(RPP 1)
OLEH :
MARSAULINA RAMBE, S.Pd.I
A. Kompetensi Inti
• KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
• KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
• KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
• KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
1.1 Menghayati anugerah 1.1.1 Membuktikan air sebagai anugerah Allah Swt
Allah berupa air dan berdasarkan tanda-tanda yang digambarkan
bendabenda lain yang dalam al-Qur’an dan hadits. (A3)
dapat digunakan sebagai Menemukan tandatanda yang digambarkan
alat bersuci 1.1.2 dalam Al-Qur’an dan Hadits tentang
kemurahan Allah Swt dengan
memperbolehkan penggunaan bendabenda
lain untuk bersuci di tengah.(A3)
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) serta pendekatan TPACK
(technological, pedagogical, content knowledge) dengan menggali informasi dari berbagai
sumber belajar (Literasi) dan mengolah informasi (C), diharapkan peserta didik (A) dapat:
1. Menunjukkan keimanan terhadap sifat Rahman (Dzat yang Maha Pengasih) dan Rahim
(Dzat
2. yang Maha Penyayang) bagi manusia dan ekosistem lainnya.
3. Membuktikan keimanan terhadap sifat Rahman dan Rahim Allah Swt. dalam
kehidupan
4. sehari-sehari melalui penggunaan air untuk bersuci dengan mempertimbangkan
kelangsungan
5. hidup manusia dan ekosistem lainnya.
6. Meyakini prinsip tawazun dan tathawwur wal ibtikar sebagai ajaran Islam yang
membentuk
7. kesalehan individual dan kesalehan sosial dalam pemanfaatan air sebagai alat bersuci.
8. Membedakan pengertian bersuci dan membersihkan diri.
9. Menyimpulkan dasar-dasar hukum bersuci berdasarkan ayat-ayat dan Hadis.
10. Membedakan jenis-jenis Air yang dapat digunakan untuk bersuci dinjau dari
pembagiannya.
11. Menentukan berdasarkan penilaian tentang jenis-jenis Air yang dapat digunakan untuk
bersuci
12. dinjau dari kedudukan hukumnya.
13. Mendemonstrasikan berfikir analogis (qiyas) sebagai metode untuk menentukan benda-
benda
14. selain air dan batu sebagai alat bersuci.
15. Membuat kesimpulan tentang benda-benda selain air dan batu yang dapat digunakan
bersuci.
D. Materi Pembelajaran
1. Faktual :
Kematian adalah kepastian, jenazah Covid-19 menurut medis ada yang bisa dimandikan
ada yang tidak, jenazah Covid-19 dikafani dengan perlakuan khusus
2. Konseptual :
QS. Al-Taubah (9): 108, dan QS. Al-Maidah (5) : 6 tentang bersuci , mengenal alat-alat bersuci,
dan hikmah bersuci menggunakan benda selain air.
3. Prosedural :
Tata Cara melaksanakan bersuci menggunakan benda-benda lain selain air (Materi
Lengkap Terlampir)
G. Sumber Belajar
• Kementerian Agama RI, Buku Siswa Fikih Kelas VII, Kemenag, Tahun 2020 MTs/SMP
Kelas VII, 2019
• Sumber dari internet lainnya yang relevan
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran
Waktu
Apersepsi
Menanyakan kepada peserta didik terkait
pengalaman peserta didik yang terkait dengan
materi pembelajaran.
Peserta didik menjawab pertanyaan guru.
Motivasi
Memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas
Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Pemberian Acuan
Memberitahukan tentang kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi
Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilakukan
Pre-test dan penilaian diri dengan Google Form
(TPACK)
2. Pengetahuan
a. Jenis/Teknik tes : Tertulis
b. Bentuk tes : PG dan uraian
3. Keterampilan
a. Teknik/Bentuk Penilaian : Unjuk kerja
b. Instrumen : Lembar observasi
4. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas.
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
5. Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan
J. Lampiran
- Materi pembelajaran (lampiran 1)
- Instrumen penilaian (lampiran 2)
Bersuci dalam fikih membutuhkan media yang digunakan sebagai alat untuk bersih-bersih.
Media di sini adalah alat yang oleh syariat diberi status sebagai alat bersuci. Lagi-lagi kata
kuncinya adalah status yang diberikan oleh syariat. Sehingga tidak mesti benda yang
digunakan untuk bersuci adalah benda yang benar-benar bersih jika dilihat menggunakan kaca
mata non-syariat.
Ada lima media yang bisa digunakan untuk bersuci. Lima media tersebut adalah air, debu,
batu, proses penyamakan, dan proses arak menjadi cuka. Masing-masing memiliki syarat
tertentu yang harus dipenuhi. Kelimanya juga memiliki peruntukan yang khusus dalam
bersuci. Air digunakan untuk berwudhu, mandi, dan istinja. Debu untuk tayamum sebagai
ganti mandi atau wudhu. Batu untuk beristinja saja. Proses penyamakan untuk menyamak
kulit bangkai. Proses menjadi cuka untuk arak.
Air Mutlak.
Air adalah media primer yang bisa digunakan untuk nyaris semua proses bersuci, baik bersuci
dari hadats (wudhu dan mandi) ataupun bersuci dari najis (istinja, mencuci, dan yang lain).
Air memang tercipta dengan memiliki sifat yang mampu melarutkan, meluruhkan, dan
membuang kotoran. Ia juga bersifat menyegarkan sehingga bisa digunakan untuk
mengembalikan kebugaran tubuh sehingga bisa digunakan untuk mandi.
Meskipun begitu, tidak semua air bisa digunakan untuk bersuci. Dalam koridor syariat, hanya
air mutlak yang bisa dan boleh digunakan. Lalu air mutlak itu semacam apa? Dalam
pengertian fikih, air mutlak adalah air yang masih memiliki seluruh sifat asal sesuai
penciptaannya dari mana pun ia berasal. Air tersebut belum bercampur dengan benda lain
sehingga berubah sifat dan penyebutannya.
Contohnya adalah air yang bersumber dari sumur, sungai, danau, laut, embun, gletser, dan air
payau. Meskipun air-air ini berbeda warna, aroma, dan rasa dengan air pada umumnya,
sepanjang sifat-sifat tersebut adalah sifat bawaan yang terdapat pada air di sumbernya, maka
air tersebut masih dianggap air mutlak.
Berbeda ketika perubahan sifat ini disebabkan oleh adanya benda asing yang mencampuri.
Jika yang mencampuri ini adalah benda suci sehingga menyebabkan penyebutan air berubah,
maka ia sudah tidak lagi disebut air mutlak. Misalnya air yang tercampur teh atau kopi
sehingga disebut air teh atau air kopi. Air ini masih suci dan bisa dikonsumsi tapi tidak bisa
digunakan untuk bersuci dan tidak bisa mensucikan.
Jika air tercampur benda najis sehingga sifatnya berubah mengikuti sifat najis tersebut, maka
air ini disebut air mutanajis. Ini berlaku jika airnya lebih dari dua kulah (volume 216.000 cc).
Jika air tersebut kurang dari dua kulah 216.000 cc, maka ketika ada najis yang masuk, ia
langsung diberi status mutanajis meskipun sifatnya tidak ada yang berubah. Air mutanajis
semacam ini tidak bisa dimanfaatkan untuk bersuci.
Debu bisa digunakan untuk bersuci, meskipun secara kasat mata ia adalah benda kotor. Status
debu sebagai media bersuci ini adalah sebuah kekhususan yang hanya diberikan kepada
syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Umat-umat terdahulu hanya bisa menggunakan
air untuk bersuci. Karena karakternya yang unik, debu di sini hanya bisa digunakan untuk
media bertayamum sebagai ganti mandi atau wudhu dalam kondisi darurat.
Debu bisa digunakan ketika air tidak tersedia atau hanya cukup untuk keperluan minum. Ia
juga bisa digunakan dalam kondisi di mana seseorang oleh dokter yang adil divonis tidak
boleh bersentuhan dengan air untuk area tubuh tertentu akibat luka atau penyakit tertentu. Jika
area yang tak boleh tersentuh air adalah area yang wajib dibasuh saat berwudhu, maka
wudhunya bisa diganti dengan tayamum untuk area tersebut.
Meski begitu, tidak semua debu bisa dipergunakan untuk bersuci. Hanya debu halus yang suci
dari najis dan kering yang boleh digunakan. Debu kasar tidak boleh digunakan karena
berpotensi merusak kulit. Debu yang mengandung senyawa yang berbahaya tidak boleh
digunakan. Debu yang basah tidak boleh digunakan karena akan mengotori. Satu lagi, debu
yang basah mengindikasikan bahwa ada air di situ.
Mengapa harus debu sebagai alternatif air untuk bersuci? Pertama, karena syariat menetapkan
debu sebagai media bersuci. Kedua, debu terdapat di nyaris semua tempat di permukaan bumi
ini. Melimpahnya debu ini memudahkan bagi siapa saja untuk mendapatkannya di saat
mereka kesulitan air.
Penggunaan batu sebagai media bersuci juga merupakan salah satu kekhususan yang
diberikan kepada syariat Nabi Muhammad. Umat terdahulu tidak bisa menggunakan batu
untuk bersuci. Kendati demikian, batu dalam syarat Islam hanya bisa digunakan untuk bersuci
dalam rangka istinja. Ia bisa berdiri secara mandiri atau dibarengkan dengan air.
Istinja adalah membersihkan bekas kotoran yang masih tersisa di sekitar lubang anus, farji,
atau zakar. Ketentuannya adalah kotoran tersebut tidak sampai keluar dari area kelamin. Jika
ada kotoran dalam bentuk air seni, tinja, atau yang lainnya yang keluar dari area kelamin,
maka batu tidak bisa digunakan untuk bersuci. Dalam kasus semacam ini, air menjadi pilihan
yang bersifat mutlak.
Tidak semua batu bisa dipergunakan untuk bersuci, tepatnya beristinja. Meski begitu ia tidak
harus berwujud batu betulan. Dalam pengertian yang luas, batu di sini adalah segala benda
yang memenuhi empat syarat: (i) benda padat, (ii) suci dan tidak najis, (iii) mampu
mengangkat kotoran, dan (iv) tidak termasuk benda yang dihormati.
Yang dimaksud benda padat adalah benda tersebut tidak berbentuk cairan atau gel. Maka
pengertian ini memasukkan tissu, kertas, logam, kain, plastik, kayu, daun, dan sebangsanya.
Suci dalam pengertian tidak terdapat najis pada benda tersebut dan benda tersebut tidak
termasuk najis dalam pandangan syariat. Maka kotoran sapi yang mengeras tidak bisa
digunakan untuk beristinja. Tisu yang terkena air seni tidak bisa digunakan untuk istinja.
Mampu mengangkat kotoran adalah syarat ketiga. Artinya benda tersebut harus mampu
membersihkan kotoran yang tersisa. Jika benda tersebut menyisakan kotoran atau malah
meninggalkan kotoran maka benda tersebut tidak bisa digunakan. Misalnya tisu yang sudah
rapuh sehingga hancur ketika digunakan.
Sedangkan syarat yang terakhir adalah benda tersebut tidak termasuk benda yang dihormati.
Pertanyaannya kemudian adalah, benda yang dihormati itu apa saja? Para ulama menyebut:
mushaf al-Quran, kitab hadits, kitab samawi, kitab fikih, kitab tauhid, tafsir, seluruh benda
yang memuat ilmu pengetahuan, apalagi ilmu agama. Maka selain benda-benda ini masuk
dalam klasifikasi tidak dihormati dan bisa digunakan untuk beristinja.
1.1 Menghayati anugerah 1.1.1 Membuktikan air sebagai anugerah Allah Swt
Allah berupa air dan berdasarkan tanda-tanda yang digambarkan
bendabenda lain yang dalam al-Qur’an dan hadits. (A3)
dapat digunakan sebagai Menemukan tandatanda yang digambarkan
alat bersuci 1.1.2 dalam Al-Qur’an dan Hadits tentang
kemurahan Allah Swt dengan
memperbolehkan penggunaan bendabenda
lain untuk bersuci di tengah.(A3)
1.2. Lembar Observasi Penilaian Sikap Pada Kegiatan Diskusi untuk KD KI-2
Aspek yang dinilai
Rasa Jumlah
No Nama Kerja Komuni Nilai
ingin Santun Skor
sama katif
tahu
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.
Rubrik Penilaian
Kriteria penilaian :
Rentang jumlah skor: 13 – 16 Nilai : AB (amat baik)
10 – 12 Nilai :B (baik)
8–9 Nilai :C (cukup)
4–7 Nilai :K (kurang)
KISI-KISI SOAL
Soal:
1. Untuk melaksanakan sholat kita harus bersuci. Hal ini, sejalan dengan QS. Al-Taubah
(9): 108 sebagai berikut:
ُّ ِّس َعلَى التَّ ْق ٰوى ِم ْن اَ َّو ِل يَوْ ٍم اَ َح
ق اَ ْن تَقُوْ َم فِ ْي ۗ ِه فِ ْي ِه ِر َجا ٌل يُّ ِحبُّوْ نَ اَ ْن َ ْج ٌد اُس ِ اَل تَقُ ْم فِ ْي ِه اَبَد ًۗا لَ َمس
َا َوهّٰللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّر ْين€ۗ ْيَّتَطَهَّرُو
Isi kandungan ayat di atas adalah tentang ... .
A. tentang bersuci sebelum melakukan sholat
B. tata cara memandikan jenazah
C. perintah mendirikan sholat di mesjid
D. persiapan shalat jenazah
E. tata cara shalat jenazah
Kunci Jawaban
1. A
2. A
3. A
4. A
5. D
NO.
JAWABAN SKOR
SOAL
1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 2
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
2 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 2
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
3 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 2
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
4 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 2
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
5 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 2
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
SKOR TOTAL 10
Skor maks 2 5 2 3 2 4 3 20
1
2
3
4
5
Skor
No. Unsur yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
Maks
1 Pelaksanaan Presentasi Memulai presentasi dengan 2
menyapa, menggunakan bahasa 2
yang benar dan jelas
Memulai presentasi dengan tidak 1
menyapa, menggunakan bahasa
yang kurang benar dan jelas
2 Penyajian Materi/Jawaban Menyajikan materi/jawaban 5
dengan jelas, lengkap, terstruktur,
dan menggunakan bahasa yang 5
benar
Menyajikan materi/jawaban 3
dengan kurang jelas, lengkap,
terstruktur, dan menggunakan
bahasa yang benar
3 Pemberian Waktu kepada Memberikan waktu pada audien 2
Audiens untuk bertanya, tidak membatasi
pertanyaan, dan menerima 2
pertanyaan dari audien
Memberikan waktu pada audien 1
untuk bertanya, membatasi
pertanyaan, dan menerima
pertanyaan dari audien
4 Kerjasama Bekerjasama dalam menjawab 3
3
pertanyaan audien, merespon
pertanyaan audien dengan baik,
benar, dan jelas
Bekerjasama dalam menjawab 1
pertanyaan audien, merespon
pertanyaan audien kurang baik,
kurang benar, dan kurang jelas
5 Kesempatan pada Audien Memberi kesempatan pada audien 2
untuk menanggapi jawaban,
memberi masukan, dan merespon 2
tanggapan dari audien
Tidak memberi kesempatan pada 1
audien untuk menanggapi
jawaban, memberi masukan, dan
merespon tanggapan dari audien
6 Kesimpulan Materi Menyimpulkan materi presentasi 4
dengan jelas, dan mencakup 4
semua pertanyaan
Menyimpulkan materi presentasi 2
dengan jelas, dan tidak mencakup
semua pertanyaan
7 Menutup Presentasi Menutup presentasi dengan 2
2
bahasa yang baik, benar, dan jelas
Menutup presentasi dengan 1
bahasa yang tidak baik, tidak
benar, dan jelas
Unsur yang
dinilai
No Nama
Skor Nilai
1 2 3
Skor 2 6 2 10
1
2
3
4
5
Skor
No. Unsur yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
Maks
1 Pembukaan Video Memulai video dengan menyapa, 2
menggunakan bahasa yang benar 2
dan jelas
Memulai video dengan tidak 1
menyapa, menggunakan bahasa
yang kurang benar dan jelas
2 Penyajian Materi Mempraktekkan tatacara dengan 6
jelas, lengkap, terstruktur, dan
menggunakan bahasa yang benar 6
Mempraktekkan tatacara dengan 3
kurang jelas, lengkap, terstruktur,
dan menggunakan bahasa yang
benar
3 Penutupan Video Menutup video dengan bahasa 2
2
yang baik, benar, dan jelas
Menutup video dengan bahasa 1
yang tidak baik, tidak benar, dan
jelas
4. PROGRAM REMEDIAL
Peserta didik yang belum menguasai materi (belum mencapai ketuntasan belajar) akan
dijelaskan kembali oleh guru. Guru melakukan penilaian kembali dengan soal yang sejenis
atau memberikan tugas individu terkait dengan topik yang telah dibahas. Remedial
dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan, contoh: pada saat jam belajar,
apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran
selesai).
PROGRAM REMIDI
5. PROGRAM PENGAYAAN
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik yang sudah menguasai materi sebelum waktu
yang telah ditentukan, diminta untuk soal-soal pengayaan berupa pertanyaan-pertanyaan
yang lebih fenomenal dan inovatif atau aktivitas lain yang relevan dengan topik
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru dapat mencatat dan memberikan tambahan nilai
bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan.