Anda di halaman 1dari 92

1

PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA


UNTUK MEWUJUDKAN LINGKUNGAN KERJA
SELAMAT, SEHAT, AMAN & NYAMAN SERTA
MENCEGAH KK, PAK & PENYAKIT LAINNYA
Dr dr. Sudi Astono MS
(0817898107, sudiastono@yahoo.com)

Koordinator Pemeriksaan Norma K3


Direktorat Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan
DIREKTORAT JENDERAL BINWASNAKER DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Profil Singkat

 Nama : Dr. dr. Sudi Astono, MS.


 NIP : 196606181997031001
2  Instansi : Dit Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan, Ditjen
Binwasnaker & K3, Kemenaker R.I
 Mobile : HP/WA. 0817898107
 Email : sudiastono2030@gmail.com
 Jabatan Pengawas Ketenagakerjaan Ahli Madya, Koordinator
Pengawasan Norma K3
Dokter Penasihat Ketenagakerjaan Tingkat Pusat
Dosen tidak tetap Prodi K3 POLTEKNAKER
Tim Penguji Nasional Kompetensi Jabfung Pengawas KK

Pendidikan Akademis:
 Dokter Umum, Universitas Sebelas Maret Surakarta (1992)
 S2 Kedokteran Kerja, FK UI (2003)
 Pasca Sarjana (S3) Manajemen SDM, UNJ (2020)

Keorganisasian:
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengawas Ketenagakerjaan Indonesia (APKI)
Anggota Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
Pengurus Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI)
Pendiri dan Pengurus Indonesia Network of Occupational Safety and Healt Professionals
(INOSHPRO)
Anggota Komite Pengawasan Ketenagakerjaan
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
PENDAHULUAN

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


4

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


5

Kerugian (SDM, properti, finansial dll.)


Biaya/cost meningkat
Turn over pekerja meningkat
Menurunkan produktivitas
(Kualitas & Kuantitas produk)
Menurunkan daya saing psh.
Ancaman kelangsungan usaha
Pencemaran /Kerusakan lingkungan

Indeks Pembangunan Manusia


(IPM)/HDI &
Daya saing bangsa rendah
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker5
6

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


7

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Prinsip Penanganan Kesehatan Pekerja
(Sudi Astono, 2020)
8

❑ MENGUTAMAKAN pendekatan PREVENTIF & PROMOTIF (Thd


PAK, KK, dan penyakit/ gangguan kesehatan lainnya)
❑ PENGOBATAN PADA PEKERJA yang sakit harus menggunakan
pendekatan KESEHATAN KERJA dan K3.
❑ Setiap gangguan/keluhan PENYAKIT PADA PEKERJA harus
difikirkan KEMUNGKINAN AKIBAT KERJA
→ pastikan: PAK, penyakit terkait kerja (PTK), atau non PAK?
❑ PENEMPATAN PEKERJA harus DISESUAIKAN dengan kondisi
kesehatannya (fisik, mental, dan sosial).

Kesehatan Kerja merupakan bagian tidak terpisahkan dari K3


(PP 88 Th 2019 ttg Kesehatan kerja)

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


9

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


10

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


11

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


12

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


13

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


SDM yang berperan dalam Diagnosis
(Permenaker 5 Th 2021)
14

Pasal 89:
Penegakan diagnosis klinis dan bukti
pajanan PAK dilakukan oleh
▪ Dokter Pemeriksa,
▪ Dokter Penasihat,
▪ dokter umum, dan/atau
▪ dokter spesialis
yang kompeten di bidang kesehatan
kerja.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
15

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


7 LANGKAH DIAGNOSIS PAK (Apabila sulit ditegakkan)
16
1. Tentukan diagnosis klinisnya

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh pekerja


selama ini
3. Pelajari dan pastikan adanya hubungan antara
pajanan dengan diagnosis penyakit
4. Pelajari dan pastikan jumlah pajanan yang
diterima pekerja cukup besar
5.Periksa data/dokumen untuk memastikan apakah ada faktor
lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit

6.Cari kemungkinan lain yang dapat menjadi penyebab penyakit

7. Buat Keputusan apakah penyakit tersebut PAK, PTK atau non PAK

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Kerugian2 apabila pekerja mengalami KK, PAK
atau gangguan kesehatan lainnya
17

1) Kerugian pengusaha (biaya, SDM, situasi kerja, Image, daya


saing, kelangsungan usaha, dll)
2) Kerugian pekerja (sakit/menderita, tidak bisa bekerja,
penurunan pendapatan, beban ekonomi, penurunan
kesejahteraan)
3) Penurunan produktivitas (ketidakhadiran, waktu kerja, beban
kerja, ketrampilan dan pengalaman hilang, HDI menurun,
peningkatan biaya produktif, dll)
4) Dampak luas : investasi, ekonomi, sosial dan produktivitas
nasional dan Human Developmen Index
18

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


19

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


20

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


21

Kriteria (Permenaker 5/2021):


1.Meninggal saat sedang bekerja di tempat
kerja
2.Mengalami serangan penyakit diibawa ke
fasilitas kesehatan dan meninggal < 24 jam
Manfaat Program JKK
22

 Pekerja yg mengalami kecelakaan kerja (KK) atau penyakit akibat kerja


(PAK), seluruh biaya pengobatan dijamin (sesuai kebutuhan medis)
 Tetap diberikan upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) sebesar 100 %
upah dalam 12 bulan pertama.
 Pekerja yang mengalami cacat total tetap akibat KK atau PAK mendapat
santunan kecacatan sebesar 70 % X 80 upah bulan terkakhir, atau % cacat
X 80 upah bulan terkakhir apabila mengalami cacat tetap sebagian.
 Pekerja yang meninggal akibat KK atau PAK maka ahli warisnya mendapat
santunan sebesar 48 kali upah bulan terakhir atau 60 % X 80 upah bulan
terakhir ditambah santunan berkala sebesar Rp. 500.000/bulan selama 24
bulan atau diberikan sekaligus (Rp.12 juta) dan beasiswa pendidikan untuk
2 orang anak total sebesar Rp. 174 juta.
 Pekerja yang mengalami cacat akibat KK atau PAK juga berhak mendapatkan
program kembali kerja (return to work).

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


23
Kenaikan manfaat JKK & JKM sesuai PP 82/2019 TANPA kenaikan iuran

Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Manfaat Jaminan Kematian (JKM)


o Perawatan tanpa batas biaya sesuai kebutuhan
o Santunan sementara Tidak Mampu bekerja:12 bulan pertama o Santunan Kematian
100% dan seterusnya hingga sembuh 50% o Santunan Berkala 24 Bulan
o Santunan Kematian: 48x upah (meninggal) & 56x upah (cacat
total tetap) o Biaya Pemakaman
o Santunan Cacat fungsi/sebagian: %table x 80 xupah o Beasiswa untuk 2 orang anak
o Beasiswa: 2 anak bagi peserta yang meninggal/cacat total tetap
o Return to work & Home care (minimal masa iur 3 tahun)
o Penyakit Akibat KerjaPP(PAK):
Keterangan 89 jenisPP
44/2015 penyakit
82/2019 sesuai Perpres
Kenaikan PP Kenaika
No 7/2019
2 Anak Keterangan PP 82/2019
44/2015 n
TK-SD
Rp.1,5Juta Santunan Sekaligus 16.200.00
Beasiswa (diberikan per 20.000.000 123%
1 Anak SMP Rp. 2 Juta 0
tahun sesuai tingkatan 1.450%
12.000.000 SMA Rp. 3 Juta Santunan Berkala 4.800.000 12.000.000 250%
pendidikan)
PT Rp. 12.Juta
Total: Biaya Pemakaman 3.000.000 10.000.000 333%
174.000.000 Total Santunan 24.000.00
Home Care - 20.000.000 - 42.000.000 175%
0
Biaya Transport
2 Anak
- Darat (sungai & danau) 1.000.000; 5.000.000 500% TK-SD
- Laut 1.500.000 2.000.000 133% Rp.1,5Juta
Beasiswa (diberikan 1 Anak SMP Rp. 2 Juta
- Udara 2.500.000 10.000.000 400%
per tahun sesuai tingkatan 12.000.00 SMA Rp. 3 Juta 1.450%
STMB 6 Bulan 12 Bulan pendidikan) 0 PT Rp. 12.Juta
Pertama 100% Pertama 100%
Total:
Biaya Pemakaman 3.000.000 10.000.000 333%
174.000.000
Santunan Berkala 4.800.000 12.000.000 250%
Masa Kadaluarsa Klaim 2 tahun 5 tahun
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Dasar Hukum
24
 Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO
No. 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor–Kantor;
 Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
 Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
 Undang–Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Persetujuan Konvensi ILO
No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan
Perdagangan
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
 Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja;
 Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan;
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Pengawasan Ketenagakerjaan dan Perubahannya (Permenaker No 1
Tahun 2020) Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Dit.
Bina
riks Dasar Hukum/Regulasi Perlindungan KK-PAK
a
NKK melalui program JAMSOSTEK
25
-
Bin
was
&K3
❑ UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN
Nak❑ UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
er
❑ PP No. 44 tahun 2015 dan Perubahannya (PP 82 Tahun 2019)
tentang JKK dan JKM untuk Pekerja Penerima Upah.
❑ PP. No. 70 Th 2015 ttg JKK dan JKM untuk ASN.
❑ Perpres No 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
❑ Permenakertrans No. 25/2008 ttg Pedoman Dx dan Penilain Cacat
akibat KK&PAK
❑ Kepmenaker Nomer 28/2015 ttg Pengangkatan, Pemberhentian
Dokter Penasehat.
❑ Permenaker No. 5/2021 Ttg Tt Cr Peny Prog JKK, JKM, JHT
bagi Peserta Penerima Upah
❑ Permenaker No.10 /2016 Ttg Program Kembali Kerja serta Keg.
Promotif dan Keg. Preventif Kecelakaan Kerja dan PAK
Regulasi Terkait Pengukuran & Pengendalian LK,
Penerapan Kesehatan Kerja dan Pengendalian PAK

❑ Perpres No 7 Tahun 2019 tentang ❑ Permennakertrans No. Per.


PAK 03/Men/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja
❑ Permennaker No. Per.
03/Men/1985 tentang Keselamatan ❑ Permennakertrans No. Per.
dan Kesehatan Kerja Pemakaian 02/Men/1980 tentang
Asbes pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan
❑ Permenaker No. Per. 03/Men/1986
Keselamatan Kerja
tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja ❑ Permenakertrans No. Per.
Yang Mengelola Pestisida 01/Men/1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja
❑ Kepmenaker No. Kep.
187/Men/1999 tentang ❑ Permen Nakertrans No. Per
Pengendalian Bahan Kimia 333/Men/1989 tentang Diagnosis
Berbahaya Di Tempat Kerja dan Pelaporan penyakit Akibat
Kerja
❑ Permenakertrans No. 8 Tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri ❑ Permenaker No 5 Th 2021 ttgTata
26
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker Cara Peny Prog JKK. JKM & JHT
27 Program/Upaya K3
Harus dilakukan secara komprehensif:
• Penyediaan SDM K3,
1. Upaya keselamatan • Pembentukan lembaga K3,
kerja, • Penyediaan fasilitas/peralatan
produksi secara aman/sesuai
2. Pengendalian
standar,
lingkungan kerja, • Edukasi/promosi K3 dan promosi
3. Upaya Kesehatan Kesehatan secara terus menerus,
• Meningkatkan derajat Kesehatan
kerja,
TK,
4. Upaya Kesehatan pada • Mencegah KK & PAK,serta
umumnya. kecelakaan & penyakit lainnya.

Penerapan Sistem
Mewujudkan Budaya K3 Manajemen K3
(OSH Culture) (SMK3/OSHMS)
Sumber Bahaya Lingkungan Kerja Wajib
diukur & dikendalikan
28

Sumber Bahaya Tujuan:


Lingkungan Kerja, diukur ➢ mewujudkan
LIMA FAKTOR:
Lingkungan Kerja
1. FISIKA;
yang selamat,
2. KIMIA;
sehat, aman dan
3. BIOLOGI; dikendalikan
nyaman
4. ERGONOMI;
➢ mencegah KK &
5. PSIKOLOGI
PAK.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Manfaat Pengukuran Lingkungan Kerja
29

Manfaat Umum:
1. Regulation/standard compliance
2. Mewujudkan kondisi lingkungan/tempat kerja yang mendukung motivasi
dan/atau produktivitas kerja
3. Meningkatkan performa dan daya saing perusahaan
4. Mewujudkan budaya K3

Manfaat Khusus:
1. Meminimalkan kerugian & penderitaan akibat KK/PAK dan gangguan
kesehatan lainnya
2. Data pendukung diagnosis PAK dan pengajuan kompensasi JKK
3. Mendukung kelancaran produksi dan kualitas produk
4. Data penting dalam penerapan SMK3 (penetapan kebijakan, perencanaan,
pelaksnaan, evaluasi, peningkatan berkelanjutan)
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Pengaruh Budaya K3 (OSH Culture) terhadap
keberlangsungan usaha dan perlindungan Pekerja
30

❑ Meningkatnya kepedulian dan peran bersama dalam


K3.
❑ Meningkatnya penerapan nilai-nilai dalam budaya
perusahaan secara keseluruhan (corporate culture).
❑ Pekerja makin mendapat perlindungan K3 sehingga
tetap sehat dan meningkat kualitas hidup, produktivitas,
dan kesejahteraannya.
❑ Meningkatkan kapasitas dan kualitas produk serta
daya saing, kemajuan dan keberlangsungan usaha
(competitive, advantage and sustainable business).
Kewajiban K3 Lingkungan Kerja
31

Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3):


1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar
berada di bawah NAB;
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar;
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene
di Tempat Kerja yang bersih dan sehat; dan
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi
dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


III. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
(Sesuai Permenaker 05 Th 2018)
32

Dilakukan melalui kegiatan:


1. pengukuran dan 2. penerapan Higiene dan
pengendalian Lingkungan Sanitasi:
Kerja:  Bangunan Tempat Kerja;
 fisika;  fasilitas Kebersihan;
 kimia;  kebutuhan udara; dan
 biologi;  tata laksana
 ergonomi; dan kerumahtanggaan
 psikologi (housekeeping).
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
❑ Pengertian (Pasal 1)
33

 Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan


kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha
pribadi hidup manusia.
 Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
 Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene di Tempat Kerja yang di
dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan
psikologi yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja.
 K3 Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui
pengendalian Lingkungan Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi
di Tempat Kerja. Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Prinsip Pengendalian Lingkungan Kerja:

❑ Dilakukan agar:
1) tingkat pajanan Faktor Fisika & Faktor Kimia berada di
bawah NAB.
2) Penerapan Fktor Biologi, Ergonomi, dan Psikologi memenuhi
standar
❑ Dilakukan sesuai hirarki pengendalian
❑ Dalam hal terjadi kasus PAK yang disebabkan oleh faktor
Lingkungan Kerja dilakukan program pengendalian dan
penanganan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
34
IV. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA (Ps.6)
35

1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk


mengetahui tingkat pajanan Faktor Bahaya LK
terhadap Tenaga Kerja.
2. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai
dengan metoda uji yang ditetapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI).
3. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang
telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai
hirarki pengendalian
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
36

❑ hirarki pengendalian lingkungan kerja:


1) eliminasi;
2) substitusi;
3) rekayasa teknis;
4) administratif; dan/atau
5) penggunaan alat pelindung diri (APD).

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


A. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR FISIKA (Ps.8-19)
37

1. Iklim Kerja (tekanan panas dan standar tekanan dingin);


2. Kebisingan;
3. Getaran;
4. Gelombang radio (frekwensi s.d 300 MHz) atau
gelombang mikro (frekwensi s.d 300 GHz) ; NAB
5. Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet/UV)
panjang gelombang 80-400 nanometer;
6. Medan Magnet Statis;
7. Tekanan udara; dan
8. Pencahayaan. Standar
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
1. IKLIM KERJA (Ps.9)
38
Iklim Kerja: perpaduan antara suhu, kelembaban,
NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan
Dan Bola (ISBB) Yang Diperkenankan
tingkat pengeluaran panas dari tubuh Tenaga Kerja
sebagai akibat pekerjaannya berada pada
tekanan panas dan dingin.

Indeks Suhu Basah dan Bola/ISBB (Wet Bulb Globe


Temperature Index) adalah parameter untuk menilai
tingkat Iklim Kerja panas yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, Suhu
Basah Alami, dan Suhu Bola.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


IKLIM KERJA (Ps.9)
39
Tekanan Dingin: pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus thd dingin yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius).
Standar Iklim Kerja Dingin (Cold Stress)

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian iklim kerja
40

a. menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari Tempat Kerja;


b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
panas atau sumber dingin;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber
dingin;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau
sumber dingin;
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


2. KEBISINGAN (Ps.10)
41
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Kebisingan
semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari
alat2 proses produksi dan/atau
alat2 kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian Kebisingan
42

Program pencegahan penurunan pendengaran antara lain:


a. menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
Kebisingan;
c. memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau
seluruh alat;
d. mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan atau pengaturan
waktu kerja;
e. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


3. GETARAN (Ps.11)
43
Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan
Getaran: dan Tangan (hand arm vibration)
gerakan yang teratur dari
benda atau media dengan
arah bolak-balik dari
kedudukan keseimbangannya

Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Seluruh


Tubuh (whole boby vibration)

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian bahaya getaran
44

a. menghilangkan sumber Getaran dari Tempat Kerja;


b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Getaran;
c. mengurangi pajanan Getaran dengan menambah/menyisipkan
damping/bantalan/ peredam di antara alat dan bagian tubuh
yang kontak dengan alat kerja;
d. membatasi pajanan Getaran melalui pengaturan waktu kerja;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


4. GELOMBANG RADIO / GELOMBANG MIKRO (Ps.12)
45
Nilai Ambang Batas Radiasi Gelombang
Radiasi Gelombang Radio atau Radio/Gelombang Mikro

Gelombang Mikro:
Radiasi Elektromagnetik dengan
Frekuensi 30 (tiga puluh) kilo hertz
sd. 300 (tiga ratus) giga hertz.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


PENGENDALIAN GELOMBANG RADIO/GELOMBANG MIKRO (Ps.12)
46
a. menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Gelombang
Radio atau Gelombang Mikro;
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan
proteksi radiasi;
d. membatasi waktu pajanan terhadap sumber Radiasi Gelombang
Radio atau Gelombang Mikro;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


5. RADIASI ULTRA UNGU (Ps. 13)

47
Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet):
Radiasi Elektromagnetik dengan
panjang gelombang 180 (seratus
delapan puluh) nano meter sampai
400 (empat ratus) nano meter.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


PENGENDALUAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)
48
a. menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) dari Tempat
Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet);
c. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi;
d. memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber
pajanan dan pekerja;
e. membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) melalui
pengaturan waktu kerja;
f. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
6. MEDAN MAGNET STATIS (Ps. 14)
49
Nilai Ambang Batas Medan Magnet Statis
Medan Magnet Statis:
suatu medan atau area
yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


PENGENDALIAN MEDAN MAGNET STATIS
50

a. menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari Tempat


Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Medan Magnet Statis;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet
Statis;
d. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber
Medan Magnet Statis;
e. mengatur jarak aman sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia antara sumber pajanan dan pekerja;
f. menggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
7. TEKANAN UDARA EKSTRIM (Ps. 15)
51

Tekanan udara yang lebih tinggi atau tekanan udara yang lebih
rendah dari tekanan udara normal (1 atmosphere)

Pengendalian :
a. menghindari pekerjaan pada Tempat Kerja yang memiliki
sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
b. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber
bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
c. menggunakan baju kerja yang sesuai;
d. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
e. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
8. PENCAHAYAAN (Ps. 16-19)
52
Standar Intensitas Pencahayaan
Pencahayaan
sesuatu yang memberikan terang (sinar)
atau yang menerangi, meliputi
Pencahayaan alami dan Pencahayaan
Buatan.
Pencahayaan Buatan
Pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya selain cahaya alami.
Intensitas Cahaya
jumlah rata2 cahaya yang diterima
pekerja setiap waktu pengamatan pada
setiap titik dan dinyatakan dalam
satuan Lux.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


B. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR KIMIA (Ps.20-21)
53

 dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia.
 Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
 Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan NAB harus
dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
 Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan PSD, harus
dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4
(empat) kali dalam durasi 8 (delapan) jam kerja.
 Pengukuran pajanan yang hasilnya dibandingkan dengan KTD harus
dilakukan menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak
terlampaui.
 Pengukuran terhadap pekerja yang mengalami pajanan dilakukan melalui
Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
dibandingkan dengan Indeks Pajanan Biologis (IPB/BEI).

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


54
NAB Faktor Kimia IPB/BEI

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


PENGENDALIAN FAKTOR KIMIA
55

a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja;


b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak
mempunyai potensi bahaya atau potensi bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi
bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia;
e. menyediakan sistem ventilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui
pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak
terdapat potensi bahaya bahan kimia;
h. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia;
i. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
j. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
C. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR BIOLOGI (Ps. 22)

56

Potensi bahaya Faktor Biologi :


Pengukuran
 mikro organisma dan/atau toksinnya;
 arthopoda dan/atau toksinnya;
 hewan invertebrata dan/atau toksinnya;
 alergen dan toksin dari tumbuhan;
 binatang berbisa; Pemantauan
 binatang buas; dan
 produk binatang dan tumbuhan yang
berbahaya lainnya.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian Faktor Biologi:
57

a. menghilangkan sumber
bahaya; g. menggunakan APD yang
b. mengganti bahan, dan sesuai;
proses kerja yang h. memasang rambu2 yang
menimbulkan sumber sesuai;
bahaya; i. memberikan vaksinasi
c. mengisolasi atau membatasi apabila memungkinkan;
pajanan sumber bahaya; j. meningkatkan Higiene
d. menyediakan sistem perorangan;
ventilasi; k. memberikan desinfektan;
e. mengatur atau membatasi l. penyediaan fasilitas Sanitasi
waktu pajanan terhadap berupa air mengalir dan
sumber bahaya; antiseptik; dan/atau
f. menggunakan baju kerja m. pengendalian lainnya sesuai
yang sesuai; dengan tingkat risiko.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


D. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR ERGONOMI (Ps.23)
58

Potensi bahaya Faktor Ergonomi:


 cara kerja, posisi kerja, dan
postur tubuh yang tidak sesuai
Jika hasil pengukuran
saat melakukan pekerjaan;
ergonomi terdapat potensi
 desain alat kerja dan tempat bahaya harus dilakukan
kerja yang tidak sesuai dengan pengendalian sehingga
antropometri Tenaga Kerja; memenuhi standar.
dan
 pengangkatan beban yang
melebihi kapasitas kerja.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian Faktor Ergonomi:
59

 menghindari posisi kerja yang janggal;


 memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;
 mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja,
bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja;
 memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat
Kerja, dan peralatan kerja;
 mengatur waktu kerja dan waktu istirahat (WKWI);
 melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral
atau baik; dan/atau
 menggunakan alat bantu
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
E. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR PSIKOLOGI

60

Potensi bahaya Faktor Psikologi:


 ketidakjelasan/ketaksaan

peran;
 konflik peran; Jika hasil pengukuran faktor
 beban kerja berlebih secara psikologi terdapat potensi
kualitatif dan/atau bahaya harus dilakukan
kuantitatif; pengendalian sehingga
 pengembangan karir; memenuhi standar.
dan/atau
 tanggung jawab terhadap
orang lain.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Pengendalian faktor psikologi (manajemen stress):
61

 pemilihan, penempatan dan  kebebasan bagi tenaga kerja


pendidikan pelatihan bagi untuk memberikan masukan
Tenaga Kerja; dalam proses pengambilan
 program kebugaran bagi keputusan;
Tenaga Kerja;  mengubah struktur organisasi,
 program konseling; fungsi dan/atau dengan
 komunikasi organisasional merancang kembali pekerjaan
secara memadai; yang ada;
 kebebasan bagi tenaga kerja  sistem pemberian imbalan
untuk memberikan masukan tertentu; dan/atau
dalam proses pengambilan  pengendalian lainnya sesuai
keputusan; dengan kebutuhan.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
V. PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI (Ps. 26 – Ps. 44)
1. Bangunan Tempat Kerja:
62

❑ Halaman: bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup
luas untuk lalu lintas orang dan barang, saluran air pembuangan
di halaman harus tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup
kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh
tergenang.
❑ Gedung (meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai),
dalam kondisi:
 terpelihara dan bersih;
 kuat dan kokoh strukturnya; dan
 cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2
(dua) meter persegi per orang.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


63

❑ Dinding dan langit-langit harus:


 kering atau tidak lembab;
 dicat dan/atau mudah dibersihkan;
 dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun
sekali; dan
 dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
❑ Lantai harus:
➢ terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan
dari bahan kimia yang merusak;
➢ datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
➢ dibersihkan secara teratur.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
64

❑ Atap harus:
➢ mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan;
dan
➢ tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
❑ Bangunan Bawah Tanah harus
 mempunyai struktur yang kuat;
 mempunyai sistem ventilasi udara;
 mempunyai sumber pencahayaan;
 mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik;
 bersih dan terawat dengan baik.
 Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang
terbatas (confined space), penerapan Higiene dan Sanitasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
undangan
2. Fasilitas Kebersihan meliputi:
65

a. Toilet dan kelengkapannya;


b. loker dan ruang ganti pakaian;
c. tempat sampah; dan
d. peralatan kebersihan.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


a. Toilet dan Kelangkapannya:
66

▪ Toilet harus:
 bersih dan tidak menimbulkan bau;
 tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya;

 tersedia saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik;

 tersedia air bersih;

 dilengkapi dengan pintu;

 memiliki penerangan yang cukup;

 memiliki sirkulasi udara yang baik;

 dibersihkan setiap hari secara periodik; dan

 dapat digunakan selama jam kerja.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


67

▪ Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja


dalam satu waktu kerja
 untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
 untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
 Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
 untuk 61-80 orang = 5 (lima) jamban;
 Untuk 81-100 orang = 6 (enam) jamban; dan
 setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.

 Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah


jamban tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah
jamban yang dipersyaratkan. Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
68

▪ Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja


area konstruksi atau Tempat Kerja sementara
 untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 20-199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan
untuk setiap 40 (empat puluh) orang;
 untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu)
peturasan untuk setiap 50 (lima puluh) orang.

▪ Ukuran Toilet:
▪ Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
▪ panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
69

▪Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas:


 Panjang 152,5 cm;  pintu Toilet dilengkapi dengan
 lebar 227,5 cm; plat tendang di bagian bawah
 tinggi 240 cm; pintu untuk pengguna kursi roda
 mempunyai akses masuk dan dan penyandang disabilitas
keluar yang mudah dilalui; netra;
 mempunyai luas ruang bebas  kemiringan lantai tidak lebih
yang cukup untuk pengguna kursi dari 7 (tujuh) persen; dan
roda bermanuver 180 derajat;  mempunyai pegangan rambat
 lebar pintu masuk berukuran untuk memudahkan pengguna
paling sedikit 90 cm yang mudah kursi roda berpindah dari kursi
dibuka dan ditutup. roda ke jamban ataupun
sebaliknya.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
b. Loker dan Ruang Ganti Pakaian:
70

▪ Tenaga Kerja dapat diwajibkan memakai pakaian kerja


sesuai syarat-syarat K3 yang ditetapkan.
▪ Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
▪ Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja hanya
selama bekerja, pengurus harus menyediakan ruang ganti
pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan
perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak
berdesakan.
▪ Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin
keamanannya.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


c. Tempat sampah dan peralatan kebersihan:
71

 Tempat sampah harus:


 terpisahdan diberikan label untuk sampah organik,
non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
 dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan
kedap air; dan
 tidak
menjadi sarang lalat atau binatang
serangga yang lain.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


72

❑ Tempat pembuangan pembalut:


➢ harus disediakan pada ruang toilet perempuan.
➢ Tempat pembuangan pembalut harus:
 terbuat dari bahan yang kedap cairan;
 dilengkapi dengan penutup; dan

 diberikan label yang jelas.

➢ harus dibersihkan setiap hari.

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


3. Kebutuhan udara:
73

 Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat harus


dipenuhi pada setiap tempat kerja.
 Pemenuhan kebutuhan udara di tempat kerja dilakukan
melalui:
 Kualitas Udara Dalam Ruangan (KUDR);
 Sistem Ventilasi; dan

 Ruang Udara.

 Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif,


pelayanan umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang
sehat dan bersih.
 KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan
kadar kontaminan udara
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
74

❑Kualitas Udara Dalam Ruangan (KUDR);


▪ Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan
dengan ketentuan:
 Suhu Kering 230C– 260C, dengan
 kelembaban 40% – 60%.

 perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5oC

▪ Kadar oksigen sebesar 19,5% - 23,5% dari volume


udara.
▪ Kadar kontaminan atau polutan (sesuai Lampiran
Permenaker No. 5 Th 2018). Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
75

❑Sistem Ventilasi:
▪ Menyediakan sistem ventilasi udara untuk menjamin
kebutuhan udara pekerja dan/atau mengurangi
kadar kontaminan di Tempat Kerja.
▪ Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan

atau kombinasi keduanya.


▪ Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka

ventilasi tersebut harus dibersihkan secara berkala


paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
76

❑Ruangan Udara;
➢ Setiap orang yang bekerja dalam
ruangan harus mendapat ruang udara
(cubic space) paling sedikit 10 meter kubik.
➢ Ruangan harus memenuhi ketentuan:
 tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai
sampai daerah langit-langit paling
sedikit 3 M; dan
 tinggi ruangan yang lebih dari 4 M
tidak dapat dipakai untuk
memperhitungkan ruang udara Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
3. Tata Laksana Kerumahtanggaan
(House keeping):
77

❑ Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya:


➢ memisahkan
➢ menata
➢ membersihkan
➢ menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan
➢ mengembangkan prosedur Kebersihan
❑ Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan
disimpan secara rapi dan tertib untuk menjamin
kelancaran pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya
kecelakaan.
❑ Bahan yang disimpan di gudang dan diberi label yang
jelas Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
VI. Penyediaan Personil K3 LK (Ps. 45 – 57)

❑ Persyaratan
❑ Sertifikat Kompetensi
❑ Tugas
❑ Kewenangan
❑ Kewajiban
❑ Lisensi

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


78
79

❑ Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus


dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja,
meliputi:
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja/Higienis Industri Muda;
 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja/Higienis Industri Madya;

 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja/Higienis Industri Utama.

❑ Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri dan kewenangan K3 bidang
lingkungan kerja.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
80

 Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun


dan dapat diperpanjang
 perpanjangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum masa berlaku lisensi K3 berakhir
 Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan
Kerja yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang
mengajukan permohonan
 Dalam hal sertifikat kompetensi belum ada, dapat
menggunakan surat keterangan telah mengikuti
pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
VII. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LK (Ps.58-68)

81

 Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya


Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian.
 Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi
Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan
 Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan
pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber
dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui
tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja
untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
82

Pemeriksaan dan Pengujian LK dilakukan secara:


 internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan
Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan
pengukuran dengan pihak eksternal→ dilakukan oleh personil K3 bidang LK.
 eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas
Ketenagakerjaan (oleh Pengawas Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana
Teknis Bidang K3/Balai K3 (oleh Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan
Pengujian K3/Balai K3 (oleh Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3
Lingkungan Kerja)
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian:
83

1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat


Kerja, meliputi:
 area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
 KUDR; dan

 Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau
sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat
pajanan di atas NAB
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Mekanisme RiksaUji LK
84

Laporan Riksa Uji SURKETme Riksa Uji


menuhi Berkala
Syarat K3:
YA
Pelaksana Riksa Uji:
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp
≤ NAB
K3 LK pada UPT
UPT atau L1, u/ Perusahaan;
Wasnaker;
Wasnaker memenuhi L2, u/ UPT Wasnaker;
standar L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada
Direktorat Bina K3
beserta UPT K3 dan
UPTD Bidang K3; SURKET Riksa Uji
TIDAK
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Kerja Memenuhi dan/atau
pada PJK3 Riksa Uji Syarat K3: STIKER
LK
Perusahaan yang
meminta
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
Formulir Riksa Uji
85

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Surat Keterangan
86

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Stiker LK
87

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Lain-Lain
88

❑ Pada saat Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 5 Tahun 2018


mulai berlaku (sejak tanggal 27 April 2018), maka:
a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 684);
c. Surat Edaran Menakertrans No. SE 01/Men/1978 tentang
Nilai Ambang Batas Untuk Iklim Kerja dan Kebisingan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker
LAMPIRAN PERMENAKER NO. 05 TH 2018
89

1. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA


2. STANDAR PENCAHAYAAN
3. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA
4. INDEKS PAJANAN BIOLOGI
5. STANDAR FAKTOR BIOLOGI
6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI
7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN KERJA
9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN
10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN KERJA

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


VIII. PENUTUP
90

❑ Pengukuran dan pengendalian LK sangat penting untuk mewujudkan


tempat kerja selamat, sehat, aman, nyaman, produktif dan
terhindar dari KK dan PAK serta gangguan kesehatan lainnya
❑ Hasil pengukuran LK harus dikaji lebih lanjut bersama dg hasil MCU
pekerja untuk meningkatkan program K3 yang berkualitas secara
berkelanjutan
❑ Hasil pengukuran LK & MCU pekerja menjadi dokumen penting
dalam klaim JKK kasus KK dan PAK
❑ Pengukuran LK dan MCU pekerja berbasis risiko dan tindaklanjutnya
merupakan investasi yang menguntungkan terutama bagi pekerja
dan pengusaha

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker


Dit.
Bina
riks
a
Motto :
NKK
-
Bin
was
&K3 ❖ Bangsa yang maju adalah bangsa yang
Nak
er peduli K3
❖ Kualitas pelaksanaan K3 menunjukan

Kualitas Bangsa
Budayakan terus K3 di Setiap Tempat Kerja
Menuju
“Kemandirian Masyarakat Indonesia
Berbudaya K3 Berkelanjutan”
91
92 SEKIAN
TERIMA KASIH

Hidup Sehat dg olah


Raga di mana saja,
kapan saja, dengan apa
saja

Dit. Binariksa NKK-Binwas&K3 Naker

Anda mungkin juga menyukai