(Feasibility Study and Development Strategy of the Nostalgia Forest and Ecotourism
Area in Buiko, East Nusa Tenggara)
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan menyusun strategi untuk
pengembangan Hutan Wisata Nostalgia. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan
Juni 2022 di Buiko, Kelurahan Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Responden berjumlah 67 orang terdiri dari 4 orang pihak pengelola dan 43 orang masyarakat
setempat yang diperoleh menggunakan metode purposive sampling dan rumus slovin, sedangkan 20
orang pengunjung yang diperolah menggunakan metode random sampling (sempel acak), dan
dianalisis menggunakan metode analisis ADOODTWA dan analisis SWOT. Hasil penelitian yang
didapat (1) nilai total kelayakan dari 7 variabel penilaian adalah 78,61% jadi dapat disimpulkan bahwa
Hutan Wisata Nostalgia layak untuk dikembangkan menjadi ekowisata. (2) Strategi pengembangan
yaitu dengan mempromosikan lokasi wisata, mengoptimalkan sistem pengeloaannya, membangun
kerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat lokal.
Abstract. This study aims to determine the feasibility level and develop strategies for the development
of Nostalgic Tourism Forest. This research took place for one month, namely in June 2022 in Buiko,
Kabola Village, Kabola District, Alor Regency, East Nusa Tenggara Province. Respondents were 67
people consisting of 4 managers and 43 local people who were obtained using purposive sampling
method and slovin formula, while 20 visitors were obtained using random sampling method, and
analyzed using ADOODTWA analysis method and SWOT analysis. The results obtained (1) the total
value of the feasibility of the 7 assessment variables is 78,61% so it can be concluded that the
Nostalgia Tourism Forest is feasible to be developed into ecotourism. (2) The development strategy is
by promoting tourist sites, collecting monthly fees from clean water users, optimizing the management
system, local communities and surrounding tourist sites so that they are mutually beneficial.
130
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
Kategori kriteria penilaian kondisi variable tersebut yang telah ditetapkan. Rumus
lingkungan sosial ekonomi terdiri dari unsur: perhitungan nilai kelayakan setiap variable
tata ruang wilayah objek, status lahan, mata obyek wisata sebagai berikut:
pencaharian penduduk, tingkat Pendidikan, dan
IKW = ∑ [Ni / Nmaks] × 100%
tingkat kesuburan tanah yang selanjutnya dibagi
kedalam empat kelas nilai usur (ada dan sesuai, Keterangan:
ada tapi tidak sesuai, dlaam proses penyusunan, IKW = indeks kelayakan wisata
dan tidak ada). Guna memperoleh nilai skor Ni = Nilai parameter ke-i (bobot × skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu variabel
maksimum, maka dihitung dengan rumus: nilai
unsur × bobot: 150 × 5 =750.
Menurut Soekmadi dan Kartodihardjo (2010)
Kategori kriteria penilaian pengelolaan dan
indeks kelayakan suatu daerah ekowisata yaitu:
pelayanan terdiri dari tiga unsur, yakni: unsur
pengelolaan, unsur kemampuan berbahasa, dan 1. Tingkat persentase kelayakan > 66,6%, maka
objek wisata tersebut layak untuk
unsur pelayanan wisata dengan empat kategori
nilai. Hasil pembobotan skor maksimum dikembangkan karena memiliki sarana dan
pengelolaan dan pelayanan diperoleh dengan prasarana serta didukung oleh aksesibilitas
yang sangat memadai.
rumus: nilai unsur × bobot: 90 × 5 = 450.
Kategori penilaian kriteria sarana dan 2. Tingkat persentase kelayakan 33,3%-66,6%,
prasarana terdiri dari 2 unsur utana, yaitu: unsur maka tempat tersebut belum layak untuk
prasarana dan unsur sarana penunjang dengan dikembangkan. Tempat tersebut berpotensi
liam kategori bobot nilai. Nilai skor maksimum dan layak dikembangkan apabila potensi-
sarana dan prasaana diperoleh dengan cara: nilai potensi yang ada lebih dikembangkan.
unsur × bobot: 100 × 3 = 300. 3. Tingkat persentase kelayakan < 33,3%, maka
Kategori penilaian kriteria ketersediaan air tempat tersebut kurang memiliki sarana dan
bersih dengan bobot 6 terdiri dari lima unsur, prasarana serta aksesibilitas yang tidak
yaitu: volume air, jarak sumber air ke objek memadai sehingga tidak layak untuk
wisata, kemudahan air dialirkan ke objek dikembangkan.
wisata, kelayakan konsumsi, dan kontinuitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan empat kategori nilai (banyak, cukup,
sedikit, sangat sedikit). Perhitungan penilaian Penilaian Potensi Objek Wisata
skor ketersediaan air bersih dengan rumus: nilai 1. Daya tarik
unsur × bobot: 150 × 6 = 900. Menurut pernyataan Ermawati (2017), yang
Kategori penialain keamanan memiliki bobot penting diperhatikan dalam pengembangan
5 yang terdiri dari empat unsur (keamanan suatu daerah tujuan wisata yaitu memiliki daya
wisatawan, kebakaran [berdasarkan penye- tarik khusus yang berbeda dengan apa yang
babnya], penebangan liar, perambahan dimiliki daerah lain. Dari Tabel 1 terlihat
[penggunaan lahan]) dengan empat kategori bahwa unsur kebersihan lokasi wisata
nilai. Perolehan nilai skor maksimum keamanan mendapatkan nilai 30 sebagai nilai tertinggi
diperoleh dengan menghitung: nilai unsur × dikarenakan daftar setiap sub unsur di dalam
bobot keamanan: 120 × 5 = 600. tabel penilaian unsur tersebut ditemukan dan
Skor yang didapat dari setiap variabel lalu ditawarkan pada lokasi wisata.
dibandingkan dengan skor maksimum dari
133
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
Unsur variasi kegiatan wisata alam mendapat daya batuan dan gambut pada lokasi wisata.
nilai 25, karena pada unsur variasi kegiatan Skor total yang diperoleh dari hasil pengamatan
wisata alam tidak terdapat sub unsur untuk dan hasil perhitungan pada kriteria daya terik
kegiatan memancing dan berenang. Nilai unsur adalah 780.
paling rendah yaitu keunikan sumber daya alam, 2. Aksesibilitas
kepekaan sumber daya alam, dan jenis sumber Aksesibilitas merupakan salah satu faktor
daya alam yang menonjol yang hanya mendapat penting yang mendukung pengelolaan objek
nilai 20, dikarenakan pada daftar tabel penilaian wisata dan perlu diperhatikan agar dapat
unsur-unsur tersebut tidak ditemukan beberapa mempermudah pengunjung untuk berkunjung
sub unsur seperti sub unsur air terjun, danau, ke lokasi wisata.
nilai kepercayaan dan pengobatan, jenis sumber
Tabel 2. Hasil penilaian aksesibilitas wisata
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor
Unsur kondisi jalan mendapat nilai 25 karena beraspal dengan lebar > 3 m. Waktu tempuh
kondisi jalan menuju lokasi wisata baik dan dari pusat Kota Kalabahi mendapat nilai 30
sudah beraspal, akan tetapi untuk jalan masuk karena waktu yang dibutuhkan untuk
ke dalam lokasi wisata masih rusak sekitar 200 menempuh perjalanan menuju lokasi wisata < 1
meter. Unsur jarak yang ditempuh mendapat jam. Faktor lain yang juga mempengaruhi minat
nilai 10 karena jarak yang akan ditempuh dari untuk berkunjung ke lokasi wisata adalah
pusat Kota Kalabahi menuju lokasi wisata jaraknya yang dekat dengan objek wisata lain
berjarak > 15 km yaitu sekitar 17 km. Unsur dan dekat dengan Bandar Udara Mali di Alor.
tipe jalan yang akan dilalui mendapat nilai 30
karena jalan menuju lokasi wisata sudah
134
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
a. Kondisi lingkungan sosial ekonimi ekonomi yaitu 725. Nilai ini diperoleh dari
Kondisi lingkungan sosial ekonomi juga unsur tata ruang wilayah objek wisata yang
merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendapat nilai 30 kerena proses perencanaan
diperhatikan. Hasil pengamatan secara langsung tata ruang wilayah objek wisata ini ada dan
di lapangan dan hasil perhitungan pada Tabel 3 sesuai dengan perencanaan pembangunan lokasi
menjelaskan bahwa skor total yang diperoleh wisata yang dibuat oleh pihak pengelola.
dari penilaian variabel kondisi lingkungan sosial
Tabel 3. Hasil penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi wisata
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor
Status lahan Hutan Wisata Nostalgia nilai 25 karena tinggkat kesuburan tanahnya
mendapat nilai 30 karena lahan lokasi wisata ini sedang dikarenakan tanah yang terbentuk
berstatus sebagai hutan milik negara. Mata memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
pencaharian penduduk dan pendidikan terakhir dari akumulasi daun-daun yang membusuk.
masyarakat setempat mendapat nilai 30 karena b. Pengelolaan dan pelayanan
masyarakat yang berada di sekitar kawasan Pengelolaan dan pelayanan objek wisata
Hutan Wisata Nostalgia ini bekerja sebagai merupakan faktor penting karena dapat
buruh tani dan rata-rata pendidikan terakhir membantu mempermudah pengunjung yang
SLTA/SMA. Pada unsur tingkat kesuburan berkunjung ke lokasi wisata.
tanah di dalam kawasan lokasi wisata mendapat
Tabel 4. Hasil penilaian pengelolaan dan pelayanan wisata
Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor
Pengelolaan 5 10 50
Kemampuan berbahasa 5 15 75
Pelayanan wisatawan 5 0 0
Skor Total 25 125
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Prasarana 3 40 120
Sarana penunjang 3 10 60
Skor Total 50 180
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Hasil pengamatan secara langsung pada kantin. Terdapat dua toilet yang dapat
lokasi wisata dan hasil perhitungan menjelaskan digunakan oleh pengunjung akan tetapi
bahwa skor total yang diperoleh dari hasil keberadaannya di bagian depan objek wisata
penilaian variabel sarana dan prasarana adalah sehingga pengunjung yang sementara
180. Nilai yang diperoleh dari unsur/sub unsur melakukan kegiatan wisata akan kesulitan untuk
prasarana adalah 40 karena setiap prasarana menjangkaunya. Kantin yang terdapat di dalam
yang menunjang kegiatan wisata seperti lokasi wisata juga belum digunakan oleh pihak
jaringan telepon, jaringan listrik dan jaringan air pengelolaan untuk kegiatan jual beli.
bersih yang dapat ditemukan di dalam lokasi d. Ketersediaan air bersih
wisata, sedangkan untuk prasarana lain seperti Ketersediaan air bersih merupakan faktor
kantor pos dan puskesamas berada di sekitar yang penting untuk diperhatikan oleh pihak
kawasan lokasi wisata. Unsur/sub unsur sarana pengelola sehingga dapat meningkatkan
penunjang mendapat nilai 10 karena sarana kenyamanan dalam menikmati objek wisata dan
penunjang kegiatan wisata seperti rumah juga dapat digunakan oleh masyarakat di sekitar
makan, pasar/pusat perbelanjaan, bank, toko kawasan wisata. Berdasarkan hasil pengamatan
souvenir, dan angkutan umum tidak terdapat di secara langsung pada lokasi wisata dan hasil
dalam lokasi wisata. Akan tetapi sarana dan perhitungan memperlihatkan skor total yang
prasarana yang menunjang kegiatan wisata diperoleh dari variabel ketersediaan air bersih
mudah untuk dijangkau karena keberadaan adalah 900 karena sesuai dengan unsur/sub
lokasi wisata yang tidak jauh dari pusat Kota unsur pada daftar penilaiannya. Nilai yang
Kalabahi. Sarana penunjang lainnya yang diperoleh dari unsur/sub unsur volume air
terdapat di dalam lokasi wisata yaitu toilet dan
136
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
adalah 30 karena volume air bersihnya banyak ke objek wisata mendapat nilai 30 (0-1 km)
dan sudah digunakan oleh masyarakat sekitar karena ketersediaan mata air berada di dalam
lokasi wisata. Unsur/sub unsur jarak sumber air lokasi wisata.
Tabel 6. Hasil penilaian ketersediaan air bersih wisata
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor
Nilai yang diperoleh unsur/sub unsur mereka sehari-hari dan untuk kontinuitasnya
kemudahan air dialirkan ke objek wisata ialah ketersediaan air bersih ini tersedia sepanjang
30 karena sangat mudah untuk dialirkan karena tahun.
mata airnya berada di dalam lokasi wisata dan e. Keamanan
terdapat bak penampung untuk menampung air Menurut pendapat Riyanto et al. (2014)
bersih sebelum dialirkan ke rumah-rumah bahwa suatu kawasan yang memiliki keamanan
masyarakat untuk digunakan. Unsur/sub unsur yang terjaga dan terjamin dari segala gangguan
kelayakan konsumsi dan kontinuitas juga akan memberikan nilai yang positif bagi
mendapat nilai 30 karena air bersih yang berasal wisatawan dan membuat wisatawan merasa
dari dalam lokasi wisata ini layak untuk aman dan nyaman untuk berwisata.
dikonsumsi oleh karena itu masyarakat sekitar
lokasi wisata menggunakannya untuk kebutuhan
Tabel 7. Hasil penilaian keamanan wisata
Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor
Berdasarkan hasil pengamatan secara Nilai yang diperoleh dari unsur/sub unsur
langsung pada lokasi wisata dan hasil keamanan wisatawan adalah 30 karena di dalam
perhitungan menunjukan bahwa skor total yang kawasan objek wisata tidak terdapat binatang
diperoleh dari variabel keamanan adalah 600. buas yang akan menganggu karena beberapa
137
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
binatang yang ada di dalam Hutan Wisata nilai 30 karena tidak ada kegiatan penebangan
Nostalgia berada pada kandangnya masing- liar di dalam maupun di sekitar lokasi wisata.
masing sehingga aman, tidak berbahaya dan Unsur/sub unsur perambahan (penggunaan
kondisi tanah pada lokasi wisata ini baik dan lahan) mendapat nilai 30 karena meskipun
stabil sehingga jauh dari bencana tanah longsor kawasan lokasi wisata berada di sekitar tempat
dan sebagainya, tidak ada gangguan juga dari tinggal masyarakat yang sebagian besarnya
kamtibmas, bebas terhadap berbagai bekerja sebagai petani tetapi tidak ada kegiatan
kepercayaan (menganggu), dan tidak ada perambahan yang ditemukan di dalam maupun
penebangan liar di dalam lokasi wisata dan di di sekitar kawasan Hutan Wisata Nostalgia
sekitar kawasan wisata. Nilai untuk unsur/sub karena masyarakat sekitar juga memiliki
unsur kebakaran (berdasarkan penyebabnya) lahannya masing-masing untuk kegiatan
adalah 30 karena di sekitar kawasan objek bertani/berladang.
wisata maupun di dalam kawasan objek wisata Hasil penilaian yang diperoleh kemudian di
tidak pernah terjadi kebakaran baik yang analisis untuk menilai Hutan Wisata Nostalgia
disebabkan oleh alam maupun secara sengaja layak, belum layak atau tidak layak untuk
atau tidak disengaja. Unsur/sub unsur dikembangkan menjadi objek ekowisata.
penebangan liar (untuk keperluan) mendapat
Tabel 8. Indeks kelayakan objek wisata Hutan Wisata Nostalgia
No Variabel Bobot Nilai Skor Skor max Indeks Ket
(%)
1 Daya Tarik 6 115 780 900 86,67 Layak
2 Aksesibilitas 5 95 475 600 79,17 Layak
3 Kondisi lingkungan sosial 5 145 725 750 96,67 Layak
ekonomi
4 Pengelolaan dan pelayanan 5 25 125 450 27,78 Belum
Layak
5 Sarana dan prasarana 3 50 180 300 60,00 Belum
Layak
6 Ketersediaan air bersih 6 150 900 900 100 Layak
7 Keamanan 5 120 600 600 100 Layak
Tingkat Kelayakan 78,61
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo Ghani, K.A.R. 2010. Unghuhn archaelogy site
kendari. Kendari. Jurnal Layanan Kehutanan ecotourism venture project. Bandung
Masyarakat, 1.1. Giniting, I. 2012. Penilaian dan pengembangan
Barus, E., Rahmawaty, R., Patana, P. 2016. potensi objek dan daya tarik wisata alam di
Potensi wisata alam di Kesatuan Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit.
Hutan Lindung Model Unit XIV Toba [Skripsi]. Program Stusi Kehutan, Fakultas
Samosir. Peronema Forestry Science Journal, Pertanian, Universitas Sumatra Utara.
5(3), 162–167. Harianik, N. 2016. Dampak objek wisata Pulau
Butarbutar, R.R. 2021. Ekowisata dalam Merah terhadap kondisi sosial ekonomi
perspectif ekologi dan konservasi. Penerbit masyarakat Desa Sumberangung, Kecamatan
Widina: Bandung. Pasanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perancanaan [Skripsi]. Fakultas Ekonomi, Jurusan Ilmu
ekowisata dari teori ke aplikasi, Yogyakarta, Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM dan Universitas Jember.
Andi Press. Hidayat, D.C., Maryani, R. 2019. Analisis
Departemen Kehutanan. 2003. Pedoman analisis kelayakan potensi ekowisata air terjun Riam
daerah operasi objek daya tarik wisata alam Jito di Kecamatan Kembayan, Kabupaten
(ADOODTWA).pdf. In Direktorat Jendral Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 3(1): 59-
Devy, H.A., Soemanto, R.B. 2017. 78.
Pengembangan obyek dan daya tarik wisata Karsudi, Soekmadi, R., Kartodihardjo, H. 2010.
alam sebagai daerah Tujuan wisata di Strategi pengembangan ekowisata di
Kabupaten Karanganyar. Jurnal Sosiologi Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua.
Dilema, 32(1): 34-44. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 16(3):
Ermawati, K.C, Sari, J.A.S.A. 2017. Potensi 148-154.
obyek wisata Goa Gong, Pantai layar, Marwa, J., Sardjono, M.A., Ruchaemi, A.,
Pemandian Air Panas Tirta Husada Di Devung, S, Cabuy, R.L. 2019. Benefit
Kabupaten Pacitan. Jurnal Pariwisata sharing schema from the forest: Identifying
Indonesia, 10(1): 103-114. potential distributions to customary
Fandeli, C. 2000. Pengertian dan konsep dasar communities in Teluk Bintuni District,
ekowisata dalam buku ‘Pengusahaan Indonesia. Acta Universitatis Agriculturae et
ekowisata’. Fakultas Universitas Gajah Silviculturae Mendelianae Brunensis, 67(4):
Mada. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta 963-972.
Faustina, C. 2019. Analisis kelayakan DOI:10.11118/actaun201967040963.
pengembangan ekowisata pada Kawasan Muhammad, F. 2012. Model ekowisata kawasan
Wisata Alam Sipinsur di Desa Pearung, hutan mangrove berbasis daya dukung fisik
Kecamatan Paranginan, Humbang kawasan dan resiliensi ekologi. [Disertasi].
Hasundutan. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Universitas Sumatera Utara. Pemayun, C.I.A. 2010. Format kerjasama
Fennel, D.A. 1999. Ecotourism: An pengelolaan daya tarik wisata antara
Introduction. Routlege, London and New pemerintah Kabupaten Gianyar dengan Desa
York. Pakraman (Studi kasus Pura Tirta Empul
139
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 9 (1) : 130 - 140 (2023) Duka dkk.
Tampaksiring, Pura Goa Gajah Bedulu dan Simanjuntak, B.A. 2017. Sejarah pariwisata,
Pura Dalem Padang. Tegal Ubud). Jurnal Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Analisis Pariwisata, 10(1). Sugiama, A.G. 2011. Ecotourism:
Reinggup, D., Sinery, A.S., Wanggai, C.B. Pengembangan pariwisata berbasis
2020. Pemanfaatan hutan adat oleh konservasi alam. Bandung: Guardaya
masyarakat Suku Soug di Kabupaten Intimarta.
Maokwari Selatan. Jurnal Kehutanan Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan
Papuasia, 6(1): 86-95. pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Riyanto, Hamzari, Golar. 2014. Analisis Bandung: Alfabeta.
pembangunan ekowisata di kawasan taman Sunaryo, B. 2013. Kebijakan pembangunan
hutan taya berbasis sistem informasi destinasi pariwisata konsep dan aplikasinya
geografis (Studi kasus pada blok di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava
pembangunan wisata Ngata Baru Kabupaten Media.
Sigi). Warta Rimba, 2(1): 153-163. Suwantoro, G., 2004. Dasar-dasar pariwisata.
Sekartjakrarini, S., N.K. Legoh, 2004. Rencana Yogyakarta, Andi Offset.
Strategi Ekowisata Nasional. Jakarta Pusat. Suwena, I.K., Widyatmaja, I.G.N. 2010.
Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pengetahuan dasar ilmu pariwisata. Bali:
Pariwisata Indonesia, Jakarta. Udayana University Press.
Setiawan, I.B.D. 2015. Identifikasi potensi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
wisata beserta 4A (attraction, amenity, Tentang Kehutanan. Lembaran Negara
accessibility, ancilliary) di Dusun Sumber Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167.
Wangi, Desa Pemuteran, Kecamatan Sekretariat Negara. Jakarta.
Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Yoeti, Oka A. 1996. Perencanaan dan
Denpasar: Fakultas Pariwisata, Universitas pengembangan pariwisata. Jakarta: Pradnya
Udayana. Paramita.
140
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA