Tafsir Ayat Arbain
Tafsir Ayat Arbain
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-
Qur'an Universitas Islam Madinah 9.
ٓ
. ُون َ ش َّح َن ْفسِ هِۦ َفُأ۟و ٰل
َ ِئك ُه ُم ْال ُم ْفلِح ُ ُوق
َ (و َمن يDan
َ siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung) Yakni barangsiapa
yang dijauhkan Allah dari ketamakan dan kekikiran hawa nafsunya
sehingga ia dapat menjalankan zakat atau menunaikan hak orang lain
yang diwajibkan syari’at maka ia telah mendapat keberuntungan dan
kemenangan. Sedangkan orang yang kikir dan tamak maka ia bukanlah
orang yang beruntung.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al
Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 9.
Mereka bahkan lebih mengutamakan saudara seiman mereka (kaum
Muhajirin) dari pada kepentingan mereka sendiri, sekalipun sebenarnya
mereka juga sangat membutuhkan harta itu. Mereka mencegah dan
menjaga diri mereka dari sifat kikir, yaitu terlalu mencintai harta dan
enggan untuk bersedekah. Merekalah orang-orang yang beruntung,
mereka akan mendapatkan pahala baik di dunia maupun di akhirat dan
kebahagiaan yang hakiki. Diriwayatkan dari Ibnu Mundzir dari Zaid Al
Asham bahwa kaum Anshar berkata: Wahai Rasul, bagilah untuk kami dan
saudara kami Muhajirin tanah ini menjadi dua. Rasul menjawab: Jangan,
namun cukup berikanlah mereka bahan makanan, dan mungkin juga buah-
buahan. Karena tanah ini adalah milik kalian. Kaum Anshar menjawab:
Baiklah kami ridho. Maka Allah menurunkan ayat ini Tafsir Al-Wajiz /
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Allah menyebutkan kaum anshar dan memuji mereka dan mensucikan
mereka. Allah menyebutkan bahwa mereka yang bertempat tinggal
sebelum muhajirin datang, dan telah beriman sebelum muhajirin berpindah
ke Madinah, dan sungguh mereka telah mencintai saudarnya dari kalangan
muhajirin, mereka banyak menolong muhajirin, rela terhadap mereka, dan
memberikan sebagian harta mereka kepada muhajirin, serta tidak didapati
dalam dada-dada mereka sifat hasad, jengkel dan paksaan dari apa yang
mereka berikan kepada saudara mereka dari kalangan muhajirin yang
Allah telah karuniakan dan mengkhususkan dengannya; Bahkan mereka
(anshar) mendahulukan saudaranya dari muhajirin atas diri-diri mereka
sendiri pada segala sesuatunya dari kesenangan dunia dan kecintaan
padanya, bahkan seandainya mereka dalam kondisi fakir dan butuh,
mereka memberikan dari rezeki yang datang dari Allah. Dan mereka
(anshar) jauh dari sifat bakhil; Mereka adalah termasuk orang-orang yang
selamat, dan menang dengan kemenangan yang besar.
Artinya: “Ada tiga perkara yg akan membinasakan seseorang, (yaitu): Kekikiran yg sangat yg selalu
ditaati, hawa nafsu yg selalu diikuti, dan seseorang merasa bangga thdp dirinya sendiri.”
(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, dan dinyatakan Hasan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa perkataan ulama sunnah dr generasi as-salafus sholih
tentang rasa takut mereka thdp penyakit ‘ujub.
»1. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Kebinasaan itu ada pada 2 perkara, yaitu:
merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga diri thdp diri sendiri.”
»2. Diriwayatkan bahwa ada seorang laki2 berkata kpd Abdullah bin Umar bin Khoththob radhiyallahu
anhuma: “Wahai orang terbaik, atau anak dr orang terbaik.” Maka Abdullah bin Umar menjawab: “Aku
bukanlah orang terbaik, jg bukan anak dr orang terbaik. Tapi aku hanyalah salah seorang hamba
Allah yg selalu berharap dan merasa takut kepada-Nya. Demi Allah, kalo kalian senantiasa bersikap
seperti itu terhadap seseorang, justru kalian akan membuatnya binasa.” (Lihat Siyaru A’laami An-
Nubala’ karya imam Adz-Dzahabi III/236).
»3. Al-Mutharrif bin Abdulllah rahimahullah berkata: “Tidur terlelap (semalam suntuk, pent) untuk
kemudian bangun dengan penyesalan lebih aku sukai daripada melakukan sholat tahajjud (qiyamul
lail) semalam penuh dan bangun pagi dengan perasaan ‘ujub )bangga diri).” (Lihat Hilyatul Auliya’
karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani II/200).
Dicatat oleh Abu Daud (2511), Ibnu Hibban (808), Ahmad (2/302),
ِ ُول هَّللا ُ َس ِمع: ْت َأبَا هُ َر ْي َرةَ يَقُو ُل
َ ْت َرس ُ َس ِمع: قَا َل، َيز ب ِْن َمرْ َوان ِ ع َْن َع ْب ِد ْال َع ِز، ع َْن َأبِي ِه، اح
ٍ َع َْن ُمو َسى ْب ِن َعلِ ِّي ب ِْن َرب
” َشرُّ َما فِي َرج ٍُل ُش ٌّح هَالِ ٌع َو ُجب ٌْن خَالِ ٌع: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل
َ “
Dari Musa bin Ali bin Rabbah, dari ayahnya, dari Abdul Aziz bin Marwan, ia berkata, aku
mendengar Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “
Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat
pengecut yang sangat pengecut
”
Derajat Hadits
tsiqah
, para perawi yang dipakai imam Muslim kecuali Abdul Aziz bin Marwan bin Hakim, namun
ia statusnya
tsiqah
. Sehingga sanad hadits ini shahih tanpa keraguan. Hadits ini dishahihkan Al Mundziri dalam