Anda di halaman 1dari 16

Ibnu Uyainah berkisah, Aku bermimpi bertemu dengan Sufyan ats-Tsauri, aku berkata

kepadanya, “Nasehatilah aku!”


Dia berkata, “Kurangilah berkumpul dengan orang-orang durhaka!”

Ilmu adalah pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan.
Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu, maka kesendiriannya itu tidak menjadikannya
dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab, maka dia akan mendapat
kesenangan. Maka tidak ada teman ngobrol sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan
menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru)
-Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi, hlm. 71

Sufyan ats-Tsauri Radhiyallahu’anhu berkata, “Seorang ayah semestinya memaksa anaknya


untuk belajar ilmu agama, karena seorang ayah akan diminta pertanggung jawaban tentang
pendidikan anaknya.”
Beliau juga berkata, “Diantara hak anak yang wajib ditunaikan oleh orang tua adalah
membekali anak dengan adab yang luhur.”

Berkata Abdullah bin Wahb Radhiyallahu’anhu, “Semua kenikmatan di dunia itu hanya satu.
Kenikmatan kemudian hilang nikmatnya kecuali ibadah. Ibadah itu memiliki tiga nikmat,
nikmat ketika mengerjakan ibadah tersebut, nikmat ketika terkenang pelaksanaan ibadah
dan nikmat saat mendapatkan pahalanya.” [Syarh Mukaffirat adz-Dzunub, hlm. 14]

Aisyah Radhiyallahu’anha berkata, “Jika kalian bersedekah dan didoakan oleh orang yang
diberi sedekah, doakan kembali orang tersebut dengan doa yang sama agar pahala sedekah
kalian dapatkan utuh.” [Hilyah al-Auliya’ 2/165]

Berkata Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu, “Jika aku berpuasa Sunnah aku tidak bisa
memperbanyak sholat Sunnah. Padahal aku lebih memilih memperbanyak sholat Sunnah
dibandingkan puasa Sunnah.” [Mukhtashar Minhajul Qashidin hlm. 57]

Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu diriwayatkan ia pernah berkata ketika sedang duduk-
duduk, “Sesungguhnya kamu sekalian berada di tengah perjalanan siang dan malam, di
tengah lingkaran ajal yang terbatas, di tengah amal perbuatan yang selalu terpantau,
sementara kematian datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebajikan,
niscaya ia akan menuai kebaikan, barangsiapa yang menanam kejahatan, niscaya ia akan
menuai yang setimpal dengan apa yang ditanamnya. Orang yang lambat, tidak akan
mendahului orang lain mengambil bagiannya. Demikian juga orang yang bernafsu, tidak
akan memperoleh sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya. Siapa saja yang mendapat
kebaikan, ALLAH lah yang memberikan kebaikan itu kepadanya. Siapa saja yang selamat dari
bahaya, ALLAH lah yang memelihara dirinya dari bahaya tersebut. Orang-orang yang
bertakwa adalah orang-orang terhormat dan ahli fikih adalah para pembimbing umat.
Duduk-duduk (belajar) bersama dengan mereka adalah keutamaan.” [Siyar A’lam An-
Nubala’1/497]

Diriwayatkan Atha’ Al-Khurasani, bahwa ia berkata, “Aku tidak mewasiatkan kepada kamu
sekalian untuk urusan dunia. Untuk urusan itu, kamu sekalian telah banyak mendapatkan
wejangan, dan kalian bernafsu mendapatkannya. Yang aku wasiatkan kepada kalian adalah
urusan akhirat kalian. Ambillah bekal dari dunia yang fana ini untuk kehidupan akhirat yang
abadi. Jadikanlah dunia ini seperti sesuatu yang sudah kamu tinggalkan. Dan Demi ALLAH,
kamu memang pasti akan meninggalkannya. Dan jadikanlah kematian itu seperti sesuatu
yang telah kamu rasakan. Dan Demi ALLAH, kamu memang akan merasakannya. Jadikanlah
akhirat itu seperti tempat yang telah kamu singgahi. Dan Demi ALLAH, kamu memang akan
singgah disana. Ia (akhirat) adalah kampung halaman setiap manusia. Dan tidak seorang pun
yang keluar berpergian tanpa mempersiapkan bekalnya. Orang yang mempersiapkan bekal
yang berguna buat dirinya, ia akan bahagia. Sedangkan orang yang keluar tanpa
mempersiapkan bekal, ia akan menyesal. Kalau ia kepanasan, ia tak akan mendapatkan
tempat berteduh. Kalau kehausan, tak akan mendapatkan air pelepas dahaga.
Sesungguhnya perjalanan dunia ini pasti berakhir. Orang yang paling kuat adalah yang selalu
bersiap-siap untuk perjalanan yang tidak ada akhirnya.” [Shifatush Shafwah 4/151]

Berkata Imam Sufyan ats-Tsauri Radhiyallahu’anhu,

ِ ‫ِإنَّ َما اَألج ُر َعلَى قَ ْد ِر الص‬


‫َّبر‬

“Sesungguhnya pahala itu tergantung kepada kesabaran seseorang saat mendapat


musibah.”
Diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri Rahimahullah, beliau berkata, “Adalah mereka (para
salaf) membenci ketenaran dari pakaian yang bagus atau jelek, karena dengannya pelbagai
mata memandang.”

Berkata Ja’far bin Hayyan Rahimahullah, “Yang menguasai amal ini adalah niat, karena
dengan niatnya seseorang dapat mencapai puncak yang tidak dicapai oleh amalnya.”

Diriwayatkan dari Ja’far bin Hayyan dari Al-Hasan, sesungguhnya beliau berkata, “Senantiasa
seorang hamba berada dalam kebaikan, jika dia berucap, maka ucapannya itu karena
ALLAH, jika dia beramal, maka amalnya itu karena ALLAH.”

Berkata Imam Ibnu Jauzi Rahimahullah (W 597 H), “Maka hendaklah kalian menjaga ilmu
dengan amal, karena ini merupakan pokok yang paling mendasar. Sungguh orang yang
paling kasihan adalah orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam ilmu yang tidak
diamalkan, hingga hilang darinya kenikmatan dunia dan kebaikan akhirat, lalu dia datang
merugi (di akhirat), padahal dia harus menanggung hujjah yang kuat terhadapnya.” (Shaidul
Khatir, hlm. 109)

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata, “Alangkah sejuknya di hati dengan
engkau mengatakan terhadap hal-hal yang tidak engkau ketahui ‘Allahu A’lam’ (ALLAH yang
lebih tau). [Tarikh Dimasyq, hlm. 510]

Berkata Ibnu Qayyim Rahimahullah, “Kalau bukan karena ujian dan musibah dunia yang
menimpa seorang hamba, bisa jadi ia pun akan tertimpa musibah penyakit sombong dan
ujub (bangga diri), angkuh, serta kerasnya hati yang dapat menyebabkan kebinasaannya
cepat atau lambat.” [Zaadul Ma’aad IV/280]

" ‫ ولن يبلغ المرء مرتبة من مراتب هذه ال ّدنيا إاّل وجد فيها من يبغضه عليها أو يحسده‬..‫أكثر ما يوجد الحسد بين األقران‬
‫"فيها‬.
(136 ‫)روضة العقالء‬
Paling banyaknya terjadi iri hati antara sesama , dan seseorang tidak akan pernah mencapai
satu kedudukan dari kedudukan di dunia ini kecuali ( pasti ) dia akan mendapatkan
seseorang yang akan membencinya atau iri hati kepadanya karena kedudukan itu .

"‫ُرم الثّواب‬
ِ ‫ بل ال ُمصاب من ح‬،‫"ليس ال ُمصاب من فارق األحباب‬.
(1/431 ‫)حاشية البيجوري‬

Bukanlah dikatakan musibah ketika seseorang berpisah dengan orang orang yang dicinta ,
tapi yang dikatakan musibah adalah bagi seseorang yang di haramkan untuk mendapatkan
pahala .

‫من أحسن نفسه فقد أحسن نسله‬


“Siapapun yang memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya dia memperbaiki keturunannya.”

Para ulama mengatakan bahwa rahasia bulan Rajab itu ada pada 10 hari pertama, karena di
dalamnya ada malam satu Rajab. Rahasia bulan Sya’ban ada pada 10 hari kedua, karena
didalamnya ada malam Nishfu Sya’ban. Sedang rahasia bulan Ramadhan ada pada 10 hari
terakhir karena didalamnya ada Lailatul Qadar.

Berkata Abu Darda ‘Radhiyallahu’anhu, “Sungguh ajaklah kepada perbuatan ma’ruf dan
cegahlah dari perbuatan munkar, jika tidak kalian kerjakan, ALLAH akan menghukum kalian
dengan berkuasanya pemimpin dzolim yang tidak memuliakan orang tua diantara kalian dan
tidak mengasihi anak-anak kalian.”

Sahabat Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu’anhu pernah ditanya tentang mayat hidup,
maka beliau menjawab, “Yaitu seorang yang tidak mengingkari kemungkaran dengan
tangannya, tidak pula dengan lisannya, begitu juga dengan hatinya.”

Adapun Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu menerangkan tentang mayat hidup, beliau berkata,
“Yaitu seorang yang tidak mengetahui perkara ma’ruf dan tidak juga mengingkari
kemungkaran.”

Berkata Fudhail bin Iyadh Radhiyallahu’anhu,


.‫ ثم يرمي في النار‬،‫ واستعذ باهلل دائما أن تكون جسرا يعبر عليه إلى الجنة‬،‫إياك أن تدل الناس على هللا ثم تفقد أنت الطريق‬
٦/٢٩١ ‫سير أعالم النبالء‬

“Jangan sampai engkau menuntun manusia kepada ALLAH Ta’ala kemudian engkau sendiri
malah kehilangan jalan itu. Maka teruslah meminta perlindungan kepada ALLAH Ta’ala agar
engkau tidak menjadi layaknya sekedar jembatan yang mengantarkan orang-orang menuju
surga, namun engkau sendiri kemudian terlempar ke neraka.” [Siyar A’lam An-Nubala’,
6/291]

Adalah Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal), apabila disebut tentang kematian disisinya,
maka beliau menangis tersedu-sedu khawatir akan hal itu. Dan beliau pernah mengatakan,
“Ketakutanku menjadikan diriku segan untuk makan dan minum, jika aku mengingat
kematian, menjadikanku mudah melupakan semua problematika dunia, makananku hanya
cukup untuk menegakkan punggungku, pakaianku sebatas menutup semua auratku.
Sungguh dunia adalah bagian dari hari-hari yang sangat pendek, yang aku tidak khawatirkan
tentang kefakiran sedikit pun, kalau seandainya ada jalan yang aku bisa keluar dari
kesibukan dunia tentu aku sudah keluar darinya sampai kiranya tidak ada lagi yang
mengenangku.”

Berkata Imam Ahmad bin Hanbal Radhiyallahu’anhu, “Aku ingin kiranya aku berada di
lembah Makkah sampai kiranya tidak ada orang yang mengenalku, sungguh aku merasa
tertimpa musibah dengan ketenaran.”

Berkata Yahya bin Ma’in Radhiyallahu’anhu, “Tidak pernah aku melihat yang semisal dengan
Ahmad bin Hanbal, aku telah menjalin persahabatan dengannya selama lebih dari lima
puluh tahun, beliau tidak pernah membanggakan diri atas kami dengan sesuatu kebajikan
yang beliau lakukan.”

Muridnya al-Marwadzi menceritakan, “Pada suatu hari aku bertanya pada Imam Ahmad bin
Hanbal, “Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini?” Beliau berkata, “Bagaimana aku mampu
menjawab, di pagi hari yang seseorang dituntut oleh Rabbnya supaya menunaikan
kewajiban-kewajibannya. Nabinya menuntut agar mengerjakan sunnah-sunnahnya, sedang
dua malaikat selalu mengawasi agar senantiasa memperbagusi amalnya, dan dirinya
merongrong untuk mengikuti hawa nafsunya, iblis mendorong agar berbuat kenistaan,
sedang malaikat maut mengintainya untuk mencabut nyawanya, dan keluarganya menuntut
untuk dipenuhi nafkahnya.”
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Apa manfaatmu dengan menyebabkan saudaramu
sesama muslim tersiksa (sebab kamu tidak mau memaafkan kesalahannya terhadap
dirimu)? Berilah maaf padanya dan berlapang dada lah, maka ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala
akan mengampunimu sebagaimana yang Dia janjikan akan hal itu.

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,


‫َو ْليَ ْعفُوْ ا َو ْليَصْ فَحُوْ ۗا اَاَل تُ ِحبُّوْ نَ اَ ْن يَّ ْغفِ َر هّٰللا ُ لَ ُك ْم َۗوهّٰللا ُ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
Dan Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa
Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nur:22]

Shalih bin Basyir berkata, “Ketika Atha as-Sulami meninggal, aku bermimpi melihatnya, dan
aku berkata, ‘Wahai Abu Muhammad, bukankah kamu sudah meninggal dunia?’ Dia
menjawab, ‘Ya.’ Aku bertanya lagi, ‘Setelah mati kamu menuju kemana?’ Dia menjawab,
‘Demi ALLAH, aku menuju kebaikan yang banyak dan menuju Tuhan Yang Maha Pengampun
lagi Belas Kasih.’ Kemudian aku berkata, ‘Waktu kamu hidup di dunia kamu hidup dalam
keadaan menderita.’ Dia tersenyum sambil berkata, ‘Demi ALLAH, ALLAH telah
membalasnya dengan peristirahatan yang panjang dan kebahagiaan yang abadi.’ Aku
bertanya lagi, ‘Kamu termasuk golongan yang mana?’ Dia menjawab, ‘Bersama orang-orang
yang telah diberi kenikmatan oleh ALLAH. Yaitu golongan para Nabi, orang-orang bertakwa,
para syuhada dan orang-orang shaleh, itulah sebaik-baiknya teman.’

‫خبّأ هللا الموت كي نبادر الى التوبة‬


‫خبّأ رضاه في طاعة كي ال نستصغر أيّا منها‬
ّ
‫الظن‬ ‫خبّأ قدره كي نناضل ونحسن‬
‫خبّأ قبوله لطاعتنا كي نخلّيها عن موانع القبول‬..

‫ الى مس ّمى السعادة‬k‫ففي ك ّل المخبّئات جسر الجهد والصبر الممدود‬.

Allah menyembunyikan kematian agar kita segera bertaubat.


Allah menyembunyikan ridho-Nya pada suatu ketaatan agar kita tidak menyepelkan
ketaatan apapun.
Allah menyembunyikan takdir-Nya agar kita berusaha keras dan optimis.
Allah menyembunyikan penerimaannya pada ketaatan kita agar kita berusaha menjauhi
penyebab tidak diterimanya amal.

Maka di setiap hal yang tersembunyi ada jembatan usaha dan sabar yang membentang
menuju titik kebahagiaan.

ّ ‫ ففي التعلّم ما يتو‬.‫نِ ْع َم الطريق الى هللا التعلّم والتعليم‬


‫صل به الى العمل هلل وحسن العبودية له وفي التعليم ما يتوصّل به الى‬
‫الدعوة إليه و النصر لدينه و التمثيل للوظيفة النبويّة‬.

Sebaik-baiknya jalan menuju Allah adalah belajar dan mengajar. Dalam belajar ada buah
amal kebaikan dan baiknya penghambaan. Sedangkan dalam mengajar ada nilai dakwah,
dan aktifitas kenabian.

Diceritakan, “Aku pernah melihat seorang laki-laki terpotong tangannya sampai ke pundak.
Orang itu berkata, ‘Barangsiapa sudah melihatku, maka janganlah pernah berbuat zalim
kepada seseorang!’

Saya mendekatinya lalu bertanya, ‘Wahai saudara, apa kisahmu?’ Orang itu menjawab,
‘Kisahku sangat aneh.

Dahulu, aku adalah seorang pembantu orang yang zalim. Suatu hari, aku melihat seorang
nelayan yang telah berhasil menangkap seekor ikan yang sangat besar. Aku tertarik kepada
ikannya, lalu menemuinya dan ku katakan, ‘Berikan ikan itu kepadaku!’ Orang itu menjawab,
‘Aku tidak akan memberikannya kepadamu. Aku akan menjualnya untuk memberi makan
keluargaku.’

Lalu orang itu aku pukul dan kuambillah ikannya secara paksa. Aku pun pulang dengan
membawa ikan itu. Ketika saya sedang berjalan sambil membawa ikan itu, tiba-tiba ikan itu
menggigit ibu jari tanganku dengan kuat sekali.

Setibanya di rumah, aku lemparkan dari tanganku begitu saja dan aku pegang ibu jari
tanganku. Rasanya sakit sekali sehingga aku tak bisa tidur dibuatnya. Luka ku membengkak
dan keesokan harinya aku pergi menemui seorang tabib. Aku ceritakan kepadanya tentang
sakitku. Ia berkata, ‘Ibu jarimu harus dipotong, karena sudah membusuk. Kalau tidak akan
menjalar ke tanganmu.’ Maka ibu jariku pun dipotong.

Akan tetapi, rasa sakitnya tidak hilang, sehingga malamnya aku tidak bisa tidur dengan
tenang. Ada yang menyarankan supaya kepotong saja telapak tanganku. Karena sakitnya
yang tak tertahan lagi, aku pun mengikuti saran itu, ku potong telapak tanganku. Rupanya
rasa sakit itu tetap tinggal. Bahkan akhirnya menjalar sampai ke lengan. Saya tidak tahan lagi
dan mulai berteriak.

Ketika ada yang menyarankan supaya kepotong sampai siku-siku, aku pun melakukannya.
Namun tetap saja rasa sakitnya menjalar sampai ke lengan atas dan lebih sakit daripada
sebelumnya. Seseorang menyarankan agar ku potong tanganku sampai pangkal lengan. Aku
pun mengikuti sarannya.

Lalu ada orang yang menanyakan kepadaku penyebab sakitku itu. Aku pun menceritakan
bahwa aku telah merampas ikan milik nelayan itu. Orang itu berkata, Wah, andaikata sejak
pertama kali sakit anda pergi menemui nelayan itu dan meminta maaf serta kerelaannya
lalu dia menerimanya, tentu anda tidak perlu memotong tangan anda. Sekarang, cobalah
untuk mencarinya dan mintalah maaf kepadanya sebelum penyakit ini menjalar ke seluruh
tubuh anda!’

Maka aku pun pergi mencari nelayan itu ke berbagai penjuru kota. Sampai akhirnya ku
temukan ia dan ku cium kakinya sambil menangis. Aku katakan, ‘Tuan, saya mohon dengan
menyebut Nama ALLAH. Sudilah kiranya tuan memaafkan saya!’ Nelayan itu terkejut lalu
bertanya, ‘Anda ini siapa?’ Aku pun menjawab, ‘Saya adalah orang yang beberapa hari yang
lalu telah merampas ikan milik tuan secara paksa.’

Lalu aku ceritakan kepadanya apa yang sudah terjadi padaku. Aku perlihatkan tanganku
kepadanya dan kala melihatnya, nelayan itu menangis seraya berkata, ‘Wahai saudaraku,
aku telah memaafkanmu setelah melihat bencana yang menimpamu ini.’

Kemudian aku bertanya, ‘Tuan, Demi ALLAH, apakah tuan telah mendoakan saya dengan
doa yang tidak baik ketika saya merampas ikan itu tempo hari?’ Nelayan itu menjawab,
‘Benar, saya berdoa

‫ض ْعفِي َوَأ َخ َذ ِمنِّي َما َر َز ْقتَنِي ظُ ْل ًما فََأ ِرنِي فِي ِه قُ ْد َرتَك‬ َّ َ‫اللَّهُ َّم هَ َذا تَقَوَّى َعل‬
َ ‫ي بِقُ َّوتِ ِه َعلَى‬
Artinya, Ya ALLAH, orang itu telah memaksakan kehendaknya kepadaku dengan
kekuatannya atas kelemahanku. Ia merampas rezeki yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku secara zalim. Karenanya, tunjukkanlah kekuasaan Mu kepadaku atas dirinya ‘

Aku pun berkata, ‘Tuan, ALLAH telah memperlihatkan kekuasaan Nya terhadap saya kepada
tuan dan saya bertaubat kepada ALLAH dari segala perbuatan zalim yang telah lalu dan saya
berjanji tidak akan membantu orang yang zalim lagi selama hidup saya. InsyaALLAH
wabillahit taufiq.” [Al-Kabair, hlm. 104/ Imam Adz-Dzahabi, W 748-H]

‫ عندك القصة‬:‫ فإذا سأله أحد قال‬،‫ فكتب قصته في كتاب وجعله عند رأسه‬،‫مرض األعمش فأبرمه الناس بالسؤال عن حاله‬
‫في الكتاب فاقرأها‬.
٢/٢٨٤ ‫العقد الفريد‬

Suatu hari Imam Al-A’mash sedang sakit. Kemudian beliau terganggu dengan orang-orang
yang banyak bertanya tentang keadaannya. Jadi beliau tulis semua cerita (penyakitnya) di
sebuah buku dan diletakkan di sebelah kepalanya. Jika ada orang menjenguk dan bertanya,
beliau tinggal bilang, “Ceritanya ada di buku ini. Baca saja sendiri.”

Dari Sufyan ats-Tsauri Radhiyallahu’anhu bahwa ia berkata, “Aku menemui Ja’far ash-Shadiq
Radhiyallahu’anhu, lalu aku katakan kepadanya, ‘Wahai putra Rasulullah ‫ﷺ‬, berwasiatlah
kepadaku.’ Beliau berkata, ‘Wahai Sufyan, orang yang banyak dusta tidak punya harga diri,
orang yang banyak dengki tidak memiliki ketentraman, orang yang suka bosan tidak punya
saudara, dan orang yang buruk akhlaknya tidak punya penolong.’ Aku berkata, ‘Wahai putra
Rasulullah ‫ ﷺ‬tambahkan kepadaku ‘ Beliau berkata, ‘Wahai Sufyan, jauhilah hal-hal yang
diharamkan oleh ALLAH, maka kamu menjadi seorang ‘abid (Ahli Ibadah). Ridholah dengan
apa yang ALLAH bagikan kepadamu, maka kamu menjadi seorang muslim (yang sejati).
Pergaulilah manusia dengan apa yang kamu suka bila mereka memperlakukanmu, maka
kamu menjadi seorang mukmin (yang sejati), dan jangan bergaul dengan orang yang suka
berbuat dosa sehingga ia mengajarkan perbuatan dosanya kepadamu. Seseorang itu
tergantung agama kekasihnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian
memperhatikan, dengan siapakah ia bergaul. Dan mintalah saran dalam urusanmu kepada
orang-orang yang takut kepada ALLAH.’ Aku berkata, ‘Wahai putra Rasulullah ‫ﷺ‬,
tambahkan kepadaku.’ Beliau berkata, ‘Wahai Sufyan, barangsiapa yang ingin hidup mulia
dengan tanpa Sabak kerabat, dan kewibawaan tanpa kekuasaan, maka hendaklah ia keluar
dari kehinaan kemaksiatan menuju kemuliaan ketaatan.’ Aku katakan, ‘Wahai putra
Rasulullah ‫ﷺ‬, tambahkan kepadaku.’ Beliau berkata, ‘Ayah mendidikku dengan tiga
perkara, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai putraku, barangsiapa yang berteman dengan
teman yang buruk maka ia tidak akan selamat, barangsiapa yang memasuki gerbang
keburukan maka ia akan dituduh (telah melakukan keburukan) dan barangsiapa yang tidak
bisa menahan lisannya maka ia akan menyesal.” [Kitab Mukaasyatul Quluub/Imam Al-
Ghazali W-505 H]

‫ه فَاتَهُ َما يَ ْعنِي ِه‬kِ ‫َم ِن ا ْشتَغ ََل بِ َما ال يَ ْعنِي‬

Barangsiapa yang sibuk dengan perkara yang tidak bermanfaat bagi dia maka banyak
perkara yang bermanfaat yang luput darinya.

Syair Imam Haddad


‫إن كان هذا الذي اكابده‬
Jika apa yang sedang aku alami ini
‫يبقى علي فلست اصطبر‬
Terus terjadi maka mungkin aku sudah tidak bisa bersabar
‫ما انامن حجر وال مدى‬
Aku bukanlah batu juga bukan tanah
‫ما انا اال كما ترى بشر‬
Aku tidak lain hanyalah manusia seperti yang kau lihat.

Berkata Abdullah bin Mubarak Radhiyallahu’anhu,


ْ ‫ فَليعمل عماًل صالحًا وال‬:‫من أراد النظر إلى وج ِه خالقه‬.
‫يخبر به أحدًا‬

Siapa yang ingin memandang Tuhannya kelak, maka hendaknya beramal


kebaikan dan jangan beritahu siapapun.
Berkata Al-Imam al-Muzani Rahimahullah,

‫ فاشكرهللا‬،‫ وإذا وجدت منهم زيادة ود غذ لك اطاعة أحد ثتها‬،‫إذا وجدت من إخوانك جفا ًء فتب إلى هللا فإنك أحد ثت ذنبا‬
‫تعالى‬

“Jika engkau mendapati sikap kasar dari saudara-saudaramu, bertaubatlah engkau


kepada ALLAH. Sebab, hal itu merupakan tanda bahwa engkau telah melakukan
sebuah dosa. Jika engkau mendapati mereka semakin cinta (kepadamu), itu
disebabkan ketaatan yang engkau lakukan. Karena itu, bersyukurlah engkau
kepada ALLAH Ta’ala.” [Faidhul Qadir, jilid 5, hlm. 437]

Berkata Fudhail bin Iyadh Radhiyallahu’anhu,

‫إني ألعصي هللا فأعرف ذلك في خلق حماري وخادمي وامرأتي وفأر بيتي‬.

“Sungguh aku benar-benar bermaksiat kepada ALLAH lalu aku mengetahui hal itu
berakibat pada berubahnya perilaku keledai tungganganku, pembantuku, istriku
dan munculnya tikus di rumahku.” [al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid 1, hlm. 215]

‫ وكم من مغموم غمه نجاته‬،‫كم من مسرور سروره بالؤه‬.

Berkata Abu Bakar ad-Dainuri Radhiyallahu’anhu, “Berapa banyak dari


kebahagiaan secara dzohirnya tapi ternyata disitulah adanya musibah dan berapa
banyak kesumpekan secara dzohirnya tapi ternyata disitulah ada keselamatan
dirinya.”
‫طبقات الصوفية‬
‫ الَ ِإ َّن َأ َح َدهُ ْم‬:‫ال‬
َ َ‫ان؟ فَق‬ ِ ‫[سي َما هُ ْم فِى ُوجُو ِه ِه ْم ِم ْن َأثَ ِر ال ُّسجُو ِد] َأهُ َو َأثَ ُر ال ُّسجُو ِد فِى َوجْ ِه اِإل ْن َس‬ ُ ‫ُور قَا َل قُ ْل‬
ِ ‫ت لِ ُم َجا ِه ِد‬ ِ ‫ع َْن َم ْنص‬
ُ ‫يَ ُكونُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه ِم ْث ُل ُر ْكبَ ِة ْال َع ْن ِز َوه َُو َك َما َشا َء هَّللا ُ يَ ْعنِى ِمنَ ال َّش ِّر َولَ ِكنَّهُ ْال ُخ ُشو‬.
‫ع‬

Dari Manshur, aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari Firman ALLAH,
‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang
dimaksudkan adalah bekas di wajah? Jawaban beliau, ‘bukan, bahkan ada orang
yang ‘kapalan’ yang ada diantara kedua matanya itu bagaikan ‘kapalan’ yang ada
pada lutut unta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah
kekhusyukan’.” [Riwayat Baihaqi dalam Sunan al-Kubro, 3702]

‫قيل لعبد هللا بن المبارك‬


‫ ما كنت صانعا ؟‬، ‫ لم يبق من عمرك إال يوم واحد‬: ‫لو قيل لك‬
‫ كنت أعلم الناس‬: ‫قال‬

Dikatakan kepada Sayyiduna Abdulloh bin Al Mubaarok

Andai ada seseorang memberitahu-mu bahwasan-nya umur-mu tinggal 1 hari


saja,

Apa yang akan engkau perbuat...???

Beliau menjawab : Aku akan mengajar

‫ ومن اليوم خبرة‬،‫خذ من األمس عبرة‬


‫ هذا هو حال الدنيا‬،‫واجعل من الغد تصحيح خطوة‬

Ambillah pelajaran dari hari kemarin sebagai bahan renungan, dan jadikan-lah
hari ini sebagai pelaksana-an dari renungan-mu hari yang telah lalu darimu. Dan
jadikan-lah hari esok itu sebagai bentuk perbaikan langkah, maka inilah hakekat
kehidupan dunia.

Berdo’a Sesudah Shalat

Syekh Ali bin Abu Bakar As-Sakran berkata :


‫إن قبول الدعاء بعد الصالة أجرة الصالة‬

Diterimanya do’a sesudah shalat, merupakan ganjaran atau upah dari shalat
tersebut.
Maka dari itu, jangan langsung beranjak pulang sebelum mendapatkan upah
shalat tersebut.

TAHU DIRI KARENA MENYADARI DOSA-DOSA

Muhammad bin Wasi’ Ra berkata:

"‫ ما قدرتم أن تدنوا مني من نتن ريحي‬،‫ لو كان يوجد للذنوب ريح‬."

Seandainya dosa itu memiliki bau, niscaya kalian tidak mampu mendekat
kepadaku karena busuknya bauku.”

[Shifatush-Shafwah (3/268)]

KEUTAMAAN MENGHAPAL DI MASA MUDA

‫ما حفظت وأنا شاب فكأني أنظر إليه في قرطاس أو ورقة‬.

“Apa yang saya hafal ketika saya masih muda seakan-akan saya melihatnya pada
kertas atau lembaran.”

Al-Faqih wal Mutafaqqih,jilid 2 hlm.182

WASIAT SEORANG IMAM SEAKAN BELIAU HIDUP DI MASA KITA

Al-Imam Adz-Dzahabi Ra berkata:

" :‫ وقل‬،‫إذا وقعت الفتن؛ فتمسك بال ُّسنَّة والزم الصمت وال تخض فيما ال يعنيك وما أشكل عليك فرده إلى هللا ورسوله وقف‬
‫هللا أعلم‬."

“Jika fitnah terjadi,

Berpegang teguhlah dengan sunnah dan banyaklah diam. Jangan engkau terlibat
dalam perkara yang yang tidak berguna bagimu.

Adapun masalah yang sulit bagimu,

Maka kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya;

Tahan dirimu dan katakan: wallahu a’lam.”

(As-Siyar 20/141)
SEDIKITNYA ORANG MENYADARI AIB DIRINYA NAMUN SIBUK MENGURUSI
ORANG LAIN!!

‫ ويتعرض لعيب غيره ولو كان صغيرا؛ إال من فتح هللا عين بصيرته‬،‫اإلنسان ال يرى عيب نفسه ولو كان عظيما‬.

“Seseorang tabiatnya tidak melihat aib dirinya walaupun besar,

Namun dia sibuk mengurusi aib orang lain walaupun kecil, kecuali seseorang
yang Allah buka mata hatinya.”

Izhharul Haqq, jilid 1 hlm.14

Dakwatul Musthofa Lumajang:

UNTUK SIAPA SAJA YANG MEREMEHKAN AGAMANYA DAN SIBUK DENGAN


DUNIA!!

Al-Hasan al-Bashry Ra berkata:

‫ما أعز أحد الدرهم إال أذله هللا‬.

“Tidak ada seorangpun yang memuliakan dirham (harta) kecuali Allah pasti
menghinakan dia.”

Hilyatul Auliya’,

Jilid 6 hlm.272

‫ سنجتمع في اآلخرة بالتأكيد‬... ‫الموت ليس فراق‬


‫الفراق هو‬
‫ واآلخر في النار‬.. ‫أن يكون أحدنا في الجنة‬

(‫ من تريد أن تلقاه في آخرتك‬.. ‫💚 )صاحب في دنياك‬

Kematian bukanlah satu perpisahan

Dengan penuh keyakinan kita katakan...

Kita akan berkumpul di akhirat kelak...

Sedangkan yang dinamakan perpisahan adalah


Ketika salahsatu dari 2 teman di syurga sedangkan yang lain di neraka

Berteman-lah ketika engkau di dunia dengan seseorang yang ingin untuk


bertemu dengan-mu di akhirat kelak

‫ قال الحبيب علي بن محمد الحبشي‬:


‫ توصل العبد الى ما ال يستطيع ان يصله بعمله‬،‫الظنون الجميلة باهلل‬

📔 ‫كنوز السعادة األبدية‬

Berkata Al Habib ‘Ali bin Muhammad Al Habsyi : Prasangka yang baik kepada
Allah, akan mampu menyampaikan seorang hamba (kepada Allah) yang tidak bisa
digapai dengan perantara amal perbuatan.

📚Kunuuzus Sa’aadatul Abadiyyah

‫من علم أن العمر بضاعة يسيرة يسافر بها إلى البقاء الدائم في الجنة لم يضيعه‬

Siapa yg mengetahui bahwa umur sekedar barang bawaan yg sebentar menuju


perjalanan yg kekal di surga, tentunya ia tak kan menyia-nyiakannya. (Ibnul Jauzy
rh)

Anda mungkin juga menyukai