Anda di halaman 1dari 2

Indonesia merupakan negara multikultural, negara dengan sejuta keberagaman.

Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Sensus Penduduk 2010 menyebutkan ada 1.331 kelompok suku di
Indonesia, kategori itu merupakan kode untuk nama suku, nama lain/alias suatu suku, nama
subsuku, dan nama sub dalam subsuku. Selain itu, keberagaman Indonesia juga tercermin jelas
dengan adanya 6 agama yang diakui negara, keberagaman ras dan antargolongan. Semua
keberagaman ini menimbulkan perbedaan pandangan, ideologi, tradisi, dan budaya yang dapat
berujung pada disintegrasi dan perpecahan yang mengancam keutuhan dan persatuan Indonesia
sehingga dibutuhkan pandangan pemersatu dan pengukuh keutuhan yang harus diyakini,
dipahami, dijiwai, diilhami, dan diaplikasikan oleh masyarakat Indonesia.

Pancasila hadir sebagai way of life; fungsinya mengatur tata kehidupan masyarakat sehari-hari,
sebagai ideologi bangsa; fungsinya untuk mempersatukan keanekaragaman yang ada dan
memperkuat kerukunan umat, sebagai dasar negara untuk mengatur tata kehidupan bernegara
dan berpemerintah serta sebagai the margin of appreciation yang fungsingya sebagai filter nilai-
nilai budaya asing yang masuk ke Indonesia ataupun nilai budaya lokal, apakah nilai asing atau
lokal sesuai atau tidak dengan karakter budaya Indonesia (Prof. Suteki, Dosen Matkul Pancasila
yang Dipecat dari Jabatan Karena Berbeda Pendapat, 2020). Hakikat, kedudukan, dan fungsi
Pancasila yang tetap, kuat, dan absolut, pantas bila Pancasila disebut sebagai pondasi
fundamental yang mengukuhkan Indonesia. Bahkan, Bung Karno menyebut Pancasila sebagai
Philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk kemudian di
atasnya didirikan bangunan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.

Pancasila yang kokoh sebagai pondasi Indonesia merdeka akan tumbuh menjadi pandangan yang
dipilih pemimpin dan masyarakat Indonesia untuk memandang keberagaman yang terjadi di
Indonesia. Mengapa pandangan Pancasila yang dipilih? Walaupun banyak pandangan dan paham
yang dianut dan disebar secara langsung maupun tidak langsung oleh negara-negara adidaya,
para pemimpin Indonesia dan masyarakat Indonesia di masa lalu dalam memandang, mengambil
petunjuk dan menyelesaikan perbedaan serta masalah yang terjadi di Indonesia berdasar pada
pandangan Pancasila. Hal ini dikarenakan Pancasila lahir dari kultur bangsa, bersumber dari
budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri, kemudian disublimasikan menjadi suatu
prinsip hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi bangsa Indonesia. Bila dianalisis dan
dibandingkan dengan paham kapitalisme – liberalisme, komunisme, dan sosialisme, Pancasila
merupakan jalan tengah yang hanya mengambil karakteristik unggul dan kelebihan dari paham-
paham di atas. Pancasila memberikan setiap individu untuk memilih agama yang dijadikan
kepercayaan, kebebasan berekonomi yang tetap menjunjung tinggi prinsip humanis dan menolak
segala bentuk eksploitasi sumber daya manusia yang dapat merugikan rakyat, segala
permasalahan diselesaikan dengan musyawarah mufakat bukan diputuskan oleh pemerintah
semata, Pancasila juga menjunjung tinggi hak asasi manusia dan juga melindungi hak
masyarakat yang menjadi minioritas, menjunjung tinggi keadilan sosial dan mengakui
keberadaan individu dan masyarakat untuk mendapatkan haknya. Selain itu, Pancasila memiliki
kekhasan yang mampu menyatakan baik etnis, ras, dan agama.
Maka dari itu, pandangan Pancasila lah yang tepat untuk memandang masyarakat Indonesia yang
kaya akan keanekaragaman, mulai dari suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan yang dapat
memecah kerukunan dan integrasi masyarakat Indonesia. Pandangan Pancasila lah yang mampu
mempersatukan dan mengukuhkan keutuhan bangsa di tengah keadaan yang multikultural ini
sehingga perbedaan dan keanekaragaman di Indonesia bukanlah halangan yang dapat memecah
bangsa, tetapi menjadi hal yang harus disyukuri dan merupakan anugerah dari Yang Maha
Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai