Judul
Metodelogi Penelitian Kel 1 Kuantitatif
20 %
KESAMAAN
8%
AKADEMIK
15 %
INTERNET
Tanggal: 2022-05-26 11:56:03(+00:00 UTC)
ID Laporan: 628f6ad77b3673bf9
Jumlah kata: 6062
Jumlah karakter: 36998
2/6
Sumber serupa
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DESA SUMERTA
KELOD
2 Agung Istri Dewi,Nila Wahyuni,Ni Luh Nopi Andayani,I Putu Adiartha Griadhi
0,9%
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2020
Akademik
Pengaruh Efektivitas Penggunaan, Kepercayaan dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi pada
Kinerja Karyawan
10 Ni Luh Putu Dwi Gita Sari,I Made Pande Dwiana Putra
0,2%
E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik
Akademik
Proporsi dan Alasan Pengunaan Buah Lokal dan Non Lokal Bali dalam Upacara Keagamaan Pura
Kahyangan Tiga di Desa Pakraman Sebali Kecamatan Tegallala ng, Kabupaten Gianyar
12 0,2%
I WAYAN YOGA WIRA SAPUTRA,I DEWA PUTU OKA SUARDI,WAYAN WINDIA
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik
Pengaruh Norma Subyektif, Kinerja Aparatur, Kejelasan Sasaran Anggaran, Prosocial Behavior Ter-
hadap Transparansi Dan Akuntabilitas
13 0,2%
Ikhwan Wadi,Lalu M. Furkan,Ahmad Rifa’i
E-Jurnal Akuntansi,2020
Akademik
Pengaruh Audit Tenure, Kompleksitas Audit, Dan Time Buget Pressure Terhadap Kualitas Audit Di
Kantor Akuntan Public Provinsi Bali
15 0,2%
Ni Putu Nanna Chintya Dewi,Kadek Trisna Dwiyanti
E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik
PERBEDAAN KEMANDIRIAN REMAJA SMA ANTARA YANG SINGLE FATHER DENGAN SINGLE
MOTHER AKIBAT PERCERAIAN
16 0,2%
I Gusti Ayu Mirah Suwinita,Adijanti Marheni
Jurnal Psikologi Udayana,2015
Akademik
Perbedaan Efikasi Diri Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orangtua pada Remaja Tengah di Denpasar
17 A.A. Mas Diah Widiyanti,Adijanti Marheni 0,2%
Jurnal Psikologi Udayana,2013
Akademik
Permasalahan Subak di Daerah Pariwisata di Subak Teges, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar
18 KOMANG TRI PERMATA DEWI,WAYAN WINDIA,KETUT SURYA DIARTA 0,2%
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik
Pengaruh Corporate Governance dan Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi
19 Ni Putu Ayu Indira Yuni,Putu Ery Setiawan
0,2%
E-Jurnal Akuntansi,2019
Akademik
Hubungan antara Gaya Hidup Sehat dengan Tingkat Stres Siswa Kelas XII SMA Negeri di
Denpasar Menjelang Ujian Nasional Berdasarkan Strategi Coping Stres
20 Nyoman Adi Krisna Wibawa,Putu Nugrahaeni Widiasavitri
0,2%
Jurnal Psikologi Udayana,2013
Akademik
Study of Antecedent of Customer Satisfaction and Loyalty for Kompas Klasika Jateng & DIY
21 Maria Moniqua Ratna,Harry Soesanto,I Made Sukresna 0,2%
Jurnal Sains Pemasaran Indonesia (Indonesian Journal of Marketing Science),2017
Akademik
Akademik
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba oleh CEO Baru pada Perus-
ahaan Manufaktur
23 0,2%
Ni Putu Widianjani,Gerianta Wirawan Yasa
E-Jurnal Akuntansi,2020
Akademik
Pengaruh Inovasi Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Supra
X 125
24 0,2%
Riza Fakhri Lupiko,Handojo Djoko Waloejo
Jurnal Administrasi Bisnis,2018
Akademik
The Effect Of Service Quality And Amnesty Of Tax On Personal Taxpayer Compliance Listed In Kpp
Pratama Badung Selatan
25 0,2%
Komang Sudaarsa,I Ketut Jati
E-Jurnal Akuntansi,2018
Akademik
The Effect Of Credit Growth On Profitability With Credit Turnover Rate As Moderator Variable At Lpd
In Kecamatan Kediri Period 2013-2016
26 0,2%
A.A. Ngr. Manik Yuda Pramartha,I Wayan Pradnyantha Wirasedana
E-Jurnal Akuntansi,2018
Akademik
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam
Mengerjakan Soal Ulangan Umum
27 0,2%
Ni Made Yanthi Ary Agustini,Hilda Sudhana
Jurnal Psikologi Udayana,2014
Akademik
Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta
28 0,2%
Komang Diatmi,I Gusti Ayu Diah Fridari
Jurnal Psikologi Udayana,2014
Akademik
Strategi Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Subak Sem-
bung Kota Denpas ar
35 NI MADE DWI SUTRA PRAMASANTI,NI WAYAN SRI ASTITI,I MADE SARJANA
0,1%
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
Akademik
Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Keca-
matan Denpasar Selatan, Kota Denpasar
36 LATIEF IKHSAN,I WAYAN WINDIA,NI WAYAN SRI ASTITI
0,1%
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2019
Akademik
jkmcendekia utama
42 0,1%
https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/download/244/169
Internet
metode penelitian
48 https://eprints.umm.ac.id/72227/14/BAB%20III.pdf
0,1%
6/6
Internet
69%
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DI
POSBINDU
Diajukan untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Nunung Nurjanah S.Kp.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.,An
Anggota :
KATA PENGANTAR
Terima kasih atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmatnya, kami dapat
menyusun proposal penelitian yang berjudul "Hubungan Kualitas Tidur dengan Kecemasan
pada Lansia di Posbindu".
Dalam penulisan proposal penelitian ini banyak hambatan yang penulis hadapi namun
atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Achmad Setya Roswendi, S.Kp., MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UNJANI
60%
2. Dosen Koordinator Mata kuliah Metodologi Penelitian yaitu Ibu Nunung Nurjanah,
S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
3. Anggota kelompok 1 Tingkat 3 Kelas B
97%
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya proposal ini.
Besar harapan kami semoga proposal penelitian ini dapat membantu menambah
wawasan dan pengetahuan kami tentang metodologi penelitian. Kami juga sebagai penulis
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran, dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami. Ingatlah bahwa sempurna tanpa saran yang membangun.
Cimahi, Mei 2022
Tim Penyusun
i
3/31
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................................... 15
ii
4/31
iii
5/31
BAB I
PENDAHULUAN
1
6/31
positifnya bila lansia sehat, aktif dan produktif. Dampak buruknya berujung pada
berkembangnya masalah kesehatan pada lanjut usia (Kemenkes, 2017). Peruba han
yang biasa dialami oleh lanjut usia adalah perubahan fisiologis seperti penuaan,
mental, sosial dan psikologis (Kuhu & Sumedi, 2016).
Tercapainya cita-cita suatu negara dengan keberhasilan pembangunan suatu
negara dapat dilihat dari meningkatnya taraf hidup dan angka harapan hidup (UHH).
Hal ini menyebabkan peningkatan penduduk lanjut usia, rendahnya angka kematian,
rendahnya angka kelahiran dan perubahan epidemiologi di bidang kesehatan
(Kemenkes, 2014). Dampak yang terlihat dari tahun 2004 hingga 2015 adalah UHH
Indonesia meningkat dari 68.6 menjadi 70,8 dan prakiraan untuk 2030-2035 adalah
72,2. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, Indonesia merupakan salah satu dari
lima negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia, yaitu 4.444 jiwa dan 18,1
juta jiwa pada 2010, atau total penduduk 7,6, ri Jangkauan (Kementeria n
Kesehatan, 2016).
WHO (2006) oleh Padilla (2013) telah mengklasifikasikan lansia menjadi
empat kategori. Artinya, usia rata-rata (median) adalah 4550, lanjut usia (lansia)
adalah 60-74, 7590, dan sangat tua (sangat tua). 90 tahun. Menurut Padila 2013,
batas usia lanjut usia dibagi menjadi dua, 60-69 tahun dan 70 tahun ke atas. Menurut
Bee (1996) dikutip dari Padila (2013), batas lanjut usia adalah dewasa muda yang
berusia 18-25 dan dewasa muda yang juga berusia 25-40, paruh baya 40-65, lansia
65-75, saya adalah orang yang sangat tua. Dewasa di atas 75 tahun.
Menurut (Nugroho, 2012), istilah tahun mengacu pada orang yang berusia
di atas 60 tahun. Lansia kemungkinan besar akan menghadapi masalah kesehatan
yang dipastikan memerlukan penanganan terpadu segera. Sejalan dengan
bertambahnya usia, fungsi fisik, fisiologis, dan psikologis pada lanjut usia akan
menurun. Masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada orang tua atau lansia
yaitu termasuk kecemasan, depresi, insomnia, delusi, dan demensia. Ketika masalah
ini terjadi pada orang tua, gangguan ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari- hari
mereka. Menurut (Maryam et al., 2012), pencegahan dan perawatan lanjut usia
dengan penyakit mental juga sangat penting untuk mempromosikan kemakmura n
serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Perubahan fisiologis meliputi semua sistem tubuh pada kulit contohnya
keriputan area kulit, sistem muskuloskeletal seperti tulang yang fungsinya menurun,
sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, system endokrin,
7/31
system reproduksi, dan juga sistem pada saraf. Terjadi perubahan pada sistem saraf,
karena orang tua mengalami kontraksi saraf, peningkatan kadar serotonin, dan
penurunan hipotalamus. Berubahnya atau naik turunnya pada sistem saraf dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada lansia, termasuk gangguan tidur (Karjono
& Rahayu, 2015).
Tidur merupakan bagian dari sistem biologis yang bekerja 24 jam sehari
untuk mengembalikan daya tahan dan energi tubuh. Pengaturan tidur dan terjaga
diatur oleh bagian batang otak thalamus atau sistem aktivasi retikuler, serta hormon
dan neurotransmitter. Ini terlibat dalam proses tertidur dan bangun, dan produksinya
dipengaruhi oleh dua mekanisme: fungsi otak ini diproduksi di batang otak, dan
serotonin dalam aliran darah bertanggung jawab untuk mentransmisikan impuls
saraf ke otak. dan memainkan peran yang sangat penting Peran menginduksi kantuk
dan kebutuhan tidur Tahap tidur terdiri dari tidur REM (rapid eye movement) dan
tidur NREM (non-rem sleep) (Priyoto,2015).
Gangguan tidur pada lansia sering disebut dengan insomnia, dan lansia
menderita insomnia, sulit tidur nyenyak, dan sulit bangun pagi (Karjono & Rahayu,
62%
2015). Gangguan tidur juga bisa saja dipengaruhi oleh faktor dari internal dan
52% 51%
eksternal. Faktor internal ini dapat terdiri dari penyakit, stres dan ketakutan. Faktor
eksternal biasanya dari lingkungan, gaya hidup dan pengobatan (Darmojo, Boedhi
& Martino, 2015). (Nofiyanto, 2016) telah menjelaskan bahwa di Indonesia lanjut
63%
usia sekitar usia 50 ±65 yang terkena gangguan tidur, selain itu juga nilai ganggua n
51%
tidur pada lansia sangat tinggi yaitu sekitar 67%. . Secara tidak langsung, ganggua n
58%
tidur tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia. Pada negara Amerika
Serikat, prevalensi gangguan tidur pada lansia ditahun 2016 sekitar 67% (WHO).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 50% orang berusia di atas 65 tahun menderita
insomnia, 2050% lansia melaporkan insomnia dan sekitar 17% menderita insomnia
berat setiap tahunnya. Prevalensi insomnia pada lansia sangat tinggi, sekitar 67%.
51%
Kualitas termasuk pada bagian penting dari kualitas hidup seseorang.
56%
Kualitas tidur yaitu kondisi di mana tidur yang kita terima saat bangun tidur
menciptakan kesegaran dan kesehatan. Terdapat banyak factor yang mempenga r uhi
kualitas tidur adalah lingkungan, gaya hidup buruk, aktivitas fisik yang kurang
78%
sehat, stres sosial, dan makanan serta kalori dalam tubuh. Perubahan pola tidur yang
terjadi pada lansia disebabkan oleh perubahan susunan system saraf pusat yang
dapat mempengaruhi tidur pada lansia (Ernawati, Syauqy & Haisah, 2017).
8/31
kecemasan pada lansia, mengatasi masalah umum yang terjadi, mengura ngi
tingkat kecemasan lansia, dan mengurangi gangguan tidur di hari tua nanti.
10/31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan kesadaran (efek) yang ditandai dengan
rasa takut dan cemas yang mendalam dan menetap yang belum mengala mi
real life testing ability (RTA), dan masih baik, dan tidak mengala mi
gangguan kepribadian (personality division).
Kecemasan adalah perasaan cemas yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan dengan reaksi atau ketakutan bahwa
sesuatu akan terjadi untuk mengantisipasi bahaya. Ini adalah sinyal yang
mengingatkan orang akan peringatan risiko yang akan segera terjadi dan
mendorong individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman
tersebut (Nanda, 2009, Fitria, 2013).
55%
Penyebab dari stress dapat berasal dari sumber berbagai sumber,
cotohnya internal maupun eksternal. Induksi stresor dapat dibagi menjadi
dua kategori yaitu pertama, ancaman terhadap integritas fisik meliputi
pengurangan atau pembatasan kecacatan, ketakutan kehilangan kendali,
dan hilangnya objektivitas. Lalu kedua reaksi emosional meliputi
peningkatan gairah, kehilangan kesadaran, ketakutan, kecemasan, pelupaan,
lekas marah, kekecewaan, menangis, dan juga ketidakberdayaan.
Kecemasan adalah reaksi yang bisa dialami semua orang. Namun,
kecemasan yang berlebihan mengganggu fungsi dalam kehidupan
seseorang, terutama ketika itu menjadi hambatan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai definisi di atas adalah
bahwa kecemasan akibat kecemasan sebenarnya menimbulkan kecemasan
masa depan dan sudah pasti sangat mengancam yang dapat menimbulka n
ketakutan akan sesuatu yang buruk akan terjadi, yaitu ketakutan atau
kecemasan dalam suatu situasi.
2.1.2 Tingkat Kecemasan
6
11/31
Setiap orang perlu takut, tetapi sampai batas tertentu, Peplau telah
mengidentifikasi empat tingkat kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Ketakutan ini terkait dengan kehidupan sehari-hari, ketakutan
adalah motivasi untuk belajar tumbuh dan menciptakan kreativitas .
Tanda dan gejala termasuk peningkatan dan gairah, gairah,
kesadaran rangsangan internal dan eksternal, pemecahan masalah
yang efektif, dan kemampuan belajar. Perubahan fisiologis dapat
ditandai dengan adanya factor dari kegelisahan, gangguan tidur, dan
hipersensitivitas suara, fungsi penting, juga pupil normal.
b. Kecemasan Sedang
Ketakutan memberdayakan orang dengan berfokus pada esensi
dan mengesampingkan yang lain, individu dapat menarik perhatian
selektif, tetapi melakukan sesuatu yang lebih fokus. Reaksi fisiologis :
sering sesak napas, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah,
mulut kering, gelisah, sembelit. Respon kognitif adalah
penyempitan rentang persepsi, tetapi tidak dapat menerima
rangsangan eksternal dan tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang
dikhawatirkannya.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan yang parah sangat mempengaruhi persepsi individ u
cenderung fokus pada detail dan hal-hal konkret dan tidak dapat
memikirkan hal lain. Semua tindakan ditujukan untuk meredakan
ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan parah termasuk kognisi
yang buruk, perhatian terhadap detail, perhatian terbatas,
kurangnya konsentrasi atau pemecahan masalah, dan kurangnya
pembelajaran yang efektif. Pada tingkat ini, seseorang mengala mi
sakit kepala, pusing, mual, tremor, insomnia, palpitasi, takikardia,
hiperventilasi, pollakiuria dan buang air besar, serta diare. Diliha t
secara emosional, setiap individu mengalami ketakutan yang
membuat semua perhatian akan terfokus pada mereka.
d. Panik
12/31
10
pengeluaran energi yang dikonsumsi dalam tubuh. Hal ini terlihat pada
orang yang lelah beraktivitas. Akibatnya, fase tidur nyenyak menjadi
lebih pendek, memungkinkan seseorang tertidur lebih cepat.
h. Stress Psikologis
Keadaan mental dapat memanifestasikan dirinya dalam diri
seseorang karena ketegangan mental. Hal ini terlihat ketika seseorang
dengan gangguan kesehatan mental mengalami kecemasan dan sulit
tidur.
i. Obat
Obat-obatan juga dapat mengganggu tidur. Beberapa jenis obat yang
dapat mengganggu tidur adalah diuretik yang menyebabkan insomnia,
antidepresan dapat menekan tidur REM, dan kafein dapat meningkatka n
sistem saraf simpatik dan menyebabkan gangguan tidur dan menekan
REM tertidur
e. Nutrisi
Agar terpenuhinya kebutuhan nutrisi lansia yang tepat untuk
mempercepat proses tidur, maka dianjurkan untuk mengkons ums i
Makanan tinggi L-triptofan, seperti keju, susu, daging, dan tuna, karena
itu dapat dengan mudah membuat seseorang tertidur, adanya kandungan
L Tritofan, asam amino dari protein yang dicerna.
f. Lingkungan
Menjadikan lingkungan yang aman dan nyaman merupakan hal
yang penting bagi semua orang agar dapat mempercepat proses
tidurnya.
g. Motivasi
65%
Memerlukan motivasi atau dorongan atau juga keinginan untuk
tidur dan dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, terdapatnya
keinginan untuk tidak tidur dapat menyebabkan terganggunya proses
tidur dalam tubuh.
2.2.3 Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kondisi yang menghasilkan kesegaran dan
kesehatan pada saat seseorang bangun tidur. Kualitas tidur melip uti
beberapa aspek yaitu, aspek kuantitatif dengan contoh seperti waktu tidur
15/31
11
64%
dan latensi tidur, lalu aspek subjektif dengan contoh seperti tidur nyenyak
dan istirahat (Khasanah & Hidayati, 2012).
Menurut Hidayat dari Khasanah & Hidayati (2012), kualitas tidur
dianggap baik jika tidak ada tanda-tanda kurang tidur dan tidak ada
gangguan tidur. Beberapa perindikasi kurang tidur bisa dibedakan sebagai
perindikasi fisik & psikologis. Tanda-tanda fisik kurang tidur adalah
ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, pembengkakan kelopak mata,
kemerahan pada konjungtiva, mata cekung), kantuk yang berlebiha n,
kurang konsentrasi, dan malaise yang terlihat.
Tanda-tanda psikologis termasuk penarikan, ketidakpedulian, malaise,
kemalasan, memori yang buruk, kebingungan, halusinasi, ilusi optik, dan
kemampuan pengambilan keputusan yang buruk. Tentu perlu mengukur
61%
kualitas tidur manusia. Pengkuran kualitas tidur dapat dengan Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengetahui kualitas tidur yang baik atau
buruk. PSQI yaitu kuesioner ketika digunakan cukup efektif untuk
mengetahui pengukuran kualitas tidur dan pola tidur. Perangkat PSQI
didasarkan pada pola tidur seseorang selama sebulan terakhir. Tujuan
pembuatan metode PSQI adalah untuk mengukur kualitas tidur,
memberikan kriteria yang efektif untuk membedakan antara tidur yang baik
dan buruk, memberikan indikator yang mudah digunakan, dapat
diinterpretasikan peneliti untuk subjek, dan gambaran umum gangguan tidur.
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kualitas tidur (Iqbal, 2003, 2017).
2.2.4 Tahapan Tidur
Tahapan tidur meliputi tidur tenang atau non-REM (non-REM sleep)
dan tidur aktif atau REM, dengan uraian sebagai berikut:
a. Tidur NonREM
Tidur non-rem terdiri dari empat tahap, masing- masing dengan
karakteristiknya sendiri. Fase I tidur terjadi ketika Anda merasa
mengantuk dan tertidur. Seringkali, ketika telepon berdering atau
sesuatu bangun, anda tidak benar-benar merasa tertidur. Gelombang
radio di otak menunjukkan "gelombang alfa" ketika tegangan turun.
Dimulai dengan Tahap I, tahap ini berlangsung 5 menit dari 30 detik
pertama siklus tidur.
16/31
12
13
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian menurut PabunduTika (20015:12) merencanaka n
bagaimana mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan
terarah sehingga penelitian dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan
tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2017: 8), metode survei kuantitatif adalah
metode survei berdasarkan filosofi positivis, survei kelompok atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan alat survei, dan menganalisis data untuk tujuan
pengujian kuantitatif atau statistik.
3.2 Kerangka Konsep dan Hipotesis
3.2.1 Kerangka Konsep
Faktor predisposisi :
1. Teori psikoanalitik Kecemasan Ringan
2. Teori interpersonal
3. Teori perilaku
4. Teori keluarga Kecemasan Sedang
5. Teori biologi
Tingkat Kecemasan
3.2.2 Hipotesis
57%
Hipotesa ialah balasan pertama dari adanya rumusan masalah
(Sugiyono, 2017). Ini masih awal, sehingga kita perlu membuktikan
kebenarannya melalui data empiris yang dikumpulkan.
15
20/31
16
71%
Ha = Ada hubungan mengenai tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
lansia
75%
Ho = Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
lansia
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.3.1 Populasi
57%
Populasi yaitu wilayah umum yang terdiri dari objek/subyek dengan
jumlah dan beberapa karakteristik yang akan peneliti tentukan untuk
66%
mempelajari dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2016: 135). Populasi dalam
survei ini terdiri dari 198 lansia yang tinggal di Posbindu Anyelir Desa
Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
3.3.2 Sampel dan Sampling Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 81), sampel adalah bagian dari populasi yang
menjadi sumber data survei, dan populasi adalah bagian dari jumlah sifat yang
56%
dimiliki populasi. Sugishirono (2016:81) Metode pengambilan sampel ini yaitu
57%
metode untuk menentukan dari sampel yang akan digunakan. Metode yang
dipakai pada penelitian ini menggunakan random sampling, yaitu diambilnya
sampel dilakukan Ketika lansia yang berkunjung ke Posbindu.
𝑁
𝜂 =
1 + 𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : Besar sampel penelitian
N : Jumlah populasi
d : Tingkat kepercayaan (0,05)
Maka sampel dalam penelitian ini dihitung :
198
𝑛 =
1+198 (0,05)2
198
𝑛 =
1+198 (0,0025)
198
𝑛 =
1+0,25
198
𝑛 =
1,25
𝑛 = 159
21/31
17
18
19
Validitas
perangkat
ZSAS
berkorelasi
signifikan
dengan Taylor
Gejala dan
Skala
Kecemasan
(TIMAS) 0,5,
tetapi
reliabilitas
perangkat
ZSAS adalah
0,87.
Variabel
Dependent
61%
Kualitas Kualitas tidur Kualitas tidur Penilaian Skor Ordinal
mengacu pada merupakan kualitas penilaian dari
Tidur
kualitas tidur
kemampuan individu kepuasan tidur yang dimulai dari
untuk tidur secara seseorang diambil dari 0-21.
1. Minimum
normal selama tahap terhadap tidurnya, Pittsburgh
skor = 0
tidur REM dan non- Data kualitas Sleep
(baik),
REM. Ini termasuk tidur dapat diukur Quality
2. Maximum
kualitas tidur di hari dengan Index
skor = 21
tua, menurut Kozier menggunakan (PSQI).
(buruk).
(2010). Pittsburgh sleep PSQI yaitu
Secara
a. Tidur ±6 quality index hal yang
keseluruhan,
jam/hari (PSQI). Semakin digunakan
skor <5
b. Tahap REM 20 – tinggi skornya, untuk
merupakan
25% semakin buruk mengukur
kualitas tidur
c. Tahap IV NREM kualitas tidurnya. kualitas
baik,
24/31
20
21
80%
5. Saya merasa kesulitan Ketika akan melakukan kegiatan atau merasakan
sesuatu yang menakutkan akan terjadi.
6. Saya merasa anggota tubuh saya gemetar atau gemetar.
7. Saya selalu merasakan sakit pada kepala, nyeri pada leher dan juga otot.
8. Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek.
57%
9. Saya dapat merasa ketika jantung saya berdetak kencang dan cepat.
10. Saya sering mengalami pusing.
11. Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan.
12. Pada bagian jari-jari tangan dan kaki saya serasa menjadi kaku dan mati rasa
13. Saya sering BAK lebih dari biasanya.
14. Wajah saya terasa panas dan kemerahan.
15. Saya mengalami mimpi- mimpi buruk.
22
66%
Interpretasi keseluruhan adalah bahwa nilai <5 = kualitas tidur baik, jika > 5 =
kualitas tidur yang buruk. Uji Korelasi Produk-Momen Pearson digunakan untuk
menguji keefektifan perangkat ini. Jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan
dikatakan benar. Skor tabel untuk perangkat senilai 0,325. Uji kelayakan perangkat
memakai uji Nascence Cronbach dengan nilai 0,726.
n ∑ XY − (∑ X × ∑ Y)
=
rxy √ [n ∑ X2 − (∑ X2)][n ∑ Y2 − (∑ Y)2]
Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi
XY : Jumlah perkalian variable x dan y
X : Jumlah nilai variable x
Y : Jumlah nilai variable y
X : Jumlah pangkat dari nilai variable y
Y2 : Jumlah pangkat dari nilai variable y
n : Banyaknya sampel
50%
Menurut Sugiyono (2017: 134), suatu item dikatakan valid jika faktor (r) antara
item dengan jumlah item adalah positif dan ukurannya 0,3 atau lebih dan 0, 3 (>0,3),
tetapi nilai korelasinya adalah 0,3 Validasi jika kurang dari (> 0.3). Dalam kasus <0,3),
hal ini tidak valid dan perlu diperbaiki.
b. Uji Reabilitas
Tes reabilitas adalah ukuran seberapa banyak hal ini menunjukkan alat
ukur mana yang reliabel (reliable), dengan kata lain seberapa konsisten hasil
pengukurannya. Keandalan mengacu pada derajat konsistensi atau akurasi data
selama interval waktu tertentu (Sugiyono, 2018: 126). Uji keterbacaan pada
penelitian ini menggunakan Cronbach's alpha. Interpretasi reliabilitas suatu
27/31
23
61%
variabel dapat disebut reliabel jika koefisien variabel tersebut lebih besar dari
0,6. Ini diformulasikan sebagai berikut:
∑ 𝜎2
𝑘 𝔦)
𝑎= (1 −
𝑘−1 2
𝜎𝜒
Keterangan :
k : Jumlah soal pertanyaan
3.10 Prosedur
77%
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini waktu pengumpulan data menggunakan pendekatan cross
sectional. Menurut (Sujarweni 2015, 19), penelitian cross sectional adalah:
“Penyelidikan dilakukan dengan menempati waktu dan tempat tertentu yang relatif
singkat, dilakukan pada beberapa objek pada tingkat yang berbeda. Pada tahap awal
pengumpulan data, peneliti meminta izin pada responden, lalu meminta persetujuan
dari responden, dan dalam waktu 11 hari, peneliti memiliki 66 responden. Peneliti
menggunakan kuesioner sebagai sarana. Setelah responden memberika n
persetujuannya, peneliti membacakan satu per satu quesionernya kepada lansia.
24
25
63%
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur
kualitas tidur. PSQI adalah alat yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
pada lansia (Buysee, 1989). Penelitian ini memiliki tujuh komponen yang
digunakan sebagai parameter evaluasi. Ketujuh nilai tersebut adalah: kualitas
tidur, latensi tidur, waktu tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, pengguna a n
hipnosis, disfungsi siang hari. Kisaran skor kualitas tidur untuk adalah 0 - 21.
Skor minimal = 0 (baik), skor maksimal = 21 (buruk).
Interpretasi dari keseluruhan yaitu bahwa skor <5 kualitas tidur yang
baik dan > 5 yaitu kualitas tidur yang tidak baik atau buruk. Perhitungan tabel
dan presentase dilakukan setelah diurutkannya berdasarkan kategori grade
area, dengan rumus berikut:
70%
𝑓
P = 𝑛 x 100% = . . . . . %
Keterangan :
P : Persen
F : Frekuensi (saluran)
n : Jumlah partisipan
100% : angka tetap
Setelah dilakukan perjumlahan, data yang diperoleh diolah menjadi
distribusi frekuensi sebagai berikut:
0 : Tidak ada
1-19 : Hanya sedikit
20-39 : Hanya sebagian kecil
40-59 : Hanya sebagian
60-79 : Hanya sebagian besar
80-99 : Terutama seluruhnya
100 : Hampir selesai
(Arikunto,2006)
Hasil interpretasi secara teoritis berdasarkan penelitian ini kemudian
dibahas sampai pada kesimpulan, diikuti dengan ringkasan yang ditarik dari
fakta-fakta.
b. Analisis bivariat
54%
Peneliti memakai analisis bivariat untuk menggambarkan kolerasi
antara variabel independen dan dependen dan menemukan hubungan antara
30/31
26
71%
keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antara hubunga n
kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia yang berada di Posbindu Anyelir
Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Rumus yang
digunakan peneliti yaitu uji korelasi Spearman karena data yang dipakai
adalah skala ordinal.
informasi:
DAFTAR PUSTAKA
27