Anda di halaman 1dari 37

1/6

Judul
Metodelogi Penelitian Kel 1 Kuantitatif

20 %
KESAMAAN
8%
AKADEMIK
15 %
INTERNET
Tanggal: 2022-05-26 11:56:03(+00:00 UTC)
ID Laporan: 628f6ad77b3673bf9
Jumlah kata: 6062
Jumlah karakter: 36998
2/6

Sumber serupa

 HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR ...


1 7,3%
 https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/download/156/149
Internet

 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DESA SUMERTA
KELOD
2  Agung Istri Dewi,Nila Wahyuni,Ni Luh Nopi Andayani,I Putu Adiartha Griadhi
0,9%
 Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2020
Akademik

 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA WANITA LANSIA DI


DENPASAR TIMUR
3  Made Adelia Pradnya Saraswati,Putu Ayu Sita Saraswati,I Putu Gede Adiatmika,Luh Putu Ratna...
0,7%
 Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2020
Akademik

 Hubungan Antara Rasa Komunitas dengan Motivasi Kerja Pengurus Subak


4  Yande Prayoga,Yohanes Kartika Herdiyanto 0,3%
 Jurnal Psikologi Udayana,2014
Akademik

 CONSCIENTIOUSNESS DAN AGREEABLENESS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH LOVE


OF MONEY PADA TAX EVASION TENDENCY MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI
5  Marce Sherly Kase,Herkulanus Bambang Suprasto,Maria M. Ratna Sari
0,3%
 E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,2017
Akademik

 PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN DISTRIBUSI TERHADAP KEPU-


TUSAN PEMBELIAN PRODUK SANITARY WARE TOTO DI KOTA DENPASAR
6  Made Fajar Fernando,Ni Made Asti Aksari
0,3%
 E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2017
Akademik

 Pengaruh Pengendalian Internal, Kompetensi dan Locus Of Control Pada Kecenderungan


Kecurangan Akuntansi
7  I Gede Beni Wirakusuma,Putu Ery Setiawan
0,3%
 E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik

 PENGARUH MONOTON, KUALITAS TIDUR, PSIKOFISIOLOGI, DISTRAKSI, DAN KELELAHAN


KERJA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN
8  Wiwik Budiawan,Heru Prastawa,Aldisa Kusumaningsari,Diana Novita Sari
0,3%
 J@TI UNDIP : JURNAL TEKNIK INDUSTRI,2016
Akademik

 PENGARUH MELAFALKAN DZIKIR TERHADAP KUALITAS ...


9 0,3%
 https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/5098/pdf
Internet

 Pengaruh Efektivitas Penggunaan, Kepercayaan dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi pada
Kinerja Karyawan
10  Ni Luh Putu Dwi Gita Sari,I Made Pande Dwiana Putra
0,2%
 E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik

 THE CORRELATION STUDY INVESTIGATING THE RELATION BETWEEN QUALITY OF SLEEP


AND EXCESSIVE DAYTIME SLEEPINESS WITH BALANCE LEVEL ON AGING WORKERS AT
11 THE CULTURAL OFFICE BALI PROVINCIAL GOVERNMENT 0,2%
 Chika Nabella Jamaluddin,Ni Luh Nopi Andayani,Susy Purnawati
 Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2019
3/6

Akademik

 Proporsi dan Alasan Pengunaan Buah Lokal dan Non Lokal Bali dalam Upacara Keagamaan Pura
Kahyangan Tiga di Desa Pakraman Sebali Kecamatan Tegallala ng, Kabupaten Gianyar
12 0,2%
 I WAYAN YOGA WIRA SAPUTRA,I DEWA PUTU OKA SUARDI,WAYAN WINDIA
 Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik

 Pengaruh Norma Subyektif, Kinerja Aparatur, Kejelasan Sasaran Anggaran, Prosocial Behavior Ter-
hadap Transparansi Dan Akuntabilitas
13 0,2%
 Ikhwan Wadi,Lalu M. Furkan,Ahmad Rifa’i
 E-Jurnal Akuntansi,2020
Akademik

 PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KAR-


YAWAN DI WARUNG MINA PEGUYANGAN DENPASAR
14 0,2%
 I Kadek Adnyana Dwi Putra,I Gst Bagus Honor Satrya
 E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2019
Akademik

 Pengaruh Audit Tenure, Kompleksitas Audit, Dan Time Buget Pressure Terhadap Kualitas Audit Di
Kantor Akuntan Public Provinsi Bali
15 0,2%
 Ni Putu Nanna Chintya Dewi,Kadek Trisna Dwiyanti
 E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik

 PERBEDAAN KEMANDIRIAN REMAJA SMA ANTARA YANG SINGLE FATHER DENGAN SINGLE
MOTHER AKIBAT PERCERAIAN
16 0,2%
 I Gusti Ayu Mirah Suwinita,Adijanti Marheni
 Jurnal Psikologi Udayana,2015
Akademik

 Perbedaan Efikasi Diri Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orangtua pada Remaja Tengah di Denpasar
17  A.A. Mas Diah Widiyanti,Adijanti Marheni 0,2%
 Jurnal Psikologi Udayana,2013
Akademik

 Permasalahan Subak di Daerah Pariwisata di Subak Teges, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar
18  KOMANG TRI PERMATA DEWI,WAYAN WINDIA,KETUT SURYA DIARTA 0,2%
 Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik

 Pengaruh Corporate Governance dan Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi
19  Ni Putu Ayu Indira Yuni,Putu Ery Setiawan
0,2%
 E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik

 Hubungan antara Gaya Hidup Sehat dengan Tingkat Stres Siswa Kelas XII SMA Negeri di
Denpasar Menjelang Ujian Nasional Berdasarkan Strategi Coping Stres
20  Nyoman Adi Krisna Wibawa,Putu Nugrahaeni Widiasavitri
0,2%
 Jurnal Psikologi Udayana,2013
Akademik

 Study of Antecedent of Customer Satisfaction and Loyalty for Kompas Klasika Jateng & DIY
21  Maria Moniqua Ratna,Harry Soesanto,I Made Sukresna 0,2%
 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia (Indonesian Journal of Marketing Science),2017
Akademik

 PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN KOMITMEN


ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
22 0,2%
 Azisah Putri Ayu NingTyas,Suseno Hadi Purnomo,Aswar Aswar
 E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2020
4/6

Akademik

 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba oleh CEO Baru pada Perus-
ahaan Manufaktur
23 0,2%
 Ni Putu Widianjani,Gerianta Wirawan Yasa
 E-Jurnal Akuntansi,2020
Akademik

 Pengaruh Inovasi Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Supra
X 125
24 0,2%
 Riza Fakhri Lupiko,Handojo Djoko Waloejo
 Jurnal Administrasi Bisnis,2018
Akademik

 The Effect Of Service Quality And Amnesty Of Tax On Personal Taxpayer Compliance Listed In Kpp
Pratama Badung Selatan
25 0,2%
 Komang Sudaarsa,I Ketut Jati
 E-Jurnal Akuntansi,2018
Akademik

 The Effect Of Credit Growth On Profitability With Credit Turnover Rate As Moderator Variable At Lpd
In Kecamatan Kediri Period 2013-2016
26 0,2%
 A.A. Ngr. Manik Yuda Pramartha,I Wayan Pradnyantha Wirasedana
 E-Jurnal Akuntansi,2018
Akademik

 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam
Mengerjakan Soal Ulangan Umum
27 0,2%
 Ni Made Yanthi Ary Agustini,Hilda Sudhana
 Jurnal Psikologi Udayana,2014
Akademik

 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta
28 0,2%
 Komang Diatmi,I Gusti Ayu Diah Fridari
 Jurnal Psikologi Udayana,2014
Akademik

 PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, KEPUASAN KERJA DAN BUDAYA ORGAN-


ISASIONAL TERHADAP OCB KARYAWAN PADA TAMAN WANA VILLA AND SPA DI MELAYA,
29 JEMBRANA 0,2%
 Kadek Andi Darmawan,I Gusti Bagus Honor Satrya
 E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2018
Akademik

 Kecemasan, Kualitas tidur, lansia - stikes bhamada slawi


30  https://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/53
0,2%
Internet

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tidur 2.1.1 ...


31  http://eprints.umm.ac.id/72430/2/BAB%20II-dikonversi.pdf
0,2%
Internet

 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendektan dan Metode ...


32  http://eprints.umm.ac.id/42682/4/BAB%20III.pdf
0,2%
Internet

 Rizki Nur Firmansyah 213118142 | PDF - Scribd


33 0,2%
 https://id.scribd.com/document/515414504/Rizki-Nur-Firmansyah-213118142
Internet

 Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneur-


34 ship) di Dusun Langkan, Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupate n Bangli
0,1%
5/6

 I WAYAN SUI SUADNYANA,I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA,I MADE SARJANA


 Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2019
Akademik

 Strategi Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Subak Sem-
bung Kota Denpas ar
35  NI MADE DWI SUTRA PRAMASANTI,NI WAYAN SRI ASTITI,I MADE SARJANA
0,1%
 Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik

 Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Keca-
matan Denpasar Selatan, Kota Denpasar
36  LATIEF IKHSAN,I WAYAN WINDIA,NI WAYAN SRI ASTITI
0,1%
 Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2019
Akademik

 Instrumen Penelitian: Pengertian, Kriteria & Jenis (Penjelasan ...


37  https://serupa.id/instrumen-penelitian/
0,1%
Internet

 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi ...


38  https://repository.poltekkes -smg.ac.id/repository/BAB%20II%20P1337420617139.pdf
0,1%
Internet

 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ...


39 0,1%
 http://eprints.peradaban.ac.id/454/4/40214152_BAB%20III.pdf
Internet

 Tahapan Tidur - PSYCHOLOGYMANIA


40  https://www.psychologymania.com/2012/12/tahapan-tidur.html
0,1%
Internet

 hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita ...


41  http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=1253
0,1%
Internet

 jkmcendekia utama
42 0,1%
 https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/download/244/169
Internet

 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang ...


43  http://eprints.undip.ac.id/58349/3/KATA_PENGANTAR.pdf
0,1%
Internet

 BAB IV PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji ...


44  https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14085/BAB%20IV%20PDF.pdf?sequence=8&is 0,1%
Allowed=y
Internet

 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada ...


45  https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.php/PHJ/article/download/136/92/
0,1%
Internet

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Gangguan Pola ...


46  http://repository.poltekkes -denpasar.ac.id/495/3/BAB%20II.pdf
0,1%
Internet

 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS ...


47 0,1%
 https://www.online-journal.unja.ac.id/JINI/article/download/9231/5487/
Internet

 metode penelitian
48  https://eprints.umm.ac.id/72227/14/BAB%20III.pdf
0,1%
6/6

Internet

 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN ... - UNUSA Repository


49  http://repository.unusa.ac.id/8033/
0,1%
Internet

 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada ...


50 0,1%
 https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.php/PHJ/article/view/136
Internet

 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN ... - ResearchGate


51  https://www.researchgate.net/publication/339309434_HUBUNGAN_TINGKAT_KECEMASAN_DEN 0,1%
GAN_KUALITAS_TIDUR_PADA_LANSIA_PENDERITA_HIPERTENSI
Internet

 hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita ...


52 0,1%
 http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=1632
Internet
1/31

69%
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DI
POSBINDU
Diajukan untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Nunung Nurjanah S.Kp.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.,An

Anggota :

Erina Nopiyanti 213119045


Ermita Revaliya 213119053
Dimas Rai Lugina 213119055
Devina Vivianita 213119057
Yashinta Cantika Rahayu 213119060
M.Febi Febrian Saputra 213119066
Assyfa Aulia Maharani 213119069
Aini Triawati 213119073
Rahma Ayu Seliany 213119080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
2/31

KATA PENGANTAR

Terima kasih atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmatnya, kami dapat
menyusun proposal penelitian yang berjudul "Hubungan Kualitas Tidur dengan Kecemasan
pada Lansia di Posbindu".
Dalam penulisan proposal penelitian ini banyak hambatan yang penulis hadapi namun
atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Achmad Setya Roswendi, S.Kp., MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UNJANI
60%
2. Dosen Koordinator Mata kuliah Metodologi Penelitian yaitu Ibu Nunung Nurjanah,
S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
3. Anggota kelompok 1 Tingkat 3 Kelas B
97%
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya proposal ini.
Besar harapan kami semoga proposal penelitian ini dapat membantu menambah
wawasan dan pengetahuan kami tentang metodologi penelitian. Kami juga sebagai penulis
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran, dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami. Ingatlah bahwa sempurna tanpa saran yang membangun.
Cimahi, Mei 2022

Tim Penyusun

i
3/31

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................ 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................................ 4

BAB II ....................................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6

2.1 KECEMASAN ............................................................................................................... 6


2.2 TIDUR ......................................................................................................................... 9
2.3 KONSEP LANJUT USIA ............................................................................................... 13
2.4 KERANGKA TEORI ..................................................................................................... 14

BAB III.................................................................................................................................... 15

METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 15

3.1 DESAIN P ENELITIAN.................................................................................................. 15


3.2 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ......................................................................... 15
3.3 POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING P ENELITIAN ...................................................... 16
3.4 VARIABEL PENELITIAN ............................................................................................. 17
3.5 DEFINISI K ONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................................ 18
3.6 TEMPAT PENELITIAN ................................................................................................. 20
3.7 WAKTU PENELITIAN ................................................................................................. 20
3.8 INSTRUMEN P ENELITIAN ........................................................................................... 20
3.9 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMENT P ENELITIAN ..................................... 22
3.10 PROSEDUR P ENGUMPULAN DATA ............................................................................. 23

ii
4/31

3.11 ANALISA DATA ......................................................................................................... 23


3.12 ETIKA PENELITIAN .................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27

iii
5/31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Diperkirakan sekitar 15,3 juta orang tua akan meningkat pada tahun 2000
dan sekitar 18,3 juta orang tua akan meningkat lagi pada tahun 2005. Jumlah lansia
antara tahun 2005 dan 2010 diperkirakan sekitar 19,3 juta, sama dengan jumlah
anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, dari tahun 2020 hingga 2025, Indonesia
menduduki peringkat negara dengan jumlah lansia terbanyak dengan usia harapan
hidup 70 tahun atau lebih.
Telah diperkirakan bahwa menurut Badan Pusat Statistik telah terdapat
18.283.107 lansia di Indonesia sekitar pada tahun 2005. Lalu pada tahun 2020,
jumlah ini akan terus meningkat menjadi ± 33 juta (12,5 dari total penduduk) dan
54%
usia harapan hidup akan diproyeksikan sekitar 70 tahun (Nugroho, 2012). BPS
mengatakan, bahwa penduduk lanjut usia pada tahun 1970 adalah 5,3 juta.
Meningkatnya kesehatan penduduk dan usia harapan hidup (Arfian, 2013). Maka
dari itu akibatnya, total jumlah lansia meningkat sehingga dapat menimbulka n
berbagai masalah yang dihadapi oleh lansia, terutama tingkat cemas yang meninggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) didirikan pada tahun 2012 dengan 600
juta orang lanjut usia di seluruh dunia. WHO juga menemukan bahwa ada 142 juta
51%
orang lanjut usia di Asia Tenggara. Selain itu, jumlah lanjut usia di Indonesia
meningkat dari 19 juta pada tahun 2006 dan menjadi 28 juta di tahun 2012. Masalah
yang dihadapi lansia pun semakin meningkat, terutama jika tingkat kecemasan
yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pada keluarga yang tinggi.
Selain tingkat kecemasan yang meningkat, hal ini berdampak pada penuruna n
kualitas dan tentu pola tidur pada lansia, sehingga dapat memberikan berbagai
peluang bagi lansia untuk memperburuk kesehatannya (Arfian, 2013).
Keputusan Republik Indonesia Tahun 2004 No. 43 “Lansia” berusia di atas
60 tahun, dan Departemen Kesehatan menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam
lima besar dengan jumlah lansia terbanyak di dunia. Jumlah penduduk lanjut usia
akan semakin meningkat dari tahun ke tiap tahun (Kementerian Kesehatan, 2017).
Saat ini, pada tahun 2015, lansia (12,3%) tinggal di Asia (11,6%) ada Indonesia
(8,1%) di seluruh dunia (Kementerian Kesehatan, 2017). Peningkatan jumlah orang
tua memiliki efek positif dan negatif dan membuat perbedaan bagi orang tua. Efek

1
6/31

positifnya bila lansia sehat, aktif dan produktif. Dampak buruknya berujung pada
berkembangnya masalah kesehatan pada lanjut usia (Kemenkes, 2017). Peruba han
yang biasa dialami oleh lanjut usia adalah perubahan fisiologis seperti penuaan,
mental, sosial dan psikologis (Kuhu & Sumedi, 2016).
Tercapainya cita-cita suatu negara dengan keberhasilan pembangunan suatu
negara dapat dilihat dari meningkatnya taraf hidup dan angka harapan hidup (UHH).
Hal ini menyebabkan peningkatan penduduk lanjut usia, rendahnya angka kematian,
rendahnya angka kelahiran dan perubahan epidemiologi di bidang kesehatan
(Kemenkes, 2014). Dampak yang terlihat dari tahun 2004 hingga 2015 adalah UHH
Indonesia meningkat dari 68.6 menjadi 70,8 dan prakiraan untuk 2030-2035 adalah
72,2. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, Indonesia merupakan salah satu dari
lima negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia, yaitu 4.444 jiwa dan 18,1
juta jiwa pada 2010, atau total penduduk 7,6, ri Jangkauan (Kementeria n
Kesehatan, 2016).
WHO (2006) oleh Padilla (2013) telah mengklasifikasikan lansia menjadi
empat kategori. Artinya, usia rata-rata (median) adalah 4550, lanjut usia (lansia)
adalah 60-74, 7590, dan sangat tua (sangat tua). 90 tahun. Menurut Padila 2013,
batas usia lanjut usia dibagi menjadi dua, 60-69 tahun dan 70 tahun ke atas. Menurut
Bee (1996) dikutip dari Padila (2013), batas lanjut usia adalah dewasa muda yang
berusia 18-25 dan dewasa muda yang juga berusia 25-40, paruh baya 40-65, lansia
65-75, saya adalah orang yang sangat tua. Dewasa di atas 75 tahun.
Menurut (Nugroho, 2012), istilah tahun mengacu pada orang yang berusia
di atas 60 tahun. Lansia kemungkinan besar akan menghadapi masalah kesehatan
yang dipastikan memerlukan penanganan terpadu segera. Sejalan dengan
bertambahnya usia, fungsi fisik, fisiologis, dan psikologis pada lanjut usia akan
menurun. Masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada orang tua atau lansia
yaitu termasuk kecemasan, depresi, insomnia, delusi, dan demensia. Ketika masalah
ini terjadi pada orang tua, gangguan ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari- hari
mereka. Menurut (Maryam et al., 2012), pencegahan dan perawatan lanjut usia
dengan penyakit mental juga sangat penting untuk mempromosikan kemakmura n
serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Perubahan fisiologis meliputi semua sistem tubuh pada kulit contohnya
keriputan area kulit, sistem muskuloskeletal seperti tulang yang fungsinya menurun,
sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, system endokrin,
7/31

system reproduksi, dan juga sistem pada saraf. Terjadi perubahan pada sistem saraf,
karena orang tua mengalami kontraksi saraf, peningkatan kadar serotonin, dan
penurunan hipotalamus. Berubahnya atau naik turunnya pada sistem saraf dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada lansia, termasuk gangguan tidur (Karjono
& Rahayu, 2015).
Tidur merupakan bagian dari sistem biologis yang bekerja 24 jam sehari
untuk mengembalikan daya tahan dan energi tubuh. Pengaturan tidur dan terjaga
diatur oleh bagian batang otak thalamus atau sistem aktivasi retikuler, serta hormon
dan neurotransmitter. Ini terlibat dalam proses tertidur dan bangun, dan produksinya
dipengaruhi oleh dua mekanisme: fungsi otak ini diproduksi di batang otak, dan
serotonin dalam aliran darah bertanggung jawab untuk mentransmisikan impuls
saraf ke otak. dan memainkan peran yang sangat penting Peran menginduksi kantuk
dan kebutuhan tidur Tahap tidur terdiri dari tidur REM (rapid eye movement) dan
tidur NREM (non-rem sleep) (Priyoto,2015).
Gangguan tidur pada lansia sering disebut dengan insomnia, dan lansia
menderita insomnia, sulit tidur nyenyak, dan sulit bangun pagi (Karjono & Rahayu,
62%
2015). Gangguan tidur juga bisa saja dipengaruhi oleh faktor dari internal dan
52% 51%
eksternal. Faktor internal ini dapat terdiri dari penyakit, stres dan ketakutan. Faktor
eksternal biasanya dari lingkungan, gaya hidup dan pengobatan (Darmojo, Boedhi
& Martino, 2015). (Nofiyanto, 2016) telah menjelaskan bahwa di Indonesia lanjut
63%
usia sekitar usia 50 ±65 yang terkena gangguan tidur, selain itu juga nilai ganggua n
51%
tidur pada lansia sangat tinggi yaitu sekitar 67%. . Secara tidak langsung, ganggua n
58%
tidur tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia. Pada negara Amerika
Serikat, prevalensi gangguan tidur pada lansia ditahun 2016 sekitar 67% (WHO).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 50% orang berusia di atas 65 tahun menderita
insomnia, 2050% lansia melaporkan insomnia dan sekitar 17% menderita insomnia
berat setiap tahunnya. Prevalensi insomnia pada lansia sangat tinggi, sekitar 67%.
51%
Kualitas termasuk pada bagian penting dari kualitas hidup seseorang.
56%
Kualitas tidur yaitu kondisi di mana tidur yang kita terima saat bangun tidur
menciptakan kesegaran dan kesehatan. Terdapat banyak factor yang mempenga r uhi
kualitas tidur adalah lingkungan, gaya hidup buruk, aktivitas fisik yang kurang
78%
sehat, stres sosial, dan makanan serta kalori dalam tubuh. Perubahan pola tidur yang
terjadi pada lansia disebabkan oleh perubahan susunan system saraf pusat yang
dapat mempengaruhi tidur pada lansia (Ernawati, Syauqy & Haisah, 2017).
8/31

Posbindu Lansia merupakan program Pushesmas untuk Lansia (60+) dan


bertujuan untuk membantu Lansia (4559) menjadi mandiri dan sehat di hari tua.
51%
Pelayanan Kesehatan posbindu untuk lansia biasanya meliputi pemeriksaan
aktivitas harian, pengukuran berat badan normal, pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah normal, pendidikan kesehatan, tes klinis sederhana
(glukosa darah, asam urat, kolesterol), tes status mental dan emosional, dan
kebutuhan.Termasuk pengenalan singkat, kegiatan sosial lainnya yang biasa
dilakukan tersebut sebulan sekali. Pemeriksaan kesehatan reguler dan konsultas i
lansia adalah kunci keberhasilan komitmen kesehatan untuk kelompok lansia.
Meski tidak sakit, kelompok senior harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Penyakit ini sudah dikenal dan dapat dicegah dengan cepat dengan adanya faktor
risiko (Depkes RI, 2005, Lianyah, 2014).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis mengajukan pertanyaan penelitia n:
73%
“Bagaimanakah hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur yang ada pada
lansia di Posbindu?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.1.1 Tujuan Umum
78%
Mengidentifikasi untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur pada lansia di Posbindu.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Posbindu.
2. Mengidentifikasi kualitas tidur pada lansia di Posbindu.
77%
3. Mengidentifikasi apakah adanya hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada lansia di Posbindu.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini tentunya bertujuan untuk meningka tka n
pengetahuan di bidang psikiatri dan perawatan gerontik mengenai kecemasan
dan kualitas tidur pada lanjut usia. Dan juga dapat menjadi dasar untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Di bidang penelitian, berkontribusi terhadap pelayanan medis seperti
postbindu dan panti jompo, lebih akurat memprediksi faktor-faktor penyebab
9/31

kecemasan pada lansia, mengatasi masalah umum yang terjadi, mengura ngi
tingkat kecemasan lansia, dan mengurangi gangguan tidur di hari tua nanti.
10/31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan kesadaran (efek) yang ditandai dengan
rasa takut dan cemas yang mendalam dan menetap yang belum mengala mi
real life testing ability (RTA), dan masih baik, dan tidak mengala mi
gangguan kepribadian (personality division).
Kecemasan adalah perasaan cemas yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan dengan reaksi atau ketakutan bahwa
sesuatu akan terjadi untuk mengantisipasi bahaya. Ini adalah sinyal yang
mengingatkan orang akan peringatan risiko yang akan segera terjadi dan
mendorong individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman
tersebut (Nanda, 2009, Fitria, 2013).
55%
Penyebab dari stress dapat berasal dari sumber berbagai sumber,
cotohnya internal maupun eksternal. Induksi stresor dapat dibagi menjadi
dua kategori yaitu pertama, ancaman terhadap integritas fisik meliputi
pengurangan atau pembatasan kecacatan, ketakutan kehilangan kendali,
dan hilangnya objektivitas. Lalu kedua reaksi emosional meliputi
peningkatan gairah, kehilangan kesadaran, ketakutan, kecemasan, pelupaan,
lekas marah, kekecewaan, menangis, dan juga ketidakberdayaan.
Kecemasan adalah reaksi yang bisa dialami semua orang. Namun,
kecemasan yang berlebihan mengganggu fungsi dalam kehidupan
seseorang, terutama ketika itu menjadi hambatan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai definisi di atas adalah
bahwa kecemasan akibat kecemasan sebenarnya menimbulkan kecemasan
masa depan dan sudah pasti sangat mengancam yang dapat menimbulka n
ketakutan akan sesuatu yang buruk akan terjadi, yaitu ketakutan atau
kecemasan dalam suatu situasi.
2.1.2 Tingkat Kecemasan

6
11/31

Setiap orang perlu takut, tetapi sampai batas tertentu, Peplau telah
mengidentifikasi empat tingkat kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Ketakutan ini terkait dengan kehidupan sehari-hari, ketakutan
adalah motivasi untuk belajar tumbuh dan menciptakan kreativitas .
Tanda dan gejala termasuk peningkatan dan gairah, gairah,
kesadaran rangsangan internal dan eksternal, pemecahan masalah
yang efektif, dan kemampuan belajar. Perubahan fisiologis dapat
ditandai dengan adanya factor dari kegelisahan, gangguan tidur, dan
hipersensitivitas suara, fungsi penting, juga pupil normal.
b. Kecemasan Sedang
Ketakutan memberdayakan orang dengan berfokus pada esensi
dan mengesampingkan yang lain, individu dapat menarik perhatian
selektif, tetapi melakukan sesuatu yang lebih fokus. Reaksi fisiologis :
sering sesak napas, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah,
mulut kering, gelisah, sembelit. Respon kognitif adalah
penyempitan rentang persepsi, tetapi tidak dapat menerima
rangsangan eksternal dan tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang
dikhawatirkannya.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan yang parah sangat mempengaruhi persepsi individ u
cenderung fokus pada detail dan hal-hal konkret dan tidak dapat
memikirkan hal lain. Semua tindakan ditujukan untuk meredakan
ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan parah termasuk kognisi
yang buruk, perhatian terhadap detail, perhatian terbatas,
kurangnya konsentrasi atau pemecahan masalah, dan kurangnya
pembelajaran yang efektif. Pada tingkat ini, seseorang mengala mi
sakit kepala, pusing, mual, tremor, insomnia, palpitasi, takikardia,
hiperventilasi, pollakiuria dan buang air besar, serta diare. Diliha t
secara emosional, setiap individu mengalami ketakutan yang
membuat semua perhatian akan terfokus pada mereka.
d. Panik
12/31

Tingkat ketakutan panik dikaitkan dengan kejutan, ketakutan,


dan ketakutan. Orang yang sedang mengalami kepanikan karena
kehilangan kendali tidak bisa berbuat apa-apa saat diinstruksika n.
Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, penuruna n
hubungan dengan orang lain, distorsi persepsi, dan hilangnya
pemikiran rasional. Ketakutan ini tidak sesuai dengan kehidupan
dan dapat menyebabkan kelelahan ekstrim dan kematian jika
65%
berkepanjangan. Tanda dan gejala biasanya yaitu tingkat panik yang
tidak mampu memusatkan perhatian pada kejadian (Ratih, 2012).
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada Lansia
54%
Menurut Noorkasiani, terdapat dua faktor yang bisa menyebabkan
kecemasan pada lansia :
a. Faktor Internal
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Tingkat Pendidikan
d. Motivasi
b. Faktor Eksternal
a. Dukungan Keluarga
b. Dukungan Sosial
2.1.4 Teori Psikologis Penyebab Kecemasan
1. Faktor Prediposisi
Dikutip dari Stuart G.W (2012), factor pediposisi memiliki beberapa
teori diantaranya :
a. Teori Psikoanalitik
b. Teori Interpersonal
c. Teori perilaku
d. Teori keluarga
e. Teori biologis
2.1.5 Pengukuran Tingkat Kecemasan
Peneliti sedang melakukan penelitian untuk mengukur tingkat
ketakutan Zung – Penggunaan survei penilaian diri skala kecemasan.
60%
Zung – Self- assessment Anxiety Scale (SAS) merupakan alat yang
13/31

digunakan untuk mengukur adanya tingkat kecemasan. Peringkat


tersebut berdasarkan skala Likert 14, dengan skor 4 sangat jarang (1),
kadang-kadang (2), sering (3), dan selalu (4) negatif. Dengan
menggunakan kuesioner 20 item yang terdiri dari 5 pertanyaaan gejala
sikap dan 15 pertanyaan gejala fisik. Tingkat kecemasan dapat dibagi
menjadi empat kategori: biasanya ketika skor kuesioner mencapai 25 -
44, kecemasan ringan, ketika skor kuesioner mencapai 45 - 59,
kecemasan berat, dan skor kuesioner. Skor dari 60 - 74 mencapai
kecemasan ekstrim ketika evaluasi kuesioner mengembalikan skor dari
75 - 80 (Nursalam, 2012).
2.2 Tidur
2.2.1 Definisi Tidur
Tidur ialah situasi ketika tubuh dalam posisi yang tidak sadar dan
kemungkinan sensitif terhadap rangsangan internal yang diterima. Satu-
satunya perbedaan antara tidur dan ketidaksadaran adalah bahwa siklus
tidur dapat diprediksi dan kurang responsif terhadap rangsangan eksternal.
Menurut Fakihan (2016), tidur adalah suatu kondisi dimana individu tidak
sadarkan diri karena persepsi yang berkurang terhadap lingkungan, dan
dalam kondisi tersebut stimulasi yang cukup dapat membangunkan kondisi
orang tersebut. Tidur juga yaitu bentuk atau cara tubuh untuk
menghilangkan kelelahan fisik atau mental (Iqbal, 2017).
2.2.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dapat ditentukan dari beberapa factor
(Hidayat, 2012). Kualitas ini dapat menunjukkan kemampuan untuk
mendapatkan tidur dan istirahat yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya :
f. Penyakit
Nyeri dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Ada juga
banyak kondisi medis yang mengakibatkan pasien tidak bisa tidur atau
bahkan tidur.
g. Latihan dan Kelelahan
57%
Kelelahan yang diterima karena aktivitas tinggi membutuhka n
lebih banyak tidur atau istirahat untuk menjaga keseimbangan
14/31

10

pengeluaran energi yang dikonsumsi dalam tubuh. Hal ini terlihat pada
orang yang lelah beraktivitas. Akibatnya, fase tidur nyenyak menjadi
lebih pendek, memungkinkan seseorang tertidur lebih cepat.
h. Stress Psikologis
Keadaan mental dapat memanifestasikan dirinya dalam diri
seseorang karena ketegangan mental. Hal ini terlihat ketika seseorang
dengan gangguan kesehatan mental mengalami kecemasan dan sulit
tidur.
i. Obat
Obat-obatan juga dapat mengganggu tidur. Beberapa jenis obat yang
dapat mengganggu tidur adalah diuretik yang menyebabkan insomnia,
antidepresan dapat menekan tidur REM, dan kafein dapat meningkatka n
sistem saraf simpatik dan menyebabkan gangguan tidur dan menekan
REM tertidur
e. Nutrisi
Agar terpenuhinya kebutuhan nutrisi lansia yang tepat untuk
mempercepat proses tidur, maka dianjurkan untuk mengkons ums i
Makanan tinggi L-triptofan, seperti keju, susu, daging, dan tuna, karena
itu dapat dengan mudah membuat seseorang tertidur, adanya kandungan
L Tritofan, asam amino dari protein yang dicerna.
f. Lingkungan
Menjadikan lingkungan yang aman dan nyaman merupakan hal
yang penting bagi semua orang agar dapat mempercepat proses
tidurnya.
g. Motivasi
65%
Memerlukan motivasi atau dorongan atau juga keinginan untuk
tidur dan dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, terdapatnya
keinginan untuk tidak tidur dapat menyebabkan terganggunya proses
tidur dalam tubuh.
2.2.3 Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kondisi yang menghasilkan kesegaran dan
kesehatan pada saat seseorang bangun tidur. Kualitas tidur melip uti
beberapa aspek yaitu, aspek kuantitatif dengan contoh seperti waktu tidur
15/31

11

64%
dan latensi tidur, lalu aspek subjektif dengan contoh seperti tidur nyenyak
dan istirahat (Khasanah & Hidayati, 2012).
Menurut Hidayat dari Khasanah & Hidayati (2012), kualitas tidur
dianggap baik jika tidak ada tanda-tanda kurang tidur dan tidak ada
gangguan tidur. Beberapa perindikasi kurang tidur bisa dibedakan sebagai
perindikasi fisik & psikologis. Tanda-tanda fisik kurang tidur adalah
ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, pembengkakan kelopak mata,
kemerahan pada konjungtiva, mata cekung), kantuk yang berlebiha n,
kurang konsentrasi, dan malaise yang terlihat.
Tanda-tanda psikologis termasuk penarikan, ketidakpedulian, malaise,
kemalasan, memori yang buruk, kebingungan, halusinasi, ilusi optik, dan
kemampuan pengambilan keputusan yang buruk. Tentu perlu mengukur
61%
kualitas tidur manusia. Pengkuran kualitas tidur dapat dengan Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengetahui kualitas tidur yang baik atau
buruk. PSQI yaitu kuesioner ketika digunakan cukup efektif untuk
mengetahui pengukuran kualitas tidur dan pola tidur. Perangkat PSQI
didasarkan pada pola tidur seseorang selama sebulan terakhir. Tujuan
pembuatan metode PSQI adalah untuk mengukur kualitas tidur,
memberikan kriteria yang efektif untuk membedakan antara tidur yang baik
dan buruk, memberikan indikator yang mudah digunakan, dapat
diinterpretasikan peneliti untuk subjek, dan gambaran umum gangguan tidur.
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kualitas tidur (Iqbal, 2003, 2017).
2.2.4 Tahapan Tidur
Tahapan tidur meliputi tidur tenang atau non-REM (non-REM sleep)
dan tidur aktif atau REM, dengan uraian sebagai berikut:
a. Tidur NonREM
Tidur non-rem terdiri dari empat tahap, masing- masing dengan
karakteristiknya sendiri. Fase I tidur terjadi ketika Anda merasa
mengantuk dan tertidur. Seringkali, ketika telepon berdering atau
sesuatu bangun, anda tidak benar-benar merasa tertidur. Gelombang
radio di otak menunjukkan "gelombang alfa" ketika tegangan turun.
Dimulai dengan Tahap I, tahap ini berlangsung 5 menit dari 30 detik
pertama siklus tidur.
16/31

12

Fase II tidur, semua tubuh kita tampaknya berada dalam tahap


tidur yang lebih dalam. Walaupun sebenarnya kita sedang tidur, tidur
tetap mudah untuk dibangunkan. Tahap II memakan waktu 10-40 menit.
63%
Kadang- kadang, selama tidur Tahap II, seseorang mungkin terbangun
oleh sentakan tiba- tiba pada anggota tubuhnya. Dikatakan normal
karena sentakan yang terjadi sebagai akibat dari memasuki tahap tidur
REM.
Tahap III dan IV. Tahap ini merupakan tahap tidur nyenyak.
Pada tahap III, tonus otot menghilang dengan cepat, sehingga orang
yang mendapatkan tidur malam yang nyenyak sangat rileks. Tahap IV
ditandai dengan tidak memiliki mimpi dan sulit untuk bangun. Orang
menjadi bingung ketika dibutuhkan beberapa menit untuk bangun dan
bereaksi langsung dari tahap ini. Pada fase ini, hormon tubuh
melakukan pertumbuhan yang diproduksi untuk membantu tubuh pulih,
memperbaiki sel, membangun otot, serta mendukung jaringan.
Setidaknya hormon pertumbuhan bekerja dengan baik, sehingga Anda
akan merasa baik dan segar setelah tidur malam yang nyenyak.
Tahap non-rem memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Non-REM
Tahap I Kondisi ini masih merespon cahaya, berlangsung selama
beberapa menit, mengurangi aktivitas fisik, mengurangi tanda-tanda
vital dan metabolisme, dan terasa seperti mimpi saat terbangun. Pada
tahap II non-rem, tubuh mulai mengendurkan otot-otot dan berlangsung
10 hingga 20 menit. Tubuh lama berfungsi dan dapat dengan mudah
dibangunkan. Tahap III non-removal adalah awal dari keadaan tidur
nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi otot lengkap, hipotens i,
berlangsung 15-30 menit.
b. Tidur REM
Tidur REM sangat berbeda dengan tidur non-REM. Tidur REM
adalah salah satu tahap tidur yang paling aktif. Pola pernapasan dan
detak jantung tidak teratur, tidak berkeringat. Kram tangan, kaki, atau
wajah dapat terjadi, dan pria mungkin mengalami ereksi selama tidur
REM. Ada kegiatan seperti itu, tetapi orang-orang masih tertidur lelap
dan sulit dibangunkan. Pada tahap ini, anggota badan tetap lemah dan
17/31

13

rileks. Tahap tidur ini dapat berperan sebagai pemulihkan pikiran,


menghilangkan kecemasan dan memori, serta menjaga fungsi sel otak.
Siklus tidur untuk orang dewasa biasanya terjadi setiap 90 menit.
Selama 90 menit pertama, semua tahap tidur adalah non-rem. Setelah
90 menit, memasuki tahap tidur REM, yang akan kembali ke tahap tidur
non-REM. Lalu setelah itu, masuk tahap tidur REM terjadi hampir
setiap 90 menit. Pada tahap pertama tidur, tidur REM terjadi sangat
singkat dan juga berlangsung hanya beberapa menit.
Saat gangguan tidur terjadi, periode tidur REM terjadi di awal
malam, sekitar 30-40 menit. Orang mendapatkan lebih banyak tidur
pada tahap III dan IV. Selama tidur, tahap tidur berpindah dari satu
tahap ke tahap lainnya tanpa mengikuti aturan yang biasa. Artinya,
suatu malam Anda mungkin tidak memiliki Tahap III atau IV dari. Tapi
satu malam lagi, Anda mencapai semua tahap tidur. Tidur REM ditandai
dengan pembukaan dan penutupan mata yang cepat, kejang otot-otot
kecil, fiksasi otot-otot besar, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang
apnea, denyut nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah tinggi atau
berfluktuasi, peningkatan sekresi getah lambung. Peningkata n
metabolisme, peningkatan tubuh suhu, siklus tidur: Sulit dibangunka n
(Alimul, 2006).
2.3 Konsep Lanjut Usia
2.3.1 Pengertian Lanjut usia
Kelompok senior merupakan sebuah kelompok penduduk yang rata-rata
berusia di atas 60 tahun. Penuaan adalah proses di mana jaringan
memperbaiki atau mengganti dirinya sendiri, secara bertahap mengura ngi
kemampuannya untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal, karena
ini tidak mampu menahan infeksi juga tidak mampu memperbaiki luka
72%
yang telah rusak. Proses menua yaitu proses lanjutan yang dimulai secara
alami dari sejak lahir dan umumnya juga dialami oleh semua makhluk
hidup (Nugroho, 2012).
2.3.2 Batasan Lanjut Usia
Menurut WHO, lanjut usia adalah 60-74 tahun, lanjut usia 75-90 tahun,
dan sangat lanjut usia di atas 90 tahun. Dikutip dari Nugroho (2012),
18/31

14

berdasarkan dengan pendapat dari beberapa ahli, dikatakan klasifikasi usia


disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang berusia 65 tahun
62%
ke atas. Terdapat beberapa kelompok, diantaranya pra lansia yaitu (45- 59
tahun), kelompok lansia (60 tahun ke atas), dan terakhir kelompok lansia
yang berisiko tinggi (70 tahun ke atas) (Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat, 2012).
2.3.3 Masalah yang Sering Dihadapi oleh Lansia
Bentuk masalah yang dihadapi oleh lanjut usia adalah:
1. Demensia
2. Stres
3. Skizofrenia
4. Gangguan kecemasan
5. Gangguan Psikosomatik
6. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain
7. Gangguan Tidur / Insomnia
2.4 Kerangka Teori
2.4
Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas tidur :
1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal
- Penyakit
a) Usia a) Dukungan keluarga - Latihan dan kelelahan

b) Jenis kelamin b) Dukungan sosial - Stress psikologis


- Obat
c) Tingkat pendidikan
- Nutrisi
d) M otivasi - Lingkungan
- Motivasi

Teori kecemasan Stuart G.W (2012) 1. Kualitas tidur baik


2. Kualitas tidur buruk
1. Kecemasan Ringan
2. Kecemasan Sedang
3. Kecemasan Berat
4. Panik
19/31

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian menurut PabunduTika (20015:12) merencanaka n
bagaimana mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan
terarah sehingga penelitian dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan
tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2017: 8), metode survei kuantitatif adalah
metode survei berdasarkan filosofi positivis, survei kelompok atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan alat survei, dan menganalisis data untuk tujuan
pengujian kuantitatif atau statistik.
3.2 Kerangka Konsep dan Hipotesis
3.2.1 Kerangka Konsep

Faktor predisposisi :
1. Teori psikoanalitik Kecemasan Ringan
2. Teori interpersonal
3. Teori perilaku
4. Teori keluarga Kecemasan Sedang
5. Teori biologi

Tingkat Kecemasan

Faktor presipitasi : Kecemasan Berat


1. Faktor eksternal
a. Ancaman integrasi
fisik
Panik
b. Ancaman system diri
2. Faktor internal
a. Usia
b. Stressor
c. Lingkungan
d. Jenis kelamin
e. pendidikan

3.2.2 Hipotesis
57%
Hipotesa ialah balasan pertama dari adanya rumusan masalah
(Sugiyono, 2017). Ini masih awal, sehingga kita perlu membuktikan
kebenarannya melalui data empiris yang dikumpulkan.

15
20/31

16

71%
Ha = Ada hubungan mengenai tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
lansia
75%
Ho = Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
lansia
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.3.1 Populasi
57%
Populasi yaitu wilayah umum yang terdiri dari objek/subyek dengan
jumlah dan beberapa karakteristik yang akan peneliti tentukan untuk
66%
mempelajari dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2016: 135). Populasi dalam
survei ini terdiri dari 198 lansia yang tinggal di Posbindu Anyelir Desa
Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
3.3.2 Sampel dan Sampling Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 81), sampel adalah bagian dari populasi yang
menjadi sumber data survei, dan populasi adalah bagian dari jumlah sifat yang
56%
dimiliki populasi. Sugishirono (2016:81) Metode pengambilan sampel ini yaitu
57%
metode untuk menentukan dari sampel yang akan digunakan. Metode yang
dipakai pada penelitian ini menggunakan random sampling, yaitu diambilnya
sampel dilakukan Ketika lansia yang berkunjung ke Posbindu.
𝑁
𝜂 =
1 + 𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : Besar sampel penelitian
N : Jumlah populasi
d : Tingkat kepercayaan (0,05)
Maka sampel dalam penelitian ini dihitung :

198
𝑛 =
1+198 (0,05)2
198
𝑛 =
1+198 (0,0025)
198
𝑛 =
1+0,25
198
𝑛 =
1,25

𝑛 = 159
21/31

17

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil perhitunga n


dari jumlah populasi sebanyak 198 orang dan menggunakan tingkat kepercayaan yang
56%
digunakan sebanyak 5% (0,05) maka didapatkan hasil yang dijadikan sampel pada
penelitian ini adalah 159 orang.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu kelengkapan atau properti atau nilai yang didasarkan pada
seseorang, objek, atau aktivitas dengan variasi eksklusif yang ditentukan oleh peneliti
untuk melakukan penelitian dan penalaran dalam pernyataan Sugiyono (2019, 68).
Didasarkan dari landasan dan kerangka konseptual yang ada, terbentuk variabel dalam
survey ini adalah:
62%
1. Variabel bebas (Independent Variable) menurut (Sugiyono 2019:68). merupakan
variabel yang disebabkan atau mempengaruhi berubahnya atau terbitnya variabel
64%
terikat. Variabel bebas (independen) pada survey yang dilakukan ini yaitu adanya
tingkat kecemasan pada lansia di Posbindu Anyeril Desa Kertawangi di Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
63%
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Menurut Sugishirono (2019: 69), yaitu
59%
variabel yang akan dipengaruhi atau merupakan hasil dari variabel bebas. Variabel
terikat pada survey ialah kualitas tidur lanjut usia di Posbindu Anyelir Desa
Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

Faktor Kualitas Tidur


- Penyakit - Nutrisi
- Latihan dan kelelahan - Lingkungan
Kecemasan Lansia
- Stress psikologis - Motivasi
- Obat
22/31

18

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional


Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Konseptual Operasional
Variabel
Independent
56%
Tingkat Kecemasan adalah Kecemasan, yang ZSAS ZSAS Ordinal
Kecemasan kekhawatiran diukur dengan kuesioner dimasukan
umum yang samar- menggunakan yang kedalam 4
samar terkait Tongue Self- dipakai tahapan
dengan ketakutan Assessment untuk kecemasan
dan Anxiety Scale peneliti dengan
ketidakberdayaan. (ZSAS), adalah mengukur penilaian
Masalah emosional respons emosional gejala dari yaitu :
ini tidak memiliki yang dihasilkan cemas. 1. Skor 20 =
tujuan tertentu. dari penyebab Penilaian tidak
Ketakutan dialami non-spesifik yang ini mengalami
dan dapat menciptakan dirancang kecemasan,
dikomunikasikan ketidaknyamanan agar 2. Skor 21-40
secara subjektif di atau ancaman. mengetahui =
antara orang-orang adanya kecemasan
(Stuart, 2012). kecemasan ringan,
Stuart (2012) telah dan 3. Skor 41-60
membagi berbagai =
kecemasan menjadi tingkat kecemasan
4 tingkatan yaitu : kecemasan. sedang,
a. Kecemasan 4. Skor 61-80
ringan =
b. Kecemasan kecemasan
sedang berat
c. Kecemasan 5. skor 81-
berat 100 =
d. Panik panik.
23/31

19

Validitas
perangkat
ZSAS
berkorelasi
signifikan
dengan Taylor
Gejala dan
Skala
Kecemasan
(TIMAS) 0,5,
tetapi
reliabilitas
perangkat
ZSAS adalah
0,87.

Variabel
Dependent
61%
Kualitas Kualitas tidur Kualitas tidur Penilaian Skor Ordinal
mengacu pada merupakan kualitas penilaian dari
Tidur
kualitas tidur
kemampuan individu kepuasan tidur yang dimulai dari
untuk tidur secara seseorang diambil dari 0-21.
1. Minimum
normal selama tahap terhadap tidurnya, Pittsburgh
skor = 0
tidur REM dan non- Data kualitas Sleep
(baik),
REM. Ini termasuk tidur dapat diukur Quality
2. Maximum
kualitas tidur di hari dengan Index
skor = 21
tua, menurut Kozier menggunakan (PSQI).
(buruk).
(2010). Pittsburgh sleep PSQI yaitu
Secara
a. Tidur ±6 quality index hal yang
keseluruhan,
jam/hari (PSQI). Semakin digunakan
skor <5
b. Tahap REM 20 – tinggi skornya, untuk
merupakan
25% semakin buruk mengukur
kualitas tidur
c. Tahap IV NREM kualitas tidurnya. kualitas
baik,
24/31

20

Menurun dan tidur pada sedangkan >


kadang-kadang lansia 5 merupakan
absen kualitas tidur
Sering buruk
terbangun pada
malam hari

3.6 Tempat Penelitian


63%
Kegiatan survei ini dilakukan hanya pada Posbindu Anyelir sector wilayah desa
Kertawangi, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
3.7 Waktu Penelitian
53%
Waktu yang peneliti gunakan untuk penelitian ini dimulai dari tanggal 24 Juni
hingga 4 Juli 2015.
3.8 Instrumen Penelitian
69%
Sugishirono (2017:102) mengatakan bahwa alat penunjang penelitian adalah
alat yang digunakan sebagai tolak ukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Alat tes
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam survei ini adalah soal tes berupa soal
pilihan ganda untuk sampel dan dijawab secara individual.
3.8.1 Uji Instrumental
Metode Zung Self-Evaluation Anxiety Scale (ZSAS), adalah metode yang
digunakan dalam penelitian ini, selain itu metode ini juga merupakan perangkat
untuk mempelajari tingkat kecemasan secara kuantitatif. Peneliti kemudian
dapat membuat beberapa perubahan tergantung pada kebutuhan penelitian nya.
62%
Metode ZSAS memiliki tujuan sebagai tolak ukur kecemasan bagi ganggua n
klinis dan menentukan gejala kecemasan. Pada Zung Self- Reating Anxiety
Scale (ZSAS) memiliki skala 20 poin yang mencakup fitur yang biasa
ditemukan pada gangguan kecemasan.
(15 peningkatan respons kecemasan dan 5 penurunan respons kecemasan).
Item respon peningkatan kecemasan sebagai berikut :
1. Perasaan saya menjadi gugup dan cemas lebih dari biasanya.
2. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
3. Saya merasa marah tersinggung atau panik.
4. Saya merasa seperti tubuh saya runtuh.
25/31

21

80%
5. Saya merasa kesulitan Ketika akan melakukan kegiatan atau merasakan
sesuatu yang menakutkan akan terjadi.
6. Saya merasa anggota tubuh saya gemetar atau gemetar.
7. Saya selalu merasakan sakit pada kepala, nyeri pada leher dan juga otot.
8. Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek.
57%
9. Saya dapat merasa ketika jantung saya berdetak kencang dan cepat.
10. Saya sering mengalami pusing.
11. Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan.
12. Pada bagian jari-jari tangan dan kaki saya serasa menjadi kaku dan mati rasa
13. Saya sering BAK lebih dari biasanya.
14. Wajah saya terasa panas dan kemerahan.
15. Saya mengalami mimpi- mimpi buruk.

Item respon penurunan kecemasan sebagai berikut :


1. Saya merasa semuanya bekerja dan tidak ada hal buruk yang terjadi.
2. Saya tidak bisa istirahat atau duduk.
3. Saya mudah sesak tersenggal-senggal.
4. Saya merasa tangan saya dingin.
5. Saya sulit dan tidak dapat istirahat malam.

Menurut (Wiliam, W.K., 1971), peralatan ZSAS dikategorikan ke dalam empat


56%
tingkat kecemasan dengan skor yang berbeda. Artinya, 20 peringkat = merasa tidak
takut, 21- 40 peringkat = kecemasan ringan, 41 - 60 = kecemasan sedang, 61- 80 =
kecemasan berat, 81- 100 peringkat = panik. Validitas perangkat ZSAS berkorelasi
signifikan dengan Taylor Gejala dan Skala Kecemasan (TIMAS) 0,5, sedangkan
keandalan perangkat ZSAS adalah 0,87 (Wiliam, W.K., 1971).
69%
Perangkat penelitian yang dipakai untuk mempelajari kualitas tidur dalam
penelitian ini adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Sle ep Quality
Questionnaire. PSQI digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada lansia (Buysee,
1989).
69%
Pada survei kali ini, ada tujuh macam yang dipakai untuk ukuran evaluasi. Dari
ketujuh nilai ini yaitu: kualitas tidur, latensi tidur, waktu tidur, kebiasaan tidur,
gangguan tidur, penggunaan hipnotis, disfungsi siang hari. Kisaran nilai kualitas
tidur adalah 0- 21. Score minimal = 0 (baik), score maximal = 21 (buruk).
26/31

22

66%
Interpretasi keseluruhan adalah bahwa nilai <5 = kualitas tidur baik, jika > 5 =
kualitas tidur yang buruk. Uji Korelasi Produk-Momen Pearson digunakan untuk
menguji keefektifan perangkat ini. Jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan
dikatakan benar. Skor tabel untuk perangkat senilai 0,325. Uji kelayakan perangkat
memakai uji Nascence Cronbach dengan nilai 0,726.

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian


a. Uji Validitas
59%
Validitas adalah ukuran derajat kepastian antara data yang benar- benar
dihasilkan oleh objek dan data yang dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018:
125). Untuk mencari nilai koefisiennya, peneliti menggunakan persamaan
product moment Pearson pada persamaan berikut :

n ∑ XY − (∑ X × ∑ Y)
=
rxy √ [n ∑ X2 − (∑ X2)][n ∑ Y2 − (∑ Y)2]

Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi
XY : Jumlah perkalian variable x dan y
X : Jumlah nilai variable x
Y : Jumlah nilai variable y
X : Jumlah pangkat dari nilai variable y
Y2 : Jumlah pangkat dari nilai variable y
n : Banyaknya sampel
50%
Menurut Sugiyono (2017: 134), suatu item dikatakan valid jika faktor (r) antara
item dengan jumlah item adalah positif dan ukurannya 0,3 atau lebih dan 0, 3 (>0,3),
tetapi nilai korelasinya adalah 0,3 Validasi jika kurang dari (> 0.3). Dalam kasus <0,3),
hal ini tidak valid dan perlu diperbaiki.
b. Uji Reabilitas
Tes reabilitas adalah ukuran seberapa banyak hal ini menunjukkan alat
ukur mana yang reliabel (reliable), dengan kata lain seberapa konsisten hasil
pengukurannya. Keandalan mengacu pada derajat konsistensi atau akurasi data
selama interval waktu tertentu (Sugiyono, 2018: 126). Uji keterbacaan pada
penelitian ini menggunakan Cronbach's alpha. Interpretasi reliabilitas suatu
27/31

23

61%
variabel dapat disebut reliabel jika koefisien variabel tersebut lebih besar dari
0,6. Ini diformulasikan sebagai berikut:
∑ 𝜎2
𝑘 𝔦)
𝑎= (1 −
𝑘−1 2
𝜎𝜒

Keterangan :
k : Jumlah soal pertanyaan

𝜎𝑖2 : Variasi setiap pernyataan

𝜎𝑥2 : Variasi total tes

∑ 𝜎𝑖2 : Jumlah seluruh variasi setiap total

3.10 Prosedur
77%
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini waktu pengumpulan data menggunakan pendekatan cross
sectional. Menurut (Sujarweni 2015, 19), penelitian cross sectional adalah:
“Penyelidikan dilakukan dengan menempati waktu dan tempat tertentu yang relatif
singkat, dilakukan pada beberapa objek pada tingkat yang berbeda. Pada tahap awal
pengumpulan data, peneliti meminta izin pada responden, lalu meminta persetujuan
dari responden, dan dalam waktu 11 hari, peneliti memiliki 66 responden. Peneliti
menggunakan kuesioner sebagai sarana. Setelah responden memberika n
persetujuannya, peneliti membacakan satu per satu quesionernya kepada lansia.

3.11 Analisa Data


3.11.1 Pengolahan Data (Data Processing)
a. Editing
Mengedit adalah kegiatan yang perlu ditinjau dan divalidas i
61%
memperbaiki isi rumus atau kuesioner. Pada titik ini, peneliti
mengkonfirmasi kuesioner yang diisi oleh responden.
b. Coding
Setelah diedit, langkah selanjutnya adalah coding atau mengonversi data
dalam format kalimat atau karakter menjadi data numerik. Data respon
survei pada tahap ini diberi kode dengan skor 0 jika jawaban salah dan skor
1 jika jawaban benar.
c. Scoring
Kategori Tingkat Kecemasan :
28/31

24

Tidak terdapat ketakutan = 20


Tingkat cemas ringan = 21-40
Tingkat cemas sedang = 41-60
Tingkat cemas berat = 61-80
Tingkatan kepanikan = 81-100
Penilaian Kategori pada Kualitas Tidur :
>5 = kualitas tidur tidak cukup baik
<5 = kualitas dari tidur cukup baik
d. Tabulating
Setelah semua data diberikan dan dievaluasi, data tersebut diolah
dengan sistem komputerisasi menggunakan Statistical Data Processing
Application (SPSS).
3.11.2 Analisa Data
a. Analisis Univariat
65%
Ketika menilai tingkat cemas menggunakan Zung Self Anxiety Scale,
yang terdiri dari 20 item pernyataan dan 15 item, gejala fisik dikategorikan
menjadi 4 tahap kecemasan: ringan, sedang, berat, dan panik (William,
1971). Untuk menganalisa data respons ketakutan menggunakan Zung Self
Anxiety Scale (ZSAS), setiap pernyataan terdapat lima kemungkinan respons
dengan nilai bobot, yaitu:
 Selalu (SL) (skor = 5)
 Sering (SR) (skor = 4)
 Kadang-kadang (KK) (skor = 3)
 Jarang (JR) (skor = 2)
 Belum Pernah (BP) (skor = 1)

Setelah setiap nilai digabungkan, hal tersebut dihitung dan dapat


diklasifikasikan ke dalam tingkat kecemasan berikutnya.

 Skor 20 : tidak ada kecemasan


 Skor 21-40 : kecemasan ringan
 Skor 41-60 : kecemasan sedang
 Skor 61-80 : kecemasan berat
 Skor 81-100 : kecemasan panik
29/31

25

63%
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur
kualitas tidur. PSQI adalah alat yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
pada lansia (Buysee, 1989). Penelitian ini memiliki tujuh komponen yang
digunakan sebagai parameter evaluasi. Ketujuh nilai tersebut adalah: kualitas
tidur, latensi tidur, waktu tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, pengguna a n
hipnosis, disfungsi siang hari. Kisaran skor kualitas tidur untuk adalah 0 - 21.
Skor minimal = 0 (baik), skor maksimal = 21 (buruk).
Interpretasi dari keseluruhan yaitu bahwa skor <5 kualitas tidur yang
baik dan > 5 yaitu kualitas tidur yang tidak baik atau buruk. Perhitungan tabel
dan presentase dilakukan setelah diurutkannya berdasarkan kategori grade
area, dengan rumus berikut:
70%
𝑓
P = 𝑛 x 100% = . . . . . %

Keterangan :
P : Persen
F : Frekuensi (saluran)
n : Jumlah partisipan
100% : angka tetap
Setelah dilakukan perjumlahan, data yang diperoleh diolah menjadi
distribusi frekuensi sebagai berikut:
0 : Tidak ada
1-19 : Hanya sedikit
20-39 : Hanya sebagian kecil
40-59 : Hanya sebagian
60-79 : Hanya sebagian besar
80-99 : Terutama seluruhnya
100 : Hampir selesai
(Arikunto,2006)
Hasil interpretasi secara teoritis berdasarkan penelitian ini kemudian
dibahas sampai pada kesimpulan, diikuti dengan ringkasan yang ditarik dari
fakta-fakta.
b. Analisis bivariat
54%
Peneliti memakai analisis bivariat untuk menggambarkan kolerasi
antara variabel independen dan dependen dan menemukan hubungan antara
30/31

26

71%
keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antara hubunga n
kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia yang berada di Posbindu Anyelir
Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Rumus yang
digunakan peneliti yaitu uji korelasi Spearman karena data yang dipakai
adalah skala ordinal.
informasi:

rs = koefisien korelasi Spearman


Hasil penguraian nilai ∑d² = x dan y
n = jumlah sampel penelitian
Tingkat kepercayaan = 0,01,
Tingkat kesalahan adalah 1%. Jika rho yang dihitung lebih kecil dari rho
66%
tabel, maka hubungan tersebut dikatakan penting dan H1 diterima. Artinya,
jika ternyata terdapat hubungan antara x dan y dan nilai rho hitung lebih besar
dari tabel rho, maka hipotesis yang diajukan akan ditolak. Karena, tidak
adanya hubungan antara x dan y. Untuk menginterpretasikan hasil analisis data,
tabel di bawah ini menunjukkan arti dari nilai korelasi Spearman.
Table makna nilai korelasi spearman
Nilai Makna
0,8 - 1 Sangat kuat
0,6 – 0,79 Kuat
0,4 – 0,59 Cukup kuat
0,2 – 0,39 Rendah
0 – 0,19 Sangat rendah

3.12 Etika Penelitian


Pada saat dilakukannya penelitian ini, peneliti memberikan informed consents
dan setelah itu peneliti akan melakukan penelitian dengan menandatangkan formulir
persetujuan atas nama keluarga pasien, dan penelitian dijamin kerahasiaannya.
31/31

DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai