini KTR nih ayo kita
Jadi tidak punya masalahnya ga jelas di kumpul kadang kalau
pendanaan untuk struktur organisasi UI lagi lupa ya udah. Kita
sosialisasi kegiatan kewenangan kita apa, itu juga punya grup BB tapi
tentang rokok, jadi yg harus ada, itu belum.. ya itu komunikasi agak
tidak bisa dipakai kurang gitu ya,, sepi2 aja
buat rokok. Disitu Aduuh hambatan ya
kendalanya. Kalau kayanya komitmen ya beberapa tempat itu ada
untuk link-link yang kurang ya.. Iya spot untuk ini loh SK
struktural ini jadi sama itu, dekan dan SK rektor
merupakan PR maintanance kalian baca dibeberapa
pertama dalam programnya itu yang tempat. Tapi sekarang
menghadapi Rektor jadi hambatan, ga ada dibentur dana, dana ,
yang baru ini yang memaintance krn dana jadi .. kalau kita
ga ada yaa, mungkin dosen mahasiswa gitu
karena itu struktur kan hanya bantu
organisasinya ga jelas . mengingatkan, tapi-kan
pokja masuk kemana semua sgt bergantung
kan di RKAT engga ada. dari fakultas.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Yang harus Revitalisasi Harus ada unit khusus Tentunya pasti dibawah
diperbaiki menurut saya, pimpinan fakultas ya..
apa ui ya. Ya itu td gugus
tugas itu td, karena kan
tdk semua org concern dg
rokok. Jadi saya
mengakui kadang saya
terlena terus lupa terus
pas inget lg ayo kita
bikin apa, biki apa? Jadi
yaa.. dg kesibukan kita
masing2 udh kita terus
lupa gitu ya.. nah itu
mesti ada org itu ya yg
kemudian terus menerus.
Yaa saya kira itu ya
pembentukan gugus
tugasnya di level UI
maupun level fakultas.
Ya kalau engga ya udh
gitu aja, hanya sekedar
SK yg tidak diturunkan
Iya, ga ada kejelasan
wewenangnya. Gugus
tugasnya kalau udh jelas
kalau bertanggungjawab
ini apa-ini apa. Susah lah
harus ada monitoringnya
evaluasinya
Iya, harus ada
indikatornya
Peragkat SDM.

Indikator P4 P5 P6 P7
Variabel

(Pak Awang) (Pak Nanta) (Mahalum (PLK)


Vokasi)

1. Komite/ iya itu saya diajak SK Dekan Tidak ada, Kalo kemaren ada
Pokja kan bu Rita Bahwa sejauh ini hanya yang dtunjuk di
ketuanya,skretarisny berdasarkan SK kemahasiswaan. sini Pak Suyanto.
a bu wiwis, ya saya dekan nomor Kami punya Kalo saya bukan
Input

di ajak sama bu berapa, Kalau perjanjian termasuk pejuang


wiwis untuk terlibat mba tanya kawasan KTR Cuma
di tim kTR UI, gitu berapa orang sementara mengikuti aturan
gitu yang terlibat gitu aturan tempat yang sudah ada.
biasanya yang tidak boleh Jadi saya kan

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


kami punya terlibat itu merokok itu masih baru. Dulu
kelompok yang adalah tim kan di sini ada
peduli dengan ini, fasilitas itu pasti, Pak Namin, Pak
ya baru sebatas itu security juga, Muhammad dan
diskusi diskusi, lebih banyaknya Pak Yanto. Nah
action konkritnya itu si security, saat pembentukan
belum ada juga tim fasilitas. tim POKJA nya
Kalau KTR itu, itu
kemahasiswaan adalah masa-
lebih ke masanya pak
sosialisasi aja Dadan. Dan
sama humas, sekarang ini
humas fakultas belum ada
juga pembaharuan.
Seharusnya kan
berkala dari 1
tahun sampai dua
tahun siapa. Tapi
ini gak hanya
mengikuti yang
lama.
2. Tenaga Belum, perlu saya Iya security, Satpam sudah Tetapi orangnya
Pengawas jelaskan ketika isu semuanya dilibatkan, belum ada
ini tahun lalu ketika sebenarnya dari mahasiswa pergantian. Pak
kita ingin tim fasilitas juga hanya sekedar Yanto masih di
menerapkan KTR sama informal saja. sini tapi ada
ini, isunya macem- Jadi kami beberapa orang
macem ada yang ga menceritakan lagi yang udah ga
tau bener apa ga ada seperti di PLK karena
yang ngancam kegiatan2 yg ada pemecahan
bahwa yang diundang, itu jadi k3L
biasanya nongrkong selalu kami Seluruhnya untuk
di takor akan coba jelaskan pengawasannya.
melawan isu itu bahwa kami Semua pimpinan
pernah kami dengar sudah itu harus bener
tapi kan pak dekan berlakukan masalah larangan
mau jalan terus ya KTR di Vokasi merokok
baru smpe tahap itu dan mohon
lah secara personal dukungannya
baik dekan yang lain
kalau ketmu
mahasiswa merokok
ditegur baru sampai
situ, satpamnya
sendiri banyak yang
merokok.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


3. Anggaran ga ada Kalau anggaran Kalau masukan
spanduk itu dari untuk KTR ini, kita ke bagian
Humas Fisip, dari dekanatnya infrastruktur,
spanduk-spanduk itu atau fasilitasnya?kemarin dari
humas yag Dari fakultas pengadaan. Kita
mengeluarkan jadi Dari fakultas, kasih masukan
anggarannya humas sudah untuk
dianggarkan membangun
Iya kita semacam
anggarkan. smooking room
Hmm bisa walaupun
ratusan juta, sebenarnya
untuk smoking salah. Tapi
area itu yang paling tidak kita
memakan sudah lokalisir
banyak biaya. si perokok
Kaca segala supaya ngga
macem kan di kemana-mana.
beberapa titik Kan lebih baik
dan masuk bisa kita awasi.
anggaran bagi Kita sebenarnya
kita pendanaan
untuk spanduk
dll sudah ada di
dana humas.
Jadi bisa kita
ambil setiap
saat, jadi ktita
engga perlu
khawatir kalau
butuh apa-apa.
4. Kajian secara formal Hm, gimana Cuma balik lagi
KTR enggak, tapi secara ya mungkin resistensi yang
informal iya kita bukan kajian kali merokok
dengar2 itu,antara ya.. sosialisasi ternyata
lain kan dalam iya, sosialisasi menurut
rangka mendengar aja. Pasti iya pandangan kami
itu ya, misalnya Kalau kajian kan di sini lebih
dengan beberapa nanti ada besar daripada
sekitar awal tahun kuesioner segala orang-orang yg
lalu ketika dekan macem. Tapi kita tidak merokok.
awal2 ketemu sosialisasi Misalnya
dengan bem. Kalau melalui bem, aktivis
dari bem sih organisasi mahasiswa
pengurus bem sih mahasiswa masih banyak
mendukung, waktu maupun humas yg merokok, itu

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


itu bahkan mereka kita bahwa yg menjadi
punya gagasanya memang. Yang masalah bagi
merokok dengan , harus diubah tuh, kami. Ini salah
lupa saya dengan karakter satu caranya
&budaya yaitu
mahasiswa, membenahi
budaya merokok fasilitas,
tuh harus melakukan
berubah.Kebetul pendekatan, dan
an Kantin FT mungkin nanti
dari melamin, kita akan buat
seperti kaca semacam poling
sebenarnya setuju atau
bukan kaca. tidaknya
Kalau diberlakukan
mahasiswa itu KTR
merokok kadang Dikeluarkan
mereka suka waktu diskusi
tanpa sadar kemarin. Kita
mematikan selalu ada notis
rokoknya, karena nongkrong
ini kan kaca kritis di kantin
terus ditekan2 dan saya bilang
sampai agak bahwa saya
terbakar. Atas akan
dasar itulah kami menerapkan
tim fasilitas, KTR. Yang
bahwa dimana kami
kita menciptakan khawatirkan
suasana merokok jika aktivisnya
itu tidak resisten dengan
mengganggu hal itu saja.
orang lain terus Sebenarnya
tidak merusak mereka baik
fasilitas. Dan waktu kita
memang acuan dekatin, Cuma
kita kan seperti mereka butuh
kampus kampus waktu dengan
diluar. Kalau di leluasa dgn
luar negeri memberikan
begitu ya udah. punishment itu
Ehm.. apa
dorongan seperti
itu, ingin
mengubah
budaya.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


5. Kebijakan / yang pertama saya Mm bukan.. kita selalu sifatnya ini kita
Peraturan sendiri waktu itu bukan.. saya mengacu ada dari instansi
mewakili fisip di kurang tau persis peraturan yang pendidikan dan
pokja KTR di UI, kalau yang ada di rektor. sudah jelas
kami tidak pernah merumuskan SK Kita sendiri pimpinan UI
tahu ada SK dekan, Dekan, tetapi sudah menerapkan SK
terus terang, kayanya si menerapkan Rektor sebagai
Tapi kemudian acuannya dari kawasan yang petugas garda
ternyata di fisip ada rektor tidak terdepan mau
turunannya SK diperbolehkan tidak mau harus
dekan, nah itu saya merokok mendukung
sendiri baru tahu meskipun kebijakan dari
tahun lalu aturan yang ada pimpinan
sebetulnya merujuk di rektorat itu
ke sk rektor, karena kita sudah Iya, SK Rektor.
yang paling ideal itu. sosialisakan Tapi kalo PLK
Kayak tadi kan yang bahwa ada SK sendiri ada
kita menyediakan Rektor yang kebijakan
area khusus itu mengatakan UI pimpinan PLK
sementara itu juga , merupakan
kalaupun dalam sk kawasan yang
rektor udah ga boleh tidak
kan, dari pada diperbolehkan
drastis sama sekali, untuk merokok
itu pun tidak jalan 2011. Menurut
saya menjadi
buah
simalakama
ketika SK
Rektor itu
sendiri tidak
diperkuat
dengan
kewajiban atau
sanksi terhadap
stakeholder
lainnya.Tapi
memang belum
diperkuat
dengan
peraturan dekan
atau peraturan
Vokasi. Jadi
karena kita
masih me-refers
ke peraturan UI.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


6. Infrastruktur Sekarang udah Tertulis,
campur, ada program kerja
karyawan sini ada anggaran
yang dari PLK,tapi Di kita juga ada
yang kemarin pak ya ada gambar
dekan sendiri baru gambarnya tapi
mengirim satpam2 saya lupa ada
ke sana untuk dimana. Di tim
pelatihan tentang fasilitas
rokok, mereka dulu Iya sudah, sudah
deh, mudah- kawasan tanpa
mudahan berhasil rokok

7. Media iya betul , kita sih Dan kita Sudah dipasang Kalo kita liat di
dibanyak tempat. di terapkannya di tanda dilarang bawah itu juga
web juga ada, 2013. Itu mulai merokok sudah ada rambu
Betul diweb ada sudah ada ya di depan kalo
baru masuk spanduk dan masuk ruangan
kehalaman pertama segala macem. itu kalo merokok
fisip peringatan itu Spanduk ada di denda 100ribu
ada, baru sebatas itu, dipasang, mba kepada siapapun
poster2 di semua boleh liat tuh dijalanin.
gedung , paling udah dimana aja
banyak memang dipasang
dipasang di takor

8. Pengorgani sekarang ini berjalan Secara khusus Jadi kita Ya. Mudah-
sasian bareng-bareng tidak engga, tapi koordinasi mudahan tidak
Pelaksana ada struktur formal secara rapat dengan salah kaprah ya.
KTR koordinasi iya. komandan Semua
Nanti malah kita satpam, kita mengandalkan
mengundang akan hanya kepada
bem mahasiswa memberikan petugas
berkumpul di masukan, dan keamanan.
auditorium mereka juga Karena petugas
Activity

sosialisasi akan keamanan hanya


sampah juga kan, memberikan sebagai pelaksana
kita tidak hanya masukan juga. tetapi
rokok. Kawasan Karena ada pengembangan
bebas merokok. beberapa itu harus
Sosialisasi segi satpam yg juga didukung oleh
untung rugi. merokok. Dulu peranan
Ruginya dimana rata-rata semua pimpinan,
si kalau merokok merokok, peranan kepala
sembarangan. sekarang sudah lembaga dan
Dan beberapa lumayan dan lingkungan. Jadi

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


temen karyawan yang kita kalo semua ini
gitu ya. Bagus rekruitmen tidak berjalan
juga, dengan adalah yang karena kurangnya
sistem gini sayatidak merokok. pengawasan saya
jadi bisa Dan yg paling rasa itu kita
menahan penting adalah mencari suatu
mereka mau yang tidak
untuk menegur berhasil mencari
yang merokok siapa yang mau
mau itu dosen dikambinghitamk
atau karyawan an.
yg merokok
tidak pada
tempatnya
9. Sosialisasi iya kan di setiap Web juga, Dalam rangka
KTR poster itu disebutkan misalnya mau itu kita
area merokok edom mahasiswa mencoba
sementara, tapi tetap mereka akan sosialisasikan
ga ini. Artinya, buka dulu tuh, secara terus
pimpinan fakultas anda memasuki menerus baik
juga udah dsetiap kawasan FT itu dengan
rapat dengan bebas rokok. Jadi BEM maupun
departemen itu semua DPM karena
disampein itu dari mahasiswa akan terkadang ada
tahun lalu, tapi dari informasinya resistensi
departemen ke dosen pasti mahasiswa terutama dari
saya ga tau, akan tau. kalangan
kayaknya sih kurang Mahasiswa kan perokok aktif
akan isi edom, terhadap
kalau edom kan kebijakan ini
akan buka web dengan alasan
dulu kan. Nah itu fasilitas yang
baru pertama kita sediakan
udah iklan itu tidak seimbang
kawasan bebas
rokok.
10. Melaksana kami juga mau Belum, tentang
kan mendatangkan pak kesehatan belum
Penyuluhan fuad baradja totok
KTR, terapi berhenti
Bahaya merokok, belum
Merokok terlaksana juga itu
dan Etika banyak kendalanya
Merokok kami mau bikin
klinik artinya biar
datang misalnya

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


berapa jam gitu 3
jam apa 2 jam disini
buka klinik itu,
rencananya, tapi itu
juga belum
terlaksana, masih
wacana terus
11. Melaksana sudah, Pak dekan Tapi sambil kita Biasanya kami Iya satpam tidak
kan udah cuap-cuap pantau juga. ada rapat boleh merokok,
Pengawasa terus setiap meeting Seperti nanti ada biasanya kami walaupun
n dan dengan karyawan itu sidak, security sampaikan, kadang-kadang
Penegakan selalu hal itu nanti keliling cuma kami mereka ngumpet-
Hukum disampaikan, tapi diam-diam memang masih ngumpet tetapi
tetap aja satpamnya masuknya menunggu satu untuk
ga punya mungkin dari step lagi. Kalau pelaksanaan
keberanian, belakang atau bangunan sudah dalam pemberian
ga di display, apa dari depan. selesai tdk ada instruksi dalam
nah itu masih nah Sebenarnya alasan lagi, apel pagi kita
itu sebetulny budaya ini sudah karena memang sampaikan karena
senjatanya sudah membudaya atau selama ini sifatnya ini kita
punya kan,surat belum si di alasannya tidak dari instansi
teguran itu kan mahasiswa difasilitasi. pendidikan dan
formal dari Artinya sudah jelas
pimpinan fakultas menurut saya pimpinan UI
sudah ada, nah cuma harus didukung menerapkan SK
penegakannya yg lgi dengan satu Rektor Sebagai
belum berjalan, peraturan baru petugas garda
dalam artian, kalau yg lebih jelas terdepan mau
ketahuan kan mungkin tidak mau harus
harusny langsung melengkapi SK mendukung
diusir ga boleh Rektor yang kebijakan dari
jualan lagi, nah itu terdahulu pimpinan.
belum smpai ke supaya lebih Kalau untuk yang
sana, tegas lagi. merokok
B : iya lisan kalau ga sementara kita
salah tertulis juga belum sampai ke
ada sana. Artinya
B : seinget saya, tapi Baru sampai ke
implementasinya sy internal
belum tau karena anggotanya. Tapi
Wadek dua punya kalau kepada non
rencana akan PLK kita belum
menerapkan komite menerapkan itu.
kayk misal Karena jujur
melanggar merokok sampai sekarang
itu kaitanya dengan ini kita dari PLK

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


komite akan ke sana belum terbentuk
tapi belum rinci scr dengan KTR yang
tertulis. Tapi baru. Artinya
peringatanya sudah yang lama
dimulai anggotanya kan
terpecah nih
anggota KTR nya
tuh siapa, saya
sendiri masih
belum jelas yang
sekarang ini.
Tetapi dulu
pernah dibentuk
Pak Yanto ,
mungkin Pak
Yanto lebih tau
sejarahnya
gimana gimana.
Tapi ya tadi
apapun kebijakan
dari pimpinan kita
siap
12. Melaksana lebih banyak diskusi Secara rutin dan Karena yang Kita selama ini
kan informal, kalau rapat koordinasi saja. bisa kita batasi sebatas peneguran
Pemantaua semester ini belum Jadi kita ada adalah ruagan saja, kayak bapak,
n dan pernah ada rapat, rapat koordinasi.. yang sering kita mas, kalo
Evaluasi semester lalu lebih inspeksi merokok jangan
intens, sibuk Sebulan sekali kadang-kadang di sini tolong cari
masing-masing, kita lakukan tempat yang lain
belum ada. Belum Z : Itu tim KTR seminggu sekali dsb..
ada sistem, belum gitu? atau dua
punya sistem untuk minggu sekali.
melaksanakan KTR Iya boleh lah Jadi misalkan
secara formal belum ada perokok di
ada Z: Atau gabung selasar, kita
dengan rapat nasehatin untuk
sementara itu ya itu, seluruh bagian? tidak merokok
sementara itu di situ. Kita
Atau khusus
menegur, bru begitu jelaskan bahwa
baru informal KTR aja? itu adalah
aturan yang
Engga untuk sudah
semua, masuk diputuskan oleh
koordinasi SK Rektor . tapi
ada semacam
penolakan.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


13. Tercapai Karena begini di Lumayan Masih belum
dan banyak tempat di lumayan sudah maksimal.
Terdokume ruang karyawan digunakan. Pertama, saya
ntasikanny banyak bau rokok Khusus kantin pembentukan
a Indikator berarti mereka juga sudah ada KTR nya Cuma
Kawasan diam ngerokok di budaya, budaya sekedar
Tanpa WC ngerokok di itu sudah mendengar tapi
Rokok bagian ruangan ada terbentuk tuh di tidak mengetahui
sebuah ruangan mahasiswa secara maksimal.
bagian bahwa kalau di Kedua, belum
infrastruktur,aduh kantin mau didukung
itu bau asap rokok. merokok mereka sepenuhnya oleh
Berkali-kali harus ke apa.. ke seluruh warga
diingatkan tetap smoking room, besar UI.
sedikit banget smoking area
perubahan Iya ke semuanya,
kan di kantin itu walaupun pada
dulu diterasnya kenyataannnya
masih negrokok aja, nih, masih ada
sekarang udah ga da. juga yang diam2
Udah ga ada yang di pojok.
berani di situ.
Output

Sk rektor apa SK
dekan?
Lumayan..
Berarti kan
waktu SK rektor
2011 ya, ini
2012 ini baru
diterapin 2013
Kalau SK
rektor.. kurang
ya.. kurang
booming. Kalau
SK dekan cukup
efektiflah
Ini Komitmen di
fakultas
Enggak belum
ada indikator..
Mungkin ke
depan iya..
14. Ada Artinya Sudah, kalau Sudah utk
Teguran pengumuman2 gitu, teguran sudah pelaksanaan.
bagi yang yang merokok2 aduh mbak. Sanksinya Cuma yg agak
Merokok di bahaya di taman yang belum. Jadi merepotkan

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Lingkunga korea, pabrik asap, kan kalau SK itu kalau satpam
n KTR yang misalnya saya kan yang misalnya
pernah menegur merokok itu di menegur dosen
pagi2 makan di situ foto.
sarapan, udah makan
duluan, tiba2
berikutnya ada
permpuan makan
juga tiba2 main
ngerokok aja, sy
pasti terpapar,
akhirnya saya tegur
saya memilih tempat
ini karena merasa
aman dari asap
rokok baru itu,
kayak gitu2
teguran lisan aja
15. Tidak Ada kita juga maunya ga Gak boleh, Kita udah coba
Tanda, kayak misalnya di soalnya beberapa
sarankan ke
Iklan, takor itu ada satu kali itu mbakkantin untuk
Promosi, penjual rokok udah godaan mbak, di
tidak berjualan
Penjualan secara formal sudah kantin tuh rokok dan itu
serta ditegur sama sponsor ya sudah
Sponsor fakultas, udah diberi dijalankan dan
Rokok. surat peringatan perkara mereka
untuk tidak menjual mendapatkan
rokok. rokok di luar itu
kita tidak bisa
batasi.
16. Adanya Tapi emang beum Dirumuskan, Belum ada Itu pertama awal
Sanksi bagi menerapkan sanksi, dirumuskan.. tapi sanksi siapapun yang
yang baru teguran2 jujur saja di FT melakukan
melanggar Z : sanksi juga disini sanksinya pelanggaran
KTR belum ada ya pak belum kita merokok di lokasi
B : apalagi sanksi terapkan ya. yang dilarang itu
Karena kita ada kena denda Rp
program 25.000. Sama
kawasan bebas sanksi. Itu sudah
rokok itu bukan pernah ada yang
berarti sama kena. Kemudian
sekali tidak karena sudah
boleh merokok. ditetapkan aturan
Itu kan pro- dan sudah ada
kontra juga fasilitas maka
sebenarnya pimpinan

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


antara tidak dan menambah sanksi
hak asasi. Bagi dari 25ribu
perokok ya menjadi 100ribu
menganggap itu Khusus PLK UI.
hak asasi itu. Sudah berjalan.
Kan saya ga
mengganggu
orang. Nah kalau
di FT kita
fasilitasi dari tim
fasilitas. Nanti
ada namanya
spot spot gitu ya,
nanti banyak
mba. Nanti ada
beberapa kita
akan bikin.
Sebenarnya
kalau sanksi kita
ada ya, berapa ya
denda tuh
100.000 kalau ga
salah. Udah
tertera di SK.
Cuma kita belum
mengimplementa
si itu adalah ,
Cuma kita kan
spotnya belum
lengkap.
Misalnya ada
orang merokok
secara diam
diam di gedung
sini. Kita usir dia
supaya merokok
di spot kantin,
nah ini ga
rasional juga
karena terlalu
jauh kan. Nah
mungkin akan
kita bikin nih,
titik ini dimana
macem2 sih Kendala bagi Menurut saya di Belum. Artinya
kendalanya, ada apa kita ya.. hmm.. level tau kalau ada

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


waktu itu yang ada ya kita tidak penegakkan aturan tapi belum
transisi punya tim aturannya harus untuk
kepemimpinan, dari khusus ada punishment pelaksanaan.
pimpinan fakultas Heehm pokja biar mereka Yang melanggar
juga ga terlalu, apa mengenai patuh. Jadi nanti mau diapain
ya dulu itu bikin sk misalnya katakan punishmentnya
dekan, makanya sk tadi ya k3 apakah di level
dekan tidak mengenai mahasiswa,
disosialisasikan, nah lingkungan , dosen, atau
kemudian ketika misalnya karyawan itu
dekan baru akhir sampah. Jadi harus
2013 2014 dekan sebenarnya kita dispesifikkan,
baru sangat concern, ga punya staff pengawasanya
terhadap kawasan, khusus. Security siapa. Harapan
fisip itu kalau formal itu bukan saya tidak ada
sih dekanat juga ngawasin rokok lagi yg merokok
jalan terus dengan gitu kan ya.. di UI, bukan
bahas itu pak dekan sekalian aja dia semata-mata
sendiri sudah smpai keliling karena
frustasi ngawasin. Jadi larangan, tapi
Ko begini ya, kita itu satu.. karena mereka
karyawan juga tidak jadi pemantauan sadar
mendukung efektifitas itu ya bahayanya
lebih dari 10. Di tim belum maksimal
relawan sendiri ada menurut saya.
yang itu keras dalam Saya disini, bisa
artian lo kita kan aja mahasiswa
hrusny sudah ngerokok dimana
menerapkan sk kan ya. Tapi
rektor, pp gitu kan saya ga liat,
pp tentang kesehtan begitu saya
sudah begitu, ada dateng dimatiin
yang ya kita coba jadi pemantauan
dulu deh yang jalan yang terus
tengah ini kan fisip menerus itu
ini apa berat banget. belum atau
pertama, kondisi mungkin nanti
warga fisip sendiri kedepannya kan
yg sngat heterogen pakai cc tv jadi
dan liberal, dalam keliatan dilayar,
artian ya gitulah itu kita belum
pemikiranya dan arahnya kesitu si.
rokoknya sndiri Dan memang
komunitas rokokya targetnya , target
cukup berat seperti SK
termasuk dosen, dekan,

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


krna kalau dosen sosialisasi,
sndiri masih bnyak targetnya
yg mrokok itu juga programnya
berat, itu karakter bukan melarang
kedua itu tadi merokok
penegakan aturan sebenarnya.
,belum ada belum Karena kita kan
ada sistem, saya g buat spot
tau makany itu merokok loh,
masih diskusi artinya
diantara kami juga sebenarnya boleh
apa kita perlu kan iya ga si..?
sekeras FKM, atau
gimana memberikan
denda. Nah sekarang
dengan kita
sebtulnya mencoba
test case juga dgn
aturan di takor itu
dan dicuekin habis
itu aduh gimana
iya mungkin perlu Jadi setelah spot Seharusnya ada Dulu awalnya
ada sistem dan itu mulai aturan yang semua ruangan
penerapan sanksi dibangun, baru lebih tegas dari yang ber AC
yang tegas seperti sanksinya mulai rektorat untuk .Kedua kalo di
itu, wacananya udah diterapkan? bisa kampus UI sampe
ada, cuma kita kayak Iya sistemnya disosialisasikan ruang pelayanan,
siput jalanya. harus jalan. ke seluruh sampe kawasan
oo wadek dua, Engga, Tapi mahasiswa. parkir UI. Tetapi
konite bukan komite. prinsipnya itu Terutama pas memang saya rasa
Artinya konite itu tadi, awalnya mahasiswa baru yang di halte
performance penolakan adalah masuk karena belum ada.
penilaian jadi kalau ya bikin tempat itu lebih efektif Larangan
ada yang merokok donk. Kalau menurut saya merokok belum
itu akan disitu kejauhan . Ini kita pasang ada. Untuk bebas
Z : jadi dia ngaruh lah, kalau disini diseluruh rokok itu tempat
ke penilaian gimana? Jadi gedung, yang mana yang
performance sebenarnya itu makanya kita dibataskan tempat
karyawan perlawanan, punya target. yang mana yang
B : akan dikaitkan kalau menurut Jadi target pada bebas merokok
dengan performance saya itu si bentuk tahun pertama itu. Misalnya di
penilaian perlawanan juga, di pengurusan jalan raya, di
Perlu ada sistem dan maknaya kita yang baru, danau, atau segala
penerapan sanksi apa ya.. bukan manajemen macam itu belum
fasilitasi baru target kita ada. Orang yang
sebenarnya. Ya seluruh gedung melanggar itu

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


kita merokok tuh bebas rokok banyak banget.
jangan dulu tahun Ya pada saat itu
sembarangan, kedua ada efektif tetapi tidak
buang puntung sebagian space memberikan
sembarangan dan kantin contoh kepada
segala macem itu diperbolehkan yang lain. Pada
merokok dulu saat itu dengan
sementara, penyampaian kita
kalau sekarang pas dengan
sangat bebas. peneguran yang
Sekarang kita pas mereka
pasangkan itu mengerti.
berbarengan Menurut saya
dengan mungkin harus
perencanaan dibentuk satuan
pembangunan kerja untuk KTR.
gedung. Jadi Harus dievaluasi
kalau alasan kalo ternyata
mereka belum maksimal
sekarang ngga harus dibentuk
ada tempat , kembali. Mereka
ngga ada juga harus ngerti
kompesasi,dsb. tugasnya itu
Kan bisaanya bagaimana. Harus
perokok melaporkannya
melakukan pada siapa.
pembenaran Sampai saat ini
meskiun tidak belum ada
benar. Kantin pelaporan.
yang kita buat Terus itu tadi,
nanti ada 2 aturan bisa
lantai, nanti kita berjalan kalo
akan pakai didukung oleh
system smoking semua pimpinan
room mesipun yang kedua
kita kurang dengan
sepakat, karna lingkungan.
memang untuk Karena terkadang
mengantisipasi kalo kita
restistensi menetapkan
mahasiswa, jadi aturan, pertama
kita sediakan kita sosialisasikan
ruangan ukuran dulu kepada
3x4 dan itu seluruh warga
akan dialirkan kampus bahwa
ke kampus itu bebas

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


rokok. Kalo
sudah ada
sosialisasi yang
begitu gencarnya
kita gampang
menetapkan
aturan tetapi kalo
sosialisasinya
Cuma beberapa
titik dan fakultas
yang menerapkan
saya rasa akan
jadi pincang.
Jangan sampai
timbul di sini
fakultas ketat di
sana ga ketat.
Jadinya kalo mau
merokok ke sana
aja. Terus juga
kalo dibentuk ini
karena sekarang
kita tidak boleh
membalikan
tangan. Kalo di
tempat ini ga
boleh mungkin
ada tempat
khusus untuk
merokok
disedikan tempat
untuk merokok
biar nanti lebih
mudah
mengarahkannya
kepada mereka.

Indikator P8 P9 P10
Variabel

(Pak Ardian Humas UI) (Fasilitas dan Umum) (Pak Hamid Chalid/Wakil
Rektor 4)

1. Komite/ Ada.. pokja ktr ui Timnya belum ada Pokja yang mana?
Pokja Saya udah ga ikut Jadi justru yang sekarang
Input

berapa lama ya.. bulan saya sedang lakukan


mei ini kayanya ga adalah saya meminta
denger, udah htts mereka untuk

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


kemarin kan.. mengundang pokja itu ,
Setahun mungkin lebih Saya bilang itulah
dari sekali , kan masalahnya setelah saya
biasanya kan sekitar ngobrol sama mereka
bulan mei mereka mantan pokja itu saya ga
intensif tapi bulan mei kenalan. Karena suasana
ini kayanya ga ada, apa ga jelas karena berisik jadi
saya yg ga ikutan, siapa dia namanya siapa
hehe karena kan itu ga clear. Jadi saya
pimpinan yg dulu kalau bilang cari tau lah
ada acara ngajak saya
gitu kan.
Mahalum, fakultas,
kemahasiswaan UI terus
eh.. ya dari anggota
pokja lah ya, dari tim
tim anggota yg lain ya
gitu sih..
Sebenarnya si, engga
susah, yang penting
concern , punya
kompetensi dan punya
akses disitu
2. Tenaga Humas bukan tenaga Pengawasan susah Belum ada yang ditunjuk
Pengawas pengawas dilakukan yang sebagai tenaga pengawas
diperlukan kesadaran sedang dipikirkan sistem
yang terbaik.

Nah, itu masalahnya kan


karena belum tertera
di..SKnya. SKnya tdk
menyebut PLK sebagai
tenaga penegakannnya
kan?seinget saya engga

3. Anggaran tidak menganggarkan Anggaran juga belum Anggaraan itu diserahkan


banyak pada kegiatan ada kesitu, karena dari ke fakultas masing2 unit
sosialisasi ini jadi awal yg kita sblmnya ga semua gitu misalnya, apa
memang sosiaslisasi ada. Ya mungkin tahun
namanya. Membangun
selalu dianggarkan di depan lah.
humas. signage tanda2 atau
Bukan ga ada inisiatif, kampanye. Itu terserah
yang menjadi masalah kita masih nerusin fakultas masing2 namun
memang mebutuhkan anggaran yang lalu. kita atur.
dana yang tidak sedikit,
ketika harus membuat

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


rambu. Nah ini kan
melibatkan fasilitas.
Seenggaknya kan
pengadaaan barang dan
anggaran? Mungkin
ketika kita balik
pengampunya
kemahasiswaan tapi
yang punya hak untuk
memasang fasilitas
siapa? Rambu2 kan,
kalau misalnya
fasilitasnya tidak mau
bergerak tidak ada
anggarannya ya ga
beregerak. Dan inipun
ga da anggarnnya.
Bayangin kita harus
masang signing brp
banyak , brp biayanya?
Dulu iya, kalau sekarang
engga spesifik. Tiap
tahun kita bikin
program, ya beberapa
kegiatan ini kita ikut
mendanai.
Iya karena ya itu tadi,
kita juga didesak oleh
anggaran yang semakin
dirapatkan.
Kan, pertanyaannya
ketika ada suatu aturan
dateng di tengah tahun
dari sebuah SK tersebut
, eh ditanya ini siapa,
atas anggaran siapa? Ga
ada yang bisa jawab.
Pertanyaannya sekarang
brp biaya buat bikin
anggaran itu. Karena
setiap unit punya
indikator kinerja yg
harus dicapai. Ketika
tidak masuk dalam satu
indikator kinerja itu
susah

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


4. Kajian KTR Kalau dari awal awal Yang mereview intinya
iya, kita terutama adalah BLLH sendiri
kemahasiswaan si lebih tetapi secara garis besar
banyak, ketika pimpinan
Iya kemahasiswaan ui , menginstruksikan untuk
banyak kemahasiswaan membuat draft yang baru
fakultas kan itu, kita hanya meminta
agar dibangun aturan yang
tegas mengenai ruang
khusus merokok dan
sanksi. Jadi begitu itu aja,
jadi sebetulnya kita
melihat apa yang sudah
ada itu bagus hmm SK yg
lama kemudian di
perbaiki. Dan diubah
formatnya dari SK
menjadi peraturan
5. Kebijakan / Yang jelas dari rektor memang perlu tapi kita Maka perlu ada semacam
Peraturan iya, dari wakil rektor harus pahami bahwa ehmm revisi atas SK yang
juga iya. Kalau periode rokok tuh kaya budaya lama menjadi SK rektor
yang lama ada juga mungkin dalam hal yang baru dan bentuknya
beberapa pimpinan yang kesehatan oke masalah diubah dari SK menjadi
masih perokok aktif kan. merokok. Kebijakan ini peraturan, ehm, tapi
Kalau yang sekarang ga ada salah. Ini bukan sampai sekarang belum di
iya. Tapi mungkin ini salah benar. Menurut teken itu tapi udah final
kalau yang di periode saya sangat diperlukan ya.. di saya masih di
sekarang belum jadi apalagi kita lingkungan bahas.
prioritas. Jadi ya.. Pendidikan. Bahwa
kebijakan itu lingkungan ui bersih
musimanlah mana yg termasuk dalam hal
trendnya sedang naik, polusi rokok.
yang menjadi isu utama
itu yangharus
dikendalikan utama
sementara kan kaya
rokok seperti halnya
ketertiban lalu lintas, itu
kan memiliki aturan yg
harus terus dipelihara
tap ikan misalkan
mungkin sekarang ada
isu utama misalnya
kemanan ya.
6. Infrastruktur Engga si, kita gas ampe Masih perlu, fasilitas utk
kesitu karena kita kalau perokok.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


udh sampe masuk teknis
gitu udah berat ya. Kita
lebih kepada
mengarahkan. Misalnya
mau ngadain
penyuluhan oke kita
bantu sosialisasinya kita
bantu publikasinya
semuanya kita yang
pegang. Jadi kalau kita
merencanakan detail
bahwa klinik anti
merokok ini semua kita
ga bisa ga punya
kompetensi.
Sebenernya si sosial
media itu sangat efektif
menampung itu semua
dan itu ada kok, selalu
ada
7. Media Ya sejauh ini kita Spanduk itu bukan Sudah ada
menyediakan spanduk, produk fasum, PAU ada
himbauan2 apa stiker itu sign tapi masih parsial
kita semuanya membuat blm secara keseluruhan
himbauan itu. Yang dan masih jd PR
elektronik lah yang lebih
gampang, kan tidak
mengeluarkan dana.
Kalau spanduk masih ,
tapi kalau rambu
permanen yg pakai besi
itu kita ga bisa.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


8. Pengorganis saya lebih melihat Sebetulnya saya diminta
asian kepada ehm.. orang- bantuan untuk bukan
Pelaksana orang yg memang kepada penegakan tetapi
KTR concern pada isu ini. kepada pembuatan
Terutama kelompok anti peraturan . gitu
merokok, itu lebih penegakannya itu nanti,
mendominasi memang itu td yg saya bilang
dari kemahasiswaan tolong dipikirkan kpd
fakultas, kemahasiswaan BLLH
Ui kemudian apa humas
terlibat, kemudian Bisa jadi,,, itu kan
UKM2 juga terlibat.. kemudian kita kembalikan
eeh.. dibuat rapat ya kpd PLK atau kita
memang mendesak
bikinsatu wadah baru atau
rektor untuk
mengeluarkan perturan apa. It just a question
ini, SK ini. Tapi ya kalau memang udah PLK
memang karena banyak aja terus ya sudah PLK
pihak. Pada waktu itu yg tap ikan perlu dikaji
ga keliatan sbnrnya keanap selama ini ga
pengampunya siapa. efektif. Kan memang ga
Harusnya pengampu
Activity

efektif iya ga? Ga jalan itu


peraturan itu. Karena
banyak pihak gitu, eeh,, kan berarti PLKnya ada
ya agak susah bagi apa dg PLK itu yang harus
humas ketika dinilai.
pengampunya sendiri ga
tau gitu. Jadi ini
sebenarnya kliselah di
UI. Ketika ada suatu
peraturan, ketika ada
suatu sistem diterapkan
ya kan. Kebijakan
apapun yg
bertanggungjawab itu
harusnya pengampunya.
Begitu, jadi kan itu
banyak ketika ya
istilahnya banyak
kejadian di UI itu,
banyak suatu sistem ga
bekerja karena
melibatkan lintas unit.
Nah itu..

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


9. Sosialisasi Diapasang di web di Sosialisasi sudah Kan begini.. Tujuan kita
KTR twitter, kemudian di fb tuh begini. Kita mau siap
gitu pengingatan bahwa dulu siap dulu dg
UI adalah Kawasan setidak2nya draft final,
Tanpa Rokok setiap draft final itu kita bawa
acara kita apa kita selalu dalam rapimkab untuk
ingatkan kembali mendapat masukan2 dari
gitukan, nah itu yang fakultas2 dan barus etelah
bisa dilakukan yaitu. itu kita adakan revisis
Tetapi terkait apabila perlu, lalu
pembuatan yang katakan kemudian di SKkan baru
itu pembuatan kemudian ditegakan
bangunan.

10. Melak Enggak si, kita enggak Belum ada Belum ada
sanakan sampe kesitu karena kita
Penyuluhan kalau udah sampe
KTR, masuk teknis gitu udah
Bahaya
Merokok berat ya. Kita lebih
dan Etika kepada mengarahkan.
Merokok Misalnya mau ngadain
penyuluhan oke kita
bantu sosialisasinya kita
bantu publikasinya
semuanya kita yang
pegang. Jadi kalau kita
merencanakan detail
bahwa klinik anti
merokok ini semua kita
ga bisa ga punya
kompetensi.

11. Melak dari awal bu rita sendiri Ini harus pelan-pelan ktr Jadi kita justru dengan
sanakan sebagai ketua KTR UI ini kita tau kesehatan rektor yang baru ini, ingin
Pengawasan sudah memprediksi fisip segala macem, tapi menegaskan kembali
dan fib akan alot , ya kalau ada yg jawab tentang aturan itu yang
Penegakan memang sekarang kakek saya ratusan selama ini saya pandang
Hukum misalnya dikantin taman tahun nah sulit kan kita pelaksaaannnya belum
korea berjejer poster jawab. Tapi memang jalan. Dimana mana orang
spanduk segala macam perlu sosialisasi yg terus masih merokok.
peringatan tapi tetap aja menerus. Terus
jalan terus, kita menegur kemudian juga pertama mengenai tidak
dngan alus, ga digubris mengubah budaya itu tersedianya ruang untuk

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


juga, bahkan kadang- ya.. merokok.
kadang sempet Itu tadi yg saya bilang,
ditantangin gitu ada sebagian org yg tdk
belum ada pengawasan berhenti setengah mati
dan penegakan utk berhenti udh nyandu
dan kebudayaan. Kalau
Ya menurut saya kenapa kita ga beri tempat
ini kurang efektif, salah akhirnya nyolong2.
satu faktornya itu, Kwasan itu perlu tp
pengampu. harus ad akawasan yg
Pengampunya itu kalau lain, kemudian akna
Cuma kemahasiswaan dipersempit terus2 krn
dia tidak kuat sama sesuai kebutuhan. Yg
sekali tidak bisa penting itu edukasilah
mengatur karyawan biar org itu tdk merokok
tidak bisa mengatur dg sendirinya tanpa
dosen. Harusnya lebih harus ada kawasn gitu,
naik Sudah ada SK rektor,
sebenarnya ada dari dulu blm ada saya
peraturan apa presiden liata da kawasan yg
diturunkan jd sk diberklakukan secara
gubernur gitu, kan di tegas. Kalau ad atanda
fakultas kan diterapkan terus kemudian
sebagai pertauran, pengawasnnya
silahkan diterapkan bagaimana, ini kan juga
peraturannya sudah ada perlu perangkat.Kalau
induknya kok, Karena simbol sudah banyak
setiap lini unit kerja itu lah. Namun yg
bisa menerapkan kemudian perlu ya itu
misalnya pimpinan, pengawasan. Kalau
sebenarnya pimpinan uit simbol sekedar soimbol
kerja bisa menerapkan apa si itu.
anak buah yang
merokok itu tidak akan
mendapatkan apa
penilaian kinerjanya.
12. Melak Tidak (Humas tidak Yang mereview intinya
sanakan terlibat) adalah BLLH sendiri
Pemantauan tetapi secara garis besar
dan Evaluasi Z : Nah dalam ketika pimpinan
pemantauan dan menginstruksikan untuk
evaluasi sendiri kalau membuat draft yang baru
itu, kta hanya meminta
humas UI terlibat ga?
agar dibangun aturan yang
Paling hanya dalam tegas mengenai ruang
complain tadi itu aja khusus merokok dan

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


P : Tidak sanksi. Jadi begitu itu aja,
jadi sebetulnya kita
melihat apa yang sudah
ada itu bagus hmm SK yg
lama kemudian di
perbaiki. Dan diubah
formatnya dari SK
menjadi peraturan
13. Tercap Diperencanaan si iya, Disini tidak bebas, Saya tidak melihat ada
ai dan diperencanaan ada tapi mereka ngumpet2 di yang berubah .
Terdokumen realisasinya engga spot trntu. Disini mulai
tasikannya KTR ini sendiri kesadaran kawasan ini Cuman begini saya
Indikator sebenarnya ya.. apa ya, ktr gitu ya.. Cuma itu td mendapati tdk ada lagi
Kawasan ehhm.. membutuhkan krn udh kebiasaan orang yg merokok . ga
Tanpa komitmen yg sebetulnya mereka hrs mencari
juga si di bbrp tempat
Rokok sangat serius. Kalau kita tempat.
lihat periode Keberhasilannya , masih mereka masih merokok di
kepemimpinan yang jauh ya.. masih jauh dr ruangan. Cuman memang
lama itu, jangankan harapan, krn ini saya, saya waktu di
mengatur seluruh UI di semuanya ga Cuma fak.hukum saya kan
gedung PAU aja susah karyawan termasuk jurusannya di HTN saya
mengatur gitu. Jadi ya mahasiswa, dimana2 kebetulan ketua bidang
ini membuat kita punya masih merokok sm
studi, sebagai ketua
kendala juga. Ya seperti pemerintah hari
akibatnya pergantian tembakau aj masih bidang studi saya cari duit
pimpinan, pimpinan kita bnyak yg merokok utk renovasi ruangan.
Output

yang dulu itu jamannya Renovasi ruangan itu saya


bu farida masih concern. ciptakan untuk membuat
Kalau yang sekarang ruangan yg tdk
masih belum banyak memungkinkan orang utk
antrean yg tugas tugas
merokok . Di jendela itu,
itu yg belum diserahkan.
Jadi ya kalau saya si kan caranya mereka
pengamatan saya kurang merokok itu, mepet di
efektif sosialisasi yang jendela mereka membuak.
berjalan selama ini Itu jendela saya matiin
karena kita selalu apa, semua.. terus saya bilang
selalu dingetin lah hari
padahal ini senior2 semua,
tanpa tembakau jalan
lagi. Kira kira seperti mohon maaf nih bang kita
itu, nah tapi SK ini bisa ruangannya yang bebas
jadi diterjemahkan rokok jadi abang kalau
dengan pihak fakultas, merokok silahkan keluar ,
Seperti SK dekan itu itu saya sediakan sofa
memang sambutannya disitu utk abang merokok .
sangat ya menurut saya
menyediakan kursi diluar

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


itu sangat baik itu ya. ruangan, dan meja dan
Bahwa dengan adanya asbak. Itu efektif, saya
satu mekanisme lakukan. Itu menunjukan
perencanaan yang bahawa kita tdk bisa sama
terstruktur itu ada
indikator-indikator yang sekali menutup, ketika
harus dicapai, akibatnya kita menutup akibatnya
ketika ada satu indikator nanti diam2 ketika kita ga
kurang. Berapa ada semua mereka
penegakannya, nah itu merokok. Padahal
dimasing-masing unit ruanganya tertutup.
itu semua punya
indikator ini jadi Ya yg perhatikan itu ada
dilaksanakan gitu.. jadi kesungkanan, tapi gini
yang di fakultas ini lebih
misal saya lg lewat
karena itu tadi ada
indikator yang harus kedapatan karyawan
dicapai. merokok buru2 matiin,
Ada, ada perubahan. tapi saya ga bisa bialng
Yang jelas apa2 ke karyawan gitu aja,
perubahannya adalah besok dia ngerokok lg,
merokok terang- kan ga setiap hari saya
terangan itu berkurang .
ketemu.
Kalau yang merokok
terang-terangan
sekarang ya itu memang
yang bandel aja yang
emang ga bisa
dibilangin gitu. Yang
jelas setelah SK itu
keluar pimpinan yang
merokok ya jadi... apa..
ga berani terang-
terangan dia. Itu juga
jadi, dia harus
mencontohkan gitu
perubahan
14. Ada Maksudnya kan humas Ada peneguran, tapi kan
Teguran terkait sosialisasi kalau tadi ditegur disini
bagi yang teguran kan bagian dari pindah kesini.
Merokok di sosialisasi, itu ada Kewenangan menegur,
Lingkungan himbauan atau semacam siapa yang berwenang.
KTR paling tadi ya pimpinan Siapa penegaknya
ke staff ya. Ya memang
ke situ si tadi, lebih
hierarki , itu kalau

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


sesama apalagi lintas
susah, itu ga mungkin,
Kamu negur dosen
walaupun gimana ga
berani, sesama dosen aja
ga berani, apalagi yang
menegur senior
dosennya.
15. Tidak tapi kan kita bisa liat Sudah lama tidak ada Sudah dilarang
Ada Tanda, dari kemahasiswaan
Iklan, udah jelas udah dikunci
Promosi, tidak menerima
Penjualan beasiswa atau bisa
serta dibatalkan , gitu jadi itu
Sponsor yang paling signifikan,
Rokok.
16. Adany Ga ada, sanksinya aja Belum tau Kita mau itu di draftnya
a Sanksi bingung apa, apalagi ditulis, orang yang
bagi yang kita . Apa yang mau kedapatan merokok itu
melanggar wajib membayar denda
disosialisasiin.
KTR 100.000. ga gede karena
kan yg merokok banyak
juga tendik2 yg gajinya ga
besar kalau kita taro. Itu
aja 100.000 mereka udah
sangat banyak . Bisa
mengganggu
perekonomian mereka dg
hanya 100.000 gitu, jadi
soalnya bukan soal
100.000 200.000 soal
sejuta atau berapapun tapi
bagaimana kita
menegakannya .
17. Kendalanya satu,tidak Nanti saya pelajari dulu,
ada pengampu , saya baca dulu. Karena
pengampu ini kan akan mau ditanaya apa asaya
bertanggungjawab masih bingung, saya
terhadap anggaran, dan belum konsentrasi ke
satu lagi memasukan situ maaf ini urusan
penetapan indikator dan sampah, kebersihan
memasukan KTR ini ke urusan apa yang kesini
mempunyai point nih kalau saya liat di
kedalam indikator RKAT belum ada, kan
kinerja utama. Jadi bidang saya yang
kalau saya melihat kebersihan segala

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


kebijakan apapun disini macam, karena sampah
tidak bisa efektif, kalau itu yg jadi masalah
pengampunya itu terus.
memang tidak serius, ya orangnya budayanya
kurang serius atau tidak itu tadi, penegakan
serius. Balik lagi kalau peraturan itu di
pengampunya tidak jelas pelaksanannya.
bagaimana kita bisa tau Kawasnnya mungkin
gitu, ini pengampunya berhasil tapi sbeelah
siapa dan ini dimasukan sono kita ga tau, tidak
ke dalam indikator hanya pengawasan tapi
kinerja utama kesadaran tetapi dalam
Sudah menjadi indikator arti gini . mengubah
kinerja utama itu hobi
indikator prioritas
anggaran gitu
18. Efektifitas perubahan Akan dipelajari dan juga
yang jelas mulai ada akan diprioritaskan.
perbaikan etika
merokok, setidaknya
etika merokok itu disini
jadi lebih baik lah, orang
jadi lebih sopan kalau
merokok .
Jadi memang dia
berjalan masuk ke
program kerja apa,,
anggarannya sekian2 .
Enggaka da perencanaan
spesifik sosialisasinya
gimana pemantauan
sosialisasinya gas ampe
sana ya karena belum
ada pengampunya itu
Kalau masuk Indikator
kinerja utama itu semua
dokumen akan ada
kodenya
Kalau tahun periode lalu
berarti ada indikator
masuk indikator?
Belum..
Oh, tahun lalu juga
belum masuk indikator
Kita sekarang nih gini
tata kelola kita tuh

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


mengalami perubahan
yang sangat drastis gitu
kan, sangat drastis
perubahannya kita juga
merasakan 3 tahun yang
lalu kita buat aturan
semua penerapan itu
susah karena merasa gue
ga wajib ngerjain itu.
Tapi sekarang begitu
kita bikin aturan kita
masukan itu ke indikator
kinerja. Ga ada yang
bisa lawan, dan unit
kerja yang terkait itu
mau ga mau harus
melaksanakan itu, itu
sangat powerfull ketika
masuk situ itu sudah
menjadi tujuan
universitas. Kalau
sekarang ini masih
menjadi tujuannya pokja
SK itu hanya tujuan
pokja bukan jadi tujuan
universitas walaupun
sudah menjadi SK
rektor. Jadi ya gitu aja
si, ini harus menjadi
tujuannya universitas .
Salah satu untuk
menjadi tujuan
universitas adalah
dengan menjadi
indikator kinerja
Nah iya akn, kalau
masuk jadi indikator
kinerja kan, mau ga mau
harus sdm harus
ngejalanin,
kemahasiswaan harus
ngejalanin, fakultas
harus ngejalanin untuk
mencapai ini semuanya.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yth Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

Saya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, akan melakukan penelitian
yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia

Sebagai gambaran penelitian ini :

1. Latar belakang penelitian :

2. Lama penelitian dan subjek penelitian : 4 minggu dan 11 subjek penelitian

3. Perlakuan terhadap subjek : Hanya wawancara mendalam

4. Kemungkinan risiko kesehatan : Tidak ada

5. Penjelasan terjaminnya subjek : Subjek akan terjamin kerahasiaan identitas dan tempat
tinggal, serta tempat wawancara yang representatif sesuai kebutuhan responden dan
peneliti

6. Pengobatan medis dan ganti rugi apabila diperlukan : Tidak ada

7. Nama jelas dan alamat penanggungjawab medis : Tidak ada

8. Partisipasi bersifat sukarela dan setiap saat subjek dapat mengundurkan diri

9. Kesediaan dari subjek : Bersedia/Tidak bersedia

Kami berharap Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia menjadi responden penelitian ini.

Depok, Mei 2015

Zahrina

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


FORMULIR

KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Dengan ini saya

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Telpon/HP :

Menyatakan bersedia mengikuti kegiatan Penelitian berjudul :

Evaluasi Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia

Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan pada saya, maka saya berhak
mengajukan pengunduran diri dari kegiatan Penelitian ini.

Depok, Mei 2015

Peneliti, Responden

( Zahrina ) ( )

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


PANDUAN WAWANCARA MENDALAM (Pelaksana Tugas Harian Universitas)
EVALUASI PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA

Tanggal Wawancara : Kode/No :

Nama Pewawancara :

Waktu Wawancara : ............-..........

Tempat wawancara :

Deskripsi Situasi Wawancara :

I. Karakteristik Responden
Nama :
Jenis kelamin :
Tempat, tanggal lahir :
Alamat :
Riwayat Pendidikan :
No Telp/HP :
Pekerjaan :
Jabatan/Lama Bertugas :

II. Pertanyaan Pendahuluan

Latar belakang dan Sejarah diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok di Universitas


Indonesia?

III. INPUT

A. Komite/Pokja
1. Apakah ada komite atau kelompok kerja yang dibentuk untuk pelaksanaan KTR UI ?
2. Bagaimana proses keterlibatan dalam Pokja KTR UI
3. Peran dalam Pokja KTR UI?

B. Tenaga Pengawas
1. Sudah adakah tenga pengawas dan bagaimana pengawasan KTR UI dilakukan
dilingkungan PAU.

C. Anggaran
1. Berapa persen besar anggaran untuk KTR ? (Nominal jumlahnya)
2. Darimanakah dana tersebut dianggarkan?

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


3. Bagaimana proses penentuan dan alokasi dananya? (pemanfaatan dana ?)
4. Digunakan untuk apa saja dana tersebut?
5. Bagaimana ketersediaan dan Kecukupan anggaran dalam implementasi KTR?

D. Kajian Kawasan Tanpa Rokok


1. Apakah dilakukan kajian sebelum pembuatan Peraturan KTR UI?

E. Kebijakan/Peraturan
1. Peraturan yang menyangkut dengan Unit di lingkungan rektorat/Universitas Indonesia?

F. Infrastruktur

1. Sarana dan Infrastruktur apa yang ada untuk mendukung pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok? [- SK tentang penanggung jawab dan pengawas -Instrument pengawasan -
materi sosialisasi -tanda larangan merokok -Mekanisme dan saluran pesan (penyuluhan,
stiker, poster, papan pengumuman dll) -pelatihan bagi pengawas ktr]
2. Siapakah yang menyediakan infrastruktur tersebut ?
3. Kapan mulai dibuat infrastruktur tersebut?
4. Bagaimana efektifitas infrastruktur tersebut?

G. Media
1. Media apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan KTR?
2. Siapakah yang membuat / menyediakan?
3. Bagaimana proses penentuan pembuatan media dan tindak lanjut apa yang dilakukan?
4. Bagaimana dampak dari media yang digunakan tersebut?
5. Apakah kendala dalam pembuatan media?

IV. ACTIVITY

A. Pengorganisasian Tugas dan Tanggung Jawab


1. Adakah pembagian tanggungjawab, tugas dan wewenang dalam pelaksanaan KTR UI?
2. Apa sajakah tugas dan tanggungjawab yang ditentukan dalam pengorganisasian?
3. Bagaimana peran tersebut dijalankan?
4. Apa kendala dalam pengorganisasian tugas dan tanggung jawab?
5. Bagaimana efektifitas dan efisiensi tugas dan tanggungjawab tersebut?

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


B. Sosialisasi
1. Apakah sosialisasi sudah dilakukan?
2. Sejak kapan dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk sosialisai?
3. Bagaimana metode atau cara sosialisasi dilakukan?
4. Sasaran / kepada siapakah sosialisasi diberikan ?
5. Apakah sosialisasi melibatkan pihk pihak tertentu?

C. Melaksanakan Penyuluhan KTR, Bahaya Merokok dan Etika Merokok


1. Apakah sudah ada penyuluhan yang dilakukan?
2. Kapan dan berapa kali?
3. Materi apakah yang diberikan?
4. Siapa sasarannya?
5. Bagaimana penyuluhan dilakukan dan apa respon yang didapatkan?

D. Melaksanakan Pengawasan dan Penegakan Hukum


1. Bagaimana pengawasan dan upaya penegakan peraturan dilakukan?

E. Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi


1. Apakah ada pemantauan berkala dan evaluasi yang dilakukan?

V. OUTPUT

A. Terwujudnya 7 Indikator Kawasan Tanpa Rokok

1. Apakah ada dokumen atau hasil survey pemantauan mengenai ketercapaian KTR UI?
2. Apakah dilakukan pemasangan tanda/sign KTR ?
3. Apakah ada perubahan yang terjadi sebelum ada peraturan dan setelah ada peraturan?
(probing : bagaimana perubahan yang terjadi setelah pemasangan tanda)
4. Bagaimana ketercapaian dan keberhasilan UI menjadi Kawasan Tanpa Rokok dilihat
dari 7 indikator tersebut?

B. Ada Teguran bagi yang Merokok di Lingkungan KTR


1. Apakah ada teguran yang dilakukan apabila ada yang merokok di lingkungan KTR?

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


C. Tidak Ada Tanda, Iklan, Promosi, Penjualan serta Sponsor Rokok
1. Apakah masih ada iklan, promosi, penjualan dan sponsor rokok?

D. Adanya Sanksi bagi yang Melanggar KTR


1. Apakah ada sanksi bagi pelanggaran terhadap KTR? (probing : Bentuk sanksi yang
diberikan. Mengapa tidak ada sanksi yang diberikan?)
2. Siapa yang merumuskan dan bertanggungjawab terhadap pemberian sanksi tersebut?
3. Bagaimana pelaksanaan sanksi tersebut?

VI. Pertanyaan Penutup


1. Kendala apa yang paling signifikan terhadap pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Universitas Indonesia sejak SK Rektor ditandatangani?
2. Bagaiamana dampak, ketercapaian dalam pelaksanaan Kawasan tanpa Rokok UI?
3. Apa yang harus dilakukan untuk dapat melaksanakan kebijakan Kawasan tanpa Rokok
yang semakin baik?

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA
Nomor: looL tsKNUv2012

TENTANG

PENGANG KATAN KOORDINATOR PELAKSANA TUGAS HARIAN


KAWASAN TANPA ROKOK
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA

REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa telah diberlakukannya Keputusan ReKor Nomor:1g05/swwull2o11


tentang
.
b.
Kawasan Tanpa Rokok Universitas lndonesia (KlR);
bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 4 ayat (5) Keputusan Rektor
sebagaimana disebutkan pada butir a, maka perlu diLentuk Petugas dar/atau
Koordinator Pelaksana Tugas Harian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b maka
Pengangkatan Koordinator Pelaksana Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok di
Lingkungan universitas lndonesia perlu ditetapkan dengan Keputusan Rektor
Universitas lndonesia;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 152 Tahun 2000 tentang penetapan universitas
lndonesia sebagai Badan Hukum Milik Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 1T Tahun 2010 tentang pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
Pendidikan;
5. Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas lndonesia Nomor 0I/SKMWA-U|/2003
tentang Anggaran Rumah Tangga Universitas lndonesia; 'i,
6. Ketetapan Majelis Wali Amanat Universitas lndonesia Nomor 008/S[(MWA-Ull2O04
tentang Perubahan Ketetapan MWA universitas lndonesia Nomor: 00s/sl(MWA-
u42004 tentang Tata Tertib Kehidupan Kampus universitas lndonesia;
7, Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas lndonesia Nomor 00SiSI(MWA -l)lnAOT
pengembangan universitas
lenfqng Kebijakan Umum tentang arah lndonesia 2007-
2012;
8. Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas lndonesia Nomor 009/SI(MWA-UllZOI7
tentang Pengangkatan dan Penugasan Rektor Universitas lndonesia periode 2007-
2012;
9. Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas lndonesia Nomor 011/SI(MWA-UllZ007
tentang Perubahan Pasal 37 ayat (1) Anggaran Rumah rangga universitas lndonesia;
10. Keputusan Rektor Universitas lndonesia Nomor obblsruruuuzooz tentang
Perbaikan Struktur Organisasi lnti Universitas lndonesia;
11. Keputusan Rektor universitas lndonesia Nomor 756/sl(R/uu2007 tentang
Kelengkapan Struktur Organisasi lnti Universitas lndonesia;
12. Keputusan Rektor Universitas lndonesia Nomor lgOslsl(Rlul/2011 tentang
Kawasan Tanpa Rokok Universitas lndonesia (lfiR Ul);

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERTAMA Membentuk Koordinator Pelaksana Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok di
Lingkungan Universitas lndonesia;
KEDUA Mengangkat mereka yang namanya tersebut dalam lampiran Keputusan ReKor ini
sebagai Koordinator Pelaksana Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Universitas lndonesia;
KETIGA Tugas Koordinator Pelaksana Tugas Harian Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Universitas lndonesia adalah:
a. Membuat dan mensosialisasikan bahan-bahan/materi Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Keputusan Rektor Nomor: 18051S1ffi/Ul/201 1 ;
b, Mengkoordinasikan materi Petunjuk Teknis untuk dibuat di dalam Keputusan ReKor
Universitas lndonesia;
c. Menyelenggarakan kegiatan yang terkait dengan Kawasan Tanpa Rokok
Universitas lndonesia;
KEEMPAT Dana untuk mendukung pelaksanaaan semua tugas Panitia Pelaksana Penyusunan
Keputusan Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Universitas
lndonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
KELIMA Keputusan ReKor ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Rektor ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

I ' Prof. Dr. der Soz Gumilar Rusliwa Somantri


Tembusan Yth
if nte 1 e63031 1 1 ee0031 003

1. Ketua Majelis Wali Amanat; lr


2. Ketua Senat Akademik Universitas;
3. Para Wakil Rektor;
4. Sekretaris Universitas;
5. Para Dekan Fakuttas;
6. Pelaksana Harian Ketua Program Pascasarjana;
7. Ketua Program Vokasi;
8. Para DireKur;
9. Pertinggal.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Lampiran Keputusan Rektor Universitas lndonesia
Nomor tpb |SK|NUU2012

" KOORDINATOR PELAKSANA TUGAS HARIAN


KAWASAN TANPA ROKOK
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA

jawab
Penanggung : Rektor Universitas lndonesia
Pengarah : 1. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
2. Wakil Rektor Bidang SDM, Keuangan dan Administrasi Umum
3. Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama
lndustri
4. Direktur Pembinaan Sumber Daya Manusia
5. Direktur Umum dan Fasilitas
6. Direktur Keuangan
7. Direktur Pendidikan
8. Direktur Kemahasiswaan
9. Kepala Kantor Komunikasi
10. Kepala Kantor Pelayanan Hukum dan Peraturan

Ketua Pelaksana : Rita Damayanti


Sekretaris : WisniBantarti
Bendahara ; Hanny Handiyani

Anggota PAU : 1. Farida Haryoko


2. Ardiansyah
3. Rike Yolanda Sari
4. Dadan Erwandi
5. Arman Nefi
6. Edward Kurniawan
7. lka Malika
Anggota Fakultas
Fakultas Kedokteran
Pengarah : Dekan FKUI
Anggota : RobiatulAdawiyah

Fakultas Kedokteran Gigi


Pengarah : Dekan FKG Ul
Anggota : Mia Damiyanti

Fakultas MIPA
Pengarah : Dekan FMIPA Ul
Anggota : Cuk lmawan

Fakultas Teknik
Pengarah : Dekan FTUI
Anggota : ElKobhar M.Nasekh

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015


Fakultas Hukum
Pengarah Dekan FHUI
Anggota Gandjar Laksmana Bonaprapta

Fakultas Ekonomi
Pengarah Dekan FEUI
Anggota Abdillah Achsan

Fakultas llmu Budaya


Pengarah Dekan FIB Ul
Anggota Nanny Sri Lestari

Fakultas Psikologi
Pengarah Dekan FPsi Ul
Anggota SitiPurwanti

Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik


Pengarah Dekan FISIP Ul
Anggota Awang Ruswandi

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Pengarah Dekan FKM Ul
Anggota Vetty Yulianti Permana Sari

Fakultas llmu Keperawatan


Pengarah Dekan FIK Ul
Anggota Alfiani Prima Kusuma Sari

Fakultas llmu Komputer


Pengarah Dekan FASILKOM Ul
Anggota Yugo Kartono lzal

Anggota Pascasarjana Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Farmasi
Pengarah Dekan FFUI
Anggota Retnosari Andrajati

Anggota Vokasi

tanggal

\P, Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri 47


A /q' t]'
Ntp 1e0303111e90031003
4.

Evaluasi Pelaksanaan..., Zahrina, FKM UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai