HASIL PENGAMATAN
pada tahun 1938 oleh Zending Gereja Geroforma Surabaya, Malang dan
Semarang sebagai rumah sakit Zending yang diresmikan pada tanggal 12 Juni
1938 dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat itu adalah 25 tempat
tidur. Pada masa Perang Dunia II, Rumah Sakit ini digunakan oleh Pemerintah
Tahun 1964 – 1948 Rumah Sakit Umum Labuang Baji mendapat bantuan
menampung korban akibat perang tersebut. Pada tahun 1949 – 1951 Zending
buah.
Pada tahun 1952 – 1955 oleh Pemerintah Daerah Kota praja Makassar
mencapai 190 buah.Sejak tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Pada tahun 1960 oleh Zending Rumah Sakit
dengan klafikasi rumah sakit kelas C. Terhitung mulai tanggal 16 Januari 1966
melalui Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Dati I Sulawesi SelatanNo. 2
tahun1966, kelas rumah sakit ditingkatkan dari Rumah Sakit Kelas C menjadi
Rumah Sakit Kelas B non pendidikan. Peraturan Daerah tersebut disahkan oleh
Rumah Sakit dilantik dan dikukuhkan pada tanggal 12 Maret 1999. Sejak
berdirinya pada tanggal 12 Juni 1938 Rumah Sakit Labuang Baji telah mengalami
4. dr. Hiberlein
5. dr. A. W. F.Rulgrep
6. dr. P. Roott
12. dr. H. Jasmine Abu Mattimu, dari 30 Desember 1995–17 Januari 1997
13. dr. H. Nurfiah A. Patiroi, MHA, dari 17 Januari 1997 – 13 Juni 1998
14. dr. H. Muh. Basir Palu, Sp. A., MHA, 13 Juni 1998 – 13 Agustus 2001
18. Dr. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si, 18 Juli 2011-12 September 2011
III.1.2.1 Kedudukan
RSUD Labuang Baji adalah lembaga teknis daerah yang dipimping oleh
seorang Direktur, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
Sakit.
III.2.3 Falsafah
oleh karena itu rumah sakit berusaha untuk memberikan pelayanan kesehatan
III.2.4 Tujuan
III.2.5 Motto
III.2.6 Nilai
a. Kejujuran
b. Kerjasama
c. Tanggung Jawab
d. Kesetiaan
e. Disiplin
III.3 Struktur Organisasi RSUD Labuang Baji Makassar
a. Direktur
l. Bagian Akuntansi
Standar Nasional Akreditas RS. Adapun tujuh standar PKPO-SNARS yang harus
terpenuhi, yaitu:
1. Standar PKPO 1
2. Standar PKPO 2
Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan formularium dan
3. Standar PKPO 3
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, serta
aman.
Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, serta obat narkotika
perundang-undangan
undangan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak
Rumah sakit juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
4. Standar PKPO 4
pengobatan.
5. Standar PKPO 5
ketepatannya.
6. Standar PKPO 6
Rumah sakit menetapkan staf klinis yang kompeten dan berwenang ntuk
memberikan obat.
Ada regulasi tentang obat yang dibawa oleh pasien ke rumah sakit
7. Standar PKPO 7
Efek obat dan efek samping obat terhadap pasien dipantau.
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
Habis Pakai
Sakit.
Sudah Memungkinkan).
Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai Yang Sudah Tidak Dapat
Digunakan.
pasien.
Pakai.
f) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
Baji
tanpa complain.
bagi pasien
4. Tujuan
klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang
Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji Provinsi
Manajerial dan Gudang, sub bagian perencanaan, koordinator farmasi klinik dan
mutu, serta 4 koordinator depo (Depo Rawat Inap, Depo Rawat Jalan, Depo OK,
Komite Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-
perbekalan farmasi.
sakit
sakit
perbekalan farmasi
i. Kepala instalasi farmasi atas izin direktur rumah sakit berwenang
sakit
lagi
stafnya
mencapai pensiun
di instalasi farmasi
instalasi farmasi
Labuang Baji
dan pengarsipannya
farmasi
farmasi:
waktu)
ruangan poliklinik
distribusi
poliklinik
dan pasif
RS.
Hipertensi.
pelayanan farmasi.
kegiatan farmasi.
v. Meningkatkan pengetahuan SDM melalui pelatihan atau seminar.
Depo rawat inap dipimpin oleh seorang apoteker kepala yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUD
Labuang Baji, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal
dan bahan medis habis pakai, melakukan skrining administrasi atas permintaan
tiap unit rawat inap dalam meminimalkan pemborosan dan penyalahgunaan obat,
berlaku secara sistem peresepan individual, system floor stock dan One Day Dose
Depo rawat jalan dipimpin oleh seorang apoteker kepala yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUD
Labuang Baji, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal
skrining administrasi atas permintaan sesuai resep pasien poliklinik dan penerapan
Depo rawat darurat dipimpin oleh seorang apoteker kepala yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUD
Labuang Baji, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal
evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Rawat Darurat rumah
sakit.
9. Koordinator Depo OK
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUD Labuang
terutama sediaan injeksi obat bius dan alat kesehatan medis habis pakai yang
setiap hari yang meliputi paket anastesi dan paket operasi, mengawasi
kesehatan dan bahan pakai habis, bahan laboratorium, bahan radiologi dan
obat/bahan dan alat kesehatan pakai habis serta barang farmasi lainnya
pengobatan
yang meliputi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL), Rawan Inap
Farmasi
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini
akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya
kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
(BMHP) yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat,
e. Umpan balik: Hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
kadaluarsa, rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai
dengan Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3 RS) yang meliputi:
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan
kefarmasian.
pelayanan kefarmasian maka Apoteker dapat bekerja sesuai standar dan memiliki
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis
alat/bahan steril.
d. Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin
penanganan alat steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang.
f. Kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordiansi yang
bersifat intern/ekstern.
dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang telah ditentukan.
pemeliharaan kesehatan yang baik. Peran dan fungsi rumah sakit selain pelayanan
lingkungan atau Sanitasi Rumah Sakit. Sanitasi rumah sakit adalah upaya
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
RS.
RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan. Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali
seperti kebersihan gedung, kamar mandi dan WC, pelayanan makanan minuman.
dengan dalih kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak
ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing dan
air limbah dan sarana pembakar sampah (incinerator) serta fasilitas cuci
Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana, aspek sanitasi perlu
terhadap pasien, juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk
pengolahan air limbah, penyediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, masker,
g. Radiasi.
i. Teknik-teknik aseptic
k. Pakaian operasi
a. Sumber-sumber kontaminasi
e. Sterilisasi kering
i. Sterilisasi gas
memiliki kriteria tertentu yang harus dipenuhi, lingkungan bangunan rumah sakit
harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak
dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi jumlah tempat tidur. Perbandingan
jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi
sebagai berikut:
a. Ruang bayi
Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
b. Ruang dewasa
a. Angka kuman E. coli pada makanan jadi harus O/gr sampel makanan dan
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan yang
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Kualitas Air yang Digunakan
di Ruang Khusus:
1) Ruang Operasi Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah
seperti dari PDAM, sumur bar dan sumber lain untuk keperluan operasi
terdiri dari air yang dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, gas dan cair (Permenkes, 2004). Pengolahan
limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah
1. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
3. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan
4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang
telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
sel hidup.
1) Minimisasi Limbah
a. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber
a. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang
b. Tempat pewadahan limbah medis padat, terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang
rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk
d. Transportasi
maupun binatang
yang terdiri:
1. Topi/helm
2. Masker
3. Pelindung mata
1. Limbah lnfeksius dan Benda Tajam Limbah yang sangat infeksius seperti
2. Limbah Farmasi Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan
aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi
1.000 °C.
biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam amino, dan garam
karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
1. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat
2. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan
limbah kering.
3. Tempat Pewadahan Limbah Padat Non Medis Terbuat dari bahan yang
kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan
kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi
berlaku.
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
cair di rumah sakit menggunakan sistem extended aeration. Pada awalnya air
chamber ini, bahan padat dapat masuk ke sistem penyaluran. Jika bahan padat
pengolahan limbah cair dapat terganggu. Oleh karena itu, pada influent chamber
screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk menyaring sampah yang
berukuran besar. Sampah yang tertahan oleh saringan besi secara rutin diangkut
tank, air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow
regulator. Flow regulator yang terdapat pada bak ekualisasi ini dapat
mengendalikan fluktuasi jumlah air limbah yang tidak merata, yaitu selama jam
kerja air diperlukan dalam jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari.
Flow regulator juga dapat mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak
bercampur menjadi homogen dan siap diolah. Selain itu, diffuser juga dapat
menghilangkan bau busuk pada air limbah. Setelah itu, proses pengolahan secara
biologis terjadi di dalam aeration tank dengan bahan-bahan organik yang terdapat
berkurang. Dalam hal ini bahan buangan organik diubah dan digunakan untuk
lainnya seperti karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan
nitrat. Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan
kedalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di
bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air
limbah yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi
pergantian. Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan
ke bak aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur
lebih lanjut.
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke
bak effluent. Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk
mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.
Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam effluent tank yang
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat dan dioksin dilakukan
minimal satu kali setahun. Suhu pembakaran minimum 1000oC untuk pemusnahan
bakteri patogen, virus, dioksin. Rumah sakit harus dilengkapi alat untuk
cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan
dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang
selama 24 jam.
3. Angka kuman:
Ruang operasi: kurang dari 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman
gangrer.
Ruang perawatan dan isolasi: kurang dan 700 kalori/m 3 udara dan
bebas kuman patogen, kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara
rumah sakit hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator.
Insinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara pembakaran yang
lingkungan serta abu hasil pembakaran tidak berbahaya (stabil). Tipe insinerator
a. Ruang bakar primer, untuk membakar limbah padat menjadi abu, suhu pada
b. Ruang bakar sekunder, untuk membakar gas dari hasil pembakaran pada
ruang bakar primer, suhu pada ruang ini harus lebih tinggi yaitu sekitar 800-
1000oC, agar terjadi pembakaran yang sempurna dan gas yang keluar tidak
berbahaya.
c. Ruang abu, untuk menampung abu hasil pembakaran, pada ruangan ini
800oC), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan
abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih/steril. Gas hasil pembakaran
limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 800-1000
o
C, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang
dapat dimusnahkan dengan cepat, terkendali dan insitu, serta tidak memerlukan
lahan yang luas seperti halnya proses landfill. Tetapi insinerator juga bukan
insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian
terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker
pada tubuh.
Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang
dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang
sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis. Saat ini
satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United
1986).
dihasilkan dari berbagai jenis kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
jenisnya, seperti limbah klinis, limbah cair rumah sakit dan limbah padat rumah
sakit.
pengolahan limbah klinis RSUD Labuang Baji belum memenuhi syarat dalam
pengolahan Limbah klinis. Limbah yang diperoleh dari seluruh kegiatan medis
di RSUD Labuang Baji, kemudian dikumpulkan dalam satu tempat khusus dan
klinis dan dibayarkan tiap bulan oleh pihak RSUD Labuang Baji
Labuang Baji dikelolah oleh pihak rumah sakit, dengan sarana yang digunakan
sama dengan pengolahan limbah cair pada umumnya dan telah sesuai dengan
ketentuan pengolahan limbah cair rumah sakit yang telah ditetapkan oleh
departemen kesehatan.
sakit. Limbah padat tersebut dikumpulkan dalam satu tempat khusus dan
1. Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus 0
(nol).
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur,
1. Nyamuk, (1) Pengamatan Jentik Pengamatan jentik Aedes sp. dilakukan secara
minggu; (2) Pengamatan lubang dengan kawat kasa. Setiap lubang di dinding
kotoran, telur kecoak, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan; (2)
3. Tikus, Mengamat atau memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di tempat-
4. Lalat, mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill
pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di
tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti tempat sampah,
saluran pembuangan limbah padat dan cair, kantin rumah sakit, dan dapur.