Pendidikan Akademis:
Dokter Umum, Universitas Sebelas Maret Surakarta (1992)
S2 Kedokteran Kerja, FK UI (2003)
Pasca Sarjana (S3) Manajemen SDM, UNJ (2020)
Keorganisasian:
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengawas Ketenagakerjaan Indonesia (APKI)
Anggota Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
Pengurus Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI)
Pendiri dan Pengurus Indonesia Network of Occupational Safety and Healt Professionals
(INOSHPRO)
Anggota Komite Pengawasan Ketenagakerjaan
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
PENDAHULUAN
Pasal 89:
Penegakan diagnosis klinis dan bukti
pajanan PAK dilakukan oleh
▪ Dokter Pemeriksa,
▪ Dokter Penasihat,
▪ dokter umum, dan/atau
▪ dokter spesialis
yang kompeten di bidang kesehatan
kerja.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
15
7. Buat Keputusan apakah penyakit tersebut PAK, PTK atau non PAK
Penerapan Sistem
Mewujudkan Budaya K3 Manajemen K3
(OSH Culture) (SMK3/OSHMS)
Sumber Bahaya Lingkungan Kerja Wajib
diukur & dikendalikan
28
Manfaat Umum:
1. Regulation/standard compliance
2. Mewujudkan kondisi lingkungan/tempat kerja yang mendukung motivasi
dan/atau produktivitas kerja
3. Meningkatkan performa dan daya saing perusahaan
4. Mewujudkan budaya K3
Manfaat Khusus:
1. Meminimalkan kerugian & penderitaan akibat KK/PAK dan gangguan
kesehatan lainnya
2. Data pendukung diagnosis PAK dan pengajuan kompensasi JKK
3. Mendukung kelancaran produksi dan kualitas produk
4. Data penting dalam penerapan SMK3 (penetapan kebijakan, perencanaan,
pelaksnaan, evaluasi, peningkatan berkelanjutan)
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Pengaruh Budaya K3 (OSH Culture) terhadap
keberlangsungan usaha dan perlindungan Pekerja
30
❑ Dilakukan agar:
1) tingkat pajanan Faktor Fisika & Faktor Kimia berada di
bawah NAB.
2) Penerapan Fktor Biologi, Ergonomi, dan Psikologi memenuhi
standar
❑ Dilakukan sesuai hirarki pengendalian
❑ Dalam hal terjadi kasus PAK yang disebabkan oleh faktor
Lingkungan Kerja dilakukan program pengendalian dan
penanganan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
34
IV. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA (Ps.6)
35
Gelombang Mikro:
Radiasi Elektromagnetik dengan
Frekuensi 30 (tiga puluh) kilo hertz
sd. 300 (tiga ratus) giga hertz.
47
Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet):
Radiasi Elektromagnetik dengan
panjang gelombang 180 (seratus
delapan puluh) nano meter sampai
400 (empat ratus) nano meter.
Tekanan udara yang lebih tinggi atau tekanan udara yang lebih
rendah dari tekanan udara normal (1 atmosphere)
Pengendalian :
a. menghindari pekerjaan pada Tempat Kerja yang memiliki
sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
b. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber
bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
c. menggunakan baju kerja yang sesuai;
d. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
e. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
8. PENCAHAYAAN (Ps. 16-19)
52
Standar Intensitas Pencahayaan
Pencahayaan
sesuatu yang memberikan terang (sinar)
atau yang menerangi, meliputi
Pencahayaan alami dan Pencahayaan
Buatan.
Pencahayaan Buatan
Pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya selain cahaya alami.
Intensitas Cahaya
jumlah rata2 cahaya yang diterima
pekerja setiap waktu pengamatan pada
setiap titik dan dinyatakan dalam
satuan Lux.
dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia.
Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan NAB harus
dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan PSD, harus
dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4
(empat) kali dalam durasi 8 (delapan) jam kerja.
Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan KTD harus
dilakukan menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak
terlampaui.
Pengukuran terhadap pekerja yang mengalami pajanan dilakukan melalui
Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
dibandingkan dengan Indeks Pajanan Biologis (IPB/BEI).
56
a. menghilangkan sumber
bahaya; g. menggunakan APD yang
b. mengganti bahan, dan sesuai;
proses kerja yang h. memasang rambu2 yang
menimbulkan sumber sesuai;
bahaya; i. memberikan vaksinasi
c. mengisolasi atau membatasi apabila memungkinkan;
pajanan sumber bahaya; j. meningkatkan Higiene
d. menyediakan sistem perorangan;
ventilasi; k. memberikan desinfektan;
e. mengatur atau membatasi l. penyediaan fasilitas Sanitasi
waktu pajanan terhadap berupa air mengalir dan
sumber bahaya; antiseptik; dan/atau
f. menggunakan baju kerja m. pengendalian lainnya sesuai
yang sesuai; dengan tingkat risiko.
60
peran;
konflik peran; Jika hasil pengukuran faktor
beban kerja berlebih secara psikologi terdapat potensi
kualitatif dan/atau bahaya harus dilakukan
kuantitatif; pengendalian sehingga
pengembangan karir; memenuhi standar.
dan/atau
tanggung jawab terhadap
orang lain.
❑ Halaman: bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup
luas untuk lalu lintas orang dan barang, saluran air pembuangan
di halaman harus tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup
kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh
tergenang.
❑ Gedung (meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai),
dalam kondisi:
terpelihara dan bersih;
kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2
(dua) meter persegi per orang.
❑ Atap harus:
➢ mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan;
dan
➢ tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
❑ Bangunan Bawah Tanah harus
mempunyai struktur yang kuat;
mempunyai sistem ventilasi udara;
mempunyai sumber pencahayaan;
mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik;
bersih dan terawat dengan baik.
Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang
terbatas (confined space), penerapan Higiene dan Sanitasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
undangan
2. Fasilitas Kebersihan meliputi:
65
▪ Toilet harus:
bersih dan tidak menimbulkan bau;
tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya;
▪ Ukuran Toilet:
▪ Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
▪ panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
69
Ruang Udara.
❑Sistem Ventilasi:
▪ Menyediakan sistem ventilasi udara untuk menjamin
kebutuhan udara pekerja dan/atau mengurangi
kadar kontaminan di Tempat Kerja.
▪ Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan
❑Ruangan Udara;
➢ Setiap orang yang bekerja dalam
ruangan harus mendapat ruang udara
(cubic space) paling sedikit 10 meter kubik.
➢ Ruangan harus memenuhi ketentuan:
tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai
sampai daerah langit-langit paling
sedikit 3 M; dan
tinggi ruangan yang lebih dari 4 M
tidak dapat dipakai untuk
memperhitungkan ruang udara Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
3. Tata Laksana Kerumahtanggaan
(House keeping):
77
❑ Persyaratan
❑ Sertifikat Kompetensi
❑ Tugas
❑ Kewenangan
❑ Kewajiban
❑ Lisensi
81
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau
sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat
pajanan di atas NAB
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Mekanisme RiksaUji LK
84
Kualitas Bangsa
Budayakan terus K3 di Setiap Tempat Kerja
Menuju
“Kemandirian Masyarakat Indonesia
Berbudaya K3 Berkelanjutan”
91
92 SEKIAN
TERIMA KASIH