Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEMINAR PROPOSAL

PERSEPSI PETANI PETERNAK DALAM PEMELIHARAAN TERNAK


SAPI DI DESA LOWIAN RAYA

Oleh :
VIRGIN CLAUDIA RORIMPANDEY
18041104077

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2022

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya Panjatkan ke Hairat Tuhan yang Maha Esa karena
limpah Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah proposal
ini tepat pada waktunya, proposal ini membahas Persepsi Petani Peternak Dalam
Pemeliharaan Ternak Sapi Di Desa Lowian Raya.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bias
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan proposal
ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan proposl selanjutnya.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................1
1.5 Hipotesis...........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2


2.1 Sub Bab 1.........................................................................................................2
2.2 Sub Bab 2.........................................................................................................2
dst

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................3


3.1 ……...................................................................................................................3
3.2 ...........................................................................................................................3
3.3 ...........................................................................................................................3
3.4 ...........................................................................................................................4
dst

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja. Peternakan
merupakan salah satu andalan bagi kemajuan pembangunan secara umum, karena
pembangunan peternakan menghasilkan bahan pangan yang berkualitas tinggi
seperti daging, susu dan telur. Tujuan peternakan adalah untuk mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Ansari, 2017).

Kegiatan pembangunan pertanian, khususnya dibidang peternakan, antara


lain dimaksudkan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak, memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan peternak, serta meningkatkan
konsumsi protein hewani masyarakat. Dari standar protein hewani sebesar 15
gr/kapita/hr, diharapkan sebesar 5 gr/kapita/hr diantaranya berasal dari daging
ternak. Dalam upaya memenuhi target tersebut, maka tingkat produktifitas ternak
harus ditingkatkan.
Ternak sapi merupakan salah satu jenis ternak ruminansia besar yang
cukup popular dikalangan masyarakat Sulawesi Utara, termasuk masyarakat desa
Lowian Raya Kecamatan Maesaan. Populasi ternak sapi di desa Lowian Raya
tercatat sebanyak kurang lebih 473 ekor. Peternak dipedesaan pada umumya
dalam berusaha, terutama usaha pemeliharaan ternak sapi, merupakan salah satu
lapangan hidup untuk memperoleh sumber penghasilan. Walaupun pola usaha tani
yang dilaksanakan petani peternak masih bersifat usaha sambilan dan tradisional
maka peternak tetap menaruh harapan akan hasilnya yang bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan hidupnya. adalah petani peternak yang
pendapatannya diperoleh dari hasil menyewa ternak sapi sebagai tenaga kerja
untuk mengolah lahan,sebagai alat transportasi hasil-hasil pertanian dan sapi
pejantan di sewa untuk pembibitan.

1
Fakta di atas menunjukkan, bahwa kedudukan usaha ternak sapi dalam
struktur perekonomian masyarakat di desa Lowian Raya adalah sebagai usaha
sampingan. Hal ini diduga dapat memepengaruhi ragam persepsi petani peternak
terhadap pemeliharaan ternak sapi itu sendiri.
Usaha peternakan sapi di Sulawesi Utara umumnya masih bersifat usaha
peternakan rakyat. Pemeliharaannya masih sebatas usaha sampingan bagi tani dan
sebagai tabungan. Hal ini dikarenaan pada saat-saat tertentu, ketika petani
memerlukan uang dalam memenuhi kebutuhan yang mendesak maka ternak
ternak tersbur dapat diuangkan (Elly, 2008).
Pemeliharaan ternak sapi di wilayah ini masih dilakukan secara tradisional
dengan sistem pemeliharaan secara ekstensif. Hal ini dibuktikan dari pengamatan
secara langsung di lapangan bahwa ternak sapi dipelihara dengan cara mengikat
ternak di lahan-lahan petani baik lahan terlantar maupun lahan yang baru selesai
panen jagung ataupun tanaman musiman lainnya. Pola pemeliharaan yang bersifat
sampingan sering membuat petani peternak kurang memperhatikan biaya yang
dikeluarkan selama proses pemeliharan ternak sapi.
Ternak sapi merupakan salah satu ternak yang banya dipelihara oleh petani
peternak di Desa Lowia Raya. Berikut populasi ternak sapi yang di pelihara petani
peternak di Desa Lowian Raya dapat dilihat pada Table 1 berikut :
Nama Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumla Jumlah
Desa <1 th 1-<3th >3th < 1 th 1-<3th >3 h Peternak
th (ekor) KK
Lowian 24 47 48 19 64 42 244 41
Lowian 1 19 45 53 21 52 39 229 37
Jumlah 43 92 101 40 116 81 473 78

Table 1 menunjukkan bahwa di desa Lowian dan Lowian 1 memiliki jumlah


populasi ternak sapi yang cukup besar. Ternak sapi yang di pelihara di Desa
Lowian Raya sebagian besar pemeliharaanya secara ekstensif yaitu sepanjang hari
sapi di lepas di padang pengembalaan sedangkan pada malam hari sapi di ikat
pada tempat-tempat tertentu. Hasil pra survey yang di peroleh, yaitu ternak sapi
yang di pelihara oleh petani peternak di Desa Lowian Raya dapat di gunakan

2
sebagai tenaga kerja dalam membajak lahan, baik lahan sawah maupun
tegalan/ladang dan sebagai tenaga transportasi hasil-hasil pertanian dan kayu
bangunan dalam desa, tetapi juga ternak sapi di desa Lowian Raya dipergunakan
di luar desa Lowian Raya khususnya dalam transportasi muatan kayu-kayu
bangunan yang di olah dari hutan luar desa..
Peternak dipedesaan pada umumya dalam berusaha, terutama usaha
pemeliharaan ternak sapi, merupakan salah satu lapangan hidup untuk
memperoleh sumber penghasilan. Walaupun pola usaha tani yang dilaksanakan
petani peternak masih bersifat usaha sambilan dan tradisional maka peternak tetap
menaruh harapan akan hasilnya yang bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan hidupnya. n adalah petani peternak yang pendapatannya diperoleh dari
hasil menyewa ternak sapi sebagai tenaga kerja untuk mengolah lahan,sebagai alat
transportasi hasil-hasil pertanian dan sapi pejantan di sewa untuk pembibitan.
Motivasi beternak merupakan dorongan tersendiri dalam melakukan suatu
usaha peternakan. Dorongan inilah yang dapat menyebabkan seseorang mencapai
tujuan-tujuan, baik sadar atau tidak sadar. Sehingga keinginan dan ketertarikan
untuk memelihara ternak sapi yaitu Sapi Ongole, Bali, Bacan, Sumba di gemari
bagi masyarakat Desa Lowian Raya. Pamekasan semakin meningkat untuk
melestarikan budaya daerah. budaya yang dapat dikembangkan menjadi sebuah
penghasilan yang tidak hanya bagi peternak sapi di Desa Lowian Raya melainkan
juga bagi orang-orang yang terlibat dalam pemeliharaan ataupun pengembangan
ternak sapi.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Persepsi Petani Peternak terhadap Pemeliharaan Ternak Sapi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristk peternak
2. Mengetahui persepsi peternak terhadap pemeliharaan ternak sapi
3.Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan persepsi Petani peternak
terhadap pemeliharaan ternak sapi
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang pemeliharaan ternak sapi secara ekstensif
2. Meningkatkan keterampilan peternak
3. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk memberi informasi mengenai
Persepsi Petani Peternak pada Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Lowian Raya

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persepsi
2.1.1 Definisi Persepsi
Persepsi adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra
atau juga disebut proses sensoris. Stimulus tersebut akan diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. (Walgito, 2010).

Persepsi adalah suatu proses identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca


indra. Persepsi merupakan peran yang sangat penting dalam keberhasilan
komunikasi. Artinya, kecermatan dalam mempersepsikan stimuli indrawi
mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam
mempersepsi stimulus, menyebabkan mis-komunikasi (Suranto, 2011).

2.1.2 Macam-Macam Persepsi

Menurut Nugroho (2008) persepsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

Persepsi positif

Persepsi negatif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan


(tahu tidaknya, kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan obyek
yang dipersepsikan.

Persepsi negatif

Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya,


kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang
dipersepsikan.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang menimbulkan


stimulus, dan stimulus mengenai alat indra. Stimulus yang diterima alat indra
diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai
pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang

5
didengar atau apa yang dirasa. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil
oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 2010).

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

1. Faktor Internal
a. Usia

Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai ulang
tahun. Semakin cukup umur, kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. (Nursalam, 2009).

b. Pendidikan

Menurut Notoadmojo (2007) menjelaskan bahwa orang yang mempunyai


pendidikan tinggi dan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan
dengan orang yang berpendidikan rendah.

c. Pekerjaan

Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat, memperoleh


pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal sehingga lebih mengerti dan akhirnya
mempersepsikan sesuatu itu positif (Notoatmojo, 2010).

d. Jenis Kelamin

Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara detail, sementara laki-laki


kurang memperhatikan itu, laki-laki kurang 10 memperhatikan dan tidak terlalu
memikirkan sesuatu apabila tidak merugikannya, sedangkan perempuan
memperhatikan halhal kecil (Nursalam, 2009).

2. Faktor eksternal
a. Lingkungan

Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan


kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu (Rachmat, 2010).

b. Informasi

6
Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang dan hal
tersebut menimbulkan kesadaran yang akhirnya mempengaruhi perilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki (Notoatmojo, 2010).

c. Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu dengan


proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa
yang pernah dihadapi (Rachmat, 2010)

2.2 Ternak Sapi


Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan
karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan
diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Kindersley (2010), sapi mempunyai
klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos sp.
Sapi Peranakan Ongole (PO)
Pada tahun 1906, sapi ongole didatangkan langsung dari Madras di India
ke Pulau Sumba. Selanjutnya, tahun 1916 sapi ongole yang sudah berkembang
biak di sumba mulai menyebar ke tempat-tempat lain di Indonesia dengan sebutan
Sumba Ongole (SO). Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan
kebijakan di bidang pertenakan yang disebut ongolisasi mengawinsilangkan sapi
SO dengan sapi Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga
lahirlah sapi Peranakan Ongole (PO) (Murtidjo, 2012).

7
Sapi Peranakan Ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk
kepala pendek melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar.
Pada sapi PO jantan, kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada
lututnya, mata besar terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar 1 cm dari mata
berwarna hitam. Ciri khas yang membedakan sapi PO dengan sapi-sapi lainnya
adalah ponok di atas gumba, kaki panjang berurat kuat, serta ada gelambir
menggelantung dari bawah kepala, leher sampai perut. Saat dewasa, jantan PO
bisa mencapai bobot sekitar 600 kg dan yang betina rata-rata 450 kg. Pertambahan
bobot sapi PO berkisar antara 0,4 - 0,8Kg/hari.
Sapi PO murni mulai sulit ditemukan karena telah banyak disilangkan
dengan sapi brahman. Sesuai induk persilangannya, sapi PO terkenal sebagai sapi
pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi pada
perbedaan kondisi lingkungan, tenaga yang kuat, serta aktivitas reproduksi
induknya cepat kembali normal setelah beranak.
Persilangan Sapi Ongole dengan sapi lokal Indonesia, tipe sapi pedaging
dan sapi pekerja, mampu berdaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, cepat
bereproduksi, Berat badan 600 kg dengan pertambahan bobot harian 0,75
kg/ekor/hari(Murtidjo,2012).
2.2 Sistem Pemeliharaan

Menurut (Anonim, 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai
berikut:

1) Pemeliharaan Secara Ekstensif

8
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang
mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan,
dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan,
sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu
yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.

2) Pemeliharaan Secara Intensif

Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di


dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh
kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain
seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang.

3) Pemeliharaan Secara Semi Intensif

Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara
pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif
ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada
siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Peneliian ini dilaksanakan di Desa Lowian Raya Kecamatan Maesaan
3.2 Jenis Penelitan
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat studi kasus di
Desa Lowian Raya Kecamatan Maesaan. Sebagai objek penelitian adalah para
peternak yang memiliki pengalaman beternak sapi minimal lima tahun. Dalam
penelitian ini di gunakan 40 orang peternak sampel sebagai responden yang
dipilih secara acak sederhana (simple random sampling)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dilakukan melalui wawancara langsung kepada
responden, dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Data primer yang dihimpun, secara garis besar dikelompokkan
menjadi empat, yakni:
1) Karakteristik peternak
2) Tingkat pengetahuan peternak tentang ternak sapi;
3) Pendapat peternak tentang manfaat pengalaman beternak sapi; dan
4) Pendapat peternak tentang manfaat memelihara ternak sapi.
3.4. Variabel yang Diamati
Meliputi karakteristik dan persepsi peternak. Variabel karakteristik terdiri
dari : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman
beternak sapi, jumlah kepemilikan ternak sapi, luas lahan garapan, dan motivasi
beternak sapi. Variabel persepsi terdiri dari tiga indikator, yakni : tingkat
pengetahuan, pengalaman beternak sapi dan manfaat memelihara ternak sapi.
3.5. Analisis Data

10
11
DAFTAR PUSTAKA

https://adoc.pub/kajian-persepsi-dan-adopsi-peternak-sapi-terhadap-
teknologi-.html
[BACA KONG PELAJARI]

12

Anda mungkin juga menyukai