ABSTRACT. The Waku Lani forest farmer group is a group which is under the management of the
Mount National Park Rinjani this group has an institutional capacity not yet optimal. For upgrade
capacity the institutional strategy needed to strengthen management institutional. With forestry
number 57 of 2014 and Ostrom Theory (1990) to analyze institutional capacity and analysis SWOT
to study group strengthening strategies. Method in this study using the interview method, literature
observations and studies. Based on research institutional capacity is carried out in the class category
beginner with a score of 210 based forestry number 57 of 2014 and institutional performance in the
low category with a score of 13 based on the theory Ostrom (1990) this shows that several indicators
need to be optimized through a strengthening strategy for increase group institutional capacity.
Strategy what is done is to strengthen institutions through capacity building for group dynamics.
Keywords : National Park; Institutional, Strategy, Group Dynamic.
ABSTRACT. Kelompok tani hutan Waku Lani merupakan kelompok yang berada dibawah
pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani. Kelompok ini memiliki kapasitas kelembagaan yang
belum optimal. Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaannya dibutuhkan strategi penguatan
pengelolaan kelembagaan. Dengan menggunakan aturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor. 57 Tahun 2014 dan Teori Ostrom (1990) untuk menganalisis kapasitas kelembagaan dan
analisis SWOT untuk mengkaji strategi penguatan kelompok. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode wawancara, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan kapasitas kelembagaan dalam kategori kelas pemula dengan skor 210 berdasarkan
aturan Menteri Kehutanan Nomor. 57 Tahun 2014 dan kinerja kelembagaan dalam kategori rendah
dengan skor 13 berdasarkan Teori Ostrom (1990). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa indikator
perlu dioptimalkan melalui strategi penguatan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan
kelompok. Strategi yang dilakukan yaitu memperkuat kelembagaan melalui peningkatan kapasitas
dinamika kelompok.
Kata Kunci : Taman Nasional, Kelembagaan, Strategi, Dinamika Kelompok.
84
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
Gunung Rinjani bekerja sama dengan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi.
masyarakat desa Toya dan desa Lenek Duren Metode kombinasi yaitu menggabungkan
dengan membentuk Kelompok Tani Hutan antara metode penelitian kualitatif dan metode
yang diberi nama Waku Lani. Kelompok ini penelitian kuantitatif untuk digunakan secara
memanfaatkan dan memungut HHBK di bersama-sama dalam suatu kegiatan
sekitar kawasan Taman Nasional Gunung penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih
Rinjani khususnya di zona tradisional. komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif
Meskipun demikian, kelompok ini akan (Sugiyono, 2013).
membantu pihak pengelola dalam Penentuan lokasi penelitian
pengembangan kawasan serta menggunakan metode purposive sampling.
pengembangan kapasitas sumber daya Purposive Sampling adalah teknik penentuan
manusia. Kapasitas kelompok tidak hanya sampel dengan pertimbangan tertentu
diukur dalam memanfaatkan hasil hutan, tetapi (Sugiyono. 2017). Penelitian ini dilakukan di
bagaimana peran kelompok dalam Desa Lenek Duren dan Desa Toya Kecamatan
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan Lenek. Alasan penelitian dilakukan di Desa
serta peningkatan kapasitas kelembagaanya. Lenek Duren dan Desa Toya Kecamatan
Untuk dapat meningkatkan kapasitas Lenek adalah karena Desa Lenek Duren
kelembagaan diperlukan aturan. merupakan berkerja sama dengan pihak
Aturan tersebut berupa aturan Menteri Taman Nasional Gunung Rinjani melalui
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 57 kemitraan konservasi.
tahun 2014 tentang pembinaan untuk Data penelitian ini dikumpulkan melalui
peningkatan kemampuan kelompok dan teori beberapa instrumen pengumpulan data yang
ostrom (1990) yang mengedepankan prinsip- berupa observasi, wawancara dan studi
prinsip dalam sebuah kelembagaan yang kepustakaan (Ichsan AC 2019). Responden
dapat bertahan lama dan berkelanjutan. dalam penelitian ini adalah KTH Waku Lani
Aturan tersebut memegang peranan penting yang terdiri dari 2 Desa yaitu Desa Toya dan
dalam proses evaluasi dan menjamin Desa Lenek Duren. Beberapa orang
keberlanjutan kapasitas kelembagaan responden dipilih dengan menggunakan teknik
kelompok tani. Meskipun berada dibawah Purposive sampling berdasarkan karakteristik
pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani, yang ungkapkan oleh Bungin (2003) yaitu :
namun dalam kelembagaannya kelompok tani 1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu
hutan waku lani belum optimal dilakukan. dengan suatu kegiatan atau medan
Dengan demikian, kajian terkait kapasitas aktivitas yang menjadi sasaran atau
kelembagaan kelompok tani hutan menjadi perhatian penelitian dan ini biasanya
penting dan menarik untuk dilakukan ditandai oleh kemampuan memberikan
penelitian, dalam rangka mendeskripsikan informasi di luar kepala tentang sesuatu
kondisi dan pengelolaan kapasitas yang ditanyakan.
kelembagaan berdasarkan aturan Menteri 2. Subjek masih terikat secara penuh serta
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 57 aktif pada lingkungan dan kegiatan yang
tahun 2014 tentang pembinaan untuk menjadi sasaran atau penelitian.
peningkatan kemampuan kelompok dan teori 3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu
ostrom (1990), serta strategi penguatan dan kesempatan unuk dimintai informasi.
kapasitas kelembagaan yang dilakukan
berdasarkan analisis SWOT. Pemilihan informan dilakukan dengan
menggunakan metode snowball sampling.
Snowball sampling adalah metode yang
METODE mulanya kecil kemudian membersar yang
semakin lama jumlah sampel semakin besar
Penelitian ini dilaksanakan di Zona samapi dengan sampel tersebut dianggap
Tradisional Wilayah Kerja Resort Aikmel dapat mewakili unsur yang ditrliti dan data
Taman Nasional Gunung Rinjani Desa Lenek yang diperoleh jenuh (Nursiyono, 2014).
Duren, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Informan dalam penelitian ini adalah anggota
Timur, Nusa Tenggara Barat. Waktu penelitian KTH Waku Lani.
dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2020. Metode pengambilan data yang dilakukan
Objek dan unit analisisnya dalam penelitian ini dalam penelitian ini yaitu wawancara adalah
adalah kapastitas kelembagaan KTH Waku teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
lani dan alatnya yaitu alat tulis, kamera, dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
kuisoner. Metode penelitian yang digunakan mendalam dan jumlah respondennya sedikit
85
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
atau kecil (Sugiyono, 2017). Penelitian ini Berdasarkan Teori Ostrom (1990) analisis
menggunakan teknik wawancara terstruktur, yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
yakni peneliti menyiapkan pertanyaan- kelembagaan tersebut mengacu pada delapan
pertanyaan berupa kuisoner dengan prinsip kelembagaan yang berkelanjutan
narasumbernya yaitu KTH Waku Lani. Studi Ostrom (1990), kedelapan prinsip tersebut
kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dijelaskan sebagai berikut (Ichsan, 2017) :
dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, 1. Mendefinisikan batasan secara jelas.
budaya dan norma yangberkembang pada Batasan pada sistem sumberdaya dan
situasi sosial yang diteliti, selain itu studi pada sejumlah individu terutama berkaitan
kepustakaan sangat penting dalam melakukan dengan hak dan tanggung jawab untuk
penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak menggunakan sumberdaya hutan.
akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah 2. Proporsional antara keuntungan dan
(Sugiyono, 2013). Studi kepustakaan yang biaya. Aturan yang mengatur distribusi
dilakukan berupa analisis dokumen KTH Waku biaya dan manfaat atas sumberdaya hutan
Lani. Observasi adalah teknik pengumpulan termasuk aturan tenaga kerja, material dan
data yang mempunyai ciri spesifik. Teknik uang.
pengumpulan data dengan observasi 3. Merancang pilihan kolektif. Menyangkut
digunakan untuk mengamati perilaku manusia, intensitas partisipasi dalam memodifikasi
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila aturan operasional.
responden yang diamati tidak terlalu besar 4. Monitoring. Aturan yang mengatur proses
(Sugiyono, 2017). Observasi yang dilakukan Monitor terhadap aktivitas dalam PSDH
berupa mengamati kegiatan-kegiatan yang atau monitoring terhadap mereka sendiri.
dilakukan oleh KTH Waku Lani. 5. Mekanisme sanksi. Menyangkut
Jenis dan sumber data yang digunakan pengaturan tentang pemberian sanksi
dalam penelitian ini yaitu data primer data yang kepada pihak yang melanggar aturan
diperoleh langsung dari subyek penelitian operasional.
dengan menggunakan alat pengukuran atau 6. Mekanisme resolusi konflik. Menyangkut
alat pengambilan data langsung pada subjek mekanisme penyelesaian sengketa/konflik
sebagai sumber informasi yang dicari PSDH baik di internal masyarakat maupun
(Saifuddin, 2004). Data primer meliputi hasil masyarakat dengan pemerintah.
wawancara yang dilakukan terkait kapasitas 7. Pengakuan terhadap hak untuk
kelembagaan KTH Waku Lani. Data Sekunder mengelola. Pengaturan yang mengakui
adalah data yang diperoleh lewat pihak laindari hak masyarakat untuk merencanakan
berbagai instansi atau lembaga terkait yang kelembagaan mereka sendiri tidak ditolak
relevan dengan penelitian dan tidak langsung oleh otoritas pemerintahan secara
diperoleh oleh peneliti dari subjek eksternal.
penelitiannya (Saifuddin, 2004). Data 8. Nested enterprises. Menyangkut
sekunder meliputi kondisi dan profil kawasan, keterkaitan antara aturan operasional,
peta kawasan, data kelembagaan dan data aturan kolektif dan aturan konstitusional
anggota KTH Waku Lani. (Appropriation, provisi, monitoring,
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu penegakan hukum, resolusi konflik, dan
berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan aktivitas pemerintah dalam
Nomor. 57 Tahun 2014. Dalam mengetahui mengorganisasikan multiple layer pada
kapasitas kelompok tani Waku Lani perlu nested enterprises).
adanya pengetahuan dalam pengelolaan
kelembagaan sebagai tolak ukur kemampuan Analisis data dalam penelitian ini ada dua
sumber daya manusia : yaitu dilakukan dengan system scoring
berdasarkan Peraturan Menteri No. 57 tahun
1. Kelola kelembagaan yaitu hal – hal yang
2014 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok
berkaitan dengan administrasi kelompok
Tani Hutan yaitu:
2. Kelola kawasan yaitu hal-hal yang berkitan
dengan kemampuan kelompok dalam
a. di bawah 350 : Kelas Pemula
mengelola kawasan
b. 350 - 700 : Kelas Madya
3. Kelola usaha yaitu hal – hal yang berkaitan
c. Di atas 700 : Kelas Utama
dengan kapasitas kelompok dalam
mengelola usaha.
Dilakukan dengan mengadopsi model
perhitungan skala likert (Sugiono, 2008)
dengan gradasi 1 sampai 3 dimana :
86
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
1 = Kurang Baik, 2 = Cukup Baik Cukup, 3 = SWOT. Menurut Rangkuti (2017) Analisis
Baik. Analisis data yang digunakan bersifat SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
deskriptif, dan dikelompokkan kedalam tiga secara sistematis untuk merumuskan suatu
kategori yaitu : strategi. Analisis ini mengidentifikasi kekuatan
1. Kinerja kelembagaan tinggi apabila dan kelemahan internal pada satu sisi, serta
memperoleh nilai = 18.01 – 24.00 peluang dan ancaman eksternal pada sisi yang
2. Kinerja kelembagaan sedang apabila lain. Penyusunan strategi SWOT berdasarkan
memperoleh nilai = 13.01 – 18.00 faktor – faktor strategi eksternal dan internal
3. Kinerja kelembagaan rendah apabila yang ada. Dari analisis SWOT tersebut akan
memperoleh nilai = 08.00 – 13.00 mendapatkan empat strategi yaitu strategi SO
(Strength–Opportunities), ST (Strength–
Strategi kapasitas kelembagaan KTH Threats), WO (Weaknes – Opportunities) dan
Waku Lani menggunakan strategis analisis WT (Weaknes – Threats).
87
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
1. Umur Responden
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa responden yang memiliki umur
bahwa umur responden sebagian besar pada produktif cenderung memiliki kemampuan fisik
rentang umur pertengahan dewasa. Sebagian yang baik, sehingga dapat melakukan kegiatan
besar responden sampai dengan umur 60 secara optimal serta masih dapat
masih berada pada rentang umur produktif. mengembangkan kemampuan diri dalam hal
Umur produktif yaitu umur yang menjadikan melakukan kegiatan usaha tani hutan seperti
responden untuk dapat terlibat secara aktif pemilihan jenis tanaman, penyediaan bibit,
dalam melakukan berbagai kegiatan penyediaan lahan, serta penanaman dan
(Rimbawati et al., 2018). Hal ini sesuai dengan pemeliharaan.
penelitian Putra el al., (2006) yang menyatakan
88
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
Berdasarkan data yang diperoleh, ketua kelompok tani, menyatakan bahwa pada
ditemukan bahwa jumlah anggota kelompok hakikatnya perempuan tetap ikut berpartisipasi
tani hutan waku lani yang lebih mendominasi dalam berbagai kegiatan kelompok tani
adalah laki-laki dengan 90 %, Ini menunjukan apabila suami berhalangan hadir maka istrilah
bahwa kurangnya partipasi perempuan dalam yang mewakili suami dalam kegiatan. Ini
kegiatan kelompok tani. Ini sesuai dengan menunjukkan bahwa pentingnya peran
penelitian yang dilakukan oleh Pitriyan (2006) perempuan dalam pengembangan dan
yang menyatakan bahwa anak laki-laki lebih pengelolaan suatu kawasan.Perempuan juga
dominan sebagai pekerja dibandingkan dapat membantu dalam pengelolaan
dengan anak perempuan. Namun demikian, administrasi dan lainnya.
dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh
4. Pekerjaan Responden
89
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
90
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
9 Dampak terhadap lingkungan (penambahan sumber mata air, pengurasan lahan kritis, 0
pelestarian keanekaragaman hayati, pengurangan kebakaran hutan dll)
10 Perolehan sertifikat pengolahan hutan lestari (PHBML/SLVK dan lainnya) 0
Total 40
Sumber: P.57/MENHUT-II/2014
Berdasarkan hasil analisis yang Hal ini sesuai dengan pernyataan Karim (2017)
diperoleh, menunjukkan bahwa penilaian menyatakan bahwa hambatan internal dalam
kemampuan kelola kawasan berada pada mengembangkan kesadaran melestarikan
kategori kelas pemula dengan total skor lingkungan adalah karena latar belakang
penilaian yaitu 40. Belum maksimalnya ekonomi, pendidikan, dan rendahnya
indikator-indikator tersebut disebabkan oleh pemahaman masyarakat terhadap dampak
rendahnya pendidikan dan kurangnya ekonomi perusakan lingkungan hidup.
masyarakat mempengaruhi pengelolaan
kawasan. Masyarakat belum mampu 3. Kelola Usaha
memahami arti penting sebuah kawasan, Deskripsi mengenai penilaian
dimana masyarakat memanfaatkan hasil hutan kapasitas kelembagaan KTH Waku Lani
yang ada tanpa tahu dampak yang akan terjadi dalam kelola usaha dapat dilihat pada tabel 8
kedepannya akibat aktivitas yang dilakukan. :
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh Ini dibuktikan dengan kurangnya pemahaman
menunjukkan bahwa kelola usaha berada masyarakat terhadap kelola usaha.
pada kategori kelas pemula dengan skor Masyarakat hanya memanfaatkan HHBK
penilaian yang diperoleh yaitu 10. Ini tanpa mengetahui bagaimana proses produksi
menunjukan bahwa kelola usaha belum dalam mengelola usaha khususnya pada
mampu memenuhi kapasitas kelembagaan HHBK itu sendiri.
KTH Waku Lani. Sehingga dibutuhkan
pembinaan KTH agar penilaian kapasitas c. Kapasitas Kelembagaan Berdasarkan Teori
kelembagaan dikatakan baik. Disinilah peran Ostrom (1990)
pendamping dibutuhkan dalam pembinaan
KTH. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Deskripsi mengenai kinerja kelembagaan
selaku pengelola dan pendamping KTH Waku kelompok tani Waku Lani secara spesifik dapat
Lani masih dirasa belum optimal dalam dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
menjalankan tugasnya sebagai pendamping.
91
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
Berdasarkan hasil analisis yang telah 2. Kesesuaian Program KTH dengan Kondisi
dilakukan terhadap kapasitas kelembaagan Ekonomi Masyarakat
kelompok tani waku lani dengan menggunakan Pelaksananaan kegiatan kelompok
kedelapan prinsip teori ostrom (1990), yang tani dilakukan dalam bentuk pemberian akses
menunjukan bahwa kapasitas kelembagaan pemanfaatan HHBK di zona
tergolong dalam kategori kinerja yang rendah tradisional.Pemberian akses pemanfaatan
dengan nilai perhitungan sebesar 13. Berikut HHBK di zona tradisional merupakan bagian
penjelasan kedelapan prinsip teori Ostrom dari pemberdayaan terhadap kelompok dalam
(1990): mengelola HHBK secara swadaya di luar
kawasan hutan sehingga nantinya dapat
1. Kejelasan Batas Pengelolaan memberikan hasil yang baik bagi penghidupan
Kejelasan batas-batas wilayah dan masyarakat.
pengelolaan organisasi diatur dalam aturan Pemberian akses pemanfaatan HHBK
konstitusional dan kolektif dalam bentuk MOU belum menjamin adanya penghidupan yang
yang didalamnya mengatur tentang hak dan layak bagi masyarakat. Menurut salah satu
kewajiban lembaga dalam menjalankan anggota, meskipun kami telah diberikan hak
program.Berdasarkan hasil analisis yang untuk dapat memanfaatkan HHBK, namun hal
dilakukan terhadap MOU kelompok tani waku tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan
lani, dapat dideskripsikan bahwa kejelasan hidup sehari-hari. Hal ini menjadi penting untuk
batas-batas wilayah dan pengelolaan serta diperhatikan mengingat potensi komoditas
hak-hak telah diatur. Batas-batas wilayah dan HHBK yang dapat dikembangkan dan
pengelolaan meliputi areal kegiatan yang keterbatasan kemampuan kelompok dalam
berada di zona tradisional dengan memberikan mengelola komoditas HHBK. Pada
akses pemanfaatan HHBK kepada kenyataannya, kebijakan yang ada belum
masyarakat.Selain itu hak-hak yang diberikan efektif mendukung pengelolaan HHBK secara
berupa akses untuk melakukan pemungutan swadaya oleh masyarakat baik perorangan
madu hutan, mendapatkan arahan teknis maupun kelompok.
mengenai pelaksanaan pemanfaatan HHBK di
zona tradisional serta mendapatkan dukungan 3. Intensitas Pertemuan Kelompok
sumber daya manusia sebagai pendamping Dalam konteks pengaturan kolektif,
dan dukungan administrasi dalam rangka indikator yang digunakan adalah intensitas
pelaksanaan kegiatan. pertemuan. Dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat digambarkan bahwa intensitas
pertemuan sering dilakukan hanya pada saat
92
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
93
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
94
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
3. Tingkat partisipasi kelompok dalam kegiatan kurang karena anggota kelompok fokus
pada pekerjaannya masing-masing
4. Peran anggota kelompok usia muda masih rendah
5. Belum ada job deskripsi pengurus dan anggota KTH Waku Lani
6. Jumlah anggota kelompok dari unsur perempuan masih rendah
7. Frekuensi pertemuan kelompok kurang
8. Administrasi kelompok kurang lengkap
9. Kapasitas SDM yang dimiliki oleh anggota dan pengurus minim, karena kebanyakan
kelompok hanya mengenyam pendidikan di tingkat SD
10. Kurangnya pemahaman pengurus dan anggota KTH Waku Lani dalam manajeman
usaha
11. Kurangnya koordinasi antara anggota dan pengurus
Sumber : Data primer diolah tahun 2020
95
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan maka didapatkan kesimpulan Anantanyu. 2009. Partisipasi petani dalam
sebagai berikut: meningkatkan kapasitas kelembagaan
1. Berdasarkan Peraturan Menteri kelompok petani. [Disertasi]. Bogor:
Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2014 Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Bogor.
Tani HutanKapasitas kelembagaan yang Andarwati S., Guntoro B., Haryadi, F.T.,
terdapat pada KTH Waku Lani dari kelola Sulastri, E. 2012. Dinamika Kelompok
kelembagaan mendapatkan skor 160, Peternak Sapi Potong Binaan Universitas
96
Azizah. L. et al. 2021. Analisis Kapasitas Kelembagaan … (04): 84 - 97
97