Anda di halaman 1dari 12

FORMULIR DISKUSI USULAN RENCANA PENELITIAN SKRIPSI (DURPS)

[A] Identitas Mahasiswa, Dosen PA, dan Calon Dosen Penelaah yang diusulkan:
1. Nama Mahasiswa Myasti Septianti Eka Putri

2. NPM 187110060

3. Program Studi Administrasi Publik (S1)

4. Dosen Penasihat Dr. Kasmanto Rinaldi, SH., M.Si.


Akademik (PA)
5. DOSEN PENELAAH Drs. Parjiyana, M.Si
USULAN PENELITIAN
6. Persetujuan Dosen
Penelaah
(Ttd dan nama)
[B] Rencana Penelitian yang diusulkan:
1. Rencana Judul Peran Balai Taman Nasional Tesso Nilo Dalam Upaya
Meningkatan Kinerja dan Akuntabilitas
Penyelenggaraan Pembangunan Hutan Bidang KSDAE
2. Lokasi penelitian Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Desa Lubuk
Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten
Pelalawan
3. Unit Analisis Balai Taman Nasional Tesso Nilo untuk meningkatan
kinerja dan akuntabilitas pembangunan hutan bidang
KSDAE
4. Objek penelitian Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten
Pelalawan
5. Masalah pokok penelitian 1. Sebagian masyarakat di 22 desa yang ada di
sekitar Taman Nasional Tesso Nilo
menggantungkan hidup terhadap sumber daya
alam yang ada di sana. Mereka mengambil madu
hutan dari pohon sialang, memanfaatkan rotan,
menangkap ikan dan lainnya.
2. Adanya tekanan sosial dari sisi demografik,
penggunaan dan penguasaan lahan, perburuan dan
konflik antara manusia dan satwa.
3. Mudahnya pimpinan adat dan institusi lokal untuk
menghibahkan dan memperjualbelikan lahan juga
semakin mempercepat lajunya perambahan
tersebut.
4. Lemahnya pengawasan pemegang konsensi
terhadap kawasan konsensinya di sekitar Taman
Nasional Tesso Nilo.
5. Landasan teori/teori yang Teori yang akan saya gunakan yaitu Kinerja dan
akan dikonstruksi Akuntabilitas.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi
tersebut (Bastian, 2001:329). Konsep kinerja
(Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah
pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue
dan byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti
bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari
tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai
tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Kinerja merupakan hasil dari
kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen
organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk
dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama
dalam sebuah organisasi atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut
sebagai manajemen.
Webster (Waluyo 2007:203) mendefinisikan
akuntabilitas merupakan suatu keadaan yang dapat
dipertanggungkan, bertanggungjawab, dan ankuntabel.
Arti kata ankuntabel adalah: pertama, dapat
diperhitungkan, dapat menjawab pada atasan,
sebagaimana seorang manusia bertanggunggugat
kepada tuhannya atas apa yang telah dilakukan. Kedua,
memiliki kemampuan untuk dipertanggunggugatkan
secara eksplisit, dan ketiga, sesuatu yang biasa di
perhitungkan atau dipertanggunggugatkan.
Menurut Leviene (Manggaukang Raba 2006:3),
akuntabilitas berkenaan dengan standar eksternal yang
menentukan kebenaran suatu tindakan oleh
administrasi Negara. Akuntabilitas publik menunjuk
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih
oleh rakyat karena dilhat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah,
tetapi juga dinilai dari ukuran eksternal seperti nilai-
nilai norma yang berlaku di masyarakat.
6. Metode & desain penelitian Metode Kualitatif

7. Lampiran Review Jurnal:


1. Strategi Komunikasi Balai Taman Nasional Tesso
Nilo Dalam Menangani Konflik Sosial
Masyarakat Taman Nasional Tesso Nilo
Kabupaten Pelalawan Tahun 2020 oleh Bayu
Agung Pratama Nurjanah.
2. Peranan World Wide Fund for Nature (WWF)
dalam Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo
(TNTN) Tahun 2014 oleh Eva Yeni Hutabalian.
3. Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata
Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Tesso
Nilo-Riau Tahun 2015 oleh Fauzan Kahfi.
4. Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P 83 Tahun 2016
tentang Perhutanan Sosial sebagai upaya
Revitalisasi Taman Nasional Tesso Nilo Tahun
2020 oleh Romes Irawan Putra.
5. Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata
Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Tesso
Nilo-Riau Tahun 2019 oleh Rahma Putri dan
Fauzan Kahfi.

Dokumentasi Berita/Observasi/Wawancara/Data Sekunder:


1. Observasi
2. Interview
3. Dokumentasi
4. Studi Kepustakaan
Referensi Buku dan Regulasi:
1. Ahmad Mujaffar. 2020. Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. Lombok
Tengah Nusa Tenggara Timur: Forum Pemuda
Aswaja
2. Sulistya Ekawati, dkk. 2019. Merangkai Esai
Pemberdayaan Masyarakat di Hutan Konservasi.
Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius
3. Didik Suharjito dan Syaiful Anwar. 2020.
Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Hutan: untuk Memastikan Tercapainya Tujuan
Perhutanan Sosial. Daerah Istimewa Yogyakarta:
PT Kanisius
4. Asep Yunan Firdaus. 2018. Panduan Praktis
Penerapan Kebijakan Perhutanan Sosial Kerangka
Pencepatan Reformasi Tenurial Hutan. Bogor:
Cifor
5. Hariadi Kartodihardjo, dkk. 2011. Pembangunan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Konsep,
Peraturan Perundangan dan Implementasi.
Jakarta: Debut Wahana Sinergi
6. Undang-Undang No 41 Tahun 1999
7. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990

8. Masukan Dosen Penelaah:

Disahkan: Diusulkan:
Ketua Program Studi, Mahasiswa,
Tanggal: Tanggal:

LILIS SURIANI, S.Sos., M.Si. MYASTI SEPTIANTI EKA PUTRI


NPK. 1005117001 NPM. 187110060
OUTLINE RENCANA PENELITIAN SKRIPSI

Judul:

Peran Balai Taman Nasional Tesso Nilo Dalam Upaya Meningkatan Kinerja dan
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pembangunan Hutan Bidang KSDAE
(Studi Kasus di Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan)

Oleh:
[Myasti Septianti Eka Putri]
[NPM: 187110060]
[S1 Administrasi Publik]
[Tahun 2022]

A. Latar Belakang
Peran administrasi sangat berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
resmi manusia sehari-hari. Karena, dalam menjalankan aktivitas organisasi memerlukan suatu
mekanisme yaitu sistem. Dimana, mekanisme sistem harus diaplikasikan didalam kegiatan
manajemen yang diarahkan oleh pengambilan keputusan tertinggi iaitu pimpinan dengan
mengacu kepada prosedural administrative guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Agar keseluruhan aktivitas organisasi yang terjadi dalam suatu organisasi
berjalan secara efektif dan efesien, maka dibutuhkan pengelolaan dan pengawasan secara
menyeluruh terhadap sumber daya yang dimiliki suatu organisasi. Aktivitas pengelolaan ini
yang selanjutnya kita ketahui sebagai aktivitas manejerial dalam manajemen (Bayu, 2020).
Rencana Strategis Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2020-2024 ini disusun
sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan bidang KSDAE khususnya di Taman Nasional
Tesso Nilo. Dokumen perencanaan jangka menengah ini diharapkan dapat menjadi instrumen
dalam upaya-upaya pencapaian tujuan dan sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dari Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, beserta kegiatan
dan indikator kinerja yang telah ditetapkan secara berjenjang. Taman Nasional Tesso Nilo
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan potensi ekowisata yang menarik. Disamping
itu, Taman Nasional Tesso Nilo juga merupakan hutan daratan rendah yang sangat mempesona
karena hutan Tesso Nilo merupakan hutan hujan tropika daratan rendah (lowland tropical rain
forest) dan salah satu hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera.
Pemerintah dan pihak terkait berjuang untuk melestarikan Taman Nasional Tesso Nilo
dan menjadikannya sebagai contoh bentang alam hutan dataran rendah sumatera yang luas.
Sebagai sebuah kewasan hutan lestari, Tesso Nilo sangatlah mempesona, tidak hanya karena
hutan alamnya, tetapi juga karena kelengkapan ekologi di dalamnya. Taman Nasional Tesso
Nillo adalah kawasan perlindungan hutan yang mempunyai banyak ekosistem dan potensi yang
terkandung didalamnya. Seperti Harimau Sumatera, gajah, rusa, dan beragam fauna lainnya
yang sulit ditemukan di tempat lain. Karena keberagaman ekologinya itulah Tesso Nilo
memiliki beragam nilai lebih sebagai sebuah kawasan konservasi sekaligus potensi pariwisata.
Taman Nasional Tesso Nilo memiliki destinasi pariwisata yang unik, dimana para wisatawan
tidak hanya disuguhkan oleh wisata alamnya yang indah melainkan terdapat objek wisata
sejarah budaya yang dapat dipelajari. Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) telah
mengidentifikasi beberapa lokasi yang menarik sebagai potensi objek wisata. Lokasi sepanjang
Sungai Nilo (termasuk menara pengamatan dan Camp Flying Squad), jalan akasia di Lubuk
Kembang Bunga menjadi lokasi yang punya potensi dikembangkan menjadi tempat wisata
alam dan wisata sejarah budaya.
Hutan Tesso Nilo sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui sudah
tidak lagi hanya sekedar sumber pangan tetapi sebagai sebagai sumber pendapatan dan kegiatan
wisata yang sangat menguntungkan. Terjadinya penjarahan lahan hutan, pengalihan fungsi
lahan hutan illegal loging telah memberikan kontribusi yang besar terjadinya degradasi hutan.
Besarnya degradasi hutan jelas berpengaruh terhadap kualitas daya dukung lingkungan dan
ekowisata. Pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional Tesso Nillo sebagai lembaga yang
mengelola Taman Nasional Tesso Nilo memainkan perannya sebagai penggerak dalam
pengembangan potensi wisata alam berbasis lingkungan. Pemerintah dan masyarakat
mempunyai tanggung jawab untuk mengelola hutan Tesso Nilo, melakukan konservasi alam
serta mengembangkan ekowisata sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
Dengan dikeluarkannya kebijakan tentang berubahnya fungsi hutan serta larangan
melakukan aktivitas perambahan di kawasan Tesso Nilo maka beberapa konflik bermunculan.
Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat dan keterbatasan pengetahuan tentang pengelolaan
sumber daya hutan menjadi penyebab banyaknya terjadi perambahan hutan tersebut.
Masyarakat hanya melihat kayu sebagai komoditas utama yang berprospek dan memiliki nilai
ekonomis tinggi untuk dimanfaatkan tanpa mencoba untuk lebih memberdayakan hasil hutan
lain selain kayu sebagai komoditas ekonominya.
Selain potensi keanekaragaman hayati berupa satwa liar prioritas yang tinggi, kawasan
Taman Nasional mempunyai sisi lain dimana sebagian masyarakat di 22 desa yang ada di
sekitar Taman Nasional Tesso Nilo menggantungkan hidup terhadap sumber daya alam yang
ada di sana. Mereka mengambil madu hutan dari pohon sialang, memanfaatkan rotan,
menangkap ikan dan lainnya. Potensi madu hutan di Taman Nasional Taman Nasional Tesso
Nilo cukup besar. Namun demikian, Taman Nasional Tesso Nilo juga terancam dengan adanya
tekanan sosial dari sisi demografik, penggunaan dan penguasaan lahan, perburuan dan konflik
antara manusia dan satwa. Tekanan sosial pada kawasan ini menjadikan sebagian kawasan
hutan menjadi kritis. Sebagai hutan dataran rendah, Taman Nasional Tesso Nilo relatif mudah
dijangkau oleh transportasi darat. Di bagian barat dan tengah Taman Nasional Tesso Nilo
terdapat jalan logging perusahaan yang mempermudah akses untuk melakukan kegiatan
penebangan liar dan perambahan.
Aktivitas perambahan di Taman Nasional Tesso Nilo lebih banyak disebabkan karena
faktor ekonomi. Masuknya pendatang, mudahnya pimpinan adat dan institusi lokal untuk
menghibahkan dan memperjualbelikan lahan juga semakin mempercepat lajunya perambahan
tersebut. Hal ini juga mengakibatkan dibukanya pemukiman-pemukiman baru di sekitar Taman
Nasional Tesso Nilo terutama di sekitar Bukit Kesuma, Toro dan Bukit Horas. Lemahnya
pengawasan pemegang konsensi terhadap kawasan konsensinya di sekitar Taman Nasional
Tesso Nilo juga menjadi faktor penyebab meningkatnya luasan perambahan. Monitoring
terhadap kawasan perambahan di Taman Nasional Tesso Nilo menunjukkan perambahan ini
sebagian besar dilakukan pemodal. Mereka berasal dari kota-kota besar di Riau. Sebagai akibat
ancaman di atas, maka ekosistem Taman Nasional Tesso Nilo mengalami deforestasi dan
degradasi. Selanjutya akan juga berdampak hilangnya nilai penting perlindungan sistem
kehidupan, keragaman hayati dan perubahan iklim.
Pelestarian alam di Indonesia secara legal mengacu dua Undang-Undang (UU) yakni
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 bertitik berat pada pelestarian keanekaragaman hayati,
baik keanekaragaman hayati hutan maupun di dalam kawasan hutan negara maupun di luarnya.
Sedangkan, Undang-Undang No 41 Tahun 1999 salah satunya mengatur konservasinya alam
dikawasan hutan Negara, namun bukan hanya mencakup konservasi keanekaragaman hayati,
melainkan meliputi pula perlindungan fungsi-fungsi penunjang kehidupan yang disediakan
kawasan hutan. Konsep konservasi sumber daya alam pada dasarnya merupakan wujud dari
adanya kesadaran mengenai lestarinya fungsi lingkungan bagi kelanjutan kehidupan salah satu
bentuk konservasi sumber daya alam yang popular adalah taman nasional.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kondisi sosial ekonomi masyarakat
juga mengalami perubahan yang pesat. Hal ini disebabkan kepadatan penduduk telah
mendekati bahkan melampaui tingkat keseimbangan rasio yang normal antara luas dampak
peningkatan penduduk terhadap kelestarian hutan konservasi Balai Taman Nasional Tesso
Nillo. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan bertambahnya perusahaan-
perusahaan yang berada di lingkungan hutan Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo, maka
kebutuhan masyarakat dan perusahaan akan kayu dan lahan pun semakin meningkat pula.
Dilihat dari beberapa perambahan dan pengalifungsian kawasan hutan konservasi
taman nasional tesso nilo dapat dilihat bahwa kenyataan kerusakan hutan yang terjadi
dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk di jadikan lahan perkebunan dan sebagainya.
Selain itu adaanya perambahan besar besaran dari perusahaan sekitar hutan koservasi taman
nasional tesso nilo untuk mengalifungsikan hutan sebagai lahan garapan yang baru.
Berdasarkan penjelasan diatas fenomena yang dapat dilihat bahwa Pelaksanaan pada Balai
Taman Nasional Tesso Nilo diduga upaya belum efektif di laksanakan seperti yang tercantum.
Jika dilihat dari hutan konservasi tamannasional tesso nillo yang ada dikabupaten pelalawan
mengalami kerusakan yang cukup besar untuk diperhatikan.
Berdasarkan dari fenomena yang penulis temukan dilapangan sesuai yang diuraikan
diatas, maka penulis tertarik untuk menelitinya lebih lanjut dengan mengangkat judul
penelitian “Peran Balai Taman Nasional Tesso Nilo Dalam Upaya Meningkatan Kinerja
dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Pembangunan Hutan Bidang KSDAE”

1. Manfaat teoritis, peneliti dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan ilmu pengetahuan tentang Administrasi Publik yang dilpelajari terkait
peran balai taman nasional tesso nilo dalam upaya meningkatan kinerja dan akuntabilitas
penyelenggaraan pembangunan hutan bidang KSDAE.
2. Manfaat praktis, sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan masyarakat luas terkait
kondisi pembangunan hutan Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan.
3. Manfaat akademis, sebagai referensi ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam


penelitian yaitu: “Bagaimanakah pelaksanaan program Balai Taman Nasional Tesso Nilo
dalam upaya meningkatan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan pembangunan
hutan bidang KSDAE?”
C. Acuan Teori dan/atau Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut Hodgkinson (dalam Kusdi, 2011;7) administrasi adalah aspek-aspek yang


lebih banyak berurusan dengan formulasi tujuan, masalah terkait nilai dan komponen manusia
dalam organisasi. Yang mana agar tercapainya suatu tujuan dari apa yang diinginkan maka
baiknya memakai sebuah konsep administrasi dari pengertian diatas jelas bahwa administrasi
sebagai proses kerjasama, dan bukan merupakan hal yang baru, karena telah ada bersamaan
dengan adanya peradaban manusia.

Dalam jurnal yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P 83 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial sebagai upaya Revitalisasi
Taman Nasional Tesso Nilo oleh Romes Irawan Putra, berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan
rangkaian kegiatan Revitalisasi Taman Nasional Tesso Nilo yang melibatkan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dengan melakukan identifi kasi, inventarisasi, verifi kasi areal dan
permasalahan yang terjadi di lapangan. Mekanisme utama dalam pelaksanaan revitalisasi ini
terdiri dari instrumen Perhutanan Sosial (PS). Selain perbaikan tata kelola kebun sawit serta
membangun pasar dan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi masyarakat, melalui
manajemen pengelolaan di tapak dengan melibatkan semua komponen dan dukungan multi-
pihak. Upaya lain dalam proses Revitalisasi Taman Naional Tesso Nilo adalah relokasi atau
pemindahan masyarakat dari dalam kawasan adalah voluntary resettlement yang akan
mendapatkan prioritas untuk pemukiman dengan pendekatan Perhutanan Sosial adalah buruh
tani yang miskin dan penduduk setempat yang memang selama ini mengelola tanah. Kerangka
penyelesaian untuk menjalankan revitalisasi ekosistem Tesso Nilo yang berbasis masyarakat
dapat digunakan sebagai formula untuk menyelesaikan masalah serupa di kawasan Taman
Nasional di Indonesia.

Dalam jurnal yang berjudul Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata Berbasis


Masyarakat Di Taman Nasional Tesso Nilo-Riau oleh Rahma Putri dan Fauzan Kahfi,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat kelompok Kempas
yang didukung oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), telah melakukan aktifitas
pengelolaan lingkungan melalui kegiatan ekowisata di Taman Nasional Tesso Nilo yang
meliputi perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Perencanaan
dilakukan secara bertahap dengan inisiatif datang dari LSM (WWF Riau). Pengorganisasian
dalam kelompok Kempas telah memperlihatkan adanya struktur organisasi dan pembagian
kerja yang baik. Pelaksanaan aktivitas ekowisata oleh kelompok Kempas sudah tertata dengan
baik. Pengendalian terhadap aktivitas ekowisata dilakukan kelompok Kempas secara mandiri
dan dibantu oleh pihak Balai TN Tesso Nilo, WWF Riau, dan Dinas Kebudayaan Pariwisata
dan Olahraga Kab. Pelalawan. Kelompok Kempas dalam penyelenggaraan aktivitas ekowisata
di Taman Nasional Tesso Nilo telah menerapkan sebagian dan masih membutuhkan
penyempurnaan dalam penerapan prinsip ekowisata berbasis masyarakat yang meliputi aspek
konservasi, partisipasi masyarakat, ekonomi berbasis masyarakat, edukasi, dan pengembangan
rencana tapak lokasi ekowisata.

D. Pendekatan, Metodologi, dan Desain Penelitian


1. Tipe Penelitian
Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif karena peneliti mengumpulkan data-data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan masyarakat yang berada di lokasi penelitian dan menggunakan
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subjek/objek penelitian. Fokus penelitian untuk mengetahui pelaksanaan program
Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam upaya meningkatan kinerja dan akuntabilitas
penyelenggaraan pembangunan hutan bidang KSDAE.

2. Teknik Pengumpulan Data


1) Dokumentasi: pengumpulan data yang dilakukan dengan mendokumentasikan
kegiatan dilapangan untuk menambah kejelasan penelitian.
2) Wawancara: pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara lansung
secara lisan terhadap pihak yang berkaitan dalam penelitian.
3) Observasi: pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara mendengar dan
melihat prilaku atau fenomena sosial yang menjadi fokus penelitian dalam rangka
memperoleh data penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian adalah teknik kualitatif deskriptif yaitu mengambarkan
keadaan yang terdapat pada saat penelitian dengan cara mengumpulkan data,
mengklarifikasikan dengan menganalisis sehingga memperoleh analisis terhadap masalah.
E. Lampiran: Jurnal, Regulasi, Dokumentasi Berita/Observasi/Wawancara/Data
Sekunder
Jurnal
1. Strategi Komunikasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Dalam Menangani Konflik
Sosial Masyarakat Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Tahun 2020
oleh Bayu Agung Pratama Nurjanah.
2. Peranan World Wide Fund for Nature (WWF) dalam Konservasi Taman Nasional
Tesso Nilo (TNTN) Tahun 2014 oleh Eva Yeni Hutabalian.
3. Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman
Nasional Tesso Nilo-Riau Tahun 2015 oleh Fauzan Kahfi.
4. Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P 83
Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial sebagai upaya Revitalisasi Taman Nasional
Tesso Nilo Tahun 2020 oleh Romes Irawan Putra.
5. Pengelolaan Lingkungan Melalui Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman
Nasional Tesso Nilo-Riau Tahun 2019 oleh Rahma Putri dan Fauzan Kahfi.

Referensi Buku dan Regulasi:

1. Ahmad Mujaffar. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan.


Lombok Tengah Nusa Tenggara Timur: Forum Pemuda Aswaja
2. Sulistya Ekawati, dkk. 2019. Merangkai Esai Pemberdayaan Masyarakat di Hutan
Konservasi. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius
3. Didik Suharjito dan Syaiful Anwar. 2020. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat
Sekitar Hutan: untuk Memastikan Tercapainya Tujuan Perhutanan Sosial. Daerah
Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius
4. Asep Yunan Firdaus. 2018. Panduan Praktis Penerapan Kebijakan Perhutanan
Sosial Kerangka Pencepatan Reformasi Tenurial Hutan. Bogor: Cifor
5. Hariadi Kartodihardjo, dkk. 2011. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Konsep, Peraturan Perundangan dan Implementasi. Jakarta: Debut Wahana
Sinergi
6. Undang-Undang No 41 Tahun 1999
7. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990

Anda mungkin juga menyukai