Pertemuan Ke-18 Anggaran Piutang
Pertemuan Ke-18 Anggaran Piutang
PERTEMUAN KE-18
ANGGARAN PIUTANG
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Piutang dianggarkan adalah “anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang jumlah
piutang perushaan beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode yang
akan datang”. (Ellen Christina dan M. Fuad, 2012).
Semakin aktif petugas melakukan penagihan piutang tepat pada waktunya maka semakin
tepat arus kas masuk ke dalam kas perushaan.
Kredibilitas dari debitur yang membeli secara kredit juga mempengaruhi lancar tidaknya
penerimaan uang kas ke perusahaan.
Pada kondisi usaha normal, likuiditas perusahaan pada umunya baik. Sebaliknya bila
pasaran sedang lemah, sulit memperoleh uang tunai sehingga kemungkinan terjadi
penundaan yang semakin menumpuk (kredit macet).
Oleh faktor diatas maka perusahaan perlu membuat perkiraa untuk penerimaan pola
pembayaran piutang oleh debitu, dan perkiraan tersebut dinamakan anggaran piutang.
C. PENGELOMPOKKAN PIUTANG
Perkiraan piutang merujuk banyaknya invoice nantinya ditagih, lazimnya berbentuk tunai
dari korporasi lainnya, dikarenakan melepaskan produk dan jasa non tunai (pembebanan
piutang pihak ketiga dibedakan piutang dagang dan piutang wessel), menyerahkan
peminjaman (bagi pekerja, pelanggan, normalnya berlangsung dengan bentuk wessel, dan
bunga). Ataupun dikarenakan kas yang dibayarkan lebih pada institusi lainnya.
Kebanyakan piutang muncul melalui pelepasan output non tunai bagi customernya.
Tak bisa diingkari kalau normalnya customer makin tergiur apabila suatu output dijajakan
dengan non tunai sehingga kegiatan non tunai ini dijadikan sebuah strategi korporasi agar
menaikkan target produk yang ingin dijualkan. Piutang ini muncul ketika melepaskan dan
memberikan produk dengan pembayaran non tunai.didefinisikan ke dalam piutang dan tak
tertuup kemungkinannya bisa juga berbentuk wessel.
1. Perkiraan Piutang
Yakni nilai ditagihkan kepada debitur hasil menjual suatu produk dengan non tunai.
Saldo piutang dianggap sebagai aktiva dan dicatat disebelah debet. Saldo Piutang
lazimnya diproyeksikan tertagih dengan kurun periode relatif singkat, normalnya 3O
sampai 6O harian. Sesudah penagihan, pengkreditan saldo piutang dicatat. Saldo
Piutang dicantumkan pada bagian aktiva lancar.
2. Wessel Tagih
Mereka yang berikrar melunasi insstrumen non tunainya disebut wessel bayar, yang
tak asing lagi dicantumkan menjadi hutang wessel. Adapun mereka yang dijanjikan
untuk menerimanya, wesselnya disebut wessel tagih , dilaporkan pada laporan
keuangan bagian piutang.
Wessel Tagih serupa dengan piutang dagang saldonya disebelah debit kelompok
aktiva. Sesudah penagihan, wessel tagih dicatat disebelah kredit.
Wessel Tagih dikelompokkan aktiva lancar ataupun aktiva tak lancar. Wessel Tagih
dimunculkan karena pelepasan output dengan non tunai disajikan menurut aktiva
lancar, kebalikannya, wessel tagih yang muncul setelah memberikan dana untuk para
peminjam dicatat korporasi pada harta lancar ataupun tak lancar, sesuai dengan durasi
tenggat yang diberikan. Wessel tagih berciri lancar, dimunculkan dikarenakan
pelepasan output non tunai, pengganti piutangnya tak kunjung diterima pelunasannya
sampai melewati tenggat yang diberikan bearkhir.
Piutang lain - lain lazimnya dikelompokkan dan dicantumkan berbeda dalam urutan
akun yang terdapat di sisi neraca. Misalnya bunga yang masih harus diterima, dividen
yang belum dibayarkan, Pajak dibayar dimuka berbentuk potongan pajak ataupun
kelebihan pembayaran pajak yang dikembalikan serta pinjaman pekerja
Apabila piutang tertagih pada periode setahun ataupun selama mengikuti daur
pengoperasional korporasi lazimnya, menyebabkan piutang lain - lain ditempatkan
disisi harta lancar. Diluar itu, piutang lain – lain ditempatkan disisi harta tidak lancar.
Daur pengoperasional korporasi lazimnya yakni panjangnya tempo yang diperlukan
korporasi diawali membeli material dari supplier, melepaskannya bagi mereka yang
Penetapan kelompok lancar dan tak lancar, lihatlah kasus ini dimana durasi normalnya
aktifitas korporasi yakni 1O tahun, makanya arti lancarnya disini dimaksimalkan 12
bulan (setahun). Artinya, piutang tertagih sesudah setahun ataupun melebihinya
dikelompokkan menjadi tak lancar. Tetapi, apabila durasi normalnya aktifitas
korporasi yakni 14 bulan, mengartikan definisi lancar dimaksimalkan 14 bulan.
Sehingga piutang ditagihkan sesudah 14 bulan ataupun melebihinya digolongkan
sebagai aktiva tak lancar.
Piutang usaha didapatkan melalui aktifitas transaksi korporasi yakni menjual non
tunai output ke customer. Pernyataan piutang usaha melalui ikrar tertulis dengan
resmi agar membayarkan adalah golongan wessel tagih. Namun, seringnya masalah
yang ditemui adalah piutang usaha yakni piutang terhadap debitur non garansi debitur
agar melunasinya ataupun “open accounts”, sering disebut piutang usaha. Adapun
piutang nondagang mencakup kesemua macam piutang lainnya, sebagaimana
diuraikan sebelumnya, yakni bunga yang masih harus diterima, dividen dibayarkan
dimuka, dividen yang masih harus diterima, pajak dibayar dimuka, klaim terhadap
perkumpulan organisasi, dan klaim atas pekerja.
Adapun elemen – elemen utama ketika membuat piutang dianggarkan, seperti terlihat
dibawah ini :
1. Anggaran Penjualan;
2. Situasi kompetisi di pasaran;
3. Peringkat pada kompetisi
4. Syarat membayar yang diajukan perushaan;
5. Kebijakan saat menagih piutang;
6. Program pelaksanaan menjual non tunai untuk barang yang diproduskinya;
Anggaran penjualan
Keadaan persaiangan yang lebih keras memaksa perushaan untuk lebih banyak
melakukan transaksi non tunai penjualannya agar meningkatkan piutangnya
korporasi. Sebaliknya melemahnya kompetisi memungkinkan perusahaan
memperkecil non tunai penjualannya agar memperkecil saldo piutangnya korporasi
Apabila peringkat korporasi lumayan tinggi dalam kompetisi maka korporasi bisa
melakukan tunai penjualannya agar menekan piutang perusahaan. Sebaliknya jika
peringkat korporasi tidak tinggi pada kompetisi korporasi akan melakukan penjualan
kredit untuk memperbesar omzet sehingga memperbesar piutang perusahaan yang
harus ditagihkan.
Bila diskon diajukan korporasi lumayan memikat minat calon yang membeli bisa
memaksa mereka membeli dengan kas. Akibatnya piutang korporasi cenderung kecil.
Sebaliknya jika diskon diajukan perusahaan kurang memikat minat calon yang
membeli takkan bisa memaksa mereka membeli dengan kas, melainkan mereka akan
membeli kredit akibatnya piutang korporasi cenderung makin besar.
F. SOAL KASUS:
Rencananya dimulai 1 Jan 2015, penjualannya dinaikkan menjadi 25% dan dimulai 1 April
naik lagi sebesar 10% dari harga jual Jan 2016.
Tak tertagih 2% dari penjualan non tunai. Persyaratan non tunai diterapkan 3/25 n 3O
Hitunglah :
Penyelesaian :
Penjualan
Bulan kredit Penj. Netto Jan Feb Mar April Mei Juni
1.039.719
1)
Feb 2.187.500 2.143.750 643.125 428.750
1.247.663
2)
Mar 2.625.000 2.572.500 771.750 514.500
1.463.924
3)
April 3.080.000 3.018.400 905.520 603.680
1.280.934
4)
Mei 2.695.000 2.641.100 792.330
1.372.429
5)
Juni 2.887.500 2.829.750
Keterangan :
G. SOAL LATIHAN :
Program penjualannya PT.FILDA ASYIFA thn 2017 sbb :
JAN 5.000.OOO TRIWULAN 2 15.OOO.OOO
FEB 5.500.OOO TRIWULAN 3 17.5OO.OOO
MAR 6.5OO.OOO TRIWULAN 4 18.500.OOO
kandungan 50% penjualannya non tunai dan sisa penjualannya tunai diperoleh kerugiannya
akibat tidak tertagihnya piutang 2% , Selesaikanlah banyaknya penjualan kas dan penjualan
non tunai
KASUS :
Rencananya dimulai 1 Jan 2016, penjualannya dinaikkan menjadi 25% dan dimulai 1 Apr
naik lagi sebesar 10% dari harga jual Jan 2017.
Tak tertagih 2% dari penjualan non tunai. Persyaratan non tunai diterapkan 3/25 n 3O
Hitunglah :
LATIHAN DUA
Program penjualannya PT AZKIA thn 2018 sbb :
JAN 10.000.OOO TRIWULAN 2 3O.OOO.OOO
FEB 11.000.OOO TRIWULAN 3 35.OOO.OOO
MAR 13.OOO.OOO TRIWULAN 4 37.000.OOO
kandungan 25% penjualannya non tunai dan sisa penjualannya tunai diperoleh kerugiannya
akibat tidak tertagihnya piutang 1% , Selesaikanlah banyaknya penjualan kas dan penjualan
non tunai
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Drs. Gunawan dan Drs. Marwan Asri, 2003, Anggaran Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta
Rahayu, Sri., Arifian, Ari. 2010. Penganggaran Perusahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mulyadi 1993, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta
Soemarso, S. R. (2015). Akuntansi Suatu Pengantar (Edisi 5, Buku 2). Jakarta: Salemba
Empat.
Walter T. Harrison jr., Charles T. Horngren., C. William Thomas., & Themin Suwardy.
(2016). Akuntansi Keuangan (Edisi IFRS) (Edisi 8, Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Subramanyam, K. R. & John J. Wild. (2017). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 14,
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Wild, John, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2015. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi Delapan, Alih Bahasa : Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta:
Salemba Empat
Stice and Skousen 2019, Memahami Laporan Keuangan, Jakarta: Penerbit PPM.